View of Teori Limit dalam Metode Hukum Islam Muhammad Syahrur

  • * Manusia diciptakan SWT dimuka

  puluh tiga tahun, ia menjawab per- soalan-persoalan nyata yang muncul di tengah kehidupan waktu itu dan Nabi sebagai nominator pertama 1

  ,

  Muhammad Syahrur

  Shahrur also used scientific approach. Therefore it is very natural that the theoretical Physics, Mathematics, and Philosophy are affected in his understanding of Islamic law. Key words :

  refers to the meaning of ‚the bounds or restrictions of God which should not be violated, contained in the dynamic‛. In addition,

  contains two of Islam's main characters (the constant form (Istiqamah) and the flexible form (hanifiyyah), it make Islam's survival, thus enabling the creation and development of the dialectic of the Islamic legal system continuously.The flexibility is in the limit theory

  which led him to formulate his limit theory. The framework on this theory

  Mia Fitriah Elkarimah* Abstract. The purpose of this study is know the concept of limit theory according to muhammad Syahrurs ’s methodology (here in after referred as: Syahrur). The research findings state that the methodology of Islamic law used by syahrur is diffrent among another convensional’s scholars. He is a technique figure and his also had a very deep interest in the Islamic subjects. He used linguistic approarch, based on this he gave different interpretations of important terms in the Qur'an

  Companion To The Qur’an (oxford: Blackwell publishing, 2006), hal. 41 Teori Limit dalam Metode Hukum Islam Muhammad Syahrur

  .Abdullah Saeed “Contextuali-zing” dalam Andrew Rippin (ed), The Blackwell

  1 Maka selama dua

  bukan semata text yang dipahami dan dibaca tapi juga text yang didengar petuah-petuahnya.

  The Blackwell Com- panion To The Qur’an . Al- Qur’an

  atau hadist. Menurut Andrew Rippin dalam bukunya

  wahyu gairu matluw yakni sunnah

  yaitu Al- Qur’an ataupun

  matluw

  • Mia Fitriah Elkarimah, lahir di

  Bekasi, 25 juli 1982, S1 di UIN 2005 jurusan Dirasah Islamiyah dan STBA Nusa Mandiri jurusan Sastra Inggris pada tahun 2007. Dan tahun 2009 menyele- saikan S2 nya di PTIQ kosentrasi Tafsir Wa Ulumuh.

  Wasallam baik dalam istilah wahyu

  bumi dengan tujuan agar memakmur- kan dan mengisi kehidupan ini sesuai dengan tata aturan dan hukum-hukum Allah Subhana Wata’ala yang disam- paikan dalam bentuk wahyu kepada Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi

  21 Pendahuluan

  Hudud/ Limit/Batas,Islamic Law, Istiqamah, Hanifiiyah

  

Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 22

  dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian : hukum Islam yang ber- hubungan dengan perihal akidah

  (Iskandariyah; Mu’assasah Syabab Al-

  Islami,

  (Semarang:Tp 2001), hlm. 171 3 . Abu al-Ainain Badran, Usul Fiqh Al-

  Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional, Membedah Peradilan Agama ,

  .Maksun Faiz, Konstitusionaisasi

  disebut hukum Islam; sehingga apabila disebut hukum Islam maka yang dimaksud adalah hukum Islam 2

  3 Bagian ketiga inilah yang popular

  ماكحا( ) ةيداقتعا ةيعرشyang menjadi kompetensi kajian ilmu tauhid (Usul ad-Din, Ilmu Kalam), hukum Islam yang berhubungan dengan akhlak yang menjadi kompetensi kajian Ilmu Akhlak dan Tasawuf, sedangkan yang terakhir hukum Islam yang berhu- bungan dengan perbuatan mukallaf, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh yang menjadi kompetensi kajiannya.

  2 Secara garis besar hukum Islam

  dalam memberikan eksplanasi yang paling otoritatif.

  untuk fikih Islam dipergunakan istilah hukum fikih atau kadang-kadang Hukum Islam.

  syara’

  Di dalam bahasa Indonesia, untuk syari’at Islam, sering dipergunakan istilah h ukum syari’at atau hukum

  Kata ‚hukum‛ dalam Islam (hu- kum Islam) sering dikonotasikan pada dua hal yaitu fiqh dan syariat. Di dalam kepustakaan hukum Islam ber- bahasa inggris, Syari’at Islam diterje- mahkan dengan Islamic Law, sedang Fikih Islam diterjemahkan dengan Islamic Jurispudence.

  Qur’an. Al- Qur’an juga meletakan prinsip- prinsip umum dan kaidah dasar yang dijadikan para ahli az-zikri untuk me- ngembangkan hukum Islam. Hukum Islam bersifat ‘ alamiyah tidak diba- tasi oleh sekat teritorial tertentu dan siap diterapkan disetiap kurun waktu dan tempat.Hal ini berarti hukum Islam dalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu, berasal dari legislator tertinggi, yaitu Allah. yang Maha tahu kondisi makhluknya, bersifat universal dan kekal. Perlu ditegaskan bahwa tidak ada satu aturan yang mendatangkan kebaikan bagi umat manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat melainkan telah dijelaskan di dalamnya dan tidak pula ada satu aturan pun yang membahayakan kehidupan manusia melainkan telah diperingatkan untuk ditinggalkan dan dijauhi,

  Sangat logis jika prinsip-prinsip universal Al- Qur’an akan senantiasa relevan karena tidak akan turun lagi kitab samawi setelah Al-

  li kulli zaman wal makan (Islam itu relevan dengan waktu dan tempat).

  Pasca meninggalnya Nabi, Al- Qur’an menjadi teks bahasa yang hi- dup, yang selalu berdialog dengan berbagai varian zaman dari mulai sahabat, tabi’in dan generasi seterus- nya. Banyak sekali metode dan pendekatan yang disematkan kepada- nya dan tidak pernah mengenal kata usai yang tujuannya bermuara pada keyakinan bahwa Al- Qur’an Sholihun

  Jami’ah), hlm. 28-29

4 Amir Syarifuddin mengatakan

5 Kedua fungsi ini diharapkan

  Ciputat Press, 2002), hlm. 1 Karena itu tidak heran ada yang mengatakan hukum Islam itu tidak manusiawi.

