THE PHILOSOPHY OF PENCA CIKALONG IN “GERAK SESER”
FALSAFAH PENCA CIKALONG DALAM “GERAK SESER” THE PHILOSOPHY OF PENCA CIKALONG IN “GERAK SESER”
Agus Heryana
Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat Jl. Cinambo 136 Ujungberung-Bandung e-mail: agus.yana17@yahoo.co.id
Naskah Diterima: 9 Mei 2018
Naskah Direvisi: 31 Juli 2018
Naskah Disetujui: 10 September 2018
Abstrak
Gerakan seser dalam Maenpo Cikalong bukanlah sebuah rangkaian gerakan dasar yang digunakan sebagai panduan dalam teknik silat, melainkan upaya dari pesilat untuk mendekati lawan tanpa mengangkat kaki. Gerak seser sering diabaikan dan dianggap tak bermakna. Padahal di dalamnya terkandung fungsi praktis dan falsafah yang melatarbelakangi munculnya gerak tersebut. Karena itulah tujuan penelitiannya adalah mengetahui bentuk gerak seser dan falsafahnya. Metode yang digunakan untuk mendata dan menganalisanya adalah metode kualitatif-deskriptif analisis yakni pendeskripsian obyek sedetail mungkin kemudian dianalisis. Hasilnya adalah ditemukannya konsep falsafah pohon, yang bermakna ajeg tangtungan (kokoh pendirian). Simpulannya falsafah pohon merupakan pelengkap falsafah sebelumnya, yaitu: (1) Lamun deleka sok cilaka (orang jahat akan celaka),(2 ) Laer aisan (adil); (3) Wijaksana (bijaksana); (4) Tungkul ka jukut tanggah ka sadapan (tidak membeda-bedakan perlakuaan kepada siapa pun); (5) Sauyunan (rukun); (6) Gelut jeung diri sorangan (melawan diri sendiri); (7) Hirup tawakal (tawakal); (8) Depe-depe handap asor (rendah hati).
Kata kunci: penca, maenpo, Cikalong, seser.
Abstract
Gerak Seser in the Maenpo Cikalong is not a basic movement series used as a guide in silat techniques, but a quest to approach the opponent without lifting a foot. This simple movement is often ignored and considered meaningless. Whereas in the Gerak Seser contained practical functions and philosophy behind the emergence of the movement. That is why the purpose of this research is to find out the form of movement and philosophy. The method used to achieve that goal is a qualitative-descriptive method of analysis that is the description of the object and then analyzed. The result is the discovery of the philosophy concept called tree philosophy. The conclusions obtained are the philosophy of the tree into the soul of the Penca Cikalong rules and reduce the derivative of philosophy such as: (1) Lamun deleka sok cilaka (bad people will be harmed), (2) Laer aisan (fair); (3) Wijaksana (wise); (4) Tungkul ka jukut tanggah ka sadapan (not discriminating anyone); (5) Sauyunan (rukun); (6) Gelut jeung diri sorangan (self-fighting); (7) Hirup tawakal (tawakal); (8) honest; (9) Depe-depe handap asor (humble).
Keywords: penca, maenpo, Cikalong, seser.
(tentang sesuatu); 2 mengungkapkan Falsafah menurut Kamus Besar pemikiran-pemikiran yang dalam yang Bahasa Indonesia termasuk kata benda
A. PENDAHULUAN
dijadikan sebagai pandangan hidup. Kata berarti anggapan, gagasan, dan sikap batin falsafah atau filsafat dalam bahasa yang paling dasar yang dimiliki oleh orang Indonesia merupakan kata serapan dari atau masyarakat; pandangan hidup; bahasa Arab falasapatun. Dalam bahasa berfalsafah (v) 1 memikirkan dalam-dalam Yunani falsafah berpadanan dengan kata
316 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 315 - 330 philosophia , yang merupakan
kata Tujuannya adalah membentuk manusia majemuk dari philia (persahabatan, cinta) yang sehat jasmani dan rohani. dan sophia (kebijaksanaan). Atas dasar itu
Penggemblengan lahir atau fisik secara harfiah arti philosophia adalah adalah memberikan keterampilan beladiri seorang “pencinta kebijaksanaan”.
yang berpijak pada kekuatan tubuh Ungkapan falsafah pencak silat – manusia. Seluruh tubuh manusia dilatih mengacu pada pengertian falsafah di atas-
dan dipersiapkan untuk menghadapi mengandung arti gagasan dasariah pencak berbagai kemungkinan terburuk yang
silat yang melahirkan “kecintaan pada mengancam eksistensinya. Inilah yang kebija ksanaan”.
itu menyebabkan tubuh manusia menjadi dikembangkan
Gagasan
melalui
serangkaian sehat dan kuat.
pertanyaan seperti apa pencak silat itu. Adapun penggemblengan rohani Apa
fungsinya? Apa manfaatnya? bersumber pada nilai kebijakan budaya Mengapa muncul pencak silat? Bagaimana leluhur yang berpijak pada tradisi. bentuknya dan seterusnya. Jawaban atas Bentuknya bisa saja melalui wejangan, pertanyaan tersebut diharapkan pencak sumpah (patalekan), atau ikatan emosional silat berpija k pada “kecintaan pada seperguruan
dalam kerangka kebijaksanaan”.
