BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Promosi Kesehatan - Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Ceramah Dan Permainan Ular Tangga Terhadap Peningkatan Perilaku Murid Kelas V Tentang Konsumsi Makanan Jajanan Di Sd Negeri Kecamatan Medan Petisah Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Promosi Kesehatan

  Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.

  Dengan adanya pesan atau informasi yang disampaikan kepada sarsaran diharapkan sasaran dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan termasuk masalah gizi yang lebih baik.

  Menurut Notoatmodjo (2007) WHO telah merumuskan: “Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya)”.

  Batasan lain, promosi kesehatan adalah yang dirumuskan oleh Australian

  Health Foundation

  sebagai berikut: “Program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya).

  Dari dua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (baik fisik

  Promosi kesehatan adalah suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan dan mempertahankan gizi yang baik (Suhardjo, 2003). Promosi kesehatan atau pendidikan gizi selalu dimaksudkan agar anak didik mengubah perilaku konsumsi pangan menuju perilaku yang lebih baik. Pendidikan gizi sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan gizi murid, membentuk sikap positif terhadap makanan Bergizi dalam rangka membentuk kebiasaan makan yang baik (Khomsan, 2000).

2.2. Metode dan Media Promosi Kesehatan

2.2.1. Jenis-jenis Metode Promosi Kesehatan

  Metode yang ditawarkan menurut Notoatmodjo (2007) dalam promosi kesehatan dibagai menjadi 3 (tiga), yaitu:

  1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan) langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode ini sangat efektif karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh.

  Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk pendekatan ini dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu: a.

  Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling) berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perubahan perilaku yang baru.

  b.

  Wawancara (Interview) Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan, hanya saja peneliti dapat menggali informasi lebih untuk dapat mengarahkan perilaku sasaran menjadi lebih baik.

2. Metode Pendidikan Kelompok

  Dalam metode ini, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara kelompok. Metode ini cukup efektif karena sasaran dibimbing dan diarahkan untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerjasama. Dalam pendekatan kelompok ini dapat terjadi pertukaran informasi dan pertukaran pendapat serta pengalaman antara sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Selain itu, memungkinkan adanya umpan balik maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma anggotanya (Lucie, 2005).

  Dan yang harus diingat pada metode ini adalah besarnya kelompok sasaran akan berkaitan dengan efektivitas metode yang akan digunakan. Metode ini dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: a.

  Kelompok besar Sasaran penyuluhan pada kelompok ini lebih dari 15 (lima belas) orang.

  Metode yang baik untuk kelompok ini adalah metode ceramah dan seminar b. Kelompok kecil pendapat (brain sroming), bola salju (snow balling), kelompok-kelompok kecil (buzz group), memainkan peran (role play), permainan simulasi (simulation game).

3. Metode Pendidikan Massa

  Metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran atau keingintahuan semata, belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa metode pendekatan massa dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku.

  Metode ini juga efektif untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat, namun bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Metode a.

  Ceramah umum (public speaking) b.

  Pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, seperti: TV, radio, internet, dan sebagainya c.

  Simulasi d.

  Media cetak seperti: majalah, koran, buku e. Billboard, yang dipasang di pinggir jalan, seperti: spanduk, poster dan sebagainya.

  Sedangkan menurut Anonim (2013) metode pembelajaran dalam rangka metode pembelajaran lebih dari satu (Anonim, 2013). Jenis-jenis metode dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pendekatan, diantaranya:

1. Berdasarkan pemberian informasi: a.

  Metode Ceramah b.

  Metode Tanya Jawab c. Metode Demonstrasi 2. Berdasarkan pemecahan masalah: a.

  Metode Curah Pendapat (Brainstorming) b.

  Metode Diskusi Kelompok c. Metode Rembuk Sejoli d.

  Metode Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group) e. Metode Panel f. Metode Forum Debat

  Metode Seminar h. Metode Simposium 3. Berdasarkan penugasan: a.

  Metode Latihan (Drill) b.

  Metode Penugasan (Resitasi) c. Metode Permainan: 1.

  DIAD 2. Kubus Pecah 3. Role Playing

6. Simulasi d.

  Metode Kelompok Kerja (Workshop) e. Metode Studi Kasus f. Metode Karyawisata

2.2.2. Media Promosi Kesehatan

  Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi (Depkes RI, 2004).

  Menurut Mardikanto yang dikutip oleh Lucie (2005), media pada hakikatnya adalah alat bantu promosi kesehatan yang dapat mempermudahkan sasaran dalam menerima pesan-pesan kesehatan sehingga mampu memutuskan untuk mengadopsi menjadi perilaku bagi sasaran sesuai dengan pesan yang telah

  Berdasarkan media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi, menurut Notoatmodjo (2003) media dibagi menjadi 3 (tiga) yakni: 1.

  Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan yaitu: a.

  Flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan kesehatan dalam bentuk lembar balik, dimana tiap lembar berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.

  b.