  Pidana Islam, 2003: xi

  tampaknya merupakan jargon utama 6 Topo Santoso dalam kata pengantar Daud Rasyid, Membumikan Hukum

  zaman wal makan . Karakter ini

  Sedangkan gelombang pembaha- ruan yang berkembang pesat ini sering berkaitan dengan hukum Islam. Berbicara tentang pembaharuan hu- kum Islam, pemikiran dekonstruktif sekaligus rekonstruktif merupakan fenomena yang kerap muncul. Salah satunya Muhammad Syahrur yang lahir di Damaskus Syria merupakan salah satu ulama’ pemikir Islam kontroversial ingin meng-reinter- pretasi Islam, sehingga akan memun- culkan karakter islam sebagai ajaran yang universal yang Sholihun li kulli

  kum Islam‛, maka yang tersirat dalam benak mereka, tidak lebih dari sekedar hukum potong tangan, rajam dan qishah yang dapat dikategorikan sebagai ‚vonis‛. Kalau dilihat sepin- tas lalu, semua vonis ini memang akan menimbulkan kesan negative bagi hakikat hukum Allah. tapi karena ketidak pahaman seseorang, sehingga ia tidak mau melihat, kapankah suatu kasus sampai pada tataran vonis? Apakah eksekusi pelakasanaan hu- kuman dilakukan dengan sembarang, tanpa proses peradilan? Apakah vonis bisa jatuh jika tidak dipenuhi dengan unsur-unsur dan syarat-syarat ?

  6 Setiap mendengar ungkapan ‚hu-

  23 yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf.

  bahwa hukum Islam mempunyai peran sebagai pengatur kehidupan masyarakat (social control) dan pem- bentuk masyarakat ( Social Engine-

  Dar Al-Qalam, th), hlm. 13-14 5 Amir Syarifuddin, Meretas Kebekuan

  Madkhal Li at- Tasry’ al-Islamy, (Beirut:

  .Muhammad Faruq Nabhan, al-

  , bagaikan orang buta meraba gajah. Ketika yang terpegang belalai gajah, ia bersikeras mengatakan bahwa gajah itu bulat, panjang, dan mengecil ke ujungnya. Jika ia dikoreksi dan diberi informasi bentuk gajah yang sesung- guhnya, ia menolak. Hukum Islam juga demikian, sering ditampilkan dan ditafsirkan sebagai suatu vonis. 4

  Membumikan Hukum Pidana Islam

  Hukum Islam sering dipandang dari satu sisi saja, tanpa melihat sisi lain yang tidak terpisah dari sisi pertama. seperti yang diilustrasikan Daud Rasyid yang diambil dari Topo Santoso sebagai kata pengantar dalam

  berjalan serempak dan dapat me- ngatur kehidupan masyarakat sejalan dengan perkembangan zaman pada era global. Dan ini tidak mudah karena akan berhadapan dengan cara pema- haman terhadap hukum Islam. Oleh sebab itu diperlukan pemahaman yang benar pada setiap ajaran hukum Islam.

  ring) .

  Ijtihad; Isu-Isu Penting Hukum Islam Kontemporer Di Indonesia . (Jakarta:

  

Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 24

  ‘ah Mu‘ashirah karya Muhammad

  Qira’ah Al- Mu’asirah Li Al-Daktur Muhammad Syahrur; Mujarrad Tanjim; Kazzab Al- Munajjimun Walau Shadaqu, Damaskus:

  Islamic Reformation.Wilson Quarterly 22 Nol. Winter.1998: 4 9 Salim Al-Jabi, Al-

  Dalam Islam and Christian-Muslim Relation. Vol.7. No 3.1996, hlm. 337 8 Dale F. Eickelman, Inside The

  menon: A Liberal Islaic Voice From Syiria

  dan Mahami Munir M. Tahir al- Syawwaf dengan bukunya Tahafut 7 Peter Clark, The Syahrur Pheno-

  9

  (pem- bacaan kontemporer Dr. Syahrur hanya praduga semata; para peramal selalu dusta meskipun mereka benar)

  Al- Qira’ah al- Mu’asirah li al-Daktur Muhammad Syahrur; Mujarrad Tanjim; Kazzab al- Munajjimun Walau Shadaqu

  Syahrur memunculkan sederetan nama-nama seperti Salim al-Jabi, Mahami Munir, Yusuf al-Shaidawi, Mahir al-Munajjiddan lain-lain yang ‚gerah‛ dengan pemikirannya. Salim al-Jabi dalam buku

  tradiktif, itu dibuktikan dengan mun- culnya al-Kitab wa al- Qur’an: Qira-

  para pemikir muslim kontemporer termasuk Muhammad Syahrur .

  8 Dan sebagianyang cenderung kon-

  menjuluki sebagai Immanuel Kant dari dunia arab dan sebagai Marthin Luther dalam Islam.

  7 Dale F. Eickelman yang

  The Syahrur Phenomenon: A Liberal Islaic Voice From Syiria .

  tentang pengtahuan manusia dan perilakunya), meskipun ia kontrover- sial, tapi telah memberikan kontribusi orisinil dalam cara berfikir liberal. Peter Clark dalam

  theory of Human Knowledge and Behavior (teori Islam yang baru

  Muhammad Syahrur sebagai seorang Prefesor Teknik Sipil telah melakukan usaha untuk menulis New Islamic

  al-Fiqh al-Islami, mengatakan bahwa

  Disebut ulama yang kontrover- sial karena banyaknya literatur yang membahas tentang pemikirannya baik yang mendukung maupun tidak, diataranya yang berkembang di kalan- gan para akademisi-akademisi Indone- sia. Ini bisa ditunjukan dengan adanya beberapa artikel, review buku, atau- pun skripsi yang merespon dan mengkaji pemikirannya. Respon terhadap pemikiran Syahrur juga muncul dikalangan Islamisis yang nota bene para akademisi berlatar belakang pendidikan barat dan cenderung apresiatif. Diantaranya Andreas Christmanndalam sebuah abstract buku Nahwu Ushul Jadidah li

  Jargon ini sebenarnya menyiratkan sebuah misi yang di bawa ajaran Islam yang bukan hanya untuk komunitas pada tempat dan waktu tertentu. Akan tetapi ajaran Islam memang sesuai dengan konteks, situasi dan waktu apapun, kemanapun dan dimanapun. Universalisme ini juga menyiratkan sebuah ajaran yang menyeluruh dalam semua bidang dan lini kehidupan. Namun demikian, universalitas Islam diklaim jika dibenturkan dengan realitas dan konteks kultural dan sosiologis ternyata sangat jauh dari idealisme.

  AKAD, 1991 tersebut.

  12 Selanjutnya Universitas

10 Mahami Munir M. Tahir Al-

  Dalam Islam and Christian-Muslim Relation. Vol.7. No 3. 1996: 336

  menon: A Liberal Islaic Voice From Syiria

  A Sourcebook (New York: Oxford University Press, 1998), hlm. 138 13 Peter Clark, The Syahrur Pheno-

  tentang 12 Charles Kurzman(ed), Liberal Islam:

  Keunikan yang paling mencolok terlihat dalam pemikirannya

  unik dan bersifat reformatif.

  ilmuan teknik, tidak menghalanginya untuk mengkajiIslam secara serius. Berangkat dari premis-premis baru itu, syahrur merumuskanepistemologi, pendekatan dan metodenya sendiri bagi Studi keIslaman.Akibatnya kajiannya menjadi kajian keIslaman yang

  13 Dengan latar belakangnya sebagai

  Syahrûr meraih gelar Master dan tiga tahun kemudian, tahun 1972, ia behasil menyelesaikan program dok- toralnya. Pada tahun 1982-1983, Muhammad Syahrur dikirim kembali oleh universitas untuk menjadi tenaga ahli pada konsulat jenderal di Arab Saudi. Pada tahun 1995 ia juga menjadi peserta kehormatan dalam debat publik mengenai keIslaman di Lebanon dan Maroko.

  Turbat wa Asasat ). Pada tahun 1969

  ) guna melanjutkan studinya di jenjang Magister dan Doktoral dalam bidang yang sama dengan spesialisasi Mekanika Pertanahan dan Fondasi ( Mikanika

  al-Irilandiyah

  Damaskus mengirimkannya ke Dublin Irlandia tepatnya di Irlandia National University ( al-Jami'ah al-Qaumiyah

  25 Al- Qira’ah Al-Mu’ashirah (kerancuan pembacaan kontemporer) yang ber- usaha mengulas kejanggalan-kejang- galan yang terdapat dalam buku al-

  Kitab wa Al- Qur’an baik dari aspek

  Qira’ah Al-Mu’- ashirah, Cet 1, Cyprus: Al-Syawwaf Li Al- Nasyr Wa Al-Dirasat, 1993 11 Yusuf Al-Shaidawi , Baidhat Al- Dik; Naqd Lughawyy Li Kitab Al-Kitab

  Syawwaf, Tahafut Al-

  1957. Dinegara inilah, Muhammad Syahrur mulai berkenalan dengan pemikiran Marxism , dan tidak meng- akui sebagai penganut aliran

  al- Handasah al-Madaniyyah ) pada Maret

  dan sebagainya. Muhammad Syahrur adalah pemi- kir liberal asal Damaskus, Syria.Sejak muda belia, Syahrur terkenal dengan anak yang cerdas dan cemerlang. Kecerdasanya terbukti dengan menda- patkan beasiswa dari pemerintah Syiria ke Moskow, untuk melanjutkan kuliah di bidang Teknik Sipil (

  11

  al-Kitab wa al- Qur’an: Qira‘ah Mu‘ashirah

  kritikan terhadap sepuluh halaman pertama dari buku

  al-Kitab wa al- Qur’an ), buku ini hanya berisi

  kritik bahasa pada buku

  Baidhat al-Dik; Naqd Lughawyy Li Kitab al-Kitab Wa al- Qur’an (telor ayam jantan;

  kritik al-Shaidawi diterbitkan dalam buku dengan judul

  10

  metodologis maupun kontennya,

  Wa Al- Qur’an, Ttp: Al-Matba’ah Al- Tawuniyyah, Tt.

  

Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 26

  teori hukum Islamdengan ijtihadnya menggunakan

  lainnya buku-bukunya, tulisannya yang berbentuk artikel yang tersebar di berbagai jurnal dan website.

  Nahwu Usul Jadidah Li Al-Fiqh Al-Islami, sedangkan referensi primer

  dan

  wa Al- Qur’an: Qira’ah Mu’ashirah

  Muham- mad Syahrur yang berjudul al-Kitab

  Master Piece

  , maka dalam pe- ngumpulan data, peneliti membagi sumber data menjadi 2 bagian. Sumber data pimer, yaitu kitab-kitab atau buku yang diangggap repre- sentative. Dalam hal ini, data primer adalah karya

  Library Research

  ) pemikiran/teori serta konsep yang sedangterjadi. Karena model penelitian ini adalah

  (funda- mental structure

  dan penemuan struktur dasar

  (fhiloso- pycal method), yaitu upaya pencarian

  Metode pendekatan yang - dalam penelitian ini adalah filsafat

  Penelitian ini bersifat deskriptif analitik sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan meng- gambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau objecty penelitian. Arti- nya peneliti akan memaparkan asal muasal teori itu dicetuskan dari konstruksi pemikirannya, metode dan pendekatannya, lalu mengambarkan gambaran umum tentang teori limit- nya, Kemudian implikasi dari teori ini pada masalah –masalah fiqh.

  kualitatif. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi.Analisis data yang digu- nakan adalah dengan mengumpulkan data-data kemudian dianalisis dengan menggunakan metode content anali- sis.

  Qur’an: Qira’ah Muashirah , 1997: 581

  kus: al-.Ahali li ath-Thiba'I Li an-Nasyr wa Tawzi', 1997), hlm. 246. 15 .Syahrur, al-Kitab wa al-

  al- Qur’an: Qira’ah Muashirah. Damas-

  ) dengan menggunakan pendekatan 14 .Muhammad Syahrur, al-Kitab wa

  Library Research

  Penelitian ini termasuk jenis pene- litian kepustakaan (

  yang sama sekali tidak berpijak pada paradigma ilmu ushul fiqih klasik dan dan hanya berbekal ilmu teknik. Metodologi Penelitian

  bahwa yang menetapkan batasan-batasan (hudud) adalah Allah semata.

   َِاللّ ُدوُدُح َكْلِت ) dengan sebuah penegasan

  rekonstruksi hukum Islam Muham- mad Syahrur menjadi menarik dan memiliki keunikan dengan menggu- nakan rumus-rumus ilmu alam (Matematika) yang dikembangkan oleh Issac Newton, khususnya yang berkaitan dengan rumus persamaan fungsi [Y=f(x)], disamping juga memiliki dasar dalam surah an-Nisa/ 4:13(

  Teori yang merupakan terobosan dalam bidang ushul fiqh ini menurut Hallaq sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan formalnya dibidang ilmu-ilmu alam terutama Matematika dan Fisika.

  (Teori limitnya) nya yang mengun- dang banyak tanggapan pro dan kontra dari kalangan umat Islam sendiri.

  Nazoriyyat al-Hudud

14 Disinilah

15 Inilah fenomena syahrur

  27 Sedangakan Sumber data sekunder, mencakup referensi-referensi lain yang ditulis para intelektual, baik berupa kritikan, komentar, analisa maupun karya-karya akademik.

  manusia mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk menetapkan hu- kum-hukum variatif di seputar batasan yang ditetapkan Allah dengan berdasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan serta pemahaman serta kondisi sosial sebuah masyarakat. Disinilah menurutnya, letak kekuatan hukum Islam.

  Lkis 2012), hlm. 93

  Tafsir Kontemporer. Cet II. ( Yogyakarta:

  . Syahrur , 1997: 144 18 .Abdul Mustaqim, Epistemologi

  18 17

  , ayat-ayat hukum yang selama ini dianggap final dan pasti tanpa ada alternatif pemahaman lain ternyata memiliki kemungkinan untuk diinterpretasikan secara baru dan Syahrur mampu menjelaskannya secara metodologis dan mengaplikasikannya dalam penafsirannya melalui pendekatan Matematis. Kedua, denganteori limit, seorang mufassir akan mampu men- jaga sakralitas teks Nash tanpa harus kehilangan kreatifitas manusia dalam melakukan ijtihad untuk membuka kemungkinan interpretasisepanjang masih berada dalam batas-batas hukum Allah.

  limit

  pertama, dengan teori

  Epistemologi Tafsir Kontemporer;

  Ia menegaskan bahwa teori limit merupakan salah satu pendekatan da- lam berijtihad, Kontribusi dari teori ini sebagaimana dikutip dari buku

  17 Jadi dengan adanya teori limit

  Hasil Penelitian Dari hasil analisa yang ada ternyata secara definitif Muhammad

  minimum dan maksimum tadi), maka 16 . Syahrur , 1997: 579 dia tidak dapat dianggap keluar dari hukum Allah.

  Hudud (ketentuan Allah antara batas

  manusia, elastisitas dan fleksibilitas hukum Allah tadi dapat digambarkan seperti posisi pemain bola yang bebas bermain bola, asalkan tetap berada pada garis-garis lapangan yang telah ada. Pendek kata, selagi seorang muslim masih berada dalam wilayah

  hanifiyyah ).

  ) dan manusia senantiasa bergerak dari dua batasan tersebut (disebut dengan al-

  Istiqamah

  ) dalam berbagai ketentuan hukum, baik yang maksimum maupun yang minimum ( disebut dengan

  hudud

  Asumsi dasarnya adalah bahwa Allah di dalam Al- Qur’an telah menetapkan limit (

  Syahrur tidak memberikan pengertian pada teori limit yang dimunculkan. Teori itu hanya bersumber dari interpretasi kata Hudud dalam Al- Qur’an.Jadi teori limit sebagai alter- natif nama disamping teori hudud dan teori batas. Penamaan teori limit peneliti hanya bersumber dari be- berapa akademisi yang lebih banyak menampilkan kata limit dari pada teori batas.

16 Inilah wilayah ijitihad

19 Dari apresiasi kepada teori ini,

  ilmiah dalam studi bahasa). Pende- katan lingusitiknya bila dicermati hanya digunakan untuk membangun suatu landasan pemikirannya terhadap tema-tema yang terdapat dalam Al- Qur’an sesuai dengan konteks ruang dan waktu abad sekarang, sementara dalam aplikasi penelitiannya, ia lebih menekankan tidak adanya sinonim dalam bahasa Arab sehingga setiap kata mempunyai pengertian masing- masing.

  nya yang berkaitan dengan persamaan fungsi yang dirumuskan dengan y=f(x) jika mempunyai satu variabel atau y=f(x,z) jika mempunyai dua variabel atau lebih.

  al-Tahlily al- Riyadi (analisis matematis), khusus-

  , dan juga merumuskan teori-teorinya dengan

  Hanafiyyah

  , dibuktikan dengan mun- culnya konsep al-Istiqamah dan al-

  Relistik- Empiriknya

  Sementara untuk kerangka meto- dologinya, terlihat bahwa beliau mencoba memformulasikan teori baru dengan dilatarbelakangi oleh epis- temologi pengetahuan yang

  

Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 28

Ditambah lagi menurut Wael B.

  Hallaq, teori limit (

  Sedangkan sketsa pemikirannya menggunakan pendekatan bahasa yang oleh Ja’far Dak Albab teman dan sekaligus menjadi guru di bidang Linguistik disebut dengan al-Manhaj

  dan abdul Haris. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2000) peneliti tidak mendapatkan Muham- mad Syahrur memberikan kriteriaatau pengelompokan dan penempatan sua- tu ayat dalam enam varian posisi pada teori limityang dicetuskannya.

