Upaya Peningkatan Kompetensi Guru Menggunakan Media Pembelajaran Dengan Teknik Supervisi Bimbingan Individual di TK Al Hidayah II Kecamatan Pandawan

  

Upaya Peningkatan Kompetensi Guru Menggunakan Media

Pembelajaran Dengan Teknik Supervisi Bimbingan Individual di

TK Al Hidayah II Kecamatan Pandawan

  • Hj. Hasniah

  

Taman Kanak-Kanak Al Hidayah II Pandawan

Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan

  • • Terima: 29-09-2018 • Revisi: 25-10-2018 • Terbit Daring: 05-11-2018

  

Abstrak

Latar belakang diadakannya penelitian tindakan sekolah ini adalah kurangnya optimalnya pembelajaran karena kompetensi

guru masih rendah dalam penggunaan media pembelajaran. Kelengkapan media pembelajaran yang dimiliki lembaga sering

juga tidak seimbang atau sebanding dengan penggunaannya. Supervisi akademik strategi bimbingan individual adalah solusi

yang dilakukan kepala sekolah dala mengatasi permasalahan ini. Tujuan dalam penelitian ini adalah Melihat tahapan

pelaksanaan supervisi akademik strategi bimbingan individual dilaksanakan dan peningkatan aktivitas yang dilakukan guru

dalam meningkatkan kompetensi guru dalam mengajar melalui penggunaan media pembelajaran dan bagaimana hasil yang

dicapai oleh guru dalam mengajar penggunaan media pembelajaran di TK Al Hidayah II Kecamatan Pandawan. Penelitian ini

adalah penelitian tindakan sekolah terdiri dari 2 siklus dengan 4 kali pertemuan yang terdiri dari empat tahapan yaitu

pelaksanaan, perencanaan, evaluasi, dan refleksi dengan teknik analisi data menggunakan persentase keterlaksanaan yaitu

membanding keterlaksanaan dengan seluruh asfek aktifitas dengan pengkatagorean menggunakan rubrik. Subyek dalam

penelitian ini adalah 2 orang guru kelompok baik A dan B, tempat penelitian di TK Al Hidayah II. Hasil pada akhir kegiatan

siklus II dapat diketahui bahwa hasil akhir menunjukan bahwa terjadi peningkatan mengalami peningkatan antara lain pada

siklus I pertemuan ke 1 dan 2 pada guru kelas A sebesar 18,75% dari skor 16 menjadi 19. Guru Kelas B masing- masing

sebesar 11,76% dari 17 menjadi 19. Sedangkan pada siklus II pertemuan ke-1 dan 2 terjadi peningkatan keterlaksanaan

sebesar 100% untuk semua guru dan peningkatan nilai pelaksanaan untuk guru kelas A sebesar 10,52% dari skor 19 menjadi

21. Guru kelas B sebesar 5% dari skor 20 menjadi 21. © 2018 Rumah Jurnal. All rights reserved

  Kata-kata kunci: Kemampuan guru, media pembelajaran, dan supervisi dengan teknik kunjungan antar kelas * ——— Korespondensi. Hj. Hasniah: E-mail: hj.hasniah@gmail.com

  Hasil supervisi akademik yang dilakukan peneliti sebagai kepala sekolah pada proses pembelajaran, ditemukan fakta bahwa guru belum sepenuhnya menguasai media pembelajaran yang bersesuaian dengan bahan yang diajarkan. Guru masih perlu pembimbingan dan pembinaan dalam penguasaan media pembelajaran. Supervisi akademik ini dilakukan dengan strategi pembimbingan individual pada kelas kelompok A dan B. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Glickman et al., 2010). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Supervisi akademik merupakan salah satu fungsi mendasar (essential function) dalam keseluruhan program sekolah (Glickman et al., 2010). Supervisi dilakukan Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru.

  Teknik yang dipakai pada supervisi akademik ini adalah teknik supervise individual. Teknik ini dipakai agar 1supervisi yang dilaksanakan lebih optimal.

  Rumusan masalah dalam penulisan PTS adalah (1) Bagaimana tahapan pelaksanaan supervisi akademik teknik bimbingan individual di TK Al Hidayah II Kecamatan Pandawan?; (2) Bagaimana peningkatan kompetensi guru dalam mengajar menggunakan media pembelajaran melalui supervisi teknik bimbingan individual di TK Al Hidayah II Kecamatan Pandawan?.

  Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus atau pokok utama dalam penelitian ini maka pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah melakukan perbaikan pembelajaran dengan cara meningkatkan kompetensi guru dalam mengajar penggunaan media pembelajaran dengan supervise akademik teknik bimbingan individual di TK Al Hidayah II Kecamatan Pandawan.

