Analisis Etika Kasus Profesi Kesehatan.d

MAKALAH
ANALISIS KASUS PROFESI KEPERAWATAN
BERDASARKAN KAIDAH DASAR BIOETIKA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Etika dan Hukum

Fasilitator : Ibu Enie Novieastari., S.Kp., MSN.
Disusun Oleh : Mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan EH-15
Elfira Rusiana,

1506690252

Faradila P.,

1506689875

Qonitah Faridah P., 1506728056
Shafa Dwi Andzani, 1506690063
Sofina Izzah,

1506758323


Tasya Fitriana,

1506734260

(Kontribusi setiap anggota sama)

RUMPUN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat, taufik, dan hidayah yang telah Tuhan Yang Maha Esa berikan
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar tanpa
hambatan yang berarti.
Dengan selesainya makalah ini, sudah menjadi keharusan bagi penulis untuk
menghaturkan untaian rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penulisan dan penyelesaiannya, sehingga dapat rampung pada waktunya. Penghargaan

dan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Ibu Dr. Enie Novieastari, S.Kp., MSN., selaku dosen pembimbing (fasilitator) yang
telah banyak memberi arahan dan masukan sehingga mendorong penulis membuat
makalah ini.
2. Rekan-rekan penulis senasib dan seperjuangan, yang telah menyumbangkan pikiran
demi membantu penulis hingga terselesaikannya makalah ini.
Dengan adanya makalah ini, kami berharap mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan
khususnya dan masyarakat secara umumnya dapat memahami pentingnya Kaidah Dasar
Bioetika (KDB) dalam dunia kesehatan. Penulis juga berharap rekan sesama mahasiswa Ilmu
Keperawatan dapat menerapkan Kaidah Dasar Bioetika (KDB) dalam setiap pemberian
asuhan keperawatan, sehingga dunia kesehatan Indonesia menjadi semakin baik dan
terpercaya.
Tentunya ada hal-hal yang mendorong penulis untuk membuat makalah ini ialah
bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih luas mengenai penerapan
etika dan hukum di dalam bidang keperawatan. Oleh karena itu penulis berharap makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dalam
meningkatkan mutu, mengembangkan data dan penyajian makalah ke arah yang lebih baik
lagi.


Depok, 26 April 2016

Penulis
ii

ABSTRAK

Tenaga kesehatan harus memahami dan menerapkan kaidah dasar bioetika
(KDB) meliputi autonomy, beneficence, justice, nonmaleficence dalam
pelayanan kesehatan yang akan diberikannya. Perawat sebagai profesi
kesehatan juga harus memberikan asuhan keperawatan pada klien (individu,
keluarga, atau komunitas) sesuai dengan etik dan hukum yang berlaku.
Dalam pelaksanaan KDB tersebut, perawat juga harus memperhatikan
prima facie agar tindakan yang diberikan perawat sesuai dengan etik dan
tidak merugikan klien.

Makalah ini berisi penalaran KDB yang

diaplikasikan dalam kasus “Profesi Keperawatan” meliputi penjelasan
pernyataan yang melanggar atau memenuhi salah satu KDB yang ada.

Tujuan dari penulisan ini ialah mengetahui adanya KDB yang dipenuhi atau
dilanggar pada kasus tersebut yang sesuai prima facie.
Kata kunci : autonomy, beneficence, justice, nonmaleficence.

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
ABSTRAK............................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan..............................................................................................2
1.3. Pembatasan Masalah.........................................................................................2
1.4. Metode Penulisan..............................................................................................2
1.5. Sistematika Penulisan.......................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................3
2.1. Wacana Pemicu Kasus Profesi Keperawatan...................................................3

2.2. Kaidah Dasar Bioetika Autonomy.....................................................................5
2.3. Kaidah Dasar Bioetika Nonmaleficence...........................................................5
2.4. Kaidah Dasar Bioetika Justice..........................................................................6
2.5. Kaidah Dasar Bioetika Beneficence..................................................................7
2.6. Analisis Etika Keperawatan..............................................................................8
BAB 3 PENUTUP..............................................................................................................9
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................9
3.2. Saran.................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11
iv

