KAJIAN ZONASI DAN STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI SUAKA PESISIR BATANG GASAN DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN JURNAL

KAJIAN ZONASI DAN STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI SUAKA PESISIR BATANG GASAN DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN JURNAL

  

DEFNITIAFINORA

NPM : 111001812005

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA

  

2016

KAJIAN ZONASI DAN STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI SUAKA PESISIR BATANG GASAN DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN JURNAL

  

Oleh :

DEFNITIAFINORA

NPM : 111001812005 Menyetujui,

  

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Eni Kamal, M.Sc Dr. Ir. Suparno, M.Si

  

KAJIAN ZONASI DAN STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

SUAKA PESISIR BATANG GASAN DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Defnitiafinora, Eni Kamal, Suparno

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan, Pesisir dan Kelautan

  

E-mail: defnitia.f@yahoo.com

ABSTRAK

  Kawasan Konservasi Suaka Pesisir Batang Gasan meliputi kawasan konservasi pesisir terdiri dari wilayah darat mencakup laguna Batang Gasan, sempadan pantai, dan perairan laut di Nagari Gasan dan Nagari Malai V Suku, di Kecamatan Batang Gasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Zonasi Kawasan Suaka Pesisir Batang Gasan Kabupaten Padang Pariaman dan Strategi Pengelolaannya. Kawasan Suaka Pesisir Batang Gasan Kabupaten Padang Pariaman mempunyai luas sekitar 838 Ha, dengan zona inti 100 Ha, dan zona pemanfaatan terbatas 738 Ha. Strategi pengelolaan Kawasan Konservasi Suaka Pesisir Batang Gasan meliputi Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, peningkatan pengawasan sumberdaya pesisir dan laut, pemberdayaan ekonomi nelayan, mitigasi bencana, pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat, meningkatkan sosialisasi penangkaran penyu, peningkatan obyek wisata dan sarana pendukung yang ada, pengadaan kapal dan alat penangkap ikan yang lebih besar, pengembangan budidaya air payau, serta melakukan pengelolaan sumberdaya pesisir antar daerah.

  Kata Kunci: zonasi, strategi, pengelolaan , suaka pesisir

ABSTRACT

The Investigation of Zonation and Strategy in Managing Harborage Conservation Area of

Pesisir Batang Gasan in Padang Pariaman Regent

  

Harborage Conservation Area of Pesisir Batang Gasan encompasses both land area and sea

area. Land area consists of Batang Gasan Lagoon, and Sempadan Beach. Sea area includes

Nagari Gasan and Nagari Malai V Suku in Kecamatan Batang Gasan. The objective of this

study is to analyze the Zonation of Harborage Conservation Area of Batang Gasan and the

strategy in managing it. The wide Harborage Conservation Area of Pesisir Batang Gasan is

838 Ha, 100 Ha core zone, and 738 Ha limited usage zone. Management strategy of

Harborage Conservation Area of Pesisir Batang Gasan includes the community based

tourism development, the excalation of sea and coastal sources supervision, endeavoring

fishermen’s economy, disaster mitigation, the community based coral reef management,

increasing turtles’ cultivation, improving tourism and related facilities, the procurement of

bigger fishing ships, the development of brackish cultivation, and managing coastal sources

between regions.

  Key Words: Zonation, Strategy, Management, Coastal Sources

  PENDAHULUAN Latar Belakang

  Wilayah pesisir merupakan ekosistem sangat produktif yang berfungsi sebagai penopang utama bagi pertumbuhan ekonomi. Lebih dari 55% dari hasil perikanan nasional berasal dari perikanan tangkap di wilayah pesisir. Wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil merupakan wilayah ekosistem yang kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk terumbu karang, mangrove, padang lamun, laguna dan estuari. Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia merupakan rumah bagi 2.500 spesies moluska, 2.000 spesies krustasea, 6 jenis penyu, 30 spesies mamalia laut, dan lebih 2.000 spesies ikan.

  Kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil memerlukan pendekatan manajemen yang lebih spesifik, antara lain karena terkait dengan dinamika ekosistem perairan yang senantiasa bergerak serta karateristik biota perairan yang tidak mengenal pemisahan wewenang maupun batas-batas wilayah administrasi pemerintahan. Disisi lain, efektivitas dan efisiensi pelaksanaan wewenang urusan- urusan pemerintahan dibidang konservasi kawasan perairan dan konservasi jenis ikan berkaitan sangat erat dengan tugas pokok dan fungsi serta kompetensi masing-masing instansi pelaksana mandat. Dalam menimbulkan ketidak efisienan dan ketidak efektifan dalam proses penentuan arah kebijakan konservasi sumberdaya perairan. Jalan tengah ynag perlu dilakukan adalah perumasan pembagian urusan secara lebih jelas agar tercipta keselarasan kerja, baik pada tahap pembuatan kerangka kebijakan dan pengaturan (policy and regulatory

  framework ) maupun pada tahap

  implementasinya.Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu penting dilakukan mengingat banyaknya kegiatan-kegiatan yang dapat diimplementasikan, sehingga perlu dirumuskan sauatu konsep penataan ruang (trategic plan) serta berbagai pilihan objek pembangunan yang serasi.

  Menyadari arti pentingnya visi pengelolaan itu, maka perlu dipelopori perumusan visi bersama seperti terwujudnya pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan yang didukung oleh peningkatan kualitas sumberdaya manusia, penataan dan penegakan hukum, serta penataan ruang untuk terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat.Mengacu pada visi tersebut, maka strategi pengelolaan wilayah pesisir terpadu dan berkelanjutan harus memperhatikan aspek sumberdaya manusia, hukum, tata ruang dan kesejahteraan bersama.

  Kawasan Konservasi Suaka Pesisir lautan seluas ± 684 Ha. Wilayah darat mencakup laguna Batang Gasan dan sepadan pantai seluas ± 49,39 Ha dan luas perairan laut ± 634,61 Ha. Sebagai batasan kawasan digunakan batas alami yaitu wilayah antara muara Batang Gasan dan Muara Batang Sariak sejauh ± 2.889 m dengan batas laut sejauh ± 2.250 m. Kawasan Suaka Pesisir Batang Gasan ini dibatasi oleh koordinat sebagai berikut: Sebelah Barat 99°57´28.44” BT; 00°27´32.4”LS, sebelah Timur 99°59´29.76” BT; 00°27´43.20” LS,sebelah Utara 99°58´24.24” BT; 00°26´37.68” LS dan sebelah Selatan 99°58´36.84” BT; 00°26´37.68” LS.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Zonasi Kawasan Suaka Pesisir Batang Gasan Kabupaten Padang Pariaman dan Strategi Pengelolaan Kawasan Konservasi Suaka Sesisir Batang Gasan Kabupaten padang Pariaman.

  METODE PENELITIAN MetodePengumpulan data

  Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Proses pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara, diskusi dan pengamatan langsung (observasi) di lapangan. Sedangkan data sekunder yaitu data yang dikumpulkan melalui penelitian orang lain atau data resmi dari isntansi lain. Nara sumber dalam penelitian ini adalah pihak-pihak terkait/stakelholder yang berasal dari lokal,yang ada dilokasi penelitian dan akademis serta instansi pemerintah yang terkait pada tingkat Kabupaten, Kecamatan, Kecamatan dan Nagari.

  Pengumpulan data sosial ekonomi dan budaya dengan purposive sampling. Jumlah sampel pada setiap populasi adalah minimal 10% menurut Malo dan Trisnoningtias dalam (Rachmat ,. 1999).

  Responden dalam penelitian ini adalah stakeholder pemanfaat ekosistem pesisir dan laut yang terdiri dari 3 populasi yaitu :

  1. Pegawai Negeri Sipil :(PNS)

  2. Lembaga Pengelola :(UPTD)

  3. Nelayan :(NLY) Survey kondisi sosial ekonomi akan dilaksanakan di 2 nagari. Data sosial ekonomi dan budaya yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.

  Data primer diperoleh melalui wawancara dengan para responden dan narasumber. Narasumber terdiri dari tokoh masyarakat dan pejabat kabupaten, kecamatan dan kelurahan.

  Pendekatan Pengelolaan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau Pulau Kecil

  Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 17 tahun 2008,

  pasal 31 bahwa pola pengelolaan kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil melalui sistem zonasi.

  Dalam wilayah konservasi yaitu membagi ruang atau lahan konservasi sesuai dengan tujuan peruntukannya untuk menghindari konflik pemanfaatan ruang, melindungi ekositem dan melestarikan jenis, dan mengatur pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan. Pembagian ruang yang perlu dilakukan mencakup ruang untuk kegiatan manusia, ruang hidup dan kehidupan hayati, serta ruang keberadaan sumberdaya laut non hayati.

  Sistem zonasi kawasan konservasi terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan terbatas, zona lainnya sesuai dengan karakteristik dan peruntukannya dengan nomenklatur yang mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan No. 17/Men/2008 tentang kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil, yaitu:

  (1) Zona inti sebagaimana dimaksud dalam Permen KP. No. 17/ Men/ 2008 Pasal 31 ayat (2) huruf a, antara lain diperuntukkan: a. Perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan, serta alur migrasi biota laut;

  b. Perlindungan ekosistem pesisir yang unik dan/atau rentan terhadapperubahan;

  c. Perlindungan situs budaya/adat tradisional; d. Penelitian; dan/atau e. Pendidikan. (2) Zona Pemanfaatan terbatas

  Pasal 31 ayat (2) huruf b antara lain diperuntukkan: a. perlindungan habitat dan populasi ikan; b. pariwisata dan rekreasi;

  c. penelitian dan pengembangan; dan/atau d. pendidikan. (3) Zona lainnya merupakan zona diluar zona inti dan zona pemanfaatan terbatas yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu antara lain zona rehabilitasi.

  Analisis Strategi Pengelolaan

  Berdasarkan hasil analisa sebelumnya (kondisi biofisik, kondisi sosial budaya) selanjutnya dilakukan analisa arahan dan strategi kebijakan pengelolaan. Arahan kebijakan pengelolaanKawasan Konservasi Suaka Pesisir Batang Gasan menggunakan analisa SWOT (strength, weakness,

  opportunity dan threat) berdasarkan faktor

  internal dan eksternal yang mempengaruhinya. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategis suatu pengelolaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (stenght) dan peluang (opportunity) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat) (Rangkuti, 2007).

  HASIL DAN PEMBAHASAN Zonasi Suaka Pesisir Batang Gasan

  Kawasan Konservasi Suaka Pesisir Batang Gasan mempunyai luas sekitar 838 Ha yang terdiri dari zona inti seluas 100 Ha dan Pemanfaatan Terbatas seluas 738 Ha.

  Pembagian zona dalam Kawasan Konservasi Suaka Pesisir Batang Gasan ditata kedalam dua zona utama (berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 17 tahun 2008), Zona inti dan pemanfaatan terbatas. Kawasan KonservasiPesisir dan Pulau- Pulau Kecil saat ini statusnya sebagai Suaka Pesisir Batang Gasan dan penetapan statusnya masih pada taraf SK Bupati Kabupaten Padang Pariaman No 2/KEP/BPP-2010 tentang pencadangan Kawasan Konservasi Suaka Alam Perairan Batang Gasan.

  Konsep konservasi laut merupakan suatu daerah dilaut yang ditetapkan untuk melestarikan sumberdaya laut. Didaerah diatur zona-zona untuk mengatur kegiatan yang dapat dan tidak dapat dilakukan, misalnya pelarangan kegiatan seperti penambangan minyak dan gas bumi, perlindungan ikan, biota laut lain dan ekologinya untuk menjamin perlindungan yang lebih baik.

  Untuk melindungi flora, fauna dan mikroorganisme, diperlukan suatu kawasan yang memiliki legalitas kuat, fungsinya dapat dikelola dan dipertahankan scara efektif melalui upaya-upaya yang efisien. Kawasan tersebut termasuk kawasan yang dilindungi (protectedarea).Peta Zonasi Kawasan Konservasi Suaka Pesisir Batang Gasan Kabupaten Padang Pariaman dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.

  Gambar 1.Peta Zonasi Kawasan Konservasi Suaka Pesisir Batang Gasan.

  Luas dan Zonasi Kawasan Konservasi Suaka Pesisir Batang Gasan dapat dilihat pada tabel 1.

  Tabel 1. Luas dan Zonasi Kawasan Konservasi Suaka Pesisir Batang Gasan. Luas Koordinat No Zona Kegiatan (Ha)

  4

  5

  1

  2

  3

  

1 Inti (Gosong Perlindungan mutlak 100 99° 58' 29.967'' BT-0° 27' 26.701''

Kariang) habitat dan populasi LS ikan

  Perlindungan terumbu 99° 58' 9.109'' BT- 0° 27' 46.108'' karang LS Penelitian dan pengembangan Terumbu 99° 58' 32.901'' BT - 0° 28' karang

  13.124'' LS Pendidikan 99° 58' 54.613'' BT - 0° 27' 52.979'' LS

  2 Pemanfaatan Perlindungan habitat 738 99° 58' 32.392'' BT Terbatas (Laut: dan populasi ikan

  • 0° 28' 21.419'' LS Gosong Pariwisata pantai Sirunciang Penelitian dan 99° 58' 18.004'' BT Ketek, Gosong pengembangan
  • 0° 26' 30.823'' LS Penyu, mangrove

  Daratan: Muara Pendidikan 99° 57' 49.202'' BT Sungai Batang Penangkaran dan

  • 0° 26' 2.083'' LS Gasan, Muara Ekowisata Penyu Sungai Sariak, Budidaya air payau 99° 57' 47.664'' BT Laguna Batang - 0° 26' 5.800'' LS Gasan, Mangrove,

  99° 58' 13.367'' BT sempadan pantai

  • 0° 26' 334.167'' LS Nagari Mandaihiling)

  99° 57' 20.867'' BT

  • 0° 27' 24.691'' LS 99° 58' 36.817'' BT
  • 0° 28' 39.03'' LS 99° 59' 30.6'' BT
  • 0° 27' 41.676'' LS 99° 58' 47.898'' BT
  • 0° 27' 9.382'' LS 99° 59' 0.828'' BT
  • 0° 27' 0.661'' LS Total Luas Kawasan Konservasi 838
Zona inti mencakup areal perairan

  

Zona Inti seluas ± 100 Ha dengan batas koordinat

Zona inti, merupakan bagian geografis dapat dilihat pada Tabel 1.

  kawasan yang mutlak dilindungi yang tidak Dalam pengelolaan zona ini harus diperkenankan adanya perubahan apapun mendapat perlindungan yang maksimum, oleh aktifitas manusia. Kriteria fisiknya kegiatan yang dapat dilakukan pada zona antara lain: memiliki jenis biota endemik, inti antara lain : ekosistem khas, merupakan habitat atau

  a. Perlindungan mutlak habitat dan daerah jelajah satwa dilindungi, memiliki populasi ikan, serta alur migrasi jenis biota langka atau dilindungi.Aspek biota laut; utama zona inti ini adalah perlindungan jenis b. Perlindungan ekosistem pesisir flora, fauna, beserta ekosistemnya. yang unik dan/atau rentan terhadap

  Zona Inti dilokasi penelitian rentan perubahan; terhadap perubahan dan hanya dapat c. Perlindungan situs budaya / adat mentolerir sedikit aktifitas manusia.Zona tradisional; inti yang merupakan wilayah terdapatnya d. Penelitian dan pendidikan. terumbu karang di Gosong Kariang.

  Tabel 2.Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan di Zona Inti.

  No Boleh Boleh dengan Perizinan Tidak Boleh

  1. Perlindungan proses ekologis Penelitian terumbu Menggunakan bom, sianida penting seperti penyebaran dan karang dalam kawasan perkembangan larva ikan

  2. Perlindungan ekosisitem Penelitian sumberdaya Menangkap ikan terumbu karang ikan

  

3. Perlindungan jenis ikan Penelitian Oseanografi Mengambil biotadalam zona

inti

  dikembangkan sebagai pusat kegiatan

  Zona Pemanfaatan Terbatas

  ekowisata. Oleh sebab itu di dalam zona Zona pemanfaatan, merupakan zona pemanfaatan diperkenankan adanya yang diperuntukan bagi kegiatan ekowisata, pembangunan fasilitas konstruksi, namun perikanan, dan kegiatan-kegiatan tetap harus memperhatikan konsep serasi dan pemanfaatan lainnya. Kriteria fisiknyaa seimbang dengan alam sekitarnya. antara lain memiliki objek wisata yang

  Zona pemanfaatan dilokasi menarik dan memungkinkan untuk tertentu, tetapi dapat mentolelir berbagai bentuk pemanfaatan oleh masyarakat dan bisa dilakukan beragam kegiatan yang diizinkan dalam suatu kawasan konservasi.

