BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ayam - Pemeriksaan Kandungan Timbal dan Kadmium pada Hati Ayam Buras dan Hati Ayam Ras Secara Spektrofotometri Serapan Atom
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ayam
Klasifikasi ayam menurut Rahayu HS, I (2011), adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Subkingdom : Metazoa Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Aves Ordo : Galliformes (Game birds) Family : Phasianidae (Peasants) Genus : Gallus Species : Gallus gallus
Masyarakat mengenal dua jenis ayam, yaitu ayam buras (ayam bukan ras) atau ayam kampung dan ayam ras atau ayam broiler. Ayam buras diberi pakan beragam yaitu dedak, jagung, kacang-kacangan, daun-daunan dan makanan asal hewan misalnya tepung ikan, dan lain-lain sedangkan ayam ras diberi pakan konsentrat (Samosir dan Sudaryani, 2003).
2.1.1 Ayam Buras
Ayam buras disebut juga ayam bukan ras atau ayam kampung. Ayam ini mempunyai kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, kondisi lingkungan, perubahan iklim dan cuaca setempat. Umumnya masyarakat memelihara ayam buras secara tradisional. Dalam kehidupan sehari-hari, ayam hidup berkeliaran bebas dikebun, sawah atau pekarangan rumah. Ditempat itulah banyak dijumpai pakan berupa limbah upaya mendapatkan makanannya (Sarwono, 2005).
2.1.2 Ayam Ras
Ayam ras atau disebut juga broiler merupakan hasil persilangan dari ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Ayam ras telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya, hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen dengan waktu pemeliharaan intensif yang relatif singkat dan menguntungkan. Oleh karena itu, semakin banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia. Ternak ayam ini telah dikembangkan sangat pesat disetiap Negara. Di Indonesia usaha ternak ayam ras juga sudah dijumpai hampir disetiap provinsi (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).
2.2 Hati Ayam
Hati ayam merupakan salah satu organ bagian dalam pada tubuh ternak ayam sebagai tempat metabolisme dan organ akumulator. Hati ini berwarna merah agak kecoklatan, lembut dan mudah hancur, tetapi bila dipanaskan akan mengeras. Komposisi kimia hati ini bervariasi, tetapi pada umumnya mempunyai nilai gizi tinggi dengan kandungan protein 19,70%; lemak 3,20% dan air 69,70%. Mineral yang terdapat pada hati ayam antara lain: zat besi, kalium, magnesium, fosfor, tembaga dan seng (Depkes RI, 1996).
Hati ayam merupakan bahan makanan yang sering diolah oleh masyarakat Indonesia. Selain lezat, juga memiliki kandungan zat gizi, protein terutama vitamin B
12 yang baik untuk meningkatkan kesuburan serta mencegah
kecacatan pada bayi. Kandungan nutrisi penting tersebut menjadikan hati ayam sebagai pilihan yang tepat untuk penderita anemia, ibu hamil atau menyusui.
Hati ini dapat diolah menjadi berbagai jenis sajian, mulai dari menjadi campuran bubur ayam, sambal goreng, sampai sate yang lezat dengan memasaknya sampai matang untuk mencegah keracunan makanan yang berasal dari bakteri. Hati ini adalah jenis hati yang mempunyai emulsi cukup halus sehingga mudah diserap oleh usus bayi (Anonim, 2006).
Selama ini banyak orang yang mengharapkan mendapat asupan kandungan zat gizi dengan mengkonsumsi bahan ini, tetapi ternyata belum aman dan masih perlu berhati-hati. Bahan ini berbahaya jika dikonsumsi berlebih dan pada jangka waktu yang lama sekalipun banyak mengandung zat gizi, terutama untuk anak-anak bayi karena mengandung zat-zat berbahaya yang dapat membawa dampak yang buruk bagi perkembangan tubuh anak dikemudian hari. Mengkonsumsi bahan ini dalam jangka waktu panjang dan berlebih dapat beresiko munculnya berbagai penyakit dan dapat membahayakan kesehatan manusia karena dapat menyebabkan efek buruk pada janin (efek teratogenik), dapat mengalami keguguran atau bayi yang dilahirkan cacat (efek karsinogenik), mutasi bagi mikroorganisme seperti bakteri (efek mutagenik), resisten terhadap antibiotik sendiri dan alergi (bintik-bintik dan gatal-gatal pada kulit) (Anonim, 2006).