  Tujuan penelitian adalah (1) Pelaksanaan supervisi akademik teknik bimbingan individual di TK Al Hidayah II Kecamatan pandawan; (2) Mengetahui peningkatan kompetensi guru dalam dalam mengajar menggunakan media pembelajaran melalui supervisi akademik teknik bimbingan individual di TK Al Hidayah II Kecamatan Pandawan.

  2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan

  2.1 Kompetensi Guru

  Kompetensi guru berkaitan dengan profesional yaitu, guru yang profesional adalah guru yang kompeten (berkemampuan), karena itu kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi (Syah, 2006). Dengan kata lain kompetensi adalah pemilikan, penguasaan, keterampilan, dan kemampuan, yang dituntut oleh jabatan seseorang.

  Terdapat beberapa peran guru dalam pembelajaran dalam yang diungkapkan oleh Moon (1998) yaitu (1) Guru Sebagai Perancang Pembelajaran (Designer Instruction); (2) Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran (Manager Instruction); (3) Guru Sebagai Pengaruh Pembelajaran; (4) Guru sebagai Evaluator (Evaluator of Student Learning); (4) Guru sebagai Konselor; (5) Guru sebagai Pelaksana Kurikulum; (6) Guru dalam Pembelajaran yang Menerapkan Kurikulum Berbasis Lingkungan.

  2.2 Media Pembelajaran

  Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Dalam Proses belajar mengajar di kelas, Media berarti sebagai sarana yang berfungsi menyalurkan pengetahuan dari Guru kepada peserta didik. Kelancaran aplikasi model pembelajaran sedikit banyak ditentukan pula oleh media pembelajaran yang digunakan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif juga menjadi ukuran penting dalam proses pembuktian hipotesa. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

  Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

  Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke–20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

  Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.

  Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena: (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.

  Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Media dapat menanamkan konsep dasar membangkitkan keinginan dan minat baru. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak

  2.4 Macam-macam Media Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

  Biasanya media pembelajaran di Taman Kanak- kanak cukup bervariatif, hal tersebut dikarenakan pembelajaran di Taman Kanak-kanak sangatlah berbeda dengan pembelajaran di sekolah tingkat atas atau yang lebih tinggi jenjangnya. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak mengedepankan prinsip “belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar” oleh karena itu pembelajaran di Taman Kanak-kanak haruslah menyenangkan dengan didukung media pembelajaran yang baik pula.

  Berikut ini macam-macam media pembelajaran yang lazim digunakan yaitu (1) Media Pembelajaran Berdasarkan Jenisnya diantaranya Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik; Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya; Projected still media : slide; over head projektor (OHP), LCD Proyektor dan sejenisnya; Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya; Study Tour Media: Pembelajaran langsung ke obyek atau tempat study seperti Museum, Candi, dll; Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh: dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif. (2) Media Pembelajaran Berdasarkan Tempatnya diantaranya adalah Alat Permainan Edukatif (APE) Dalam APE dalam merupakan APE yang digunakan di dalam ruangan misalnya : Puzzle, Boneka Tangan, Boombig, Leggo, Menara Gelang, Menara Segi Tiga, Bola-bola warna warni, dll; Alat Permainan Edukatif (APE) Luar APE luar artinya APE yang digunakan di luar ruangan misalnya: Ayunan, Perosotan, Jungkat Jungkit, Tangga Majemuk, Papan Titian, dll. (3) Media Pembelajaran Berdasarkan Nilai Kearifan Budaya Lokal. Untuk mengajarkan nilai-nilai budaya lokal atau daerah kepada anak didik maka dalam pembelajaran haruslah disisipkan nilai-nilai kearifan

2.3 Fungsi Media Pembelajaran

  media pembelajaran yang didasarkan pada muatan lokal daerah masing-masing misalnya: Pelepah pisang, dapat digunakan untuk bermain kuda-kudaan serta dibuat pistol-pistolan dan bermain stempel, Daun pisang, dapat digunakan untuk menganyam; Biji karet, dapat digunakan untuk berhitung dan meronce; Daun Gandaria, dapat digunakan untuk membuat topi; Kulit Jeruk Bali, dapat digunakan untuk membuat mobil-mobilan dan kapal-kapalan. Selain yang telah disebutkan tersebut banyak lagi bahan yang digunakan dalam mengembangkan APE di Taman Kanak-kanak sehingga aspek pengembangan pada anak dapat tercapai.