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar belakang
Perubahan zaman menuntut manusia menjadi insan yang bisa menghadapi dunia

walaupun dengan cara picik. Tim kesehatan pun tak luput dari sifat picik tersebut dengan
tujuan mendapatkan uang dan/atau pelanggan lebih banyak. Bahkan mereka berani

melanggar sumpah profesi dan kaidah etika yang harusnya mereka pertahankan. Dalam hal
ini, penulis menemukan sebuah kasus keperawatan yang melanggar kaidah dasar bioetika dan
kode etik perawat dikarenakan sifat picik yang menguasainya.
Etika adalah kode perilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok
tertentu. Etika bisa diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan pertimbangan
keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak adanya undang-undang atau
peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan
dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hukum manusia dan kepercayaan dari
profesi. Profesi menyusun kode etik tersebut berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi
individu yang dilayani.
Terkadang seorang perawat dihadapkan pada situasi yang memerlukan keputusan
untuk mengambil tindakan. Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga, dan masyarakat;
menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosial, dan spiritual
yang memungkinkan untuk penyembuhan dan menekankan pencegahan penyakit; serta
meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan. Kerena beberapa fenomena diatas,
sebagai seorang perawat yang profesional wajib mengetahui fungsi dan perannya sebagai
seorang perawat, dan mengenal etika-etika dan konsep hukum yang berlaku dalam profesinya
supaya dapat terhindar dari tindakan-tindakan yang menyalahi etika profesi yang akan
berujung kepada malpraktik atau kelalaian yang merugikan klien, perawat itu sendiri, dan
profesinya.

Sikap profesional yang kokoh dari setiap perawat akan tercermin dalam setiap
langkahnya, termasuk penampilan diri serta keputusan yang diambil dalam merespon situasi
yang muncul. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang bioetika serta
penerapannya menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien secara maksimal, dan dalam makalah ini penulis juga akan

1

memaparkan lebih lanjut korelasi antara contoh kasus keperawatan yang ada dengan empat
kaidah dasar bioetika dan kode etik perawat.
1.2.

Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis untuk mencapai beberapa tujuan. Penulisan makalah ini bertujuan

untuk memaparkan kasus pelanggaran 4 kaidah dasar bioetika dan kode etik keperawatan.
Penulisan ini diharapkan dapat menginformasi pembaca terkait urgensi yang dibahas
sehingga pembaca dapat menghindari kasus serupa dan tidak melanggar 4 kaidah dasar
bioetika dan kode etik keperawatan. Tujuan utama yang ingin dicapai melalui penulisan
makalah ini adalah untuk membantu pemahaman pembaca mengenai 4 kaidah dasar bioetika

dan kode etik keperawatan.
1.3.

Pembatasan Masalah
Masalah yang dapat terungkap dari latar belakang memiliki cakupan yang sangat luas.

Hal ini menyebabkan suatu pembahasan yang kompleks jika tidak ada pembatasan masalah.
Oleh karena itu, pembahasan masalah dalam makalah ini dibatasi menjadi beberapa sub
bahasan. Bahasan tersebut meliputi pemaparan kasus keperawatan dan korelasinya terhadap
kaidah dasar bioetika autonomy, nonmaleficence, justice, dan beneficence, serta kode etik
keperawatan.
1.3

Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah study literature. Metode

ini dilakukan dengan cara mencari informasi yang terkait dengan pembahasan masalah dari
buku, jurnal, dan sumber bacaan lain yang terpercaya. Selain itu, kami juga mendiskusikan
masalah ini terkait dengan pengetahuan yang telah kami miliki.
1.4


Sistematika Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah study literature. Metode

ini dilakukan dengan cara mencari informasi yang terkait dengan pembahasan masalah dari
buku, jurnal, dan sumber bacaan lain yang terpercaya. Selain itu, kami juga mendiskusikan
masalah ini terkait dengan pengetahuan yang telah kami miliki.

2

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1

Wacana Pemicu Profesi Keperawatan

Oknum Perawat ini Operasi Pasien Hingga Sarafnya Putus
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur,
menyelidiki kasus malapraktik yang diduga dilakukan oleh Bustami terhadap pasiennya
Sudeh (42) hingga menyebabkan yang bersangkutan lumpuh. Ketua PPNI Pamekasan

