Kelas SM MPX 1 Semester V

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Di Susun Sebagai Tugas Mata Kuliah
Konsumen

Perilaku Konsumen

Dosen pembimbing : Dr. Heru Suprihadi
SE.MS.CP.M

Kelas SM-MPX 1 / Semester V
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya
2015-2016

STIESIA | SM-MPX 1

Page 1

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR……………………......…….........2
DAFTAR ISI……………………………………......……3
BAGIAN I :
1.1Isu dan Fenomena Penting……………….……….5
1.2 Rumusan Masalah ..............................................6
1.3 Hipotesis

.......................................................6

1.4 Tujuan Penelitian…………………….….……...….7
1.5 Manfaat Penelitian…………………..………..……7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian

...........................8

BAGIAN II :
2.1 Tinjauan Teori

..............................................9


2.2 Konsep atau Konstruk Penelitian

.................17

2.3 Variabel Penelitian……………..………...…...…..23
2.4 Proses kerangka Berpikir....................................30
2.5 Model Analisis……………..……………………….33
BAGIAN III :
STIESIA | SM-MPX 1

Page 2

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
3.1 Hasil Analisis Penelitian…………………………...38
3.2 Hasil Pembahasan Penelitian…………………….41
3.4 Kesimpulan Penelitian……………………………..45
3.5 Rekomendasi atau Saran Penelitian……………..47
3.6 Kendala dalam Penelitian………………………….48


STIESIA | SM-MPX 1

Page 3

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan Analisis
Jurnal Perilaku Konsumen tentang “Relevansi dan Pengukuran
Religiusitas terhadap Perilaku Konsumen ” Analisa Jurnal ini
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Perilaku
Konsumen.

Dalam

kesempatan


ini

kami

mengucapkan

terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Yth :
1. Dr. Heru Suprihadi SE.MS.CP.M selaku Dosen pembimbing
Perilaku Konsumen
2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun
materi
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan jurnal ini jauh dari
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun
penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun, khususnya dari Dosen mata
kuliah Perilaku Konsumen guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan
dating.
Surabaya,22 Oktober
2015

Hormat kami,
Penyusun
STIESIA | SM-MPX 1

Page 4

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
BAGIAN I
Penelitan Perilaku Konsumen
Relevansi dan Pengukuran Religiusitas terhadap Perilaku
Konsumen
Safiek Mokhlis - 2009
1.1 Isu-isu atau fenomena-fenomena penting :
1 Agama memiliki peran dalam mempengaruhi kesadaran
belanjan dan kesadaran harga dalam proses keputusan belanja
2 Agama berkaitan erat dengan pembentukan prilaku konsumen
dalam kehidupannya karena adanya sebuah nilai yang menjadi
pegangan hidup dan aturan yaitu mengenai baik dan buruk
suatu hal,adanya pembatasan untuk mengkonsumsi makanan

dan minuman tertentu ,seks pranikah yang dilarang,masalah
pernikahan,eritual pernikahan dan norma

sebagai pembeda

antara agama sebagai kepercayaan saja dan agama sebagai
faktor derteminasi utama dalam menentukan siapa mereka.
3 Agama diklaim sebagai suatu pedoman hidup karena ada di
dalam hidup kita
4 Agama sebagai prediktor terhadap pola konsumsi manusia.
Adanya agama yang berbeda-beda dan tingkat ketaaatan akan
menentukan sejauh mana norma-norma tersebut berlaku
STIESIA | SM-MPX 1

Page 5

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
1.2Rumusan Masalah penelitian
1. Apakah kesadaran belanja dan kesadaran harga dipengaruhi

oleh agama/religiusitas?
2. Apakah prilaku konsumen dalam orientasi belanja di dibentuk
oleh agama atau religiusitas?
3. Jika iya

kesadaran belanja dan kesadaran harga konsumen

memang dipengaruhi agama,maka sampai sejauh mana
agama/religiusitas berperan besar dalam mempengaruhi proses
keputusan tujuan belanja konsumen dalam model/pola prilaku
konsumen
1.4 Hipotesis Penelitian
1 Ada sebuah dugaan bahwa prilaku konsumen yang didasarkan
pada orientasi belanja,kualitas barang,kesadaran belanja dan
kesadaran

harga

dipengaruhi


oleh

faktor

agama

atau

religiusitas,dan peran agama dalam mempengaruhi keputusan
konsumen dalam pola prilaku konsumen mereka sangat kuat,
contoh pembatasan belanja konsumsi terhadap makanan dan
minuman ,larangan seks pra nikah,donasi organ tubuh serta baik
dan buruknya suatu hal didasarkan pada ajaran agama dan nilai
serta norma yang berlaku dimasyarakat tersebut sehingga
membentuk prilaku masyarakat baik secara tingkat individu
atau secara tingkat bersosial,hal yang tabu tidak boleh
dilakukan dan ketaatan
STIESIA | SM-MPX 1

Page 6


Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
2 Terhadap nilai agama di sebut kepercayaan atau iman, telah
memberikan dampak besar secara budaya dan sosial, agama
sering kali di asosiasikan

sebagai sebuah pelatihan penting

dalam peran kehidupan masyarakat dalam transisi kehidupan
pengalaman hidup orang-orang dan norma adalah sub budaya
yang mencerminkan determinasi kenapa norma tersebut
diterapkan sehinggan gambaran prilaku masyarakat tercemin
dengan jelas.
1.5 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki adanya peran
faktor agama terhadap perilaku konsumen. Pada dasarnya perilaku dan
sikap makhluk sosial dipengaruhi oleh aspek budaya , setidaknya
adanya Religiusitas atau aspek agama yang timbul dan berakar dari
lingkungan hidup mereka. Adanya dampak agama pada perilaku

konsumsi dapat dikaitkan dalam literatur pemasaran.
1.6 Manfaat penelitian
Dalam penelitian ini telah memberikan informasi baru atau
pemahaman mengenai pengaruh agama pada perilaku konsumen.Di
sini, agama mengacu tidak hanya keyakinan yang mengikat sifat
spiritual manusia untuk makhluk gaib, tetapi terutama sub-sistem
budaya yang menentukan kebiasaan dan norma-norma masyarakat.
Sistem ini seharusnya mempengaruhi dalam perilaku kepercayaan
seseorang sebagai tanda penghormatan atau iman dan orang-orang
dari agnostik dan ateis, sebagai pilar lingkungan budaya. Penelitian ini
STIESIA | SM-MPX 1

Page 7

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
bertujuan untuk menguji pengaruh religiusitas pada satu aspek dari
perilaku konsumen - orientasi belanja. Temuan menunjukkan bahwa
tiga faktor orientasi belanja, yaitu kualitas kesadaran, belanja impulsif
dan kesadaran harga yang terkait dengan religiusitas.

1.7 Ruang lingkup penelitian
1. Perilaku konsumen
2. Afiliasi keagamaan
Adanya agama sebagai unsur budaya telah menerima literatur dalam
pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
religiusitas

tingkat

mempengaruhi

seseorang

dalam

beragama

yang

dapat

pola budaya dalam menentukan pola perilaku

konsumsi seseorang sebagai penentu orientasi belanja terhadap
perilaku konsumen. Terdapat 3 faktor orientasi belanja yaitu, adanya
keinginan belanja, kesadaran harga yang terkait dengan religiusitas
dan orientasi belanja.
Umumnya adanya nilai-nilai budaya sebagai faktor penting dalam
menentukan perilaku konsumsi seseorang. Ketertarikan konsumen
terhadap masalah religius yang berhubungan empiris dengan semakin
baiknya perilaku konsumen terhadap kesadaran spiritualnya.
Budaya telah didefinisikan sebagai nilai- nilai, norma-norma, kegiatan
ritual,

keyakinan dan simbol bersama oleh anggota kelompok

masyarakat. Hal ini juga termasuk dalam adanya pola perilaku, respon
STIESIA | SM-MPX 1

Page 8

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
dalam pembelajaran, berasumsi dasar, faktor kebiasaan dan pemikiran
yang tradisional.
Agama merupakan faktor budaya yang penting untuk di pelajari,
karena agama merupakan lembaga sosial yang paling universal dan
mempunyai pengaruh yang penting dalam nilai dan perilaku baik
agama dan budaya sebagai peran penting dalam mempengaruhi
transisi kehidupan seseorang misalnya kelahiran, perkawinan maupun
upacara pemakaman. Adanya Nilai penting dalam membentuk opini
publik, misalnya nilai moral benar dan salah. Dan juga dalam isu-isu
sosial , seperti kohabitasi, seks pranikah, keluarga berencana, donasi
organ, dst.

BAGIAN 2
STIESIA | SM-MPX 1

Page 9

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
2.1

Tinjauan Teori dalam Penelitian
1.1 Menurut Ilmuwan mengidentifikasi sedikitnya ada 3
istilah : (1) kekuatan supernatural yang harus dikendalikan;
(2)sebuah perasaan yang timbul dalam individu yang
memikirkan kekuasaan tersebut; dan (3) tindakan ritual yang
dilakukan sehubungan dengan kekuasaan (Wulff, 1997).
Sebutan ini telah melanggar persetujuan ilmiah sosial
dengan demikian "sulit untuk membuat [mengenai agama]
generalisasi yang berlaku secara universal" (Peterson, 2001,
hal. 6). Akibatnya, teori yang berbeda dan definisi agama
sering digunakan dalam literatur. Antara lain, agama telah
didefinisikan sebagai:
"Sebuah keyakinan pada Tuhan disertai dengan komitmen
untuk mengikuti prinsip-prinsip yang diyakini ditetapkan
oleh Allah".
(McDaniel & Burnett, 1990, hal. 110) "Satu set bersama
sosial keyakinan, ide dan tindakan yang berhubungan
dengan kenyataan yang tidak dapat diverifikasi secara
empiris namun
diyakini mempengaruhi jalannya peristiwa alam dan
manusia ".
(Terpstra & David, 1991, hal. 73) "Sistem terorganisir
keyakinan, praktek, ritual dan simbol-simbol yang dirancang
(a) untuk memfasilitasi kedekatan dengan sakral atau
transenden (Tuhan, kekuatan yang lebih tinggi atau tertinggi

STIESIA | SM-MPX 1

Page 10

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
kebenaran / realitas), dan (b) untuk mendorong pemahaman
tentang hubungan seseorang dan
tanggung jawab kepada orang lain di hidup bersama dalam
komunitas ".
(Koenig, McCullough & Larson, 2000, hal. 18) "Sebuah
pengaturan sosial yang dirancang untuk menyediakan
bersama, cara kolektif berurusan dengan yang tidak
diketahui dan un-diketahui
aspek kehidupan manusia, dengan misteri kehidupan,
kematian dan dilema yang berbeda yang muncul dalam
proses pembuatan keputusan moral ".
(Johnson, 2000, p. 259) "Sebuah subsistem budaya yang
mengacu pada suatu sistem terpadu dari keyakinan dan
praktik relatif terhadap realitas tertinggi sakral atau dewa".
(Arnould, Harga & Zikhan, 2004, hal. 517-518)
"Sebuah sistem keyakinan tentang dunia supranatural dan
spiritual, tentang Tuhan, dan tentang bagaimana manusia,
sebagai makhluk Tuhan, seharusnya berperilaku di bumi
ini".
(Sheth & Mittal, 2004, hal. 65) Sebuah pengawasan dari
berbagai

definisi

mengungkapkan

inkonsistensi

yang

mendasari pemahaman dan persepsi
konsep agama di kalangan peneliti. Clarke dan Byrne (1993)
mengidentifikasi tiga sumber keraguan tentang kemungkinan
menghasilkan definisi yang memuaskan agama. Mereka
berhubungan dengan (1) konflik dan unclarities dalam

STIESIA | SM-MPX 1

Page 11

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
penggunaan biasa istilah; (2) arti bingung kiri untuk istilah
dari sejarahnya; dan (3) perbedaan jelas dalam tujuan ilmiah
dan pendekatan untuk definisi agama. Dengan demikian,
karena agama mungkin tidak didefinisikan secara umum,
"harus didefinisikan untuk setiap pengaturan penelitian"
(Wilkes, Burnett & Howell, 1986, hal. 48).
Mengukur Religiusitas
Religiusitas telah dikonseptualisasikan sebagai konstruk
unidimensional dengan kehadiran di gereja dan denominasi
menjadi ukuran utama (Bergan, 2001).

1.2 Secara tradisional religiusitas telah dikonseptualisasikan
sebagai konstruk unidimensional dengan kehadiran di gereja
dan denominasi menjadi ukuran utama (Bergan, 2001).
Meskipun ukuran kesatuan ini mungkin sederhana pada biaya
validitas dan tetap ukuran yang sering digunakan dalam literatur
(Schwartz & Huismans, 1995), banyak peneliti berpendapat
bahwa penggunaan sering tidak membuat seperti penilaian
unidimensional praktek penelitian diterima. Sebagai Bergan
(2001) sangat tepat menunjukkan, ketergantungan pada
kehadiran agama sebagai ukuran tunggal religiusitas mungkin
tidak cukup dan menyebabkan kesimpulan yang salah. Bahkan,
pandangan unidimensional sifat religiusitas menimbulkan satu
perhatian utama yang berkaitan dengan kesulitan dalam
STIESIA | SM-MPX 1

Page 12

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
menyamakan hadir lebih besar dari ibadah di jemaat dan
peningkatan komitmen keagamaan. Seseorang dapat menghadiri
shalat berjamaah karena beberapa alasan, misalnya, untuk
menghindari isolasi sosial, untuk menyenangkan rekan-rekan
mereka, atau dapat menjadi bentuk tindakan bergengsi untuk
mendominasi atas orang lain. Jadi kita tidak bisa mengatakan
bahwa mereka yang tinggi dalam praktek keagamaan yang
tinggi religiusitas karena praktek ini bisa menjadi tindakan rutin
lebih dari renungan.
Pengakuan sifat multidimensi religiusitas memungkinkan untuk
pemahaman yang lebih menyeluruh tentang pentingnya potensi
dimensi yang berbeda atau bentuk religiusitas. Penelitian
psikometrik yang dilakukan di bidang psikologi telah berhasil
memproduksi sejumlah besar skala untuk mengukur berbagai
fenomena keagamaan termasuk sikap, keyakinan dan nilai-nilai
(Hill & Hood, 1999). Kebanyakan penelitian telah difokuskan
pada indeks intrinsik (agama sebagai tujuan), ekstrinsik (agama
sebagai alat) dan pencarian (agama sebagai pencarian) dimensi
religiusitas. Namun, tidak ada konsensus di antara para ahli
mengenai

jumlah

dimensi

yang

membentuk

konstruk

religiositas. Religiusitas merupakan konsep yang rumit dan
fenomena manusia beraneka ragam, dan tampaknya untuk
menutupi tanah yang cukup seperti perilaku, sikap, keyakinan,
perasaan dan pengalaman. Ulama dan sosiolog tidak setuju pada
apakah langkah-langkah yang memadai religiusitas individu
dapat dikembangkan dan karena itu tindakan tersebut subyektif

STIESIA | SM-MPX 1

Page 13

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
dirancang oleh peneliti sesuai tujuan penelitian mereka. Dengan
demikian, isi dan jumlah dimensi agama bervariasi dan
tergantung pada sifat penelitian, tujuan dan konteks.
Wilkes

dkk.

(1986)

berpendapat

bahwa

penggunaan

pengukuran multi-item religiusitas memberikan pemahaman
yang lebih baik dari sifat sejati dan "mungkin mencapai
validitas tinggi pada biaya tidak praktis belaka untuk hampir
semua riset konsumen" (hal. 49). Dalam studi mereka, dimensi
religiusitas konstruk dinilai dengan empat item: frekuensi
kehadiran di gereja, kepercayaan nilai-nilai agama, pentingnya
nilai-nilai agama dan keagamaan yang dirasakan sendiri.
McDaniel dan Burnett (1990) memulai suatu pendekatan
alternatif

untuk

mengukur

religiusitas

untuk

penelitian

konsumen dengan komitmen keagamaan operasionalisasi dalam
hal langkah-langkah kognitif dan perilaku religiusitas. Dimensi
kognitif, didefinisikan sebagai "sejauh mana seorang individu
memegang keyakinan agama" (. McDaniel & Burnett, 1990, p
103), terdiri dari tiga item dijumlahkan dirancang untuk
mengevaluasi pentingnya agama: religiusitas diri berasal dan
dua agama pertanyaan berorientasi diselingi dalam daftar
pertanyaan AIO terkait. Dimensi perilaku dinilai sebagai dua
faktor yang terpisah: (1) frekuensi gereja / sinagog kehadiran
dan (2) jumlah sumbangan moneter diberikan kepada organisasi
keagamaan.
Pendekatan lain untuk mengukur religiusitas dalam penelitian
konsumen telah operasionalisasi konstruk baik sebagai sarana

STIESIA | SM-MPX 1

Page 14

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
untuk mencapai tujuan egois atau sebagai tujuan itu sendiri
menggunakan Allport dan Ross (1967) intrinsik-ekstrinsik
Skala Orientasi Keagamaan (ROS). Sementara ROS telah
terbukti memiliki kehandalan diterima dan telah menunjukkan
beberapa indikasi penerapan untuk pemasaran secara umum dan
riset konsumen khususnya (Delener & Schiffman, 1988;
Delener, 1990a,
1990b, 1994; Essoo & Dibb, 2004), salah satu kelemahan yang
serius dari persediaan adalah bahwa mereka secara khusus
dirancang untuk digunakan dengan mata pelajaran Kristen atau
Yahudi-Kristen. Dengan demikian, adaptasi langsung dari skala
tidak selalu layak dan valid untuk mengukur tingkat religiusitas
selain agama Yahudi-Kristen, meskipun skala telah digunakan
dalam satu studi yang melibatkan subyek Muslim dan Hindu di
Mauritius (Essoo & Dibb, 2004) . Genia (1993), sebagai hasil
dari evaluasi psikometri nya dari ROS, merekomendasikan
bahwa item frekuensi ibadah kehadiran mengukur dijatuhkan,
karena "menyajikan masalah teoritis maupun metodologis" (hal.
287). Dalam mengukur religiusitas Islam, misalnya, item ini
hanya berlaku untuk laki-laki karena mereka diwajibkan untuk
menghadiri ibadah berjamaah di masjid setidaknya sekali
seminggu pada hari Jumat. Item intrinsik pada skala juga telah
terbukti tidak memiliki konsistensi internal dan menjadi nilai
dipertanyakan untuk selain agama Kristen (misalnya Genia,
1993).
Dalam mempelajari hubungan antara intensitas agama Yahudi

STIESIA | SM-MPX 1

Page 15

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
dan perilaku pembelian berulang, LaBarbera dan Stern (1990)
menggunakan dua ukuran yang berbeda dari intensitas
keagamaan; satu untuk orang Yahudi Ortodoks dan yang
lainnya untuk orang-orang Yahudi non-Ortodoks. Michell dan
Al-Mossawi (1995), dalam percobaan mereka untuk menguji
pengaruh mediasi religiusitas pada efektivitas iklan antara
Kristen dan Muslim Inggris, juga digunakan dua set yang
berbeda dari tindakan religiusitas.
Demikian pula, dalam penelitian lintas-budaya mereka perilaku
konsumen di Jepang dan Amerika Serikat, Sood dan Nasu
(1995) mengembangkan dua ukuran yang berbeda dari
religiusitas. Pengukuran didasarkan pada tanggapan terhadap
sembilan pertanyaan yang berkaitan dengan keyakinan dalam
praktek keagamaan atau kegiatan, konsekuensi moral dan
pengalaman dimensi atau diri-rating religiusitas seseorang.
Dari review di atas, beberapa kesimpulan umum dapat ditarik:
religiusitas adalah konsep yang berbeda yang dapat diukur dari
berbagai perspektif. Sementara ada beberapa ketidaksepakatan
dalam literatur mengenai jumlah yang tepat dari dimensi untuk
mempekerjakan dalam mengukur, sebagian besar peneliti setuju
bahwa religiusitas bersifat multidimensi. Selain itu, hampir
semua studi empiris berusaha untuk menentukan dimensi
religiusitas telah dari perspektif Kristen dan dikembangkan
dengan mata pelajaran Kristen.
2.2 Konsep- Konsep atau konstruk pemikiran dalam penelitian

