LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH ACARA (1)

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH
ACARA I
PENYIAPAN CONTOH TANAH

Oleh :
Prastowo Aji Budi Hutomo
NIM. A1D017107
Asisten :
Fahira Mahza

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah dalam ruang lingkup pertanian dapat diartikan lebih khusus yaitu

sebagai tempat atau media tumbuhnya tanaman yang ada

daratan. Tanah

berasal dari pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dari
organisme yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Dalam tanah terdapat pula
kandungan udara dan air. Tanah merupakan lapisan terluar bumi yang tersusun
atas lapisan-lapisan (horizon). Horizon tanah terdiri dari horizon O, A, B, dan
C. Lapisan tanah ini terbentuk karena proses yang terjadi dalam pembentukan
tanah. Pada proses pembentukan tamah memerlukan waktu puluhan tahun.
Pada dasarnya tanah terbentuk dari dari lapisan batuan yang paling besar
(bahan induk) menjadi partikel yang lebih kecil (pasir, debu dan liat). Setiap
lapisan tanah mempunyai struktur batuan tanah dan penyusun tanah yang
berbeda. Tanah lapisan atas warnanya lebih gelap (hitam) dibandingkan dengan
tanah lapisan bawah yang berwarna terang (abu-abu atau kebiruan). Perbedaan
tersebut juga tergantung dan dipengaruhi pada setiap jenis-jenis tanahnya.
Jenis-jenis tanah sangatlah beragam dan pada setiap pembentukan suatu
jenis tanah pun berasal dari bahan-bahan yang berbeda. Perbedaan bahanbahan penyusun tanah sangat berpengaruh pada sifat-sifat yang dimiliki suatu
jenis tanah. Kandungan pada setiap bahan-bahan penyusun tanah tersebut
dipengaruhi oleh bahan mineral dan penambahan bahan-bahan organik yang

berasal dari proses terbentuknya tanah. Perbedaan kandungan tanah pada setiap
jenis tanah membuat tanah ini memiliki ciri-ciri yang beragam dan dapat
diperhatikan secara langsung secara morfologis seperti warna, tekstur dan
batasan-batasan pada lapsan tanah. Hal ini Perlu dilakuakan penganalisisan
serta pengamatan untuk mengetahui perbedaan pada setiap jenis-jenis tanah.
Penganalisaan tersebut meliputi analisis secara fisik berupa tekstur, struktur
warna dan analisis sifat kimia tanah yang meliputi kandungan bahan-bahan
pada tanah dan karakternya.

7

Penganalisaan dan pengamatan pada tanah memerlukan contoh tanah pada
setiap jenisnya. Contoh tanah dapat diambil pada lahan atau daratan yang
mempunyai strukur serta sifat-sifat yang berbeda sesuai pada jenis tanahnya.
Pengambilan contoh tanah tersebut sangatlah berpengaruh tingkat kebenaran
hasil analisa lebih lanjut secara kimia dan fisik tanah tersebut. Pengambilan
tanah dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti pengambilan tanah
dengan metode contoh tanah utuh, contoh tanah terganggu, dan contoh tanah
dengan agregat utuh. Setiap metode yang diambil pada pengujian tanah,
disesuaikan dengan sifat-sifat tanah dan tingkat kebutuhan untuk melakukan

penganalisisan pada suatu jenis tanah sehingga mendapatkan hasil analisa yang
lebih akurat dan efektif dalam metode penganalisaannya.
Dalam kegiatan praktikum dasar-dasar ilmu tanah ini, hal yang dilakukan
pertama adalah menyiapkan berbagai contoh tanah. Penyiapan contoh tanah
dilakukan sebelum melakukan langkah pada acara-acara berikutnya yaitu
penetapan kadar air tanah, derajat kerut tanah, pengamatan tanah dengan indera
dan pengenalan profil tanah. Adapun jenis tanah yang dipersiapkan antara
Seorang ahli tanah menganggap tanah sebagai tubuh alam yang berdimensi
dalam dan luas. Ia juga memandang tanah sebagai hasil kerja gaya-gaya
pembangunan dan penghancur. Pelapukan bahan organik merupakan kejadian
destruktif,

sedangkan

pembentukan

mineral

baru


sepetii

liat,

dan

perkembangan suatu horizon merupakan kejadian sintetik.

B. Tujuan

1. Menyiapkan contoh tanah kering angin/ udara dengan diameter 2 mm dan
contoh tanah halus (diameter 0,5 mm) yang digunakan untuk acara
penetapan kadar air, derajat kerut tanah dan pengenalan contoh tanah
dengan indra.

8

C. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum tentang penyiapan contoh
beberapa jenis tanah ini adalah didapatkannya contoh tanah pada beberapa

jenis tanah yang akan dianalisis sesuai dengan taraf yang telah ditentukan dan
sebagai bahan dasar untuk praktikum penanalisisan jinis-jenis tanah secara
kimia dan fisik acara selanjutnya. Selain itu, juga menambah wawasan serta
pengetahuan praktikan tentang bentuk dan wujud visual dari beberapa jenis
tanah yang akan diamati dan mengetahui prinsip dasar pada setiap metode
pengambilan contoh tanah.

9

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media
tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur
dengan sisa-sisa bahan organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup
di atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat udara dan air.
Disamping percampuran bahan mineral dan organik, maka damal proses
pembentukan tanah terbentuk pula lapisan-lapisan tanah atau horison-horison.
Definisi ilmiah tanah (soil) merupakan kumpulan dari benda alam di permukaan

bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral,
bahan organik, air, dan udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman
(Hardjowigeno, 2010).
Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan yang teratur dan
unik yang terdiri atas lapisan-lapisan atau horison-horison yang berkembang
secara genetik. Proses-proses pembentukan tanah atau perkembangan horison
dapat dilihat sebagai penambahan, pengurangan, perubahan, atau translokasi
(Foth, 1984).
Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan
organik di muka daratan bumi. Tanah terbentuk dibawah
pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja dalam masa
yang

sangat

panjang.

Tanah

mempunyai


organisasi

dan

morfologi. Tanah merupakan media bagi tumbuhan tingkat tinggi
dan pangkalan hidup bagi manusia dan hewan. Komponen tanah
(mineral, organik, air, dan udara) tersusun antara satu dan yang
lain membentuk tubuh tanah. Tubuh tanah dibedakan atas
horizon-horizon yang kurang lebih sejajar dengan permukaan
tanah sebagai hasil proses pedogenesis (Sutanto, 2005).
Menurut Hanafah (2013), tanah pada masa kini sebagai
media tumbuh tanaman didefnisikan sebagai lapisan permukaan
bumi yang secara fsik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan

10

berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman
dan menyuplai


kebutuhan air dan udara; secara

kimiawi

berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi
(senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur
esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan
secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat
aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya
secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk
menghasilkan biomassa dan produksi baik tanaman pangan,
tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
Bahan organik dalam tanah dapat didefinisikan sebagai sisa-sisa tanaman
dan hewan di dalam tanah pada berbagai pelapukan dan terdir dari organisme
yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Didalam tanah, bahan organik bisa
berfungsi dan memperbaiki sifat kimia, fisika, biologi tanah sehingga ada
sebagian ahli menyatakan bahwa bahan organik di dalam tanah memiliki fungsi
yang tak tergantikan (Sutanto, 2005).
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan

organic. Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena
tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air
sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga
menkadin tempat mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah
menjadi lahan hidup dan bergerak (Sutanto, 2005).
Menurut Hakim, dkk. (1986), sifat fsis tanah sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, sifat fsis
tanah tergantung pada jumlah, ukuran, bentuk, susunan, dan
komposisi mineral dari partikel-partikel tanah, macam dan
jumlah bahan organik, volume dan bentuk pori-porinya, serta
perbandingan air dan udara yang menempati pori-pori pada
waktu tertentu.

11

Sifat-sifat fisik tanah yang dapat ditetapkan di laboratorium mencakup berat
volume (BV), berat jenis partikel (PD = particle density),tekstur tanah,
permeabilitas tanah, stabilitas agregat tanah, distribusiukuran pori tanah termasuk
ruang pori total (RPT), pori drainase, pori airtersedia, kadar air tanah, kadar air
tanah


optimum

untuk

pengolahan,plastisitas

tanah,

pengembangan

atau

pengerutan tanah (COLE =coefficient of linier extensibility), dan ketahanan geser
tanah (Undang Kurnia, 2006 ).
Menurut Hardjowigeno (2010), tanah merupakan benda alam yang terus
menerus berubah (dinamis) sehingga akibat pelapukan dan pencucian yang terusmenerus maka tanah akan semakin tua juga semakin kurus. Profil tanah semakin
berkembang dengan meningkatnya umur. Karen proses pembentukan tanah yang
terus-menerus berjalan maka bahan induk tanah berubah berturut-turut menjadi :
tanah muda (Iimmature atau young soil), tanah dewasa (mature soil), dan tanah

tua (old soil).
Tanah muda pada prosesnya terjadi pelapukan bahan organik dan bahan
mineral serta pembentukan struktur tanah karena pengaruh bahan organik
tersebut. Hasilnya adalah pembentukan horison A dan horison C. Termasuk tanah
muda adalah jenis tanah Entisol (Aluvial, Regosol). Tanah dewasa prosesnya yang
lebih lanjut dari tanah muda engan pembentukan horison B yang terbentuk masih
muda (Bw). Pada tingkat ini tanah mempunyai kemampuan berproduksi tertinggi,
karena unsur hara yang cukup tersedia. Jenis tanah termasuk tingkatan ini antara
lain Inceptisol, Andisol, Vertisol, dan Molliosol. Tanah tua pada prosesnya terjadi
perubahan-perubahan yang lebih nyata pada horison A dan B dan terbentuk
horison-horison A,E EB,BE,Bt, BC dan lain-lain. Pelapukan makin meningkat
dan tanah menjdai kurus dan masam. Jenis tanah tua tersebut antara lain Ultisol
dan Oxisol ( Hardjowigeno, 2010 ).
Pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah
dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titik pengamatan,
misalnya pada lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat fisik tanah yang
menggambarkan suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanah tertentu
dalam suatu peta tanah. Penetapan tekstur tanah dan stabilitas agregat tanah

12

dilakukan menggunakan contoh tanah komposit tidak terganggu (undisturbed soil
sample), dengan harapan dapat memberikan gambaran sifat-sifat fisik tanah suatu
bidang lahan dengan luasan tertentu yang relatif homogen (Undang Kurnia, 2006).
Contoh tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan
tanah tertentu dalam keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir
menyamai kondisi di lapangan. Contoh tanah tersebut digunakan untuk penetapan
angka berat volume (berat isi, bulk density), distribusi pori pada berbagai tekanan
(pF 1, pF 2, pF 2,54, dan pF 4,2 dan permeabilitas ( Undang Kurnia, 2006 ).
III.

METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu
Praktikum tentang penyiapan contoh tanah dilaksanakan di ruang
laboratorium tanah, Hall B, Fakultas Pertaninan, Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto. Adapun waktu pelaksanaan praktikum ini pada tanggal 24 Maret
2018 pukul 14.00 WIB.
B. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum tentang penyiapan contoh
tanah adalah contoh tanah terganggu pada beberapa jenis tanah yang telah diambil
dari lapang atau lahan dan contoh tanah tersebt telah dikeringkan selama kurang
lebih satu minggu.
Alat-alat yang digunakan dalam praktuim penyiapan contoh tanah ini
meliputi beberapa jenis alat antara lain mortir dan penumbuknya sebagai
penghancur contoh tanah dalam bentuk agregat, saringan tanah dengan ukuran (2
mm, 1 mm, dan 0,5 mm ), tambir untuk peranginan, kantong plastik, wadah
toples, label, spidol, sendok plastik dan alat tulis.
C. Prosedur Kerja

13

1. Contoh tanah yang telah dikeringanginkan selama 1 minggu ditumbuk dalam
mortir secara hati-hati, kemudian diayak dengan saringan berturut-turut dari
yang berdiamater 2 mm, 1 mm dan 0,5 mm. Contoh tanah yang tertampung di
atas saringan 1 mm adalah contoh tanah yang berdiameter 2 mm, sedang yang
lolos saringan 0,5 mm adalah contoh tanah halus ( 0,09 menujukkan bahwa tanah mengembang dan mengerut
dengan nyata, kandungan liat montmorillonit tinggi.
2. Jika COLE > 0,03 menujukkan bahwa tanah memiliki kandungan mineral liat
montmorillonit agak tinggi.
Kebenaran pengambilan contoh tanah sangatlah berpengaruh pada hasil
analisa tanah baik secara sifat fisik maupun sifat kimia tanah yang akan dilakukan
pengujian. Hal ini dikarenakan pada setiap jenis tanah tertentu, tersusun atas
bahan mineral dan bahan organik yang memiliki proporsi jenis, ukuran, dan
persentase bahan yang berbeda dan beragam macamnya yang menyusun tanah

18

tersebut. Terkait penyusun bagian-bagian tanah tersebut menentukan jenis tanah
yang terbentuk. Kandungan-kandungan bahan penyusun tanah tersebut akan
menunjukkan sifat-sifat yang berbeda pada sitiap jenisnya baik secara sifat fisik
maupun kimianya. Tanah yang tersusun atas bahan organik akan menunjukkan
sifat fisik berupa warnanya yang lebih gelap dibanding tanah dari bahan mineral.
Pada umumnya bahan mineral yang menyusun tanah akan memberikan warna
khas cenderung terang yang menujukkan kandungan bahan mineral dominan
adalm tanah tersebut. Secara kimiawi jika diuji dengan larutan H 2O2, bahan
organik akan menghasilkan gelembung-gelembung pada tanah sedang bahan
mineral tidak. Sehingga setiap jenis tanah memiliki bahan penyusun yang
berbeda. Hal ini juga berkaitan dengan umur tanah yang digunakan sebagai
contoh tanah. Pada jenis tanah tertentu memiliki umur yang muda ,dewasa hungga
tua. Pada tanah muda kandungan paling banyak yaitu bahan organik misalnya
Entisol. Sehingga menimbulkan sifat dan reaksi pengujian kimia yang berbeda.
Pada tanah tua telah terjadi pencician dan kandungan hara tanah sedikit (miskin)
dan umumnya menunjukkan sifat masam. Misalnya tanah Ultisol yang tergolong
tanah tua. Begitupun dengan tanah dewasa yang merupakan tanah yang
produktivitasnya paling tinggi. Hal ini ketika dilakukan analisa secara sifat fiski
ataupun kimia akan menimbulkan tipe sifat yang berbeda.

Ketepatan dalam

melakukan pengambilan contoh tanah dan pemilihan jenis tanah dilahan akan
menentukan dalam penganalisaan dari tanah tersebut akan termasuk jenis tanah
tertentu. Misalnya penganalisaan tentang porositas tanah, permeabilitas tanah,
warna tanah, derajat kerut tanah, dan sifat fisik lainnya pada tanah yang berbeda
akan menunjukkan sifat yang berbeda pula. Pengambilan contoh tanah yang tepat
menjadi penentu kevaliditasan suatu data hasil analisa.
Pada praktikum penyiapan contoh tanah ini, setelah proses
pengayakan dengan saringan yang berukuran 2 mm, 1 mm, dan
0,5 mm didapatkan contoh tanah kering udara berdiameter 2
mm dan 0,5 mm. Contoh tanah kering udara berukuran 2 mm
selanjutnya

akan

digunakan

sebagai

bahan

baku

utama

praktikum untuk menentukan kadar air tanah kering udara dan

19

menentukan kadar air kapasitas lapang. Sedangkan contoh
tanah berdiameter 0,5 mm digunakan sebagai bahan praktikum
menentukan kadar air maksimum tanah dan menghitung derajat
kerut tanah.
Berdasarkan data pengamatan, jenis tanah yang dilakukan
pengayakan dan penyaringan terdapat beberapa jenis tanah
yaitu Andisol, Vertisol, Ultisol, Entisol dan Inceptisol. Macam jenis
tanah yang digunakan dalam praktikum ini adalah jenis tanah
entisol,

vertisol,

andisol,

ultisol,

dan

inceptisol.

Menurut

Pandutama, dkk (2003), deskripsi dari kelima jenis tanah
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Entisol, merupakan tanah baru berkembang dengan deskripsi
tanah tanpa perkembangan profl, kecuali kemungkinan pada
horison A1 yang tegas dan B2 lemah. Tanah tergenang
menghambat pengembangan horison.
2. Vertisol, merupakan tanah membalik.kandungan lempung
(mengembang-mengkerut)

tinggi.

Membutuhkan

musim

basah dan kering untuk berkembang. Umumnya hanya
memiliki horison A1.
3. Andisol, merupakan tanah abu vulkanik. Bagian permukaan
tanah mineralnya berketebalan 30-60 cm dan memiliki sifat
andic. Tanah ini berwarna kelabu hingga kuning, peka
terhadap erosi, dan sangat subur.
4. Ultisol, merupakan tanah pelindihan. Memiliki deskripsi profl
sangat asam, yang termasuk kedalamnya adalah tanah
tropika dan subtropika yang melapuk lanjut. Terdapat pada
lapisan horison A2 bagian dalam, dicirkan dengan akumulasi
lempung di B2.
5. Inceptisol, merupakan tanah muda namun lebih berkembang
daripada

tanah

entisol.

20

Jenis

tanah

dengan

proses

pembentukan horison lemah. Berciri seperti entisol, dengan
cukup waktu membentuk horison A1 yang tegas dan B2 yang
lemah.

Tanah

yang

tergenang

akan

menghambat

perkembangan horison.

V.

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil data analisa dan pembahasan mengenai pengamnilan
contoh tanah, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tanah adalah benda alam yang tersusun atas lapisan-lapisan
atau horison yang memiliki sifat sebagai akibat pengaruh
iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk
terhadap bahan induk pada kondisi topografirelief tertentu
dan selama waktu tertentu.
2. Terdapat tiga macam cara pengambilan contoh tanah, yaitu
contoh tanah utuh (undistrubed soil sample), contoh tanah
tidak utuhiterganggu (distrubed soil sample), contoh tanah
dengan agregat utuh (undistrubed soil agregat).

21

3. Berdasarkan hasil praktikum didapatkan dua ukuran diameter
tanah contoh yaitu 2 mm dan 0,5 mm dari 5 jenis contoh
tanah yang diamati antara lain yaitu Andisol, Vertisol, Ultisol,
Entisol dan Inceptisol. Contoh tanah kering udara berukuran 2
mm digunakan sebagai bahan dasar praktikum menentukan
kadar air tanah kering udara dan menentukan kadar air
kapasitas lapang. Sedangkan contoh tanah berdiameter 0,5
mm digunakan sebagai bahan praktikum menentukan kadar
air maksimum tanah dan menghitung derajat kerut tanah.

B. Saran
Dalam praktikum seyogyanya dilakukan dengan sungguhsungguh dan bukan hanya hasil jadi dari praktikum yang
ditunjukkan. Hal ini diperlukan agar praktikan menjadi tahu dan
mengerti apa yang dimaksud teori-teori yang telah dipelajari
dalam praktikum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abror, Bambang Siswanto, dan Wani Hadi Utomo. 2017. Pengaruh Pemberian
Abu Ketel Terhadap Sifat Fisik Tanah, Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Tebu pada Ultisol di Pabrik Gula Bone, Sulawesi Selatan. Jurnal
Tanah dan Sumberdaya Lahan. Vol. 4 .No. 1: 445—452.
Foth, Henry. 1984. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gajad Mada University Press.
Yogyakarta.
Hanafah, Kemas Ali. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah . PT Raja
Grafndo Persada. Jakarta.

22

--------------------------. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja
Grafndo Persada. Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo.
Jakarta.
-----------------------------. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo.
Jakarta.
Hakim, Nurhajati. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit
Universitas Lampung. Lampung.
Ridwandi, Mukhlis, dan Mariani Sembiring. 2013. Morfologi Dan
Klasifkasi

Tanah

Kabupaten

Karo

Lereng

Utara

Sumatera

Gunung

Utara.

Jurnal

Sinabung
Online

Agroekoteknologi. ISSN No. 2337- 6597. Vol.2, No.1: 324—
332.
Supriyadi, Priyantari, N, Sulistyani, D.P, dan Mayasari W.A. 2016. Identifikasi
Jenis Tanah pada Lahan Pemukiman Berdasarkan Integrasi Pengukuran
Geolistrik 3d dan Uji Indeks Properties Tanah di Perumahan Istana Tidar
Regency-Jember. Jurnal Fisika Flux. Vol. 13. No. 1 :11—20.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius.
Yogyakarta.
Undang, Kurnia dan dkk. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai
Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian, Agro Inovasi.

LAMPIRAN

23

Gambar 1.2. Tanah Andisol

Gambar 1.3. Tanah Ultisol

Gambbar 1.4. Tanah Vertisol

24