Syaikh Abu Muhammad ‘Ashim Al Maqdisiy

  

DEMOKRASI

SESUAI DENGAN

AJARAN ISLAM ?

  Penulis

Syaikh Abu Muhammad ‘Ashim Al Maqdisiy

  Alih Bahasa

Abu Fauzan

  Tim Kajian Kitab-kitab A’immatud Da’wah Tauhid

  1. Pengantar Penerjemah ………………………………………………………………………

  2

  2. Muqoddimah Penulis ………………………………………………………………………

  6

  3. Pasal Penjelasan Tentang Inti Pokok Dan Tujuan Utama Penciptaan, Penurunan Kitab-Kitab, Dakwah Para Rasul, Millah Ibrahim, Dan Al 'Urwatil Wutsqa Yang Merupakan Jalan Selamat ………………………………

  10

  4. Pasal Demokrasi adalah agama kafir buatan, dan pemeluknya ada yang berstatus sebagai tuhan yang membuat hukum serta ada yang berstatus sebagai pengikut yang menyembah tuhan-tuhannya itu

……………………………………………………………………………

…………………………………… 27

  5. Pasal Bantahan terhadap syubhat dan kebatilan yang membolehkan agama demokrasi …………………………………… 38

  A. SYUBHAT PERTAMA Jabatan Yusuf di sisi raja Mesir ……………………………

  40 B. SYUBHAT KEDUA Sesungguhnya Najasyi tidak berhukum dengan Apa yang Allah turunkan, namun demikian dia tetap muslim ………………………………………………………………… …………………

  60 C. SYUBHAT KETIGA Labelisasi demokrasi dengan nama syuraa demi melegalkannya ………………………………………………………………… …

  68 D. SYUBHAT KEEMPAT Keikutsertaan Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam dalam hilful fudluul …………………………………………… 83

  E. SYUBHAT KELIMA Maslahat dakwah ………………………………………………………………… …………

  89

  6. KISAH NYATA DI PARLEMEN Ambillah pelajaran wahai orang-2 yang berakal …… 100

PENGANTAR PENERJEMAH

  Segala puji hanya milik Allah subhaanahu wa ta'aala, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasul-Nya yang mulia, para keluarganya dan sahabatnya serta orang-orang yang berada di atas jalannya hingga hari kiamat.

  Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata dalam kitab An Nubuwwat hal 127: "Islam adalah berserah diri kepada Allah saja

tidak kepada yang lainnya, dia beribadah hanya kepada Allah dan tidak

menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dia tawakkal hanya kepada-

Nya saja, dia hanya takut dan mengharap kepada-Nya, dan dia mencintai Allah dengan kecintaan yang sempurna, dia tidak mencintai makhluk seperti kecintaan dia kepada Allah… siapa yang enggan beribadah

kepada-Nya maka dia bukan muslim dan siapa yang disamping beribadah

kepada Allah dia beribadah kepada yang lain maka dia bukan orang muslim".

  Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitabnya Thariqul Hijratain hal 542 dalam thabaqah yang ke tujuh belas: Islam adalah mentauhidkan Allah, beribadah kepada-Nya saja tidak ada sekutu bagi-

Nya, iman kepada Allah dan kepada Rasul-Nya, serta mengikuti apa yang

dibawanya, maka bila seorang hamba tidak membawa ini berarti dia bukan orang muslim, bila dia bukan orang kafir mu'aanid maka dia

adalah orang kafir yang jahil, dan status orang-orang ini adalah sebagai

orang-orang kafir yang jahil tidak mu'aanid (membangkang), dan ketidakmembangkangan mereka itu tidak mengeluarkan mereka dari status sebagai orang-orang kafir."

  Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata

dalam Ad Durar Assaniyyah 1/113: Bila amalan kamu seluruhnya adalah

bagi Allah maka kamu muwahhid, dan bila ada sebagian yang dipalingkan kepada makhluk maka kamu adalah musyrik".

  Beliau rahimahullah juga berkata dalam Ad Durar 1/323 dan

Minhajut Ta'siis hal 61: Sekedar mengucapkan kaliamat syahadat tanpa

mengetahui maknanya dan tanpa mengamalkan tuntutannya maka itu tidak membuat mukallaf tersebut menjadi muslim, dan justeru itu

menjadi hujjah atas dia……………Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada

tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan dia itu beribadah kepada

yang selain Allah (pula) maka kesaksiannya itu tidak dianggap meskipun

dia itu shalat, zakat, shaum dan melaksanakan sebagian ajaran Islam."

  Syaikh Abdurrahman Ibnu Hasan Ibnu Muhammad rahimahullah

berkata dalam Al Qaul Al Fashl An Nafiis hal 31: Sesungguhnya syirik

itu menafikan Islam, menghancurkannya, dan mengurai tali-talinya satu

demi satu, ini berdasarkan apa yang telah dijelaskan bahwa Islam itu adalah penyerahan wajah, hati, lisan dan seluruh anggota badan hanya kepada Allah tidak kepada yang lainnya, orang muslim itu bukanlah

  

orang yang taqlid kepada nenek moyangnya, guru-gurunya yang bodoh

dan berjalan di belakang mereka tanpa petunjuk dan tanpa bashirah".

  Syaikh Sulaiman Ibnu Abdillah Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata dalam Taisiir Al 'Aziz Al Hamid hal 58: Siapa yang mengucapkan kalimat ini (Laa ilaaha Illallaah) dengan mengetahui maknanya, mengamalkan tuntutannya berupa menafikan syirik dan menetapkan wahdaniyyah hanya bagi Allah dengan disertai keyakinan

yang pasti akan kandungan maknanya dan mengamalkannya maka dia itu

adalah orang muslim yang sebenarnya. Bila dia mengamalkannya secara

dhahir tanpa meyakininya maka dia munafiq, dan bila dia mengamalkan

apa yang menyalahinya berupa syirik maka dia itu kafir meskipun mengucapkannya (Laa ilaaha Illallaah)".

