KEGIATAN PENANGANAN BENCANA GEMPA BUMI UNTUK MASA TANGGAP DARURAT PADA PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN TAHUN ANGGARAN 2009 DI PARIAMAN AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA V PERWAKILAN BPK RI PROVINSI SUMATERA BARAT

  BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEGIATAN PENANGANAN BENCANA GEMPA BUMI UNTUK MASA TANGGAP DARURAT PADA PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN TAHUN ANGGARAN 2009 DI PARIAMAN AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA V PERWAKILAN BPK RI PROVINSI SUMATERA BARAT

  

DAFTAR ISI

HALAMAN DAFTAR ISI

  i

RESUME HASIL PEMERIKSAAN

  iii

BAB I PENDAHULUAN

  2. TUJUAN PEMERIKSAAN

  Prasarana Penanggulangan Bencana yang Memadai

  1. DASAR HUKUM DAN STANDAR PEMERIKSAAN

  37

  32

  29

  25

  Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral untuk Membantu Korban Bencana Gempa Bumi di Kabupaten Padang Pariaman Belum Diterima

  Provinsi Sumatera Barat yang Tidak Melalui Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman 7. Bantuan Uang Sebesar Rp2.000.000.000,00 yang Dijanjikan oleh

  Pada Masyarakat Kabupaten Padang Pariaman Setelah Masa Tanggap Darurat Berakhir 6. Terdapat Penerimaan dan Penyaluran Bantuan Logistik dari Satkorlak PB

  Tidak Tertib 5. Terdapat Bantuan Logistik Penanganan Bencana Yang Belum Disalurkan

  18 4. Penatausahaan Bantuan Logistik Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman

  Minimal Sebesar Rp12.766.110.000,00

  16 3. Penyaluran Uang Lauk Pauk (ULP) Tidak Tertib dan Kurang Dibayarkan

  13 2. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman Belum Memiliki Sarana dan

  1

  Penanggulangan Bencana Daerah Dalam Upaya Penanggulangan Bencana di Wilayahnya

  7 BAB III HASIL PEMERIKSAAN 1. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman Belum Memiliki Badan

  1

  5

  2. GAMBARAN UMUM ORGANISASI

  3

  1. DASAR HUKUM

  2 BAB II GAMBARAN UMUM

  5. JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN

  2

  4. METODOLOGI PEMERIKSAAN

  1

  3. SASARAN PEMERIKSAAN

  3. GAMBARAN UMUM KEGIATAN PEMERIKSAAN

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran I : Daftar Bantuan Logistik yang tidak tercatat pada Satkorlak PB dan Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RESUME HASIL PEMERIKSAAN

  Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi untuk Masa Tanggap Darurat pada Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman TA 2009 dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut: A. Cakupan Pemeriksaan

  Dana bantuan yang diterima Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman sebesar Rp33.994.496.044,00 dengan penggunaan sebesar Rp28.770.944.000,00 atau 84,63%. Dari penggunaan tersebut telah diperiksa secara uji petik sebesar Rp28.770.944.000,00 atau 100%.

  B. Dari pemeriksaan tersebut menghasilkan tujuh temuan dengan nilai sebesar Rp12.766.110.000,00.

  Temuan-temuan tersebut digolongkan dalam masalah penyimpangan terhadap kriteria atau peraturan yang telah ditetapkan sebanyak dua buah, dan penyimpangan yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya sasaran yang ingin dicapai sebanyak lima temuan dengan rincian sebagai berikut:

1. Peyimpangan terhadap kriteria atau ketentuan yang telah ditetapkan: a.

  Penatausahaan bantuan logistik Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman tidak tertib; b. Terdapat penerimaan dan penyaluran bantuan logistik dari Satkorlak PB Provinsi

  Sumatera Barat yang tidak melalui Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman; 2. Penyimpangan yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya sasaran yang ingin dicapai: a.

  Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman belum memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah dalam upaya penanganan bencana di wilayahnya; b. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman belum memiliki sarana dan prasarana penanggulangan bencana yang memadai; c.

  Penyaluran Uang Lauk Pauk tidak tertib dan kurang dibayarkan minimal sebesar Rp12.766.110.000,00; d. Terdapat bantuan logistik penanganan bencana yang belum disalurkan pada masyarakat

  Kabupaten Padang Pariaman setelah masa tanggap darurat berakhir; e. Bantuan uang sebesar Rp2.000.000.000,00 yang dijanjikan oleh Departemen Energi dan

  Sumber Daya Mineral untuk membantu korban bencana gempa bumi di Kabupaten Padang Pariaman belum diterima.

  Untuk meningkatkan nilai manfaat dari laporan ini maka atas berbagai penyimpangan yang dikemukakan, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia telah menyampaikan saran-saran untuk menjadi perhatian dan ditindaklanjuti pihak-pihak terkait, sebagaimana dapat dilihat pada Bab III dari hasil pemeriksaan ini. P a d a n g , J a n u a r i 2 0 1 0 K e p a l a P e r w a k i l a n

  B a d a n P e m e r i k s a K e u a n g a n R I P r o v i n s i S u m a t e r a B a r a t M A U A N A G I N T I N G 4 6 1 1 0 0 5 1 9 8 6 0 2 1 0 0 1

BAB I PENDAHULUAN 1. Dasar Hukum dan Standar Pemeriksaan Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi di Sumatera Barat pada

  masa Tanggap Darurat dilaksanakan berdasarkan: a.

  Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 E, F dan G; b.

  Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; d.

  Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; e. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

  Standar pemeriksaan yang digunakan dalam pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi di Sumatera Barat pada Masa Tanggap Darurat adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

  2. Tujuan Pemeriksaan

  Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi di Sumatera Barat pada Masa Tanggap Darurat bertujuan untuk menilai apakah proses pendanaan dan pengelolaan bantuan penanganan pasca bencana telah dilakukan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

  3. Sasaran Pemeriksaan

  Untuk mencapai tujuan pemeriksaan tersebut, sasaran pemeriksaan diarahkan pada: a. Bagaimana peran dan upaya-upaya yang telah dilakukan Pemerintah Pusat, Pemerintah

  Daerah (Satkorlak dan Satlak) dan instansi terkait dalam penanganan bencana gempa bumi di Sumatera Barat yang dituangkan dalam bentuk kebijakan, peraturan dan ketentuan lainnya serta kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam penanganan bencana pada masa tanggap darurat meliputi penyelamatan korban dan pengelolaan bantuan; b.

  Bagaimana pengelolaan bantuan dilakukan, berapa jumlah bantuan-bantuan yang diterima, jenisnya (uang, makanan, obat-obatan, dan kebutuhan lainnya) dan sumber- sumbernya, pencatatannya, penyimpanannya serta bagaimana pendistribusiannya ke daerah atau korban bencana; c.

  Bagaimana peran serta swasta dalam negeri dan luar negeri dalam penanganan bencana; d.

  Bagaimana kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh perangkat daerah mulai dari kepala daerah nagari-nagari/kecamatan-kecamatan, lurah/desa, RT/RW dalam penaggulangan bencana pada masa tanggap darurat.

  e.

  Bagaimana upaya yang dilakukan berbagai pihak terkait untuk memulihkan segera sarana dan prasarana vital seperti listrik, telekomunikasi, transportasi, dan lain-lain.

  4. Metodologi Pemeriksaan

  Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi di Sumatera Barat pada Masa Tanggap Darurat merupakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) dan bersifat examinasi, yaitu dengan melakukan pengujian yang memadai untuk menyatakan simpulan dengan tingkat keyakinan positif bahwa kegiatan penanganan bencana pada masa tanggap darurat telah memadai. Pemeriksaan atas pelaksanaan penanganan bencana gempa bumi di Sumatera Barat dilakukan secara uji petik atas kegiatan penanganan bencana pada masa tanggap darurat termasuk didalamnya pengelolaan bantuan bencana, terutama kegiatan penerimaan dan penyaluran bantuan uang dan barang di masing-masing Posko yang akan diuji petik yaitu Pemerintah Kota Padang, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, Pemerintah Kota Pariaman dan Pemerintah Kabupaten Agam dengan pertimbangan tingkat kerusakan rumah dan sarana prasarana serta korban meninggal paling besar.

  5. Jangka Waktu Pemeriksaan

  Pemeriksaan dilaksanakan dari tanggal 12 November sampai dengan 11 Desember 2009 berdasarkan Surat Tugas Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 03/ST/V/11/2009 tanggal 5 November 2009.

  

BAB II

GAMBARAN UMUM 1. Dasar Hukum Peraturan yang mendasari kegiatan penanganan bencana gempa bumi di Kabupaten Padang Pariaman adalah: a. Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 360-1394-2009 tanggal 1 Oktober 2009

  tentang Surat Pernyataan Gubernur Sumatera Barat tentang Bencana Alam di Provinsi Sumatera Barat, yang isinya antara lain tentang pernyataan terjadinya Bencana Alam Gempa Bumi dengan kekuatan 7,9 SR dan 6,2 SR pada hari Rabu tanggal 30 September 2009 jam 17.18 WIB yang mencakup 11 daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Barat yaitu: Kota Padang, Kota Pariaman, Kota Padang Panjang, Kota Bukittingi, Kota Solok, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Pasaman, dan Kabupaten Solok yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, harta benda, dan kerusakan fisik sarana serta prasarana umum.

  b.

  Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 360-1390/SK-2009 tanggal 1 Oktober 2009 tentang Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Darurat dan Recovery Penanggulangan Bencana Gempa Bumi di Provinsi Sumatera Barat.

  c.

  Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 360/32/Satkorlak PB-2009 tanggal 3 Oktober 2009 tentang Alokasi Distribusi Bantuan Bencana Alam Gempa Bumi 30 September 2009 di Sumatera Barat, yang isinya menyatakan ketentuan alokasi distribusi bantuan sebagai berikut: 1) : 30%

  Kota Padang 2) : 25%

  Kabupaten Padang Pariaman 3) : 10%

  Kabupaten Agam 4) : 10%

  Kota Pariaman 5) : 10%

  Kabupaten Pesisir Selatan 6) : 15%

  Cadangan atau lain Kab/Kota d. Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 360-1391/SK-2009 tanggal 1 Oktober 2009 tentang Pemberian Bantuan untuk Korban Meninggal Dunia, Bantuan Lauk Pauk, dan

  Bantuan Transportasi bagi Petugas Posko Bencana Alam Gempa Bumi 30 September 2009, yang isinya antara lain tentang kriteria bantuan untuk dampak gempa sebagai berikut: 1)

  Bantuan korban meninggal dunia sebesar Rp2.500.000,00; 2)

  Bantuan biaya perawatan di Rumah Sakit untuk korban luka berat; 3)

  Uang lauk pauk sebesar Rp5.000,00/hari/kk untuk korban rumah rusak berat;

4) Bantuan operasional (transportasi) petugas posko sebesar Rp30.000,00/orang/hari.

  e.

  Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 360-51-2009 tanggal 17 Oktober 2009 tentang Perubahan atas Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 360-1391/SK-2009 tanggal 1 Oktober 2009 tentang Pemberian Bantuan untuk Korban Meninggal Dunia, Bantuan Lauk Pauk, dan Bantuan Transportasi bagi Petugas Posko Bencana Alam Gempa Bumi 30 September 2009, yang isinya menyatakan bahwa: kriteria bantuan untuk dampak gempa dirubah sebagai berikut: 1)

  Bantuan bagi korban yang meninggal dunia sebesar Rp2.500.000,00; 2)

  Bantuan bagi korban yang mengalami luka berat diberikan biaya perawatan selama dirawat di Rumah Sakit; 3)

  Bantuan Uang Lauk Pauk untuk korban yang rumahnya rusak berat sebesar Rp5.000,00 per jiwa dan maksimal 5 jiwa per KK;

  4) Bantuan operasional bagi petugas posko penanggulangan bencana diberikan bantuan transportasi sebesar Rp30.000,00/orang/hari.

  f.

  Surat Keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Barat Nomor 360-459-2009 Tanggal 31 Oktober 2009 tentang Penghentian Pelaksanaan Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana Gempa Bumi di Provinsi Sumatera Barat.

  g.

  Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 03/KEP/BPP/2009 tanggal 1 Oktober 2009 tentang Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi 30 September 2009 dengan masa tanggap darurat terhitung mulai tanggal 1 sampai dengan tanggal 30 Oktober 2009.

  h.

  Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 39/KEP/BPP/2009 tanggal 7 April 2009 tentang Satuan Pelaksana Penanganan Bencana (Satlak PB) Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2009. i.

  Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2008 tanggal 2 Januari 2008 tentang Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana. Selanjutnya untuk mendukung prosedur tetap tersebut, Bupati menerbitkan Surat Keputusan Nomor 03/KEP/BPP/2009 tanggal 1 Oktober 2009 tentang Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi 30 September 2009. j.

  Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2008 tanggal 2 Januari 2008 tentang Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana. k.

  Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 03/KEP/BPP/2009 tanggal 1 Oktober 2009 tentang Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi 30 September 2009 dengan masa tanggap darurat terhitung mulai tanggal 1 sampai dengan tanggal 30 Oktober 2009. l.

  Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 109/KEP/BPP/2009 tanggal 8 Oktober 2009 tentang Bantuan Beras dan Uang Lauk Pauk (ULP) bagi Korban Bencana Gempa

  Bumi tanggal 30 September 2009 di Kabupaten Padang Pariaman. Penerbitan Surat Keputusan diperuntukkan bagi korban bencana gempa 30 September 2009 yang rumahnya rusak berat/total/roboh dengan memberikan bantuan beras sebesar 400 gram dan Uang Lauk Pauk (ULP) sebesar Rp5.000,00 per penduduk/hari selama 6 (enam) hari. m.

  Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 209/KEP/BPP/2009 tanggal 31 Oktober 2009 tentang Pelaksanaan Perpanjangan Kegiatan Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi 30 September 2009 di Kecamatan Patamuan dan V Koto Timur dengan masa tanggap darurat diperpanjang selama 15 hari atau berakhir tanggal 15 November 2009.

  2. Gambaran Umum Organisasi

  Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman belum memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Namun didalam pelaksanaannya, Bupati Padang Pariaman telah membentuk Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) Kabupaten Padang Pariaman yang dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 39/KEP/BPP/2009 tanggal 7 April 2009 tentang Satuan Pelaksana Penanganan Bencana (Satlak PB) Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2009 dengan susunan sebagai berikut:

  a. : Bupati Padang Pariaman Ketua

  b. : Dandim 0308 Padang Pariaman Wakil Ketua I

  c. : Kapolres Kabupaten Padang Pariaman Wakil Ketua II

  d. : Kapolresta Pariaman Wakil Ketua III

  e. : Wakil Bupati Padang Pariaman Ketua Pelaksana Harian f.

  Wakil Ketua Pelaksana Harian I : Assisten I Kabupaten Padang Pariaman g.

  Wakil Ketua Pelaksana Harian II : Assisten II Kabupaten Padang Pariaman

  h. : Kepala Badan Kesbang Pol dan Linmas Sekretaris Pelaksana Harian i.

  Wakil Sekretaris Pelaksana Harian : Kepala Dinsosnakertran j. : Kabag Kesra Setdakab

  Bendahara Pelaksana Harian Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman mempunyai tugas pokok sebagai berikut: 1)

  Merumuskan Prosedur Tetap (Protap) pelaksanaan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi secara langsung di daerah Kabupaten Padang Pariaman. 2)

  Melaksanakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi secara langsung di Kabupaten Padang Pariaman dengan memanfaatkan unsur-unsur potensi kekuatan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi serta penyediaan sarana dan prasarana yang ada. 3)

  Memberikan penyuluhan, pelatihan, geladi dan pembinaan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam pengnanggulangan bencana dan penanganan pengungsi. 4)

  Sebagai unsur informasi dan koordinasi pelaksanaan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi.

  5) Melakukan kerjasama operasional pelaksanaan penanggulangan bencana dan pengungsi dengan Satlak PB terdekat.

  6) Penerimaan dan penyaluran serta pertanggungjawaban bantuan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi di daerah.

  7) Membentuk Ruang Pusat Pengendali Operasi Penanganan Bencana (Rupusdalops PB), sebagai ruang data dan pusat informasi dan pengendalian kegiatan penanggulangan bencana dan pengungsi.

