Pedoman Pemanfaatan Ruang dan Pengendali

1.4. Dasar Hukum

Landasan hukum kegiatan penyusunan dokumen Pedoman Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Jalan Tol Samarinda-Bontang Provinsi Kalimantan Timur, adalah berdasarkan kebijakan sebagai berikut :

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan; 

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan;

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2003 tentang Penatagunaan Tanah;

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol;

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan; dan

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol; dan  Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol; dan

2. Disesuaikan dengan studi sebelumnya, yaitu terdapat beberapa studi yang dapat menjadi acuan terhadap penetapan deliasi ini yaitu:

a. Studi Analisis mengenai dampak lingkungan jalan baru (highway) Balikpapan-Samarinda-Bontang sepanjang 162,153 Km dengan lebar

Rumija 70 m, dengan ruang sebaran dampak yang diakibatkan diperkirakan berjarak 300 m sebelah kanan dan kiri Rumija; dan

b. Studi Penyusunan Pemanfaatan Ruang jalan tol Balikpapan-samarinda menetapkan 300 m ruas kiri dan kanan Rumija, didalamnya termasuk penetapan batas lahan Ruwasja minimum 40 m yang diukur dari Rumija dan penetapan jarak batas kawasan budidaya dengan batas

terluar Rumija jalan tol minimum 20 m. Merujuk pada pertimbangan diatas

pemanfaatan ruang kawasan tol Samarinda- Bontang adalah 300 m pada kedua sisi di

batas terluar Rumija, didalamnya termasuk penetapan batas lahan Ruwasja minimum

40 m yang diukur dari Rumija dan penetapan jarak batas kawasan budidaya dengan batas terluar Rumija jalan tol minimum 20 m (lihat

2.1 Deliniasi Kawasan Pemanfaatan Ruang Kawasan Tol Samarinda –

Gambar 2.1 berikut).

Bontang

Wilayah kajian pedoman ini mencakup sekitar jalan tol Samarinda-

2.2 Kondisi Fisik Dasar

Gambar 2. 1 Konsepsi Deliniasi

Bontang, yaitu kabupaten /kota di Provinsi Kalimantan Timur yang meliputi: Kota

2.2.1 Pemanfaatan Ruang Kawasan Topografi

Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Bontang. Kawasan di sekitar

Sekitar Jalan Tol Samarinda-Bontang

Wilayah sekitar jalan tol Samarinda

jalan tol yang dimaksud dalam pedoman ini, merupakan ruang di luar milik jalan (rumija) pada kedua sisinya, yang mempunyai pengaruh terhadap jalan tol.

– Bontang pada umumnya didominasi oleh dataran yang memiliki kelas lereng 2-15% yaitu sebesar 62,26% dari total wilayah

Dengan panjang ruas jalan tol segmen Samarinda-Bontang yang direncanakan atau seluas 3.003,26 Km 2 . Sedangkan kelas lereng diatas 25% hanya sebesar adalah sepanjang 89,16 Km termasuk jalan akses jalur masuk /keluar jalan tol.

0,78% yang 0,03% merupakan wilayah dengan kelas lereng >40%. Dengan Dasar pertimbangan dalam mendeliniasi kawasan pemanfaatan ruang

kondisi kelerengan seperti itu, maka pengembangan jalan tol ruang Samarinda kawasan tol Samarinda-Bontang adalah sebagai berikut:

– Bontang tidak akan mengalami hambatan yang begitu besar, karena lokasi yang

1. Pedoman mengenai pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan

relatif datar.

ruang kawasan sekitar jalan tol, kawasan disekitar jalan tol merupakan Untuk lebih jelasnya mengenai kelas lereng di wilayah sekitar jalan tol ruang di luar ruang milik jalan tol (rumija) pada kedua sisinya, yang Samarinda – Bontang dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Gambar 2.2.

tepi sungai atau muara sungai. Total formasi geologi alluvium adalah sebesar Kemiringan Lereng Wilayah Sekitar Jalan Tol Samrinda - Bontang 2 1.808,64 Km atau 37,39%

Tabel 2. 1

Kelas Lereng

Luas (Km 2 )

Persentase

dari total luas wilayah sekitar

jalan tol Samarinda-Bontang.

Peta Geologi

terdapat pula formasi geologi

lainnya seperti pamaluan

yang merupakan batupasir

Sumber : Hasil analisa 2012

batugamping dan batulanau;

Peta Kelas Lereng

berlapis sangat baik.Batu pasir

kuarsa merupakan

kehitam-kecoklatan, berbutir halus-sedang, terpilah baik, butiran

membulat-bulat

tanggung, padat, karbonan dan gamping. Kemudian juga terdapat formasi balikpapan, pulau

balang,

bebulu,

alluvium tua, kampung baru dan bojongmanik. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi geologis kawasan sekitar jalan tol ini, dapat dilihat pada Table 2.2. dan Gambar 2.3.

Tabel 2. 2

Formasi Geologi Kawasan Sekitar Jalan Tol Samarinda – Bontang

No

Formasi Geologi

Luas (Km 2 )

3 Alluvium Tua

5 Kampung Baru

Formasi geologi yang terdapat dikawasan sekitar jalan tol Samarinda –

Bontang didominasi oleh alluvium yang merupakan batuan sediment yang

8 Pulau Balang

dibentuk atau diendapkan oleh sungai-sungai.Batuan ini dapat kita lihat di tepi-

Sumber : Hasil analisa 2012 Sumber : Hasil analisa 2012

2.2.3 Jenis Tanah

wilayah. Untuk lebih jelasanya mengenai penggunaan lahan dimasing-masing

kecamatan di wilayah sekitar jalan tol, dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan 45,91% dari luas keseluruhan. Selain itu terdapat pula tanah dengan jenis

Bontang adalah tanah jenis Orgaosol Glei Humus seluas 2.219,32 Km 2 atau

Gambar 2.5.

organosol glei humus dan podsolik merah kuning. Untuk lebih jelasnya mengenai jenis tanah di kawasan sekitar jalan tol Samarinda – Bontang, dapat dilihat pada

Gambar 2. 5.

Gambar 2.4.

Peta Penggunaan Lahan

Gambar 2. 4. Peta Jenis Tanah

2.3 Kondisi Kependudukan dan Sosial Budaya

Jumlah penduduk yang berada di dua kota dan satu kabupaten yang

dilewati oleh ruas jalan tol Samarinda – Bontang pada tahun 2010 berjumlah Penggunaan lahan di kawasan sekitar jalan tol Samarinda – Bontang

2.2.4 Penggunaan Lahan

1.497.863 jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak berada di Kota Samarinda berdasarkan dari hasil interpretasi citra dan foto udara, penggunaan lahan yang 2 dengan 727.500 jiwa dan kepadatan penduduk 1.013 Jiwa/Km , sedangkan

dominan adalah semak belukar dan rawa yang memiliki luas sebesar jumlah penduduk paling sedikit adalah Kota Bontang dengan 143.683 jiwa dan 2.153,73 Km 2 atau 44,62 % dari luas wilayah keseluruhan, diurutan berikutnya

untuk kepadatan terendah berada di Kabupaten Kutai Kartanegara, yaitu hanya adalah lahan pertanian baik pertanian lahan basah maupun pertanian lahan 2 23 jiwa/Km . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Table 2.4.