STIESIA | SM-MPX 1

Page 16

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
Konsep dalam mendefinisikan agama
Dalam jurnal ini peneliti mengambil berbagai definisi tentang agama
dan religiusitas dari beberapa ahli dan menghasilkan kesimpulan
bahwa agama dalam pemahaman konstruk berfikir adalah berbeda
beda dikarekan sudut pandang dan kepentingan riset peneliti
sebelumnya,tapi dalam jurnal ini terdapat point yaitu agama selalu
berhubungan

dengan

konflik

dan

beberaapa

masalah

tidak

terselesaikan,membingungkan karena berbagai multi tafsir sejarah
menjadi hal yang berbeda di setiap universitas dikarenakan
kepentingan penelitian,sehingga di pahami dalam jurnal ini bahwa
agama atau religiusitas adalah sebuah sistim hidup kerpercayaan yang
ada di dalam masyarakat dimana agama berbicara tentang penyebahan
terhadap suatu hal yang sangat besar dan berkuasa namun tidak
tampak,beribadah adalah bentuk pepatuhan mereka,menjalankan
kewajiban dan larangan adalah untuk membentuk proses keputusan
moral dalam hidup mereka.
Tingkat religiutsitas sebagai patokan pola prilaku
Peneliti menyampaikan dengan mengambi sample geraja dan nasrani
atau yang sering dikenal kristen pada umumnya bahwa keseringan
hadir dalam ibadah di gereja dan pengunjung gereja serta organisasi
atau group kristen dibawah nangugan aturan gereja adalah sebagai
adalah faktor utama dalam mengukur tingkat religiusitas konsumen
bergama nasrani .bergantunganya atau percaya sebuah iman dalam
agama dalam kehadiran ibadah digereja menjadi salah satu alat ukur
STIESIA | SM-MPX 1

Page 17

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
untuk mencari tahu konklusi prilaku konsumen namun masih belum
valid,namun semakin sering hadir dalam perkumpulan sebuah ibadah
nasrani

dalam

mengeskresikan

kepercayaan

mereka

ternyata

meningkatkan komitment terhadap agama dan religiusistas itu
sendiri.sekalipun oran datang dengan tujuan yang berbeda seperti
untuk

menghindari

di

kucilkan

dari

lingkungan

sosial,atau

menyenangkan kerabat dekat atau mungkin untuk kebutuhan prestis
dan mendominasi terhadap orang lain dalam agama.disini peneliti
menyatakan bahwa hal tersebut tidak dapat dijadikan patokan bahwa
tingkat agama dan religiusitas mereka tinggi,karena ibadah tersebut
sifatnya adalah kegiatan rutin yang terpola daripada bentuk
pengabdian sebenrnya terhadap kepercayaan agama itu sendiri.
(subtansinya ibadah tidak dapat menjadi patokan bahwa orang tersebut
menjalankan dan mengabdi keapda agamanya dan bisa dikatakan
religius,sehingga belum cukup untuk menghasilkan sebuah hasil akhir
bahwa agama berpengaruh dalam membentuk prilaku konsumen).
Pengakuan terhadap religiusitas dalam mengukur tingkat religiusitas
serta multi dimensinya fokus pada dua hal,disni peneliti menyebutkan
bahwa terdapat faktor intrisik dan ekstrinsik,yaitu faktor intrisik
berupa meliputi agama sebagai sebuah tujuan akhir sedangkan faktor
ekstrinsik agama sebagai sebuah cara hidup masyarakat dan sebagai
pencarian atas iman/religiusitas dalam dimensi menentukan tingkat
religiusitas,namun

dalam pandangan para ahli masih belum bisa

membentuk kontruks bahwa tentang penjelasan religiusitas,sehingga
disini terdapa tperkembangan konsep bahwa religiusistas juga
dihubungkan dengan fenomena kehidupan prilaku manusia seperti
STIESIA | SM-MPX 1

Page 18

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
prilaku,sikap,kepercayaan,perasaan

dan

pengalaman

hidup

mereka.namun di sini peneliti menjelaskan bahwa para sarjana agama
tidak sependapat dengan para peneliti dan sosiologis bahwa apakah
cukup memadai bahwa tindakan individu digunakan sebagai indikator
religiusitas,sehingga tindakan peneliti tersebut bersifat subyektif yang
dirancang untuk

sesuai dengan penenilitian mereka

obyek

mereka ,bahwa isi dari agama dan religiusitas tergantung tujuan riset
dan kealamiahan serta konteks tersebut,.dalam jurnal ini peneliti
menunjukan pandanagan bahwa ada pertentang antara para peneliti
dengan para sarjana agama,bahwa sarajana agama menentang
pandagan para peneliti terkait pemahaman faktor intrinsik dan
ekstrinsik

serta

dasar

argument

individu,kerpercayaan,sikap,perasaan

bahwa

dan

tindakan

pengalaman

dapat

digunakan untuk mengukur apa itu yang disebut agama yang di
turunkan

dalam

bentuk

kongkrit

yaitu

religiusitas/tingkat

iman,sedangkan para penilit menyatakan faktor tersebut cukup untuk
menjadikan acuhan untuk mengukur tingkat iman/religiusitas.
Konsep lain adalah menyatakan kevalidan tinggi untuk mengetahui
prilaku konsumen lewat keseringan ke gereja dalam tingkat
kehadiran,percaya diri terhadap

nilai agamanya,pentingnya

nilai

agama dan penerapan nilai agama itu sendiri.di dukungan mc daniel
dan burnet bahwa prilaku konsumen dimensinya digolongkan dalam
tingkat instensitas ke gereja dan berapa dana sumbangan untuk
diberikan di organisasi agamanya.
Dalam skala Orientasi keagamaan untuk mengukur religiusitas dalam
STIESIA | SM-MPX 1