  Hukum Islam; Pengantar Untuk Ushul Fiqh Mazhab Sunni. Terj. E kusnadiningrat

  .Wael B. Hallaq, Sejarah Teori

  4. Batas minimum dan maksimum sekaligus dalam satu titik koordinat; 5. Batas maksimum dengan satu titik yang cenderung mendekati garis lurus tapi tidak ada persentuhan; 6. Batas maksimum positif dan tidak boleh dilampaui, batas minimum negatif boleh dilampaui.Tetapi sejauh ini 19

  akan dipaparkan sedikit bahwa Teori limit ini adalah sebuah teori Matematika yang dikolerasikan dan diaplikasikan dalam hukum Islam. Muhammad Syahrur yang berlatar belakang teknik, ternyata memberikan sebuah penawaran untuk merekon- struksi ayat-ayat muhkamat, sehingga dengan menggunakan teori ini mempermudahkan kita untuk melihat hukum Allah dengan kacamata yang jelas, yakni dengan menghadirkan batas maksimal dan minimal pada hukum-hukum yang ada dalam Al- Qur’an. Terkait dengan teori yang dikemukakannya, Syahrur menetap- kannya dalam enam varian posisi, yaitu: 1. Batas minimum; 2. Batas maksimum; 3. Batas minimum dan maksimum sekaligus;

  epistemologi yang menimpa karya- karya pemikir sebelumnya.

  Nadzariyyat Al- Hudûd ) telah mengatasi kebuntuan

  al-Tarikhi al-Ilmy Fi Dirasah al- Lughawiyyah (pendekatan historis

  • istiqamah

  Kurva yang tergambar berupa garis lengkung mencerminkan dina- mika yang bergerak sejalan dengan sumbu x, namun gerakan itu dibatasi dengan batasan hukum yang telah ditentukan Allah (sumbu y). Dengan demikian hubungan antara kurva dan garis lurus secara keseluruhan bersifat dialektik yang tetap dan yang berubah senantiasa saling terkait. Dialektika adalah sebuah kemestian untuk me- nunjukan bahwa hukum itu adaptable terhadap konteks ruang dan waktu.

  Pertama

  , karakter permanen ( tsabit ) dalam arti tetap dan tidak berubah dan universal. Karakter ini disebut sebagai

  al

  , dalam arti berlaku secara umum dan terus-menerus. Kedua , karakter dina- mis dan cenderung kepada perubahan ( al - hanafiyyah ).

20 Inilah yang disebut

  Syahrur sebagai sifat ajaran Islam, yang memiliki dua sisi yang bertolak belakang, maka persamaan fungsi ini merupakan satu syarat untuk dapat memahaminya.

  X

21 Sebenarnya persamaan fungsi ini

  yah

  29 Bagi Syahrur, persamaan fungsi ini dapat dijadikan basis teori pengembangan hukum Islam karena hukum ini mencakup dua karakter dari hukum Islam.

  dalam hukum Islam adalah bagaikan kurva dan garis lurus yang bergerak pada sebuah matrik. Sumbu x menggambarkan perkembangan zaman atau konteks sosio-kultural masyarakat, sedangkan sumbu y sebagai undang-undang yang ditetapkan Allah Subhana Wata’alaa. Adapun titik pangkal atau titik nol melambangkan masa Hijrah Nabawi-

  22 Secara konseptual, teori limit

  yang digunakan Muhammad Syahrur berbe- da sekali dengan pemahaman ulama konvensional, ulama konvensional baik itu yang notabene nya dari timur tengah ataupun tidak, lebih menggu- nakan kata hudud dan

  menafikan terjemahan dengan bahasa apapun. Hudud adalah bentuk jamak dari Had

  yang artinya pemisah antara dua hal sehingga keduanya tidak tercampur.

  23 Dalam kitab-kitab Fiqh konvensional Had didefinisikan menjadi hukuman, 22 Syahrur, 1997 : 451-452. 23 Abu Syahbah,Al-Hudud Fi Al-Islam

  Wa Muqaranatuhu Bi Al-Qawanin Al- Wad’iyyah, (Kairo: Tp 1973), hlm. 129 Kurva (al-hanifiyah = Y ruang ijtihad)

  al-Hanafiyyah

  memiliki beragam bentuk yang variatif, namun menurutnya, secara prinsip semuanya dapat dikategorikan menjadi enam bentuk. Dengan ban- tuan kenam bentuk persamaan fungsi di atas, ia ingin menggambarkan bahwa hubungan antara al-Istiqamah dan

  yakni masa dimulainya tugas risalah Nabi Muhammad. 20 . Syahrur, 1997: 449. 21 Syahrur, 1997: 450.

  26 Had ini juga berlaku jika harta

25 Demikian pula, dalam teori hudud

  (Bandung: Mizan, 1989), hlm. 33-35.

  Tantangan Modernitas. Studi Atas Pemikiran Hukum Fazlur Rahman.

  Da’wah ,1984), hlm. 269. 27 .Abu Syahbah, 1973:224-228. 28 .Taufik Adnan Amal, Islam Dan

  Tajdid al-Din , (Kuwait: Dar Al-

  .Busthami Muhammad Said, Mafhum

  menyiratkan bahwa tidak diterimanya lagi metode-metode baru. Karena kemapanan pada khazanah keilmuan Islam khususnya hukum Islam. 26

  28 Dan ini

  Dalam paradigma usul fiqh klasik menurut Hasbi As-Shiddiqiey yang dikutip oleh Taufik Adnan Amal terdapat lima prinsip yang memung- kinkan Hukum Islam bisa berkembang mengikuti masa: 1) Prinsip Ijma’; 2) Prinsip Qiyas; 3) Prinsip Maslahah Mursalah; 4) Prinsip memelihara Urf’; dan 5) berubahnya hukum dengan berubahnya masa. Kelima prinsip ini dengan jelas memperlihatkan betapa pleksibelnya hukum Islam.

  ketika barang itu tidak cukup nisab , maka had potong tangan tidak boleh diberlakukan.

  27 Maka

  yang dicuri sampai pada nisab yang sudah ditentukan. Para ulama berbeda pendapat Imam Ahmad, Malik dan Syafi’Iberpendapat bahwa nisabnya seperempat Dinar Emas atau tiga Dirham. Sedangkan Imam Hanafi menetapkan sepuluh Dirham untuk Nisab harta yang dicuri.

  

Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 30

  itulah mengapa dalam teori fiqh konvesional

  berlaku jika syarat sempurna, jika ada satu syarat yang belum terpenuhi maka akan dikenakan Ta’zir, sebagai contoh pencuri akan dikenakan had potong tangan, jika syarat-syaratnya sudah memenuhi semua, maka akan terlaksana had tersebut. Namun jika tidak ini seperti yang dicontohkan Umar bin Khatab yang tidak 24

  hudud

  konvensioanal dibangun atas dasar teks nash bukan oleh realitas dan konteks, sehingga dalam teori initidak dikenal dengan istilah batas maksimal ataupun batas minimal, meskipun demikian, hudud tidak akan terlak- sana jika belum terpenuhi seluruh syarat, dengan kata lain

  ayat qath’iyy al-dalalah.

  dipandang sebagai

  hudud

  Qur’an dan Hadist terhadap pelaku tindak kejahatan yang berke- naan dengan hak masyarakat dan hukuman itu dipahami secara rigid, sehingga tidak dapat ditawar-tawar lagi, kare na ayat-ayat yang berbicara tentang

  berangkat dari pengertian diatas juga senada seperti yang dilontarkan tim penulis UIN Syarif Hidayatullah bah- wa hudud a dalah ancaman hukuman yang ditentukan kadar dan bentuknya oleh Al-

  24

  dipahami sebagai hukuman atau al-Uqubat yang ditentu- kan atas dasar sebagian perbuatan maksiat dan dosa-dosa besar,

  hudud

  . Abu Syahbah 1973: 131, 25 . Syahrur, 1997:329 menghukum had potong tangan, karena dilihat kondisi sipelaku.

29 Pembahasan

  31 Kemapaman tersebut bukan iden- tik kepada statisnya solusi hukum Islam, tetapi Ini dibuktikan dengan fleksibel hukum Islam dalam perja- lanan sejarah awal, perkembangan hukum Islam yang dinamis dan kreatif pada masa awal kemudian menjelma kedalam bentuk mazhab-mazhab yang memiliki corak sendiri-sendiri sesuai dengan latar belakang sosiokultural dimana mazhab hukum itu tumbuh dan berkembang.

  Na’im, meskipun konsep hudud diam- bil dari Al- Qur’an, tetapi kenyata- annya masih menyisakan problema- tika mengenai definisi.

  al-Imam Ahmad Ibn Hambal al-Syaibani, (Beirut: Daar Al-Fikr: th), hlm. 116.

  . Ibnu Qudamah, al-Mughni Fi Fiqh

  Allah‛ bukan berangkat dari hudud 31 . Abu Syahbah, 1973: 131. 32 . Syahrur, 1997: 208. 33

  Sementara Muhammad Syahrur mendasarkan konsepnya dalam me- nyusun teori limit/batas berangkat dari Q.S. al-Nisa: 13-34 ‛tilka hudud

  hami selama ini bersifat statis- tekstual.

  33 Konsep yang dipa-

  masalah hudud dipahami sebagai ancaman hukuman yang berkaitan dengan zina, pencurian dan tuduhan zina, sebagaimana dicontohkan dalam buku-buku fiqh.

  32 Selama ini

  31 Menurut Abdullah al-

  Syariat Islam, ditetapkan sebagai rahmat bagi kehidupan masyarakat dan manusia pada umumnya, sehingga melalui syariat tersebut dapat men- didik setiap individu sebagai pribadi yang dapat menjadi sumber kebaikan bagi orang lain dan masyarakat. Selain itu, syariat Islam juga berupaya untuk menegakkan keadilan dan kemaslahatan dalam kehidupan manu- sia.

  yang selama ini dipahami.

  hudud

  Inilah konsep

  Pada umumnya, setiap analisa yang berkaitan dengan suatu hukum, terutama Hukum Islam, selalu memberikan perhatian yang cukup besar mengenai konsep hukuman yang ada pada sistem hukum tersebut. Hukuman memang harus ada karena merupakan konsekwensi logis dari adanya larangan yang ditetapkan. Suatu larangan tidak akan mempunyai arti yang signifikan apabila tidak ada kejelasan tanggung jawab terhadap akibat pelarangan tersebut.

  masyarakat. Dengan kata lain hukum Islam mengontrol masyarakat dan bukan dikontrol oleh masyarakat.

30 Secara teoritis hukum Islam meru-

  Wa al-Uqubah Fi al-Fiqh al-Islami . Dar al-Fikr Al-araby, halm. 364-366.

  hlm.x 30 .Muhammad Abu Zahrah:al-Jarimah

  Epistemologi Syara’: Mencari Format Baru Fiqh Indonesia .

  . Amin Syukur: dalam kata pengantar Noor Ahmad dkk.

  pakan perintah Allah yang disam- paikan oleh utusannya Nabi Muham- mad melalui perantara wahyu, sehin- gga bermakna hukum Islam mengan- dung system ketuhanan yang melalui masyarakat, bukan didahului 29

  

Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 32

  yang dipahami seperti di atas, ia menegaskan bahwa pihak yang memiliki otoritas untuk menetapkan batasan-batasan hukum ( haqq at-

  tasyri’ ) hanyalah Allah semata.Kata

  ‚ hudud ‛ disini berbentuk jama’ (plu- ral) bentuk mufrodnya had artinya batas (limit). Pemakaian bentuk plural di sini menandakan bahwa batas (had) yang ditentukan oleh Allah berjumlah banyak, dan manusia memiliki kele- luasaan untuk memilih batasan- batasan tersebut sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi yang melingkupinya. Selama masih berada dalam koridor batasan tersebut, manusia tidak menanggung beban dosa. Pelanggaran hukum Tuhan terjadi jika manusia melampaui batasan-batasan tersebut.

  fisikanya bahwa tidak ada benda yanggerakkannya dalam bentuk garis lurus. Seluruh benda sejak dari elektron yang paling kecil hingga galaksi yang terbesar bergerak secara hanifiyyah (tidak lurus). Oleh karena itu ketika manusia dapat mengusung sifat seperti ini maka ia akan dapat hidup harmonis dengan alam semesta. Demikian halnya kandungan hanifiy- yah dalam hukum Islam yang cenderung selalu mengikuti kebutuh- an sebagian anggota masyarakat dengan penyesuaian dengan tradisi masyarakat. Untuk mengontrol per- ubahan-perubahan ini maka adanya sebuah garis lurus istiqamah menjadi 34

  . Syahrur, 1997: 459 keharusan untuk mempertahankan aturan-aturan hukum yang dalam konteks inilah teori batas diformulasi- kan. Garis lurus bukanlah sifatalam ia lebih merupakan karunia tuhan agar ada bersama-sama dengan hanifiyyah untuk mengatur masyarakat.

  35 Ini menyimpulkan teori limit yang

  diusung Muhammad Syahrur lebih bersifat elastis-kontekstual, berbeda dengan konsep yang dipahami selama ini dan ia tidak hanya menyangkut masalah hukuman saja, tapi juga menyangkut hukum yang lain, seperti pakaian wanita, waris dan sebagainya.

  Berdasarkan kajiannya terhadap ayat-ayat hukum, Syahrur menyim- pulkan adanya enam bentuk dalam teori batas yang dapat digambarkan dalam bentuk matematis dengan perincian sebagai berikut

34 Syahrur berargumen dengan dalil

  1. Halah al-Had al- A’la (posisi batas maksimal).Daerah hasil (range) dari persamaan fungsi y (Y)=f (x) berbentuk kurva tertutup yang hanya memiliki satu titik batas maksimum. Titik ini terletak berhimpit dengan garis lurus yang sejajar dengan sumbu x.Batas maksimum menunjukkan Batas paling atas yang telah ditetapkan olehAl-quran, dan tidak mungkin ditambahi.Tetapi masih memungkinkanuntuk dikurangi.

  36

  35

  . Syahrur, 1997: 443-446 36 . Syahrur, 1997: 455

  33 Hukum yang berlaku pada posisi ini merupakan semua ketentuan Allah SWT. mengenai para wanita yang dilarang untuk dinikahi, makanan yang diharamkan, hutang piutang, pakaian wanita. Disini umat Islam dilarang memberi ketentuan yang kurang dari jumlah wanita-wanita ditetapkan haram untuk dinikahi, dan boleh melakukan ijtihad untuk menambah macam wanita yang tidak boleh dinikahi misalnya dilarang menikah dengan paman/bibi (saudara sepupu), karena menurut kedokteran, keturunan yang dihasilkan oleh dua sel darah yang berdekatan akan menjadikan keturunan yang lemah, baik fisik maupun mental.Begitu pula jumlah makanan yang diharamkan batas minimal dari jumlah makanan yang diharamkan telah dijelaskan oleh Allah SWT. Surat al-Maidah ayat 3, Surat al-An ’am ayat 199 dan 145.

  37

  2. Halah al-Hadd al-Adna (posisi batas minimal). Daerah hasilnya berbentuk kurva tebuka yang 37

  . Syahrur, 1997: 455-457 memiliki satu titik batas minimum.

  Titik ini terletak berhimpit dengan garis lurus yang sejajar dengan sumbu x. Batas minimum merupakan batas paling minimal yang ditentukan Al- quran dan ijtihad manusia tidak memungkinkan untuk mengurangi ke- tentuanminimal tersebut namun memungkinkan untuk menambah ketentuan.

  38 Batas maksimal ini berlaku bagi

  tindak pidana pencurian dan ketentuan pembunuhan. Batas hukum (ketentuan Allah) maksimal yang diterapkan pada tindak pidana pencurian adalah potong tangan. Mereka boleh menetapkan hukuman yang lebih rendah dari potong tangan sesusai dengan situasi maupun kondisi dimana hukum tersebut diterapkan. Dasar hukumnya adalah firman Allah surat al-Ma

  ’idah ayat 38.

  3. Halah al-Haddayn al- A’la Wa al-

  Adna Ma’an (posisi batas maksimal bersamaan dengan batas minimal). 38

  . Syahrur, 1997: 452

  

Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 34

  Daerah hasilnya berupa kurva tertutup dan terbuka yang masing-masing mamiliki titik balik maksimum dan minimum. Kedua titik balik trsebut terletak berhimpit dengan garis lurus yang sejajar dengan sumbu x. Diantara kedua kurva ini terdapat titik singgung (

  nuqtah al- ini’taf ) yang

  tepat berada diantara keduanya. Artinya batas minimum dan maksimum telah ditetapkan Al-quran, adapunijtihad posisinya ada diantara kedua batas minimum dan maksimum tersebut

39 Ketentuan ini berlaku pada hukum

  waris dan poligami. Jumlah harta warisan telah ditentukan oleh Allah dalam Tanzil al-Hakim. Yang menjadi sorotan adalah batas dan antara anak laki-laki dan perempuan. Bagi anak laki-laki diterapkan, batasan batas maksimal, yaitu dua banding satu dari bagian anak perempuan. Sedangkan 39 . Syahrur, 1997: 457. batas minimal diterapkan bagi anak perempuan, yaitu satu banding dua bagian anak laki-laki. Ketentuan Allah ini terdapat dalam surat an- Nisa’ ayat 11.Ayat tersebut meng- isyaratkan ketentuan Allah tentang batasan bagian bagian warisan bagi anak laki-laki dan anak perempuan. Dalam ketentuan waris,batas maksi- mal yang diterima laki-laki adalah dua (66,6%) sedangkan batas maksimal yang diterima wanita adalah satu (33,3%). Wilayah ijtihad ulama berada diantara dua batas tersebut. Situasi dan kondisi masyarakat selalu bergerak dinamis, sehingga menjadi sebuah pertimbangan bagi lahan ijtihad fukaha untuk dapat menyamakan bagian warisan anak laki-laki dan anak perempuan.dengan demikian, bagian yang diterima keduanya adalah 1:1 (50% : 50%)

  40 4.

  Halah al-Mustaqim

  (posisi lurus tanpa alternatif). Daerah hasilnya berupa garis lurus sejajar dengan sumbu x. Karena berbentuk garis lurus, posisi ini meletakkan titik balik maksimum berimpit dengan titik balik minimum. Dalam arti ketentuan had maksimum juga menjadi had minimum,sehingga ijtihad tidak memungkinkan untuk mengambil hukum yang lebihberat dan yang lebih ringan.

  40

  . Syahrur, 1997: 457-562

  35 Bentuk keempat ini hanya berlaku pada hukuman bagi pelaku zina dan orang yang menuduh orang lain berbuat zina. Hukuman bagi pelaku zina, baik laki- laki maupun perempuan telah di tetapkan oleh Allah SWT. dalam surat an-Nur ayat 2.

  tentuan Allah SWT. yang terdapat dalam ayat tersebut menegaskan bahwa hukum tidak dibolehkan untuk menaruh belas kasihan (ra’fah) terhadap pelaku zina, baik laki laki maupun perempuan. Mereka men- dapat hukuman sesuai dengan ketentuan Allah tersebut. Ketegasan hukum ini harus melalui syarat dan kondisi objektif yang harus dipenuhi sebelum hukuman itu diputuskan. Syarat-syarat tersebut adalah adanya empat orang saksi yang menyaksikan secara langsung perbuatan zina 41 . Syahrur, 1997: 463. tersebut, dan bagi yang sudah berkeluarga harus ada sumpah li’an terlebih dahulu.

  42

  5. Halah al-Hadd al- A’la Li Hadd

  al-Muqarib Duna al-Mamas Bi al- Hadd Abadan (posisi batas maksimal

  cenderung mendekat tanpa bersentuhan). Daerah hasilnya berupa kurva terbuka yang terbentuk dari titik pangkal yang hampir berhimpit dengan sumbu x dan titik final yang hampir berhimpit dengan sumbu y. Secara Matematis, titik final hanya benar-benar berhimpit dengan sumbu y pada daerah tak terhingga. Dalam hal ini had paling atas telah ditentukan oleh Al-Quran,namun karena tidak ada sentuhan dengan had maksimum, maka hukumanbelum dapat ditetapkan.

  43

41 Menurut Muhamad Syahrur, ke-

  42 . Syahrur, 1997: 463. 43 .Syahrur, 1997: 464. Ketentuan Allah yang kelima minimum berada di daerah negatif adalah posisi batas maksimal (variabel y bernilai negatif). Kedua mendekati garis lurus. Ketenteuan ini titik ini terletak berhimpit dengan mendekati garis/batas maksimal, garis lurus yang sejajar dengan sumbu

  45 namun batas tersebut tidak boleh x.

  dilampui,karena dengan menyentuh nya berarti telah jatuh pada larangan Tuhan. Ketentuan Allah SWT. yang memiliki batas atas dan tidak boleh di sentuh ini di terapkan pada hubungan pergaulan antara lawan jenis, laki-laki dengan perempuan. Hal ini sesuai dengan surat al- An’am ayat 151 dan surat al-

  Isyra’ ayat 23. Kedua ayat di atas merupakan ketentuan Allah SWT. Mengenai rambu-rambu dalam tata cara pergaulan manusia antara lawan jenis. Umat muslim di larang untuk melakukan suatu interaksi sosial yang dapat mendekati per- zinaan. Seperti dari sekedar berjabat tangan, secara perlahan-lahan hubung-

  Teori batas keenam inilah yang an itu akan meningkat pada hubungan kita pakai dalam menganalisis tran- fisik yang lain, berciuman, bercumbu, saksi keuangan. Batas tertingi dalam sampai pada akhirnya melakukan peminjaman uang dinamakan dengan hubungan badan, dimana pada titik pajak bunga dan batas terendah dalam inilah terjadi perbuatan zina. Inilah pemberian adalah zakat. Garis tengah mengapa Allah menetapkan sebuah yang berada antara wilayah positif (+) batasan pada pergaulan antara laki-

  44

  dan negative (-) adalah titik nol (batas laki dan perempuan. netral). Pemberian pada wilayah nol

  6. Halah al-Hadd al- A’la Mujaban ini adalah peminjaman bebas bunga (posisi

  Wa al-Hadd al-Adna Saliban

  46

  ( Qardh Hasan). batas maksimal positif dan batas

  Keenam model teori limit yang minimal negatif). Daerah hasilnya dikemukakan di atas, nampaknya berupa kurva gelombang dengan titik sangat terkait dengan latar belakang balik maksimum yang berada di pendidikannya di bidang sains. Dalam daerah positif (kedua variabel x dan y, bernilai positif) dan titik balik 45 44 46 .Syahrur, 1997: 464. . Syahrur, 1997: 464. . Syahrur, 1997: 464

  

Maslahah , Vol. 5, No. 1, Mei 2014 36

  37 khazanah pemikiran hukum Islam, pemikirannya tersebut merupakan sesuatu yang baru dan nampaknya belum ada pendahulunya.Secara umum, bisa ditangkap bahwa dengan fleksibilitas hukum Islam berdasarkan model teori ini.

  Pada abad ke-20, memang se- makin banyak upaya pembaharuan pemikiran hukum Islam baik yang dilakukan oleh sarjana-sarjana muslim maupun oleh sarjana-sarjana orien- talis.

  Menurut A. Khudori Sholeh seti- daknya ada lima trend besar yang dominan dalam perkembangan pemi- kiran Islam kontemporer. Pertama, fundamentalistik yaitu kelompok pe- mikiran yang sepenuhnya percaya pada doktrin bahwa Islam sebagai satu-satunya jalan bagi kebangkitan umat dan manusia. Bagi mereka, Islam sendiri telah mencakup semua tatanan sosial, politik, dan ekonomi sehingga tidak butuh dengan segala metode maupun teori-teori.