Publikasi profil kimia tanaman songga

TESIS
ANALISIS KOMPOSISI SENYAWA KIMIA YANG
TERDAPAT DALAM BATANG TANAMAN SONGGA
(Strychnos ligustrina) DENGAN METODE GC-MS
CHEMICAL COMPOUND COMPOSITION ANALYZE
OF THE SONGGA (Strychnos Ligustrina) STICK BY
GC-MS METHOD

ADRIYAN SUHADA
09/287301/PPA/02832

PROGRAM STUDI S2 ILMU KIMIA
JURUSAN ILMU KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGJAKARTA
2012

NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KOMPOSISI SENYAWA KIMIA YANG

TERDAPAT DALAM BATANG TANAMAN SONGGA
(Strychnos Ligustrina) DENGAN METODE GC-MS

Disusun oleh:

ADRIYAN SUHADA
09/287301/PPA/02832

Mengetahui:
Pembimbing Utama
Pendamping

Pembimbing

Prof. Dr. Harno Dwi Pranowo, M.Si
Matsjeh

Prof. Dr. Sabirin

2


INTISARI
ANALISIS KOMPOSISI SENYAWA KIMIA YANG
TERDAPAT DALAM BATANG TANAMAN SONGGA
(Strychnos Ligustrina) DENGAN METODE GC-MS
*Adriyan Suhada, **Harno Dwi Pranowo, **Sabirin Matsjeh
*Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Kimia Fakultas MIPA UGM
**Dosen Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
Universitas Gadjah Mada

Telah dilakukan ekstraksi senyawa kimia aktif dari batang
tanaman songga dengan teknik degdradasi pelarut. Masingmasing pelarut kemudian diuapkan dengan teknik evaporasi
sehingga diperoleh ekstrak heksan, ekstrak diklorometana,
ekstrak etanol, dan ekstrak metanol pekat. Hasil analisis
fitokimia yang telah dilakukan terhadap masing-masing ekstrak
menunjukan keberadaan senyawa golongan triterpenoid pada
ekstrak heksan dan diklorometana. Flavonoid pada ekstrak
diklorometana dan etanol, sementara alkaloid teranalisis pada
ekstrak diklorometana, etanol, dan metanol.

Berdasarkan hasil pelacakan dan penelusuran pustaka
terhadap kromatogram GC-MS menunjukan bahwa, teridentifikasi
dua senyawa golongan triterpenoid pada ekstrak heksan dan
satu senyawa golongan alkaloid pada ekstrak metanol. Senyawa
golongan tritepenoid yang teridentifikasi adalah senyawa 1,2benzenedicarboxylic acid, bis(2-ethylhexyl) ester (CAS) bis(2ethylhexyl) phthalate dan senyawa cycloprop [7,8] ergost-22-en3-ol,(3.beta., 5.alpha., 7.beta., 8.alpha., 22E)(CAS). Sedangkan
senyawa golongan alkaloid yang teridentifikasi adalah senyawa
brusin.
Kata Kunci : GC-MS, fitokimia, pelarut

3

ABSTRACT
CHEMICAL COMPOUND COMPOSITION ANALYZE
OF THE SONGGA (Strychnos Ligustrina) STICK BY
GC-MS METHOD
*Adriyan Suhada, **Harno Dwi Pranowo, **Sabirin Matsjeh
*Graduate Student on Chemistry Faculty of Mathematic and
Natural Science
Universitas Gadjah Mada
**Departement of Chemistry Faculty of Mathematic and Natural

Science
Universitas Gadjah Mada

Chemical active compound was extracted from the songga
stick by solvent degradation method. Each of the solvents that
used in extraction was evaporated and obtained high
concentrated of hexane extract, dichloromethane extract,
ethanol extract, and methanol extract. Each extracts were
analyzed by phytochemistry test showed that there were
trytherpenoic compounds in hexane and dichloromethane
extract, flavonoic compounds in dichloromethane and ethanol
extract,
while
alkaloid
compounds
were
obtained
in
dichloromethane, ethanol, and specifiecly in methanol extract.
Based on the library search and approaches of GC-MS

chromatogram indicated that, there are two compounds of
tryterpenoic in hexane extract and one compound of alkaloid in
methanol extract. They were 1,2-benzenedicarboxylic acid, bis(2ethylhexyl) ester (CAS) bis(2-ethylhexyl) phthalate compound
and cycloprop [7,8]ergost-22-en-3-ol, (3.beta., 5.alpha., 7.beta.,
8.alpha., 22E) (CAS) compound as tryterpenoic coumpunds, while
the alkaloid compound as a brucine.
Key Word: GC-MS, phytochemistry, solvent

