Pendahuluan Laporan Minapolitan Di Indonesia

PENDAHULU
AN

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Sejalan

dengan

diberlakukannya

Undang-undang

No.

25/2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-undang No.

32/2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, Undang- undang No. 26/2007
tentang Penataan Ruang dan PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, maka terjadilah perubahan gradual
dalam

konsep

pembangunan

pembangunan

nasional.

Perubahan

paradigma

ini setidaknya terlihat dari aspek perencanaan, aspek


pengelolaan sumber daya, dan aspek kelembagaannya. Dalam aspek
perencanaan, telah terjadi perubahan pendekatan dari top-down menjadi
bottom-up. Hal ini
berarti bahwa pembangunan nasional harus tetap
dalam kerangka

Negara
Kesatuan

Republik Indonesia dan pemerintah daerah memiliki kewenangan penuh
dalam

pengambilan

keputusan

pelaksanaan

pembangunan


dengan

menggunakan dan memanfaatkan potensi sumber daya secara optimal.
Dengan demikian, daerah akan memutuskan pola dan bentuk kawasan
yang

akan

dikembangkan

dengan

produk

unggulan

potensi

daerah dalam

mendukung pembangunan ekonomi
daerah.
Perubahan
paradigma

pembangunan dari sentralistik ke desentralistik
tersebut di

atas, akan memberikan implikasi bahwa Pemerintah
Daerah harus

mampu
mengelola

sumber dana untuk membiayai pembangunan daerahnya. Peran
Laporan Akhir
Masterplan Pengembangan Kawasan
Minapolitan Kambitin

BAB 1 1


PENDAHULU
AN

Pemerintah Pusat yang
semula bersifat sektoral secara bertahap beralih
ke Pemerintah

Daerah,
khususnya

Kabupaten/Kota, sehingga kelembagaan lokal dalam pembangunan
ekonomi daerah akan semakin penting dan diakui keberadaannya.
Dalam rangka memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada
khususnya yang
terkait dengan pengembangan
arti luas maka

Laporan Akhir
Masterplan Pengembangan Kawasan

Minapolitan Kambitin

perikanan

dalam

diupayakan
suatu

BAB 1 2

pendekatan melalui produk yaitu perencanaan pengembangan kawasan
perikanan budidaya (Minapolitan). Konsepsi mengenai pengembangan
kawasan perikanan budidaya dalam penataan ruang lebih diarahkan
kepada bagaimana memberikan arahan pengelolaan tata ruang suatu
wilayah perikanan, khususnya kawasan sentra produksi perikanan nasional
dan daerah. Perencanaan pengembangan kawasan perikanan budidaya
(minapolitan) merupakan suatu upaya untuk memanfaatkan lahan /
potensi yang ada dalarn mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam
pengelolaan dan penataan ruang perikanan dipedesaan. Pengelolaan

ruang

perikanan

budidaya

adalah

arahan

kebijakan

dan

strategi

pemanfaatan ruang yang diperuntukkan bagi kegiatan perikanan dan
usaha-usaha berbasis perikanan lainnya dalarn skala nasional, sedangkan
pengelolaan ruang kawasan sentra produksi perikanan nasional dan
daerah.

Perencanaan pengembangan kawasan perikanan budidaya
(minapolitan) merupakan
suatu

upaya

untuk

memanfaatkan

lahan/potensi

yang

ada

dalam

mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan dan penataan
ruang perikanan dipedesaan. Pengelolaan ruang perikanan budidaya

adalah

arahan

diperuntukkan

kebijakan
bagi

dan

kegiatan

strategi

perikanan

pemanfaatan
dan


ruang

usaha-usaha

yang

berbasis

perikanan lainnya dalam skala nasional, sedangkan pengelolaan ruang
kawasan sentra produksi perikanan nasional dan daerah merupakan arah
kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang bagi peruntukan perikanan
secara umum.
1.2.
TUJUAN DAN
SASARAN

1.2.1.
Tujuan
1.


Sebagai kerangka dasar di bidang penataan ruang untuk
pengembangan kawasan perikanan budidaya (Minapolitan);

2. Sebagai suatu alat bantu untuk memperkuat dalam penyusunan
kebijakan pemanfaatan

ruang untuk pengembangan kawasan

perikanan budidaya;
3.