  Penzonasian ditunjukan untuk membatasi tipe-tipe habitat penting untuk perlindungan keanekaragaman hayati dan konservasi sumberdaya sebagaimana sasaran kawasan konservasi di pesisir dan laut.

  

Tabel 3.Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan di Zona pemanfaatan

.

  No Boleh Boleh dengan Perizinan Tidak Boleh

  1. Perlindungan dan pelestarian ekosistem perairan Site pengamatan penyu Menghilangkan fungsi kawasan dan luasan zona

  2. Penelitian pengembangan untuk kepentingan konservasi Menangkap/ mengambil sumberdaya laut seperti ikan, terumbu karang dan biota perairan lainnya yang ada didalam zona pemanfaatan terbatas.

  3. Perlindungan alur migrasi ikan Tambat kapal menggunakan jangkat

  Strategi Pengelolaan Suaka Pesisir Batang Gasan

  Strategi pengelolaan Kawasan Konservasi Suaka Pesisir Batang Gasan ini bertujuan untuk dapat terciptanya komitmen masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman dalam mempertahankan kelestarian sumberdaya alam di Kawasana Konservasi Suaka Pesisir Batang Gasan dan menerapkan pemanfaatan berkelanjutan.

  Identifikasi dan Penilaian Komponen SWOT

  Analisis SWOT (Strength,

  Weakness, Opportunity, Threat ) adalah

  identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi (Rangkuti, 2006). Melalui analisis SWOT dilakukan identifikasi berbagai faktor internal dan eksternal secara sistematik dan kemudian merumuskannya.

  Selanjutnya membandingkan antara faktor eksternal, yakni peluang (opportunity) dan ancaman (threat) dengan faktor internal, yakni kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Dengan pendekatan matrik antara faktor eksternal dan internal dilakukan pembobotan dengan kisaran nilai 0,0 – 1,0. Untuk- unsure peluang dan ancaman nilai rangking 1 – 3, sedangkan pada unsur kekuatan dan kelemahan nilai rangking 3 –

  1. Analisa ini didasarkan asumsi bahwa strategi yang efektif adalah memaksimalkan kekuatan dan kesempatan yang dimiliki serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yang dihadapi. Berdasarkan hasil identifikasi dan penilaian komponen SWOT yaitu faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) melalui nilai bobot, ranting dan skor, maka unsur-unsur dihubungkan keterkaitannya untuk memperoleh beberapa alternatif strategi kajian zonasi kawasan konservasi Suaka Pesisir Batang Gasan. Keterkaitan unsur-unsur tersebut adalah antara kekuatan dan peluang (SO), dan antara kekuatan dan ancaman (ST), kelemahan dan peluang

  (WO), dan antara kelemahan dan ancaman (WT). Nilai skor setiap alternatif kegiatan yang diperioritaskan pertama untuk dilaksanakan dalam pengelolaan kawasan konservasi Suaka Pesisir Batang Gasan dan diikuti oleh strategi alternatif berikutnya sesuai dengan peringkat jumlah nilai skor yang diperoleh.Matriks hasil analisis keterkaitan unsur SWOT disajikan pada tabel 4 dibawah ini.

  

Tabel 4 Matrik Formulasi Arahan Strategi Pengelolaan Kawasan Konservasi Batang

Gasan.

  Faktor Internal KEKUATAN (K) KELEMAHAN (L) Faktor Eksternal

  1. K1. Adanya SK Bupati tentang Penetapan Kawasan Suaka Pesisir Batang Gasan

  2. K2.Kondisi Terumbu karang masih baik

  3. K4.Adanya UPTD penangkaran penyu

  4. K3.Kearifan lokal yang melestarikan ekosistem pesisir L1. Tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat yang masih rendah 1) L2. Tingginya tingkat sedimentasi yang berasal dari muara Batang Gasan dan Muara Batang Sariak

  2) L3. Armada dan alat penangkapan nelayan masih bersifat tradisional 3) L4. Pengelolaan Suaka Pesisir Batang Gasan belum Optimal