4

PENDAHULUAN
Pada era modern sekarang ini, pengobatan dengan obat
dokter merupakan prioritas utama bagi masyarakat karena cara
kerja obat dokter relatif cepat dan terbukti efektif mengobati
penyakit yang diderita. Akan tetapi, akhir-akhir ini masyarakat
cenderung untuk memilih menggunakan pengobatan alternatif
karena selain harga obat dokter relatif mahal, juga khasiat yang
diperoleh/dirasakan hampir sama dengan obat dokter bahkan
pengobatan tradisional (alternatif) ternyata relatif tidak ada efek
sampingnya terhadap tubuh.

Pengobatan secara tradisional ini sangat mudah dan biaya
sangat murah karena hanya menggunakan atau memanfaatkan
tanaman-tanaman

berkhasiat

obat

yang

banyak

dijumpai

disekitar tempat tinggal kita. Tumbuhan atau tanaman yang
dapat dijadikan obat tradisional adalah tanaman atau tumbuhan
yang diyakini dan telah terbukti mempunyai khasiat untuk
mengobati suatu penyakit. Bagian dari tanaman atau tumbuhan
yang


dapat

diambil

untuk

dijadikan

ramuan

obat

sangat

beragam. Ada yang diambil daunnya, batangnya, kulit, buah, biji,
dan akarnya. Masing-masing bagian memiliki kegunaan masingmasing (Agus, 2001). Senyawa aktif yang terkandung dalam
tanaman obat antara lain alkaloid, steroid, dan flavonoid, selain
senyawa-senyawa tersebut, tanaman obat juga mengandung
unsur-unsur mikro seperti Fe (zat besi), Cu (tembaga), Zn (seng)
dan Mn (mangan) (Laksmiwati dan Muti’ah, 2004).

Tanaman Songga yang merupakan obyek penelitian ini
banyak digunakan batangnya oleh masyarakat Nusa Tenggara
Barat untuk mengobati penyakit kuning. Buah dan daunnya
digunakan sebagai jamu yang diyakini berkhasiat untuk menjaga
daya tahan tubuh dan stamina. Akan tetapi sementara ini
penggunaan tanaman Songga sebagai obat hanya berdasar atas

5

keyakinan masyarakat setempat saja, sehingga perlu dilakukan
penelitian ilmiah terhadap tanaman ini terkait dengan komposisi
senyawa kimia yang terkandung di dalamnya.
Keberadaan senyawa aktif dalam tanaman Songga dapat
diidentifikasi dengan cara uji fitokimia. Uji fitokimia dapat
dilakukan secara sederhana dengan menggunakan pereaksi yang
dapat mendeteksi keberadaan senyawa metabolit sekunder
golongan tertentu. Uji kualitatif dan kuantitatif terhadap senyawa
yang terkandung dalam tanaman Songga dilakukan dengan GCMS (Gas Cromatography-Mass Spektrometer) (Nikmatullah dkk,
2003).
Pada dasarnya GC-MS merupakan perpaduan dua instrumen

analisis dengan teknik yang berbeda. Teknik terpadu ini pada
prinsipnya merupakan penggabungan antara teknik pemisahan
selektif

(GC)

dan

teknik

analisis

spesifik

(MS).