Tabel 2. 3 Penggunaan Lahan Sekitar Jalan Tol Samarinda – Bontang Berdasarkan

Tabel 2. 4 Jumlah Penduduk Wilayah Kabupaten dan Kota yang dilalui

Wilayah Administrasi Kecamatan Tahun 2011

Ruas Jalan Tol Samrinda – Bontang Tahun 2010

Penggunaan Lahan

Luas ( Km2)

Jumlah Kepadatan

Penduduk Penduduk

1 Kota Samarinda*

2 Kabupaten Kutai Kartanegara

Fasilitas Sosial Kota

3 Kota Bontang

Hutan Kota

Hutan Lahan Kering Sekunder

Sumber : BPS Kabupaten Kukar, Kota Bontang dan Kota Samarinda

Hutan Lindung

* Data Kota Samarinda sebelum pemekaran kecamatan

Hutan Mangrove Sekunder

Hutan Rawa Sekunder

Hutan Tanaman

2.3.1 Potensi Ekonomi Wilayah

Potensi ekonomi di wilayah sekitar jalan tol Samarinda

sangatlah beragam, jika dilihat dari administrasi wilayahnya, maka sesuai dengan

Kebun Raya Samarinda

nilai PDRB masing-masing kabupaten dan kota, maka dapat dilihat bahwa potensi

Lahan Terbuka

ekonomi terbesar berada di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan produksi

Lapangan Golf

minyak dan gas nya, kemudian di Kota Bontang dengan sektor industri

Lapangan Olah Raga

pengolahannya, kemudian Kota Samarinda dengan sektor Perdagangan,

Pariwisata

Restoran, dan Hotel. Khusus untuk sektor pertambangan batu bara, wilayah jalan

Pelabuhan Khusus

tol Samarinda – Bontang akan melalui kawasan potensial pertambangan batubara

Pelabuhan Umum

seluas 858,30 Km dengan wilayah terluas berada di Kecamatan Marangkayu

Perdagangan dan Jasa

364,63 Km atau lebih dari 42,48% dari luas seluruh kawasan tambang. Untuk

lebih jelasnya mengenai kawasan tambang di kawasan sekitar jalan tol, dapat

Perluasan Bandara

dilihat pada Table 2.5 berikut.

Pertanian Lahan Basah

Tabel 2. 5 Luasan Kawasan Tambang Batubara Sekitar Jalan Tol Samarinda – Bontang

Pertanian Lahan Kering

Luas (Km 2 )

1 Kec. Anggana

Batubara

RTH Olahraga

2 Kec. Marangkayu

Semak Belukar

3 Kec. Muara Badak

Batubara

Semak/Belukar Rawa

4 Kec. Palaran

5 Kec. Samarinda Utara

Batubara

Taman Kota

6 Kec. Sambutan

7 Kec. Sungai Pinang

Jumlah Total

Sumber : Hasil Analisa 2012

Sumber : Interpretasi Citra 2011

Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), yaitu pusat yang melayani wilayah strategis provinsi maupun Nasional, PKSN dibagi menjadi dua

bagian yaitu PKSN yang akan dikembangkan pada 5 tahun pertama dan 5 tahun kedua. Adapun yang termasuk dalam PKSN 5 tahun pertama adalah Nunukan (Kabupaten Nunukan) dan Simanggaris (Kabupaten Nunukan) dan PKSN 5 tahun kedua adalah Long Midang (Kabupaten Nunukan), Long Pahangai (Kabupaten Kutai Barat) dan Long Nawang

(Kabupaten Malinau).

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yaitu kawasan perkotaan yang diklasifikasikan sebagai PKW memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup provinsi atau beberapa kabupaten. PKW juga dibagi menjadi dua bagian yaitu PKW pada 5 tahun pertama dan PKW pada 5 tahun kedua. Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKW 5 tahun pertama di Provinsi Kalimantan Timur adalah Sangatta (Kabupaten Kutai Timur), Tanjung Redeb (Kabupaten Berau),dan Nunukan (Kabupaten Nunukan). Sedangkan kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKW 5 tahun kedua adalah Tanah Grogot (Kabupaten Paser), Sendawar (Kutai Barat), Tanjung Selor (Kabupaten Bulungan), MalinauKota (Kabupaten Malinau), dan Tau Lumbis (Kabupaten Nunukan). Kota Penajam(Kabupaten Penajam Paser

3.1 Tinjauan Kebijakan Penataan Ruang

Utara)yang berada di sebelah Selatan Teluk Balikpapan dan berbatasan dengan Kota Balikpapan dan Kabupaten Paser, serta Kota Tidung

3.1.1 Tinjauan Kebijakan RTRW Provinsi Kalimantan Timur

Pale(Kabupaten Tana Tidung)di kawasan pesisir utara Provinsi

3.1.1.1 Rencana Struktur Ruang Provinsi Kalimantan Timur

Kalimantan Timur direncanakan menjadi Pusat Kegiatan Wilayah yang

A. Arahan Sistem Perkotaan

dipromosikan (PKWp) sebagai wilayah yang dipacu pertumbuhannya. Hirarki fungsional pusat-pusat pembentuk struktur ruang wilayah

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) ditujukan untuk melayani satuan ruang yang Provinsi Kalimantan Timur hingga tahun 2030 direncanakan sebagai berikut :

efektif sesuai dengan kemampuan dan potensi setempat (lokal) yang ada, terutama kawasan pedalaman, perdesaan, dan perbatasan.

 Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu pusat yang melayani seluruh Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKL di

wilayah Provinsi Kalimantan Timur serta wilayah nasional dan

Provinsi Kalimantan Timur adalah:

internasional yang lebih luas. Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk

Long Ikis, Kuaro, Muara Komam, Batu Kajang, Long Kali (Kabupaten berfungsi sebagai PKN di Provinsi Kalimantan Timur adalah kawasan

Paser);

perkotaan Balikpapan –Tenggarong–Samarinda – Bontang dan Kota

Melak (Kabupaten Kutai Barat);

Tarakan.

Muara Badak, Muara Jawa, Kota Bangun, Kembang Janggut (Kabupaten Kutai Kartanegara);

- Muara Bengkal, Muara Wahau, Sangkulirang (Kabupaten Kutai Berdasarkan hasil analisis kelayakan lahan di Kalimantan Timur, rencana Timur);

pola ruang di wilayah ini dapat dilihat pada Table 3.1 dan Gambar 3.1 di bawah -

Merancang, Tepian Buah, Tanjung Batu, Talisayan, Mangkajang,

ini:

Labanan (Kabupaten Berau);

Tabel 3. 1

- Long Pujungan, Mahak Baru (Kabupaten Malinau);

Rencana Pola Ruang Provinsi Kalimantan Timur

- Sekatak Buji, Tanah Kuning, Karang Agung, Bunyu Tengah, Long Bia (Kabupaten Bulungan);

No.

Fungsi Kawasan

Luas (Ha) Persentase

- Petung (Kabupaten Penajam Paser Utara); dan

1 Kawasan Lindung

- Sungai Nyamuk, Long Bawan, Long Layu, Atap, Mensalong,

Pembeliangan (Kabupaten Nunukan), dan Sesayap (Kabupaten 12,62%

a Kawasan Peruntukan Hutan Lindung

Tana Tidung). 0,69%

b Kawasan Peruntukan Cagar Alam

c Kawasan Suaka Margasatwa

3.1.1.2 Rencana Pola Ruang Provinsi Kalimantan Timur 0,01%

d Kawasan Suaka Alam Laut

e Kawasan Peruntukan Taman Hutan Raya

Dari daratan

Provinsi

f Kawasan Peruntukan Taman Nasional

Kalimantan Timur seluas 19.844.117

Gambar 3. 1

g Kawasan Peruntukan Taman Wisata Alam Laut

Ha, kawasan lindung menempati

Peta Pola Ruang

h Kawasan Peruntukan Mangrove

sekitar 24,3% dari luas daratan

Provinsi Kalimantan Timur

Kawasan Konservasi Pesisir

provinsi dan 75,7% merupakan

Kawasan Lindung Geologi

kawasan budidaya. Walaupun lahan

Tubuh Air

potensial bagi kegiatan budidaya

2 Kawasan Budidaya

berdasarkan kesesuaian

lahan

mencakup hampir 80% dari luas 40,87%

a Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

daratan Provinsi Kalimantan Timur, 1,24%

b Kawasan Peruntukan Pertanian

namun 16,11% mempertimbangkan

c Kawasan Peruntukan Perkebunan

kepentingan 0,68% akan fungsi

d Kawasan Peruntukan Perikanan

perlindungan 0,55% dan pelestarian lingkungan, maka ketersediaan

e Kawasan Peruntukan Pariwisata

f Kawasan Peruntukan Pertambangan

lahan potensial tidak

selalu

g Kawasan Peruntukan Industri

dimanfaatakan bagi

kegiatan

h Kawasan Peruntukan Permukiman

budidaya dan pengembangan

Kawasan Peruntukan Budidaya Lainnya

kegiatan budidaya

dilakukan

Buffer Jalan

dengan tetap mempertahankan

Kawasan Militer

fungsi 100,00% perlindungan lingkungan Sumber : RTRW Provinsi Kalimantan Timur kawasan yang bersangkutan.

Total

3.1.2 Tinjauan Kebijakan RTRW Kota Samarinda

2. Pengembangan Sub Pusat Pengembangan Kawasan (SPPK)

3.1.2.1 Rencana Struktur Ruang Kota Samarinda

3. Pengembangan Unit Lingkungan

Rencana pengembangan pusat-pusat pelayanan dalam rangka Untuk lebih jelasnya mengenai Struktur Ruang, Pengembangan Pusat- pemerataan pembangunan wilayah Kota Samarinda adalah sebagai berikut :

Pusat Pelayanan Kota Samarinda dan Fungsi Hinterland dapat dilihat pada  Hirarki I dengan skala pelayanan regional dan kota di Pusat Kota;

Gambar 3.2.

 Hirarki II dengan skala pelayanan bagian kota di Pusat PPK;  Hirarki III dengan skala pelayanan sub bagian kota di Pusat Sub PPK; dan

 Gambar 3. 2 Hirarki IV dengan skala pelayanan lingkungan di Pusat Lingkungan.

Struktur Ruang Kota Samarinda

Untuk lebih jelas mengenai Pembagian PPK dan Sub PPK Kota Samarinda dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3. 2

Pembagian PPK dan Sub PPK Kota Samarinda

No. Kecamatan Luas Wilayah

Jumlah penduduk

2. Samarinda Ilir

3. Samarinda Seberang

4. Loa Janan Ilir

6. Sungai Kunjang

7. Samarinda Ulu

8. Samarinda Kota

9. Sungai Pinang

10. Samarinda Utara

Kota Samarinda

Sumber : RTRW Kota Samarinda

Untuk mengembangkan kota-kota di Kota Samarinda baik hirarki maupun fungsinya, maka diperlukan kebijaksanaan pengembangan menurut skala pelayanan, yaitu sebagai berikut :

1. Pengembangan Pusat Kota yang mempunyai pelayanan regional dan kota

3.1.2.2 Rencana Pola Ruang Kota Samarinda

perkebunan, hutan rakyat, perikanan dan peternakan. Sedangkan kawasan non-

A. Kawasan Lindung

pertanian diantaranya ada lah, pertambangan, permukiman, dan industri perdagangan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.3

Hutan Lindung

Hutan lindung Kota Samarinda berdasarkan hasil analisis kemampuan

Gambar 3. 3

wilayah terdapat di 8 SPL, yaitu SPL 9, 10, 20, 23, 24 dan 28 seluas 16.195,57 Ha

Peta Pola Ruang Kota Samarinda

(23,02 %). Wilayah yang mempunyai kemiringan > 40 % dan sesuai dengan Inmendagri No. 8/1985, wilayah tersebut dijadikan kawasan hutan yang berfungsi lindung, yaitu di SPL 4, 10, 14, 20, 24, dan 28 yang mencapai luas 22.018,89 Ha (31,29 %).

Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat yang mencakup sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau /waduk, kawasan sekitar mata air, kawasan terbuka hijau termasuk di dalamnya hutan kota.

Kawasan Suaka Alam

Kawasan suaka alam adalah kawasan yang memiliki ekosistem khas, yang merupakan habitat alami yang member perlindungan bagi perkembangan flora fauna yang khas dan beraneka ragam. Kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam, suaka marga satwa, hutan wisata, daerah perlindungan plasma nutfah dan daerah pengungsian satwa.

Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana di Kota Samarinda adalah seringnya terjadi banjir. Banjir adalah genangan air yang lama tergenang dengan volume dan luasan yang besar. Kawasan rawan bencana banjir dan genangan ini sangat merugikan infrasutruktur, pertanian, dan sektor-sektor ekonomi lainnya

Penyebab terjadinya genangan di Kota Samarinda terutama dikarenakan kondisi fisik dasar dan aktivitas manusia.

3.1.3 Tinjauan Kebijakan RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara

B. Kawasan Budidaya

3.1.3.1 Rencana Sruktur Ruang Kabupaten Kutai Kartanegara

Kawasan budidaya terbagi atas dua bagian, yaitu kawasan budidaya

A. Rencana Sistem Kegiatan

hutan dan kawasan budidaya non-hutan. kawasan budidaya hutan meliputi kawasan hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, hutan konversi, dan APL

Pengembangan sistem perkotaan di Kabupaten Kutai Kartanegara yang (Areal Penggunaan Lain). Sedangkan kawasan budidaya non-hutan terbagi

mengacu pada RTRWN dan RTRW Provinsi Kalimantan Timur menetapkan: menjadi dua bagian lagi, yaitu pertanian dan non-pertanian, yang termasuk

1. PKN berupa Kawasan Perkotaan Balikpapan – Tenggarong – Samarinda – kedalam pertanian antara lain, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering,

Bontang;

2. PKL meliputi:

Kawasan Perlindungan Setempat

a) Perkotaan Kota Bangun; Menurut klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten, kawasan

b) Perkotaan Muara Badak; perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan pantai, sempadan sungai,

c) Perkotaan Muara Jawa; dan kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, dan kawasan ruang

d) Perkotaan Kembang Janggut.

terbuka hijau perkotaan.

3. PKLp meliputi:

Tabel 3. 3

a) Perkotaan Samboja; dan

Sistem dan Fungsi Perkotaan di Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara

b) Perkotaan Tenggarong Seberang.

No

Pusat Kegiatan

- Pusat pengolahan migas

4. PPK meliputi:

Tenggarong

– Samarinda –

a) Perkotaan Sanga – Sanga;

Bontang

- Pusat pengolahan batubara

- Pusat pemerintahan kabupaten

b) Perkotaan Loa Janan;

- Pusat perdagangan regional

c) Perkotaan Loa Kulu;

- Pusat koleksi dan distribusi barang regional

d) Perkotaan Muara Muntai;

- Pusat pengembangan perkebunan sawit dan

e) pengolahan hasil sawit Perkotaan Muara Wis;

2 PKL

Kota Bangun

f) Perkotaan Sebulu;

- Sebagai pusat pendukung kegiatan PKN

Tenggarong

g) Perkotaan Anggana;

Muara Badak

- Sebagai pusat pendukung kegiatan PKSN

h) Perkotaan Marang Kayu;

Samarinda

i) Perkotaan Muara Kaman; Muara Jawa - Sebagai pusat pendukung kegiatan PKSN

j) Samarinda dan PKN Balikpapan Perkotaan Kenohan; dan

Kembang Janggut

k) Perkotaan Tabang.

- Sebagai pusat pendukung kegiatan PKSN Long

Pahangai

Untuk lebih jelas mengenai sistem dan fungsi Perkotaan di Kabupaten Samboja

3 PKLp

- Pusat pelayanan perkotaan

Tenggarong Seberang

Kutai Karanegara dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Gambar 3.4 berikut.

- Pusat transportasi regional dan lokal - Pusat pengembangan pertanian

3.1.3.2 Rencana Pola Ruang Kabupaten Kutai Kartanegara

- Pusat pelayanan pariwisata, dan

A. Rencana Kawasan Lindung

- Pusat pelayanan industri dan jasa perdagangan

terbatas

Kawasan Hutan Lindung

4 PPK

Sanga-Sanga

- Pusat pelayanan perkotaan

Loa Janan

Loa Kulu

- Pusat transportasi antar kecamatan dan/atau

Luas Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Kutai Kartanegara seluas

lokal kecamatan

210.330,90 Ha, dengan sebaran sebagai berikut: Muara Muntai

Muara Wis

- Pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian

1. Kecamatan Kembang Janggut;

Sebulu

- Pusat kegiatan perikanan

Kecamatan Marang Kayu;

2. Anggana - Pusat pengembangan industri, dan

3. - Pusat pelayanan jasa dan perdagangan lokal Kecamatan Samboja; dan

Marang Kayu

Muara Kaman

4. Kecamatan Tabang.

Kenohan

Tabang

Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara

Tabel 3. 4

Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara

Gambar 3. 4

No

Jenis Penggunaan

Luas

Peta Struktur Ruang

Kabupaten Kutai Kertanegara 12,20

A Kawasan Lindung

1 Hutan Lindung

2 Cagar Alam

3 Taman Hutan Raya

4 Taman Nasional

B Kawasan Budidaya

1 Hutan Produksi

2 Hutan Produksi Terbatas

3 Hutan Produksi yg dpt Dikonversi

4 Pertanian Lahan Basah

5 Pertanian Lahan Kering

6 Kawasan Budidaya non Kehutanan

7 Kawasan Perkebunan

8 Tanaman Tahunan

10 Kawasan Pertambangan

11 Permukiman Perdesaan

12 Permukiman Perkotaan

C Tubuh Air

Luas Total

Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara

3.1.4 Tinjauan Kebijakan RTRW Kota Bontang

3.1.4.1 Rencana Struktur Ruang Kota Bontang

Sistem Perwilayahan

Sistem perwilayahan adalah adalah organisasi wilayah pengembangan Kawasan lindung dalam lingkup wilayah Kabupaten Kutai Kartangara

berupa Bagian Wilayah Kota yang selanjutnya disebut dengan BWK. Bagian mencapai total luas 332.662,70 Ha atau 24 %, dan kawasan budidaya, yaitu

Wilayah Kota (BWK) Kota Bontang terdiri dari:

2.322.997,26 Ha atau 74 % sedangkan sisanya sebesar 70.650,04 Ha atau 2% Selangkapnya fungsi dan struktur dan Pola ruang perwilayahan Kota merupakan tubuh air. Uraian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan

Bontang dapat dilihat pada Tabel 3.6, Gambar 3.6. dan Gambar 3.7.

Gambar 3.5.

Gambar 3. 7

Gambar 3. 5

Peta Struktur Ruang

Peta Pola Ruang

Kabupaten Kutai Kertanegara Kota Bontang

Gambar 3. 6 Peta Pola Ruang

Kota Bontang

Tabel 3. 5

Fungsi Perwilayahan Kota Bontang

Bagian Wilayah Pusat BWK

Kota (BWK)

Bontang Baru Skala Regional Perdagangan dan jasa

Permukiman, Pariwisata,

dan Kota

Pelabuhan, Kawasan

Konservasi, Perikanan

Industri strategis kota,

Permukiman,

internasional,

pelabuhan dan

Pariwisata,Perikanan,

regional dan

pergudangan

Kawasan Militer, Kawasan

kota

Lindung/Konservasi, Alur Pelayaran

BWK III

Bontang

Skala kota

Pusat pemerintahan

Perikanan, permukiman,

Lestari

kota, industri polusi

pariwisata, kawasan

ringan, dan pusat

lindung, alur pelayaran,

kegiatan olahraga.

perikanan dan bandara

Sumber: RTRW Kota Bontang

Dalam penyusunan peraturan zonasi, definisi dan klasifikasi penggunaan lahan yang jelas secara hukum sangat diperlukan untuk menjadi landasan utama dan sebagai

acuan untuk menentukan apakah suatu permohonan pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang atau tidak. Klasifikasi penggunaan lahan yang jelas akan mempermudah menentukan apakah ijin dapat diberikan atau ditolak.

Mekanisme insentif dan disinsentif mengandung suatu pengaturan dan

pengendalian pembangunan yang akomodatif terhadap setiap perubahan yang menunjang

pembangunan/perkembangan kota /perkotaan /kawasan. Insentif dan disinsentif diharapkan disusun oleh masing-masing daerah sebagai perangkat pengendaliannya.

Contoh mekanisme insentif dan disinsetif dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jenis Insentif dan Disinsentif

Kelompok

Objek

Perangkat/Mekanisme Insentif dan Disinsentif

Guna Lahan

Pelayanan Umum

Prasarana

Pengaturan/regulasi/

 Pengaturan hukum pemilikan

kebijaksanaan

lahan oleh private  Pengaturan sertifikasi tanah

 Kekuasaan hukum untuk

 AMDAL

mengendalikan

gangguan/pencemaran

 TDR

 Pengaturan perizinan

 Pengendalian hukum

 AMDAL

 Izin prinsip; izin usaha/tetap

terhadap kendaraan dan

 Linkage

 Izin lokasi

transportasi

 Development exaction

 Pengaturan penyediaan

 Planning permit

 Izin gangguan

pelayanan umum oleh swasta

 IMB

 Three in one policy

4.1 Konsep Pengendalian Pemanfaatan Ruang

 Izin penghunian bangunan

(IPB)

Dalam kaitannya

Ekonomi/Keuangan

 Pajak lahan/PBB

 Pajak kemacetan

pelanggaran/perubahan terhadap dokumen rencana tata ruang, yaitu:

 Pajak pengembangan lahan  Pajak balik nama/jual beli

 Pajak pencemaran

lahan

 Retribusi perizinan

 User charge/tool for

1) Perubahan fungsi, yaitu perubahan yang tidak sesuai dengan fungsi lahan yang telah

 Retribusi perubahan guna

 User charge atas pelayanan plan

lahan

umum

 Initial cost for land

ditetapkan dalam rencana, yaitu fungsi yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang

 Development impact fees

 Subsidi untuk pengadaan

consolidation

Wilayah.

 Betterment tax

pelayanan umum oleh

2) Perubahan blok peruntukan, yaitu pemanfaatan yang tidak sesuai dengan arahan

 Kompensasi

pemerintah atau swasta

peruntukan yang telah ditetapkan, yaitu perubahan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Pemilikan/Pengadaan

Pengadaan pelayanan umum  Pengadaan infrastruktur

langsung oleh pemerintah

oleh pemerintah

Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan Garis Sempadan Bangunan (GSB) tiap blok.

 Penguasaan lahan oleh

oleh pemerintah (air bersih),

3) Perubahan persyaratan teknis, yaitu pemanfaatan sesuai fungsi dan peruntukan, pemerintah

pengumpul/pengolahan

 Pembangunan

sampah, air kotor, listrik,

perumahan  Pembangunan fasilitas

tetapi persyaratan teknis bangunan tidak sesuai dengan ketentuan dalam rencana dan

telepon, angkutan umum.

Sumber : diolah dari berbagai sumber, 2012

umum

peraturan bangunan setempat, yaitu persyaratan teknis yang ditetapkan dalam

rencana tapak kawasan dan perpetakan yang menyangkut tata letak dan tata bangunan beserta sarana lingkungan dan utilitas umum.

Pengenaan sanksi dapat berbentuk vonis yang akan dikenakan kepada pelanggar melakukan rehabilitasi/ pembangunan kembali; atau diberi jangka waktu untuk

dapat berupa sanksi administrasi, dan sanksi pidana yang akan disesuaikan dengan bentuk pelanggaran, motif pelanggaran dan waktu terjadinya pelanggaran (lihat Gambar 4.1).

menyesuaikan dengan rencana.

Untuk lebih jelas mengenai prosedur pelaksanaan peraturan Zonasi dapat dilihat

Gambar 4.1 Diagram Sanksi

pada Gambar 4.2 berikut.

Gambar 4.2 Prosedur Pelaksanaan Peraturan Zonasi

PERATURAN ZONASI

secara langsung diberlakukan

Pencabutan ijin

Berhenti

Sesuai

Penertiban Pembongkaran

Ketentuan ?

T Pengenaan

denda progresif/ disinsentif

Akan direhabilitasi/

Ketentuan

Sudah

pembangunan kembali

oleh pemilik?

diberlakukan

ketentuan? mengikuti

Pemberian tenggang waktu untuk

Do Nothing

menyesuaikan dengan ketentuan yang

Sumber : UUPR 26/2007

ditetapkan (mis. 5 tahun)

Berhenti

Sumber: Panduan Konsep Dasar Penyusunan Peraturan Zonasi

4.2 Prosedur Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang dan Pembangunan 4.4.1 Konsep Prosedur Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang Dan Pembangunan

4.4.2 Prosedur Perubahan Pemanfaatan Ruang

Perubahan pemanfaatan ruang dapat diajukan oleh Masyarakat yang terdiri dari Prosedur dan pelaksanaan peraturan zonasi di sekitar jalan tol

kelompok masyarakat termasuk perorangan, badan hukum, maupun badan usaha; Samarinda-Bontang diterapkan pada Pembangunan baru, Peremajaan lingkungan, dan

Pemerintah Kota/Kabupaten; Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota/Kabupaten. Perbaikan lingkungan. Pada kawasan yang telah terbangun terdapat beberapa alternative

Untuk lebih jelas mengenai prosedur teknis dan prosedur admnistrasi perubahan pelaksanaan peraturan zonasi yaitu dikenakan secara langsung; dikenakan pada saat akan

pemanfaatan ruang dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.3.

Tabel 4. 2 Contoh Prosedur Perubahan Pemanfaatan Lahan Kecil

Gambar 4.3 Prosedur Teknis Perubahan Pemanfaatan Ruang

No. Masukan

1. Prosedur biasa Permohonan perubahan Instansi yang berwenang dalam Pemeriksaan kelengkapan persyaratan pembangunan persyaratan administrasi pemanfaatan lahan khususnya

Instansi

Kewenangan Instansi

Permohonan ijin

Pemeriksaan kelengkapan

Lengkap?

Sesuai RTRW?

penetapan kebijakan tata ruang

pengajuan permohonan.

yang berhubungan dengan

pada tingkatan detail /rinci

Proses pelengkapan

perubahan intensitas < 10% dari

Pemeriksaan

ketentuan yang ada dalam

terhadap RTRW perubahan

rencana atau perubahan teknis

dan RDTR

lainnya yang dilengkapi dengan: a. Surat ijin lokasi (kawasan

besar). Rezoning

terhadap visi dan misi Pemeriksanaan

pembangunan kota

b. Surat keterangan serba guna dari kec/kelurahan.

Spotzoning

c. Surat keterangan pemilikan

Pelaksanaan Dengar Pendapat

Penilaian teknis

planologis dan sosial

d. intensitas >10% Gambar rencana bangunan. e. Akte pelunasan PBB

2. Penambahan Pengambilan Keputusan Instansi yang berwenang dalam Pengecekkan perubahan terhadap intensitas <10%

penetapan kebijakan tata ruang

rencana detail/rinci yang telah

Rekomendasi Perumusan

perubahan teknis lainnya

pada tingkatan detail/rinci

ditetapkan dan mengambil keputusan

Keputusan

berubah?

untuk suatu permohonan perubahan. Untuk permohonan yang dinilai tidak

memenuhi kriteria untuk diijinkan,

Perumusan

permohonan langsung ditolak,

Evaluasi

Setuju dengan

penambahan Bersyarat

Rekomendasi

sedangkan untuk permohonan yang

sarana dan

diijinkan, instansi yang berwenang

prasarana

bersyarat

akan mengeluarkan ijin perubahan pemanfaatan lahan.