PELUANG (P) STRATEGI KP STRATEGI LP

  P1. Pengusulan SK Penetapan Kawasan Konservasi oleh menteri Kelautan dan Perikanan P2. Berkembangnya kawasan wisata pantai dan kuliner. P3. Meningkatnya hasil tangkap nelayan P4. Adanya program pengentasan kemiskinan dari pemerintah

  1. KP1. Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat

  2. KP2. Pengembangan pariwiasata berbasis masyarakat.

  3. KP3. Perlindungan penyu.

  4. KP4. Meningkatkan kualitas SDM dengan memberikan Pendidikan dan Pelatihan LP1. Pemberdayaan ekonomi nelayan.

  LP2. Peningkatan objek wisata yang ada serta sarana pendukung LP3. Pengadaan kapal dan alat penangkapan yang lebih besar. LP4. Pengembangan budidaya air payau.

ANCAMAN (A) STRATEGI KA STRATEGI LA

  3. Bencana alam dikawasan pesisir.

  4. Keterpaduan pengelolaan sumberdaya pesisir antar daerah masih rendah.

  1. Peningkatan pengawasan sumberdaya pesisir dan laut.

  2. Mengadakan penangkarang penyu

  3. Mitigasi bencana

  4. Melakukan pengelolaan sumberdaya pesisir antar daerah .

  1. Meningkatkan mata pencaharian alternative nelayan.

  2. Meningkatkan Sosialisasi pelestarian penyu.

  3. Penyiapan SDM masyarakat yang mampu bersaing.

  4. Membentuk jejaring Kawasan konservasi dengan pemerintah pusat, Provinsi dan Kabupaten

  Beberapa faktor yang menjadi kekuatan (Strength) yang dapat menjadi

  Konservasi Suaka Pesisir Batang Gasan yaitu:

  1. Adanya SK Bupati tentang penetapan

  1. Praktek illegal fishing oleh nelayan luar.

  2. Adanya permintaan pasar telur penyu dari luar daerah.

  0,30 3 0,90

  3. Meningkatnya hasil tangkap nelayan.

  Kode Unsur Internal Bobot Ranting Skor

Kekuatan (Strength) (B) (R)

K1

  

Tabel 5 Bobot, Ranting dan Skoring unsur SWOT Pengelolaan Kawasan Konservasi

Suaka Pesisir Batang Gasan.

  Dari hasil unsur-unsur SWOT diatas, selanjutnya dilakukan pembobotan (nilai) dan ranting terhadap unsur-unsur SWOT berdasarkan tingkat kepentingan. Bobot dikalikan dengan ranting untuk menghasilkan skor. Hasil pembobotan, ranting dan skor terhadap tiap unsur SWOT dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.

  4. Keterpaduan pengelolaan sumberdaya pesisir antar daerah masih rendah.

  3. Bencana alam dikawasan pesisir.

  2. Adanya permintaan pasar telur penyu dari luar daerah.

  Dari identifikasi SWOT terhadap partisipasi masyarakat dan Pemerintah daerah didapatkan beberapa faktor yang menjadi ancaman (Threat) yang perlu dicari pemecahannya, yaitu: 1. Praktek illegal fishing oleh nelayan luar.

  4. Adanya program pengentasan kemiskinan dari pemerintah.

  2. Berkembangnya kawasan wisata pantai dan kuliner.

  2. Kondisi terumbu karang masih baik 3. Adanya UPTD penamgkaran penyu..

  1. Pengusulan SK Penetapan Kawasan Konservasi oleh Menteri Kelautan dan Perikanan.

  Dari identifikasi SWOT terhadap partisipasi masyarakat dan Pemerintah daerah didapatkan beberapa foktor yang menjadi peluang (Opportunity) yang dapat dikembangkan, yaitu:

  4. Pengelolaan SuakaPesisir Batang Gasan belum Optimal.

  3. Armada dan alat penangkapan nelayan masih bersifat tradisional.

  2. Tingginya tingkat sedimentasi yang berasal dari muara Batang Gasan dan Muara Batang Sariak.

  1. Tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat yang masih rendah.

  Dari identifikasi komponen SWOT terhadap partisipasi masyarakat dan Pemerintahan daerah yang telah dilaksanakan dapat teridentifikasi beberapa faktor yang menjadi kelemahan (Weakness) yang perlu mendapat perhatian untuk mengatasinya:

  4. Kearifan local yang melestarikan ekosistem pesisir.

  • Adanya SK Bupati tentang penetapan

  2 0,40 K2 Kondisi terumbu karang masih baik Kode Unsur Internal Bobot Ranting Skor

  • 0,20

  

Kekuatan (Strength) (B) (R)

  0,10 2 0,20 Kearifan lokal yang melestarikan ekosistem pesisir.