  8) Membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) yang bertugas melakukan pendataan dan membuat perkiraan kebutuhan darurat secara cepat apabila terjadi bencana di wilayahnya.

  9) Membentuk Satuan Tugas Penanganan Bencana (Satgas PB) Kabupaten Padang Pariaman dan Unit Operasional Penanganan Bencana (UOPB) Kecamatan.

10) Melakukan kegiatan lain sesuai petunjuk Gubernur selaku Ketua Satkorlak.

  Untuk mendukung Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana (Protap) Bupati menerbitkan Surat Keputusan Nomor 03/KEP/BPP/2009 tanggal 1 Oktober 2009 tentang Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi 30 September 2009 dengan uraian tugas sebagai berikut: 1)

  Tugas Pokok Posko Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman

  a) Mengaktifkan piket posko bencana sebagai pusat posko bencana dan melakukan kegiatan komunikasi yang efektif dengan Departemen terkait, BNPB, Satkorlak PB Provinsi

  Sumatera Barat dan Posko UOPB Kecamatan, serta Posko Satlinmas Nagari, Satkorlak PB dan Posko UOPB Kecamatan serta Posko Satlinmas Nagari.

  b) Menghimpun dan menerima bantuan natural serta menyalurkannya pada korban bencana.

  c) Menyalurkan dana bantuan Jaminan Lauk Pauk (JLP) dari BNPB kepada korban bencana gempa bumi 30 September 2009.

  d) Mendata jumlah korban dan kebutuhan korban serta mengatur tempat dan sarana pengungsian korban.

  e) Menangani permasalahan bantuan bencana alam untuk Kabupaten Padang Pariaman. 2)

  Tugas pokok Tim Reaksi Cepat (TRC)

  a) Membantu evakuasi korban dan mendirikan tenda-tenda pengungsian.

  b) Mencari informasi awal dan perkiraan kebutuhan darurat yang dibutuhkan.

  c) Menyalurkan logistik dan kebutuhan korban. 3)

  Tugas pokok Unit Operasional Penanganan Bencana (UOPB) Kecamatan

  a) Melakukan pendataan jumlah korban, pengungsi dan kebutuhan logistik darurat serta melaporkannya ke Posko Satlak PB.

  b) Membantu TRC dalam evakuasi korban dan penyaluran bantuan logistik kepada korban.

  c) Melaporkan perkembangan kondisi dilapangan dan jumlah korban yang terkena bencana pada Posko Satlak PB setiap waktu.

  4) Tugas pokok Linmas Nagari

  a) Mendata dan melaporkan jumlah korban kepada UOPB Kecamatan dan Posko Satlak PB.

b) Membantu evakuasi dan penyediaan pengungsian korban.

  c) Memantau perkembangan korban dan melaporkan kebutuhan darurat korban UOPB Kecamatan dan Posko Satkak PB.

  Organisasi Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman didalam pelaksanaannya dibantu oleh para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilingkungan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman yang membawahi bidang-bidang, yaitu bidang keuangan, evakuasi dan keamanan, bantuan sosial dan dapur umum, kesehatan, rehabilitasi dan rekonstruksi, penerangan dan publikasi, komunikasi, perhubungan/transportasi serta dibantu dengan kelompok sekretariat.

  3. Gambaran Umum Kegiatan Pemeriksaan

  Bencana Gempa Bumi di Provinsi Sumatera Barat terjadi pada hari rabu tanggal 30 September 2009 pukul 17.18 WIB melanda beberapa Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Sumatera Barat berkekuatan 7,9 Skala Richter, berlokasi di 0,84 LS

  • – 99,65 BT berpusat (episentrum) di Samudera Hindia 57 km Barat Daya Pariaman dengan kedalaman 71 km. Gempa susulan terjadi pada pukul 17.38 WIB berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR), lokasi di 0,72 LS
  • – 99,94 BT berpusat di Samudera Hindia 22 km Barat Daya Pariaman dengan kedalaman 110 km. Bencana gempa bumi di wilayah Provinsi Sumatera Barat merupakan gempa tektonik yang kerap terjadi yang berdampak korban manusia, kerusakan bangunan, prasarana jalan, jembatan, saluran irigasi maupun prasarana publik lainnya. Pada saat terjadinya bencana Gempa Tektonik yang melanda Wilayah Provinsi Sumatera Barat tersebut, terdapat lima daerah yang mengalami kerusakan terparah, baik kerusakan fisik sarana prasarana maupun korban jiwa. Untuk wilayah Kabupaten Padang Pariaman yang terkena bencana alam gempa terjadi di 17 kecamatan, yaitu Kecamatan Batang Gasan, Sungai Limau, V Koto Kampung Dalam, IV Koto Aur Malintang, Sungai Geringging, V Koto Timur, Patamuan, VII Koto Sei Sarik, 2 x 11 Enam Lingkung, 2 x 11 Kayu Tanam, Sintuk Toboh Gadang, Lubuk Alung, Batang Anai, Nan Sabaris, Ulakan Tapakis, Padang Sago, dan Enam Lingkung. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat bencana gempa tanggal

  30 September 2009 di Kabupaten Padang Pariaman adalah: a.

  Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya.