mengendalikan penggunaan keterampilan Pemerolehan
sifat dan sikap pencak silat (Heryana dkk, 2014: 3). kebijaksanaan itu bertalian erat dengan
Ada tiga alasan Penca Cikalong proses berpikir manusia atas berbagai menjadi objek penelitian, pertama , persoalan. Persoalan yang menjadi objek pencetus Penca Cikalong berasal dari pemikiran didiskusikan atau diolah sendiri kalangan
bangsawan pada masa (dipikiri) untuk mencari solusi (jalan pemerintahan tradisional (kebupatian); pemecahannya) yang disertai argumen / kedua ,
Cikalong dalam alasan yang tepat dan diterima akal perkembangan selanjutnya terbagi atas 3 pikiran. Proses berpikir dalam filsafat (tiga) ”gaya” yang memiliki falsafah diawali dengan pertanyaan-pertanyaan atas tersendiri, yaitu gaya Penca Cikalong sesuatu yang kemudian berkembang Bojongherang, Penca Cikalong Kaum, dan menjadi sebuah simpulan. Simpulan inilah Penca Cikalong
Penca
Pasarbaru; ketiga , yang menjadi dasar seseorang untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur bertindak dan bersikap. Pengambilan berpijak pada filosofis : ngaos (mengaji tindakan dan sikap yang tepat dalam Al-Quran), mamaos (seni Cianjuran) dan
memecahkan masalah sangat bergantung 1 maenpo (pencak silat Cikalong). pada pemahaman dan keyakinan yang
Ketiga alasan itu menuntun pada dua dimiliki pengambil putusan.
rumusan masalah dalam kaitannya dengan Arti dan makna pencak silat secara falsafah pencak silat, yaitu: (1) Bagaimana
umum adalah “cara” berkelahi orang falsafah Penca Cikalong ? (2) Apakah Indonesia. Cara berkelahi setiap orang gerak dan jurus Penca Cikalong Indonesia berbeda. Hal itu sangat merepentrasikan falsafah yang dimaksud dipengaruhi oleh geografi dan budayanya pada poin 1 ? Guna menjawab pertanyaan masing-masing. Oleh karena itu, banyak kedua, pembahasannya akan difokuskan sebutan untuk menamainya, seperti di pada gerak seser yang menjadi salah satu Jawa Barat dikenal sebutan penca Cimande
dan penca Cikalong. Namun demikian, 1 Istilah pencak silat atau di Jawa Barat sering perbedaan budaya antara satu aliran disebut penca saja tanpa diikuti kata silat atau dengan aliran lainnya tidak lantas ulin, ameng (Saleh,1983: 7) atau disebut juga menghapus
esensinya, yaitu maen po. Kata /po/ berasal dari bahasa penggemblengan
lahir
dan
batin. Mandarin yang berati pertahanan. Maenpo
berarti
”maen pertahanan”
(Hardjawinata,1941:3)
Falsafah Penca Cikalong..... (Agus Heryana) 317 ciri khas penca aliran Cikalong. Adapun tersebut membahas aliran pokok pencak
tujuan penelitian (1) mengetahui falsafah silat Jawa Barat berdasarkan (1) sejarah Penca Cikalong; (2) memahami gerak perkembangan, (2) latar belakang sosial, seser pada penca Cikalong.
(3) latar belakang filosofis, (4) sistem beladiri. Di samping itu dibahas pula
Tinjauan pustaka
pencak silat ditinjau dari seni tari dan Sumber tertulis penca atau maenpo olahraga aliran Cikalong relatif banyak ditulis
Selanjutnya, (7) Heryana, dkk. ketimbang aliran penca lainnya. Penca (2014) menulis tentang falsafah pencak Cikalong hampir sebagian besar ditulis silat
yang dihubungkan dengan oleh praktisi, terutama untuk buku yang pembangunan karakter di Kabupaten ditulis pada awal tahun 40-an. Adapun Cianjur. Laporan penelitian tersebut tulisan Penca Cikalong dewasa ini mengetengahkan
kegunaan Penca umumnya ditulis untuk kepentingan Cikalong dalam membentuk pribadi meraih gelar pendidikan, baik sarjana manusia yang memiliki karakter mulia. (8) maupun doktoral.