Sebagai alat bantu dalam mengidentiflkasi keterkaitan kawasan
sentra perikanan budidaya dengan sistem desa-kota (urban-rural
linkages) yang mempunyai hubungan timbal balik yang dinamis,
sistem permukiman yang memiliki aksesibilitas ke pusat- pusat
pelayanan, sistem jaringan infrastruktur dan sistem
pemasaran (outlet);

jaringan

4.

Tersusunnya struktur dan pola pemanfaatan ruang kawasan
sentra perikanan budidaya

1.2.2.
Sasaran
1.

Berkembangnya kawasan perikanan budidaya

2.

Terumuskannya kebijakan perencanaan tata ruang kawasan
sentra perikanan budidaya;

3.

Tersusunnya
perikanan

konsep

perencanaan

ruang

kawasan

sentra

budidaya yang diwujudkan dalam struktur dan pola

pemanfaatan ruang kawasan Minapolitan;
4. Tersusunnya kerangka dasar dalam penyusunan sistem jaringan
infrastuktur yang
mendukung pengembangan kawasan sentra perikanan budidaya.
1.3.
Pedoman Umum Kawasan
Minapolitan
Konsep

kawasan

adalah

wilayah

yang

berbasis

pada

keanekaragarnan fisik dan ekonomi tetapi memiliki hubungan erat dan
saling mendukung satu sarna lain secara fungsional dalarn mempercepat
pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kawasan

sentra

perikanan budidaya

(minapolitan) merupakan

kota

perikanan yang tumbuh clan berkembang karena berjalannya sistem dan
usaha

minabisnis

serta

mampu

melayani,

mendorong,

menarik,

menghela kegiatan pembangunan perikanan di wilayah sekitarnya.
Kawasan sentra perikanan terdiri dari kota perikanan dan desa-desa
sentra produksi
perikanan yang ada disekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan
oleh batasan administratif pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan
memperhatikan skala ekonomi kawasan yang ada. Pengelolaan ruang
diartikan

sebagai

kegiatan

pengaturan,

pengendalian,

pengawasan,

evaluasi, penertiban dan peninjauan kembali atas pemanfaatan ruang
kawasan sentra perikanan.
Program pengembangan kawasan sentra perikanan adalah
pembangunan ekonomi

berbasis

perikanan

yang dilaksanakan

dengan

jalan

mensinergikan

berbagai potensi yang ada, utuh dan menyeluruh, berdaya saing, berbasis
kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh
masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. Kawasan

perikanan yang terdapat di daerah pedesaan harus dikembangkan sebagai
satu kesatuan pengembangan wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi
antara desa-kota (urban-rural linkages), dan menyeluruh hubungan yang
bersifat timbal balik yang dinamis.
Adapun kriteria yang dijadikan acuan dalam perencanaan
pengembangan kawasan perikanan budidaya (Minapolitan) adalah:
1.3.1.
Umum:


Kriteria
Penggunaan

lahan

memanfaatkan

untuk

potensi

kegiatan

yang

sesuai

perikanan
untuk

harus

peningkatan

kegiatan produksi dan tetap memperhatikan aspek kelestarian
lingkungan hidup


Wilayah yang susdah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya
dengan indikasi geografis dilarah untuk dialih fungsikan

 Kagiatan Perikanan skala besar atau intensif harus memiliki
Amdal


Kegiatan

perikanan

skala

besar

harus

diupayakan

menyerap tenaga kerja setempat


Pemanfaatan

dan

pengelolaan

lahan

harus

dilakukan

berdasarkan kesesuaian lahan dan RTRW
1.3.2.
Khusus

Kriteria

 Memiliki kegiatan ekonomi yang dapat menggerakkan
pertumbuhan daerah


Memiliki sector unggulan yang mampu mendorong kegiatan
ekonomi sector lain dalam kawasan itu sendiri maupun kawasan
sekitarnya



Memiliki

keterkaitan

produk-produk

ke

depan

(daerah

pemasaran

yang dihasilkan) maupun ke belakang (suplai

kebutuhan sarana produksi) dengan beberapa daerah pendukung


Memiliki kemampuan

untuk memelihara sumberdaya alam

sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan mampu
menciptakan kesejahteraan secara adil dan merata bagi seluruh
masyarakat


Memilki luasan areal budidaya eksisting minimal 200 Ha

Lebih Ianjut, selain tujuan-tujuan tersebut diatas, dipandang dari segi
kepentingan daerah, pengembangan kawasan dapat diarahkan untuk
mencapai hal-hal berikut:
a.

Meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup, kemampuan dan
kapasitas ekonomi serta sosial masyarakat pedesaan;

b. Meningkatkan ikatan komunitas masyarakat sekitar kawasan yang
memiliki

tanggung

jawab

untuk

menjaga

kelestarian

dan

keamanan;
c.

Meningkatkan mutu, produktivitas dan keamanan kawasan;

d. Menciptakan

lapangan

kerja,

meningkatkan

kesempatan

berusaha dan pendapatan Negara serta pendapatan masyarakat;
e.

Mendorong clan mempercepat pengembangan wilayah demi
mencapai kemajuan serta kemandirian daerah.

Suatu kawasan sentra perikanan budidaya yang sudah berkembang
harus nmemiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.

Sebagian besar

kegiatan

masyarakat

di kawasan

tersebut

di

dominasi oleh kegiatan perikanan budidaya dalam suatu sistem yang
utuh dan terintegrasi mulai dari:
a.

Subsistem minabisnis hulu (up stream minabusiness) yang
mencakup: penelitian dan pengembangan, sarana perikanan,
pemodalan, dan lain-lain;

b.

Subsistem usaha perikanan budidaya (on farm minabusiness)
yang mencakup usaha: pembenihan ikan, pembesaran ikan daD
penyediaan sarana perikanan budidaya;

c.

Subsistem minabinis hilir (down stream minabusiness) yang
meliputi:

industri-

industri

pengolahan

dan

pemasarannya,

termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor,
d. Subsistem jasa-jasa penunjang (kegiatan yang menyediakan jasa
bagi minabisnis) seperti:

perkreditan, asuransi,

transportasi,

pendidikan, penyuluhan, infrastruktur, dan kebijakan pemerintah.
2.

Adanya keterkaitan antara kota dengan desa (urban-rural linkages)
yang bersifat timbale batik dan saling membutuhkan, dimana kawasan
perikanan budidaya di pedesaan mengembangkan usaha budi daya (on
farm) dan produk olahan skala rumah tangga (off farm), sebaliknya
kota menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha budidaya dan
minabisnis seperti penyediaan sarana perikanan antara lain: modal,
teknologi, informasi, peralatan perikanan dan lain sebagainya;

3. Kegiatan sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut
didominasi oleh kegiatan

perikanan

budidaya,

(pengolahan)

termasuk

didalamnya

usaha

industri

produk perikanan, perdagangan hasil-hasil perikanan

(termasuk perdagangan untuk kegiatan

ekspor), perdagangan minabisnis hulu (sarana perikanan dan
permodalan), minawisata dan jasa pelayanan;
4.

Infrastruktur yang ada dikawasan diusahakan tidak jauh
berbeda dengan di kota.

DESA

KOTA KECIL

KOTA BESAR/OUTLET

Gambar 1.1. Kedudukan Kawasan Minapolitan Dalam Keterkaitan Kota - Desa - Pasar

Gambar 1.2. Sketsa Kawasan
Minapolitan

1.4.
Konsep Penataan Ruang Kawasan Minapolitan berbasis
Manusia Petani Sebagai
Sentrum
Tata Ruang Minapolitan hendaknya justru

menyambung dan

memperkuat jalinan- jalinan yang telah terbentuk.

Tatanan baru harus

memperkuat dan mengembangkan kebanggan lokal yang telah dimiliki.
Esensinya adalah bagaimana membawa agenda urbanism ke wilayah
pikir dan fisik ruang perdesaan, terdapat 8 proposisi dalam rumusan
minapolitan ;
a.
Merubah daerah pedesaan dengan memperkenalkan unsurunsur gaya hidup kota
b.

Memperluas hubungan sosial di pedesaan sampai keluar batas-batas
desa, sehingga terbentuk suatu ruang sosio-ekonomi dan politik yang
lebih luas, atau agropolitan disctrict.

c.

Memperkecil keretakan sosial (social dislocation) dalam proses
pembangunan, memelihara kesatuan keluarga, memperteguh rasa
aman, dan memberi kepuasan pribadi dan sosial dalam membangun
suatu masyarakat baru.

d.