GC

(Gas


Chromatography) berfungsi dalam pemisahan senyawa-senyawa
organik maupun anorganik, sedangkan MS (Mass Spectrometry)
memberikan data spesifik mengenai macam-macam senyawa
yang telah dipisahkan oleh kromatografi (Mulja dan Suharman,
1995). GC-MS memberikan informasi tentang struktur senyawa,
serta spektra yang spesifik dari masing-masing senyawa yang
terkandung dalam batang songga.
METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan penelitian: Batang tanaman Songga yang
sudah dirajang, Etanol (teknis), Na2SO4 anhidrous pa (Merck), Etil
asetat (teknis). Aquades, NH3, Kertas saring, Etil asetat pa
(Merck), Etanol pa (Merck). Bahan uji fitokimia serbuk Mg dan HCl
pekat, larutan KNO3 10% , CH3COOH anhidrid dalam H2SO4 pekat,
larutan NaCl.

6

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: Peralatan gelas (erlenmeyer, gelas beker, gelas ukur,

gelas arloji, pipet, labu takar, corong pisah, corong, pengaduk),
Pisau, satu set alat maserasi, Evaporator buchi, Desikator,
Timbangan, Botol-botol penampung, satu set alat uji fitokimia,
alat GC-MS (SHIMADZU-QP2010S).
Pelaksanaan Penelitian
a. Persiapan sampel
Batang tanaman Songga diiris kecil-kecil (dirajang) dengan
pisau, diangin-angin sehingga kering, ditimbang sebanyak 300 g.
Sampel dari bagian tanaman sebelum dianalisis terlebih dahulu
dirajang bertujuan untuk memperluas bidang sentuh antara
pelarut dengan jaringan tanaman yang digunakan sehingga
proses ekstraksi berjalan lebih cepat dan diharapkan lebih
sempurna.
b.Ekstrak n-heksan
Sebanyak 300 gram sampel batang songga yang sudah
dirajang dimaserasi dengan 1 liter n-heksana dan didiamkan
selama

2

hari

serta

sering

diaduk.

Langkah

selanjutnya

dipisahkan antara ampas dan pelarutnya dengan corong yang
diberi kertas saring. Ekstrak heksan yang diperoleh kemudian
dievaporasi sehingga diperoleh ekstrak n-heksan pekat.
c. Ekstrak diklorometana
Ampas songga dari ekstraksi n-heksana selanjutnya
dimaserasi dengan 1 liter diklorometana dan didiamkan selama 2
hari, kemudian dipisahkan ampas dan pelarut diklorometana
dengan corong yang diberi kertas saring. Ekstrak diklorometana
selanjutnya

dievaporasi

sehingga

diperoleh

ekstrak

diklorometana pekat.
d.Ekstrak etanol
Ampas dari ekstraksi diklorometana dimaserasi dengan 1
liter etanol selama 2 hari, kemudian dipisahkan ampas dan
7

pelarut etanol dengan corong yang diberi kertas saring. Ekstrak
etanol selanjutnya dievaporasi sehingga diperoleh ekstrak etanol
pekat.
e. Fraksinasi metanol
Ditimbang 300 g sampel batang tanaman Songga kemudian
direndam dengan 1 liter petroleum eter selama 2 hari. Langkah
selanjutnya dipisahkan antara pelarut dengan ampasnya dengan
corong yang diberi kertas saring. Ampas yang dihasilkan
kemudian dimaserasi kembali dengan etanol 95% selama 2 hari
dan dipisahkan ampas dengan pelarutnya serta dipekatkan
dengan

evaporasi

sampai

pelarut

etanol

habis

menguap,

sehingga diperoleh ekstrak etanol pekat.
Ekstrak etanol tersebut kemudian dipartisi menggunakan
corong pisah dengan pelarut EtOAc : asam tartarat 2% dengan
perbandingan 1:1. Dihasilkan dua lapisan kemudian dipisahkan
antara lapisan EtOAc dengan lapisan asam tartarat 2%. Lapisan
asam tartarat 2% dibasakan dengan amonia. Larutan tersebut
kemudian difraksinasi dengan EtOAc 100 ml sebanyak 3 kali.
Dipisahkan kedua lapisan dan fraksi EtOAc difraksinasi lanjut
dengan metanol 100 ml sebanyak 3 kali menggunakan corong
pisah. Fraksi metanol yang dihasilkan dievaporasi sehingga
diperoleh fraksi metanol pekat.
f. Uji fitokimia
Masing-masing ekstrak tanaman Songga (n-heksan, dcm,
etanol) dan fraksi metanol diambil sedikit untuk uji fitokimia yaitu
reaksi