2.3 Nutrisi Pakan
Fungsi makanan yang diberikan pada ayam untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup, membentuk sel-sel dan jaringan tubuh, serta menggantikan bagian yang rusak dan untuk keperluan berproduksi (Rahayu, dkk., 2011).
Zat-zat gizi yang diperlukan ayam adalah karbohidrat, lemak, protein, serat kasar, mineral dan vitamin. Karbohidrat, lemak dan protein akan membentuk energi sebagai hasil pembakarannya (Rahayu, dkk., 2011).
2.3.1 Pakan Ayam Buras
Menurut Cahyono (1998), sumber bahan pakan yang mengandung zat esensial bagi pertumbuhan ayam buras adalah sebagai berikut (Tabel 2.1).
Tabel 2.1 Kebutuhan Nutrisi Ayam BurasNo. Zat Sumber Bahan Pakan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan
1. Karbohidrat Jagung, beras, bekatul, Menghasilkan energi & kedelai, sorgum, dedak padi panas. Defisiensi zat karbohidrat akan menghambat proses metabolisme tubuh, ayam menjadi lemas tidak bertenaga
2. Protein Tepung daging, tepung Untuk pembentukan dan cacing, tepung ikan, tepung pertumbuhan jaringan bekicot, tepung darah, tubuh seperti, urat, tepung tulang, tepung daging, kulit dan kepiting, bungkil kacang pembentukan enzim. tanah, bungkil kelapa, Defisiensi protein kacang kedelai, kacang menyebabkan hijau, kacang tanah, bungkil pertumbuhan menurun. kacang kedelai
3. Lemak Kacang tanah, bungkil Sebagai sumber tenaga kelapa, dedak halus, kacang dan melarutkan beberapa kedelai, bungkil kacang vitamin seperti vitamin kedelai, bungkil kacang
A, D, E dan K. tanah, tepung ikan, tepung daging
4. Vitamin Hijauan/sayuran, jagung dan Berfungsi sebagai zat biji-bijian lainnya, minyak pengatur didalam tubuh hati ikan, tepung ikan, untuk pertumbuhan dan dedak, bekatul pemeliharaan kesehatan serta melancarkan proses metabolisme tubuh. Vitamin dikelompokkan menjadi vitamin yang larut didalam lemak yaitu
A, D, E, K dan vitamin yang larut didalam air yaitu vitamin B , B , B ,
1
2
6 B dan vitamin C.
12
5. Mineral Biji-bijian, bungkil-bungkil, Untuk pertumbuhan tepung tulang, garam dapur, tubuh. Defisiensi zat ini kulit kerang, tepung daging menyebabkan terganggunya proses pertumbuhan. Beberapa mineral yang dibutuhkan ayam adalah kalsium, fosfor, seng, besi, selenium, iodium, kobalt, tembaga, natrium, klor dan mangan.
2.3.2 Pakan Ayam Ras
Pakan konsentrat ayam ras mengandung nutrisi dengan jumlah yang Menurut Murtidjo (1994), kebutuhan nutrisi ayam pada setiap tahapan umur adalah sebagai berikut (Tabel 2.2).