Memadukan kegiatan-kegiatan perikanan dan non perikanan didalam
lingkungan masyarakat

yang

sama

dalam

kerangka

memperbanyak kesempatan kerja yang produktif
e.

Pengembangan sumberdaya manusia dan alam untuk peningkatan
hasil perikanan, pengendalian tata air, pekerjaan umum, jasa-jasa, dan
industri yang berkaitan dengan perikanan.

f.
Merangkai minapolitan district menjadi
jaringan regional.
g.

Menyusun suatu pemerintahan dan perencanaan yang mampu
memberikan wewenang kepada minapolitan district untuk mengambil
keputusannya sendiri.

h.
Menyediakan sumber-sumber
membangun minapolitan.

keuangan

untuk

Pilihan atas model pola dan struktur ruang kawasan minaapolitan yang
telah digambarkan diatas tentu akan membawa konsekuensi pentingnya
menegakkan salah satu pola dan struktur ruang yang ditawarkan tersebut,
eksistensi agropolitan juga memerlukan tatanan- tatanan

lain

yang

diperlukan untuk menyangga atau mendukung pola dan struktur ruang
yang dimaksud.
1)
Tata Sosial Minapolitan, yang pada hakekatnya memberikan
perlindungan kepada tata
sosial masyarakat petani lokal saat ini agar tidak tergeser kelak
kemudian hari oleh aktor-

aktor yang berasal dari luar region. Tata sosial ini juga berkaitan erat
dengan tata kepemilikan lahan pertanian/ perikanan, tata produksi, dan
tata pemasaran. Tata agropolitan hendaknya tidak menciptakan tata
sosial baru yang asik bagi masyarakat lokal, sehingga membuka
kemungkinan terpentalnya masyarakat lokal dari wilayahnya sendiri.
2)

Tata

Ekonomi

Minapolitan,

memberikan

perlindungan

dan

ketentuan mengenai skala ekonomi dan kegiatan-kegiatan ekonomi
yang harus dikembangkan, yang boleh dikembangakan, dan yang
tidak boleh dikembangkan (agar tata ekonomi masyarakat lokal tidak
rusak).
3)
Tata Fisik - Spasial Minapolitan, merupakan upaya penguatan
dan pengembangan tata
ruang dan infrastruktur yang diperlukan untuk menganyam serta
memperkuat
pertanian/

tata sosial,

perikanan

tata

yang

ekonomi,

ada.

dan

tata

sumberdaya

Tatanan ruang dan fisik ini juga

berkaitan dengan tata kepemilikan lahan pertanian dan mekanisme
pengawasan pembangunan.
4)

Tata

Sumberdaya

Pertanian

Minapolitan, memberikan ketentuan
sebaran

ruang

dari

tiap-tiap

/

Perikanan

dan

Agropolitan/

perlindungan

mengenai

komoditas pertanian/ perikanan serta

ketentuan teknis-ekologis yang disyaratkan.
5) Tata
ketentuan

Institusi Minapolitan,
mengenai

memberikan

perlindungan

dan

penguatan-penguatan mekanisme hubungan institusional (horisontal
dan

vertikal)

antara

lembaga-lembaga

adat,

organisasi

kemasyarakatan, lembaga-lembaga pemerintah, dan para pemanku
kepentingan yang lain, dengan fokus perhatian pada tata kegiatan
agropolitan

(tata

produksi-tata

pemasaran)

yang

berpihak

dan

mengarah pada perlindungan dan penguatan petani lokal.
Sebagai konsep yang lahir dari rahim paradigma utopian planning,
minapolitan memang justru menuntut adanya peran pemerintah yang kuat
untuk

melindungi

pemerintah

eksistensinya.

(terutama

Tanpa

menyangkut

adanya

aspek

perlindungan

development

dari

control dan

penguatan teritorial-based identities), eksistensi wilayah minapolitan sulit

untuk ditegakkan, bertahan dan berlanjut.