Page 19

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
penelitian perilaku konsumen terdapat pendekatan alternatif dengan
menumbuhkan komitmen dalam beragama Pendekata lain

untuk

mengukur religiusitas/atau tingkat iman dalam meneliti prilaku
kostumer kedalam konsep konstruk pemikiran lebih operasional yaitu
untuk islam menilai item kedalam ibadah mereka yaitu shola jum’at
yang di lakukan setiap hari jum’at seminggu sekali dalam berkumpul
di rumah ibadah untuk beribadah ,faktor intrinsik

tersebut

telah

menunjukan konsistensi internal yang kurang terhadap agama mereka
dan tingkat religiusitas orang islam,hal ini juga berlaku untuk
mempertanyakan dan mengukur nilai pada agama kristen.
Di agama lain peneliti membahas agama yahudi membahas intensitas
dan

prilaku

pembelian

ulang

berdasarkan

efektifitasan

iklan,sedangkan untuk di jepang dan amerika berdasarkan sood dan
nasu (1995) ibadah,konsekuensi moral dan pengalaman adalah faktor
utama.
Religiusitas dan agama memberi dampak pada prilaku konsumen
atau pasar
Dengan mengambil berbagai pendapat dan penelitian sebelumnya tim
peneliti pada jurnal ini mengegemukakan sebuah pandangan
berdasarkan para ahli.yaitu Essoo dan Dibb (2004) melakukan
penelitian serupa di Mauritius melibatkan Hindu, Muslim dan
konsumen Katolik. Hasil menegaskan bahwa konsumen memiliki
tingkat yang berbeda dari religiusitas berbeda terutama dalam perilaku
belanja mereka. Secara khusus, taat Hindu ditemukan berbeda dari
STIESIA | SM-MPX 1

Page 20

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
rekan-rekan santai agama mereka dalam empat jenis pembelanja: yang
menuntut, praktis, bijaksana dan inovatif pembelanja. Dalam kasus
konsumen Muslim, temuan mereka menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan dalam perilaku belanja konsumen antara konsumen Muslim
yang taat dan santai agama, kecuali untuk jenis pembelanja trendi.
Taat Katolik ditemukan berbeda dari rekan-rekan santai agama
mereka dalam empat jenis pembelanja: yang menuntut, praktis, trendi
dan inovatif. Temuan empiris Ulasan di atas memberikan beberapa
bukti menarik dari hubungan sebab akibat antara agama dan perilaku
konsumen, baik dari segi aspek perilaku kognitif dan konatif. Hal ini
penting untuk dicatat, bagaimanapun, bahwa sebagian besar penelitian
sebelumnya tentang topik ini telah dilakukan di kalangan penduduk
Amerika yang didominasi Yahudi, Katolik atau Protestan. Dengan
demikian, sedikit dapat dikatakan tentang kekokohan temuan
sebelumnya dalam konteks agama lain dan pengaturan budaya.
McDaniel dan Burnett (1990) meneliti pengaruh religiusitas tentang
pentingnya berbagai atribut department store ritel yang dimiliki oleh
konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu aspek
religiusitas, komitmen agama, terutama diukur dengan religiusitas
kognitif dan salah satu aspek religiusitas perilaku yang signifikan
dalam memprediksi individu pentingnya menempatkan kriteria
evaluatif ritel tertentu. Konsumen dengan tingkat tinggi komitmen
keagamaan kognitif melihat penjualan personil keramahan, efisiensi
belanja, dan kualitas produk sebagai lebih penting dalam memilih
sebuah toko ritel daripada mereka yang rendah dalam komitmen
keagamaan kognitif. Kontribusi agama, komponen perilaku komitmen
STIESIA | SM-MPX 1

Page 21

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
agama, positif dan signifikan terkait dengan penjualan personil
keramahan / bantuan dan ketersediaan kredit.

Sood dan Nasu (1995) melakukan perbandingan lintas budaya dari
efek religiusitas terhadap perilaku pembelian umum untuk sampel
konsumen Jepang dan Amerika. Mereka menyarankan bahwa tidak
ada perbedaan dalam perilaku belanja konsumen antara individu
Jepang yang taat dan santai agama dan ini dapat dikaitkan ini dengan
fakta bahwa agama bukan merupakan elemen penting dalam budaya
Jepang secara keseluruhan. Di sisi lain, Protestan yang taat di Amerika
Serikat yang ditemukan menjadi ekonomi, membeli produk yang lebih
dijual, berbelanja di toko-toko dengan harga lebih rendah, yang
terbuka untuk membeli barang-barang buatan luar negeri, percaya
bahwa ada sedikit hubungan antara harga dan kualitas, merawat untuk
tidak percaya klaim iklan sementara lebih memilih iklan yang halus
dan informatif.
Sehingga berdasarkan para ahli dan peneliti sebelumnya dalam
kutipan di atas terdapat perbedaan pandangan.perbedaan terjadi
dikarenaka pengambilan uji kelayakan hipotesis empiris di konteks
Negara

yang

mayoritas

beberapa

agamseperti

hindu,Kristen,karenasample dan uji kelayakan dilakukan di amerika
sebagai Negara maju baik responden taat agama atau awam
agama,belum mampu membuktikan signifikansi pengaruh agama
dalam membentuk pola prilaku konsumen dan orientasi belanja
STIESIA | SM-MPX 1

Page 22

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
kecuali untuk beberapa temuan adapun responden yang melakukan
keputusan belanja dengan pendasaran praktis dan bijaksana tidak
terlalu dominan,sehingga dalam sudut pandang ini,masih belum
ditemukan kuat tentang pembuktian bahwa agama memang mampu
menjelaskan pola prilaku berbedapara konsumen dalam melakukan
pengambilan keputusan prilaku belanja.
2.3 Variabel-variabel dan indikator penelitian
Variable
Variable dalam studi jurnal ini di pahami adalah factor baik tataran
konsep,operasional dan kongkrit yang dapat di ukur baik satuan
nominal,internal ataupun ordinal atau kuantitafi deskriptif, mengenai
prilaku atau hal terkait yang dipergunakan untuk menguji apakah
hipotesis dan menemukan jawaban atas rumusan masalah dalam
penelitian jurnal ini untuk mendapatkan hasil pemahaman apakah
benar agamasebagai factor pembentuk prilaku konsumen dalam
pembeliandan orientasi belanja berbeda-beda.
Religiusitas afiliasi
Adalah variable religiusitas atau agama yang berafiliasi yaitu variable
tentang jenis agama seperti islam,hindu,budha,Kristen yang di ambil
sebagai responden sebagai indicator pembanding apakah tiap agama
dengan nilai pandangan hidup,tata cara hidup berbeda bahkan baik
pendidikan agama dan prilakunya memiliki keputusan dan pandangan
berbeda dalam melakukan keputusan belanja,orientasi belanja.
STIESIA | SM-MPX 1

