Evaluasi anailisis data kualitatif and k

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak sekali bentuk dan cara penulisan karya ilmiah yang kita temui. Bentuk luasnya
bisa berbeda, namun jiwa dan penalarannya adalah sama. Atas dasar itu yang paling penting
adalah bukan mengetahui teknik-teknik pelaksanaannya, melainkan memahami dasar pikiran
yang melandasinya. Pemilihan bentuk dan penulisan merupakan masalah selera dan preferensi
perorangan maupun lembaga dengan memperhatikan berbagai faktor lainnya, seperti masalah
apa yang sedang dikaji, siapakah pembaca tulisan ini dan dalam rangka kegiatan ilmiah apa
akan disampaikan.
Secara umum penelitian dapat didefinisikan sebagai kegiatan manusia dalam rangka
memperoleh pengetahuan secara sistematik dengan menggunakan alat-alat dan cara-cara
tertentu. Secara luas suatu penelitian dapat berarti menemukan teori baru dengan
menggugurkan teori lama, menambahkan sesuatu yang baru pada teori lama, atau benar-benar
menemukan sesuatu yang baru yang belum ada sebelumnya.
Suatu penelitian ilmiah dapat menggunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif.
Pendekatan kuantitatif menggunakan alat uji statistik, maupun matematik yang sering disebut
sebagai analisis deskriptif kuantitatif, sedangkan pendekatan kualitatif lebih mendasarkan
pada penalaran logis (logical reasoning), pemahaman interpretasi terhadap obyek
penelitian.Bahkan pada saat ini sesuai dengan perkembangannya pendekatan kuantitatif ini
tidak ada artinya sama sekali bila tanpa menggunakan pendekatan analisis kualitatif

Berdasarkan aspek filosofi yang mendasarinya penelitian secara garis besar dapat
dikategorikan menjadi dua dua macam, yaitu penelitian yang berlandaskan pada aliran atau
paradigma filsafat positivisme dan aliran filsafat postpositivisme. Apabila penelitian yang
dilakukan mempunyai tujuan akhir menemukan kebenaran, maka ukuran maupun sifat
kebenaran antara kedua paradigma filsafat tersebut berbeda satu dengan yang lain. Pada aliran
atau paradigma positivisme ukuran kebenarannya adalah frekwensi tinggi atau sebagian besar
dan bersifat probalistik. Kalau dalam sampel benar maka kebenaran tersebut mempunyai
peluang berlaku juga untuk populasi yang lebih besar. Pada filsafat postpositivisme kebenaran
didasarkan pada esensi (sesuai dengan hakekat obyek) dan kebenarannya bersifat holistik.

Kedua aliran filsafat tersebut mendasari bentuk penelitian yang berbeda satu dengan
yang lain. Aliran positivisme dalam penelitian berkembang menjadi penelitian dengan
paradigma kuantitatif. Sedangkan postpositivisme dalam penelitian berkembang menjadi
penelitian dengan paradigma kualitatif. Karakteristik utama penelitian kualitatif dalam
paradigma postpositivisme adalah pencarian makna di balik data (Noeng Muhadjir. 2000: 79).
Penelitian kualitatif dalam aliran postpositivisme dibedakan menjadi dua yaitu penelitian
kualitatif dalam paradigma phenomenologi dan penelitian kualitatif dalam paradigma bahasa.
Penelitian kualitatif dalam paradigma phenomenologi bertujuan mencari esensi makna di
balik fenomena, sedangkan dalam paradigma bahasa bertujuan mencari makna kata maupun
makna kalimat serta makna tertentu yang terkandung dalam sebuah karya sastra.

Pada masa lalu, metode kualitatif dan metode kuantitatif juga sering digunakan
sebagai penciri, penanda, dan pembeda antara antropologi dan sosiologi. Kesan tersebut
muncul karena masing-masing disiplin ilmu tersebut terus menerus menggunakan metode
secara konsisten. Antropologi sering menggunakan metode kualitatif, sedangkan sosiologi
hampir selalu menggunakan metode kuantitatif. Asumsi ini didasarkan atas kenyataan bahwa
antropologi ingin mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan mengklasifikasikan masyarakat
yang masih tradisonal. Hal tersebut seolah-olah menempatkan antropologi dalam posisi
memiliki satu pendekatan, yaitu interpretasi atau penafsiran. Sementara itu, sosiologi sudah
terlanjur dikenal sering menggunakan metode kuantitatif dan melakukan penelitian terhadap
masyarakat modern yang kompleks. Ada kesan bahwa penelitian sosiologis selalu
menggunakan metode kuantitatif.
Penelitian kualitatif dan kuantitatif hendaknya tidak dilawankan, melainkan
dikontraskan. Kontras ini diperlukan untuk melihat keunggulan dan kelemahannya masingmasing dalam memecahkan masalah dan atau dalam pengembangan teori. Metode penelitian
kualitatif dan kuantitatif masing-masing berkembang berdasarkan paradigma tertentu (yang
berbeda) yang menjadi acuannya.
Jenis penelitian apa yang harus digunakan, selalu didasarkan pada masalah yang
diteliti, bukan ditetapkan jenis penelitiannya dulu baru ditetapkan masalahnya. Hal ini
disebabkan karena adanya kenyataan bahwa penelitian itu dilakukan karena ada masalah.
Alasan pemilihan suatu metode, tentunya didasarkan pada kesesuaiannya dengan masalah


penelitian, tujuan penelitian, serta prosedur penelitian yang cocok, hasil yang diharapkan, dan
kondisi kelompok sasaran atau objek penelitiannya.
1.2 Masalah
1.3 Tujuan

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Secara garis besar data penelitian dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif (data statistic). Dengan demikian menganalisis data penelitian
dapat dilakukan dengan dua teknik (pendekatan) yaitu analisis kualitatif dan analisis
statistic.
Analisis data kualitatif maupun analisis data kuantitatif (statistic) memiliki kekuatan
dan kelemahan masing-masing. Para ahli yang terlibat dalam penelitian pada umumnya
sependapat bahwa kedua-dua pendekatan analisis mampu menghasilkan kesimpulan yang
dapat dipertanggung jawabkan keilmiahannya. Pilihan pendekatan analisis data penelitian
harus sesuai dengan masalah penelitian, keadaan data yang menuntut digunakan salah satu
pendekatan analisis data atau menggabungkan kedua-duanya pendekatan (mexing method)
tersebut. Analisis data kualitatif tidak lebih rendah taraf ilmiahnya dibandingkan analisis
data kuantitatif (statistic). Ini perlu dipertegaskan mengingat sering kali ada anggapan
(asumsi) kalau tidak dianalisis dengan statistic hasil penelitian agak kurang nilai