  1) Korban Jiwa

  Untuk seluruh wilayah Kabupaten Padang Pariaman terdapat 465 jiwa meninggal dunia, 543 jiwa luka berat, 512 luka ringan dan 192 jiwa dinyatakan hilang. 2)

  Fasilitas Rumah penduduk yang rusak sebanyak 91.366 unit terdiri dari rusak berat sebanyak 59.693 unit, rusak sedang sebanyak 16.525 unit dan rusak ringan sebanyak 15.148 unit. Rumah ibadah sebanyak 988 unit terdiri dari rusak berat sebanyak 748 unit, rusak sedang sebanyak 225 unit dan rusak ringan sebanyak 15 unit. Gedung Pemerintah sebanyak 145 unit terdiri dari rusak berat sebanyak 104 unit, rusak sedang sebanyak 32 unit dan rusak ringan sebanyak 9 unit. Gedung sekolah sebanyak 375 unit terdiri dari rusak berat sebanyak 257 unit, rusak sedang sebanyak 87 unit dan rusak ringan sebanyak 31 unit, dan fasilitas umum (jalan, jembatan, irigasi, pasar, dll) sebanyak 191 buah, terdiri dari rusak berat sebanyak 135 buah, rusak sedang sebanyak 33 buah dan rusak ringan sebanyak 23 buah.

  3) Jumlah Pengungsi

  Jumlah pengungsi sebanyak 231 KK di Kecamatan V Koto Timur dan sebanyak 164 KK di Kecamatan Patamuan yang merupakan tiga desa yang mengalami bencana tertimbun tanah longsor pada saat terjadi gempa.

  b.

  Pemberian status keadaan darurat bencana.

  Pada Kabupaten Padang Pariaman, status keadaan bencana disesuaikan dengan status bencana yang diambil oleh Gubernur Provinsi Sumatera Barat dengan menetapkan Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 03/KEP/BPP/2009 tanggal 1 Oktober 2009 tentang Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi 30 September 2009 dengan masa tanggap darurat terhitung mulai tanggal 1 sampai dengan tanggal 30 Oktober 2009.

  c.

  Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.

  Untuk penanganan evakuasi korban gempa dan rumah penduduk, perkantoran dan fasilitas umum dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Padang Pariaman yang hanya memiliki 2 (dua) buah alat berat (excavator) untuk membersihkan jalan yang tertimbun longsor, namun jumlahnya masih kurang memadai untuk menutupi seluruh area yang terkena bencana yang memerlukan evakuasi. Akan tetapi, kekurangan ini dapat diatasi dengan alat bantuan yang datang dari pihak ketiga. Proses evakuasi korban yang tertimpa reruntuhan bangunan dilakukan oleh masyarakat setempat dibantu dengan pihak kecamatan. Keadaan geografis Kabupaten Padang Pariaman cenderung bergelombang dan berbukit sehingga beberapa jalan yang terdapat di beberapa kecamatan terputus karena longsor. Dari korban gempa dan tanah longsor di Kabupaten Padang Pariaman yang masih berada diwilayah pengungsian, yang perlu mendapat perhatian lebih adalah pengungsi dari Kecamatan Patamuan Nagari Lubuk Laweh yang sebagian penduduknya hilang ditelan bencana gempa bumi dan longsor. Sampai dengan pemeriksaan berakhir, untuk Kecamatan Patamuan Nagari Lubuk Laweh, pengungsi masih tinggal di tenda pengungsian.

  d.

  Pemenuhan Kebutuhan Dasar.

1) Pengelolaan Bantuan Keuangan.

  Dalam organisasi Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman telah ditunjuk seorang Bendaharawan yang bertugas menerima, menyimpan dan membukukan seluruh penerimaan dan pengeluaran dana bantuan. Pencatatan penerimaan dan pengeluaran telah dilakukan dengan membuat Buku Kas Umum (BKU) serta penyimpanan dana bantuan ditampung dalam dua rekening yaitu pada Bank Nagari Cabang Padang Pariaman Nomor Rekening 0500.0105.00003-8 An. Bantuan Satkorlak PB Padang Pariaman dan Bank BNI 46 Cabang Pariaman Tengah Nomor Rekening 1216060605 An. Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman. Namun didalam pelaksanaannya masih terdapat sisa dana ULP yang tersimpan pada rekening kecamatan/wali nagari/wali korong dan hingga pemeriksaan berakhir dana tersebut belum disetor ke rekening Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman. Penerimaan dan Penyaluran uang oleh Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman. Jumlah bantuan uang yang diterima dan disalurkan oleh Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman s.d tanggal 9 Desember 2009 sebagai berikut:

  Rp27.071.250.000,00

  • Diterima bantuan ULP (BNPB)

  Realisasi/Penggunaan Rp26.878.710.000,00

  Sisa Bantuan Rp 192.540.000,00

  Rp 6.923.246.044,00

  • Diterima bantuan Masyarakat Realisasi/Penggunaan Rp 1.892.234.000,00

  Sisa Bantuan Rp 5.031.012.000,00

  Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman memberikan bantuan Uang Lauk Pauk (ULP) untuk keluarga yang rumahnya rusak berat dengan jumlah maksimal anggota keluarga lima (5) orang yang berasal dari BNPB sebesar Rp27.071.250.000,00 untuk alokasi rumah rusak berat sebanyak 36.000 KK. Pemberian ULP ini didasarkan kepada data rumah rusak berat. Namun dari hasil laporan verifikasi Satlak PB tanggal 17 Oktober s.d 20 Oktober 2009, jumlah rumah rusak berat untuk ULP tahap I sebanyak 59.693 unit. Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) Kabupaten Padang Pariaman dalam penyaluran Uang Lauk Pauk (ULP) dilakukan secara berjenjang dari Satlak PB ke kecamatan, wali nagari, wali korong langsung diserahkan kepada masyarakat yang terkena gempa yang pada tahap I disalurkan untuk kategori rumah rusak berat, rusak sedang dan rusak ringan selama enam hari. Selanjutnya untuk ULP tahap II dan III sesuai arahan dari Gubernur Provinsi Sumatera Barat selaku Satkorlak PB setelah mendapat arahan dari pihak BNPB, dana tersebut akan disalurkan khusus untuk rumah rusak berat saja, namun hingga pemeriksaan berakhir tanggal 11 Desember 2009, dana ULP tersebut hanya cukup dibayarkan kepada penduduk yang rumahnya rusak berat/total/roboh untuk selama 16 hari karena adanya perubahan data awal rumah rusak berat (data empat hari setelah gempa) yang naik secara signifikan pada minggu kedua dari hasil tim verifikasi hingga mencapai 80% dari data awal yang disampaikan ke BNPB. Atas dasar perubahan data dari tim verifikasi tersebut maka Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman telah melaporkan ke Satkorlak PB untuk mendapat tambahan ULP dari BNPB.