Cahyono, Kamis (12/9/2013), mengatakan, pihaknya perlu melakukan penyelidikan dengan
minta klarifikasi secara langsung kepada yang bersangkutan, karena hal itu berkaitan dengan
kode etik profesi perawat. "Delik etik profesi perawat ini adalah urusan PPNI sebagai
organisasi yang menaungi profesi keperawatan," kata Cahyono seperti dikutip dari Antara,
Jumat (13/9/2013).
Penyelidikan yang akan dilakukan PPNI katanya hanya berkaitan dengan kode etik
perawat untuk memastikan apakah yang bersangkutan benar-benar melanggar kode etik atau
tidak. Sedangkan dugaan kasus malapraktik yang dilakukan pelaku hingga menyebabkan
korban lumpuh, menurut Cahyono, merupakan urusan kepolisian. Ia menjelaskan, sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Praktik
Keperawatan, sebenarnya seorang perawat diperbolehkan menjalankan praktik keperawatan,
maupun praktik mandiri keperawatan.
Sesuai dengan ketentuan itu, perawat yang diperbolehkan menjalankan praktik
mandiri ialah yang berpendidikan minimal D3 keperawatan, juga mempunyai surat izin kerja,
dan izin praktik perawat, apabila yang bersangkutan membuka praktik keperawatan di luar
tempat kerjanya. "Apabila persyaratan-persyaratan itu dipenuhi, maka sebenarnya tidak ada
persoalan bagi perawat tersebut untuk membuka praktik," kata Cahyono menjelaskan.
Terkait dengan kasus malapraktik yang dilakukan Bustami, Ketua PPNI Cahyono
menyatakan belum bisa memberikan kesimpulan apapun. Hanya saja ia memastikan, jika
secara etika Bustami memang melanggar ketentuan kode etik, maka PPNI hanya bisa


3

merekomendasikan kepada instansi berwenang agar izin praktik perawatnya di luar institusi
kerja dicabut.
Kasus dugaan malapraktik di Pamekasan menimpa Suadeh alias Sudeh (42), warga
Desa Tebul Timur, Kecamatan Pegantenan, Pamekasan, oleh oknum perawat Bustami yang
selama ini mengaku sebagai dokter spesialis bedah. Dugaan malapraktik itu terungkap,
setelah keluarga korban melaporkan kepada polisi atas kasus yang menimpa pasien yang
ditangani oknum perawat namun mengaku dokter spesialis bedah itu. Sebelumnya, pasien
berobat ke klinik milik oknum perawat bernama Bustami itu.
Kasus itu, terjadi pada 2012. Saat itu korban bernama Sudeh (42) datang ke "Klinik
Harapan" yang menjadi tempat praktik oknum itu di rumahnya, di Desa/Kecamatan Pakong,
Pamekasan. Ketika itu, korban menderita pusing-pusing. Oleh oknum perawat itu disarankan
agar dibedah karena di bagian punggung korban ada benjolan yang diduga sebagai penyebab
dari penyakit yang dideritanya. "Saat itu kami bilang pada ’si dokter’ tersebut, akan dirujuk
ke rumah sakit di Pamekasan," kata saudara korban, Jumrah. Akan tetapi, kata dia, Bustami
justru minta agar tidak dioperasi di rumah sakit, sebab dirinya juga bisa melakukan tindakan
medis dan dia sendiri merupakan dokter spesialis bedah.
Atas saran Bustami itu, pasien kemudian dioperasi oleh oknum perawat itu di klinik
setempat. Akan tetapi, setelah operasi ternyata kondisi pasien tidak sembuh, bahkan
pandangan mata kian buram, pendengaran terganggu, dan kemudian lumpuh. "Kami lalu
memeriksakan diri ke rumah sakit Dr Soetomo di Surabaya, ternyata sarafnya putus akibat
operasi yang dilakukan oleh Bustami itu," kata Jumrah. Bustami sendiri ternyata merupakan
pegawai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pamekasan sebagai perawat di unit gawat
darurat.
Sumber : Gabriel Abdi Susanto,13 Sep 2013. http://health.liputan6.com/read/691951/oknum-perawatini-operasi-pasien-hingga-sarafnya-putus

4

2.2

Kaidah Dasar Bioetika Autonomy
Pernyataan

1.

Parameter
KDB
Tidak
berbohong ke
pasien meskipun
demi kebaikan
pasien

Melanggar

Menghargai hak
menentukan
nasib sendiri,
menghargai
martabat pasien

Melanggar

Bustami (perawat) justru
minta agar tidak dioperasi
di rumah sakit, sebab
dirinya juga bisa melakukan
tindakan medis dan dia
Tidak
sendiri merupakan dokter
mengintervensi
spesialis bedah.
pasien dalam
membuat
keputusan (pada
kondisi elektif)
Tidak
mengintervensi
atau
menghalangi
autonomi pasien

2.3

Sesuai/
Melanggar

Melanggar

Alasan
Bustami berbohong
mengenai profesi
yang sebenarnya
adalah seorang
oknum perawat
akan tetapi ia
mengaku sebagai
dokter
Bustami tidak
menanyakan apakah
pasien mau
dioperasi atau tidak
karena pasien masih
dalam keadaan
sadar
Bustami
mengintervensi
pasien dalam
membuat
keputusan, karena ia
meminta pasien
untuk dioperasi
olehnya.