  • K4

  Kelemahan (Weakness)

  3 0,60 masyarakat yang masih rendah

  • L1 Tingkat pendapatan dan kesejahteraan 0,20

  2 0,60 berasal dari muara Batang Gasan dan Muara Batang Sariak

  • L2 Tingginya tingkat sedimentasi yang 0,30

  0,20 2 0,40 Armada dan alat tangkap masih bersifat tradisional

  • L3

  0,15 2 0,30 Pengelolaan Suaka Pesisir Batang Gasan belum Optimal.

  • L4

  Kode Unsur Eksternal Bobot Ranting Skor

Peluang (Opportunity) (B) (R)

  0,30 3 0,90 Pengusulan SK Penetapan Kawasan Konservasi oleh Menteri Kelautan dan Perikanan

  • P1

  2 0,40 dan kuliner

  • P2 Berkembangnya kawasan wisata pantai 0,20

  0,15 2 0,30 Meningkatknya hasil tangkap nelayan

  • P3

  0,15 2 0,30 Adanya program pengetasan kemiskinan dari pemerintah

  • P4

  Ancaman (Threat)

  3 0,60

  • A1 Praktek ilegal fishing oleh nelayan luar 0,20

  0,20 2 0,40 Adanya permintaan pasar telur penyu dari luar daerah

  • A2

  0,30 2 0,60 Bencana alam dikawasan pesisir.

  • A3

  0,10 2 0,20 Keterpaduan pengelolaan sumberdaya pesisir antar daerah masih rendah

  • A4

  pengelolaan Kawasan Konservasi Suaka Berdasarkan hasil identifikasi dan

  Pasisir Batang Gasan. Rencana strategis penilaian unsur-unsur hasil analisis pengembangan kawasan Batang Gasan keterkaitan SWOT dapat disusun prioritas dengan menggunakan analisis SWOT dapat strategi pengembangan partisipasi dilihat pada tabel 6 dibawah ini. masyarakat dan pemerintah daerah dalan

  

Tabel 6 Rencana Strategis dalam Analisa SWOT Rencana Pengembangan Kawasan

Suaka Pesisir Batang Gasan.

  

No Strategi Pembobotan Total Prioritas

1 Strategi KP

  

No Strategi Pembobotan Total Prioritas

  1.1 PengelolaanTerumbu Karang Berbasis K1, K2, K4, P2, P3, 2,2

  2 Masyarakat.

  1.2 Pengembangan pariwisata berbasis K1, K2, K3, P1, P2 ,P4 3,4

  1 masyarakat

  1.3 Perlindungan Penyu K3, K4, P2, P4 1,1

  7

   1.4 Meningkatkan kwalitas SDM dengan K3, K4, P2, P3 1,1

  7 memberikan Pendidikan dan Pelatihan

  II Strategi KA

  2.1 Peningkatan pengawasan sumberdaya K1, K4, P1, P2, P3 2,7

  3 pesisir dan laut.

  2.2 Mengadakan penangkaran penyu. K3, K4, P1, P2, P4

  2

  6 Mitigasi bencana.

2.3 Melakukan pengelolaan sumberdaya K1, K4, P1, P3 2,3

  5 2.4 pesisir antar daerah. K1, K4, P1,

  2

  6 III Strategi LP

  3.1 Pemberdayaan ekonomi nelayan L1, L2, L3, P2, P3, P4 2,5

  4

  3.2 Peningkatan obyek wisata dan sarana L4, P1, P2, P4 1,9

  8 pendukung yang ada. Pengadaan kapal dan alat penangkap ikan yang lebih besar. L1, L3, P3, P4 1,6

  9

   3.3 Pengembangan budidaya air payau.

   3.4 L1, L4, P2 1,3

  10 IV StrategiLA

  4.1 Meningkatkan mata pencaharian L1, L3, L4, A1, A3, A4 2,5

  4 alternatif nelayan.