identifikasi

keberadaan

senyawa

golongan

Alkaloid,

Triterpenoid, dan Flavanoid yang terkandung di dalam batang
tanaman Songga.
g.Analisis GC-MS
Ekstrak pekat yang diperoleh dari masing-masing pelarut
kemudian dimasukan dalam alat GC-MS untuk dianalisis lebih
lanjut. Sampel yang berupa ekstrak pekat dari tanaman songga
diinjeksi ke dalam inlet alat GC (Kromatografi Gas), kemudian
8

hasil pemisahan GC akan diteruskan ke alat MS (Spektroskopi
Masa). Detektor ionisasi nyala GC (FID) akan menyuguhkan TRC
(Total Respond Chromatogram), dan MS akan memberikan data
hasil analisis spesifik pada setiap titik atau puncak TRC.
Analisis GC-MS yang dilakukan pada penelitian ini dengan
kondisi alat sebagai berikut:
 Tipe alat
: Shimadzu
 Detektor
: QP2010S
 Kolom
: Rastek Rxi-5MS, panjang 30 m
 Suhu kolom : terprogram 70- 305 oC
 Suhu injektor : 300 oC
 Gas pembawa
: Helium
 Pengion
: EI/70 Ev
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Ekstraksi Batang Tanaman Songga
Ekstraksi telah dilakukan terhadap batang tanaman Songga
dengan metode maserasi yaitu perendaman yang disertai
dengan pengadukan. Sebelum diekstraksi, batang tanaman
Songga terlebih dahulu dirajang dan dikeringkan selama 1
minggu.

Perajangan

ini

dilakukan

dengan

tujuan

untuk

memperluas bidang sentuh/luas permukaan antara jaringan
tanaman dengan pelarutnya, sehingga senyawa-senyawa yang
terkandung dapat terekstrak sempurna. Pengeringan bertujuan
untuk mengurangi kadar air dalam sampel sehingga tidak
mengganggu proses ekstraksi. Tingkat kekeringan sampel (kadar
air) mempengaruhi hasil ekstraksi (Hernani, 2004).
Proses ekstraksi dalam analisis tanaman obat merupakan
proses yang sangat penting karena mempengaruhi hasil dari
tahap-tahap selanjutnya, baik tahap analisis maupun identifikasi.
Ekstraksi dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga jenis pelarut
yaitu n-heksana, diklorometana dan etanol. Hal ini bertujuan
untuk mengklasifikasikan senyawa-senyawa berdasarkan tingkat
kepolarannya. Perendaman dilakukan selama dua hari untuk
9

masing-masing

pelarut

dan

disertai

pengadukan

guna

memperoleh hasil ekstraksi yang bagus. Selain itu dilakukan
fraksinasi dengan metanol untuk mengetahui senyawa yang
bersifat paling polar yang terkandung dalam batang tanaman
Songga.
Tahap

terakhir

dari

ekstraksi

ini

adalah

dilakukannya

evaporasi (penguapan pelarut) sehingga diperoleh ekstrak pekat
dari masing-masing ekstraksi, yaitu ekstrak n-heksana pekat,
diklorometana pekat, etanol pekat dan metanol pekat. Ekstrakekstrak tersebut kemudian disimpan dalam botol kecil guna
menjaga kestabilan terhadap pengaruh lingkungan.
B. Hasil Uji Fitokimia
Telah dilakukan analisis fitokimia untuk masing-masing
ekstrak batang tanaman Songga dan menunjukan bahwa pada
ekstrak dcm teridentifikasi semua jenis golongan senyawa yang
diujikan yaitu alkaloid, flavanoid dan triterpenoid. Pada ekstrak
heksan teridentifikasi senyawa golongan triterpenoid, ekstrak
etanol teridentifikasi adanya alkaloid dan flavonoid, sedangkan
pada fraksi metanol hanya teridentifikasi keberadaan senyawa
golongan alkaloid. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1 berikut
ini.
Tabel 1