Melanggar

Bustami
menghalangi pasien
dioperasi di rumah
sakit.

Sesuai/
Melanggar

Alasan

Sesuai

Bustami berusaha
untuk
menyembuhkan
pasien dari penyakit
yang dideritanya.

Kaidah Dasar Bioetika Nonmaleficence

No.

Pernyataan

1.

Oleh oknum perawat
disarankan agar dibedah
karena di bagian punggung
korban ada benjolan yang
diduga sebagai penyebab
dari penyakit yang
dideritanya.

Parameter
KDB

Mengobati
Pasien yang luka

5

2.

Bustami justru minta agar
tidak dioperasi di rumah
sakit, sebab dirinya juga
bisa melakukan tindakan
medis dan dia sendiri
merupakan dokter spesialis
bedah.
..., setelah operasi ternyata
kondisi pasien tidak
sembuh, bahkan pandangan
mata kian buram,
pendengaran terganggu, dan
kemudian lumpuh.

Menolong
pasien
emergensi

2.4

Melanggar

Tindakan operasi
Bustami dinilai
tidak berhasil
hingga
mengakibatkan
kerugian dan
bahaya bagi pasien.

Mencegah
pasien dari
bahaya

3.
Kami lalu memeriksakan
diri ke rumah sakit Dr
Soetomo di Surabaya,
ternyata sarafnya putus
akibat operasi yang
dilakukan oleh Bustami itu

Sesuai

Bustami merasa
mampu menolong
pasien dan
mencegah bahaya
atau kehilangan atas
tindakan operasi.

Tidak
membahayakan
kehidupan
pasien karena
kelalaian

Kaidah Dasar Bioetika Justice

No.

Pernyataan

1.

Akan tetapi, kata dia,
Bustami justru minta agar
tidak dioperasi di rumah
sakit, sebab dirinya juga
bisa melakukan tinakan
medis dan dia sendiri
merupakan dokter
spesialis bedah

Parameter KDB

Menghargai
hak orang lain

6

Sesuai/
Melanggar

Alasan

Melanggar

Perawat Bustami
tidak memberikan
hak yang
seharusnya
diterima oleh
keluarga pasien

2.5

Kaidah Dasar Bioetika Beneficence

No.

Kalimat

1.

Oleh oknum perawat
itu disarankan agar
dibedah karena di
bagian punggung
korban ada benjolan
yang diduga sebagai
penyebab dari
penyakit yang
dideritanya.

2.

3.

Parameter KDB

Mengusahakan agar
kebaikan/manfaatnya
lebih banyak
dibandingkan dengan
keburukannya

Memandang pasien/
keluarga/sesuatu tak
"Saat itu kami bilang hanya sejauh
menguntungkan
pada ’si dokter’
tersebut, akan dirujuk dokter
ke rumah sakit di
Pamekasan," kata
Mengusahakan agar
saudara korban,
kebaikan/manfaatnya
Jumrah.
lebih banyak
dibandingkan dengan
Akan tetapi, kata dia,
keburukannya
Bustami justru minta
agar tidak dioperasi
Minimalisasi akibat
di rumah sakit, sebab
buruk
dirinya juga bisa
melakukan tindakan
Menghargai hak-hak
medis dan dia sendiri
pasien secara
merupakan dokter
keseluruhan
spesialis bedah.
Maksimalisasi
pemuasan
kebahagiaan/preferen
si pasien
Atas saran Bustami
itu, pasien kemudian Menjamin
dioperasi oleh oknum kehidupan-baikperawat itu di klinik
minimal manusia
setempat.

7

Sesuai/
Melanggar

Keterangan

Sesuai

Perawat menyarankan
agar pasien di operasi
untuk menghilangkan
penyebab penyakitnya

Melanggar

Perawat mungkin
memaksakan untuk
melakukan operasi agar
mendapat keuntungan
yang lebih.

Melanggar

Perawat mengaku
sebagai dokter dan bisa
melakukan operasi
dapat membahayakan
kehidupan pasien.

Melanggar

Melanggar

Melanggar

Melanggar

Perawat menolak
permintaan pasien yang
ingin dirujuk ke rumah
sakit di Pamekasan

Perawat membuat
pasien mengalami
gangguan kesehatan

Akan tetapi, setelah
operasi ternyata
kondisi pasien tidak
sembuh, bahkan
pandangan mata kian
buram, pendengaran
terganggu, dan
kemudian lumpuh.

2.6
No.

1.

2.

Maksimalisasi
pemuasan
kebahagiaan/
preferensi pasien

Melanggar

Analisis Etika Keperawatan
Pernyataan
Bustami (perawat) justru
minta agar tidak dioperasi
di rumah sakit, sebab
dirinya juga bisa
melakukan tindakan medis
dan dia sendiri merupakan
dokter spesialis bedah

Atas saran Bustami itu,
pasien kemudian dioperasi
oleh oknum perawat itu di
klinik setempat. Akan
tetapi, setelah operasi
ternyata kondisi pasien
tidak sembuh, bahkan
pandangan mata kian
buram, pendengaran
terganggu, dan kemudian
lumpuh

Etik
Keperawatan

Veracity
(kejujuran)

Accountability
(akuntabilitas)

8

Sesuai/
Melanggar

Alasan

Melanggar

Perawat Bustami
tidak
menceritakan
dengan sejujurnya
bahwa ia adalah
seorang perawat
atau mengaku
sebagai dokter
spesialis bedah.

Melanggar

Tindakan bustami
(perawat
professional)
tidak dapat dinilai
dalam situasi
yang tidak jelas
atau tanpa
terkecuali.
Tindakan
Bustami
menyebabkan
pasien semakin
buruk.

BAB 3
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Dari kasus diatas tindakan perawat B melanggar seluruh aspek dalam Kaidah Dasar

Bioetika. KDB yang terutama dilanggar adalah aspek autonomy. Perawat B menghalangi
pasien yang cukup umur dan berkompeten untuk menentukan nasibnya sendiri. Pada aspek
KDB non-maleficence yaitu mengobati secara tidak proporsional, membahayakan pasien dari
kelalaian. Perawat B terbuki mengambil tindakan pembedahan pada punggung pasien tanpa
pemeriksaan lengkap yang mendukung. Aspek KDB justice yang dilanggar ialah tidak
menghargai hak hukum pasien dan melakukan tindakan penyalahgunaan sebagai
perawat.Oleh karena itu, pelanggaran pada ketiga aspek ini mengakibatkan aspek KDB
beneficence yang sering sebagai keranjang sampah menjadi aspek KDb yang paling banyak
dilanggar. Tindakan yang diambil oleh perawat B menyebabkan tidak terjaminnya kehidupan
baik minimal manusia. Sehingga dampak buruk yang diterima oleh klien atau pasien lebih
besar dibandingkan manfaatnya.
Sebagai seorang perawat, perawat B juga melanggar etika keperawatan yang terkait
yaitu aspek veracity dan accountability. Veracity dalam etik keperawatan adalah kebenaran
dan kejujuran dalam memberikan asuhan keperawatan. Dalam kasus diatas perawat B sudah
melanggar etika profesinya sebagai perawat dengan mengatakan bahwa ia seorang dokter
spesialis bedah. Dari ketidakjujuran inilah yang menyebabkan kelalaian dan dampak buruk
yang diterima klien atau pasien lebih besar. Accountability dalam etik keperawatan adalah
tindakan yang dilakukan atas dasar profesionalitas dan dapat dinilai atau diukur dalam
keadaan yang tidak jelas. Perawat B tidak melakukan tidakan profesional sebagai perawat
yang juga harus melindungi pasien dari bahaya yang dapat terjadi dalam proses perawatan.

3.2.

Saran

3.2.1

Sekiranya mahasiswa ilmu keperawatan (khususnya) sebagai calon tenaga kesehatan
mengetahui serta memahami etik dan hukum pada profesinya agar dapat menjalankan
pekerjaan kelak sesuai kepada apa yang seharusnya.

3.2.2

Mahasiswa dapat membuat prioritas terhadap suatu keputusan yang meliputi
kebutuhan kesehatan pasien.
9

3.2.3

Setiap tenaga kesehatan dapat menentukan prima facie pada setiap kasus yang
ditangani agar sesuai dengan Kaidah Dasar Bioetik.

10

DAFTAR PUSTAKA
https://scele.ui.ac.id/mod/url/view.php?id=269338 [diakses pada tanggal 25 April 2016,
pukul 08.00 WIB]
https://scele.ui.ac.id/mod/resource/view.php?id=275194 [diakses pada tanggal 25 April 2016,
pukul 08.00 WIB]
Susanto G.A. (2013). http://health.liputan6.com/read/691951/oknum-perawat-ini-operasipasien-hingga-sarafnya-putus

11

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DAN PENDAPATAN USAHATANI ANGGUR (Studi Kasus di Kecamatan Wonoasih Kotamadya Probolinggo)

52 472 17

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63