MAKALAH KEPERA WATAN TENTANG MENSTRUASI

MAKALAH KEPERAWATAN TENTANG MENSTRUASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuh kembang merupakan proses berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterine dan terus
berlangsung sampai dewasa, dalam proses mencapai dewasa inilah anak harus melalui berbagai
tahap tumbuh kembang diantaranya tahap remaja yang merupakan transisi antara masa anak dan
dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh ( growth spurt ), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya
fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih,2004).
Manusia adalah makhluk yang unik dan utuh terdiri dari bio-psiko-sosio-spiritual yang sepanjang
rentang kehidupan akan melalui masa pertumbuhan dan perkembangan yang penuh dengan
stressor dalam perjalanan menuju kematangan, dalam rentang periode menuju kematangan
terdapat satu periode yang merupakan masa pertumbuhan paling cepat selain tahun pertama
kehidupan, dan terjadi perubahan paling besar secara fisik dan psikologis yaitu periode remaja
(adolesen), masa adolesen dapat dipandang sebagai suatu masa dimana individu dalam proses
pertumbuhannya (terutama fisik) telah mencapai kematangan. Periode ini menunjukkan suatu
masa kehidupan dimana kita sulit untuk memandang remaja itu sebagai kanak-kanak, tapi tidak
juga sebagai orang dewasa. Meraka tidak dapat dan tidak mau lagi diperlakukan sebagai kanakkanak, sementara mereka belum mencapai kematangan yang penuh dan tidak dapat dimasukkan
kedalam kategori orang dewasa, dengan kata lain periode ini merupakan periode transisi atau
peralihan dari kehidupan masa kanak-kanak (Childhood) ke masa dewasa (adulthood) (Dadang
S,1996).

Gilmer membagi masa adolesen ini menjadi 3 fase yaitu pre adolesen usia 10-11 tahun, masa
adolesen awal usia 12-16 tahun, masa adolesen akhir usia 17-21 tahun. Masa pre adolesen
ditandai oleh hal-hal sebagai berikut, pertumbuhan fisik berjalan secara cepat bila dibandingkan
dengan masa-masa sebelumnya, mulai mengadakan penyesuaian sosial, mulai
mempertimbangkan nilai-nilai, dan mulai melakukan eksplorasi dalam berbagai hal.(Dadang
S,1996). Murid Sekolah Dasar kelas V dan VI berusia antara 10-12 tahun, termasuk pada masa
pre adolesen, pada usia ini mudah sekali terpapar dengan bermacam-macam informasi yang
berasal dari berbagai sumber
Perubahan-perubahan yang terjadi secara pesat tersebut menimbulkan kebingungan pada diri pre
adolesen, perubahan fisik yang dapat menimbulkan masalah pada pre adolesen adalah peristiwa
menstruasi, perubahan berat badan, pertumbuhan payudara, tumbuhnya bulu/rambut di beberapa
bagian tubuh serta masalah bau badan yang juga berubah. Perubahan fisik pada pre adolesen
mempengaruhi keadaan fisik dan psikologis, meskipun akibatnya biasanya sementara namun
cukup menimbulkan perubahan pada pola perilaku, sikap dan kepribadian, perubahan tersebut
diantaranya adalah pre adolesen biasanya menarik diri, cenderung lebih sensitif seperti mudah
menangis, marah. Pre adolesen yang biasanya sangat yakin pada diri sendiri, sekarang menjadi

kurang percaya diri, dan takut akan kegagalan karena daya tahan fisik menurun, dan kritik yang
bertubi-tubi dari teman-teman sebaya (Hurlock, 2002).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior), perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,2003).
Berdasarkan teori disebutkan bahwa dalam upaya peningkatan peran serta masyarakat,
pengetahuan atau kognitif merupakan ranah yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru,
maka didalam diri seseorang tersebut terjadi proses kesadaran atau pengetahuan terhadap suatu
obyek, minat, penilaian, uji coba hingga akhirnya penerimaan perubahan. Sedangkan L Green
(2003) mengatakan bahwa dalam pendidikan kesehatan ada tiga faktor yang mempengaruhi
perilaku kesehatan seseorang , yaitu : Predisposing Factor (Pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai,
kepercayaan), Enabling Factor (fasilitas atau sarana kesehatan seperti Posyandu, Puskesmas,
Sistem Rujukan, Tenaga Kesehatan, UU/Peraturan Kesehatan), dan Reinforcing Factor (Perilaku
dan sikap petugas kesehatan, Informasi kesehatan dari teman sebaya, Kesibukan orang tua dan
lain-lain).
Bila dikaitkan dengan penelitian, maka dalam upaya peningkatan pengetahuan atau kognitif pre
adolesen tentang menstruasi diharapkan mereka mendapat pengetahuan tsb secara lebih dini baik
yang bersumber dari orang tua, guru, maupun petugas kesehatan agar apabila mengalami
menstruasi siap secara psikologis dan menunjukkan perilaku positif mengenai menstruasi.
Menstruasi adalah tanda bahwa siklus masa subur telah dimulai, menstruasi terjadi saat lapisan
dalam dinding rahim luruh dan keluar dalam bentuk yang dikenal dengan istilah darah