  Booklet ialah pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan c.

  Poster ialah lembaran kertas dengan kata-kata dan gambar atau simbol untuk menyampaikan pesan/ informasi kesehatan.

  d.

  Leaflet ialah penyampaian informasi kesehatan dalam bentuk kalimat, gambar ataupun kombinasi melalui lembaran yang dilipat.

  e.

  Flyer (selebaran) seperti leaflet tapi tidak dalam bentuk lipatan.

  f.

  Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu masalah kesehatan.

  g.

  Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

  2. Media elektronik sebagai saluran untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan memiliki jenis yang berbeda, antara lain: a.

  Televisi: penyampaian informasi kesehatan dapat dalam bentuk sandiwara, diskusi, kuis, cerdas cermat seputar masalah kesehatan.

  b.

  Radio: penyampaian pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tanya jawab, c.

  Video: penyampaian informasi kesehatan dengan pemutaran video yang berhubungan dengan kesehatan.

  d.

  Slide dan Film strip 3. Media papan (Bill Board) yang dipasang di tempat umum dapat diisi dengan pesan kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan kesehatan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum.

2.3. Metode Ceramah

  Metode Ceramah yaitu cara penyampaian informasi secara lisan yang kegiatan-kegiatan pembelajaran. Hal ini diakibatkan adanya kemampuan setiap orang untuk berkomunikasi atau menyampaikan pesan kepada orang lain (Anonim, 2013).

  Ceramah merupakan metode pembelajaran yang konvensional. Ceramah jika terlalu sering digunakan tidak akan efektif. Menurut Suprayekti (2003: 32) metode ceramah perlu diperbaiki dalam penerapannya dengan cara: 1.

  Membangun daya tarik 2. Memaksimalkan pengertian dan ingatan 3. Melibatkan siswa 4. Memberikan penguatan.

  Cara untuk membangun minat siswa pada saat guru menerapkan metode ceramah, yaitu:

1. Guru mengemukakan cerita atau visual yang menarik, seperti: anekdot, cerita 2.

  Kemukakan suatu problem 3. Kemukakan nilai positif dan manfaat 4. Berikan pertanyaan yang memotivasi siswa untuk memiliki rasa ingin tahu.

  Metode ceramah dalam penerapannya perlu memaksimalkan pemahaman dan ingatan. Adapun cara yang dapat ditempuh untuk memaksimalkan pemahaman dan ingatan, yaitu: 1.

  Memberikan headlines dan kata kunci 2. Kemukakan contoh dan analogi

  Hal tersebut salah satunya dapat ditempuh dengan memberikan tantangan

  spot . Tantangan spot adalah penghentian ceramah secara periodik disertai

  dengan memberikan tantangan kepada siswa untuk memberikan contoh dari konsep yang disajikan. Selain penggunaan tantangan spot, pemberian latihan- latihan juga dapat melibatkan siswa dalam ceramah. Latihan-latihan yang diberikan diarahkan untuk memperjelas point-point yang telah disampaikan dalam ceramah.

  Materi yang disampaikan melalu metode ceramah mudah terlupakan. Kondisi tersebut perlu diatasi dengan memberikan daya penguat ceramah. Adapun cara untuk memberikan daya penguat dalam metode ceramah, yaitu: aplikasi masalah dan review. Aplikasi masalah adalah pemberian masalah atau pertanyaan pada siswa untuk diselesaikan dengan memanfaatkan informasi yang diberikan pada saat ceramah. Selain itu, penguatan dapat diberikan dengan memberikan disampaikan.

  Namun, dalam beberapa penelitian atau pembelajaran metode ceramah efektif dilakukan dari pada metode lain, diantaranya yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dinatia (2011) menyebutkan bahwa

  penyuluhan dengan metode ceramah dan poster berpengaruh dalam meningkatkan perilaku konsumsi makanan jajanan murid.

  2. Penelitian yang dilakukan oleh Dhamayanti, dkk (2005) tentang promosi kesehatan jiwa melalui metode ceramah dengan role-play pada keluarga terbukti bahwa promosi kesehatan dengan metode ceramah berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan.

  3. Hasil penelitian juga menunjukkan ada pengaruh metode ceramah dengan audio visual dan poster kalender terhadap perilaku ibu balita gizi kurang dan gizi buruk. Diketahui metode ceramah dengan poster kalender lebih efektif dibandingkan audio visual (Muchtar, 2011).

  4. Jayanti (2010), hasil uji t-test menunjukkan penyuluhan dengan metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu balita di Kecamatan Medan Denai.

  5. Sedangkan menurut Ahmadi (2010) efektivitas penyuluhan dengan metode ceramah terhadap pola konsumsi jajanan anak sekolah yang mengandung pemanis buatan di SD Negeri No. 2 Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara, menunjukkan bahwa penyuluhan efektif untuk menurunkan angka rata-rata dengan derajat kepercayaan 95% atau (p<0,05).

2.4 Metode Permainan Ular Tangga

  Di India populer dengan nama MOKSHA PATAMU yang ditemukan oleh Guru spiritual Hindu . Permainan ini disebut "Leela" - dan mencerminkan kesadaran Hindu di sekitar kehidupan sehari-hari . Nama lainnya adalah "Tangga Keselamatan" yang lalu dibawa ke VictoriaInggris di mana Versi barunya telah dibuat dan diperkenalkan oleh John Jacques di tahun 1892. Dan lalu Masuk ke Amerika oleh seorang pembuat mainan bernama Milton Bradley di tahun 1943

  Menurut Shaleh (2009) menyatakan bahwa permainan ini adalah permainan hindu yang berasal dari india dan merupakan permainan moralitas, yang disimbolkan dalam bentuk ular dan tangga. Tangga dianggap mewakili berbagai jenis sifat kebaikan sedangkan ular mewakili jenis sifat kejahatan.

  Permainan ini digunakan untuk memberikan pengertian kepada anak-anak tentang agama. Kebaikan akan membawa turun ke tingkat yang rendah dalam kehidupan.

  Kotak yang berjumlah 100 mewakili tingkat Nirwana.

  Permainan ular tangga merupakan alat bermain yang bersifat edukatif sehingga membuat anak-anak senang bermain sekaligus dapat mengembangkan kemampuan mengasah logika dan meningkatkan keterampilan juga melatih anak untuk berkonsentrasi, teliti dan sabar menunggu giliran (Anonim, 2012). Melalui permainan ular tangga dapat membuat anak-anak meyakini bahwa belajar itu hal yang menyenangkan tidak membosankan dan kemampuan perkembangan anak

  Menurut Mulyati (2009), salah satu model pembelajaran yang relevan dengan pengaitan konsep pembelajaran adalah dengan menggunakan permainan ular tangga. Model pembelajaran dengan menggunakan metode ular tangga mempunyai beberapa keunggulan, yang diantaranya yaitu:

  1. Dapat menciptakan suasana pembelanjaran yang fun atau menyenangkan.

  2. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual maupun kelompok.

  3. Dapat mengembangkan kreativitas.

  6. Struktur kognisi yang diperoleh siswa sebagai hasil dari proses belajar bermakna akan stabil.

  7. Tersusun secara relevan sehingga tergaja dalam ingatan.

  Permainan ular tangga sudah banyak dilakukan dan dikembangkan dalam beberapa penelitian atau pembelajaran, diantaranya yaitu:

  1. Media permainan ular tangga sebagai salah satu alternatif peningkatan hasil belajar sejarah untuk siswa kelas XI SMA N 1 Musuk, Boyolali. Media ini terbukti dalam peningkatan pengetahuan siswa tentang sejarah (Mulyati, 2009).

  2. Media permainan ular tangga sebagai salah satu alternatif dalam mengajar perbendaharaan kata bahasa inggris untuk sekolah dasar (Sari,dkk, 2011).

  3. Media permainan ular tangga sebagai salah satu alternatif dalam peningkatan pengetahuan gizi anak usia sekolah melalui pengoptimalan pendidikan

  4. Media permainan ular tangga sebagai salah satu alternatif dalam pelajaran matematika (Anonim, 2011).

  5. Media permainan ular tangga sebagai salah satu alternatif dalam peningkatan pengetahuan anak sekolah dasar tentang hygien dan sanitasi diri (anonim, 2011).

  6. Media permainan ular tangga sebagai pengaruh penerapan metode perlakuan terhadap hasil belajar biologi siswa kelas viii SMP N 1 Kebakkramat Surakarta (Pratiwi, 2012)

2.4.1. Proses Pembuatan Ular Tangga

  Permainan ini masuk kedalam kategori “board games” seiring dengan munculnya monopoli, halma, ludo dan sebagainya. Bisa dilihat bahwa permainan ular tangga tradisional ini ringan ( mudah dimengerti ), sederhana peraturannya, mendidik dan menghibur anak-anak dengan cara yang positif dan sangat interaktif. Proses pembuatan permainan ular tangga yaitu: 1.

  Ular tangga tangga dibuat dalam ukuran 3 x 3 meter persegi dengan ukuran per kotaknya adalah 30 x 30 cm. 10 (sepuluh) kotak secara vertikal dan 10 (sepuluh) kotak secara horizontal. Setiap kotak akan diberi nomor 1 (satu) sampai 100 (seratus). Ular tangga ini dicetak dengan bahan MMT atau bahan spanduk plastik.

  2. Setiap kotak berisi pesan-pesan tentang makanan jajanan makanan yang aman, sehat dan Bergizi, jenis-jenis makanan jajanan, pengaruh makanan bentuk gambar yang berwarna dan kata-kata.

  3. Materi atau pesan yang akan ditampilkan kedalam permainan ini meliputi pengertian makanan jajanan, jenis makanan jajanan, makanan jajanan aman, sehat dan bergizi, pengaruh makanan jajanan terhadap kesehatan, pengaruh sarapan pagi terhadap kesehatan, hygien dan sanitasi.

4. Permainan ini menggunakan anak sebagai bidaknya.

  5. Permainan ini akan dimulai dengan terlebih dahulu melempar dadu. Dadu dibuat dalam ukuan lebar 20 x 20 cm persegi dan menggunakan bahan dari untuk berapa kotak yang harus dilalui setiap bidaknya) dalam bentuk bulatan seperti yang telah dilampirkan.

2.5. Proses Adopsi Dalam Promosi Kesehatan

  Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni: 1.

  Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

  2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

  3. Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

  4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

  5. Adoption, subajek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, Sedangkan menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus

  (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons. Hal ini lebih dikenal dengan teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon).

  Stimulus Organisme:

  Perhatian

  • Reaksi Reaksi Pengertian -

  (Perubahan sikap) (Perubahan praktek) Penerimaan

  • Pengetahuan -

Gambar 2.1. Perubahan Perilaku menurut teori S-O-R

  Menurut Green dalam Notoadmodjo (2003) bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :

  1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), adalah faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya. memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.

  3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

  Menurut Notoatmodjo (2003), untuk merubah perilaku, seseorang harus mengikuti tahap-tahap proses perubahan : pengetahuan (knowledge), sikap

  (attitude ) dan tindakan (Psychomotor Domain).

2.5.1. Pengetahuan (knowledge)

  Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau cognitive merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).

  Pengetahuan gizi sangat diperlukan dalam upaya pemilihan makanan yang akan dikonsumsi, dengan tujuan agar makanan tersebut memberikan gizi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh. Pengetahuan gizi sebaiknya telah ditanamkan sedini mungkin. Anak yang didasari dengan pengetahuan gizi yang baik akan memperhatikan keadaan gizi setiap makanan yang dikonsumsinya. Dalam hal ini, pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mempunyai 6 (enam) tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2003), yaitu : 1.

  Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

  Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

  3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

  4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatau kemampuan seseorang untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

  5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukan pada kemampuan seseorang untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

  Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu 6.

  Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian

  • – penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

  Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan jenis kuesioner yang bersifat self administered questioner yaitu jawaban diisi sendiri oleh responden. Dan bentuk pertanyaanya berupa pilihan berganda, dimana hanya

2.5.2. Sikap (attitude)

  Menurut Newcomb, yang dikutip Notoatmodjo (2003) merupakan seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Jadi, sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan presdiposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

  Setelah seseorang melewati tahap proses pengetahuan suatu objek atau stimulus, proses selanjutnya adalah penilaian atau proses bersikap terhadap stimulus atau objek tertentu. Penilaian bisa berupa pendapat atau lainnya terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah gizi).

  Sikap gizi anak sekolah adalah penilaian atau pendapat anak sekolah pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olah raga, relaksasi (istirahat), dan sebagainya bagi kesehatan. Sikap anak sekolah terhadap makanan sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat (Haryanto, 2002). Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu :

1. Menerima (receiving)

  Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

  2. Menanggapi (responding) Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

  3. Mengahargai (valuing) Menghargai diartikan subjekatau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon.

  4. Bertanggung jawab (responsible) Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.

  Menurut Amaliani (2012), pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek yang bersangkutan. pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “ tidak setuju “ terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu.

2.5.3. Tindakan (Psychomotor Domain)

  Titik berat penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku atau tindakan adalah penyuluhan yang berkesinambungan. Dalam proses perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah tidak semata-mata karena adanya penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik,

  Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku atau tindakan adalah tidak mudah. Perubahan tersebut menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Menurut Notoatmodjo (2003) untuk merubah perilaku, seseorang harus mengikuti tahap- tahap proses perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik

  

(practice) atau tindakan. Dalam hal ini, penyuluhan berperan sebagai salah satu

  metode penambahan dan peningkatan pengetahuan seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku. Seperti halnya pengetahuan dan sikap, untuk mengubah suatu objek untuk dijadikan tindakan atau perilaku pada diri seseorang, menurut Notoatmodjo (2003) ada beberapa tingkatan yaitu:

  1. Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan denagn tindakan yang akan diambil adalah merupakan tindakan tingkat pertama.

  Respons terpimpin (guided response) Dapat melakukan sesuatu ssesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan tindakan tingkat kedua.

  3. Mekanisme (mechanism) Apabila seseorang dapat melakukan sesuatu yang benar secara otomatis, atau sesuatu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai tindakan tiga.

  4. Adaptasi (adaption) Adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikanya tanpa mengurangi kebenaran tindakan

  Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,atau bulan yang lalu (recall). Pengkuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2003).

2.6. Makanan Jajanan

  Makanan jajanan merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan anak sekolah dasar. Konsumsi dan kebiasaan jajan anak turut mempengaruhi kontribusi dan kecukupan energi dan zat gizinya yang berujung pada status gizi anak. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang pedoman persyaratan hygiene sanitasi makanan jajanan, makanan jajanan merupakan makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum

  Sedangkan menurut Kus dan Kusno (2007) makanan jajanan adalah makanan yang banyak ditemukan di pinggir jalan yang dijajakan dalam berbagai bentuk, warna, rasa serta ukuran sehingga menarik minat dan perhatian orang untuk membelinya.

  Makanan jajanan termasuk kategori pangan siap saji yaitu makanan atau minuman yang merupakan hasil proses dengan cara atau metode tertentu untuk langsung di sajikan, sangat banyak dijumpai di lingkungan sekitar sekolah, hampir setiap hari dikonsumsi sebagian besar anak sekolah dan harga terjangkau oleh

  Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004 yang dikutip oleh Dinatia (2010), jenis makanan jajanan digolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu:

  1. Makanan jajanan yang berbentuk panganan, misalnya kue-kue kecil, pisang goreng, kue bugis dan sebagainya.

  2. Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama), seperti mi bakso, nasi goreng, mi goreng, mi rebus, pecal, dan sebagainya.

  3. Makanan jajanan yang berbentuk minuman, seperti es krim, es campur, jus buah, dan sebagainya.

2.6.1. Makanan Jajanan Aman, Sehat dan Bergizi

  Jaminan atas keamanan, sehat dan Bergizi pada makanan jajanan mempunyai kontribusi besar pada pembentukan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa, yang akan memengaruhi daya saing bangsa ditingkat global. Oleh karena itu, pengawasan pangan perlu mendapat prioritas karena secara langsung terutama dari pangan yang tidak memenuhi syarat keamanan, sehat dan Bergizi.

A. Makanan Jajanan Aman

  Keamanan pangan didefenisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia (Undang- undang RI no.7 tentang Pangan Tahun1996).

  Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia yang tidak mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan. Namun dalam perjalanan untuk anak sekolah yang bila dikonsumsi manusia dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan antara lain bahaya fisik, bahaya kimia, dan bahaya biologis,.

  1. Bahaya Fisik

  Bahaya fisik tersebut merupakan benda asing seperti rambut, kuku, perhiasan, serangga mati, batu atau kerikil, potongan kayu atau ranting, pecahan kaca atau gelas dan lain sebagainya bisa masuk kedalam makanan apabila makanan dijual di tempat terbuka dan tidak disimpan dalam wadah tertutup yang dapat mencederai konsumen.

  2. Bahaya Kimia

  Untuk bahaya kimia dapat terjadi karena penggunaan bahan berbahaya yang memang tidak boleh digunakan pada makanan, yang hingga saat ini masih kerap terjadi. Seperti penggunaan boraks dan formalin sebagai pengawet makanan, penggunaan pewarna tekstil, rhodamin (merah) dan methanil yellow penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang melebihi batas yang diijinkan. Penggunaan bahan-bahan tersebut masih sering dilakukan oleh pedagang- pedagang kecil yang memang mereka belumtahu atau sudah tahu bahayanya namun lebih memilih yang harganya lebih murah.

  Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) dalam proses produksi pangan perlu diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun oleh konsumen. Dampak penggunaannya dapat berakibat positif maupun negatif bagi masyarakat. Penyimpangan dalam penggunaannya akan membahayakan kita bersama,

  Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 772/Menkes/Per/IX/88 No. 1168/Menkes/PER/X/1999 bahan tambahan pangan (BTP) secara umum merupakan bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tiadak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan dan penyimpanan.

  Di Indonesia telah disusun peraturan tentang bahan tambahan pangan (BTP) yang diizinkan ditambah dan yang dilarang oleh departemen kesehatan.

  Golongan bahan tambahan yang diizinkan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/MenKes/Per/IX/88, yaitu: 1.

  Antioksidan (antioxidant) Digunakan untuk mencegah terjadinya proses oksidasi. Contoh: asam 2.

  Antikempal (anticaking agent) Untuk mencegah atau mengurangi kecepatan pengempalan atau menggumpalnya makanan yang mempunyai sifat higroskopis, yang biasa ditambah antikempal misalnya susu, krim, dan kaldu bubuk.

  3. Pengatur keasaman (acidity regulator) Dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh: Asam laktat dan malat yang digunakan pada jeli.

  4. Pemanis buatan (artificial sweeterner)

  5. Pemutih dan pematang telur (flour treatment agent) Mempercepat proses pemutihan dan atau pematangan telur hingga dapat memperbaiki mutu penanganan.

  6. Pengemulsi, pemantap dan pengental (emulsifier, stabilizer, thickener) Membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan yang biasanya mengandung air atau minyak. Contoh: gelatin pemantap dan pengental untuk sediaan keju.

  7. Pengawet (preservative) Mencegah fermentasi dan pengasaman/ penguraian oleh mikroorganisme.

  Contoh: asam benzoat dan garamnya untuk produk buah, kecap, dan keju.

  8. Pengeras (firming agent) Memperkeras atau mencegah lunaknya makanan. Contoh: Al sulfat, Al Na sulfat untuk pengeras acar ketimun dalam botol.

  Pewarna (colour) Memperbaiki atau memberi warna. Contoh: green S warna hijau, kurkumin warna kuning, dan karamel warna coklat.

  10. Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa (flavor, flavor enhancer) Dapat memberikan, mempertegas rasa dan aroma. Contoh: Asam guanilat, Asam inosinat, dan monosodium glutamate (MSG) pada produk daging.

  11. Sekuestran (sequestrant) Mencegah terjadinya oksidasi penyebab perubahan warna dan aroma, biasa ditambahkan pada daging dan ikan. Contoh: asam folat dan garamnya.

  Selain BTP yang tercantum dalam peraturan menteri tersebut masih ada beberapa BTP lainnya yang biasanya digunakan dalam pangan (Cahyadi, 2008), yaitu: 1.

  Enzim, yaitu BTP yang berasal dari hewan, tanaman atau mikroba yang dapat menguraikan zat secara enzimatis, misalnya membuat pangan menjadi lebih empuk, lebih larut dan lain-lain.

  2. Penambah gizi, yaitu bahan tambahan berupa asam amino, mineral atau vitamin, baik tunggal maupun campuran, yang dapat meningkatkan nilai gizi pangan.

  3. Humektan, yaitu BTP yang dapat menyerap lembab (uap air) sehingga mempertahankan kadar air pangan.

  Beberapa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan, menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dan No.

  1. Natrium tetraborat (boraks) 2.

  Formalin (formaldehyd) 3. Minyak nabati yang dibrominasi (brominanted vegetable oils) 4. Kloramfenikol (chlorampenicol) 5. Kalium klorat (potassium chlorate) 6. Dietilpirokarbonat (diethylpyrocarbonate) 7. P-Phenetilkarbamida (p-phenethycarbamide, dulcin, 4-ethoxypheny) 8. Asam Salisilat dan garamnya (salicylic acid and its salt) kimia yang dilarang tetapi sering digunakan oleh produsen makanan, seperti rhodamin B (pewrna merah), methanyl yellow (pewarna kuning), dulsin (pemanis sintetis) dan potassium bromat (pengeras).

  Menurut Cahyadi (2008) tujuan bahan tambahan pangan (BTP) adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan tambahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila : 1.

  Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan

  2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan

  3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan 4.

  Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.

  3. Bahaya Biologi

  Bahaya biologi dapat disebabkan oleh bakteri (akibat kesalahan saat pemasakan, penyimpanan) atau binatang. Makanan tersebut sangat mungkin sekali terkontaminasi sehingga dapat menyebabkan suatu penyakit yang disebut penyakit bawaan makanan. Anak-anak sering menjadi korban penyakit tersebut.

  Hal ini umumnya disebabkan oleh belum diterapkannya praktik higiene dan sanitasi yang memadai (Agustina,dkk, 2009). ditimbulkan oleh makanan yang terkontaminasi disebut penyakit bawaan makanan (food-borned diseases) (Susanna, 2003). Menurut Anwar (2004) dalam Andrita (2012), Jajanan sering terkontaminasi oleh mikroorganisme ataupun bahan-bahan kimiawi (Anwar, 2004). Kontaminasi mikroorganisme dapat menimbulkan gangguan kesehatan, yang dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 2.1. Kontaminasi mikroorganisme terhadap kesehatan

  Jenis mikroba Bahan Pangan Sumber Kontaminasi Gejala

  Salmonella Daging dan produknya, telur, ikan, ayam, es krim coklat susu, susu segar.

  Manusia, ternak, unggas dan telurnya, tikus, lalat, kecoa, isi perut hewan.

  Sakit perut, diare, demam & muntah setelah 12-36 jam, sakit kepala, demam tipus.

  Clostridium botulinum

  Pangan kaleng dengan keasaman rendah: daging, ikan, jagung manis, bit, asparagus, bayam dan ikan asap.

  Proses pengalengan yang tidak cepat.

  Gangguan pencernaan yang akut, mual, muntah, diare, fatig, sulit menelan. Dalam waktu 12-48 jam siste saraf terganggu dengan gejala sulit bernapas, sulit bicara, dan menelan. Kematian dapat terjadi dalam waktu 3-6 hari.

  Clostridium perfringens

  Tumbuh dengan cepat pada pangan yang mengalami pendinginan lambat dan pangan yang didiamkan pada suhu ruang dalam waktu lama: daging, pasta ikan, daging

  Pangan mentah, tanah, kotoran hewan.

  Sakit perut dan diare 8-24 jam setelah terinfeksi dan berakhir dan berakhir dalam waktu kurang dari sehari. Pangan jajanan anak sekolah umumnya dikenal sebagai pangan siap saji yang ditemui di lingkungan sekolah dan secara rutin dikonsumsi oleh sebagian besar anak sekolah. Pangan jajanan anak sekolah (PJAS) memegang peranan strategis menjadi salah satu penyumbang sumber asupan gizi bagi anak-anak saat

   Makanan Jajanan Sehat

  Manusia atau hewan melalui hidung, tenggorokan, kulit dan luka.

  Sumber: Anwar (2004) dalam Andrita (2012) B.

  Tumbuh dalam lemari es dan mencemari produk-produk sus dan daging.

  Lysteria monocytogenes

  Kejang perut, diare bercampur darah dan demam sampai 400C

  Air yang tercemar kotoran.

  Banyak mengeluarkan ludah, mual, muntah, kejang otot, berkeringat dingin. Lemas, napas pendek dan suhu tubuh dibawah noramal. Shigella Air, susu, es krim, kentang, ikan tuna, udang, kalkun salad, makaroni, cider.

  Daging dan produknya, ikan, susu, saus krim, salad, pudding dengan pendingin tidak cukup.

  Jenis mikroba Bahan Pangan Sumber Kontaminasi Gejala Vibrio parahaemoliticus

  Staphylococcus aureus

  Gejala; diare dan muntah-muntah

  Air. Menyebabkan wabah kolera.

  Vibrio Air, ikan dan pangan hasil laut.

  Sakit perut, diare yang mengandung darah, mual dan muntah, demam ringan, dingin, sakit kepala. Gejala 2-48 jam setelah terinfeksi

  Air laut, peralatan, kotoran ikan.

  Hasil-hasil laut: ikan, kerang, kepiting, udang.

  • Seperti serangan flu.
untuk memilih jajanan yang sehat yang dapat memenuhi kecukupan gizi pada anak sekolah.

  Menurut Andrita (2012), orangtua dan guru perlu mengajarkan kepada anak agar membeli jajanan yang sehat. Pemilihan jajanan sehat yang direkomendasikan oleh Andrita (2012) untuk anak sekolah dasar yaitu : 1.

  Makanan yang tertutup rapat, tidak berbau/berasa asam, dan tidak berlendir.

  2. Makanan yang berwarna tidak mencolok karena dikhawatirkan mengandung bahan pewarna bukan untuk makanan.

  3. Makanan gorengan yang berwarna gelap dan bertekstur keras adalah salah satu ciri bahwa gorengan sudah digoreng berulang kali atau menggunakan minyak berulang dan hal ini berbahaya untuk anak.

  4. Makanan gorengan yang tidak berwarna putih karena itu merupakan ciri gorengan yang digoreng dengan plastik dan biasanya gorengan tersebut tetap

  5. Makanan tidak boleh berbungkus kertas koran atau kertas dengan tinta pada bagian dalam bungkus karena zat kimia pada tinta koran/kertas dapat meracuni makanan.

  6. Makanan yang panas lebih baik di bungkus dengan plastik putih daripada dengan plastik kresek atau bahan beling.

  7. Makanan yang di kemas dengan menggunakan staples sangat perlu diperhatikan karena staples dikhawatirkan akan tertelan bersama makanan.

  8. Kandungan gizi dan tanggal kedaluwarsa perlu diperhatikan pada makanan

  Berikut ini beberapa cara aman memilih makanan yang diberikan oleh Chandra (2011) : 1.

  Mengamati warna makanan jajanan berwarna mencolok atau jauh berbeda dari warna aslinya. Snack, kerupuk, mi, es krim yang berwarna terlalu mencolok ada kemungkinan telah ditambahi zat pewarna yang tidak aman.

  2. Mencicipi rasa makanan jajanan, biasanya lidah cukup jeli untuk membedakan mana makanan yang aman atau tidak. Makanan yang tidak aman umumnya berasa tajam, misal sangat gurih, membuat lidah bergetar dan tenggorakan gatal.

3. Mencium aroma makanan jajanan, bau apek atau tengik pertanda makanan tersebut telah rusak atau terkontaminasi oleh mikroorganisme.

  4. Mengamati komposisi makanan jajanan denga membaca dengan teliti adakah kandungan bahan-bahan makanan tambahan yang berbahaya dan dapat

  5. Memperhatikan kualitas makanan jajanan dengan membandingkan makanan tersebut dalam keadaan segar atau telah berjamur sehingga dapat menyebabkan keracunan. Makanan yang telah berjamur menandakan proses tidak berjalan dengan baik atau telah kadaluarsa.

  6. Terdaftar di BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), bila hendak membeli makanan terlebih dahulu memeriksa produknya telah terdaftar di BPOM atau belum yang dapat dicermati dalam label yang tertera di kemasan makanan jajanan.

C. Makanan Jajanan Bergizi

  Menurut Susanto dalam Purnamasari (2012), kebiasaan jajan merupakan kegiatan membeli makanan jajanan yang meliputi variasi, jenis, frekuensi dan jumlah kandungan zat gizi (konsumsi energi dan protein) dari makanan jajanan setiap harinya. Namun kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan sehat dan Bergizi masih belum banyak dimiliki oleh siswa, terutama siswa Sekolah Dasar (SD). Padahal gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi.

  Menurut Almatsier (2009) makanan Bergizi adalah makanan yang memiliki kandungan

  • – kandungan atau unsur ikatan kimia yang dapat membantu pertumbuhan otak. Pengelompokkan bahan makanan, yaitu didasarkan pada tiga fungsi utama zat
  • – zat gizi yaitu sebagai (1) sumber energi/tenaga; (2) sumber zat pembangun; (3) sumber zat pengatur.

  Sumber energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Kandungan karbohidrat, lemak dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya. Secara umum, fungsi utama zat gizi dalam makanan bagi tubuh dapat dibedakan menjadi 3 (macam) yaitu:

1. Sebagai sumber energi

  untuk gerak dan aktifitas fisit serta aktifitas metabolisme di dalam tubuh. Zat gizi yang dapat menghasilkan energi terbesar dari ketiga zat gizi tersebut adalah lemak. Contoh bahan pangan/makanan yang berfungsi sebagai sumber energi antara lain: a.

  Nasi, jagung, talas, singkong, ubi, gandum yang merupakan sumber karbohidrat; b.

  Margarine dan mentega merupakan sumber lemak; c. Kacang-kacangan, ikan, daging, telur dan sebagainya merupakan sumber protein.

  2. Sebagai sumber zat pembangun Zat gizi yang termasuk dalam kelompok ini adalah protein, lemak, mineral dan vitamin. Namun demikian, zat gigi yang memiliki peranan dominan dalam proses pertumbuhan adalah protein. Protein memiliki fungsi sebagai mengonsumsi protein maka pertumbuhan dan perkembangan manusia terhambat. Selain itu, protein juga berfungsi untuk menggantikan sel-sel tubuh yang rusak dan mempertahankan fungsi organ tubuh.

  3. Sebagai sumber zat pengatur Proses metabolisme di dalam tubuh perlu pengaturan agar terjadi keseimbangan. Zat gizi yang berfungsi untuk mengatur proses metabolisme di dalam tubuh adalah mineral, vitamin, air dan protein. Namun yang memilki fungsi utama sebagai zat pengatur adalah mineral dan vitamin.

2.7. Pengaruh Konsumsi Makanan Jajanan pada Murid Sekolah Dasar

  Periode ini anak sekolah dasar dimulai pada usia 7-12 tahun, dimana dalam usia ini anak-anak sudah jauh lebih mandiri. Anak mulai membandingkan segala sesuatu di rumahnya dengan yang ia temui di luar, baik di sekolah maupun di rumah teman-temanya. Norma-norma moral yang tadinya absolute di rumah, kini menjadi relatif. Oleh karena itu, anak-anak dalam usia ini suka membantah dan membanding-bandingkan (Irwanto, 2002).

Dokumen yang terkait

BAB II DASAR TEORI 2.1 Jaringan Multiprotocol Label Switching (MPLS) - Analisis Kinerja Jaringan Multiprotocol Label Switching (Mpls) Untuk Layanan Video Streaming

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Dividen Payout Ratio - Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return On Assets, Growth Firm Size, Debt To Equity Ratio Dan Net Profit Margin Terhadap Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Lq-45 Yang Ter

0 1 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return On Assets, Growth Firm Size, Debt To Equity Ratio Dan Net Profit Margin Terhadap Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Lq-45 Yang Terdaftar Di Bursa efek Indonesia Tahun 2

0 1 9

Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return On Assets, Growth Firm Size, Debt To Equity Ratio Dan Net Profit Margin Terhadap Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Lq-45 Yang Terdaftar Di Bursa efek Indonesia Tahun 2010 -2012

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Signalling Theory (Teori Sinyal) - Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Free Cash Flow dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terda

0 1 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Free Cash Flow dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pe

0 0 10

C. Kuisioner Data Pengetahuan - Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Remaja Puteri Terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Di Sma Katolik Budi Murni 1 Medan Tahun 2014

0 1 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan - Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Remaja Puteri Terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Di Sma Katolik Budi Murni 1 Medan Tahun 2014

0 0 21

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Remaja Puteri Terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Di Sma Katolik Budi Murni 1 Medan Tahun 2014

0 0 10

II. Perilaku Responden A. Pengetahuan Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang kamu pilih ! - Pengaruh Promosi Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Ceramah Dan Permainan Ular Tangga Terhadap Peningkatan Perilaku

0 2 49