  2.5 Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

  Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran. Sebagaimana disampaikan oleh Danim mengemukakan bahwa menghadapi kurikulum yang berisi perubahan- perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka.

  2.6 Konsep Supervisi Akademik

  Salah satu tugas kepala sekolah/madrasah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman at al. 2010). Oleh sebab itu, setiap kepala sekolah/madrasah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip- prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi akademik. Supervisi akademik yang dilakukan kepala prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan tiap bidang pengembangan pembelajaran kreatif, inovatif, pemecahan masalah, berpikir kritis dan naluri kewirausahaan; (2) Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan di sekolah/madrasah atau mata pelajaran di sekolah/madrasah berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP; (3) Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/ metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa; (4) Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/ bimbingan (di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan potensi siswa; (5) Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran; (6) Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran.

  Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sasaran supervisi akademik adalah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, materi ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada Kepala Sekolah dalam meningkatkan kompetensi supervisi akademik yang meliputi: (a) memahami konsep supervisi akademik, (b) membuat rencana program supervisi akademik, (c) menerapkan teknik-teknik supervisi akademik, (d) menerapkan supervisi klinis, dan (e) melaksanakan tindak lanjut supervisi akademik .

  2.7 Pengertian Supervisi Akademik

  Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Glickman et al. 2010). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

  2.8 Tujuan Supervisi Akademik

  Tujuan supervisi akademik adalah (1) membantu guru mengembangkan kompetensinya; (2) mengembangkan kurikulum; (3) mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al. 2010, Sergiovanni, 1987); (4) didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan, dan (5) didasarkan pada kebutuhan dan kondisi sekolah/madrasah.

  2.9 Teknik-Teknik Supervisi Akademik

  Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman at al. 2010). Oleh sebab itu, setiap Kepala sekolah harus memiliki keterampilan teknikal berupa kemampuan menerapkan teknik-teknik supervisi yang tepat dalam melaksanakan supervisi akademik. Teknik-teknik supervisi akademik meliputi dua macam, yaitu: individual dan kelompok.

  Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap guru. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru. Dari hasil supervisi ini dapat diketahui kualitas pembelajaran guru bersangkutan. Tahapan dari supervisi teknik individual adalah (1) Tahap persiapan. Pada tahap ini, supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas berdasarkan hasil observasi pendahuluan; (2) Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung; (3) Tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi.

  3. Metodologi

  Metodologi memberikan gambaran yang jelas terhadap pencapain tujuan penelitian (Dalle, 2010; Dalle et al., 2017). Penelitian ini berlokasi di TK Al Hidayah II Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Penelitian yang diangkat adalah tentang kompetensi guru dalam mengajar menggunakan media pembelajaran melalui supervise akademik teknik bimbingan individual, tentu saja diperlukan pengamatan yang lebih dalam, maka memerlukan waktu yang cukup lama dalam penelitian yaitu dari bulan Pebruari s.d Maret. Pada bulan Pebruari dilakukan Pra Observasi dengan mengadakan pertemuan awal dengan guru-guru berdasarkan hasil supervisi tahun sebelumnya. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017.

  Subjek penelitian ini adalah guru kelompok A dan B TK Al Hidayah II Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Sedangkan Kepala Sekolah sendiri bertindak sebagai peneliti. Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan dalam dua siklus 4 kali pertemuan untuk maasing-masing guru sesuai jadwal yang telah ditentukan. Siklus kedua dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dari siklus pertama. Hal tersebut diketahui dari aktivitas guru dan hasil belajar anak didik

  Untuk menentukan persentase aktivitas kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dilakukan dengan mengukur kondisi variabel yang diukur dibandingkan dengan kondisi yang diharapkan (Arikunto, 2012).

  Penelitian Tindakan Sekolah ini dapat dinyatakan berhasil apabila dapat memenuhi kriteria adalah upaya peningkatan kompetensi guru menggunakan media pembelajaran dikatakan berhasil jika minimal 80% berada dalam katagori baik.

  Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi yang digunakan peneliti untuk mencatat perkembangan kemampuan masing masing guru yang dibinanya selama proses penelitian (siklus I dan siklus II). Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini terlampir.