3. Penentuan tarif retribusi yang

Instansi yang berwenang dalam

Menentukan besarnya tarif yang

Setuju syarat

besarnya retribusi Penentuan

harus dibayar pemohon

penetapan kebijakan tata ruang

harus dibayar oleh pemohon.

pada tingkatan detail/rinci

Melimpahkan berkas tagihan retribusi yang harus dibayar pemohon kepada

instansi yang mengelola

Pengenaan

4. Ditolak Pemohon yang tidak setuju Instansi yang berwenang dalam Mengevaluasi besarnya tarif retribusi dengan besarnya tarif mengajukan

keuangan/pendapatan daerah .

retribusi

penetapan kebijakan tata ruang

yang harus dibayar pemohon.

evaluasi tarif

pada tingkatan detail/rinci

Berhenti

tarif baru? Setuju

Evaluasi

dengan besarnya tarif?

Setuju

5. Pembayaran retribusi oleh

instansi yang mengelola

Mengelola retribusi yang dibayar oleh

tarif

pemohon

6. Y Penerbitan ijin perubahan Instansi yang berwenang dalam Mengeluarkan ijin perubahan pemanfaatan lahan

keuangan/pendapatan daerah

pemohon.

penetapan kebijakan tata ruang

pemanfaatan lahan yang baru. Namun

Pembayaran retribusi

pada tingkatan detail/rinci

ijin perubahan pemanfaatan lahan belum akan keluar sebelum tarif

Pengesahan permohonan

perubahan disepakati dan dibayar oleh pemohon.

Penerbitan Ijin Perubahan Pemanfaatan

7. Penerbitan Ijin Mendirikan

Instansi yang berwenang dalam

Mengeluarkan Ijin Mendirikan

Bangunan

penetapan ketentuan teknis

Bangunan yang baru,

Penerbitan Ijin Mendirikan Bangunan

bangunan dan penggunaan

bangunan

Sumber: Panduan Konsep Dasar Penyusunan Peraturan Zonasi

4.4.3 Konsep Prosedur Pengenaan /Penerapan Insentif Dan Disinsentif

dalam pengendalian pelaksanaan peraturan zonasi. Bentuk peran serta masyarakat dalam pelaksanaan peraturan zonasi dapat berupa:

Proses penilaian /penetapan suatu kegiatan dapat diberikan insentif dan disinsentif, yang diberikan dalam rencana tata ruang maupun pada saat ijin permohonan

a. Bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan Peraturan diajukan kepada pemerintah daerah. Prosedur pengenaan insentif dan disinsentif tersebut

Zonasi.

dilakukan dengan cara: b. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana tata ruang dan 1. Hanya pemerintah daerah yang berhak memberikan insentif dan disinsentif.

program pembangunan termasuk pelaksanaan Peraturan Zonasi. 2. Pemerintah daerah menetapkan kegiatan /pemanfaatan ruang yang akan diberikan

yang sesuai dengan insentif atau disinsetif pada suatu kawasan /wilayah tertentu, sesuai dengan rencana

c. Perubahan atau konversi

pemanfaatan ruang

Peraturan Zonasi.

tata ruang yang telah ditetapkan dan berdasarkan kriterian pengenaan insentif atau d. Bantuan teknik dan pengolahan dalam pemanfaatan ruang; dan /atau disinsentif yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya

e. Kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi 3. Pemerintah menetapkan jenis insentif dan disinsentif pada jenis kegiatan

lingkungan hidup.

/pemanfaatan ruang pada kawasan /wilayah tersebut di atas. Sedangkan bentuk peran serta masyarakat dalam pengendalian pelaksanaan 4. Pemerintah memberlakukan /menerapkan insentif dan disinsentif tersebut pada saat

peraturan zonasi adalah sebagai berikut:

permohonan pembangunan diajukan baik oleh perorangan, kelompok masyarakat maupun badan hukum.

a. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang skala kota, kecamatan dan kawasan, termasuk pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang

Adapun yang dimaksud dengan insentif adalah merupakan perangkat atau upaya kawasan dimaksud dan /atau sumberdaya tanah, air, udara dan sumberdaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana

lainnya.

tata ruang, berupa: b. Memberikan masukan /laporan tentang masalah yang berkaitan dengan a. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan

perubahan /penyimpangan pemanfaatan ruang dari peraturan zonasi yang telah urun saham;

disepakati c. Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban

b.

Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;

pemanfaatan ruang.

c. Kemudahan prosedur perizinan; dan/atau Tata cara peran serta masyarakat dalam pelaksanaan peraturan zonasi ini d. Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan /atau pemerintah daerah.

disesuaikan dengan sifat jangka waktu pelaksanaan proses peran serta masyarakat yang Sedangkan yang dimaksud dengan disinsentif adalah merupakan perangkat

terdiri dari:

untuk mencegah,membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan a. Bersifat periodik, jangka menengah, dapat dibuat panitia khusus yang sifatnya ad- dengan rencana tata ruang, berupa:

hoc atau tidak permanen. Panitia khusus ini dibentuk untuk lingkup perencanaan a. pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang

RTRW Kota /Kabupaten, RDTR maupun RTRK /RTBL.

dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan b. Bersifat sepanjang waktu atau sewaktu-waktu karena berbasis pada kasus-kasus ruang; dan /atau

yang terjadi dapat dibentuk komite perencanaan yang mempunyai tugas pokok b. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.

dan fungsi khusus di bidang perencanaan kota dan bersifat independen serta mempunyai kewenangan legal formal untuk menindaklanjuti persoalan-persoalan penataan ruang.

4.4.4 Konsep Prosedur Peran Serta Masyarakat

Untuk lebih jelas mengenai peran masyarakat dalam pengawasan pelaksanaan peraturan Bentuk peran serta masyarakat dalam menjalankan peraturan zonasi terdiri dari

zona dapat dilihat pada Gambar 4.4.

peran serta masyarakat dalam pelaksanaan peraturan zonasi dan peran serta masyarakat

Gambar 4.4 Proses Peran Serta Masyarakat dalam Pengawasan Pelaksanaan Peraturan Zonasi

Keputusan dalam

Keputusan dan

Penataan Ruang

Rekomendasi dalam Penataan

Informasi dan

(evaluasi)

laporan

terhadap laporan

perubahan/penyi

penyimpangan

mpa-ngan pemanfaatan

Sumber: Panduan Konsep Dasar Penyusunan Peraturan Zonasi

Gambar 4. 5

Proses Peran Serta Masyarakat dalam Penertiban Pelaksanaan Peraturan Zonasi

Pelaku Lembaga Pengambil Keputusan dalam Penataan Ruang

Masyarakat dan Lembaga Pemberi

5.1 Pemanfaatan Ruang Kawasan Tol Samarinda – Bontang

Rekomendasi

Pembangunan

Secara umum pola pemanfaatan ruang dibagi kedalam dua pemanfaatan utama yaitu pengembangan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pola pemanfaatan ruang

yang dikembangkan di sekitar jalan tol Samarinda-Bontang dengan melihat rencana pola

Penyimpangan Peraturan

Pemikiran, pertimbangan, dan usulan

Zonasi

sanksi

ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten/kota di Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Bontang di wilayah kecamatan perencanaan yang dibatasi di

Menentukan bentuk

wilayah sekitar 300 m dikedua sisinya sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam deliniasi

Menerima Sanksi

Sanksi

kawasan yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya. Untuk lebih jelasnya mengenai pola ruang wilayah kecamatan perencanaan di kedua sisi sekitar jalan tol Samarinda-Bontang

dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1.