  2) Pengelolaan Bantuan Logistik.

  Penerimaan bantuan logistik dari Satkorlak PB Provinsi Sumatera Barat dikelola oleh Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman dalam hal ini Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) selaku petugas yang bertanggungjawab untuk penerimaan, pencatatan, penyimpanan dan penyaluran bantuan logistik kepada korban bencana gempa bumi.

  Sistem pencatatan penerimaan dan penyaluran logistik yang diterima dari Satkorlak PB Provinsi Sumatera Barat dilaksanakan oleh Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman, baik pencatatan penerimaan dari Satkorlak PB maupun penyaluran logistik ke kecamatan/wali nagari/wali korong belum dilaksanakan secara memadai atau belum tertib. Hal ini mengakibatkan tidak dapat diketahui dengan pasti jumlah bantuan logistik yang diterima maupun yang disalurkan senyatanya. Hal ini terjadi karena kurangnya koordinasi antar pihak baik pada Satkorlak PB maupun Satlak PB dan kondisi di lapangan pada saat gempa yang tidak kondusif pada minggu pertama terjadinya gempa bumi.

  Bantuan barang logistik seperti makanan, pakaian, genset, tenda dan sebagainya yang diterima, langsung didistribusikan oleh Satlak PB melalui posko gudang Kabupaten Padang Pariaman di Kantor Bupati dan Gudang Kantor Dinas Sosial. Khusus untuk genset dan tenda bantuan yang diberikan oleh Pemerintah melalui Satlak, karena sifatnya terbatas, diberikan kebijakan dibagikan kepada kecamatan-kecamatan untuk pendirian shelter (tempat penampungan) sementara berdasarkan permintaan. Untuk Masyarakat pengungsi diberikan terpal sebagai pengganti tenda. Kebutuhan tenda juga dipenuhi dari bantuan pihak ketiga (NGO dan LSM).

  Bantuan logistik yang diterima dari Satkorlak PB Provinsi Sumatera Barat berupa beras, tenda/terpal, sembako, barang sandang dan pangan serta perlengkapan lainnya untuk pemenuhan kebutuhan dasar dan barang-barang tersebut telah disalurkan kepada masyarakat yang terkena bencana pada 17 kecamatan, dengan rincian sebagai berikut:

  Penerimaan Pendistribusian No Jenis Barang Satuan

  1 Genset 246 246 unit

  2 Tenda/Terpal 15,578 15,576 set

  3 Beras 1,758 1,757 ton

  4 Lentera 1,105 1,105 buah

  5 Senter

  

50

50 buah

  6 Selimut 37,029 37,022 lembar

  7 Pakaian Sekolah 2,266 2,266 set

  8 Sembako 6,548 6,548 paket

  9 Sarung 6,563 6,563 lembar

  Penerimaan Pendistribusian No Jenis Barang Satuan

  10 Minyak goring 6,588 6,578 liter

  11 Gula 2,588 2,578 kilogram

  12 Susu 1,247 1,246 dus

  13 Makanan Bayi 3,378 3,377 dus

  14 Mie Instan 22,561 22,560 dus

  15 Air Mineral 14,406 14,381 dus

  16 Panci 220 215 set

  17 Sarden 1,303 1,303 dus

  18 Pakaian Bayi 1,334 1,334 set

  19 Tikar 2,474 2,474 lembar

  20 Karpet 1,210 1,210 lembar Selanjutnya rekapitulasi penerimaan dan pendistribusian yang dapat disajikan adalah jumlah penerimaan logistik sesuai tabel di atas, sedangkan jumlah penerimaan secara keseluruhan menurut jenis/item barang yang diterima tidak dapat disajikan, karena jenis/item barang yang diterima cukup bervariasi dan sulit untuk dinilai besaran satuannya. Bantuan yang berasal dari masyarakat dalam dan luar negeri secara langsung dikoordinasikan oleh BNPB, bantuan Satkorlak PB Sumatera Barat sampai dengan saat ini masih terus mengalir yang kemudian disalurkan kepada korban bencana melalui posko-posko penanggulangan bencana di kecamatan dan nagari.

e) Pelayanan Kesehatan dan Perlindungan terhadap kelompok rentan.

  Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman bertanggung jawab dalam memberikan bantuan pengobatan terhadap korban gempa dan sudah mulai bertugas pada saat malam terjadinya bencana, yaitu dengan membuat posko kesehatan yang dipusatkan pada halaman puskesmas dan letaknya agak jauh dari tepi pantai, untuk menghindari bahaya tsunami. Obat-obatan yang digunakan pada saat terjadinya gempa diambil dari persediaan yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan dan puskesmas-puskesmas.

f) Pemulihan Sarana dan Prasarana vital.

  Untuk kebutuhan listrik, sebagian besar wilayah Kabupaten Padang Pariaman mulai normal pada hari ke tujuh, sedangkan untuk air bersih pihak PDAM mengerahkan mobil- mobil tangki kapasitas 5.000 liter ke daerah-daerah yang terkena bencana sambil terus melakukan perbaikan terhadap saluran air yang pecah atau retak akibat gempa kecuali untuk daerah yang tidak terjangkau oleh mobilisasi pelayanan air bersih PDAM seperti di desa Lubuk Laweh Kecamatan Patamuan pada saat gempa untuk pelayanan air bersih mendapat bantuan dari pihak luar negeri dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Untuk sarana dan prasarana vital, Dinas Pekerjaan Umum bekerjasama dengan Dinas terkait melakukan perbaikan secara darurat. Kendala-kendala yang dihadapi oleh Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman dalam upaya penanggulangan korban bencana gempa bumi adalah sebagai berikut: a.

  Koordinasi di lapangan antara instansi terkait sulit dilakukan karena jaringan telekomunikasi yang terbatas.

  b.

  Jangkauan pelayanan kepada korban bencana yang sulit karena sarana transportasi terbatas dan kondisi geografis yang tidak memungkinkan.

  c.

  Kualitas dan kuantitas bantuan kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi kebutuhan dilapangan.

  d.

  Dukungan anggaran baik yang bersumber dari APBN maupun APBD yang belum memadai untuk mengantisipasi tambahan ULP dan penyediaan alat berat serta perlengkapan lainnya untuk persiapan percepatan penanggulangan bencana bila terjadi gempa bumi berikutnya karena wilayah Kabupatan Padang Pariaman merupakan daerah rawan gempa dan longsor.

BAB III HASIL PEMERIKSAAN 1. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman Belum Memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah Dalam Upaya Penanggulangan Bencana di Wilayahnya Bencana alam adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

  mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

  Sehubungan dengan bencana alam tersebut, perlu dilakukan upaya-upaya untuk penanggulangannya. Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi,dan menyeluruh dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, resiko, dan dampak bencana. Kegiatan penyelenggaraan bencana meliputi tahap pra bencana, saat tanggap darurat, dan pasca bencana. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Tugas penyelenggaraan penanggulangan bencana di tingkat daerah ditangani oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

  Kegiatan penanggulangan bencana yang dilaksanakan sesuai tugas BPBD tersebut antara lain sebagai berikut: a. menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah dan

  Badan Nasional Penanggulangan Bencana terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara; b. menetapkan standardisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan; c. menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana; d. menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana; e. melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada wilayahnya; f. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala daerah setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana; g. mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang; h. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari anggaran pendapatan belanja daerah; dan i. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

  Pembentukan BPBD dimaksudkan agar penanggulangan bencana dilakukan secara terkoordinir, terpadu, cepat, dan tepat dimulai pada saat pra bencana, saat terjadi bencana (tanggap darurat), maupun pasca bencana sehingga penanganan bencana dapat dilakukan lebih efektif dan efisien.

  Hasil pemeriksaan atas dokumen organisasi penanggulangan bencana diketahui bahwa Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman belum membentuk BPBD dalam upaya penanggulangan bencana. Dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman membentuk Satuan Pelaksana Penanganan Bencana (Satlak PB) Kabupaten Padang Pariaman sesuai Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 39/KEP/BPP/2009 tanggal 7 April 2009 dengan menunjuk Bupati Padang Pariaman sebagai Ketua. Pada saat penanggulangan Bencana Gempa Bumi tanggal 30 September 2009, Satlak PB dilebur dalam Tim Penanganan Tanggap Darurat yang dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 3/KEP/BPP/2009 tanggal 1 Oktober 2009 tentang Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi 30 September 2009 Kabupaten Padang Pariaman dengan menunjuk Asisten II sebagai Koordinator Komando dan Pengendali, Wakil Bupati Padang Pariaman sebagai Penanggung jawab, dan Bupati Padang Pariaman sebagai Pengarah.

  Pemeriksaan lebih lanjut atas penanganan penanggulangan bencana pada masa tanggap darurat oleh Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman tersebut diketahui hal-hal sebagai berikut: a.

  Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman telah menyusun Prosedur Tetap (Protap) Penanggulangan Bencana Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2008 berdasarkan Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2008 tanggal 2 Januari 2008. Namun Satlak PB belum sepenuhnya berpedoman pada prosedur kerja sesuai Protap tersebut. Hal ini terlihat dari sistem distribusi logistik yang tidak tertib dan tidak berdasarkan assessment kebutuhan dasar.

  b.

  Protap yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman tersebut hanya membahas secara sederhana penanganan bencana pada masa tanggap darurat dan sistem distribusi logistik. Kegiatan penanggulangan bencana pada masa tanggap darurat masih belum menguraikan secara detail kegiatan yang dilakukan pada masa tanggap darurat sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Sistem distribusi logistik juga belum menyesuaikan dengan Sistem Manajemen Logistik dan Peralatan sesuai Peraturan Kepala BNPB Nomor 13 Tahun 2008 tentang Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatn Penanggulangan Bencana; c. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman belum menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

  Selanjutnya berdasarkan keterangan dari Sekretaris Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Padang Pariaman diketahui bahwa rancangan peraturan daerah tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Padang Pariaman telah diajukan kepada DPRD Kabupaten Padang Pariaman pada tanggal 6 Juli 2009. Sambil menunggu persetujuan Ranperda BPBD oleh DPRD, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman telah menetapkan Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 18 Tahun 2009 tanggal 24 November 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Padang Pariaman. Hingga pemeriksaan berakhir tanggal 11 Desember 2009, rancangan peraturan daerah tersebut belum disetujui oleh DPRD dan BPBD yang dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati tersebut belum berfungsi karena personil untuk mengisi Susunan Organisasi BPBD Kabupaten Padang Pariaman belum ada. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman seharusnya telah membentuk BPBD paling lambat bulan Oktober 2009.