keilmiahannya. Analisis data kualitatif pada dasarnya menggunakan dasar berfikir deduktif.
Pada bab ini penulis membicarakan analisis kuantitatif.
2.1.1 Pengertian Analisis Data
Kata analysis berasal dari bahasa Greek (Yunani), terdiri dari kata “ana” dan
“lysis“. Ana artinya atas (above), lysis artinya memecahkan atau menghancurkan.
Secara difinitif ialah: ”Analysis is a process of resolving data into its constituent
components to reveal its characteristic elements and structure” Ian Dey (1995: 30).
Agar data bisa dianalisis maka data tersebut harus dipecah dahulu menjadi bagianbagian kecil (menurut element atau struktur), kemudian menggabungkannya bersama
untuk memperoleh pemahaman yang baru. Analisa data merupakan proses paling vital
dalam sebuah penelitian. Hal ini berdasarkan argumentasi bahwa dalam analisa inilah
data yang diperoleh peneliti bisa diterjemahkan menjadi hasil yang sesuai dengan
kaidah ilmiah. Maka dari itu, perlu kerja keras, daya kreatifitas dan kemampuan
intelektual yang tinggi agar mendapat hasil yang memuaskan. Analisis data berasal
dari hasil pengumpulan data. Sebab data yang telah terkumpul, bila tidak dianalisis

hanya menjadi barang yang tidak bermakna, tidak berarti, menjadi data yang mati, data
yang tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis data di sini berfungsi untuk mamberi
arti, makna dan nilai yang terkandung dalam data itu (M. Kasiram, 2006: 274).
Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data. Analisi data
adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan

verivikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai social, akademis dan ilmiah.
Kegiatan dalam analisis data adalah : mengelompokan data berdasarkan variabel dan
jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dan seluruh responden,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab
rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis, langkah
terakhir tidak dilakukan. Tujuan analisa menurut Sofian Effendi dalam bukunya
Metode Penelitian Survai (1987 : 231) adalah menyederhanakan data dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasi. Dalam penelitian strukturalistik, data yang
berupa kualitatif (kata-kata) dikuantifikasikan terlebih dahulu kemudian dianalisis
secara statistikan bertujuan untuk menjelaskan fenomena, menguji hipotesis kerja dan
mengangkat sebagai temuan berupa verifikasi terhadap teori lama dan teori baru.
Sedangkan dalam penelitian naturalistik data bisa berupa kata-kata maupun angka.
Data yang bersifat kuantitatif (angka) tidak perlu dikualitatifkan terlebih dahulu dan
tidak menguji hipotesis/teori, melainkan untuk mendukung pemahaman yang
dilakukan oleh data kualitatif dan menghasilkan teori baru.
2.1.2 Klasifikasi Penelitian Kuantitatif
Berdasarkan tujuan, penelitian dapat dibedakan atas: (1) penelitian dasar dan
(2) penelitian terapan. Prosedur yang digunakan yang digunakan oleh penelitian dasar
dan penelitian terapan secara substansi tidak berbeda. Keduanya menggunakan metode
ilmiah yang berguna membantu peneliti bisnis untuk mengetahui dan memahami

fenomena bisnis. Esensi dari penelitian, apakah itu penelitian dasar atau terapan,
terletak pada metode ilmiah. Secara teknis perbedaan kedua jenis penelitian tersebut
terletak pada tingkat permasalahan (matter of degree) dari pada substansinya itu
sendiri.
Beberapa Penelitian Dasar. Penelitian dasar yang sering disebut sebagai basic
research atau pure research dilakukan untuk memperluas batas-batas ilmu

pengetahuan. Penelitian dasar ini tidak ditujukan secara langsung mendapatkan
pemecahan bagi suatu permasalahan khusus. Penelitian dasar dilakukan untuk
memverifikasi teori yang sudah ada atau mengetahui lebih jauh tentang sebuah
konsep. Penelitian dasar dibedakan atas pendekatan yang digunakan dalam
pengembangan teori yaitu:
1. Penelitian deduktif, yaitu penelitian yang bertujuan menguji teori pada keadaan
tertentu.
2. Penelitian induktif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan
(generating) teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta.
Penelitian terapan berbeda dengan penelitian dasar, penelitian terapan
dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang permasalahan yang khusus atau untuk
membuat keputusan tentang suatu tindakan atau kebijakan khusus. Penggunaan
metode ilmiah dalam penelitian terapan menjamin objektivitas dalam mengumpulkan

fakta dan menguji ide kreatif bagi alternatif strategi bisnis. Penelitian terapan
dibedakan atas:
1. Penelitian evaluasi, yaitu penelitian yang diharapkan dapat memberi12 masukan
atau mendukung pengambilan keputusan tentang nilai relatif dari dua atau lebih
alternatif tindakan.
2. Penelitian

dan

pengembangan,

yaitu

penelitian

yang

bertujuan

untuk


mengembangkan produk sehingga produk tersebut mempunyai kualitas yang lebih
baik.
3. Penelitian tindakan, yaitu penelitian yang dilakukan untuk segera digunakansebagai
dasar tindakan pemecahan masalah.
2.1.2.

Klasifikasi Penelitian Kualitatif
Pendekatan

penelitian

kualitatif

sering

disebut

dengan naturalistic


inquiry (inkuiri alamiah). Apapun macam, cara atau corak analisis data kualitatif suatu
penelitian, perbuatan awal yang senyatanya dilakukan adalah membaca fenomena.
Setiap data kualitatif mempunyai karakteristiuknya sendiri. Data kualitatif berada
secara tersirat di dalam sumber datanya. Sumber data kualitatif adalah catatan hasil

observasi, transkrip interviu mendalam (depth interview), dan dokumen-dokumen
terkait berupa tulisan ataupun gambar.
Karakteristik Penelitian Kualitatif
1.

Setting/latar alamiah atau wajar dengan konteks utuh (holistik).

2.

Instrumen penelitian berupa manusia (human instrument).

3.

Metode pengumpulan data observasi sebagai metode utama.


4.

Analisis data secara induktif.

5.

Proses lebih berperanan penting daripada hasil.

6.

Penelitian dibatasi oleh fokus.

7.

Desain penelitian bersifat sementara.

8.

Laporan bernada studi kasus.


9.

Interpretasi ideografik.

Metode Pengumpulan Data
1.

Pengamatan dengan berpartisipasi (Participant Observation)

2.

Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

3.

Penyelidikan Investigation) Sejarah Hidup (Life Historical

4.