Tabel 2.2 Kebutuhan Nutrisi Ayam RasNutrisi Makanan Umur Ayam (Minggu) 0-8 8-13 13-18 18-dst Bibit
Energi, kcal/kg 2.900 2.900 2.900 2.850 2.850 Protein %
18
15
12
15
15 Vitamin A, I.U. 1.500 1.500 1.500 400 400 Vitamin D, I.U. 200 200 200 500 500 Vitamin E, I.U.
10
5
5
5
10 Vitamin K 1, mg 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 Thiamin, mg 1,8 1,3 1,3 0,8 0,8 Riboflavin, mg 3,6 1,8 1,8 2,2 3,8 Panthothenic acid, mg
10
10 10 2,2
10 Niacin, mg
27
11
11
10
10 Piridoxin, mg
3
3
3 3 4,5 Biotin, mg 0,15 0,10 0,10 0,10 0,15 Kholin, mg 1.300 500 500 500 500 Folacin, mg 0,55 0,25 0,25 0,25 0,35 Vitamin B 12, mg
9
3
3
3
3 Linoleic acid, % 1 0,80 0,80
1
1 Kalsium, % 0,90 0,60 0,60 3,25 2,75 Phospor, % 0,70 0,40 0,40 0,50 0,50 Potassium, % 0,20 0,16 0,16 0,10 0,10 Sodium, % 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 Copper, mg 800 800 800 800 800 Iodin, mg 0,35 0,35 0,35 0,30 0,30 Iron, mg
80
40
40
50
80 Magnesium, mg 600 400 400 500 500 Mangan, mg
55
25
25
25
33 Selenium, mg 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Zinc, mg
40
35
35
50
65 Daftar kebutuhan pakan ternak dapat dilihat pada Lampiran 21, halaman 97.
2.4 Pencemaran
Pencemaran merupakan salah satu masalah setiap negara di dunia, telah berubah dari bentuk asal menjadi keadaan yang lebih buruk akibat masuknya bahan-bahan pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat racun (toksik) yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan dapat menjadi pemicu terjadinya pencemaran (Palar, 2008).
Logam berat dapat memasuki tanah melalui sumber yang berbeda-beda, diantaranya: pupuk, pestisida, residu limbah pabrik dan lumpur aktif yang mengandung sejumlah logam berat (Yulipriyanto, 2010).
Pencemaran logam berat terhadap lingkungan merupakan suatu proses yang berhubungan dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia. Awal digunakannya logam pada alat, belum diketahui pengaruh pencemaran pada lingkungan. Proses oksidasi pada logam yang menyebabkan perkaratan merupakan tanda-tanda adanya hal tersebut. Tahun demi tahun ilmu kimia mulai berkembang dengan cepat dengan ditemukannya garam logam (PbNO ,
3 CdCl
2 , dan lain-lain) serta diperjualbelikannya garam tersebut untuk industri,
maka tanda-tanda pencemaran lingkungan mulai timbul (Darmono, 1995).2.5 Logam Berat
Logam berat merupakan komponen alami tanah yang tidak dapat dipisahkan, logam ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, air minum dan udara. Logam ini merupakan pencemar yang berbahaya dan bersifat racun bagi sel walaupun dalam konsentrasi rendah (Martaningtas, 2005).
1. Logam berat esensial: yaitu logam dalam jumlah tertentu yang sangat dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan logam tersebut akan menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya.
2. Logam berat tidak esensial: yaitu logam yang berada dalam tubuh yang belum diketahui manfaatnya dan bersifat toksik, seperti Hg, Cd, Pb, Cr, dan lain-lain. Efek toksik dari logam ini mampu menghambat kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia maupun hewan (Widowati, dkk., 2008).
2.5.1 Timbal
Timbal adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan, dengan kerapatan yang tinggi, mudah melarut dalam asam nitrat pekat (Svehla, 1979).
Menurut Fardiaz (1992), timbal mempunyai sifat-sifat khusus seperti berikut:
1. Merupakan logam yang lunak, sehingga mudah dipotong dan dibentuk menjadi bentuk lain.
2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam ini sering digunakan sebagai bahan pelapis.
3. Mempunyai kerapatan lebih besar dibandingkan dengan logam-logam biasa, kecuali emas dan merkuri.
Timbal yang bersifat toksik terhadap manusia, bisa berasal dari tindakan mengkonsumsi makanan, minuman, atau melalui inhalasi udara, debu yang tercemar Pb, kontak lewat kulit dan mata. Logam ini tidak dibutuhkan manusia sehingga bila makanan dan minuman yang dikonsumsi tercemar Pb, maka tubuh akan mengeluarkannya. Orang dewasa mengabsorbsi timbal sebesar 5- 15% dari keseluruhan timbal yang dicerna, sedangkan anak-anak mengabsorbsi timbal lebih besar 41,5% (Widowati, dkk., 2008).