1.5.
Tahapan Penyusunan Master Plan Kawasan Minapolitan
Budidaya Perikanan
Proses dan Mekanisme penyusunan Rencana Pengembangan
Kawasan Perikanan meliputi tahapan- tahapan berikut:
1.5.1. Inventarisasi
Inventarisasi
kawasan
a.

dalam

penyusunan

rencana

pengembangan

perikanan budidaya (minapolitan) terdiri dari 3 kegiatan;

Persiapan

Dalam tahapan persiapan dilakukan beberapa kegiatan yang akan
menunjang kelancaran penyusunan rencana kawasan perikanan budidaya,
yaitu :
1.

Menyusun kerangka acuan kerja atau Terms of Reference (TOR)
termasuk di dalamnya agenda pelaksanaan dan tenaga ahli yang
diperlukan;

2. Membentuk tim pelaksanayang terdiri dari tim pengarah, tim teknis
dan tim supervisi;
3.

Menyiapkan kelengkapan administrasi;

4.

Menyiapkan pengadaan jasa konsultansi;

5. Menyusun program kerja dan tim ahli apabila akan dilakukan secara
swakelola;
6.

Persiapan
secara

teknis,

garis

antara

lain

meliputi

perumusan

substansi

besar, penyiapan checklist data dan kuesioner,

penyiapan metode pendekatan dan peralatan yang diperlukan;
7.

Perkiraan biaya penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan.
b.

Penyesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

Rencana pengembangan kawasan merupakan turunan dari Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dalam hat pemanfaatan ruang untuk
kegiatan perikanan dimana kegiatan ini hanya dapat dilaksanakan di
kawasan yang memiliki peruntukan sebagai kawasan budidaya:
1.

Kelengkapan data;

2.

Metodologi yang digunakan;

3.

Kelengkapan isi rencana dan peta rencana;

4.

Tinjauan terhadap pemanfaatan rencana;

5.

Tinjauan pengendalian;

6.

Kelembagaan;

7.

Aspek legalitas;

8.

Prosespenyusunan rencana.

c.

Pengumpulan Data dan Informasi

Tahap ini bertujuan untuk dapat mengidentifikasi kondisi awal wilayah
dan

kecenderungan

perkembangannya.

Data

dan

informasi

yang

dikumpulkan dan diolah secara umum mencakup:
1.

Data dan peta kebijaksanaan pembangunan;

2.

Data dan peta kondisi social ekonomi;

3.

Data dan peta sumber daya alarn;

4.

Data sumber daya manusia;

5.

Data dan peta infrastruktur;

6.

Data danpeta penggunaan lahan;

7.

Data pembiayaan pembangunan;

8.

Data kelembagaan

1.5.2.
Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan penyusunan rencana pengembangan kawasan
perikanan budidaya terbagi ke dalam 3 tahapan yaitu:
a.

Analisis
Pembangunan

Kawasan

tidak

mengembangkan dan meningkatkan
interaksi

antara

sistem

ekonomi

lain
saling

adalah

usaha

ketergantungan

untuk
dan

(economic system), manusia atau

masyarakat (social system), dan lingkungan hidup beserta sumber daya
alam

(ecosystem) yang ada didalarnnya. Kawasan menurut Tom Edward

MN (1999) adalah unit

geografis dengan batas-batas tertentu yang

bagian-bagiannya saling tergantung satu saran lain secara fungsional yang
dikembangkan dalarn bentuk pembangunan ekonomi, sosial, budaya,
maupun hankarn secara berimbang dan berkesinambungan.
Analisis dilakukan untuk memahami kondisi unsur-unsur pembentuk
ruang serta hubungan sebab akibat terbentuknya kondisi ruang wilayah,
dengan memperhatikan kebijaksanaan pembangunan

wilayah yang ada.

Analisis yang dilakukan meliputi analisis terhadap kondisi sekarang dan
kecenderungan di masa depan dengan menggunakan data dan informasi
yang telah dikumpulkan. Aspek -aspek yang dianalisis meliputi:

1.

Analisis kebijakan clan strategi pengembangan kabupaten kota;

2.

Analisis regional;

3.

Analisis ekonomi clan sektor unggulan;

4.

Analisis sumber daya alarn;

5.

Analisis sumber daya manusia;

6.

Analisis infrastruktur;

7.

Analisis penggunaan lahan;

8.

Analisis pembiayaan pembangunan;

9.

Analisis kelembagaan.

b.