Page 23

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
Religiusitas komitment
Adalah variable yang di masukan dalam jurnal ini seberapa jauh untuk
mengetahui komitment pemeluk tiap agama taat dan fanatic dalam
menerapkan ajaran agamanya dan apakah komitment yang kuat atau
lemah memberikan perbedaan besar dalam menjelaskan perbedaan
prilaku dalam keputusan pembelian dan orientasi belanja. Religiusitas
komitment sendiri dalam jurnal ini dibagi kedalam intrapersonal
religiusitas dan interpersonal religiusitas.
Religiusistas Adalah
1 Intrapersonal religiusitas
penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri
komunikator sendiri antara self dengan God. Komunikasi
intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif
dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesanpesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus
penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya
sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan.
Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk
komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri
pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi
dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya
komunikasi

intrapribadi

oleh

komunikator.

Untuk

memahami apa yang terjadi ketika orang saling
berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal
STIESIA | SM-MPX 1

Page 24

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman
ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada
dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang
mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun
obyek.Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita
lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi
diantaranya adalah; berdo'a, bersyukur, instrospeksi diri
dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani
kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi
secara kreatif.berarti dapat disimpulkan bahwa variable
intrapersonal

religiusitas

adalah

variable

yang

menenkankan pada diri respondent termasuk golongan
yang komitment religiusitas nya tinggi dan taat atau
sebalikanya,berkaitan dengan ibadah dengan tuhan.
Sebagai

salah

satu

ukuran

responden

dengan

intrapersonal kuat dengan tuhan bagaimana pola prilaku
belanja dan orientasi belanjanya.Pemahaman diri pribadi
ini berkembang sejalan dengan perubahan perubahan
yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan
pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita
selama ini memainkan peranan penting bagaimana kita
membangun pemahaman diri pribadi ini.Kesadaran
pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang
mengacu pada identitas spesifik dari individu (Fisher
1987:134). Elemen dari kesadaran diri adalah konsep diri,
proses menghargai diri sendiri (self esteem), dan identitas

STIESIA | SM-MPX 1

Page 25

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
diri kita yang berbeda beda (multiple selves).
2 Interpersonal religiusitas
adalah pertukaran informasi antara dua orang atau lebih.
Ini

juga

merupakan

bidang

studi.komunikasi

dikembangkan dan dapat ditingkatkan atau diperbaiki
dengan pengetahuan dan praktek peningkatan. Selama
komunikasi interpersonal ada pengiriman pesan dan
menerima pesan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan metode langsung dan tidak langsung.
interpersonal yang sukses adalah ketika pengirim pesan
dan penerima pesan memahami pesan.
Sejumlah besar ulama secara kolektif mengidentifikasi
dengan dan menggunakan interpersonal istilah untuk
menggambarkan pekerjaan mereka sendiri. Para sarjana
ini, bagaimanapun, juga mengakui bahwa ada berbagai
cukup besar dalam bagaimana mereka dan rekan-rekan
mereka konseptual dan operasional mendefinisikan
wilayah studi ini. Dalam beberapa hal, konstruk
komunikasi interpersonal adalah seperti fenomena itu
represents- yaitu, itu adalah dinamis dan berubah.
Dengan demikian, upaya untuk mengidentifikasi apa
yang interpersonal atau tidak sering frustasi dan jatuh
pendek dari konsensus. Selain itu, banyak orang yang
meneliti dan berteori tentang interpersonal melakukannya
STIESIA | SM-MPX 1

Page 26

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
dari seluruh banyak paradigma penelitian yang berbeda
dan tradisi teoritis.

Meskipun ada banyak definisi yang tersedia interpersonal
sering didefinisikan sebagai komunikasi yang terjadi
antara orang-orang yang saling tergantung dan memiliki
pengetahuan satu sama lain. interpersonal meliputi apa
yang terjadi antara seorang anak dan ayahnya, majikan
dan karyawan, dua saudara perempuan, guru dan
mahasiswa, dua kekasih, dua teman, dan sebagainya.
Meskipun sebagian besar diad di alam, komunikasi
interpersonal

sering

diperluas

untuk

mencakup

kelompok-kelompok kecil yang intim seperti keluarga.
interpersonal dapat berlangsung dalam pengaturan tatap
muka, serta melalui platform media, seperti media
sosial.dan intrepersonal dalam konteks jurnal ini adalah
penjelasan

secara

operasional

terhadap

religiusitas

komitment,dalam variable interpersonal religiusitas ini
peneliti mencoba mencari tahu seberapa jauh tingkat
kecerdasaan dalam kedalam interpersonal religiusitas
seorang dalam membuktikan uji hipotesisi rumusan
masalah apakah faktor agama memang menjelaskan
perbedaan pola prilaku konsumen dalam orientasi
belanjanya.

STIESIA | SM-MPX 1

Page 27

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen

Sehingga dengan acuhan definisi di atas dapat kita
simpulkan

bahwa

interpersonal

religiusitas

adalah

variable yang memuat dan melibatkan responden secara
pribadi sebagai penganut agama taat atau

dan

berinteraksi dengan penganut agama lain atau lebih
spesifik dalam konteks jurnal ini adalah berinteraksi
dengan orang lain dalam aktivitas konsumerisme,baik
untuk pola prilaku belanja,keputusan dalam belanja,
orientasi belanja. Variable ini ada dan muncul sebagai
salah satu variable utama untuk melakukan uji hipotesis
terhadap 6 faktor sub dari orientasi belanja,apakah
responden dengan variable interpersonal religiusitas yang
baik menghasilkan pola prilaku belanjadan orientasi
belanja yang berbeda dalam pengujian hipotesis
Jenis-jenis agama (religiusitas afiliasi)
1 Islam
2 Hindu
3 Budha
4 kristen
Costumer behavior