Analisis Konten (Content Analysis)
Kontras

Metode Kualitatif
Desain

Metode Kuantitatif
Desain

- Umum

- Spesifik, jelas, terinci

- Fleksibel

- Ditentukan secara mantap sejak awal

- Berkembang, tampil dalam proses

- Menjadi pegangan langkah demi

penelitian
Tujuan

langkah
Tujuan

- Memperoleh pemahaman makna :

- Menunjukkan hubungan antara

verstehen

variabel

- Mengembangkan teori

- Mentest teori

- Menggambarkan realitas yang

- Mencari generalisasi yang

komplek
Teknik Penelitian

mempunyai nilai prediktif
Teknik Penelitian

- Observasi, participant observation

- Eksperimen, survey, observasi

- Wawancara terbuka

berstruktur

Instrumen Penelitian

- Wawancara berstruktur
Instrumen Penelitian

- Human Instrument

- Test, angket, wawancara, skala

- Buku Catatan

- Komputer, Kalkulator

- Recording
Data

Data

- Deskriptif

- Kuantitatif

- Dokumen pribadi, catatan lapangan,

- Hasil pengukuran berdasarkan

ucapan responden, dokumen, dll

variabel yang dioperasionalkan dengan

menggu-nakan instrumen
Sampel
Sampel
Perbedaan antara Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
1)

Kata-kata dan angka

2)

Perspektival (Subjektif) versus Tujuan views

3)

Penemuan dibandingkan bukti

4)

Penelitian kualitatif penekanan pada pemahaman melalui mencermati kata-kata
orang, tindakan dan catatan. Pendekatan tradisional atau kuantitatif untuk
penelitian terlihat masa ini, tindakan kata dan catatan untuk signifikansi
matematika mereka. Pendekatan tradisional untuk penelitian (mengkuantifikasi)
hasil pengamatan ini.

Perbedaan Paradigma Kuantitatif dan Kualitatif
1.

Paradigma Kuantitatif
a. Realita bersifat obyektif dan berdimensi tunggal. Menilai data lebih obyektif
karenatidak boleh terpengaruh oleh nilai atau kepercayaan peneliti atau orang
lain (value free).
b. Peneliti independen terhadap fakta yang diteliti.
c. Menggunakan struktur teori.
d. Struktur teori digunakan untuk membangun satu atau lebih hipotesis.

2.

Paradigma Kualitatif

a. Realita bersifat subyektif dan berdimensi banyak. Menilai data lebih subyektif
karena hasil observasi langsung dilakukan peneliti, dan peneliti sendiri yang
menyim-pulkannya.
b. Peneliti berinteraksi terhadap fakta yang diteliti.
c. Tidak menggunakan struktur teori karena lebih bertujuan menemukan teori
bukan memverifikasi teori, kecuali jika tujuan penelitiannya ingin membuktikan
atau menemukan keterbatasan dari suatu teori.
d. Tidak ada hipotesis, jika ada hipotesis tersebut bersifat implisit tidak eksplisit.
Dalam penelitian kualitatif sebaliknya meneliti pola-pola makna yang muncul
dari data dan ini sering disajikan dalam kata-kata sendiri peserta. Tugas peneliti
kualitatif adalah untuk menemukan pola dalam kata-kata (dan tindakan) dan
menyajikan pola-pola bagi orang lain untuk memeriksa sementara pada saat yang sama
tetap sebagai dekat dengan dunia konstruksi sebagai peserta awalnya mengalaminya.
Penelitian kualitatif adalah untuk menemukan pola-pola yang muncul setelah
pengamatan dekat, dokumentasi yang cermat, dan analisis mendalam tentang topik
penelitian. Apa yang dapat ditemukan oleh penelitian kualitatif tidak menyapu
generalisasi tapi temuan kontekstual. Proses penemuan adalah dasar fondasi filosofis
pendekatan kualitatif.

BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Penelitian Kualitatif
Peneliti kualitatif merumuskan sebuah penjelasan (explanations) atau generalisasi yang
lebih dekat ke data konkret dan konteksnya, namun dengan cara yang lebih dari sekedar
deskripsi sederhana. Peneliti biasanya menggunakan (bahasa) “level yang lebih rendah “,
tidak se-abstrak sebagaimana sebuah ‘teori’ dan didasarkan pada detail yang konkret. Peneliti
bisa memunculkan sebuah “new theory” yang menyajikan gambaran realistik mengenai
kehidupan sosial dan mendorong pemahaman lebih dari sekedar pengujian hipotesis yang
kausalistis..
Penjelasan itu cenderung dalam penjabaran detail yang mendalam, sensitif dengan
konteksnya dan memungkinkan menunjukkan proses yang kompleks atau penggalanpenggalan kehidupan sosial. Penjelasan semacam ini bisa saja bersifat kausal, namun bukan
ini yang menjadi inti persoalan. Tujuan peneliti adalah mengorganisasikan sejumlah besar
detil spesifik ke dalam gambaran utuh, model atau seperangkat konsep yang saling terkait.
Proses Analisis
Sering terdapat kelemahan dalam penelitian karena tidak selalu disadari hubungan antara
analisis data, pengumpulan data dan desain penelitian. Perlu diperhatikan bahwa data dicari
untuk mendukung atau menguji suatu tafsiran atau mentest “hipotesis yang timbul dalam
pikiran peneliti”. Kekurangan itu antara lain disebabkan oleh karena peneliti hanya sekedar
mengumpulkan data yang menggambarkan apa adanya tanpa mengaitkannya dengan tujuan
mencapai suatu teori.
Jalan dari data deskripsi sampai teori cukup panjang,harus melalui beberapa langkah serta
meminta pikiran yang banyak, antara lain menemukan dan merumuskan konsep,
mengembangkan tipologi, memperhatikan konteks, melakukan validasi dan sebagainya
sampai akhirnya mengembangkan dan “menguji teori”. Untuk itu diperlukan kreativitas,
imajinasi dengan menggunakan analogi dan metafor.
Menurut Hammersley dan Atkinson(dalam Nasution 1988: 139) proses analisis melalui
langkah-lanhkah sebagai berikut :
1. Pertama, membaca dan memelajari data yang terkumpul sampai dikuasai sepenuhnya
sambil memikirkannya untuk mencari apakah ada pola-pola yang menarik atau menonjol
atau justru membingungkan. Selidikilah apakah terdapat hubungan antara data, adakah

persamaan atau justru pertentangan atau kontradiksi dalam pandangan berbagai informan.
Sambil membaca, peneliti senantiaa mengajukan pertanyaan kepada data, tak ubahnya
seperti mengajukan pertanyaan kepada informan. Kedua, berbagai konsep akan timbul
dengan sendirinya bila diperhatikan istilah-istilah yang digunakan oleh informan. Selidiki
makna istilah itu lebih lanjut. Ketiga, mungkin juga peneliti dapat memanfaatkan istilah
sehari-hari dengan pengertian khusus yang dapat mencakup atau merangkum sejumlah
data. Peneliti dapat juga menggunakan istilah formal yang terdapat dalam disiplin ilmu
terentu untuk mengklasifikasikan berbagai data. Ada kemungkinan istilah itu masih perlu
diadaptasi pada situasi khusus yang dihadapi. Atau peneliti harus menciptkan istilah baru
untuk menangkap karakteristik kategori data tertentu. Dengan demikian peneliti dapat
melihat adanya pola dalam data yang diberinya nama atau istilah tertentu.
2. Tugas berikut ialah mencari hubungan antara konsep-konsep dalam usaha untuk
mengembangkan suatu teori. Salah satu cara ialah “ the constant comparative method”
yaitu mengidentifikasi suatu fokus, misalnya “omongan orang”. Misalnya, peneliti
memelajari bagaimana omongan ini terjadi antara guru dalam berbagai lokasi dan
kondisi, siapa bicara tentang siapa kepada siapa tentang apa dengan cara yang bagaimana.
Dengan mendeskripsikan, menganalisis, dan membandingkannya peneliti dapat
menemukan berbagai jenis “omongan orang” dan dapat mengembangkan suatu teori.
Langkah-langkah “constant comparative method” ini menurut Glaser ( Bogdan : 68-70)
ialah : Pertama, mulailah dengan mengumpulkan data. Kedua, temukan issue, peristiwa
atau kegiatan yang berulang-ulang terjadi yang dijadikan kategori. Ketiga, kumpulkan
data yang memberikan banyak contoh-contoh kategori yang dijadikan fokus itu untuk
mengetahui berbagai ragam dimensi kategori itu. Keempat, uraikan secara tertulis
mengenai kategori yang anda selidiki untuk mendeskripsikan dan memahami semua
aspek yang terdapat dalam data sambil terus mencari hal-hal baru. Kelima. Olah data dan
model yang tampil untuk menemukan proses dan hubungan sosial pokok.Keenam,
lakukan sampling, pengkodean dan uraian tertulis dengan memusatkan analisis pada
kategori inti.
Dalam “constant comparative method” kita membandingkan suatu konsep atau kategori
data tertentu dengan konsep atau kategori data lainnya. Untuk melakukannya secara lebih
sistematis sedapat mungkin kita mencoba “memetakan” berbagai kategori itu dalam suatu

bagan. Dengan demikian model yang tampil akan lebih mantap, namun masih harus terus
menerus diuji berdasarkan data baru. Teori yang dibentuk senantiasa diperluas,
disempurnakan, ada kalanya harus diubah agar lebih sesuai. Makin banyak lokasi diselidiki
makin mantap teori itu, namun pada suatu saat tidak ada lagi yang dapat diungkapkan situasi
baru sehingga tibalah saat kejenuhan atau “ point of theoritical saturation”.
Pada taraf permulaan, peneliti tidak perlu membatasi diri pada satu teori. Bahkan lebih
baik bila ia membuka diri bagi berbagaikemungkinan perspektif dan hipotesis. Ia harus
menggunakan berbagai teori yang dapat dimanfaatkan untuk meemahami data. Akan ternyata
bahwa tidak semua data dapat dijelaskan menurut satu teori tertentu. Teori dalam proses
penelitian bukan untuk menjelaskan semua data akan tetapi untuk memfokuskan analisis
penelitian yang mendorong untuk melakukan penelitian selanjutnya.
Tujuan penelitian naturalistik sebenarnya ialah untuk menghasilkan model yang dapat
menunjukkan kausalitas. Akan tetapi membuktikan validitas kausalitas dalam penelitian
naturalistik sangat sukar karena tidak dapat menggunakan eksperimen seperti halnya dalam
penelitian kuantitatif. Namun dapat diikuti langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh
Denzin(dalam Nasution 1988: 140) yang bersifat induktsi analitis guna mentest teori :
1. Memberi definisi yang masih kasar mengenai gejala yang diselidiki.
2. Merumuskan penjelasan hipotesis mengenai gejala ini.
3. Mengadakan penelitian suatu kasus dengan tujuan untuk melihat apakah hipotesis itu
sesuai.
4. Jika hipotesis itu tidak sesuai dengan fakta, maka perlu dirumuskan kembali hipotesis
atau gejala /masalahnya.
5. Kepastian yang lebih besar akan diperoleh bila telah diselidiki sejumlah kasus lain, akan
tetapi bila ditemui kasus negatif, maka harus dirumuskan kembali hipotesis atau
masalahnya.
6. Prosedur penelitian kasus, perumusan kembali hipotesis, demikian pula gejala atau
masalah dapat dilanjutkan sampai tercapai hubungan yang universal, setelah tiap kasus
negatif yang mengharuskan perumusan kembali telah dapat tercakup.
Sulit ditentukan berapa banyak kasus yang harus diteliti sampai memadai jumlahnya
untuk mencapai kesimpulan yang universal. Tak dapat diketahui apakah masih ada kasus

negatif yang masih merupakan kekecualian yang belum diliput. Adanya kasus-kasus demikian
merupakan dorongan untuk senantiasa memperhalus dan menyempurnakan teori yang
diperoleh. Penelitian kualotatif tak kunjung berakhir.
Ada beberapa macam teori yang dapat ditemukan atau dibentuk, yakni yang bersifat
makro dan mikro. Teori makro adalah teori yang berlaku bagi sistem sosial dalam skala
besar, misalnya mengenai struktur sosial secara nasional. Sebaliknya teori “mikro” berlaku
bagi organisasi sosial lokal yang terbatas, misalnya kelas, keluarga suatu lembaga pendidikan,
pabrik dan sebagainya.
Teori dapat pula bersifat substantif dan formal. Yang substantif mengenai hal-hal yang
konkret, misalnya mengenai guru sekolah, perawat di rumah sakit, dan sebagainya, sedangkan
yang formal menenai konsep atau kategori seperti disiplin, keadilan, kenakalan, tanggung
jawab dan sebagainya. Kedua golongan itu dapat dikombinasi, misalnya makro-substantif,
mikro-formal, dan sebagainya.
3.1.1 Penggunaan Teknik Analisis Data Penelitian Kualitatif
Dalam sebuah penelitian, teknik penelitian ini digunakan sesuai dengan kebutuhan
penelitian tersebut. Berikut dijabarkan mengenai penggunaan penelitian kualitatif di dalam
sebuah penelitian.
 Bila masalah yang akan diteliti belum jelas atau bahkan masih gelap. Kondisi seperti ini
cocok diteliti dengan kualitatif karena penelitian kualitatif langsung masuk ke objek dan
peneliti akan melakukan eksplorasi terhadap objek tersebut sehingga masalah akan dapat
ditemukan dengan jelas.
 Memahami makna di balik data yang tampak. Setiap ucapan dan tindakan orang memiliki
makna tertentu. Untuk mencari makna dari dari setiap perbuatan dibutuhkan data yang
dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi.
 Untuk memahami interaksi sosial yang kompleks serta untuk menemukan pola-pola
hubungan yang jelas
 Memahami perasaan orang lain yaitu dengan berperanserta merasakan apa yang
dirasakan orang tersebut.
 Untuk mengembangkan teori yaitu dengan membangun data-data yang diperoleh dari
lapangan.

 Untuk memastikan kebenaran data. Data sosial sering sulit dipastikan kebenarannya.
Melalui teknik pengumpula data secara triangulasi/gabungan, maka kepastian data akan
lebih terjamin. Selain itu, data yang diperoleh akan diuji kredibilitasnya, dan penelitian
berakhir ketika data sudah mencapai titik jenuh sehingga kepastian data dapat diperoleh.
 Meneliti sejarah perkembangan. Misalnya meneliti sejarah perkembangan kehidupan
raja-raja di Erofpa dan contoh lainnya.
Pada umumnya jangka waktu penelitian kualitatif cukup lama karena tujuan penelitian
kualitatif adalah bersifat penemuan. Bukan sekedar pembuktian hipotesis, seperti pada
penelitian kuantitatif.
Akan tetapi, kemungkinan jangka penelitian berlangsung dalam waktu pendek, bila
telah ditemukan sesuatu dan datanya sudah jenuh. Lamanya penelitian akan tergantung pada
keberadaan sumber data, interest, dan tujuan penelitian. Selain itu juga, penelitian kualitatif
akan tergantung pada cakupan penelitian dan bagaimana peneliti mengatur waktu yang
digunakan dalam setiap hari atau setiap.
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bervariasi atau triangulasi (gabungan), dan
dilakukan secara kontinyu sampai datanya jenuh.
Dengan teknik pengamatan tersebut, mengakibatkan variasi data yang muncul tinggi
sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif, sehingga teknik analisis
data yang digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh karena itu, peneliti sering
mengalami kesulitan dalam melakukan analisis data.
Untuk memahami definisi analisis data, berikut ini akan dikemukakan pendapat Miles
and Huberman (1984) yang menyatakan bahwa the most serious and central difficulty in the
use of qualitative data is that methods of analysis are not well formulate. Artinya, yang paling
serius dan sulit dalam analisis data kualitatif adalah karena metode analisis belum dirumuskan
dengan baik.
Senada dengan pendapat tersebut, Susan Stainback menyatakan bahwa there are no
guidelines in qualitative research for determining how much data and data analysis are
necessary to support and assertion, conclusion, or theory. Artinya, belum ada panduan dalam
penelitian kualitatif untuk menentukan berapa banyak data dan analisis yang diperlukan untuk
mendukung kesimpulan atau teori.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi melalui cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
mengklasifikasikan hal-hal penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan,
sehingga mudah dipahami oleh peneliti dan oleh pembaca.
Sedangkan analisis data kualitatif adalah bersifat induktif. Artinya, suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, kemudian dikembangkan sesuai dengan pola tertentu atau
menjadi hipotesis.
Di dalam penelitian kualitatif, selain data yang diperlukan, peneliti juga harus
memiliki kemampuan untuk dapat menghasilkan penelitian yang baik. Berikut ini beberapa
kompetensi yang harus dimiliki oleh para peneliti.
 Peneliti harus memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang yang akan
diteliti.
 Peneliti harus mampu menciptakan rapport kepada setiap orang yang ada pada konteks
sosial yang akan diteliti. Dengan begitu, peneliti dapat membangun hubungan yang baik
dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial.
 Peneliti harus memiliki kepekaan untuk melihat setiap segala yang ada pada objek
penelitian.
 Peneliti harus mampu menggali sumber data dengan obervasi partisipasi dan wawancara
mendalam secara triangulasi, serta sumber-sumber lain.
 Peneliti mampu mnganalisis data kualitatif secara induktif berkesinambungan mulai dari
analisis deskriptif, domain, komponensial, dan tema kultural budaya.
 Peneliti juga mampu menguji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan
transferabilitas hasil penelitian.
 Peneliti mampu menghasilkan temuan pengetahuan, hipotesis, atau ilmu baru dalam
penelitiannya.
 Peneliti mampu membuat laporan secara sistematis, jelas, lengkap, dan rinci.
3.1.2 Teknik Analisis Data Penelitian Kualitatif
1. Analisis Data Sebelum di Lapangan

Analisis dalam tahap ini dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data
sekunder yang akan digunakan peneliti untuk menentukan fokus penelitian. Akan tetapi, fokus
penelitian pada tahap ini masih bersifat sementara, dan tentunya akan berkembang setelah
peneliti melakukan penelitian di lapangan. Dalam penyusunan proposal, peneliti menentukan
fokus penelitian untuk mencari data dari sumber data, termasuk karakteristiknya.
2. Analisis Data Selama di Lapangan
Pada tahap ini, analisis data dilakukan dengan mengumpulkan data secara langsung
melalui wawancara atau observasi. Misalnya, pada saat wawancara berlangsung, peneliti
sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari responden. Jika peneliti belum puas dengan
jawaban dari responden, maka peneliti bisa melanjutkan pertanyaan lagi sampai batas tertentu
diperoleh data yang valid.
3. Analisis Data Selesai di Lapangan
Pada tahap akhir, analisis data dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai berikut.
 Analisis domain, yaitu memperoleh gambaran umum dan menyeluruh dari objek
penelitian atau situasi sosial;
 Analisis taksonomi, yaitu penjabaran secara rinci dari analisis domain melalui observasi
terfokus;
 Analisis komponensial, yaitu mencari cirri spesifik pada setiap detil struktur internal;
dan
 Analisis tema cultural, yaitu mencari hubungan antara domain, dan hubungannya
dengan seluruh komponen, akhirnya dapat menentukan tema/judul penelitian.
Selain itu, penelitian dengan metode kualitatif dalam mencantumkan teori masih
bersifat sementara, maka teori yang digunakan dalam penyusunan proposal penelitiannya juga
masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan atau
konteks sosial. Jadi, dalam penelitian kualitatif sebuah teori itu bersifat menemukan teori.
Pada penelitian kualitatif akan lebih profesional apabila menguasai semua teori,
sehingga wawasannya luas dan menjadi instrumen yang baik untuk penelitian. Bagi para
peneliti kualitatif, teori berfungsi sebagai bekal untuk bisa memahami konteks sosial secara
lebih luas dan mendalam.
Peneliti kualitatif juga dituntut untuk mampu mengorganisasikan semua teori yang
dibaca. Landasan teori yang dituliskan dalam proposal penelitian lebih berfungsi untuk

menunjukkan seberapa jauh peneliti memiliki teori dan memahami permasalahan yang diteliti
walaupun permasalahan tersebut masih bersifat sementara. Jadi, peneliti kualitatif dituntut
untuk menemukan teori berdasarkan data yang diperoleh di lapangan atau situasi sosial.
3.1.3 Analisis Data Kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif, proses pelaksanaan secara linear, mulai dari latar
belakang masalah, merumuskan masalah, kemudian merumuskan hipotesis, penyusunan
instrument

penelitian,

menetukan

populasi

dan

subjek

penelitian,

melaksanakan

pengumpulan data dan analisis data, terakhir pelaporan hasil penelitan.
Untuk melakukan analisis kuantitatif, peneliti harus mampu memahami bentuk
statistic yang digunakan dalam penelitian sebelum memulai analisis data statistic merupakan
alat bantu yang digunakan peneliti untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan memahami
hubungan antara variable-variabel yang diteliti. Teknik analisis data dalam penelitian
kuantitatif menggunakan analisis statistic. Analisis statistic adalah cara untuk mengolah
informasi data (kuantitatif) yang berhubungan dengan angka-angka , bagaimana mencari,
mengumpul, mengolah data, sehingga sampai menyajikan data dalam bentuk sederhana dan
mudah untuk dibaca atau data yang diperoleh dapat dimaknai (diinterpretasikan). Terdapat
dua statstik yang dapat digunakan dalam proses analisis data kuantitatif, yaitu: Analisis
Statistik Deskriptif (Descrptive Statistics) dan analisis statistic Inferensi (Inferential
Statistics).
Sebelum peneliti menggunakan statistic untuk menganalisis data penelitian, peneliti
harus memahami ciri-ciri variabel-variabel yang diteliti. Untuk bisa mengukur variabelvaribel yang diteliti , peneliti harus memahami skala apa yang sesuai diguanakan untuk
setiap variabel-variabel tersebut. Skala pengukuran yang umumnya dikenal dalam penelitian
kuantitatif, yaitu (Skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio) .
Adapun skala pengukuran yang di atas ini dapat digunakan di berbagai penelitian
dalam bidang sains social dan pendidikan. Para ahli psikologi lebih menekankan kepada
penggunaan instrument untuk mengukur perilaku manusia atau sering disebut sebagai skala
sikap. Skala sikap yang digunakan dalam penelitian social dan pendidikan adalah sebagai
berikut: (Skala Likert, Skala Guttman, Skala Ranting, dll).
1. Analisis Statistik Deskriptif (Descriptive Statistics)

Statistic deskriptif adalah statistic yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaiamana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi.
Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil smapelnya) jelas akan
menggunakan statistic deskriptif dalam analisisnya. Tetapi bila penelitian dilakukan
pada sampel, maka analisisnya dapat menggunakan statistic despkriptif maupun
inferensial.
Statistic deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan
data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi
dimana sampel dambil. Mengenai data dengan statistik deskriptif peneliti perlu
memperhatikan terlebih dahulu jenis datanya. Jika peneliti mempunyai data diskrit,
penyajian data yang dapat dilakukan adalah mencari frekuensi mutlak, frekuensi relatif
(mencari persentase), serta mencari ukuran tendensi sentralnya yaitu: mode, median
dan mean (lebih lanjut lihat Arikunto, 1993: 363).
Sesuai dengan namanya, deskriptif hanya akan mendeskripsikan keadaan suatu
gejala yang telah direkam melalui alat ukur kemudian diolah sesuai dengan fungsinya.
Hasil pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan dalam bentuk angka-angka sehingga
memberikan suatu kesan lebih mudah ditangkap maknanya oleh siapapun yang
membutuhkan informasi tentang keberadaan gejala tersebut.
Fungsi statistik deskriptif antara lain mengklasifikasikan suatu data variabel
berdasarkan kelompoknya masing-masing dari semula belum teratur dan mudah
diinterpretasikan maksudnya oleh orang yang membutuhkan informasi tentang
keadaan variabel tersebut. Selain itu statistik deskriptif juga berfungsi menyajikan
informasi sedemikian rupa, sehingga data yang dihasilkan dari penelitian dapat
dimanfaatkan oleh orang lain yang membutuhkan.
Analisi statistic deskriptif dapat dibedakan menjadi :
1. Analisis potret data
Potret data adalah perhitungan frekuensi suatu nilai dalam suatu variabel. Nilai
dapat disajikan sebagai jumlah absolute atau presentase dari keseluruhan.
2. Analisis kecenderungan sentral data

Nilai rata-rata atau mean biasa diberi symbol X, merupakan nilai rata-rata secraa
aritmatika dari semua nilai dari variabel yang diukur. Median adalah nilai tengah
dari sekumpulan nilai suatu variabel yang telah diurutkan dari nilai terkecil kepada
nilai yang tetinggi. Modus (modu) adalah nilai yang paling sering muncul pada
suatu distribusi nilai variabel.
3. Analisis variasi nilai
Analisis ini dilakukan untuk melihat sebaran nilai dalam distribusi
keseluruhan nilai suatu variabel dari nilai tengahnya. Analisis ini untuk melihat
seberapa besar nilai-nilai suatu variabel berbeda dari nilainya. Pengukuran variasi
nilai biasanya dilakukan dengan melihat kisaran data (range) atau simpangan baku
(standar devinatioan).
Analisis Deskriptif, digunakan untuk membantu peneliti mendeskripsikan
ciri-ciri variable-variabel yang diteliti atau merangkum hasil pengamatan penelitian
yang telah dilakukan tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
(generalisasi dari hasil penelitian) dari data yang diperoleh dari populasi atau
sampel kajian; Statistik deskriptif berkaitan dengan kegiatan pencatatan,
penyusunan,

penyajian

dan

peringkasan

dengan

mendeskripsikan

atau

menggambarkan data-data yang hasil-hasil pengamatan terhadap kejadian-kejadian
atau fenomena-fenomena secara kuantitatif, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
(1) Memahami dan menjelaskan variabel-variabel yang diteliti, sebagaimana
definisi secara konseptual tentang ciri-ciri variable tersebut. Maka setiap
variable diukur dengan alat ukur yang ditentukan oleh peneliti yang sesuai
dengan penelitian,
(2) Menyusun data dengan nilai terendah hingga nilai tertinggi dan mengira
frekuensi yang didapat,
(3) Menggunakan teknik statistic deskriptif dengan menggunakan (ukuran
kecenderungan

memusat

(Measures

of

Central

Tendency),

ukuran

keberagaman (Measure of Variabiliy), yang sesuai dengan skala pengukuran.
Adapun

cara

yang

digunakan

untuk

menjelaskan,

menyajikan

dan

mendeskripsikan data-data tentang ciri-ciri variable penelitian, seperti pengukuran
pemusatan dan penyebaran data, adapun penjelasan sebagai berikut:

a) Pengukuran Kecenderungan Pemusatan (Measure of Central Tendency)
Pengukuran memusat dilakukan dengan menggunakan satu nilai yang dapat
mewakili atau representatif dari data penelitian yang ada. Ada tiga nilai (indeks)
yang dapat mengukur kecenderungan memusat, yaitu (Mean, Median, Modus)
Mean, meupakan nilai rata-rata yang bisa mewakili sekumpualn data yang
representative. Contoh: Seorang dosen memberikan nilai ujian semester 6 orang
mahasiswa, dengan nilai sebagai berikut: 60, 70, 75, 75, 85, 90. Maka nilai mean
(rata-rata) adalah 60+70+75+75+85+90/6= (75,8).
Median, merupakan nilai tengah dalam sesuatu ukuran, atau nilai antara.
Contoh: Nilai 18 dan 19, jadi mediannya adalah 18,5, jadi nilainya adalah terletak
di tengah skor yang ada.
Modus, merupakan nilai yang frekuensi paling banyak dalam indeks yang
dapat mewakili seluruh jumlah ukuran. Dlam penelitian biasanya digunakan untuk
menyatakan ciri-ciri demografi subjek penelitian yang mempunyai beberapa
kategori sperti jenis kelamin (laki-laki, perempuan) umur (30-35 tahun, 36-45
tahun, 36-60 tahun), pendidikan (SMA, S1, S2).
b) Analisis Deskriptif Menggunakan Program SPSS
Program SPSS dapat digunakan dalam menganalisis data deskriptif, yaiu
menentukan frekuensi, persen, mean, mod, median, standar deviasi, varians.
Adapun cara penggunaannya akan dijelaskan pada cara penyajian data statistic
deskriptif dalam Program SPSS sebagai berikut:
Contoh penelitian tentang Kecerdasan Emosi , Kepuasan Kerja dan Komitmen
Pekerjaan Dosen di Perguruan Tinggi X.
2.

Analisis Inferensial
Analisis inferensial, digunakan peneliti untuk menetapkan sejauh manakah ia
dapat menyimpulkan (mengeneralisasi) hasil penelitian dari data yang diperoleh
dalam kelompok subyek yang terbatas (sampel) bagi populasi penelitian. Penelitian
seperti ini biasanya dilakukan karena populasi penelitan terlalu besar dan peneliti
terbatas untuk meneliti semua subjek dalam populasi. Penelit membuat hipotesis
penelitian, sebelumnya peneliti harus memahami ujian statistic apa yang sesuai
digunakan. Ujian statistic diguanakan menjawab hipotesis nol.

Analisis inferensial digunakan untuk menentukan apakah hipotesis nol
diterima atau ditolak. Adapun statistic inferensi yang biasa digunakan, yaitu (uji Chi
Kuadrat, uji-t, Uji ANOVA, Uji Korelasi, dan Uji Regresi).
Uji Chi Kuadrat X2 , Uji-t dan Uji ANOVA, merupakan tiga bentuk uji
statistic yang digunakan untuk melihat perbedaan, untuk penjelasan yaitu: Analisis
Chi Kuadrat merupakan statistic non parametric yang hanya sesuai untuk skala
pengumpulan data dengan bentuk nominal dan ordinal saja. Sedangkan Analisis Uji-t
dan Analisis ANOVA merupakan statistic parametrik yang berbeda dalam
pengumpulan data dengan syarat taburan data harus normal atau data peneliti harus
bersifat normal. Apabila data tidak normal, maka statistic Chi Kuadrat atau analysis
nonparametric dapat digunakan. Statistic Chi Kuadrat atau nonparametric merupakan
analisis statistic yang banyak digunakan dalam penelitian sains social, karena
memiliki syarat yang lebih longgar dibandingkan analisis parametric.
Pemakaian analisis inferensial bertujuan untuk menghasilkan suatu temuan
yang dapat digeneralisasikan secara lebih luas ke dalam wilayah populasi. Di sini
seorang peneliti akan selalu berhadapan dengan hipotesis nihil (Ho) sebagai dasar
penelitiannya untuk diuji secara empirik dengan statistik inferensial. Jenis statistik
inferensial cukup banyak ragamnya,Peneliti diberikan peluang sebebas-bebasnya
untuk memilih teknik mana yang paling sesuai (bukan yang paling disukai) dengan
sifat/jenis data yang dikumpulkan. Secara garis besar jenis analisis ini dibagi menjadi
dua bagian. Pertama untuk jenis penelitian korelasional dan kedua untuk komparasi
dan/atau eksperimen. teknik analisis dengan statistic inferensial adalah teknik
pengolahan data yang memungkinkan peneliti untuk menerik kesimpulan,
berdasarkan hasil penelitiannya pada sejumlah sampel, terhadap suatu populasi yang
lebih besar. Kesimpulan yang diharapkan dapat dibuat biasanya dinayatakan dalam
suatu hipotesis. Oleh karena itu, analisis statistik inferensial juga bisa disebut analisis
uji hipotesis. Inferensi yang sering dibuat oleh peneliti pendidikan dan ilmu social
pada umunya berhubungan dengan upaya untuk melihat perbedaan (beda nilai
tengah) dan korelasi, baik anatara dua variabel independent maupun anatara beberapa
variabel sekaligus. Selisih nilai tengah ataupun nilai koefisien (correlation
coeficient) yang dihasilkan kemudian diuji secara statistic.

Statistic inferensial, sering juga disebut statistic induktif atau statistic
probabilitas, adalah teknik statistic yang digunakan untuk menganalisis data sampel
dan hasilnya diberlakukan utuk populasi. Statistic ini akan cocok digunakan bila
sampel diambil dari popualsi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari
populasi itu dilakukan secara random. Statistik inferensial fungsinya lebih luas lagi,
sebab dilihat dari analisisnya, hasil yang diperoleh tidak sekedar menggambarkan
keadaan atau fenomena yang dijadikan obyek penelitian, melainkan dapat pula
digeneralisasikan secara lebih luas kedalam wilayah populasi. Karena itu,
penggunaan statistik inferensial menuntut persyaratan yang ketat dalam masalah
sampling, sebab dari persyaratan yang ketat itulah bisa diperoleh sampel yang
representatif; sampel yang memiliki ciri-ciri sebagaimana dimiliki populasinya.
Dengan sampel yang representatif maka hasil analisis inferensial

dapat

digeneralisasikan ke dalam wilayah populasi.
Statistic inferensial meliputi statistic parametris dan non parametris. Statistic
parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistic, atau
menguji ukuran populasi melalui data sampel. Parameter populasi itu meliputi : ratarata dengan notasi µ (mu), simpangan baku σ (sigma) dan varians σ2. Dalam statistic
pengujian parameter melalui statistic (data sampel) tersebut dinamakan uji hipotesis
statistic. Oleh karena itu penelitian yang berhipotesis statistic adalah penelitian yang
menggunakan sampel. Sebagai contoh nilai suatu pelajaran 1000mahasiswa rataratanya 7,5. Selanjutnya missal dari 1000 orang itu diambil sampel 50 orang,
dan nilai rata-rata dari sampel 50 mahasiswa itu 7,5. Hal ini berarti tidak ada
perbedaan antara parameter (data popualasi) dan statistic (data sampel). Hanya dalam
kenyataannya nilai parameter jarang diketahui. Statistic non parameter tidak menguji
parameter populasi, tetapi menguji distribusi.
Penggunaan statistic parametris dan non parameter tergantung pada asumsi
dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametris memerlukan terpenuhinya
banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus
berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu tes mengharuskan
data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen, dalam regresi harus
terpenuhi asumsi linieritas.statistik non parametris tidak menuntuk terpenuhinya

banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus berdistribusi normal.
Oleh karena itu statistic non parametris mempunyai kekuatan yang lebih dari statistic
non parametris, bila asumsi yang melandasi dapat terpenuhi.
Dalam dunia statistik dikenal setidaknya terdapat empat jenis data hasil
pengukuran, yaitu data Nominal, Ordinal, Interval dan Rasio. Masing-masing data
hasil pengukuran ini memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda antara satu
dengan lainnya Penggunaan kedua statistic tersebut juga tergantung pada jenis data
yang dianalisis. Statistic parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data
interval dan rasio, sedangkan statistic non parametris kebanyakan digunakan untuk
menganalisis data nominal, ordinal. Jadi untuk menguji hipotesis dalam penelitian
kuantitatif yang menggunakan statistic, ada dua hal utama yang harus diperhatikan
yaitu, macam data dan bentuk hipotesi yang diajukan.
Dalam statistik parametris menggunakan analisis data yang berupa ;
1. Data Interval
Data interval tergolong data kontinum yang mempunyai tingkatan yang lebih
tinggi lagi dibandingkan dengan data ordinal karena mempunyai tingkatan yang lebih
banyak lagi. Data interval menunjukkan adanya jarak antara data yang satu dengan
yang lainnya.
Contoh data interval misalnya hasil ujian, hasil pengukuran berat badan, hasil
pengukuran tinggi badan, dan lainnya. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa data
interval tidak dikenal adanya nilai 0 (nol) mutlak. Dalam hasil pengukuran (tes)
misalnya mahasiswa mendapat nilai 0. Angka nol ini tidak dapat diartikan bahwa
mahasiswa tersebut benar-benar tidak bisa apa-apa. Meskipun ia memperoleh nilai
nol ia memiliki suatu pengetahuan atau kemampuan dalam matakuliah yang
bersangkutan. Nilai nol yang diberikan oleh dosen sebetulnya hanya merupakan
atribut belaka hanya saja pada saat ujian, pertanyaan yang diujikan tidak pas seperti
yang dipersiapkannya. Atau jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan yang
dikehendaki soal.
2. Data Rasio

Data rasio merupakan data yang tergolong ke dalam data kontinum juga
tetapi yang mempunyai ciri atau sifat tertentu. Data ini memiliki sifat interval atau
jarak yang sama seperti halnya dalam skala interval. Namun demikian, skala rasio
masih memiliki ciri lain. Pertama harga rasio memiliki harga nol mutlak, artinya
titik nol benar-benar menunjukkan tidak adanya suatu ciri atau sifat. Misalnya titik
nol pada skala sentimeter menunjukkan tidakadanya panjang atau tinggi sesuatu.
Kedua angka skala rasio memiliki kualitas bilangan riel yang berlaku perhitungan
matematis.
Contohnya : berat badan Rudi 70 kg, sedangkan Saifullah 35 kg. Keadaan ini
dapat dirasiokan bahwa berat badan Rudi dua kali berat badan Saifullah. Atau berat
badan Saifullah separuh dari berat badan Rudi. Berbeda dengan data interval
misalnya Rudi ujian dapat 70 sementara Saifullah memperoleh 30. Hal ini tidak
dapat diartikan bahwa kepandaian Rudi dua kali lipat kepandaian Saifullah.
Data rasio dalam ilmu-ilmu sosial jarang dipergunakan, bahkan hampir tidak
pernah dipergunakan. Lapangan penggunaan data berskala rasio ini lebih banyak
berada dalam bidang ilmu-ilmu eksakta terutama fisika.
Sedangkan dalam statistik non parametris analisi data dibagi menjadi:
3. Data Nominal
Data ini juga sering disebut data diskrit, kategorik, atau dikhotomi. Disebut
diskrit karena ini data ini memiliki sifat terpisah antara satu sama lainnya, baik
pemisahan itu terdiri dari dua bagian atau lebih; dan di dalam pemisahan itu tidak
terdapat hubungan sama sekali. Masing-masing kategori memiliki sifat tersendiri
yang tidak ada hubungannya dengan kategori lainnya. Sebagai misal data hasil
penelitian dikategorikan kedalam kelompok “ya” dan “tidak” saja.
Contohnya :
1. Laki-laki/wanita (laki-laki adalah ya laki-laki; dan wanita adalah “tidak
laki-laki”), kawin /tidak kawin; janda/duda, dan lainnya.
2. Jenis pekerjaan dapat digolongkan secara terpisah menjadi pegawai
negri, pedagang, dokter, petani, buruh dsb.

3. Nomor punggung pemain sepak bola, nomor rumah, nomor plat mobil
dan lainnya. Nomor-nomor tersebut semata-semata hanya menunjukkan
simbol, tanda, atau stribut saja.
4.

Suku, golongan drah, jenis penyakit, bentuk atau konstitusi tubuh.

4. Data Ordinal
Data ordinal adalah data yang menunjuk pada tingkatan atau penjenjangan
pada sesuatu keadaan. Berbeda dengan data nominal yang menunjukkan adanya
perbedaan secara kategorik, data ordinal juga memiliki sifat adanya perbedaan di
antara obyek yang dijenjangkan. Namun dalam perbedaan tersebut terdapat suatu
kedudukan yang dinyatakan sebagai suatu urutan bahwa yang satu lebih besar atau
lebih tinggi daripada yang lainnya.Kriteria urutan dari yang paling tinggi ke yang
yang paling rendah dinyatakan dalam bentuk posisi relatif atau kedudukan suatu
kelompok.
Contoh dari data ini misalnya:
1. prestasi belajar siswa diklasifikasikan menjadi kelompok “baik”,
“cukup”, dan “kurang”, atau ukuran tinggi seseorang dengan “tinggi”,
“sedang”, dan “pendek”.
2. Hasil ujian mahasiswa peserta kuliah Statistik Pendidikan Budiman
memperoleh skor 90, Rahmat 85, Musyafak 75, dan Mahsunah 65.
Berdasarkan skor-skor tersebut dibuatlah suatu jenjang (rangking),
sehingga terjadilah urutan jenjang ke 1 (90), ke 2 (85), k

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Improving the VIII-B Students' listening comprehension ability through note taking and partial dictation techniques at SMPN 3 Jember in the 2006/2007 Academic Year -

0 63 87

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37

Evaluasi dan hasil belajar matematika

15 94 12

Transmission of Greek and Arabic Veteri

0 1 22