Hasil identifikasi dengan uji fitokimia pada masingmasing ekstrak dari batang tanaman Songga
Ekstrak
Kandunga
Dikoromet

n

Heksan

Alkaloid
Flavanoid
Triterpenoi

-

ana
+
+

+

+

d

Etanol

Metanol

+
+

+
-

-

-

Keterangan: tidak ada (-), ada (+)
Hasil uji fitokimia ini sesuai dengan sifat dari masing-masing
golongan senyawa yang diidentifikasi yang telah dipaparkan
pada tinjauan pustaka. Triterpenoid termasuk senyawa yang

10

bersifat nonpolar dan atau semi polar. Sifat ini karena adanya
gugus

carbon

(metil)

yang

membentuk

molekul

senyawa

golongan triterpenoid. Sebagian juga ada yang berbentuk siklik
dan mengikat gugus –OH, sehingga benar jika triterpenoid
teridentifikasi pada ekstrak heksan dan diklorometana. Senyawa
golongan ini juga termasuk golongan minyak atsiri.
Flavanoid dan alkaloid termasuk golongan senyawa yang
bersifat semipolar atau polar. Flavanoid memiliki gugus siklik
(cincin A dan B) yang dijembatani oleh atom O (oksigen) serta
mengikat gugus –OH yang menyebabkan flavanoid bersifat polar.
Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat polar karena adanya
gugus siklik dan pengaruh atom N (nitrogen) yang terdapat di
dalam molekul senyawa golongan ini. Hal tersebut menyebabkan
alkaloid

dan

flavanoid

teridentifikasi

positif

pada

ekstrak

diklorometana dan etanol.
Pada fraksi metanol hanya teridentifikasi alkaloid karena
alkaloid

merupakan golongan

senyawa

yang

sangat polar

diantara terpenoid dan flavonoid. Selain hal tersebut, diagram
kerja

untuk

pengambilan

fraksinasi
senyawa

metanol

merupakan

alkaloid

dalam

diagram
tanaman

kerja
obat

(Sastrohamidjojo, 1996), sehingga benar jika dihasilkan uji positif
keberadaan alkaloid pada fraksi metanol.
C. Hasil Analisis GC-MS dari Ekstrak Tanaman Songga
Telah dilakukan analisis GC-MS terhadap ekstrak-ekstrak dari
tanaman Songga dan diperoleh kromatogram GC dari masingmasing ekstrak tersebut. Terdapat puncak-puncak (peak) pada
kromatogram

hasil

analisis

GC-MS,

dimana

masing-masing

puncak mewakili satu jenis senyawa yang teranalisis Untuk lebih
jelasnya berikut ini disajikan kromatogram GC yang diperoleh
pada masing-masing ekstrak.

11

Gambar 1 Kromatogram GC pada ekstrak heksan

12

Gambar 2 Kromatogram GC pada ekstrak diklorometana (dcm)

Gambar 3 Kromatogram GC pada ekstrak etanol

13

Gambar 4 Kromatogram GC pada fraksi metanol
Kromatogram-kromatogram hasil analisis GC-MS di atas
menunjukan

bahwa

pada

setiap

ekstrak/fraksi

memiliki

perbedaan hasil analisis. Lebih jelasnya pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2 Jumlah jenis senyawa kimia dalam masing-masing
ekstrak dari batang tanaman Songga
Sampel

Jumlah puncak pada ekstrak (fraksi)
ndikloromet
Tanaman
etanol
metanol
heksana
ana
Songga
35
7
13
3
Jumlah puncak yang teridentifikasi tersebut bukan berarti
jumlah senyawa total yang terkandung dalam masing-masing
ekstrak. Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa yang
terdeteksi oleh alat GC-MS, tentunya masih banyak senyawa
yang terkandung yang tidak terdeteksi, bisa disebabkan karena
konsentrasi senyawa yang terlalu kecil atau bisa juga disebabkan
oleh masa molekul senyawa yang terlalu besar. Faktor adanya
pengotor juga mempengaruhi terdeteksi atau tidaknya senyawa
yang terkandung dalam ekstrak.
Dapat dilihat dari kromatogram hasil analisis GC-MS bahwa
terdapat beberapa senyawa yang memiliki m/z yang sama
terdeteksi pada ekstrak yang berbeda.
Tabel 3

N
o.

m/z

Jenis senyawa kimia yang sama dan persentase
kelimpahannya pada masing-masing ekstrak dari
batang tanaman Songga
Heksan
Pea
k

tR

DCM
%

Pea

are

k

tR

Etanol
%

Pea

are

k

tR

Metanol
%

Pea

are

k

tR

%
are

14

1.

256

1

20.

a
5.5

1

21.

a
27.

-

-

a
-

-

-

a
-

2.

280

5

0
21.

8
3.8

2

1
22.

4
14.

-

-

-

-

-

-

3.

279

12

7
25.

6
2.0

4

9
26.

1
0.6

-

-

-

-

-

-

4.

410

32

4
34.

6
15.

6

5
34.

6
5.5

-

-

-

-

-

-

5.

394

-

1
-

1
-

7

6
40.

2
47.

-

-

-

3

38.

79.

1

7

1

9

Dari tabel terlihat bahwa untuk senyawa yang sama (m/z
sama)

memiliki

tR

yang

hampir

sama

atau

mirip

pada

ekstrak/fraksi yang berbeda. Misalnya senyawa dengan m/z 256,
pada ekstrak heksan memiliki tR = 20,0 dan pada ekstrak
diklorometana dengan tR = 21,1. Selisih waktu retensi (tR) yang
terjadi terkait dengan tingkat kemurnian ekstrak yang diperoleh,
akan tetapi dapat ditoleransi (tetap dianggap sama) karena
selisih tR sangat kecil. Atas dasar penjelasan tersebut, maka
dapat dikatakan atau diprediksi bahwa apabila terdeteksi dua
senyawa pada ekstrak/fraksi yang berbeda dengan t R yang sama
(mirip) maka kedua senyawa tersebut merupakan satu jenis
senyawa yang sama.
Setelah dilakukan pelacakan dan pendekatan pustaka,
ternyata tidak semua jenis senyawa yang terdeteksi GC-MS
dapat diketahui nama dan strukturnya. Beberapa senyawa yang
dapat diidentifikasi antara lain pada tabel 4 dan tabel 5 berikut:
Tabel 4

Hasil pelacakan dan pendekatan pustaka kromatogram
GC-MS ekstrak Heksan batang tanaman Songga

Pea
k

Wakt
u
Rete
nsi

%
Are
a

SI

M+

1

20.00
3

5.58

96

256

Struktur
Molekul

Senyawa
Asam
palmitat

15

5

12

32

Tabel 5

21.76
1

25.35
0

34.06
7

3.86

2.06

15.1
2

91

96

74

280

9,12octadecadien
oic acid

390

1,2benzenedica
rboxylic acid,
bis(2ethylhexyl)
ester (CAS)
bis(2ethylhexyl)
phthalate

410

cycloprop[7,
8]ergost-22en-3-ol,
(3.beta.,5.alp
ha.,7.beta.,8.
alpha.,22E)(CAS)

Hasil pelacakan dan pendekatan pustaka kromatogram
GC-MS ekstrak dcm batang tanaman Songga

Pea
k

Wakt
u
Rete
nsi

%
Are
a

SI

M+

1

21.18
9

27.3
6

95

256

Asam
palmitat

2

22.93
0

14.1
1

90

280

9,12octadecadien
oic acid

3

23.12
2

3.18

95

284

Struktur
Molekul

Senyawa

Octadecanoi
c acid

16

26.50
1

4

0.66

95

390

6

34.64
2

5.52

73

410

7

40.11
3

47.7
0

78

394

Pada

ekstrak

1,2benzenedica
rboxylic acid,
bis(2ethylhexyl)
ester (CAS)
bis(2ethylhexyl)
phthalate

etanol

tidak

cycloprop[7,
8]ergost-22en-3-ol,
(3.beta.,5.alp
ha.,7.beta.,8.
alpha.,22E)(CAS)

Brucine

ada

senyawa

yang

dapat

teridentifikasi karena keterbatasan pustaka dalam membaca
spektra senyawa yang terdapat pada kromatogram GC ekstrak
etanol yang diperoleh. Pada fraksi metanol teridentifikasi 1
senyawa yaitu brucine (puncak 3) seperti yang terdapat pada
tabel 5 peak 7 di atas.
Senyawa
golongan

triterpenoid

berstruktur

siklik,

kebanyakan berupa alkohol, aldehida atau asam karboksilat,
biasanya terdapat dalam kulit batang dan terkenal karena
rasanya pahit (Harborne, 1987). Triterpenoid mengandung atom
karbon (-C) yang membentuk gugus alkil, mengikat hidroksi (OH), dan atom oksigen (-O). Dari penjelasan tersebut struktur
yang

terdeteksi

senyawa

pada

golongan

kromatogram

GC

yang

triterpenoid

adalah

diperkirakan
asam

1,2-

17

benzenedicardoxylic

yang

terdeteksi

pada

ekstrak

heksan

(puncak 12) dan ekstrak diklorometan (puncak 4), dan senyawa
cycloprop[7,8]ergost-22-en-3-ol,
(3.beta.,5.alpha.,7.beta.,8.alpha.,22E)-(CAS)

yang

terdeteksi

pada ekstrak heksan (puncak 32) dan ekstrak dcm (puncak 6).
Hasil deteksi tersebut sesuai dengan hasil uji fitokimia, dimana
senyawa

golongan

triterpenoid

menghasilkan

keberadaannya dalam ekstrak heksan.
Senyawa golongan alkaloid memberikan

uji

positif

hasil

positif

keberadaannya dengan uji fitokimia pada ekstrak diklorometana,
etanol, dan fraksi metanol menunjukan bahwa senyawa golongan
ini bersifat polar. Satu senyawa hasil deteksi GC-MS yang
diperkirakan merupakan suatu senyawa golongan alkaloid adalah
brusin.

Senyawa

ini

terdeteksi

GC-MS

pada

ekstrak

diklorometana (puncak 7) dan fraksi metanol (puncak 3). Alkaloid
merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu
atau lebih atom nitrogen (N), biasanya dalam gabungan, sebagai
bagian dari sistem siklik, dan juga mengandung atom oksigen (O)
(Harborne, 1987). Dari struktur senyawa yang telah diidentifikasi
(tabel 5.5) menunjukan kesesuaian struktur molekul brusin
dengan ciri-ciri dari senyawa golongan alkaloid.
KESIMPULAN
Dari hasil uji fitokimia disimpulkan bahwa batang songga
paling banyak mengandung senyawa golongan alkaloid (uji
positif pada ekstrak diklorometana, etanol, dan fraksi metanol).
Pelarut terbaik yang digunakan untuk pengambilan senyawa
alkaloid dalam batang tanaman songga adalah dengan metanol
(pelarut yang bersifat polar).
Senyawa brusin pada fraksi metanol (puncak 3) dari hasil
analisis

GC-MS diperkirakan merupakan senyawa golongan

alkaloid karena dari hasil analisis fitokimia fraksi metanol
diperoleh uji positif hanya untuk golongan alkaloid.
18

DAFTAR PUSTAKA
Agus, A., 2001, Ramuan Tradisional, Agro Media Pustaka, Jakarta.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan, ITB Bandung, Bandung.
Hernani, 2004, Gandapura: Pengolahan, Fitokimia, Minyak Atsiri
Dan Daya Herbisida, Buletin TRO Vol. XV No. 2, 2004, Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Laksmiwati, D., dan Muti’ah, 2004, Komposisi Alkaloid, Steroid,
Flavonoid, dan Unsur Mikro dalam Berbagai Jamu
Tradisional Suku Sasak Lombok, Laporan Penelitian FKIPUnram, Mataram.
Mulja, M., dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, Bandung.
Nikmatullah, A., K. Zawani, A. Parwata., 2003, Studi Produksi
Senyawa Metabolit Sekunder Secara In-vitro pada Kalus
Makuto Dewo (Phaelaria papuana Linn.), Laporan Penelitian
Fakultas Pertanian-Unram, Mataram.
Sastrohamidjojo, H., 1996, Sintesis Bahan Alam, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

19