STIESIA | SM-MPX 1

Page 28

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
Adalah pola prilaku kosumen terhadap pembelian barang,baik
harga,merek,kualitas,impulsive pembelian,atau lifestyle disini prilaku
konsumen sebagai variable dependent yang nanti dalam jurnal ini
akan

di

benturkan

dengan

religiusitas

sebagai

variable

intervening,apakah benar prilaku konsumen terhadap orientasi belanja
di pengaruhi oleh agama.
Orientasi belanja (variable consumen behavior)
1 kesadaran merek
adalah variable turunan atau sub variable dari orientasi
belanja sebagai variable depending sebagai salah satu
faktor indikator yang nanti di ukur dan dikelola dari data
angket kedalam software spps oleh peneliti
2 kenikmatan belanja
adalah variable turunan atau sub variable dari orientasi
belanja sebagai variable depending sebagai salah satu
faktor indikator yang nanti di ukur dan dikelola dari data
angket kedalam software spps oleh peneliti
3 kesadaran fashion
adalah variable turunan atau sub variable dari orientasi
belanja sebagai variable depending sebagai salah satu
faktor indikator yang nanti di ukur dan dikelola dari data
angket kedalam software spps oleh peneliti
STIESIA | SM-MPX 1

Page 29

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
4 kesadaran kualitas
adalah variable turunan atau sub variable dari orientasi
belanja sebagai variable depending sebagai salah satu
faktor indikator yang nanti di ukur dan dikelola dari data
angket kedalam software spps oleh peneliti
5 spontanitas belanja/belanja dadakan
adalah variable turunan atau sub variable dari orientasi
belanja sebagai variable depending sebagai salah satu
faktor indikator yang nanti di ukur dan dikelola dari data
angket kedalam software spps oleh peneliti
6 kesadaran harga
adalah variable turunan atau sub variable dari orientasi
belanja sebagai variable depending sebagai salah satu
faktor indikator yang nanti di ukur dan dikelola dari data
angket kedalam software spps oleh peneliti
2.4

Proses Kerangka Berpikir
Menetapkan variabel yang diteliti
Dalam penenilitian ini dalam abstrak dan pendahuluan peneliti
beserta tim telah menetapkan variable terkait penenilitian yaitu
variable agama sebagai variable intervening dimana terdiri dari
interpersonal religiusitas dan intrapersonal religiusitas.

STIESIA | SM-MPX 1

Page 30

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
Interpersonal religiusitas menekankan pada prinsip ketaatan
ibadah dan komitment terhadap agama itu sendiri sedangkan
intrapersonal menekankan pada aplikasi nilai agama dalam
berinteraksi dengan pemeluk agama lain atau kejadian
kehidupan sehari- hari yang di alami responden,utamanya di
fungsikan untuk mengetahui bagaimana respon terhadap
masalah prilaku konsumen dan orientasi belanja mereka.
Sedangkan variable independentnya yaitu orientasi belanja dan
di detailkan menjadi variable operasional dan terukur dan
kongkrit
kesadaran

meliputi:

kesadaran

harga,

kualitas,kenyamanan

belanja/pembelian

tanpa

dalam

berpikir

kesadaran

merek,

belanja.

impulsif

panjang,

kesadaran

fashion,sub variable operasional ini sebagai pendetailan atas
prilaku konsumen agar dapat dinilai secara kuantitatif
deskriptif,
Religiusitas afiliasi sebagai variable dependent yaitu jenis
agama yang di

ambil seperti

agama mayoritas

yaitu

islam,Kristen,hindu,budha sebagai sub variable penggolangan
jenis data yang akan di uji kebeneran hipotesis dan rumusan
masalah dalam jurnal yang telah dibuat.
Membaca buku dan hasil penelitian
Dalam jurnal ini peneliti banyak memasukan hasil penelitian
sebelumnya para peneiliti sebagai pijakan dalam memperkaya
pemahaman dan upaya pembuktian apakah agama memang
STIESIA | SM-MPX 1

Page 31

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
mengintervening prilaku konsumen masyarakat,baik secara
pemahaman tentang agama itu sendiri ataupun prilaku
konsumen,dimana dalam proses refrensi yang di ambil peneliti
mengemukakan bahwa penenilitan sebelumnya belum cukup
mampu untuk menjelaskan secara nyata bahwa agama
memberikan intervensi terhadap pola pembelian konsumen dan
orientasi belanjannya,dikarenakan wilayah yang di ambil/
sample

responden

pada

konteks

lintas

budaya

yang

berbeda,disini yang dimaksudkan adalah peneliti memahami
bahwa hasil sebelumnya yang dilakukan di amerika dan jepang
kurang dapat mewakili dikarenakan kompelksitas budaya
Negara yang bersangkutan dan prilaku taat beragama di Negara
sample kurang memenuhi standart obyektifitas.namun dalam
proses pengambilan berbagai hasil penenlitian sebelumnya
sebagau acuan,peneliti meyakini agama apakah benar sebagai
factor intervening pembentuka pola prilaku konsumen dan
orientasi belanja jika di uji di Negara mereka yaitu Malaysia.
Mendeskripsikan teori dan hasil penelitian
1. Teori di diskripsikan dengan mengambil berbagai
pendapat para ahli dan peneliti
2. Kesimpulan terhadap definisi pemahaman teori yang di
maksud religiusitas mengambil jalan tengah dari berbagai
pendapat para ahli dan peneliti terbagimenjadireligiusitas
afilisasi,religiusitas komitment,religiusitas interpersonal
STIESIA | SM-MPX 1

Page 32

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
dan intrapersonal
3. Prilaku konsumen di pahami dan didetailkan menjadi
item spesifik yang di uji seperti yang dibahas pada
pembahasan sebelumnya
4. Mendiskripksikan hasil penelitian sebelumnya belum
mampu memenuhi standart obyektifitas dan hasil yang
memuaskan dikarekan factor pengambilan sample yang
kurang mengcover hasil yang dikehendaki
5. Ending dalam penelitian jurnal ini yang dikehendaki
adalah uji hipotesis dapat akurat
2.5 Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian
1. Melakukan kritik terhadap hasil penelitian sebelumnya
terhadap

teori

yang

bersifat

subyektif

sehingga

menggunakan teori dan realitas yang umum berada di
masyarakat seperti taat agama tidak hanya dipandang
hanya dalam sudut pandang ibadah karena ibadah
sifatnya

rutinitas

sepenuhnya,sehingga
menambahkan

belum
teori

komitment

mencerminkan

tentang
dan

religiusitas

interpersonal

serta

intrapersonal yang artinya aplikasi agama dalam bentuk
nyata baik kepada tuhan dan sesama manusia
2. Melakukan kritik terhadap hasil penelitian sebelumnya
STIESIA | SM-MPX 1