menstruasi. Bingung, gelisah, tidak nyaman adalah beberapa hal yang dialami oleh pre adolesen
saat mendapati dirinya mengalami mens untuk pertama kali, walaupun sudah mendengar tentang
masalah menstruasi sebelumnya hanya saja pengetahuan itu kebanyakan baru didapatkan dari
teman-temannya saja sedangkan orang tua dan guru walaupun sudah pernah membicarakan tapi
masih terbatas pada hal yang bersifat konseptual saja ( Vania, 2005).
Usia saat seorang pre adolesen mulai mendapat menstruasi sangat bervariasi, terdapat
kecenderungan bahwa saat ini peristiwa datangnya menstruasi pertama kali pada usia yang lebih
muda, menurut Siti Haniffah yang merupakan Konselor di Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI) Jawa Barat, dibandingkan zaman dahulu pre adolesen sekarang lebih awal
mendapatkan menstruasi pertama (menarche). Ketika dulu rata-rata mendapatkan menstruasi
awal sekitar umur 15 atau 16 tahun, anak sekarang bisa mendapatkannya pada usia 9 atau bahkan
8 tahun, hal ini disebabkan antara lain berupa stimulus asupan gizi yang semakin baik, bukubuku bacaan dan semakin terbukanya informasi masalah seks, dulu banyak makanan pantangan
dari orang tua, sekarang tidak lagi, stimulus berupa gizi ini besar sekali pengaruhnya dengan
percepatan datangnya menstruasi pada pre adolesen.
Pre adolesen yang tidak mengenal tubuh mereka dan proses menstruasi dapat mengira bahwa
menstruasi merupakan suatu tanda adanya penyakit atau bahkan hukuman bagi tingkah laku

mereka yang buruk, umumnya orang takut melihat darah, apalagi anak-anak, ketidaktahuan dapat
menyebabkan mereka menafsirkan secara keliru, mengaitkan menstruasi sebagai sesuatu yang
memalukan dan kotor, ditambah lagi pada saat-saat awal menstruasi ( menarche ), siklus bulanan

yang terjadi belum teratur datangnya setiap bulan, hal ini tentu saja mendatangkan kebingungan
dan ketakutan bagi pre adolesen tersebut.
Pengetahuan pre adolesen mengenai menstruasi yang didapatkan dari teman-temannya juga
menjadi suatu masalah, karena teman-teman tersebut sama tidak tahu dan mengertinya,
akibatnya semakin menimbulkan persepsi negatif mengenai kesehatan organ reproduksi.
Menurut hasil Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia Tahun 2004. Pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi nampaknya cukup memprihatinkan, ada 86% remaja baik
laki-laki ataupun perempuan yang tidak mengerti kapan terjadinya masa subur.
(SKRRI,BPS,2004) .
Berkaitan dengan tiga faktor yang mempengaruhi perilaku kasehatan seseorang mengenai
menstruasi yaitu Predisposing Factor (Pengetahuan tentang menstruasi, yang sangat
mempengaruhi sikap dalam menghadapi menstruasi,keyakinan tentang perubahan yang terjadi
selama masa pra pubertas, mencakup keyakinan negatif seperti mitos yang berkembang serta
nilai yang dianut dalam masyarakat dimana anak berada), Enabling factor (fasilitas atau sarana
kesehatan seperti : Puskesmas, UU/peraturan kesehatan, Tenaga Kesehatan, Kader kesehatan)
dan Reinforcing factor (Perilaku dan sikap petugas kesehatan dalam memberikan dukungan dan
penyuluhan) (Notoatmodjo, 2003). Dilihat dari Enabling Factor , sudah memadai yaitu adanya
Puskesmas yang memberikan pelayanan yang berkaitan dengan menstruasi yang tercakup dalam
program Kesehatan Reproduksi di sekolah, begitupun Reinforcing Factor , yaitu sikap dan
perilaku tenaga kesehatan dalam memberikan informasi tentang menstruasi dengan

menyelenggarakan penyuluhan secara berkala kepada pre adolesen yang dalam hal ini yaitu
murid Sekolah Dasar , tetapi bila dilihat dari predisposing factor terutama pengetahuan pre
adolesen tentang menstruasi hal ini masih dipertanyakan karena kenyataan masalah menstruasi
masih merupakan hal yang menakutkan bagi mereka, diantaranya mereka belum siap apabila
mendapatkan menstruasi pada tingkat Sekolah Dasar, masih adanya kepercayaan dan keyakinan
yang salah mengenai menstruasi .
Oleh karena itu, paling tidak ada 5 alasan mengapa pendidikan tentang menstruasi perlu
mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari berbagai pihak terkait khususnya bagi tenaga
kesehatan yaitu (1) Saat ini jumlah remaja berusia 10-19 tahun di Indonesia sekitar 22% atau
sekitar 44 juta jiwa, artinya satu dari lima penduduk Indonesia berusia remaja, (2) Pengenalan
fungsi organ reproduksi sangat dibutuhkan oleh pre adolesen, agar mereka dapat secara dini
dipersiapkan menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya. (3) Pentingnya pengelolaan lebih
lanjut menstruasi agar tercipta perilaku seksual yang sehat, (4) Belum adanya kurikulum yang
jelas mengenai pendidikan tentang kesehatan reproduksi di tingkat Sekolah Dasar (5)
Meluruskan mitos yang salah mengenai menstruasi. (SKRRI,BPS,2004)
1.2 Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah penelitian
“Bagaimana Pengetahuan Murid Sekolah Dasar kelas V dan VI tentang Menstruasi di SDN

Panorama 2 Kec Cidadap Bandung”.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mendapat gambaran tentang Pengetahuan murid kelas V dan VI Sekolah Dasar tentang
Menstruasi di SDN Panorama 2 Kec Cidadap Bandung
1.3.2. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1). Untuk memperoleh gambaran pengetahuan murid kelas V dan VI SDN Panorama 2 Kec
Cidadap Bandung tentang pengertian Menstruasi.
2). Untuk memperoleh gambaran pengetahuan murid kelas V dan VI SDN Panorama 2 Kec
Cidadap Bandung tentang penyebab terjadinya Menstruasi.
3). Untuk memperoleh gambaran pengetahuan murid kelas V dan VI di SDN Panorama 2 Kec
Cidadap Bandung tentang pengelolaan pada saat menstruasi.
4). Untuk memperoleh gambaran pengetahuan murid kelas V dan VI di SDN Panorama 2 Kec
Cidadap Bandung mengenai pemahaman terhadap mitos yang salah tentang menstruasi.
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1 Bagi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi perawat komunitas mengenai sejauh
mana pengetahuan murid Sekolah Dasar Kelas V dan VI tentang Menstruasi sehingga dapat
dijadikan acuan dalam merencanakan program kesehatan kepada remaja, guru dan orang tua
mengenai pendidikan kesehatan reproduksi di tingkat Sekolah Dasar.

1.4.2 Bagi Institusi Sekolah
Memberikan informasi tentang pengetahuan Murid Kelas V dan VI Tentang kesehatan
reproduksi pada umumnya dan tentang menstruasi pada khususnya, sehingga penelitian ini dapat
menjadi bahan pertimbangan bagi pihak sekolah dalam menyusun kurikulum pelajaran IPA dan
diharapkan secara dini murid mempersiapkan diri memasuki usia pubertas serta bisa terhindar
dari perilaku reproduksi yang tidak sehat.
1.4.3 Bagi Peneliti Lainnya
Merupakan dasar untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
Pengetahuan murid Sekolah Dasar kelas V dan VI tentang Menstruasi.

1.5. Kerangka Pikir
Menurut Gilmer masa remaja dibagi dalam 3 fase yaitu pre adolesen usia 10-11 tahun, masa
adolesen awal usia 12-16 tahun, masa adolesen akhir usia 17-21 tahun, terjadi perubahan yang
cepat pada masa remaja meliputi perubahan fisik dan psikis yang sangat mempengaruhi proses
tumbuh kembang remaja (Dadang S,1996).
L. Green di dalam buku Notoatmodjo (2003) menjelaskan tentang tiga faktor yang
mempengaruhi dan membentuk perilaku seseorang. Faktor pertama yaitu faktor predisposisi
(predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai dan lainlain. Faktor kedua adalah faktor pendorong (reinforcing factors) yang meliputi perilaku dan sikap
petugas kesehatan, informasi kesehatan dan lain-lain. Sedangkan faktor ketiga yaitu faktor
pendukung (enabling factors) yang meliputi kesediaan fasilitas/sarana kesehatan seperti

puskesmas atau tempat konseling.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan, oleh sebab itu pengetahuan yang adekuat tentang menstruasi
akan mendorong seseorang untuk berperilaku yang positif pula dalam hal menstruasi.
Pre adolesen mengalami banyak sekali perubahan terutama perubahan fisik seperti perubahan
bentuk tubuh dimana payudara mulai membesar, pinggul menjadi lebih lebar, perubahan pada
struktur kulit dan puncaknya dengan datangnya menarche, oleh karena itu pendidikan dan
pengetahuan mengenai menstruasi mutlak diperlukan bagi murid Sekolah Dasar khususnya Kelas
V dan VI agar apabila mengalami menstruasi mereka bisa disiapkan secara dini dan dapat
berperilaku positif dalam menghadapi menstruasi.
Kegiatan penelitian ini sebenarnya tidak lepas dari proses belajar, dimana dalam proses belajar
maka harus terdapat tiga persoalan pokok yaitu persoalan masukan ( input ) yang dalam hal ini
adalah predisposing factor perubahan perilaku, persoalan Proses yang dalam hal ini adalah
pengetahuan tentang Menstruasi itu sendiri, dan persoalan keluaran (Output) yaitu hasil dari
gambaran pengetahuan murid kelas V dan VI SDN Panorama 2 Kec Cidadap Bandung.
1.6. Definisi Konseptual dan operasional
1.6.1. Definisi Konseptual
Pengetahuan adalah kemampuan indra dalam memahami fakta pengalaman realita dunia dan atau
kemampuan untuk mengulangi kembali informasi. Pengetahuan mencakup hal-hal yang kita

peroleh secara formal di bangku pendidikan maupun dari pengalaman dan pergaulan manusia
sebagai anggota masyarakat (Notoatmodjo, 2002).
Menstruasi adalah periode pengeluaran cairan darah dari uterus yang disebabkan oleh rontoknya
endometrium karena penurunan kadar estrogen, progesterone dan LH serta peningkatan kadar
FSH (Hamillton, 1995). Haid pertama (Menarche) biasanya terjadi pada stadium lanjut pubertas

dan sangat bervariasi pada masing-masing individu yaitu rata-rata pada umur 10,5-15,5 tahun
(Soetjiningsih, 2004)

1.6.2.Definisi Operasional
Yang dimaksud dengan Pengetahuan Murid Kelas V dan VI tentang Menstruasi adalah meliputi
sejauh mana anak perempuan di Sekolah Dasar Panorama 2 Kec Cidadap Bandung yang duduk
di Kelas V dan VI mengetahui tentang menstruasi yang meliputi : Pengertian menstruasi,
penyebab terjadinya menstruasi, pengelolaan pada saat menstruasi yang terdiri dari masalah gizi,
Kebersihan, makanan, dan istirahat yang cukup, juga mengenai mitos yang salah tentang
menstruasi, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran pengetahuan Murid
Kelas V dan VI tentang menstruasi sesuai dengan tingkatan pengetahuan yaitu : Baik, Cukup,
dan Kurang.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 PENGETAHUAN
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera
manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba, sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
(Notoatmodjo, 2003)
prose hormon esterogen menyebabkan menstruasi
Siklus Menstruasi Normal
Sikuls menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium (indung telur) dan
siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus folikular dan
siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi (pertumbuhan) dan masa
sekresi.
Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Rahim terdiri dari 3
lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot rehim, terletak di
bagian tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim). Endometrium adalah lapisan yangn
berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut desidua fungsionalis yang

terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai desidua basalis.
Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
1.FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus
untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH2.LH-RH (luteinizing hormone releasing
hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH3.PIH
(prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin
Gambar 2. Siklus Hormonal
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan
folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang
namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi
folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis
mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di
bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH
dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon
gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang
mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah
pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi,
dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH
dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan
progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada
pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen
dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan
pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat
pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.
Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:

1.Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim)
dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling
rendah2.Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi
berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk
mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali.
Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut
ovulasi)3.Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon
progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi
rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)Siklus ovarium :
1.Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang berasal
dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi
(pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 1014 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan2.Fase luteal.
Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata 14
hariSiklus hormonal dan hubungannya
 Siklus menstruasi diregulasi oleh hormon. Luteinizing Hormone (LH) dan FollicleStimulating Hormone (FSH), yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis, mencetuskan
ovulasi dan menstimulus ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron
2.1.2 Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan.
(1). Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke
dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah,kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya.
(2). Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.
(3). Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikansebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,dan sebagainya dalam konteks dan situasi
yang lain.

(4). Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tapi masih dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti, dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan.
(5). Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjuk kepada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat
menyusun,dapat merncanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, tehadap suatu teori
atau rumusan yang telah ada.
(6). Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan engan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu materi atau objek, penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan
seperti diatas.
2.2 Remaja
2.2.1 Pengertian Remaja
Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin Adolescere
yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”, dalam perkembangan lebih
lanjut , istilah adolescence sesungguhnya memilik arti yang luas, mencakup kematangan mental,
emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget yang
mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi
terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya
berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar.
Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif,lebih atau kurang dari usia
pubertas. (Mohamad, A. 2005)
Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas, mereka sudah tidak termasuk golongan
anak-anak, tapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa,
remaja ada diantara anak dan orang dewasa, oleh karena itu remaja seringkali dikenal dengan
fase ”mencari jati diri” atau fase ”topan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan
menfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya (Wong DL,1989). Perkembangan

intelektual yang terus-menerus menyebabkan remaja mencapai tahap berpikir operasional
formal, tahap ini memungkinkan remaja mampu berfikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis,
dan mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya dari pada sekedar melihat apa
adanya, kemampuan intelektual seperti ini yang membedakan fase remaja dari fase-fase
sebelumnya. (Shaw dan Costanzo, 1985 dalam Mohamad Ali, 2005).
Masa adolesen merupakan suatu masa dimana individu berjuang untuk tumbuh dan menjadi
”sesuatu”, menggali serta memahami arti dan makna dari sesuatu yang ada , dalam melakukan
segalanya ini sekalipun mereka didampingi oleh para pendidik dan orang tua yang memberikan
petunjuk serta bimbingan yang diperlukan tapi dalam pelaksanaan merekalah yang paling berat ,
mereka harus berjuang dengan keras untuk merealisasikan dirinya, menemukan dirinya, siapakah
mereka itu sebenarnya, dan akan menjadi apakah mereka kelak dikemudian hari, oleh karena itu
tugas atau beban mereka benar-benar berat, sehingga sering mengalami kesulitan-kesulitan dan
banyak menimbulkan persoalan.(Dadang S,1995)
2.2.2 Tugas perkembangan remaja
Menurut Havighurs (yang dikutip oleh Dadang Sulaiman,1995), setiap periode perkembangan
ada tugas-tugas yang harus diselesaikan dengan baik, tugas perkembangan ini adalah hal-hal
yang harus dipenuhi dan dilakukan oleh remaja yang dipengaruhi oleh harapan sosial, tugas
perkaembangan berisi harapan lingkungan yang merupakan tuntutan bagi remaja dalam
bertingkah laku, adapun tugas perkembangan pada masa remaja adalah sebagai berikut :
(1). Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya baik dengan teman-teman
yang sejenis maupun dengan jenis kelamin yang lain, artinya para remaja memandang gadisgadis sebagai wanita, dan laki-laki sebagai laki-laki, menjadi manusia dewasa diantara
orang0orang dewasa
(2). Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masing-masing, artinya
mempelajari dan menerima peranan masing-masing sesuai dengan ketentuan dan norma
masyarakat
(3). Menerima kenyataan (realitas) jasmaniahnya serta menggunakan dengan efektif dan
perasaan puas.
(4) Mencapai kepuasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, ia tidak kekanakkanakan lagi yang selalu terikat kepada orang tuanya atau orang lain.
(5) Mencapai kebebasan ekonomi, ia merasa sanggup untuk hidup berdasarkan usaha sendiri.
(6) Mempersiapkan karier dan kemandirian secara ekonomi.
(7) Menyiapkan diri (secara fisik dan psikis) dalam menghadapi perkawinan dan kehidupan
keluarga.
(8) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual untuk hidup bermasyarakat dan