Pemberian sanksi:

Administrasi.

Untuk lebih jelas lihat Tabel 5.1 tentang kriteria pengembangan Kawasan

Lindung.

Perdata.

Sumber: Panduan Konsep Dasar Penyusunan Peraturan Zonasi

Tabel 5.1 Kriteria Pengembangan Kawasan Lindung

ZONA

TUJUAN PEMBENTUKAN

KRITERIA

 Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapang, Kawasan yang

ZONA TUJUAN PEMBENTUKAN KRITERIA Hutan

jenis tanah, curah hujan sesuai dengan jenis memberikan

 Terjaga dan terwujudnya

produksi

menyediakan komoditas hasil hutan

untuk memenuhi kebutuhan untuk

kawasan hutan produksi

 Keadaan fisik areal hutan dimungkinkan untuk perlindungan

kelestarian fungsi hutan lindung dan

kelestarian fungsi hutan lindung

kawasan dilakukan eksploitasi secara ekonomis dibawahnya serta mencegah timbulnya

dan melindungi kawasan

keperluan masyarakat, industri, dan

ekspor.

 Lokasinya secara ekonomi mudah dikembangkan dibawahnya

dibawahnya serta tidak adanya

 Zona yang ditujukan untuk mencegah

kerusakan hutan

kerusakan hutan

sebagai hutan produksi

 Meningkatkan fungsi hutan lindung  Hutan Produksi dapat berupa areal kosong/tidak  Meningkatnya fungsi hutan

mempertahankan kesuburan tanah

bertegakan hutan, namun dapat dikembangkan terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan,

sebagai hutan produksi dan satwa

lindung terhadap tanah, air,

melestarikan kenaekaragaman hayati

 Penetapan sebagai hutan produksi tidak merugikan Kawasan

iklim, tumbuhan, dan satwa

 Zona yang dapat menampung air

segi ekologi/ lingkungan hidup perlindungan

Meresapkan air hujan sehingga dapat

terserapnya air hujan sehingga

hujan di dalam tanah, Mencegah

menjadi tempat pengisian air bumi

menjadi tempat pengisian air

intrusi air laut yang asin, serta menjadi

setempat (akuifer) yang berguna sebagai sumber air

bumi (akuifer) yang berguna

pengatur tata air tanah.

Pertambangan sebagai sumber air

 Menghasilkan barang hasil tambang

 Setiap kegiatan pertambangan harus

yang meliputi minyak dan gas bumi;

memberdayakan masyarakat di lingkungan yang

Sumber : hasil Analisis Tahun 2012 bahan galian pertambangan secara

dipengaruhinya guna kepentingan dan

umum, dan bahan galian C;

kesejahteraan masyarakat setempat;

 Kegiatan pertambangan harus terlebih dahulu

Untuk kawasan budidaya pengembangan yang akan dikembangkan berupa

memiliki kajian studi Amdal yang dilengkapi dengan

pemanfaatan lahan perumahan; pertanian yang meliputi perkebunan, perikanan; hutan

setempat;

RPL dan RKL;

produksi, dan pertambangan serta ruang terbuka hijau. Pengembangan kawasan budidaya

 Kegiatan pertambangan mulai dari tahap

ini diatur berdasarkan kriteria-kriteria berikut ini (lihat Tabel 5.2) :

perencanaan, tahap ekplorasi hingga eksploitasi harus diupayakan sedemikian rupa agar tidak

Tabel 5.2 Kriteria Pengembangan Kawasan Budidaya

menimbulkan perselisihan dan atau persengketaan dengan masyarakat setempat;

 Pada lokasi kawasan pertambangan fasilitas fisik Permukiman

ZONA TUJUAN PEMBENTUKAN

KRITERIA

 Menyediakan

yang harus tersedia meliputi jaringan listrik, jaringan pengembangan

lahan

untuk

 kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk

jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, kepadatan yang bervariasi di seluruh

hunian

dengan

perumahan yang aman dari bahaya bencana alam

dan saluran air kotor. wilayah kabupaten/kota di sekitar

maupun buatan manusia, sehat dan mempunyai akses

 Disesuaikan skalanya jalan tol;

untuk kesempatan berusaha;

 merupakan lahan cadangan untuk perkembangan  Mengakomodasi perumahan dalam

 didukung oleh aksesibilitas yang baik serta

mempertahankan/ melindungi lahan

ketersediaan prasarana dan sarana penunjang seperti

untuk rekreasi di luar bangunan,

selanjutnya

 Total kawasan ini minimal 30% dari total luas bagi semua lapisan masyarakat;

rangka mendorong penyediaan hunian

rumah sakit, sekolah, pasar, fasilitas sosial dan fasilitas

umum, dsb;

 penyediaan lahan untuk pembuatan jalan kendaraan

dengan pergerakan lambat yang menunjang kegiatan

 Preservasi dan perlindungan lahan

masyarakat pada lingkungan hunian

perumahan.

yang secara lingkungan hidup rawan /

yang ada dan untuk masa yang akan

sensitif;

datang

 Diberlakukan pada

lahan

yang

penggunaan utamanya adalah taman

Pertanian  Zona yang

ditujukan

untuk

 kegiatan pertanian tanaman, perkebunan serta

atau ruang terbuka, atau lahan

perikanan harus memanfaatkan potensi tanah yang

perorangan yang pembangunannya

sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan

harus dibatasi untuk menerapkan

keperluan masyarakat, industry dan

wajib memperhatikan aspek kelestarian fungsi

lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya;

melindungi kesehatan, keselamatan,

 Sebagai daerah resapan air hujan

 Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan

dan kesejahteraan publik.

 Membantu penyediaan lapangan kerja Sumber : hasil Analisis Tahun 2012  secara ekonomi mudah dikembangkan bagi masyarakat setempat.

untuk kawasan sekitarnya;

berdasarkan kesesuaian lahan;

5.1.1 Klasifikasi Zonasi

Zona Dasar adalah zona berdasarkan peruntukan dasar bagi lahan yang masih mempunyai sifat asli peruntukannya, zona dasar ini berada pada hierarki 1 dan 2;

Tujuan dari penyusunan klasifikasi zonasi adalah untuk menetapkan zonasi yang akan dikembangkan pada suatu wilayah perkotaan serta menyusun hirarki zonasi

Zona Spesifik adalah zona dasar yang telah dikembangkan sifat asli peruntukannya berdasarkan tingkat gangguannya. Dasar pertimbangan klasifikasi zona ini disusun sesuai

sehingga menjadi lebih bervariasi peruntukannya serta mempunyai keleluasaan dan dengan kondisi daerah dan rencana pengembangannya dengan pertimbangan sebagai

keterbatasan dalam pengembangannya, zona spesifik ini berada pada hierarki 3; berikut: 1. Merujuk pada klasifikasi dan kriteria zonasi yang ada pada pedoman penyusunan