  Beliau mengatakan juga dalam kitab yang sama: Sesungguhnya mengucapkan Laa ilaaha Illallaah tanpa disertai pengetahuan akan

maknanya dan tidak mengamalkan tuntutannya berupa iltizaam dengan

tauhid dan meninggalkan syirik serta kufur kepada thaghut maka

sesungguhnya pengucapan itu tidak bermanfaat dengan ijma para ulama."

Syaikh Hamd Ibnu 'Atieq rahimahullah berkata dalam kitab

Ibthalit Tandiid hal 76: Para ulama telah ijma bahwa sesungguhnya

memalingkan satu dari dua macam doa kepada selain Allah, maka dia itu

adalah musyrik meskipun dia mengucapkan Laa ilaaha Illallaah

Muhammadun Rasulullah, dia shalat, shaum dan dia mengaku muslim."

  Syaikh Abdullathif Ibnu Abdirrahman Ibnu Hasan rahimahullah mengatakan dalam kitabnya Mishbahudh dhalaam hal 37: Siapa yang beribadah kepada selain Allah, dan menjadikan tandingan bagi Tuhan- nya, serta menyamakan antara Dia dengan yang lainnya maka dia itu adalah musyrik yang sesat bukan muslim meskipun dia memakmurkan lembaga-lembaga pendidikan, mengangkat para qadli, membangun mesjid, dan adzan, karena dia tidak komitmen dengan (tauhid)nya,

sedangkan mengeluarkan harta yang banyak serta berlomba-lomba dalam

menampakkan syi'ar-syi'ar amalan, maka itu tidak menyebabkan dia

memiliki predikat sebagai muslim bila dia meninggalkan hakikat Islam

itu (tauhid)".

  Dan beliau berkata lagi hal 328: Islam adalah komitmen dengan tauhid berlepas diri dari syirik, bersaksi akan kerasulan Muhammad

shallallaahu 'alaihi wa sallam dan mendatangkan rukun Islam yang empat

lagi".

  

Inilah sebagian perkataan ulama tentang Islam dan syirik.

Sebelumnya Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah mengisyaratkan dua macam syirik yang akan melanda umat ini secara besar-besaran yaitu syirik ibadatil autsaan (syirkul qubuur/syirik

kuburan) dan syirkulluhuuq bil musyrikiin (syirkul qushuur wad dustuur/

syirik aturan). Dan kedua macam ini telah merambah di tengah-tengah umat. Syirik yang pertama adalah syirik mutadayyiniin (syirik orang- orang yang masih rajin beribadah), ini bisa dilihat saat berjubelnya

mereka di tempat-tempat dan kuburan-kuburan keramat. Dan syirik yang

kedua adalah syirik 'ilmaaniyyiin (orang-orang sekuler) dan Islamiyyin

(orang-orang yang mengaku dari jama'ah-jama'ah dakwah Islamiyyah yang dengan dalih maslahat dakwah mereka masuk atau menggunakan sistem syirik yang ada).

  Dan di antara kemusyrikan yang nyata lagi terang yang sudah

merambah dan mengakar adalah demokrasi, di mana intinya adalah yang

berhak menentukan hukum dan perundang-undangan itu adalah rakyat atau mayoritas mereka yang diwakili oleh para wakilnya, sedangkan di dalam Islam di antara hak khusus Allah adalah hukum dan tasyri' yang bila dipalingkan kepada selain-Nya maka itu adalah syirik.

  Silahkan telaahlah buku ini mudah-mudahan syubhat yang masih

ada di benak anda bisa hilang dengan penjelasan dan bayaan, akan tetapi

bila ini tidak bisa memuaskan dan anda malah terus mempertahankannya

maka yang bisa memuaskan anda adalah 'adzaabunniiraan. Wallaahul musta'aan.

  

Abu Fauzan

  

ميحرلا نمحرلا ل ما

  دتهملا وهف ل دهي نم انلامعأ تائيس نم و انافنأ رورش نم نم اا ذوعن و ههرفغتان و هنيعتان و هدمحن ا دمحلا نإ نأ دهش نمأ و....ليكولا معنو انباح وه هل كيرش نم هدحو ل إ هلإ نأ دهش نمأو .. ادش نمرو ايلو هل دجت نلف للضي نم و

  :دع و...نيدلا موي ىلإ هعابتأ و ه احصأ و هلآ ىلعو هيلع ملس و ل ىلص انتوسأ و اندئاق وه هلوسرو هدبع ادمحم Ini adalah lembaran-lembaran yang telah saya tulis dengan singkat sebelum menjelang tibanya masa pemilihan para anggota parlemen (majlis/dewan perwakilan rakyat) yang syirik itu. Dan parlemen (dewan/majlis) itu ada setelah manusia terfitnah (terpedaya) dengan fitnah demokrasi dan adanya pembelaan secara mati-matian yang dilakukan oleh para penghusungnya dari kalangan thaghut-thaghut yang di mana mereka itu sudah lepas dari ikatan Islam, atau bahkan dibela oleh sebagian kalangan ereka kaburkan kebatilan dengan kebenaran, terkadang mereka menamakan demokrasi ini sebagai kebebasan, erkadang mereka berdalih dengan jabatan Yusuf 'alaihissalam di sisi rajanya, terkadang mereka berdalih juga dengan kekuasaan Najasyi… dan terkadang berdalih dengan dalih n istihsan (anggapan baik)…dengan dalih-dalih itu mereka mengaburkan kebenaran dengan kebatilan di hadapan orang-orang bodoh (awam), dan 1 mencampuradukan cahaya dengan kegelapan, syirik dengan tauhid dan Islam

  

Seperti yang dilakukan oleh sebagian tokoh ikhwanul muslimin pada masa sekarang dan partai-partai yang

menisbatkan diri kepada Islam, sedangkan Islam itu sendiri berlepas diri dari mereka dan perbuatannya. pent

2 Sebagian ulama kaum musyrikin itu sengaja mendalili majlis syirik demokrasi itu dengan ayat-ayat dan atsar-atsar yang menganjurkan syuraa, layaknya Dawud Ibnu Jirjis yang mendalili perbuatan syirik kubur

dengan ayat-ayat tentang perintah mendekatkan diri kepada Allah subhaanahu wa ta'aala dengan perantaraan

amal shaleh, tak jauh berbeda antara ulama kaum musyrikin itu dengan Dawud Ibnu Jirjis yang sudah divonis

kafir mulhid murtad oleh Aimmatuddakwah, hanya yang menjadi perbedaan adalah bahwa Dawud Ibnu Jirjis

mendalili syirkul qubur (syirik kuburan) sedangkan mereka adalah mendalili syirkul qushur wad dustuur 3 (syirik dewan dan aturan). pent

Maslahat pada masa sekarang telah menjadi thaghut yang disembah oleh sebagian kelompok yang katanya

ingin memperjuangkan hukum Islam, dengan dalih maslahat mereka ikut berkecimpung melebur dalam dunia

4 syirik demokrasi dan parlemen, qaatalahumullah illaa an yahtaduu. Pent.

  

Shalat, shaum, zakat, haji, qiyamullail, tilawatul qur'an dan amalan ibadah lainnya bila dilakukan oleh orang

yang jatuh kedalam satu macam syirik akbar, maka itu semua tidak ada artinya, Syaikhul Islam Muhammad

Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata dalam Ad Durar Assaniyyah 1/113: Bila amalan kamu seluruhnya

hanya bagi Allah maka kamu adalah muwahhid, dan bila ada sesuatu dari amalan itu dipalingkan kepada

makhluk maka kamu adalah orang musyrik". Syaikh Abdurrahman Ibnu Hasan Ibnu Muhammad Ibnu Abdil

Wahhab rahimahullah berkata dalam Syarah Ashli Dinil Islam (lihat dalam Majmu'atut Tauhid, atau Aqidatul

Muwahhidin, atau Al Jami'ul Fariid, atau dalam Ad Durar 2/131): Sesungguhnya orang yang melakukan syirik

itu maka berarti dia telah meninggalkan tauhid, karena keduanya adalah dua hal yang saling bertentangan yang tidak bisa bersatu". Syaikh Abdullathif Ibnu Abdurrahman Ibnu Hasan rahimahullah berkata dalam Mishbahudhdhallam 37: Siapa orangnya menyembah selain Allah, menjadikan tandingan Tuhan-nya, dan menyamakan Allah dengan yang lainnya dalam hak khusus Allah maka dia itu layak dinamakan orang

musyrik yang sesat bukan orang muslim, meskipun dia itu banyak mengelola madrasah (pendidikan agama),

mengangkat para qadli, banyak membangun mesjid, dan mengumandangkan seruan (adzan atau dakwah),

  Syubhat-syubhat itu dengan taufiq Allah telah kami bantah, dan kami juga telah menjelaskan bahwa demokrasi itu adalah agama baru di luar agama Allah dan ajaran yang bersebrangan dengan tauhid, dan kami juga telah menegaskan bahwa majlis-majlis perwakilannya itu tidak lain kecuali adalah lembaga kemusyrikan dan sarang bagi paganisme yang wajib dijauhi demi merealisasikan tauhid yang merupakan kewajiban hamba terhadap Allah, bahkan wajib berusaha untuk menghancurkan (sarang dan lembaga kemusyrikan) itu, memusuhi orang-orangnya, membencinya, dan memeranginya. Dan hal ini semua bukanlah masalah ijtihadiyyah sebagaimana yang kan tetapi ini adalah kemusyrikan yang jelas lagi terang dan kekafiran yang nampak lagi tidak diragukan yang telah Allah subhaanahu wa ta'aala hati-hatikan darinya di dalam Al Qur'an, dan telah diperangi oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam selama hidupnya.

  Wahai muwahhid berusahalah engkau untuk menjadi bagian dari para pengikut Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam dan para penolong (agama)nya yang selalu memerangi kemusyrikan dan para pemeluknya. Bersegeralah engkau pada saat keterasingan ini untuk bergabung dengan rombongan kelompok yang selalu menegakan dinullah subhaanahu wa ta'aala yang telah bersabda Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam

  karena dia tidak konsisten dengan Islam itu, sedangkan banyaknya berderma harta dan berlomba dalam

menampakkan amalan kalau dia itu meninggalkan hakikat Islam itu (tauhid) maka itu tidak menjadikan dia

berstatus sebagai orang Islam". Sedangkan rela, atau ikut gabung dalam majelis syirik, atau mendukung

demokrasi yang intinya penyandaran hukum kepada selain Allah (padahal hukum/tasyri' itu adalah hak khusus

Rububiyyah atau Uluuhiyyah Allah), atau memperindahnya di hadapan manusia, atau menegakkan syubhat

untuk membolehkannya, atau bahkan melindunginya, maka itu adalah kekufuran dan kemusyrikan, Syaikh

Muhammad rahimahullah berkata dalam suratnya kepada Hamd At Tuwaijiriy (Mishbahudhdhalam 104): Dan

kami hanya mengkafirkan orang yang menyekutukan Allah dalam uluuhiyyah-Nya setelah jelas bagi dia

hujjah akan batilnya syirik, dan begitu juga kami mengkafirkan orang yang memperindah syirik itu di hadapan

manusia, atau menegakkan syubhat-syubhat yang batil untuk memperbolehkannya, dan begitu juga (kami mengkafirkan) orang yang menggunakan pedangnya (senjata/ dan kekuatannya) untuk melindungi tempat- tempat kemusyrikan yang di sana Allah disekutukan dan dia memerangi orang yang mengingkarinya dan

berusaha untuk menghancurkannya". Lihat empat macam orang dalam hal itu: Pelakunya (pemainnya), para

juru dakwahnya, para tokoh intelektualnya dan para pelindungnya dari kalangan aparat keamanan 5 (tentara/polisi), barisan, dan laskar yang merupakan tameng para thaghut. Pent.

  Dari kalangan ulama suu' yang mengobok-obok masalah tauhid, di antara contoh ulama suu' ini adalah

Doktor Yusuf Al Qardlawiy - semoga Allah memberikan hidayah kepadanya - dia telah memfatwakan saat terjadi gempuran pasukan salib dan kaum murtaddin yang bersekongkol dengan mereka terhadap kaum muslimin di Afganistan dan pemerintahan Islam Thaliban, dia memfatwakan bahwa tentara muslim

Amerika !!! boleh bergabung dengan pasukan salib Amerika untuk memerangi kaum muslimin di Afghanistan dengan dalih bahwa loyalitas nasionalisme dan kebangsaan harus di dahulukan atas loyalitas agama dan aqidah. Al Qardlawi dengan fatwa ini telah terjatuh dalam dua pembatal keislaman: Pertama dia

membolehkan dan menghalalkan sesuatu yang sudah jelas lagi pasti keharamannya (bahkan kekufurannya), yaitu mendukung orang-orang musyrik untuk menindas kaum muslimin. Kedua dia telah mendahulukan

loyalitas nasionalisme dan kebangsaan atas agama dan aqidah Islamiyyah. Di samping dia itu bersama-sama dengan pasukan salib memikul setiap tetes darah kaum muslimin yang tertumpah di Afghanistan. Inikah

aqidah orang yang menjadi rujukan segala hukum di kalangan islamiyyin yang menghusung parlemen. Lihat Al Hijrah Masaail wa Ahkam 50-51. pent. tentang kelompok itu: Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku ini mereka

  menegakan perintah Allah, orang-orang yang mengucilkan dan menyelisihi mereka

tidak membuat mereka gentar hingga datang ketentuan Allah," semoga Allah menjadikan

  saya dan engkau termasuk kolompok itu. Dan segala puji di awal dan di akhir adalah hanya milik Allah.

  Ditulis oleh: Abu Muhammad 'Ashim Al Maqdisiy

  

PASAL

PENJELASAN TENTANG INTI POKOK DAN TUJUAN UTAMA

PENCIPTAAN, PENURUNAN KITAB-KITAB, DAKWAH PARA

RASUL, MILLAH IBRAHIM, DAN AL 'URWATIL WUTSQA

YANG MERUPAKAN JALAN SELAMAT

  Ketahuilah wahai saudaraku semoga Allah ta'alaa merahmatimu sesungguhnya kepala segala urusan, intinya, dan tiangnya, serta sesuatu yang paling pertama kali Allah fardlukan atas anak Adam untuk mempelajarinya dan mengamalkannya sebelum shalat, zakat, serta ibadah-ibadah lainnya adalah kafir kepada thaghut dan menjauhinya, serta memurnikan tauhid hanya kepada Allah subhaanahu wa ta'aala saja. Karena untuk tujuan itu maka Allah menciptakan makhluk-Nya, mengutus rasul-rasul-Nya, menurunkan kitab-kitab-Nya, serta Allah mensyari'atkan jihad dan mati syahid (istisyhad)…… dan karenanya terjadilah pertikaian antara auliyaaurrahman dengan auliyaausysyaithan, serta untuk mencapai hal itu berdirilah daulah Islamiyyah dan khilafah rasyidah… Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman:

  نودبعيل إ سنلا و نجلا تقلخ ام و

Dan Aku tidak menciptakan jin lagi manusia melainkan supaya mereka menyembahku.

  (Adzdzriyaat : 56)

  Yaitu untuk supaya kalia beribadah kepada-Ku saja. Dan firman-Nya subhaanahu wa ta'aala: َت ْوُغاّطلا اوُبِنَتْجاَو َل اوُدُبْعا ِنَأ ً ْوُسَر ٍةّمُأ ّلُك ْيِف اَنْثَعَ ْدَقَلَو

  “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu,”(An Nahl : 36)

  Dan hal ini adalah ikatan paling agung dari ikatan-ikatan Islam. Dakwah, jihad, shalat, shaum, zakat, dan haji tidak mungkin diterima tanpa hal di atas itu. Orang tidak mungkin selamat dari api neraka tanpa berpegang erat terhadapnya, karena hal itu (kufur kepada thaghut dan iman kepada Allah) adalah satu-satunya ikatan yang telah dijamin oleh Allah bahwa itu tidak mungkin lepas…… adapun selain itu berupa ikatan- ikatan agama dan syari'at-syari'atnya, maka itu tidak cukup dengan sendirinya untuk bisa menyelamatkan tanpa adanya al 'urwatul wutsqa…… Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman:

  ٌمْيِلَع ٌعْيِمَس ُلَو اَهَل َماَصِفْنا َ ىَقْثُوْلا ِةَوْرُعْلاِ َكَاْمَتْسا ِدَقَف ِااِ ْنِمْؤُيَو ِتْوُغاّطلاِ ْرُفْكَي ْنَمَف يغلا نم دش نمرلا نيبت دق

  “Telah jelas rusydu dari ghayy, karena itu barangsiapa ingkar kepada thaghut dan

beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang

amat kuat yang tidak akan putus”(Al Baqarah : 256)

  Dan firman-Nya subhaanahu wa ta'aala: دابع رشبف ىرشبلا مهل ل ىلإ او انأ و اهودبعي نأ توغاطلا اوبنتجا نيذلاو

  Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira, sebab itu sampaikan berita itu kepada hamba-hamba-Ku.(Az Zumar: 17)

  Perhatikanlah dalam ayat-ayat itu, bagaimana Allah mendahulukan penyebutan kufur kepada thaghut dan menjauhinya atas iman kepada Allah dan inabah kepada-Nya subhaanahu wa ta'aala…… ini sama persis dengan pengedepanan nafyu atas itsbat dalam kalimah tauhid Laa ilaaha Illallaah…… ini dilakukan tidak lain kecuali untuk mengingatkan terhadap rukun yang sangat agung dari al 'urwatul wutsqa, sehingga tidak sah keimanan kepada Allah dan tidak bermanfaat kecuali bila didahului dengan kufur kepada thaghut.

  Thaghut yang wajib engkau kafir kepadanya dan menjauhi dari mengibadatinya supaya engkau bisa berpegang kepada tali penyelamat yang sangat kokoh bukanlah hanya terbatas kepada batu, patung, pohon, kuburan yang disembah dengan sujud, rukuk, permohonan, nadzar, atau thawaf saja……akan tetapi lebih luas cakupannya dari itu semua… sehingga mencakup:(Segala sesuatu yang disembah selain Allah subhaanahu wa ta'aala dengan bentuk ibadah apa saja sedang dia tidak Thaghut itu diambil dari kosa kata thughyaan yang maknanya adalah melampaui batas makhluk yang telah Allah batasi tujuan penciptaannya. Sedangkan ibadah itu adalah bermacam-macam, sebagaimana sujud, rukuk, doa, nadzar, dan penyembelihan adalah ibadah, maka begitu juga taat dalam tasyri' (pembuatan hukum/aturan/undang-undang) adalah ibadah juga…… Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman tentang orang-orang nasrani:

  ل نود نم ا ا رأ مهنابهر و مهرابحأ اوذختا

  Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan At-Taubah : 31)

  Sedangkan orang-orang nasrani itu tidak pernah sujud atau rukuk terhadap para ulama mereka…… akan tetapi mereka mentaati para ulama itu dalam penghalalan yang haram dan dalam pengharaman yang halal, serta sepakat dengan mereka atas hal itu, maka Allah menjadikan perlakuan mereka itu sebagai bentuk menjadikan para ulama dan pendeta sebagai arbaab (tuhan)…… karena taat dalam tasyri' itu adalah ibadah yang tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah…… sehingga bila seseorang memalingkannya kepada selain Allah subhaanahu wa ta'aala meskipun dalam satu hukum saja maka dia itu menjadi orang musyrik…

  Dan hal ini dibuktikan secara gamblang dengan munaadharah (perdebatan) 6 yang pernah terjadi pada zaman Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam antara

  

Dengan taqyid ini keluar dari status thaghut para malaikat, para nabi dan orang-orang shalih yang disembah

sedangkan mereka itu tidak ridla, mereka itu tidak dinamakan thaghut dan tidak boleh berlepas diri dari mereka, namun harus berlepas diri dari peribadatan kepadanya dan dari orang-orang yang menyembahnya, 7 seperti Isa Ibnu Maryam 'alaihissalam.

  Surat At taubah : 31. auliyaaurrahman dengan auliyaausysyaithan tentang masalah bangkai dan pengharamannya, dimana orang-orang musyrik berusaha meyakinkan kaum muslimin bahwa tidak ada perbedaan antara kambing yang disembelih oleh kaum muslimin dengan kambing yang mati sendiri dengan dalih dan syubhat bahwa bangkai itu tidak lain adalah sembelihan Allah subhaanahu wa ta'aala, maka Allah menurunkan keputusan-Nya tentang kejadian ini dari atas langit yang ketujuh, Dia berfirman:

  نوكرشمل مكنإ مهومتعطأ نإو

  (Al-An’am : 121)

  Termasuk kategori thaghut adalah setiap orang yang memposisikan dirinya sebagai musyarri' (pembuat hukum dan perundang-undangan) bersama Allah, baik dia itu sebagai pemimpin atau rakyat, baik dia itu sebagai wakil rakyat dalam lembaga legislatif atau orang yang diwakilinya dari kalangan orang-orang yang memilihnya (ikut pemilu)…… karena dia dengan perbuatan itu telah melampaui batas yang telah Allah subhaanahu wa ta'aala ciptakan baginya, sebab dia itu diciptakan sebagai hamba Allah, dan Tuhannya memerintahkan dia untuk tunduk berserah diri kepada syari'at-Nya, namun dia enggan, menyombongkan diri, dan melampaui batas-batas Allah subhaanahu wa ta'aala, dia justru ingin menjadikan dirinya sebagai tandingan bagi Allah dan menyekutui-Nya dalam wewenang tasyri' (penetapan hukum dan perundang-undangan) yang padahal hal itu tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah subhaanahu wa ta'aala ……… dan barangsiapa melakukan hal itu maka dia telah menjadikan dirinya sebagai ilaah musyarri' (tuhan yang membuat hukum), sedangkan orang seperti tidak diragukan lagi merupakan bagian dari ru'uusuththawaghiit (pentolan-pentolan thaghut) yang di mana tauhid dan Islam seseorang tidak sah sehingga dia kafir kepada thaghut itu, menjauhinya, serta bara'ah (berlepas diri) dari para penyembahnya dan dari para bala tentaranya….

  Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman: ِهِ اوُرُفْكَي ْنَأ اوُرِمُأ ْدَقَو ِتوُغاّطلا ىَلِإ اوُمَكاَحَتَي ْنَأ َنوُديِرُي

  Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. ." (Qs: An-Nisaa': 60)

  Mujahid berkata: Thaghut adalah setan berbentuk manusia yang di mana manusia merujuk hukum kepadanya, sedangkan dia adalah yang memegang kendali mereka.

  Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: Oleh sebab itu orang yang memutuskan hukum dengan selain Kitabullah yang dimana dia itu menjadi 8 rujukan hukum dia itu dinamakan thaghut

  Surat Al An'am: 121, dan lihat sebab turun ayat ini, ini telah diriwayatkan oleh Al Hakim dalam 9 Mustadraknya dari Ibnu Abbas dengan sanad yang shahih.

  Majmu Al fatawaa 28/201.

  Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: Thaghut adalah segala sesuatu yang dilampaui batasnya oleh si hamba, baik dia itu yang disembah, atau yang diikuti, atau yang ditaati, sehingga thaghut setiap kaum adalah orang yang mereka jadikan sebagai rujukan hukum selain Allah dan Rasul-Nya, atau yang mereka sembah selain Allah, atau yang mereka ikuti tanpa ada landasan dalil dari Allah, atau orang yang mereka taati dalam hal yang tidak mereka ketahui bahwa itu adalah bentuk ketaatan kepada Allah.

  Beliau berkata lagi: Siapa yang merujuk hukum atau mengadukan perkara hukum kepada selain apa yang telah dibawa oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam maka berarti dia itu telah merujuk hukum dan mengadukan perkara hukum Dan di antara macam thaghut yang disembah selain Allah subhaanahu wa ta'aala pada zaman sekarang, dan yang menjadi kewajiban atas setiap muwahhid untuk kafir kepadanya dan berlepas diri darinya serta dari para pengikutnya supaya dia bisa berpegang kepada al 'urwatul wutsqa dan selamat dari api neraka adalah tuhan-tuhan yang palsu dan arbaab yang dipertuhankan yang telah dijadikan oleh banyak manusia sebagai syurakaa musyarri'iin (sekutu-sekutu yang membuat hukum dan perundang- undangan) selain Allah subhaanahu wa ta'aala ….

  مهني يضقل لصفلا ةملك ولو ُ ّل ِهِ ْنَذْأَي ْمَل اَم ِنيّدلا َنِم ْمُهَل اوُعَرَش نم ُءاَكَرُش نم ْمُهَل ْمَأ

  "Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan

untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tidak ada ketetapan yang

menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. " (Qs: Asy-Syuura: 21)

  Ini karena mereka mengikuti mereka dalam rangka menjadikan tasyri' (membuat hukum dan undang-undang) sebagai wewenang dan hak/tugas mereka dan parlemen mereka, dan lembaga-lembaga hukum mereka, baik yang bersifat internasional, regional, ataupun yang nasional (lokal)…dan mereka tegas-tegasan menuangkan hak wewenang itu dalam undang-undang dan peraturan mereka, dan hal itu adalah sesuatu yang sudah hingga dengan sebab itu mereka menjadi arbaab (tuhan) bagi orang-orang yang mentaatinya, mengikutinya, dan yang sepakat bersama mereka atas kekafiran dan kemusyrikan yang terang ini, sebagaimana yang telah Allah voniskan terhadap orang-orang nasrani tatkala mereka mengikuti para ulama dan para pendeta mereka dalam hal seperti itu…bahkan keadaan mereka (para anggota parlemen dan yang sejalan dengannya) lebih jahat dan lebih busuk, karena sesungguhnya para ulama nasrani melakukannya dan bersekongkol di atas hal itu tanpa 10 11 A'laamul Muwaqqi'iin 'An Rabbil'aalamiin 1/50.

  Dalam undang-undang Kuwait pasal 51 dikatakan: Wewenang/kekuasaan legislatif (tasyrii') berada di tangan emir dan majlis rakyat sesuai dengan patokan undang-undang".

Dan dalam undang-undang Yordania no: 25: Wewenang/kekuasaan legislatif dikembalikan kepada raja dan majlis rakyat". Dan hal serupa dalam undang-undang Mesir pasal: 86: Majlis rakyat memegang kendali tasyri'". (Dan begitu juga dalam UUD 45 di Indonesia bab I pasal I ayat 2 amandemen ketiga UUD 1945 (10-10-

2001): Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undag Dasar." bab II pasal 3

ayat 1: Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar. Pent) menjadikannya sebagai qanuun (undang-undang dasar), tanpa menyusunnya sedemikian rupa, dan tanpa membukukannya menjadi kitab undang-undang hukum yang bila ada yang menyalahinya atau mencelanya dikenakan hukuman, serta menjadikannya sebagai tandingan Kitab Allah, bahkan menjadikannya lebih tinggi dari Kitabullah, sebagaimana halnya keadaan mereka (para anggota parlemen/ majelis/dewan perwakilan rakyat dan para penghusungnya).

  Bila engkau telah paham ini, maka ketahuilah sesungguhnya derajat teragung dalam berpegang teguh akan al 'urwatul wutsqa serta tingkatan tertinggi dalam kafir terhadap thaghut adalah jihad (yang merupakan puncak Islam) memerangi sistem ini dan memerangi para penghusungnya dan para pengikutnya, berupaya untuk menghancurkannya, serta berusaha mengeluarkan manusia dari penghambaan terhadapnya kepada penghambaan terhadap Allah subhaanahu wa ta'aala saja. Dan di antara bentuk jihad ini adalah menyebarkan dengan gencar kebenaran ini secara terang- terangan dan meneriakannya sebagaimana yang telah dilakoni dan dijalani oleh para nabi, jalan yang telah Allah subhaanahu wa ta'aala jelaskan kepada kita dengan penjelasan yang sangat gamblang tatkala Allah memerintahkan kita untuk mengikuti millah Ibrahim dan dakwahnya, Dia berfirman:

  ْمُكِ اَنْرَفَك ِل ِن ْوُد ْنِم َن ْوُدُبْعَت اّمِمَو ْمُكْنِم ُءآَرُ اّنِإ ْمِهِمْوَقِل ا ْوُلاَق ْذِإ َهَعَم َنْيِذّلاَو َمْيِهاَرْ ِإ ْيِف ٌةَنَاَح ٌةَوْسُأ ْمُكَل ْتَناَك ْدَق هَد ْحَو ِااِ اْوُنِمْؤُت ىّتَح اًدَ َأ ُءاَضْغَبْلاَو ُةَواَدَعْلا ُمُكَنْيَ َو اَنَنْيَ اَدَ َو

  “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang- ketika mereka berkata kepada kaum mereka:

“Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain

Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan

dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja,”(Al Mumtahanah: 4)

  Firman-Nya: Badaa artinya adalah nampak dan jelas… Perhatikan ungkapan permusuhan yang didahulukan terhadap kebencian, karena sesungguhnya permusuhan adalah yang paling penting, sebab terkadang ada orang yang membenci para auliyaa (penghusung) thaghut, namun dia tidak memusuhi mereka, maka dengan demikian orang itu tidak merealisasikan kewajiban dia sehingga dia melakukan permusuhan dan kebencian terhadap mereka.

  Dan coba perhatikan, bagaimana Allah menyebutkan terlebih dahulu bara'ah (berlepas diri) mereka dari kaum musyrikin itu sebelum penyebutan bara'ah mereka dari apa yang mereka sembah, ini dikarenakan yang pertama lebih utama daripada yang kedua, dan ini disebabkan karena sesungguhnya banyak sekali manusia yang bara'ah (berlepas diri) dari berhala, thaghut-thaghut, dasaatiir (peraturan-peraturan), qawaaniin (undang-undang), dan agama-agama yang batil, namun mereka tidak berlepas diri dari 12 para penyembahnya, para penghusungnya, serta bala tentaranya, maka berarti dia itu

  

Sebagian ahli tafsir berkata (Orang-orang yang bersama dia): adalah para pengikutnya atau para nabi yang

berada di atas jalannya.

  

  tidak merealisasikan kewajibakan tetapi bila dia berlepas diri dari para penyembahnya yang musyrik itu maka secara otomatis mengharuskan dia untuk bara'ah 14 dari hal-hal yang disembahnya, dan dari ajarannya yang batil.

  Adapun tingkatan kewajiban yang paling rendah yang harus direalisasikan oleh setiap mukallaf, dan dia tidak mungkin selamat (dari siksa kekal api neraka) kecuali dengannya, hal itu adalah menjauhi thaghut dan tidak menyembahnya, atau (tidak) mengikutinya di atas kemusyrikan dan kebatilannya. Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman: 13 َت ْوُغاّطلا اوُبِنَتْجاَو َل اوُدُبْعا ِنَأ ً ْوُسَر ٍةّمُأ ّلُك ْيِف اَنْثَعَ ْدَقَلَو

  

Sehingga jelaslah batilnya pernyataan yang mengatakan bahwa kita hanya mengkafirkan perbuatannya,

namun tidak mengkafirkan pelakunya, atau pernyataan sesat bahwa kita hanya mengkafirkan nau' tidak

mu'ayyannya, atau pernyataan bahwa takfir mu'ayyan itu secara muthlaq adalah hak para ulama saja termasuk

masalah yang dhahirah ini, atau pernyataan bahwa takfir thaghut-thaghut itu tidak ada faidahnya, atau ungkapan lain yang secara sadar atau tidak sadar dari yang mengatakannya bahwa ungkapan-ungkapan itu

telah menguntungkan para thaghut dan barisannya. Subhaanallah bagaimana mereka itu bisa merealisasikan

kufur kepada thaghut secara sempurna bila thaghut-thaghut itu masih dia anggap sebagai orang muslim,

Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata dalam risalah fi makna thaghut silahkan lihat

dalam Majmu'atuttauhid dan dalam Ad Durar jilid kedua serta dalam Al Jami'ul fariid : Adapun tata cara kufur

kepada thaghut adalah engkau meyakini batilnya ibadah kepada selain Allah, engkau meninggalkannya,

engkau membencinya, engkau mengkafirkan para pelakunya dan memusuhi mereka". Siapa yang akan engkau

musuhi bila orang mu'ayyannya tidak ada yang dikafirkan ?...beliau juga mengatakan dalam Ad Durar 2/78:

Takutlah engkau kepada Allah, takutlah engkau kepada Allah wahai saudaraku, pegang teguhlah ashlu dien

kalian, yang paliang awal dan paling akhir darinya, induknya dan kepalanya, yaitu syahadat Laa ilaaha Illallaah, ketahuilah maknanya, cintailah orang-orangnya, dan jadikanlah mereka sebagai saudara-saudara

kalian meskipun mereka itu jauh. Dan kafirlah kalian terhadap thaghut-thaghut, musuhilah mereka, bencilah

orang yang mencintai mereka atau membela mereka atau orang yang tidak mengkafirkan mereka atau orang

yang mengatakan saya tidak ada urusan dengan mereka atau orang yang mengatakan bahwa Allah tidak

memajibkan saya untuk mengomentari mereka, sungguh dia (orang yang mengatakan itu) telah dusta terhadap

Allah dan mengada-ada, justeru Allah telah mewajibkan dia untuk mengomentari mereka, Dia telah

memfardlukan dia untuk kafir terhadap mereka dan berlepas diri darinya meskipun mereka itu adalah saudara-

saudaranya dan anak-anaknya." Dan beliau juga berkata dalam kitab itu 2/79: Dan makna kafir terhadap

thaghut adalah engkau berlepas diri dari segala sesuatu yang dipertuhankan selain Allah, baik itu jin, manusia,

batu, pohon atau yang lainnya, memvonisnya dengan vonis kafir dan sesat, serta membencinya meskipun dia

itu adalah ayahmu atau saudaramu. Adapun orang yang mengatakan: Saya tidak beribadah kecuali kepada Allah, akan tetapi saya tidak akan mengomentari para saadah (syaikh-syaikh yang dipertuhankan), kubah- kubah yang ada di atas kuburan, serta yang lainnya, maka dia itu adalah dusta dalam ucapan Laa ilaaha Illallaah, dia tidak iman kepada Allah dan tidak kafir terhadap thaghut." Syaikh Abdurrahman Ibnu Hasan Ibnu Muhammad mengatakan dalam syarah Ashli Dienil Islam: Maka orang itu tidak dikatakan muwahhid

kecuali dengan menafikan syirik, berlepas diri darinya serta mengkafirkan pelakuanya." Syaikh Abdillathif

Ibnu Abdirrahman Ibnu Hasan Ibnu Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata dalam Mishbahudhdhalaam hal: 28: Dan sebagian ulama memandang bahwa ini (takfir) serta jihad di atasnya merupakan satu dari rukun-rukun Islam yang di mana keislaman seseorang tidak sah tanpanya". Dan pada

halaman berikutnya 29 beliau mengatakan: Adapun menelantarkan jihad dan tidak mengkafirkan orang-orang

murtad, orang yang menjadikan tandingan bagi Allah serta orang yang mengangkat andaad dan aalihah

(tuhan) bersama Allah, ini (tindakan) hanyalah dilalui oleh orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan

Rasul-Nya, dia tidak mengagungkan perintah-Nya, tidak mengikuti jalan-Nya, dan tidak mengagungkan

Allah dan Rasul-nya dengan pengagungan yang seharusnya, bahkan dia itu tidak mengagungkan para imam

dan ulama umat ini dengan pengagungan yang seharusnya".

  “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu,”(An Nahl : 36)

  Dan firman-Nya subhaanahu wa ta'aala: ناثولا نم سجرلا اوبنتجاو Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu" Al Hajj: 30.

  Dan firman-Nya subhaanahu wa ta'aala: مانصلا دبعن نأ ين و ينبنجاو

  

Dan jauhkanlah aku berserta anak-cucuku dari menyembah berhala-berhala" Ibrahim :

35.

  Dan hal ini bila tidak direalisasikan oleh seseorang di dunia ini yaitu dia menjauhi thaghut, dan menjauhi ibadah kepadanya atau mengikutinya sekarang di dunia, maka di akhirat dia pasti berada dalam jajaran golongan yang merugi…saat itu amalan-amalan

  

Al Imam Al Barbahari rahimahullah berkata dalam Syarhusunnah nomor 49: Seorangpun dari ahli kiblat tidak

boleh dikeluarkan dari Islam sehingga dia menolak satu ayat dari Kitabullah, atau menolak sesuatu dari atsar-

atsar Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam atau shalat terhadap selain Allah, atau menyembelih untuk selain Allah (tumbal/sesajen), dan bila dia melakukan satu dari hal-hal itu maka wajib atasmu untuk mengeluarkan dia dari Islam." Syaikh Muhammad Ibnu Ibrahim Ibnu Abdillathif Ibnu Abdirrahman Ibnu Hasan Ibnu Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah dalam Majmu' Al Fatawaa 1/84 dinukil dalam Aqidatul Muwahhidiin beliau

berkata saat mengingkari orang yang tidak mau mentakfir mu'ayyan: Sesungguhnya nash-nash itu tidak datang

dengan menta'yin setiap orang, dia itu (orang yang tidak mau takfir mu'ayyan) belajar bab hukum orang

murtad, akan tetapi dia tidak mempraktekannya kepada seorangpun, maka ini adalah kesesatan yang buta dan

kejahilan yang maha besar."

Takfir orang yang melakukan syirik akbar adalah suatu keharusan bukan fitnah sebagaimana yang dikatakan

oleh sebagian juhhaal yang intisab ke salaf, dan kalau seandainya mereka berdalih bahwa mereka itu mengucapkan syahadat, mengamalkan rukun Islam dan yang lainnya sehingga saya tidak bisa mengkafirkannya meskipun mereka itu melakukan kekafiran yang nyata atau syirik akbar, ketahuilah sesungguhnya orang-orang yang berkeyakinan seperti ini adalah al malaa'iin almulhidiin al jahiliin adh

dhaalimiin, Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata dalam Mufidul Mustafid Fi Kufri

Tarikit Tauhid (lihat Aqidatul Muwahhidiin 70, juga Tarikh Najd 381) setelah menjelaskan bukti ijma-ijma

salaf dan pengikut akan takfir mu'ayyan orang yang mengucapkan Laa ilaaha Illallaah dan melaksanakan

amalan-amalan Islam saat menampakkan kekafiran yang nyata dan syirik akbar, beliau berkata: Seorangpun

dari kalangan orang-orang terdahulu dan al aakhiriin tidak pernah mendengar bahwa ada seorang (ulama)

yang mengingkari sedikitpun dari hal itu, atau mempertanyakannya karena alasan mereka (yang dikafirkan)

itu mengaku Islam atau karena alasan mereka mengucapkan Laa ilaaha Illallaah atau karena mereka

menampakkan hal-hal dari rukun-rukun Islam, kecuali apa yang kami dengar dari orang-orang terlaknat itu (al

malaa'iin) pada masa-masa sekarang, padahal mereka mengakui bahwa itu adalah syirik, akan tetapi orang

yang melakukannya atau memperindahnya atau dia telah bergabung dengan para pelakunya atau dia mencela

tauhid atau memerangi muwahhidin karena tauhidnya atau membenci mereka karenanya, bahwa orang seperti

ini tidak bisa dikafirkan karena dia mengucapkan Laa ilaaha Illallaah atau karena dia itu selalu menunaikan

rukun Islam yang lima. Dan mereka berdalih bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam telah menamakan

rukun-rukun itu sebagai Islam. Sungguh pernyataan ini (tidak bolehnya mengkafirkan orang-orang seperti tadi

karena alasan tersebut) tidak pernah didengar sama sekali kecuali dari mereka orang-orang al mulhidiin al

jahiliin adh dhalimiin itu. Dan bila mereka mendapatkan sepatah kata dari kalangan ulama atau salah seorang

14 dari mereka untuk dijadikan dalil atas pendapat mereka yang busuk lagi dungu itu silahkan sebutkan."pent.

  

Diambil dari Sabilunnajah wal Fikaak min Muwaalatil Murtaddin wa Ahlil Isyraak karya Syaikh Hamd Ibnu 'Atiq, dan lihatlah risalah kami Milah Ibrahim wa dakwatul Anbiyaa wal Mursaliin wa Asaalibuththughaah fi Tamyii'ihaa wa Sharfiddu'aah 'anhaa cetakan An Nur lil I'lam Al Islamiy. agama yang dia amalkan tidak bermanfaat dan tidak berguna sedikitpun bila dia di dunia menyepelekan pokok yang paling mendasar tersebut. Dia akan menyesal saat penyesalan sudah tidak berguna lagi, dia akan berangan-angan untuk bisa dikembalikan ke dunia ini supaya bisa merealisasikan rukun yang maha agung ini dan agar bisa memegang teguh al 'urwatul wutsqa, serta mengikuti millah yang maha agung ini. Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman:

  أربتنف ةرك انل نأ ول اوعبتا نيذلا لاقو . بابسلا مه هتعطقتو باذعلا اوأر و اوعبتا نيذلا نم اوعبتا نيذلا أربت ذإ رانلا نم نبجراخ مه امو مهيلع تاراح مهلامعأ ل مهيري كلذك انم اوءربت امك مهنم

  (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya dan mereka melihat siksa dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti" Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana

mereka berlepas diri dari kami". Demikian Allah memperlihatkan kepada mereka amal