untuk masa depan
(9) Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggung jawabkan, artinya ikut
serta dalam kegiatan-kegiatan sosial sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab,
menghormati serta mentaati nilai-nilai sosial yang berlaku dalam lingkungannya, baik regional
maupun nasional
(10) Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakannya dan sebagai
pandangan hidupnya.
2.2.3 Klasifikasi Remaja
Masa remaja atau masa adolesen adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan transisi dari masa anak ke masa dewasa yang
ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dan berlangsung
pada dekade kedua masa kehidupan. Mengenai umur kronologis berapa seorang anak dapat
dikatakan remaja masih terdapat berbagai pendapat. Buku-buku Pediatri mendefinisikan remaja
apabila telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk lakilaki, WHO mendefinisikan remaja bila anak telah mencapai umur 10-19 tahun, menurut Undangundang nomor 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum
mencapai umur 21 tahun dan belum menikah, menurut UU perburuhan anak dianggap telah
mencapai remaja apabila telah berumur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat
tinggal sendiri, menurut UU Perkawinan No 1, 1974 anak sudah dianggap remaja apabila sudah
cukup matang untuk menikah yaitu 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk anak laki-laki,
sedangkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menganggap remaja bila sudah berusia 18
tahun yang sesuai dengan saat lulus dari Sekolah Menengah (Nancy P, 2002)
2.2.4 Fase-fase Masa Adolesen
Dalam Dadang Sulaiman,1995. Witherington membagi masa adolesen ini menjadi dua fase, yaitu
yang disebut “masa remaja awal” atau “pre adolesen” yang berkisar antara usia 12-15 tahun dan
“masa remaja akhir” atau ”late adolesen” yaitu antara usia 15-18 tahun. Pembagian lain
dikemukakan Gilmer sebagai berikut :
Pre adolesen, yaitu antara usia 10-11 tahun
Masa adolsen awal, yaitu antara usia 12-16 tahun
Masa adolesen akhir, yaitu antar usia 17-21 tahun
2.2.5 Perubahan pada masa pre adolesen
Masa pre adolesen ditandai oleh hal-hal sebagai berikut
(1). Pertumbuhan fisik berjalan secara cepat bila dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya,
terutama pertumbuhan tinggi dan berat badan serta perubahan-perubahan secara umum dalam

proporsi dari berbagai bagian tubuh, pada anak wanita masa ini ditandai dengan menstruasi yang
pertama kali (menarche)
(2). Pada periode ini pre adolesen mulai mengadakan penyesuaian sosial, mereka senang hidup
berkelompok, mulai timbul minat terhadap jenis kelamin.
(3).Mulai mempertimbangakan nilai-nilai, dalam tindakannya sering ingin dibenarkan oleh orang
tuanya
(4). Di sekolah mulai mereka banyak melakukan berbagai penyelidikan, mampu untuk
memikirkan hal-hal yang abstrak, bersifat kritis terhadap dirinya maupun terhadap oang lain.
2.2.6 Masa Pre Adolesen Sebagai Masa Peralihan
Pada masa ini berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, yaitu adanya perubahan
hormonal, secara psikologis yaitu adanya perubahan pada aspek kognitif, emosional, kepribadian
dan moral. Secara sosiologis perubahan pada pre adolesen ini dipengaruhi oleh masyarakat , pers
dan media massa, masa ini sering dirasakan sebagai masa yang lebih sulit jika dibandingkan
dengan masa-masa lainnya. Kondisi ini dipengaruhi oleh individu yang mengalami banyak
perubahan dalam dirinya, sehingga selain harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang
dialaminya juga harus mampu beradptasi dengan tuntutan dari lingkungan, pre adolesen sering
dihadapkan pada tuntutan yang terkadang saling bertentangan, baik dari orang tua, guru, teman
sebaya, maupun masyarakat dilingkungan sekitarnya, hal ini sering membuat bingung dan
jengkel.
Adapun peralihan atau masa transisi yang dialami pre adolesen meliputi :
(1). Transisi fisik
Barkaitan dengan perubahan bentuk tubuh, sudah berbeda dengan anak-anak tapi belum
sepenuhnya menampilkan bentuk tubuh orang dewasa. Ini sering dapat menyebabkan
kebingungan bagi remaja, hal ini didukung oleh adanya sikap masyarakat yang kurang konsisten.
(2). Transisi kehidupan ekonomi
Perubahan hormonal dalam tubuh pre adolesen sangat berhubungan erat dengan peningkatan
emosi, pre adolesen sering memperlihatkan ketidakstabilan emosi, sesaat mereka tampak gelisah,
cepat tersinggung, melamun, sedih, tetapi dilain pihak pada saat itu remaja akan
gembira,tertawa-tawa ataupun marah.
(3). Transisi dalam kehidupan sosial.
Lingkungan sosial pre adolesen akan semakin bergeser keluar dari keluarga, dimana lingkungan
teman sebaya mulai memegang peranan penting, pergeseran nilai pada ikatan teman sebaya
merupakan upaya remaja untuk mandiri.

(4). Transisi dalam nilai-nilai moral
Pre adolesen mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianut pada masa kanak-kanak, menuju kepada
nilai yang dianut olah orang dewasa, saat ini remaja mulai meragukan dengan nilai-niali yang
diterima pada masa kanak-kanak dan mulai mencari nilai sendiri.
(5). Transisi dalam pemahaman
Mengalami perkembangan kognitif/berpikir yang pesat sehingga mereka mulai mengembangkan
kemampuan berpikir abstrak, dimana pada masa sebelumnya individu masih berpikir secara
konkrit (apa yang ada dihadapannya).
2.2.7 Karakteristik pre adolesen
Berdasarkan ciri-ciri perkembangannya, maka secara umum pre adolesen memiliki karakter dan
kebutuhan yang berbeda dengan masa-masa yang lainnya, diantaranya memilki rasa ingin tahu
yang besar , rasa ingin tahu ini bisa jadi akan membahayakan karena seringkali melibatkan
beberapa hal yang mendasar dan vital, rasa ingin tahu yang besar ini seringkali dikaitkan dengan
karakteristik remaja lain yaitu kebutuhan akan kemandirian yang mendorong remaja melakukan
tindakan untuk membuktikan rasa ingin tahunya.
Rasa ingin tahu dan kebutuhan akan kemandirian tersebut mendorong pre adolesen kearah
kematangan, akan tetapi jika rasa ingin tahu ini tidak dijaga, dalam batasan tertentu yang tidak
dapat dikuasainya akan membawanya kepada pengetahuan yang sebenarnya secara emosional
belum siap untuk diterima oleh remaja. Oleh sebab itu per adolesen membutuhkan bimbingan
dari yang lebih dewasa. Meskipun kebutuhan ini juga dimiliki oleh individu dalam tahap
perkembangan selanjutnya, namun pada masa remaja ini sangat menonjol dan seringkali menjadi
sumber permasalahan dengan lingkungan, karena lingkungan kurang memahami kebutuhan yang
khas pada remaja.
2.2.8 Tumbuh Kembang fisik Pre adolesen
Yang dimaksud dengan pre adolesen adalah periode dimana masa anak telah lewat dan pubertas
dimulai, pubertas adalah suatu bagian penting dari masa remaja dimana yang lebih ditekankan
adalah proses biologis yang pada akhirnya mengarah pada kemampuan bereproduksi, masa
pubertas adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa dimana terjadi suatu percepatan
pertumbuhan (growth Spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas, dan terjadi
perubahan psikologis yang mencolok, pada fase ini pre adolesen berusaha merespon berbagai
perubahan yang terjadi pada dirinya (Wong D.L, 1995)
Menurut Hurlock (2002) antara usia dua belas dan empat belas terdapat perbedaan yang sangat
menonjol pada pada diri perempuan, anak perempuan menjadi lebih cepat matang dari anak lakilaki, perbedaan ini dicerminkan dalam tubuh yang lebih besar dan perilaku yang lebih matang,
lebih agresif dan lebih sadar diri. Pada anak perempuan sebagai respon terhadap stimulasi Folikel
Stimulating Hormon, ovarium memproduksi estradiol dalam jumlah yang makin lama makin
banyak, perkembangan payudara bergantung pada kadar estradioll serum ini, dimana makin

tinggi kadarnya, payudara makin berkembang ( Nancy P, 2002).

(1). Tinggi
Pada anak perempuan, percepatan tumbuh tinggi biasanya mulai segera setelah thelarche
(mulainya pertumbuhan payudara) dan mencapai puncaknya kira-kira satu tahun kemudian pada
umumnya dicapai pada usia 10-14 tahun.
(2). Berat
Penambahan berat badan pada anak perempuan pre adolesen mencapai 59 persen, pada anak
perempuan setiap tahap perkembangan masa pubertas berhubungan dengan peningkatan dari
lemak tubuh, timbunan lemak yang lebih besar biasanya terdapat pada ekstremitas.
(3). Reproduksi
Indikasi klinis utama bahwa pubertas telah dimulai adalah pembesaran dari ovarium, yang
merupakan “ciri-ciri seks primer” dimana ovarium mulai menjalankan fungsinya sebagai tempat
berkembang dan pelepasan sel telur dari folikel ovarium kira-kira setiap 28 hari, sel telur ini
mulai matang dan memproduksi estrogen yang menyebabkan penebalan dan deferensiasi pada
endometrium sebagai persiapan untuk menstruasi dan kelahiran, sedangkan ciri-ciri seks
sekunder pada anak perempuan adalah perkembangan payudara (thelarche) dimana jaringan
kelenjar di bawah areola mulai membesar sebagai respon terhadap estrogen yang diproduksi oleh
ovarium, bersamaan dengan tumbuhnya rambut pubis, kelenjar apokrin vulva dan aksila mulai
berfungsi yang dikenal dengan body odor atau bau badan. Dengan berkembangnya sel-sel yang
memproduksi mukus yang melapisi uterus, dapat terjadi “leukore fisiologis” yang dianggap
normal sebagai persiapan uterus untuk menstruasi (Nancy P, 2002).
2.3 Menstruasi
2.3.1 Pengertian
Menstruasi adalah pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal
dari dinding rahim wanita (Bobak, 2005), menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai
kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun faktor-faktor kesehatan lain
dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 sampai 16 tahun,
walaupun pada beberapa kasus bisa pada usia yang lebih muda, tergantung pada berbagai faktor,
termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh.
2.3.2 Fisiologi Menstruasi
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap
bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi

hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus,hipopise dan ovarium, pada permulaan daur lapisan
sel rahim mulai berkembang dan menebal, lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin
yang sedang tumbuh bila wanita tersebut hamil, hormon memberi sinyal pada telur di dalam
indung telur untuk mulai berkembang, tak lama kemudian sebuah telur dilepaskan dari indung
telur wanita dan mulai bergerak menuju tuba falopii terus ke rahim, bila telur tidak dibuahi oleh
sperma pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan terpisah
dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina, bila seorang wanita
menjadi hamil menstruasi bulanannya menjadi berhenti, oleh karena itu menghilangnya
menstruasi bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang
hamil. (Uci A, 2005)
2.3.3 Siklus Menstruasi
Pada awalnya pada sebagian besar pre adolesen, menstruasi tidak reguler, tidak dapat diprediksi,
tidak nyeri dan tidak mengandung telur, setelah satu tahun atau lebih, berkembang suatu irama
hipofisis-hipotalamus, ovarium memproduksi estrogen siklik yang adekuat untuk mematangkan
ovum, hari pertama keluarnya rabas menstruasi ditetapkan sebagai hari pertama siklus
menstruasi, lama rata-rata aliran menstruasi adalah lima hari (dengan rentang tiga sampai enam
hari), dan jumlah darah rata-rata yang hilang adalah 50 ml (rentang 20 sampai 80 ml), namun hal
ini sangat bervariasi ( Bobak, 2005).
Siklus menstruasi endometrium terdiri dari empat fase, yakni: Fase menstruasi, fase proliferasi,
fase sekresi, fase iskemik.
Fase Proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari
kelima hingga ovulasi, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-14 siklus 28 hari, atau hari ke18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal dalam sekitar empat
hari atau menjelang perdarahan berhenti, sejak saat ini terjadi penebalan 8 sampai 10 kali lipat
yang berakhir saat ovulasi, fase proliferasi bergantung kapada stimulasi estrogen yang berasal
dari folikel ovarium (Graaf).
Fase Sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi
berikutnya. Setelah ovulasi diproduksi lebih bayak Progesteron, sekarang terlihat endometrium
yang edematosa, vaskular dan fungsional. Pada akhir fase sekresi, endometrium selretorius yang
matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus, endometrium
menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar, tempat yang sesuai untuk melindungi dan
memberi nutrisi ovum yang dibuahi.
Implantasi (nidasi) ovum yang dibuahi terjadi sekitar tujuh sampai sepuluh hari setelah ovulasi,
apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum (badan kuning) yang mensekresi
estrogen dan progesteron menyusut, seiring penurunan kadar estrogen dan progesteron yang
cepat, arteri spiral menjadi spasme. Selama fase iskemi, suplai darah ke endometrium fungsional
berhenti dan terjadi nekrosis, lapisan fungsional berpisah dari lapisan basal dan perdarahan
menstruasi dimulai, menandai hari pertama siklus berikutnya.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan
atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya, sehingga memberi gambaran yang jelas tentang
situasi–situasi di lapangan apa adanya. (Widodo,2005). Melalui metode ini diharapkan dapat
mengetahui gambaran pengetahuan murid kelas V dan VI SDN Panorama 2 Kec Cidadap
Bandung tentang menstruasi
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah objek yang akan menjadi perhatian suatu penelitian (Arikunto,1998) Variabel
adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh
satuan penelitian tentang sesuatu konsep penelitian tertentu (Notoatmodjo, 2002), pada penelitian
ini variabel yang akan diteliti adalah pengetahuan murid kelas V dan VI SDN Panorama 2 Kec
Cidadap Bandung tentang menstruasi.
3.3 Populasi dan sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2002).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah keseluruhan murid perempuan kelas V dan
VI SDN Panorama 2 Kec Cidadap Bandung yang berjumlah 43 orang.
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah total sampling, dimana semua objek dalam populasi diambil seluruhnya untuk
dijadikan sampel (Arikunto, 2002). Metode ini digunakan dengan pertimbangan bahwa objek
penelitian berada pada bagian yang sama yaitu di Kelas V dan VI SDN Panorama 2 Kec Cidadap
Bandung. Selain itu karena jumlah populasi yang sedikit sehingga karakteristik yang dimiliki
dapat diasumsikan sama.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket terstruktur untuk mengukur
pengetahuan. Dan jenis pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan tertutup yang berbentuk
pilihan ganda, dimana responden tinggal memilih jawaban yang tersedia. Jawaban yang benar
diberi nilai 1 (satu) dan jawaban yang salah atau tidak diisi diberi nilai 0 (nol). Pengumpulan
data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan cara membagikan kuesioner kepada responden yang
terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang pengisian kuesioner yang benar.
3.6 Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan siap untuk
mengukur yang hendak diukur (validitas) (Sugiyono, 2003) dan instrumen itu bila digunakan
berkali-kali akan menghasilkan data/hasil yang sama (reliable).
3.5.1 Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana relevansi pertanyaan terhadap apa yang ditanyakan atau apa
yang ingin diukur dalam penelitian. Uji validitas dilakukan untuk menguji ketepatan suatu item
dalam pengukuran instrumennya.
Dalam penelitian ini, karena kondisi data bersifat dikhotomus yang memiliki dua kondisi yaitu
”benar” dan ”salah”, maka validitas instrumen yang digunakan adalah teknik uji korelasi Point
Biserial yang merupakan korelasi antara skor-skor dalam item dengan skor-skor dalam tes yang
dikoreksi dengan dikurangkan dulu dari skor totalnya (Azwar, 2001), sehingga rumus koefisien
validitasnya adalah sebagai berikut:
rpb = Koefisien validitas (korelasi point biserial)
Mi = Rata-rata skor dari subjek-subjek yang menjawab “benar” untuk item yang dicari
korelasinya dengan tes
Mx = Rata-rata skor total
Sx = Standar deviasi skor total
p = Proporsi subjek yang menjawab “benar” item tersebut
Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika
nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,300 (Kaplan dan Saccuzo, 1993).
Dengan demikian, dasar pengambilan keputusan uji validitas ini adalah sebagai berikut :
· Jika r positif, serta r 0,300, maka item pernyataan tersebut valid.
Jika r tidak positif, atau r < 0,300, maka item pernyataan tersebut tidak valid.
Dari hasil pengujian validitas 31 item pertanyaan diperoleh 27 item pernyataan yang valid dan 4
item pernyataan tidak valid, yaitu item 4, 8, 19 dan item 31, kemudian pertanyaan yang tidak
valid tersebut diperbaiki kata-katanya. Setelah itu, dilakukan pengujian kembali sehingga
diperoleh hasil uji validitas seperti yang terdapat pada lampiran. Dari lampiran tersebut terlihat
bahwa semua item pertanyaan telah valid (koefisien validitas lebih dari atau sama dengan 0,300).
Dengan demikian, jumlah item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel
pengetahuan ada 31 item.
3.5.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukuran dari suatu responden

dengan responden lainnya. Dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat di pahami sehingga
tidak menyebabkan beda interpretasi terhadap pertanyaan itu, dan juga dapat diartikan bahwa
apabila kita akan mengadakan penelitian dikemudian hari dengan kajian yang sama, maka akan
menghasilkan suatu nilai yang sama.
Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien Kuder Richardson (KR)-20.
Kuder Richardson (KR)-20 merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengukur tingkat
reliabilitas dengan membelah suatu tes yang berisi item-item menjadi sebanyak jumlah itemnya
dan mengestimasi reliabilitasnya melalui formula alpha yang disesuaikan (Kuder & Richardson,
1937 ). Koefisien Kuder Richardson (KR)-20 adalah rata-rata estimasi reliabilitas dari semua
cara belah dua yang dilakukan. Koefisien ini juga mencerminkan sejauhmana kesetaraan isi
item-item dalam tes (Azwar, 2001). Rumus koefisien Kuder Richardson (KR)-20 adalah sebagai
berikut :
KR-20 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
Vt = varians skor total
p = proporsi subjek yang menjawab betul (skor 1)
q = proporsi subjek yang menjawab salah (skor 0)
Sekumpulan pertanyaan dikatakan reliabel jika koefisien reliabilitasnya lebih dari atau sama
dengan 0,700. (Kaplan dan Saccuzo, 1993). Dengan demikian, dasar pengambilan keputusan uji
reliabilitas ini adalah sebagai berikut :
Jika (KR)-20 positif, serta r 0,700, maka variabel tersebut reliabel.
Jika (KR)-20 tidak positif, atau r < 0,700, maka variabel tersebut tidak reliabel.
Dari hasil pengujian reliabilitas 31 item pertanyaan diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar
0,9. Ini berarti bahwa pertanyaan – pertanyaan tersebut sudah reliabel. Dengan demikian,
instrumen penelitian yang telah dibuat dapat dipercaya dan diakui kebenarannya.
3.7.1 Tahap Persiapan Penelitian
Menentukan topik penelitian, studi kepustakaan, studi pendahuluan, penyusunan proposal dan
instrumen, seminar proposal, permohonan izin penelitian, melakukan uji validitas dan reliabilitas
instrument, serta melakukan perbaikan instrument penelitian.
3.7.2 Tahap pelaksanaan penelitian
Mendapatkan persetujuan dari responden, penyebaran kuesioner, pengumpulan hasil kuesioner,
melakukan pengolahan data dan analisa data, menarik kesimpulan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan data hasil penelitian terhadap 43 responden yang merupakan murid
perempuan kelas V dan VI di SDN Panorama 2 Kec Cidadap Bandung yang diperoleh untuk
mengetahui gambaran mengenai pengetahuan murid kelas V dan VI tentang menstruasi di SDN
Panorama 2 Kec Cidadap Bandung.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner tertutup
dimana jawaban telah disediakan dan responden tinggal memilih alternatif jawaban, kuesioner
ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk menggali pengetahuan responden
mengenai hal tersebut, data penelitian yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis
secara deskriptif kuantitatif, dari hasil penelitian tersebut dilakukan pengkategorian terhadap
pengetahuan tentang menstruasi yang termasuk baik, cukup, atau kurang pada murid kelas V dan
VI di SDN Panorama 2 Kec Cidadap Bandung yang akan diperlihatkan melalui tabel distribusi
frekwensi yang disertai dengan pembahasannya. Adapun hasil pengolahan data secara statistik
disertakan pada bagian lampiran skripsi ini.
4.1 . Hasil Penelitian
4.1.1 Variabel pengetahuan murid kelas V dan VI tentang menstruasi.
Berdasarkan hasil penelitian variabel pengetahuan murid kelas V dan V tentang menstruasi di
SDN Panorama 2 Kec Cidadap dapat diketahui bahwa dari 43 responden, sebagian besar
responden yaitu 23 orang atau (53,49%) pengetahuannya tentang menstruasi tergolong kurang,
sedangkan sebanyak 18 orang responden atau (41,86%) mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang menstruasi dan sebanyak 2 orang atau (4,65%) mempunyai pengetahuan yang baik
mengenai menstruasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bentuk tabel distribusi frekwensi
di bawah ini.
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Variabel Pengetahuan Murid Kelas V dan VI tentang Menstruasi
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 43 orang murid kelas V dan VI tentang menstruasi diatas
terlihat bahwa persentase terbesar pada murid kelas V dan VI adalah yang memiliki pengetahuan
yang kurang tentang menstruasi yaitu sebesar 53% dimana kebanyakan terdapat pada kelompok
murid kelas V, yang kedua adalah kategori cukup yaitu sebesar 42%, dan yang paling kecil
adalah untuk kategori baik yaitu sebesar 5% yang terdapat pada kelompok murid kelas VI. Hal
ini membuktikan bahwa ternyata pengetahuan murid kelas V dan VI tentang menstruasi masih
sangat kurang, sebab jumlah murid yang pengetahuannya baik tentang menstruasi hanya
sebagian kecil saja, hal ini bisa disebabkan oleh masih kurangnya mereka mendapat pendidikan
tentang menstruasi khususnya dari sekolah karena belum adanya kurikulum yang jelas mengenai
pendidikan tentang menstruasi, maupun dari lingkungan sekitarnya berupa informasi yang
mereka dapatkan dari berbagai sumber yang belum menjelaskan secara spesifik mengenai

menstruasi, ataupun dari lembaga yang bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan
tentang menstruasi bagi murid Sekolah Dasar yang dalam hal ini adalah petugas kesehatan,
disamping itu orang tua biasanya mulai memberikan pendidikan tentang menstruasi apabila si
anak sudah mengalami menstruasi saja
Hasil penelitian juga menggambarkan mereka belum memiliki pemahaman yang benar tentang
menstruasi walaupun materi tentang menstruasi telah diberikan oleh guru mereka, tapi dalam
pelaksanaannya belum optimal, materi hanya diberikan dalam satu kali pertemuan dan hanya
terbatas pada murid kelas VI saja, disamping itu belum ada standar yang baku tentang hal
spesifik apa saja yang perlu diketahui oleh murid tersebut, dari pihak puskesmas jug