  Hal tersebut tidak sesuai dengan: a. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tanggal 26 April 2007 tentang Penanggulangan

  Bencana: 1)

Pasal 18 ayat (1) yang menyatakan bahwa pemerintah daerah membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah;

  2)

  Pasal 83 yang menyatakan bahwa pada saat berlakunya undang-undang ini, paling lambat 6 (enam) bulan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana sudah terbentuk dan badan penanggulangan bencana daerah paling lambat 1 (satu) tahun sudah terbentuk.

  b.

  Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tanggal 28 Oktober 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah: 1)

  a) Ayat (1), disetiap Provinsi dibentuk BPBD Provinsi dan disetiap Kabupaten/Kota dapat dibentuk BPBD Kabupaten/Kota; b)

  Ayat (2), Pembentukan BPBD Provinsi dan BPBD Kabupaten/Kota ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 2)

  Pasal 35 ayat (1) yang menyatakan bahwa pembentukan BPBD Provinsi dan BPBD Kabupaten/Kota paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini ditetapkan. Hal tersebut mengakibatkan pelaksanaan penanganan penanggulangan bencana oleh Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman kurang efektif, tidak terorganisir, dan terkoordinasi dengan baik. Hal tersebut terjadi karena Bupati Padang Pariaman belum sepenuhnya memahami ketentuan yang berlaku terhadap pentingnya membentuk BPBD dalam upaya penanggulangan bencana alam di wilayahnya.

  Atas permasalahan tersebut Sekretaris Daerah selaku Sekretaris Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman menyatakan bahwa Ranperda tentang struktur organisasi dan pembentukan BPBD telah diajukan kepada DPRD pada tanggal 6 Juni 2009. Namun karena DPRD berada dalam masa transisi, maka pembahasan terhadap Ranperda BPBD belum dapat disidangkan.

  Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka berdasarkan Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 18 Tahun 2009 tanggal 24 November 2009 telah ditetapkan Pembentukan dan Struktur Organisasi BPBD sehingga pada awal 2010, BPBD Kabupaten Padang Pariaman sudah dapat ditetapkan sebagai SKPD.

  BPK RI menyarankan agar Bupati Padang Pariaman segera membentuk BPBD yang didukung dengan SDM, sarana dan prasarana yang memadai, agar lebih optimal dalam penanggulangan bencana.

2. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman Belum Memiliki Sarana dan Prasarana Penanggulangan Bencana yang Memadai

  2 Kabupaten Padang Pariaman tercatat memiliki luas wilayah 1.328,79 km dengan 2 panjang garis pantai 60,50 km . Luas daratan Kabupaten Padang Pariaman setara dengan

  3,15% luas wilayah Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari 17 kecamatan dengan kecamatan 2x11 Kayu Tanam tercatat memiliki wilayah paling luas yakni 2 2 228,7 km dan kecamatan Sintuk Toboh Gadang memiliki luas terkecil yakni 25,56 km .

  Berdasarkan kondisi geografisnya, Kabupaten Padang Pariaman termasuk daerah rawan bencana alam. Jenis bencana alam yang pernah dan berpotensi terjadi di Kabupaten Padang Pariaman antara lain: a.

  Banjir; b. Longsor; c. Tsunami;dan d. Gempa Bumi.

  Guna menghindarkan dan mengurangi kerugian yang sangat besar, maka diperlukan upaya penanggulangan sejak dari pencegahan, mitigasi, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai untuk penanggulangan bencana.

  Penanggulangan bencana merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bersifat preventif, penyelamatan, dan rehabilitatif yang harus diselenggarakan secara koordinatif, komprehensif, serentak, cepat, tepat, dan akurat melibatkan lintas sektor dan lintas wilayah sehingga memerlukan koordinasi berbagai instansi terkait dengan penekanan pada kepedulian publik dan mobilisasi masyarakat.

  Dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman membentuk Satuan Pelaksana Penanganan Bencana (Satlak PB) Kabupaten Padang Pariaman sesuai Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 39/KEP/BPP/2009 tanggal 7 April 2009 dengan menunjuk Bupati Padang Pariaman sebagai ketua. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman telah menyusun Prosedur Tetap (Protap) Penanggulangan Bencana Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2008 berdasarkan Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2008 tanggal 2 Januari 2008 namun Protap tersebut tidak dijadikan pedoman dalam penanggulangan bencana gempa bumi pada tanggal 30 September 2009. Hal tersebut terlihat pada saat penanggulangan Bencana Gempa Bumi tanggal 30 September 2009, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman membentuk Tim Penanganan Tanggap Darurat yang dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 3/KEP/BPP/2009 tanggal 1 Oktober 2009 tentang Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi 30 September 2009 Kabupaten Padang Pariaman dengan menunjuk Asisten II sebagai Koordinator Komando dan Pengendali, Wakil Bupati Padang Pariaman sebagai Penanggung Jawab, dan Bupati Padang Pariaman sebagai Pengarah. Tim Penanganan Tanggap Darurat bergerak berdasarkan bidang-bidang tertentu sesuai Surat Keputusan tersebut.