Konsentrasi timbal di udara di daerah perkotaan mencapai 5 sampai 50 kali daripada di daerah pedesaan. Semakin jauh dari perkotaan, semakin rendah konsentrasi timbal di udara. Logam timbal yang ada di udara, terutama bersumber dari buangan (asap) kendaraan bermotor. Logam ini merupakan sisa-sisa pembakaran yang terjadi antara bahan bakar dengan mesin kendaraan. Melalui buangan mesin kendaraan tersebut, unsur Pb terlepas ke udara. Sebagian akan membentuk partikulat di udara bebas dengan unsur-unsur lain, sedangkan sebagian lainnya akan menempel dan diserap oleh daun tumbuh- tumbuhan yang ada disepanjang jalan dan sebagian diserap tanah (Palar, 2008).
Toksisitas timbal di dalam tubuh manusia yaitu dengan menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin. Hanya sebagian kecil timbal dieksresikan lewat urin atau feses dan sebagian terikat oleh protein, sedangkan sebagian lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan lemak dan rambut (Widowati, dkk., 2008). tinggi yang terakumulasi ke dalam tubuh akan menimbulkan beberapa gejala, antara lain:
1. Gangguan gastrointestinal, seperti kram perut yang biasanya diawali dengan sembelit, mual, muntah-muntah dan sakit perut yang hebat.
2. Gangguan neurologi, seperti sakit kepala, bingung atau pikiran kacau dan pingsan.
3. Gangguan fungsi ginjal dan gagal ginjal yang akut dapat berkembang dengan cepat.
2.5.2 Kadmium
Kadmium adalah logam putih keperakan, yang dapat melarut dengan lambat dalam asam encer dengan melepaskan hidrogen (disebabkan potensial elektrodanya yang negatif) (Svehla, 1979).
Logam ini berasal dari hasil penambangan, hasil sampingan peleburan Zn dan Pb, pabrik baterai, electroplating, pupuk, pestisida, limbah industri dan rumah tangga. Pelepasan logam ini dari limbah industri dan alam akan menimbulkan pencemaran lingkungan di atmosfer, tanah, dan perairan (Widowati, dkk., 2008).
Menurut Widowati, dkk., (2008), kadmium mempunyai sifat-sifat khusus seperti berikut:
1. Mempunyai sifat tahan panas sehingga sangat bagus untuk campuran pembuatan bahan-bahan keramik dan plastik. dan baja. Kadmium lebih mudah diakumulasi oleh tanaman dibandingkan dengan ion logam berat lainnya seperti timbal. Logam berat ini bergabung bersama timbal dan merkuri sebagai the big three heavy metal yang memiliki tingkat bahaya tertinggi pada kesehatan manusia. Kadmium yang terdapat dalam tubuh manusia sebagian besar diperoleh melalui makanan dan tembakau, hanya sejumlah kecil berasal dari air minum dan polusi udara. Menurut penelitian yang dilakukan, pemasukan Cd melalui makanan adalah 10-40 mg/hari, sedikitnya 50% diserap oleh tubuh (Widowati, dkk., 2008).
Kadmium belum diketahui fungsinya secara biologis dan dipandang sebagai toksisitas yang tinggi. Logam ini dalam dosis tunggal besar mampu menginduksi gangguan saluran pencernaan, sedangkan dalam dosis rendah tetapi berulang kali bisa mengakibatkan gangguan fungsi ginjal. Senyawa kadmium dalam konsentrasi tinggi yang terakumulasi ke dalam tubuh akan menimbulkan beberapa gejala, antara lain: lemah, lesu, sakit kepala, menggigil, berkeringat, nyeri otot dan gangguan alat pencernaan (Widowati, dkk., 2008).
2.6 Spektrofotometri Serapan Atom
Prinsip dasar Spektrofotometri Serapan Atom adalah interaksi antara merupakan metode yang sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini merupakan teknik yang paling umum dipakai untuk analisis unsur yang didasarkan pada emisi dan absorbansi dari uap atom. Komponen kunci pada metode Spektrofotometri Serapan Atom adalah sistem (alat) yang dipakai untuk menghasilkan uap atom dalam sampel (Khopkar, 2008).
Proses yang terjadi ketika dilakukan analisis dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom dengan cara absorbsi yaitu penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat dasar. Atom-atom tersebut menyerap radiasi pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat atom tersebut. Sebagai contoh timbal menyerap radiasi pada panjang gelombang 283,3 nm; kadmium pada 228,8 nm; magnesium pada 285,2 nm; natrium pada 589 nm serta kalium menyerap pada panjang gelombang 766,5 nm. Dengan menyerap energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga suatu atom dalam keadaan dasar dapat ditingkatkan menjadi ke tingkat eksitasi. Dasar analisis ini yaitu dengan mengukur besarnya absorbsi oleh atom analit, maka konsentrasi analit tersebut dapat ditentukan (Gandjar dan Rohman, 2007).
Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), dan pelaksanaannya relatif sederhana (Gandjar dan Rohman, 2007). menggunakan nyala (flame) dan dengan menggunakan pembakaran (graphite
furnace ). Mesin yang menggunakan sistem nyala disebut flame atomic absorption spesctrophotometry, biasanya untuk mengukur logam dalam jumlah
relatif besar (dalam ppm) dan dapat juga digunakan untuk mengukur dalam jumlah yang kecil (ppb) dengan menggunakan alat tambahan berupa alat generasi uap (Darmono, 1995).
Mesin dengan sistem pembakaran atau disebut graphite furnace atomic
absoption spectrophotometry, biasanya lebih sensitif dan alat ini sering disebut Zeman AAS yang dapat mengukur logam sampai ppb. Biasanya larutan yang o
diperlukan hanya 1-100 µ l dengan temperatur pembakaran mencapai 3000 C (pembakaran secara elektrik). Proses atomisasi dengan temperatur tinggi tersebut dapat menyempurnakan proses pengatoman dari larutan sampel (Darmono, 1995).
2.7 Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom
Menurut Gandjar dan Rohman (2007), Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) terdiri dari:
a. Sumber Sinar
Sumber sinar yang digunakan adalah lampu katoda berongga (hallow
cathode lamp) . Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung
suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang dilapisi dengan logam tertentu. Setiap pengukuran harus menggunakan lampu katoda berongga khusus, misalnya akan menentukan konsentrasi tembaga dari suatu Cu akan memancarkan energi radiasi yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom.
b. Tempat Sampel
Dalam analisis dengan Spektrofotometer Serapan Atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral. Ada berbagai macam sumber atomisasi yang digunakan untuk mengubah sampel menjadi uap atom-atomnya, yaitu:
1. Dengan nyala (Flame)
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi bentuk uap atom dan untuk proses atomisasi. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk aerosol. Aerosol biasa dihasilkan oleh nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray). Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk
o
gas asetilen-udara suhunya sebesar 2200
C. Sumber nyala asetilen-udara ini merupakan sumber nyala yang paling banyak digunakan. Pada sumber nyala ini asetilen sebagai bahan pembakar, sedangkan udara sebagai bahan pengoksidasi.
2. Tanpa nyala (Flameless)
Pengatoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil sedikit (hanya beberapa µL), lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi sinar yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif.
Pemanasan tabung ini dilakukan dengan arus listrik yang biasa berlangsung dalam tiga tahap, yaitu pengeringan, pengabuan dan pembakaran cairan sampel masing-masing dengan temperatur 500, 700, 3000ºC. Semua proses tahapan tersebut berjalan secara elektrik dan otomatik yang dikontrol dengan komputer.
c. Monokromator
Monokromator merupakan alat untuk memisahkan radiasi yang tidak diperlukan dari spektrum radiasi lain yang dihasilkan oleh Hallow chatode
lamp dan memilih spektrum sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis.
d. Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka. Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman.
e. Sistem Pengolah (Amplifier)
Sistem pengolah atau Amplifier merupakan suatu alat untuk memperkuat atau Readout.
f. Pencatat hasil (Readout)
Pencatat hasil atau Readout merupakan suatu alat penunjuk atau suatu sistem pencatatan hasil yang berupa hasil pembacaan. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi. Menurut Gandjar dan Rohman (2007), susunan komponen alat Spektrofotometri Serapan Atom dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom
2.8 Gangguan-Gangguan pada Spektrofotometer Serapan Atom
Gangguan-gangguan (interference) yang ada pada Spektrofotometri Serapan Atom adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2007).
Interferensi secara luas dapat dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu interferensi spektral dan interferensi kimia. Interferensi spektral disebabkan yang diukur, karena rendahnya resolusi monokromator. Karena sempitnya garis emisi pada sumber hallow cathode maka interferensi garis spektral atom jarang terjadi. Sedangkan interferensi kimia disebabkan adanya reaksi kimia selama atomisasi, sehingga merubah sifat-sifat absorbs yang dapat dieliminasi dengan temperatur nyala yang tinggi (Khopkar, 2008).
Menurut Gandjar dan Rohman (2007), gangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam spektrofotometri serapan atom sebagai berikut:
1. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala.
2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom di dalam nyala.
3. Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan oleh bukan dari absorbansi atom yang dianalisis, yakni absorbansi oleh molekul-molekul yang tidak terdisosiasi di dalam nyala.
4. Gangguan oleh penyerapan non-atomik terjadi akibat penyerapan cahaya dari sumber sinar yang bukan berasal dari atom-atom yang akan dianalisis atau partikel-partikel pengganggu yang berada di dalam nyala. Cara mengatasi penyerapan non-atomik ini adalah bekerja pada panjang gelombang yang lebih besar.
2.9 Validasi Metode Analisis
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya.
Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis diuraikan dan didefenisikan sebagaimana cara penentuannya yaitu kecermatan, keseksamaan, selektivitas, linearitas dan rentang, batas deteksi dan batas kuantitasi (Harmita, 2004).
a. Kecermatan (akurasi)
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya yang merupakan ukuran ketepatan posedur analisis. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan.
Perolehan kembali dapat ditentukan dengan cara membuat sampel plasebo (eksipien obat, cairan biologis) kemudian ditambahkan analit dengan konsentrasi tertentu (biasanya 80% sampai 120% dari kadar analit yang diperkirakan), kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Tetapi bila tidak memungkinkan membuat sampel plasebo, maka dapat dipakai metode adisi. Metode adisi dapat dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisa dengan metode tersebut.
Kecermatan ditentukan dengan dua cara, yaitu: Metode simulasi
- dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya).
- Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat ditemukan kembali.
Metode penambahan baku
Menurut Ermer (2005), rentang persen perolehan kembali memenuhi syarat jika nilai persen perolehan kembali berada pada rentang 80% -120%.
b. Keseksamaan (presisi)
Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi yang merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukan adanya keseksamaan metode yang dilakukan.
million (ppm) adalah tidak lebih dari 16% dan untuk analit dengan kadar part per billion (ppb) RSDnya adalah tidak lebih dari 32%.
c. Selektivitas (Spesifisitas)
Selektivitas atau spesifisitas adalah suatu metode dengan kemampuan hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang ada di dalam sampel.
d. Linearitas dan rentang
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika, menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang merupakan batas terendah dan batas tertinggi analit yang dapat ditetapkan secara cermat, seksama dan dalam linearitas yang dapat diterima.
e. Batas deteksi (Limit of detection) dan batas kuantitasi (Limit of quantitation)
Batas deteksi atau limit of detection merupakan jumlah terkecil analit yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi atau limit of quantitation merupakan kuantitas terkecil analit yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.