Zona Prospektif adalah zona spesifik yang dimungkinkan akan berkembang dan Zoning Regulation yang disusun berdasarkan:

prospektif dikembangkan pada zona yang telah ditetapkan serta sudah mempunyai a. Kajian literatur studi-studi yang pernah dilakukan, ketentuan normatif

peraturan-peraturan teknis untuk keleluasaan dan pembatasan pemanfaatan (peraturan-perundangan), dan kajian perbandingan dari berbagai contoh;

ruangnya, zona prospektif ini berada pada hierarki 4 dan 5. 2. Skala/tingkat pelayanan kegiatan berdasarkan standar pelayanan yang berlaku

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai diatas serta mengacu pada pertimbangan- (standar Dept. PU);

pertimbangan yang ada maka disusunlah klasifikasi pemanfaatan zona seperti yang dapat 3. Menambahkan/melengkapi klasifikasi zonasi pada pedoman yang dirujuk dengan

dilihat pada Tabel 5.3.

mempertimbangkan: a. Hirarki klasifikasi zonasi yang dipilih sebagai dasar pengaturan (untuk kawasan budidaya di wilayah sekitar jalan tol yang merujuk pada RTRW Kabupaten/Kota

5.1.2 Daftar Kegiatan

dianjurkan sekurang-kurangnya hirarki 3) Daftar kegiatan adalah suatu daftar yang berisi rincian kegiatan yang ada, b. Zonasi yang sudah berkembang di daerah yang akan disusun Peraturan

mungkin ada, atau prospektif dikembangkan pada suatu zona yang ditetapkan. Zonasinya (kajian/ pengamatan empiris) dan dianggap perlu ditambahkan ke

dalam klasifikasi zona. Pemanfaatan ruang dalam peraturan zonasi ini mengacu pada sistem kegiatan c. Jenis zona yang spesifik yang ada di daerah yang disusun Peraturan Zonasinya.

yang berkembang dalam sebuah penggunaan lahan.Pemanfaatan ruang adalah semua d. Jenis zonasi yang prospektif berkembang di daerah yang akan disusun Peraturan

aktifitas dan atau fungsi yang mungkin terjadi dalam sebuah penggunaan lahan hirarki 3 Zonasinya.

yang dijabarkan hingga kedalaman hirarki 4 dan hirarki 5. Pemanfaatan ini didapatkan dari e. Hirarki, merujuk pada RTRW Kabupaten/Kota di sekitar jalan tol Samarinda-

RTRW Kabupaten dan Kota yang berada di sekitar jalan tol Samarinda-Bontang serta dari Bontang.

data survey mengenai semua penggunaan lahan yang ada di kawasan perencanaan 4. Menghapuskan zonasi yang tidak terdapat di daerah dari Lampiran yang dirujuk.

kawasan sekitar jalan tol Samarinda-Bontang ditambah dengan kegiatan yang mungkin atau prospektif dikembangkan pada zona yang ditetapkan.

Selain pertimbangan yang telah dijabarkan diatas terdapat beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pengembangan kawasan sekitar jalan Tol

Untuk memudahkan klasifikasi, maka pemanfaatan ruang dibagi menjadi Samarinda-Bontang. Dalam penentuan klasifikasi zona juga didasarkan pada ketentuan

kategori dan sub kategori yang dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut. peraturan perundangan-undangan yang ada yang mengatur mengenai klasifikasi kawasan.

Peraturan tersebut antara lain meliputi : 

Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; 

Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk

Penataan Ruang Wilayah, beserta revisi yang telah terhadapnya.

Klasifikasi zona (peruntukan lahan) di kawasan sekitar jalan Tol Samarinda- Bontang disusun berdasarkan hasil identifikasi tata guna lahan di kawasan sekitar jalan Tol Samarinda-Bontang. Klasifikasi zona tersusun atas tiga hierarki utama, yaitu:

Tabel 5.3 Klasifikasi Zona pada Kawasan sekitar Jalan Tol Samarinda-Bontang

Zona Dasar

Zona Spesifik

Zona Prospektif

Zona Hirarki 1

L Kawasan Lindung

LB

Kawasan yang memberikan

LB-1

Hutan lindung

perlindungan kawasan bawahannya

LB-2

Resapan Air/ Resapan Dangkal

LS

Kawasan perlindungan setempat

LS-1

Sempadan Sungai

LS-2

Kawasan sekitar danau/waduk

B Kawasan Budidaya

BP

Kawasan Permukiman

BPK

Permukiman Perkotaan

Perumahan Tunggal

BPK I-2

Perumahan Kopel

BPK I-3

Perumahan Deret

BPK I-4

Rumah Kampung

BPK II

Komersial

BPK II-1

Komersial Tunggal

BPK II-2

Komersial Deret

BPK III

Fasilitas Pelayanan

BPK III-1

Pendidikan

BPK III-2

Kesehatan

BPK III-3

Peribadatan

BPK III-4

Olahraga

BPK III-5

Sarana Utilitas (Persampahan: TPS, Listrik: Gardu, Komunikasi: Telpon Umum, Air Bersih: MCK)

BPD

Permukiman Perdesaan

BPD I

Perumahan Perdesaan

BPD I-1

Perumahan Rakyat

Perumahan perdesaan kepadatan rendah

BPD II

Komersial

BPD II-1

Komersial tunggal

BPD II-2

Komersial deret

BPD III

Fasilitas Pelayanan

BPD III-1

Pendidikan

BPD III-2

Kesehatan

BPD III-3

Peribadatan

BPD III-4

Olahraga

BPD III-5

Sarana Utilitas (Persampahan: TPS, Listrik: Gardu, Komunikasi: Telpon Umum, Air Bersih: PDAM)

BH Kawasan Hutan

BH-1

Kawasan hutan yang dapat dikonversi

BH-2

Kawasan hutan rakyat

BT

Kawasan Pertanian

BT-1

Kawasan pertanian lahan basah

BT-2

Kawasan pertanian lahan kering

BT-3

Kawasan tanaman tahunan/ perkebunan

BT-4

Kawasan perikanan

BB Kawasan Pertambangan

BB-1

Golongan bahan galian strategis (A)

Sumber : hasil Analisis Tahun 2012

Tabel 5.4. Daftar Kegiatan di Sekitar Jalan Tol Samarinda-Bontang

Kategori

Sub Kategori

- Kategori Akademi/Perguruan Tinggi Sub Kategori

Kesehatan

Permukiman

Rumah Tunggal Rumah Kopel

Rumah Sakit tipe D

Rumah Sakitbersalin

Rumah Deret

LaboratoriumKesehatan

Rumah Kampung (Tradisional)

Panti Sosial

Balai pengobatan

Paviliun Rumah dinas

Pos kesehatan

Klinik/poliklinik

Jenis Tempat

Olahraga dan Rekreasi

Warung

Tempat bermain lingkungan

Toko

Tempat bermainlokal

Pertokoan

Taman

Pasar tradisional

Lapangan olahraga

Pasar lingkungan

Gedung olahraga

Jenis Barang yang Diperdagangkan

Bina Sosial

Bahan bangunan dan perkakas

Gedung pertemuan lingkungan

Makanan dan Minuman

Gedung serba guna

Peralatan Rumah

Gedung pertemuankota

Tangga

Balai pertemuan dan pameran