  4.2 Meningkatkan sosialisasi pelestarian L1, L4, A2, A3, A4 2,1

  5 penyu.

4.3 Persiapan SDM masyarakat yang mampu L1, L3, A1, A3 2,2

  2 bersaing. Membentuk jejaring Kawasan L4, A3, A4 1,1

  7 Konservasi dengan pemerintah pusat,

  4.4 provinsi, dan kabupaten.

  pengurangan waktu kelemahan dari

  Prioritas Strategi Pengelolaan Kawasan

  pelaksanaan pengembangan partisipasi

  Konservasi Suaka Pesisir Batang Gasan

  Strategi pengembangan dihasilkan dengan memanfaatkan peluang yang ada dari penggunaan unsur-unsur kekuatan (WO) dan pengurangan kelemahan yang ada pelaksanaan strategi pengembangan untuk menghadapi ancaman yang akan partisipasi yang telah dijalankan untuk datang (WT). meraih peluang yang ada (SO), penggunaan Penentuan prioritas arahan strategi kekuatan yang ada untuk menghadapi pengembangan partisipasi masyarakat, dari keterkaiatan antara unsur-unsur SWOT Ranking prioritas strategi yang terdapat dalam suatu alternative pengelolaan Kawasan Konservasi Suaka strategi. Jumlah skor tersebut Pesisir Batang Gasan dapat dilihat pada tabel akanmenentukan rangking prioritas alternatif 7dibawah ini. arahan strategi pengembangan dalam pengelolaan Kawasan Konservasi Suaka Pesisir Batang Gasan.

  

Tabel 7 Rangking Prioritas Strategi Pengelolaan Kawasan Konservasi Suaka Pesisir

Batang Gasan.

  No Unsur Skor Rank

  1 Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat 3,4

  1

  2 Peningkatan pengawasan sumberdaya pesisir da laut 2,7

  2

  3 Pemberdayaan ekonomi nelayan 2,5

  3

  4 Mitigasi bencana 2,3

  4

  5 Pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat. 2,2

  5 6 Meningkatkan sosialisasi penangkaran penyu.

  2

  6

  7 Peningkatan obyek wisata dan sarana pendukung yang ada. 1,9

  7

  8 Pengadaan kapal dan alat penangkap ikan yang lebih besar 1,6

  8

  9 Pengembangan budidaya air payau 1,3

  9

  10 Melakukan pengelolaan sumberdaya pesisir antar daerah. 1,1

  10

  masyarakat, peningkatan pengawasan Hasil rangking prioritas secara sumberdaya pesisir dan laut, umum diperoleh 10 (sepuluh) strategi pemberdayaan ekonomi nelayan, mitigasi pengembangan partisipasi masyarakat dalam bencana, pengelolaan terumbu karang pengelolaan kawasan konservasi suaka berbasis masyarakat, meningkatkan pesisir Batang Gasan di Kecamatan Batang sosialisasi penangkaran penyu, Gasan peningkatan obyek wisata dan sarana

  KESIMPULAN

  pendukung yang ada, pengadaan kapal

  1. Zonasi Kawasan Suaka Pesisir Batang dan alat penangkap ikan yang lebih besar, Gasan Kabupaten Padang Pariaman pengembangan budidaya air payau, serta mempunyai luas sekitar 838 Ha, dengan

  3. Melakukan pengelolaan sumberdaya zona inti 100 Ha, dan zona pemanfaatan pesisir antar daerah. terbatas 738 Ha.

  2. Strategi pengelolaan Kawasan Konservasi Suaka Pesisir Batang Gasan :

  

DAFTAR PUSTAKA Rachmat,J.1999, Metode Penelitian

Komunikasi , Jakarta : PT. Rajawali

  Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan ( Press

  KP ). No. 17.2008. Tentang Kawasan Konservasi di WP-3-K. Jakarta.

  Undang-undang Republik Indonesia. No. 5. Rangkuti,F.2007.Analisis SWOT Teknis 2009.Tentang Perubahan Atas

  Membedah Kasus Bisnis . Jakarta : Undang-Undang No.31. 2004. Tentang

  Gramedia Pustaka Utama. 89 hlm Perikanan .Jakarta