Page 33

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
yang kurang mendalam seperti variable independent yang
di ambil kurang mendetail yaitu sub variable operasional
agama

beserta

kriteria

sehingga

kesulitan

dalam

mendapatkan hasil yang didapat,sehingga dengan hasil
penelitian sebelumnya peneliti pada jurnal ini melakukan
pendalaman terhadap variable agama/religiusitas.
Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian
1. Melakukan analisis komparatif hasil penelit terdahulu
dangena metode dan teori yang akan digunakan pada
jurnal ini,atau melakukan remodel metode sehingga
terlihat

hasil

secara

kedalamnya

variable

dalam

penenelitian meskipun hasil tidak jauh berbeda dengan
penelitian sebelumnya bahwa data dari responden yang di
ambil dalam jurnal ini tidak menunjukan signifikansi
bahwa agama adalah factor utama dalam mempengaruhi
pola prilaku konsumen dan orientasi belanja terutama
pada subvariable fashion,impulsive,dan kesadaran merek
dimana baik hasil penentian terdahulu dan sekarang
keputusan terhadap merek,harga,dan kualitas bukan atas
pertimbangan agama.
2. Melakukan perbandingan metode sehingga terdapat hasil
berbeda dalam jurnal ini,secara umum dalam jurnal ini
ditemukan

sedikit

perubahan

terhadap

kesadaran

kenyamanan belanja dan implusif buying meskipun tidak
STIESIA | SM-MPX 1

Page 34

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
signifikan,sehingga kerangka berfikir dalam analisis
komparatif adalah lebih menekankan atas pendalaman
metode,pemilihan variabledan perbaikan teori sebagai
pijaka dalam melakukan uji hipotesis
Sintesa kesimpulan
1. Menghasilkan kesimpulan bahwa topic ini menarik sekali
sehingga dengan motivasi studi empiris kuantitatif
menghasilkan tujuan untuk menguji dan memperkaya
pemahaman apakah agama sebagai variable independent
mampu

melakukan

intervening

terhadap

variable

dependent yaitu variable orientasi belanja.
Kerangka berpikir
1. Motivasi

pembuktian

empiris

apakah

agama

mempengaruhi orientasi belanja dan pola prilaku
konsumen
2. Membaca dan melihat refrensi hasil penelitian terdahulu
3. Melakukan

kritik

metode,memperdalam

dan
dan

membangun
mendetailkan

ulang
variable

independent agama menjadi lebih operasional dan lebih
kongkrit
4. Melakukan studi komparatif hasil penenlitian terdahulu

STIESIA | SM-MPX 1

Page 35

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
5. Menggunakan metode kuantitatif dan software spps
6. Menggunakan questionare dan intervieng terhadap
sample
7. Mengolah data dan menyimpulkan data spps
8. Kesimpulan akhir
Hipotesis
Agama memiliki pengaruh terhadap pola prilaku konsumen
namun seberapa kuat?
Kerangka berpikir menerangkan
Mengapa penelitian dilakukan?
Untuk uji kebenaran hipotesis apakah benar agama memberikan
pengaruh dan intervening terhadap pola prilaku consume pada setiap
pemeluk agama?
Bagaimana proses penelitian dilakukan ?.
Proses penenlitian dari melihat refrensi,kea rah studi empiris
pengujian dengan angket dan interview,pengolahandata spps lalu
menyimpulkan
Apa yang akan diperoleh dari penelitian tersebut?

STIESIA | SM-MPX 1

Page 36

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
Hasil yang diperoleh ada kebeneran ditemukan pengaruh atau tidak
agama terhadap pola prilaku konsumen tiap pemeluk agam yang
berbeda.
Untuk apa hasil penelitian diperoleh ?
Untuk penambahan wawasan dan uji hipotesis
5. Model analisis atau alat pengujian yang dipergunakan
1 Empiris Kuantitatif deskriptif
2 Analisis deskriptif terhadap hasil data kuantitatif
3 Questionare kepada responden
4 Interview untuk melakukan validasi data
5 Pengolahan data kuantitatif menggunakan software
spss,untuk menghasilkan data nominal yang dapat
dianalisis deskriptif

BAGIAN 3
3.1 Hasil Analisis Penelitian

STIESIA | SM-MPX 1

Page 37

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
Data Penelitian
1. Responden angket di ambil di 5 pemukiman di kuala lumpur
Malaysia di ambil secara acak
2. 2026

angket

membutuhkan

data

analisis

mendalam

kemungkinan interview berapa sample
3. 55.3% di dominasi gender perempuan
4. Islam 45.6%, budha 25.2%, hindhu 15%, Kristen 14.2%,
5. 43.8% diploma/vocational/d3, 43.8% S1, 10.6% S2.
6. 48.6% mayoritas termasuk kategori pendapatan menengah
kisaran 1500-3500 dalam satuan ringgit Malaysia
7. Mayoritas responden masih muda dan menjalani pendidikan
lanjutan di kampus dan berpenghasilan menengah
Investigasi pengukuran hasil pada table 1
1. Faktor intrapersonal religiusitas dan factor interpersonal
religiusitas memiliki koefisen 0.85 dan 0.68
2. Menunjukan indikasi konsistensi internal dan handal
3. 6 faktor yaitu kesadaran merek, kenyamanan belanja,
kesadaran fashion, pembelian imulsif, kesadaran harga.
Memiliki hasil koefisien alpha antara 0.65 hingga 0.83.
STIESIA | SM-MPX 1

Page 38

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen
mengindikasikan konsiten dan handal
Efek afiliasi religiusitas
Hasil table annova menunjukan perbedaan agama tidak menunjukan
signifikansi hasil dalam item variable orientasi belanja diantara
konsumen yang berbeda agama
Efek intrapersonal religiusitas
1. Terdapat perbedaan cukup signifikan terhadap kesadaran
kualitas, impulse belanjan, dan kesadaran harga pada tiap
pemeluk

agama

yang

berbeda

namun

tidak

terdapat

signifikansi hasil dalam factor kesadaran merek yang artinya
data responden ini tidak terlalu terpengaruh oleh merek/brand
awareness
2. Untuk kesadaran kualitas signifikasi baik hasil data rendah dan
tinggi,baik untuk group responden agama yang mayoritas dan
minoritas
3. Untuk

kelompok

yang

tinggi

factor

intrapersonal

religiusitasnya tidak terlalu terpengaruh oleh belanja yang
sifatnya impulsive daripada kelompok lainya
4. Untuk

kesadaran

harga

signifikansi

ditemukan,

untuk

kelompok yang religiusitasnya rendah kesadaran harga sangat
rendah artinya harga tidak menjadi pertimbangan utama
terhadap kelompok yang tingkat religiusitasnya rendah
STIESIA | SM-MPX 1

Page 39

Relevansi Pengukuran Religiusitas Perilaku
Konsumen

Efek interpersonal religiusitas
1. Terdapat signifikansi dalam 5 kelompok agama baik kesadaran
merek dan kesadaran fashion.brand consciousness (F = 3.333,
p < 0.05), fashion consciousness (F = 3.193, p