  4. Hasil dan Pembahasan

  4.1 Siklus I

  Pada siklus I dapat direfleksikan bahwa aktifitas yang dilakukan guru dalam meningkatkan kompetensi mengajar melalui penggunaan media pertemuan 1 siklus I sebesar 83,33. Hal tersebut terlihat bahwa aspek yang belum dilaksanakan adalah variasi media yang digunakan. Dan cara menjelaskan cara yang seharusnya dan penggunaan media yang sebenarnya. Untuk pencapaian hasil dari penggunaan media pembelajaran pada siklus I pertemuan 2 ini berbanding lurus dengan aktifitas guru pada kelompok A memperoleh skor 16 kriteria baik sedangkan presentase pada kelompok B memperoleh skor 17 dan 18 atau kriteria sangat baik dengan presentase 79,17 %. Dengan supervisi akademik bimbingan individual terhadap peningkatan profesionalisme guru menggunakan media pembelajaran mencapai kriteria baik dan sangat baik, tetapi masih perlu pemantapan hasil penelitian di siklus II.

4.2 Siklus II

  Pada siklus II dapat diketahui bahwa aktifitas yang dilakukan guru dalam meningkatkan kompetensi mengajar melalui penggunaan media pembelajaran pada kelompok A dan B pada pertemuan I1 siklus I sebesar skor 19 dan 20. Hal tersebut terlihat bahwa aspek yang berupa kesesuaian media sudah sangat baik, variasi media yang digunakan juga sangat baik. Penggunaan dan penjelasan media sudah baik dan sudah terpenuhi indikator kinerja. Hanya perlu dijelaskan lebih detail lagi agar anak memahami manfaat dan bahaya hewan-hewan tersebut bagi manusia dari. Pembinaan setelah observasi dilakukan secara individu dengan merefleksi kelebihan untuk dimantapkan dan kekurangan ditindak lanjuti pada desain RPH dan pelaksanaan penggunaan media. Kedua guru tersebut untuk pertemuan 1 dan 2 siklus

  II, disarankan untuk menggunakan media lebih bervariasi agar anak bisa lebih memahami tema binatang yang disampaikan. Pelaksanaan pada siklus

  II ini sudah mencapai indicator yang baik maka penelitian ini dicukupkan pada siklus II saja.

  Berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan (1) Pelaksanaan supervisi akademik strategi bimbingan individual berjalan sesuai dengan tahapan perencanaan (pra observasi), pelaksanaan (observasi), dan setelah observasi; (2) Kemampuan guru dalam mengajar menggunakan media bimbingan individual pada TK Al Hidayah II Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah mengalami peningkatan antara lain pada siklus I pertemuan ke 1 dan 2 pada guru kelas A sebesar 18,75% dari skor 16 menjadi 19. Guru Kelas B masing- masing sebesar 11,76% dari 17 menjadi 19 Sedangkan pada siklus II pertemuan ke-1 dan 2 terjadi peningkatan keterlaksanaan sebesar 100% untuk semua guru dan peningkatan nilai pelaksanaan untuk guru kelas A sebesar 10,52% dari skor 19 menjadi 21. Guru kelas B sebesar 5%

  Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini, maka disampaikan beberapa saran yang perlu dipertimbangkan, yaitu (1) Kepada guru agar lebih kreatif dan mengembangkan kompetnsi yang dimilikinya; (2) Kepada kepala sekolah agar memaksimalkan fungsi supervisi akademik membimbing guru memaksimalkan hasil pembelajaran; (3) Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut dan berkaitan dengan media pembelajaran.

  Daftar Rujukan Ali, M. (1985). Penelitian pendidikan dan prosedur strategi.

  Bandung: PT Angkasa Jaya Arikunto, S. (2012). Prosedur penilaian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta Briggs, L.J. (1977). Instructional design, educational technology publications inc

  . New Jersey: Englewood Cliffs Dalle, J. (2010). Metodologi umum penyelidikan reka bentuk bertokok penilaian dalaman dan luaran: Kajian kes sistem pendaftaran siswa Indonesia. Thesis PhD Universiti Utara Malaysia. Dalle, J., Hadi, S., Baharuddin., & Hayati, N. (2017). The Development of Interactive Multimedia Learning Pyramid and

  Prism for Junior High School Using Macromedia Authorware.

  The Turkish Online Journal of Educational Technology , November. 714-721.

  Direktorat Tenaga Kependidikan. (2010). Supervisi akademik.

  Jakarta: Ditjen PMPTK Kementerian Pendidikan Nasional Glickman, C.D., Gordon, S.P., & Ross-Gordon, J.M. (2010). Super vision and instructional leadership: a developmental approach, 8th Edition . New York: Pearson

  Rahman. G. (2014). Metodologi penelitian sekolah. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Schramm, W. (1977). Big media litle media. London: Sage Public- Baverly Hills Sergiovanni, T.J. (1987). The principalsship, a reflective practice perspective . Boston: Allyn and Bacon

5. Simpulan dan Saran

  Syah, M. (2006). Psikologi belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada