PENYUTRADARAAN FILM MUSIKAL RENA ASIH DE

PENYUTRADARAAN FILM MUSIKAL “RENA ASIH”
DENGAN PENDEKATAN RESITATIF DAN ARIA
PADA UNSUR OPERA
Oleh : Lingga Galih Permadi
ABSTRAK
Indonesia that consists of various tribe having multiform art and culture.
One of the areas that have wealth art valuable is Java. Evidence valuable culture
owned evidenced by quality and quantity of their product. The musical film “Rena
Asih” is the movie musical by digging in the shape of the potential local and
regional arts as a soul in the achievement of the musical, as well as social media
better messenger messages. Social message to be told is about education
allegiance and responsibility requires sacrifice. Musical films is the element
framer namely by elements opera. Some element was recitative and aria.
Recitative has an understanding of the dialogue sung, while the aria is a form of
the song intact. Directing musical films “Rena Asih” by using approach element
recitative and aria on element opera devoted to add value saw a dramatic scenes,
build atmosphere scene, and depiction feeling audience.
Key word : Musical Film, Directing, Recitative, Aria.
Indonesia yang terdiri dari berbagai suku memiliki ragam budaya dan seni.
Salah satu wilayah yang memiliki kekayaan seni yang adiluhung adalah Jawa.
Bukti adiluhungnya budaya yang dimiliki dapat dibuktikan dengan kualitas dan

kuantitas produk keseniannya. Film musikal “Rena Asih” adalah film yang
berbentuk musikal dengan menggali potensi kesenian lokal/ daerah sebagai jiwa
dalam pencapaian musikal, serta sebagai media penyampai pesan sosial. Pesan
sosial yang akan disampaikan adalah tentang edukasi, kesetiaan, dan tanggung
jawab yang membutuhkan pengorbanan. Film musikal memiliki elemen
pembentuk yaitu dengan unsur-unsur opera. Beberapa unsur tersebut adalah
Resitatif dan aria. Resitatif memiliki pemahaman dialog yang dilagukan
sedangkan aria merupakan bentuk lagu utuh. Penyutradaraan film musikal “Rena
Asih” dengan menggunakan pendekatan unsur resitatif dan aria pada unsur opera
ditujukan untuk menambah nilai dramatik adegan, membangun suasana adegan,
serta penggambaran perasaan pemain agar pesan yang disampaikan lebih mudah
diterima oleh penonton.
Kata kunci : Film Musikal, Penyutradaraan, Resitatif, Aria.

1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Film film bergenre musik (musikal) selalu menarik karena menyajikan

pertunjukan yang berbeda dengan film drama lainnya karena mereka tidak hanya
berperan tapi juga mengkombinasi unsur musik, lagu, tari, dan koreografi. Lagulagu dan tarian biasanya mendominasi sepanjang film dan menyatu dengan cerita
(Himawan 2008:hal.18). Film musikal pada masa sekarang berkembang dengan
membawa kesenian dari akar kebudayaan tempat asalnya yaitu Eropa yang
berkaitan erat dengan pertunjukan panggung opera. Pertunjukan seni opera berasal
dari benua Eropa dengan membawa produk-produk kebudayaannya yang
tercermin pada segi cerita dan kesenian yang ditampilkan.
Indonesia yang terdiri dari berbagai suku tentu saja memiliki ragam
budaya dan seni. Salah satu wilayah yang memiliki kekayaan seni yang adiluhung
adalah Jawa. Bukti adiluhungnya budaya yang dimiliki dapat dibuktikan dengan
kualitas dan kuantitas produk keseniannya. Seni pertunjukan Jawa memiliki
kesenian ludruk, ketoprak, wayang, karawitan, macapat, tari remo, kidungan, dan
langen mandrawanara merupakan contoh kecil dari kesenian yang populer. Jika
dikaitkan dengan film musikal barat dan ditinjau dari segi musikalitasnya, budaya
Jawa juga mendunia dengan bukti jawa mempunyai “pusaka” seperti gamelan dan
sekar / tembang yang lahir dan berkembang original dari tanah Jawa.
Dunia anak-anak adalah dunia yang penuh keceriaan, keceriaan tersebut
bemacam-macam bentuknya. Salah satu bentuk keceriaan dunia anak-anak adalah
menyanyi dan menari. Sejak pendidikan taman kanak-kanak pelajaran yang
diajarkan adalah menyanyi, metode menyanyi membuat anak lebih antusias,

menyenangkan dan ringan untuk diterima. Berpijak pada alasan alasan tersebut
film “Rena Asih” dikemas secara musikal dengan menekankan dua unsur teknik
musikal yaitu resitatif (dipahami sebagai gaya bebicara dengan dilagukan) dan
aria (lagu utuh dalam pertunjukan opera).

2

2. TUJUAN
a. Menghadirkan sebuah film musikal dengan mengangkat kesenian lokal
sebagai dasar musikal.
b. Membuat sebuah karya film musikal dengan pendekatan aria dan resitatif
sebagai penambah kesan dramatik.
c. Memberikan tayangan edukatif berupa film edukasi kepada anak anak
dalam mengambil suatu keputusan.

3. TEORI
A. Drama Televisi
Karya seni yang berwujud audio visual memiliki bermacam jenis dan
medianya. Media televisi menjadi contoh media yang memiliki banyak program
dengan dikelompokan secara garis besar menjadi dua, yaitu program berita dan

non berita. Menyinggung bentuk karya yang akan dirancang melalui skenario
“Rena Asih”, drama televisi menjadi format yang tepat untuk diaplikasikan
melalui teori yang telah di kemukakan oleh Naratama.
Drama televisi, memiliki pengertian sebuah format program acara televisi
yang diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dari kisah kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang
digunakan merupakan intepretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam
suatu runtutan cerita dalam sebuah adegan (Naratama 2004: hal.65).
Hal yang dikemukakan oleh naratama tersebut membentuk sebuah sajian
yang akan mampu menghadirkan sebuah realitas bagi penontonnya, dengan
demikian drama televisi merupakan salah satu sarana penyampai pesan. Format
drama televisi yang menghadirkan realitas akan mendukung proses penyampaian
pesan yang lebih mudah dipahami oleh para komunikan.

B. Film Musikal
Film drama memiliki berbagai gaya dalam penyajiannya, gaya-gaya
tersebut tentunya memiliki fungsi masing-masing sesuai dengan gagasan maupun

3

kebutuhan dari seorang sutradara. Film Rena Asih merupakan film dengan cerita

problematika masalah sehari-hari dari keluarga yang kurang mampu dalam
perjuangan hidupnya.

Cerita tersebut sebenarnya klasik dan sudah sering

disajikan dalam sebuah film drama televisi maupun film bioskop. Namun agar
tetap mempunyai ketertarikan tersendiri terhadap cerita tersebut maka akan
dikemas dalam sebuah genre musikal. Film musikal mempunyai daya tarik
tersendiri dalam penyajiannya, karena film musikal penuh akan lagu-lagu dan
tarian.
Film-film bergenre musik (musikal) selalu menarik karena menyajikan
pertunjukan yang berbeda dengan film drama lainnya karena mereka tidak
hanya berperan tapi juga mengkombinasi unsur musik, lagu, tari, dan
koreografi. Lagu-lagu dan tarian biasanya mendominasi sepanjang film
dan menyatu dengan cerita (Himawan 2008:hal.18).
Pernyataan yang dikemukakan Himawan Pratista, film musikal merupakan
bentuk film yang berbeda dari drama yang lain. Banyak unsur unsur seni yang
dikombinasikan. Selain seni peran juga terdapat seni tarik suara, seni musik, seni
tata gerak (koreografi) yang tentunya tidak mudah bagi seorang pemain untuk
dikuasai sekaligus. “Rena Asih” dalam penceritaanya banyak menyinggung dunia

anak anak, maka film musikal merupakan sebuah pilihan yang tepat dalam
penyampaian sebuah informasi. Lagu-lagu yang mendominasi pada film musikal
merupakan penyampai pesan yang dinilai akurat untuk diterima para penonton,
karena lagu merupakan bahasa yang universal dan mudah untuk dipahami oleh
semua orang.

C. Penyutradaraan
Sutradara mempunyai peran sentral

dalam penginterpretasian sebuah

naskah. Seperti yang dikatakan oleh Wurtzel dan Acker dalam buku Naratama
yang menyatakan bahwa seorang sutradara memiliki fungsi estetik serta memiliki
fungsi sebagai transformator ide kedalam bentuk audio visual. Seorang sutradara
mempunyai andil yang sangat besar dari mulai praproduksi, produksi, hingga
pascaproduksi.

4

Sutradara televisi adalah seseorang yang menyutradarai program acara

televisi yang terlibat dalam proses kreatif dari praproduksi hingga
pascaproduksi, baik untuk drama maupun nondrama dengan lokasi di
studio (in-door) maupun alam (out-door), dan menggunakan sistem
produksi single dan/atau multikamera (Naratama 2004: hal.15).
Selain teori yang dikemukakan oleh Naratama, sutradara juga memiliki
fungsi fungsi lain seperti yang dikemukakan Herbelt Zettl seorang penulis buku
Production Television Handbook. Bahwa sutradara memiliki fungsi antara lain
sebagai seniman / artist yang mempunyai gagasan terhadap sebuah pesan yang
akan disampaikan melalui karya, serta bekerja dalam ranah kreatif yang berfungsi
menjadi interpretator dari sebuah naskah menjadi sebuah karya visual. Semua
yang dihadirkan dalam layar dan dampak dari tontonan tersebut menjadi tanggung
jawab penuh dari seorang sutradara.
Zettl mengemukakan beberapa faktor peran sutradara, yaitu Director as
artist (sutradara sebagai seniman), Director as psychologist (sutradara
sebagai psikolog), Director as technical advicer (sutradara sebagai
penasihat teknis) dan Director as coordinator (sutradara sebagai
koordninator) (Naratama 2004:hal.25).
Seorang sutradara sudah pasti menjadi seorang pemimpin didalam sebuah
produksi, dimana akan banyak divisi-divisi yang akan membentuk sebuah
kesatuan. Banyaknya divisi-divisi di dalam sebuah produksi tidak mungkin akan

menjadi

sebuah

harmoni

tanpa

seorang

pemimpin

yang

mampu

mengkoordinasikannya. Hal ini sesuai dengan teori Zettl yang mengemukakan
Director

as


coordinator

(sutradara

sebagai

koordinator).

Hal

yang

dikoordinasikan bukan masalah teknis semata melainkan konsep dan manajerial.
Selain yang diungkap oleh Zettl seorang sutradara juga hendaknya mengerti
elemen visual agar tercipta suatu frame yang komunikatif.
Ada enam unsur visual yang harus diperhatikan, sikap pose (postere),
gerakan anggota badan untuk memperjelas (gesture), perpindahan tempat
(movement), tindakan/perbuatan tertentu (purpose action), ekspresi wajah
(facial expresion), dan hubungan pandang (eye contact) (Askurifai,

2003:hal.23)

5

E. Opera
Sebuah

drama

musikal

tidak

terlepas

dari

teori

opera


dalam

pengaplikasiannya. Perkembangan film masa kini telah banyak dijumpai film
film dengan genre musik yang berasal dari berbagai daerah dan mempunyai
khasnya masing masing. Negara Amerika mempunyai film musikal dengan musik
khas broadway, India memiliki musikal khas lagu dengan lagu dan tarian Indianya
yang ditinjau jika dari teori opera adalah saling terkait. Opera yang didefinisikan
sebagai sandiwara yang di iringi dengan nyanyian / musik memiliki beberapa
bentuk bentuk bagian sebagai pembangun dari musik opera itu sendiri yang terdiri
dari :
-

-

-

Overture : Musik instrumental pembukaan opera. Tujuannya untuk membawa
penonton ke suasana opera.
Resitatif : Memiliki arti “berbicara” dengan lagu. Tujuannya untuk membawa
teks dramatis sebagai inti dari cerita opera. Resitatif tidak memakai suatu
bentuk tertentu seperti lagu. Panjang dan lagu-lagunya tergantung pada
panjang syair.
Aria : Adalah lagu vokal, biasanya dengan iringan orkes dalam bentuk
tertutup, namun lebih besar kepada bentuk lagu. Kelebihan ini tampak dalam
panjangnya lagu maupun mutu komposisi
Chorus : Ungkapan suara orang (secara) masal dan dibawakan oleh paduan
suara.
Ritonello dan musik antar babak : Merupakan musik instrumental ditengah
tengah opera yang dibawakan secara berulang-ulang. Bila sebuah babak opera
dibuka dengan musik instrumental khusus, ini disebut dengan musik antar
babak. (Karl 1996:144)

6

PEMBAHASAN
Konsep penyutradaraan film musikal “Rena Asih” dengan pendekatan
resitatif dan aria pada unsur opera akan dideskripsikan pada pembahasan sebagai
berikut :

A. Interpretasi naskah
Seorang sutradara dalam pembuatan film mempunyai tugas utama salah
satunya yaitu mengintrepretasi naskah kedalam bentuk film. Proses intrepretasi
naskah Rena Asih ialah menjalankan sebuah struktur cerita agar pesan
tersampaikan kepada penonton dengan gaya musikal. Tidak semua scene dikemas
secara musikal melainkan hanya adegan tertentu yang dapat menambah kesan
dramatis. Selain berfungsi menambah kesan dramatis musikalisasi adegan
bertujuan untuk menyampaikan pesan secara lebih menyenangkan dan mudah
dipahami. Film ini bercerita tentang Damar yang ingin membeli kostum sepakbola
namun Ia harus merelakan karena untuk menambah biaya ujian akhir nasional di
sekolahnya. Konflik yang terjadi di scene-scene film tersebut kemudian
didramatisir menggunakan gaya musikal yang terdiri dari aria dan resitatif.
Pemilihan aria maupun resitatif dipilih berdasarkan analisa adegan yang terdapat
pada naskah. Penggunaan aria pada film Rena Asih terdapat empat lagu yang
mempunyai fungsi di masing masing scene diantaranya, lagu sebagai pengantar
pesan kepada penonton yang dilakukan dengan cara menyanyi dengan sesama
pemain, kemudian lagu sebagai pencurahan perasaan hati yang sedang dirasakan
oleh pemain, dan merupakan pembangun suasana yang dirasakan tokoh.

1. Adegan musikal
Penyutradaraan film Rena Asih dengan menggunakan pendekatan musikal
mempunyai fungsi fungsi tersendiri. Fungsi-fungsi tersebut dibuat berdasarkan
pesan yang ingin disampaikan kepada penonton. Rena Asih memiliki lima lagu
yang difungsikan sebagai adegan musikal.

7

1.a. Musikal scene 4a.
Film Rena Asih menggunakan adegan musikal pertama kalinya pada scene
4a. Scene ini menceritakan sepasang sahabat Damar dan Adi ketika selesai
memperoleh nilai try out ujian akhir nasional. Damar ketika itu memperoleh nilai
tertinggi sedangkan Adi mendapat nilai yang jelek. Karena mereka saling
bersahabat Damar berusaha memberikan semangat kepada Adi. Sesuai dengan
konsep yang di susun diawal, bentuk lagu berusaha menggunakan kesenian lokal
sebagai dasar. Maka dari itulah adegan musikal ketika Damar memberikan
semangat kepada Adi diawali dengan menggunakan parikan.

Capture screen 5.19 Adegan Damar menyemangati Adi dengan parikan.
\

Isi parikan tersebut berisikan memberi semangat dengan menyajikan ciri
ciri / sesuatu yang khas dari kesenian parikan jawa timur . Isi dari parikan adalah
sebagai berikut:
Abang abang gendero londo.
Ngetan sithik kuburan mayit.(Cipt. Koesplus)
Ojo susah ojo nelongso.
Lek merengut Rupamu koyok dhemit ....hiiiiii
hahaha.

merah merah bendera belanda
sedikit ketimur kuburan mayat
jangan sedih jangan nelangsa
kalau cemberut muka mu seperti
dhemit (hantu) hiii.. hahaha

Setelah adegan menggunakan parikan dilanjutkan dengan adegan musikal
dengan isi lagu yang tetap memberi semangat kepada Adi, teman lain, maupun
kepada penonton.

8

Capture screen 5.20. Adegan scene musikal di sekolah Damar.

Pesan musikal yang ingin disajikan pada scene ini adalah memberikan
semangat kepada Adi maupun kepada penonton ketika mendapati hal yang
menyedihkan. Pencapaian tersebut memiliki cara-cara yang agar tercapai
tujuannya. Lagu pertama ini dikemas dengan menggunakan pendekatan musikal
dari teori aria dan chorus. Penyertaan chorus (suara yang dilantunkan orang
banyak / koor) memiliki alasan jika yang memberi semangat adalah orang banyak
akan berbeda dengan efeknya jika dilakukan dengan orang satu saja. Isi dari
chorus adalah sebagai berikut :

Abang abang gendero londo. (merah merah bendera belanda).
Ngetan sithik kuburan mayit. (sedikit ketimur kuburan mayat).
Ojo susah ojo nelongso. (jangan sedih jangan nelangsa).
Ngadeg jejeg yo ayo bangkit. (berdiri tegak dan ayo bangkit)

Bagian chorus diatas masih tetap menggunakan nuansa lokal yang
berbentuk parikan dengan isi yang akan disampaikan ialah jangan sedih jangan
nelangsa, berdiri tegak dan ayo bangkit. Kata-kata yang terdapat pada lirik
tersebut mencoba mengajak untuk kembali bersemangat setelah didatangi
kesedihan. Kemudian lagu dilanjutkan dengan lirik sebagai berikut :

Urip kadang soro (hidup kadang sulit)
Iso gawe nelongso (bisa membuat nelangsa)
Tapi jo ngersulo Lek kenyataane bedo (Tapi jangan mengeluh jika tak
sesuai dengan harapan)
Tibo tangi maneh (jatuh, bangun lagi)
9

Kalah tantang maneh (kalah, tantang lagi)
Mrengut mesem meneh (cemberut, senyum lagi)
Terus maju ojo dumeh ( terus hadapi dan jangan sombong)
...
Jer basuki mawa beya.
Sukses iku mesti bandha (sukses itu membutuhkan pengorbanan).
Bandha waktu lan tenogo (modal waktu dan tenaga).
Tapi ojo lali ndungo (tapi jangan lupa berdoa).
1.c. Musikal scene 11 .
Pada scene ke sebelas ini menceritakan petugas listrik yang datang untuk
menagih tunggakan listrik yang belum dibayar ibu Asih. Musikalisasi digunakan
adalah berbentuk resitatif. Bentuk penerapan unsur resitatif ini ditujukan untuk
lebih menambah dramatik suatu adegan. Adegan yang ditunjukkan ketika musikal
adalah beradegan layaknya orang berdebat.

Capture screen 5.21. Adegan scene musikal petugas menagih iuran listrik.

Adegan tersebut tegang namun dikemas secara komedi ditujukan untuk
mengatur suasana selama jalannya film. Scene tersebut dilakukan dengan
pendekatan resitatif agar tecapai suatu pesan bahwa tujuannya adalah mengetahui
permasalahan yang terjadi pada adegan tersebut dan menuju bentuk adegan yang
lebih menyenangkan. Resitatif-nya adalah sebagai berikut :
10

Petugas listrik :
Hei buk, yo’opo iki buk ( hei bu, bagaimana bu)
Wes tanggal sakmene ojo janji ae. (sudah tanggalnya jangan janji terus)
Hei buk, yo’opo iki buk ( hei bu, bagaimana bu)
Wes ping telune lho.. aku moro mrene (sudah ketiga kalinya aku datang
kesini)
Mbok yo ojo kebacut (janganlah terlalu)
Lek ga sanggup tak cabut (jika tidak akan ku cabut)
Gausah pake ribut (tidak usah memakai ribut)
Gausah ting semrawut (tak usah mempersulit)
Aku iki petugas (aku ini petugas)
Mek nglaksanakno tugas (hanya melaksanakan tugas)
Nang aku ojo sambat (jangan mengeluh kepadaku)
Lek ora aku sing dipecat... (jika tidak aku yang dipecat).
Lirik diatas adalah sepenggal lirik resitatif yang dinyanyikan oleh petugas
listrik dengan pesan bahwa petugas listrik sedang menagih uang pembayaran, jika
tidak melunasi maka akan diputus aliran listrik rumah ibu Asih. Lirik tersebut
dinyanyikan secara rap dengan iringan musik hip-hop jawa.

Ibu Asih :
Adududuh cak, paringono ngapuro (aduh mas, berilah maaf )
Saktemene cak, aku durung ono. (sungguh, aku belum ada)
Iki serba barengan, ge bayar sekolahan (ini serba berbarengan, untuk
bayar sekolah)
Digawe sandang pangan ugoooo.. digawe bayar utang (untuk kebutuhan
sandang dan pangan,juga untuk membayar hutang)
Lirik resitatif diatas adalah penggambaran sebagian dialog yang dilakukan
oleh ibu Asih, bahwa Ia sedang tidak mempunyai uang untuk membayar tagihan
listrik. Adegan yang diperankan oleh Ibu Asih tetap mencerminkan mimik yang
tertekan untuk menggambarkan ia sedang bersedih.

11

1.d. Musikal scene 16.
Adegan pada scene 16 menceritakan Ibu Asih yang sedang merenung
sedih dan semakin tertekan. Ibu asih duduk di samping meja dapur mencoba
untuk berdoa kepada tuhan. Ia berdoa agar diberikan sebuah jalan yang terang
untuk masalah yang dihadapi.

Capture screen 5. 22. Adegan scene musikal ibu Asih berdoa di Dapur.

Gambar diatas adalah adegan Ibu Asih ketika Ia berdoa. Adegan berdoa
dikemas dalam aria dinyanyikan oleh Ibu Asih. Lagu yang digunakan pada saat
adegan tersebut ialah menggunakan aria yang berisi satu lagu penuh berbentuk
tembang megatruh. Tembang megatruh disajikan dengan berisikan doa. Berikut
tembang megatruh yang dibawakan Ibu Asih :
Aduh Gusti keparenga amba nyuwun
Pinaring padhange margi
Namung Gusti pitulungku
Kang paring ayom e ati
Pangayom ingkang utama

Oh Tuhan, Ijinkanlah saya memohon
Berilah jalan yang terang
Hanya tuhan penolongku
Yang memberi pelindung hati
Pelindung yang utama.

1.e. Musikal scene 17.
Scene tujuh belas berisikan Damar yang sedang bersedih duduk di gubug
karena bertengkar dengan ibu. Tidak lama kemudian Kirana datang dan
menasehati agar Ia mengerti kondisi dari ibunya yang kesusahan. Musikalisasi
pada scene ini menggunkan aria berbentuk rap hip-hop berisikan permintaan maaf
kepada ibu. Adegan yang dilakukan ketika musikalisasi ialah duduk dengan
merenung dengan sesekali melihat langit.

12

Capture screen 5. 23. Adegan scene musikal Damar di gubug malam hari .

Pencapaian pada scene ini adalah memusikalisasikan adegan permintaan
maaf dari isi hari seorang Damar kepada Ibu. Lirik yang disajikan juga merupakan
lirik meminta maaf dengan mencantumkan pantun di akhir lirik. Lirik dari scene
ini adalah sebagai berikut:
Duh ibu, nyuwun pangapurane ingkang
sa’estu.
Anggen kulo gawe gelaning atimu.
Gawe perih wonten sajeroning dhadha.
Nora becik malah nambahi rekasa.
Laku sak tindak ku, omong sak kecap ku
Kang agawe ranta, ngantos netes waspa
Ananging tuluse, atimu kang suci.
Sepiro nakale ,tep sira tresnani.

Oh ibu, mohon maaf dengan sangat.
Jika aku membuat sakit hatimu.
Membuat luka didalam dada.
Tidak berbuat baik malah menambah susah.
Segala perbuatanku, segala tutur kataku
Yang membuat sakit, hingga menetes air mata
Tetapi tulusnya hatimu yang suci
Senakal apapun tetap kau cintai.

Peteng langite arane mendung.
Angin silir semilir adem rasane.
Martabat ibu wajib dijunjung.
Jo pisan gawe lara atine.
Sekar melati ambune wangi,
Semerbak dadi wewangen bumi.
Aduh ibuku kang tak tresnani,
Anyuwun samudra pangaksami.

Gelapnya lagit bernama mendung,
angin silir semilir sejuk rasanya.
Martabat ibu harus dijunjung,
Jangan sekali membuat sakit hatinya.
Bunga melati berbau wangi
Semerbak menjadi pengharum bumi
Aduh ibuku yang ku cintai
Sungguh ku memohon luasnya maaf dari mu.

13

KESIMPULAN

Film dengan menggali kesenian daerah seperti yang tercermin dalam film
“Rena Asih” ternyata sangat menarik sebagai bahan dasar film musikal. Film ini
memeberikan warna yang berbeda dari film-film musikal yang telah ada
sebelumnya. Kesenian parikan maupun jula-juli mampu menghantarkan pesan
secara menarik kepada penonton. Tembang macapat juga sangat indah jika
dilantunkan pada adegan film musikal. Maka dari itu kesenian-kesenian daerah
mempunyai potensi untuk kembali dimunculkan dalam bentuk lain salah satunya
melalui film.
Unsur aria yang dalam film musikal “Rena Asih” memiliki beberapa
motivasi untuk mendukung jalannya sebuah alur cerita. Fungsi yang tercermin
dalam film tersebut diantaranya sebagai pengikat penonton saat tahap eksposisi
film, sebagai pembangun sebuah suasana, penggambaran sebuah perasaan dari
pemain dan penyampai sebuah pesan kepada penonton. Resitatif sesuai yang
diungkap Karl, bertjuan untuk membawa teks dramatis sebagai inti dari cerita
opera. Teori tersebut dapat dipahami sebagai dialog yang dilagukan. Unsur
resitatif juga memiliki fungsi pada film ini yaitu sebagai peningkat nilai dramatik
dan nilai estetik sebuah adegan. Dengan unsur resitatif dialog dikomposisi
menjadi sebuah lagu sehingga meningkatkan nilai estetika. Kedua unsur ini
(resitatif dan aria) merupakan unsur yang berfungsi sebagai dramatisasi adegan
dan penambah nilai estetik sebuah adegan dalam menyampaikan sebuah pesan.
Jaman modern ini orang tua maupun sekolah-sekolah usia dini lebih
mengutamakan pendidikan formal dengan tuntutan target akademik harus dicapai.
Pendidikan budi pekerti menjadi perbincangan yang usang. Pendidikan seperti
demikian

mempunyai

dampak

yang

sangat

mengkawatirkan

terhadap

perkembangan anak. Film musikal “Rena Asih” dapat menjadi alternatif sebagai
sarana edukasi. Edukasi melalui media film dinilai sangat efektif karena film
mampu menghadirkan realita didalam layar sehingga akan memberi pengalaman
tersendiri bagi penontonnya. Lewat kisah cerita keluarga harmonis diharapkan
dapat memberikan kesan dan contoh tersendiri bagi anak anak.

14

DAFTAR PUSTAKA

Askurifai, Baksin. Membuat film indie itu gampang. Katarsis. Bandung. 2003
Edman, Karl P.S.J. Ilmu Bentuk Musik .Pusat Musik Liturgi . Yogyakarta.
1996.
Himawan, Pratista. Memahami Film. Homerian Pustaka. Yogyakarta. 2008.
Naratama. Menjadi Sutradara Televisi Dengan Single dan Multi Camera,
Grasindo, Jakarta, 2004
Zettl, Herbert. Television Production Handbook. 1993

9.2 Daftar Sumber On Line
http://bps.go.id/ - diakses pada tanggal 5 agustus 2013 pukul 10.35 WIB
http://anakluarbiasa.com/ - diakses pada tanggal 8 Januari 2014 pukul 17.34
WIB
http://filmindonesia.or.id/ - diakses pada tanggal 7 Januari 2014 pukul 16.55
WIB
http://www.yogyes.com/id/ gamelan/html. - diakses pada 6 Februari 2013
pukul 19.54 WIB
http://jogjahiphopfoundation.blogspot/ - diakses pada 26 Maret 2013 pukul
14.00 WIB
http://majalah.tempointeraktif.com/ - diakses pada 22 Februari 2013 pukul
17.50 WIB

15