Perumusan Konsep Pengembangan Kawasan
Perumusan konsep pengembangan kawasan perikanan budidaya

diawali dengan identifikasi potensi dan masalah pembangunan. Identifikasi
potensi clan masalah pemanfaatan

ruang

tidak

hanya

mencakup

perhatian pada masa sekarang namunjuga potensi clan masalah yang
akan terjadi di masa depan. Identifikasi dari potensi clan masalah tersebut
membutuhkan

terjalinnya

komunikasi

antara

perencana

dengan

masyarakat yang akan dipengaruhi oleh rencana.
Langkah
ruang
harus

berikutnya

adalah

perumusan

tujuan

pemanfaatan

kawasan perikanan. Tujuan dan sasaran perencanaan tata ruang
mencerminkan

visi

dari

masyarakat

setempat.

Selanjutnya,

dilakukan perumusan strategi dan kebijakan tata ruang. Rumusan konsep
rencana pengembangan kawasan perikanan budidaya yang dilengkapi
peta-peta dengan tingkat ketelitian minimal skala 1:10.000 mencakup:
1.

Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang;

2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung clan Kawasan
Budidaya;
3.

Rencana Sistem Prasarana Transportasi, Telekomunikasi,
Energi, Pengairan, dan Pengelolaan Lingkungan;

4. Rencana Penatagunaan Tanah, Air, dan Sumber daya alarn
Lainnya;
5.

Rencana Sistem Kegiatan Pembangunan.

c.
Kelembagaa
n
Bentuk-bentuk kelembagaan yang terlibat dalam proses penyusunan
rencana pengembangan kawasan perikanan dapat berbeda antara satu
kawasan dengan kawasan lainnya sesuai dengan ciri, kondisi, dan
kebutuhan Kawasan serta seiring dengan penerapan Otonomi Daerah.
Walaupun demikian, kelembagaan penataan ruang yang melibatkan
berbagai pihak tersebut secara umum dapat dikelompokkan sebagai
lembaga

formal

pemerintahan,

lembaga

fungsional,

dan

organisasi

kemasyarakatan.
1. Lembaga Formal Pemerintahan Unit yang diberikan tanggung jawab
utama atas penataan ruang di daerah pada umumnya adalah lembaga
yang ditunjuk oleh Bupati yang biasanya berada di Bappeda, Dinas yang
menanggani Perikanan, Dinas PU/Kimpraswil atau Dinas Tata Ruang.
2. Lembaga Fungsional Dalam penyusunan rencana pengembangan
kawasan, perlu dibentuk
tim adhoc yang mempunyai tugas memberikan araban terhadap pihak
yang menyusun rencana pengembangan
sebagai

penanggungjawab

substansi

kawasan

rencana.

Tim

clan

sekaligus

ini

umumnya

melibatkan unsur-unsur dari pemerintah yang terdiri Bappeda, Dinas PU
/ Kimpraswil / Tata Ruang, BPN, BKPMD, perguruan tinggi, dan instansi
terkait lainnya.
3. Peran

Serta

pengembangan

Masyarakat

Dalam

proses

penyusunan

rencana

kawasan sentra perikanan budidaya, peran serta

masyarakat harus terlibat dalam seluruh proses dimulai dari tahap
persiapan sampai pada tahap pengesahan. Untuk itu, Pemerintah
KabupatenjKota harus selalu mengundang masyarakat untuk ikut

terlibat dalam setiap tahapan

penyusunan

kawasan perikanan budidaya (Minapolitan).

rencana

pengembangan

1.5.3. Finalisasi
Finalisasi Rencana Pengembangan Kawasan Minapolitan Kambitin
terdiri dari 3 kegiatan yaitu:
1.

Legalisasi Rencana Pengembangan Kawasan
Penetapan rencana pengembangan kawasan perikanan budidaya

(Minapolitan) oleh Kepala Daerah. Langkah awal dari proses penetapan
rencana

pengembangan

kawasan

perikanan

dimulai

dengan

mempresentasikan konsep akhir masterplan pengembangan kawasan
minapolitan oleh tim penyusun untuk dibahas sebagai ketetapan Kepala
Daerah.

Selanjutnya,

konsep

rencana

tata

ruang

yang

telah

disempurnakan ditetapkan sebagai suatu Ketetapan Kepala Daerah:
2.
Pelaporan
Pelaporan penyusunan rencana pengembangan kawasan perikanan
secara bertahap terdiri dari:
a. Laporan Pendahuluan;
b. Laporan Antara (Draft Akhir);
c. Laporan Akhir Pengembangan Kawasan Minapolitan Kambitin

1.6.

SISTEMATIKA LAPORAN AKHIR MASTERPLAN

PENGEMBANGAN MINAPOLTAN BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pengantar dan penjelasan terhadap pelaksanaan
kegiatan atau adanya pekerjaan ini, meliputi :
1.1.

Latar Belakang

1.2.

Tujuan Dan Sasaran

1.3.

Pedoman Umum Kawasan Minapolitan

1.4. Konsep Penataan Ruang Kawasan Minapolitan Berbasis Manusia
Petani Sebagai
Sentru
m
BAB 2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN DAN KAWASAN
PENGEMBANGAN
Bab ini memberikan penjelasan ringkas mengenai wilayah Kabupaten
dan perencanaan

Pengembangan Kawasan, yang meliputi :
2.1.

Kabupaten Tabalong

2.2.

Kawasan Pengembangan Wilayah Minapolitan Kambitin

BAB 3 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN
KAWASAN MINAPOLITAN KAMBITIN
Bab ini menjelaskan kebijakan pemerintah daerah dalam hal
pembangunan wilayah dan pengembangan kawasan Minapolitan, meliputi
:
3.1.

Visi dan Misi Daerah Kabupaten Tabalong

3.2.

Strategi Pembangunan Daerah

3.3.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

3.4.

Arahan RTRW Provinsi Kalimantan Selatan

3.5. Rencana Pengembangan Buntago
3.6.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tabalong

3.7.

Kebijakan Bidang Perikanan

3.8.

Kebijakan Bidang Pengairan

BAB 4 GAMBARAN PENGEMBANGAN KOMODITAS DAN SEKTOR
UNGGULAN
Bab ini menjelaskan komoditas dan sektor unggulan di wilayah kawasan
pengembangan
Minapolitan Kambitin, yang meliputi :
4.1.

Kegiatan Budidaya Perikanan

4.2.

Kegiatan Mina Padi Dan Mina Unggas

4.3.

Kegiatan Sektor Ikutan

4.4.

Agribisnis

BAB 5 PERMINTAAN DAN PASAR KOMODITAS
Bab ini menjelaskan permintaan konsumen dan rantai pemasaran
komoditas perikanan di wilayah Kabupaten Tabalong dan khususnya
wilayah Kambitin.
BAB 6 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Bab ini menjelaskan perencanaan pengembangan sumberdaya manusia
untuk mendukung peningkatan pengembangan kawasan Minapolitan
Kambitin, meliputi :
6.1.

SumberDaya Manusia

6.2. Peningkatan SDM Bidang Pembenihan
6.3. Teknologi Budidaya
6.4. Teknologi Penyediaan Pakan

6.5. Manajemen Usaha Dan Pemasaran
BAB 7 STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH DAN TATA RUANG
KAWASAN

Bab ini menjelaskan strategi pengembangan wilayah dan pemetaan
kawasan untuk tata ruang wilayah pengembangan kawasan Minapolitan
Kambitin, meliputi :
7.1.
Sistem Pusat Kegiatan
Kawasan
7.2. Sistem Zonasi Pengembangan Kawasan Lindung
Dan Budidaya
7.3. Arahan Pemanfaatan Ruang
Kawasan
7.4. Arahan Pemanfaatan Lahan
Budidaya
7.5.
Pengelolaan
SumberDaya Air

Dan

Pemanfaatan

BAB 8 INFRASTRUKTUR DAN PRASARANA
SARANA KAWASAN
Bab ini menjelaskan perencanaan pengembangan dan peningkatan
infrastruktur dan prasarana sarana kawasan pengembangan Minapolitan
Kambitin, meliputi :
8.1.
Jaringan
Asessibilitas

dan

8.2. Ketersediaan Air
Baku
8.3.
Prasarana Dan Sarana
Agribisnis
BAB
9
PEMBIAYAAN
KELEMBAGAAN

DAN

Bab ini menjelaskan bagaimana cara peningkatan kawasan perikanan
dengan melibatkan unsur pembiayaan dalam hal ini Bank dan penguatan
kelembagaan antara petani dan pemerintah dan unsur swasta.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5