Raspuzi, dkk. (2016) menulis aliran-aliran Tercatat sumber tertulis Penca penca di Jawa Barat dan eksistensinya Cikalong adalah sebagai berikut: (1) pada masa sekarang dan masa yang akan Hardjawinata (1941) menulis mengenai datang. Pentja Soenda . Isinya mengetengahkan
Dalam dunia pendidikan Penca asal-usul penca di Tatar Sunda, seperti Cikalong pun tak urung menjadi obyek aliran Cimande, aliran Sabandar, dan aliran kajian. (1) Heryadi, Yedi (2004) sebuah Cikalong. Di samping itu diinformasikan tesis yang menitikberatkan pada perubahan pula teknik-teknik dasar berpencak, gerak penca menjadi sebuah ibing penca. terutama untuk kepentingan
materi (2) Romansah, Eden (2015) mengungkap pelajaran di sekolah. (2) Rauf (1990) olahraga bela diri Maenpo Cikalong dalam menulis prinsip-prinsip aliran Cikalong perspektif self-responsibility masyarakat. beserta sejarah para pendiri dan Sebagai sebuah disertasi, ia menyimpulkan penyebarannya di Cianjur. (3) Saleh (1990) sekurang-kurangnya (a) Nilai-nilai yang meneliti sejumlah aliran pokok di Jawa terkandung dalam maenpo mencakup Barat, seperti: aliran Cimande, aliran sportivitas, kejujuran, disiplin, keberanian, Cikalong, aliran Sabandar, namun isinya rendah hati, hormat pada guru, kasih lebih
penelitian sayang, pengampunan, pengendalian diri, pendahuluan yang masih memerlukan dan nilai ibadah. (b) Perilaku para praktisi
mengacu
pada
klarifikasi pada sejumlah data. (4) Asy’arie maenpo dalam pengamatan terlihat sangat (2010a, 2013b) menulis panduan praktis relevan dengan nilai-nilai yang telah maenpo Cikalong; bagaimana seseorang diabstraksi dari tahap sebelumnya. (c) belajar pencak silat aliran Cikalong. (5) Tanggungjawab
masyarakat yang Abdullah (2013) menulis tentang keajaiban ditemukan
dalam penelitian ini silat. Ia membahas kaidah-kaidah maenpo menunjukkan bahwa masih terdapat yang dihubungkan dengan kegunaan sejumlah isu yang harus diklarifikasi praktis sehari-hari. Lebih khusus lagi ia sebelum maenpo dapat berkembang luas di
merefleksikan kaidah maenpo dalam masyarakat. (3) Ramadhan (2016) sebuah perjuangan
mencapai skripsi meneliti tentang pengaruh pencak kehidupan yang lebih baik.
hidup
guna
Cikalong terhadap (6) Sebuah hasil penelitian yang peningkatan
silat
maenpo
koordinasi gerak dan diketuai Darmana dkk. (1977 – 1978) keperyayaan diri. dikemukakan adanya tiga aliran pokok
Praktisi pemenca atau pesilat pencak silat di Jawa Barat, yaitu: Cimande,
menyepakati pada setiap pencak silat Cikalong, dan Timbangan. Penelitian memiliki dimensi-dimensi berikut, yaitu:
318 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 315 - 330 dimensi spiritual/religius, etik, estetika, dari masyarakat setempat. Dari fakta-fakta
dan olah tubuh (Fadilakusumah,1996a: 3; yang ada dikumpulkan data-data dan 2016b: 30-32). Dimensi spiritual/religious kemudian dicari makna dari gerakan- penca terlihat jelas pada upacara-upacara gerakan penca tersebut kepada para yang
di informan kunci. Simbol-simbol apa yang perguruan/paguron/padepokan.
biasa
dilakukan
Dimensi ada di balik gerakan-gerakan yang estetika dalam pencak silat lebih mudah terwujud serta bagaimana simbol-simbol diamati dalam bentuk rangkaian gerak tersebut berkaitan dengan nilai budaya jurus yang indah dan penuh arti. Dalam yang berkembang di masyarakat sebagai seni bela diri penca keindahan ini wujud nyatanya. Dalam hal ini penelitian dilengkapi dengan iringan tetabuhan yang kualitatif sebagai medan penemuan sesuai berupa Kendang Penca. Dimensi pemahaman merupakan kegiatan yang olah tubuh merupakan gerakan anggota tersusun atas sejumlah wawasan, disiplin, badan yang ditekankan pada pembentukan maupun wawasan filosofis sejalan dengan otot-otot agar kuat, namun lentur. kompleksitas pokok permasalahan yang Gerakan-gerakan ini sifatnya umum, digarap (Maryaeni, 2005:3). sehingga siapa pun orangnya dapat
Gerakan-gerakan sebuah penca mempelajarinya.
mengandung berbagai macam simbol, dan Sejalan dengan hal di atas terdapat simbol dimaknai mengikuti pendapat pula pandangan yang mengemukakan Victor Turner (c.f Rudito, 2014: 5) bahwa pencak silat itu memiliki 4 aspek, sesuatu yang dianggap, dengan persetujuan yaitu: mental-spiritual, bela diri, seni dan bersama sebagai sesuatu yang memberikan olahraga. 1) Aspek Mental Spiritual: sifat alamiah atau mewakili, mengingatkan membangun
dan mengembangkan kembali dengan memiliki kualitas yang kepribadian dan karakter mulia seseorang. sama atau dengan membayangkan dalam
2) Aspek Seni Budaya: tercermin pada kenyataan dan pikiran. bentuk seni tarian pencak silat, dengan
Sumber data lain yang sifatnya musik dan busana tradisional. 3) Aspek sekunder
adalah kepustakaan. Bela Diri : Kemampuan teknis tercipta dari Kepustakaan, diperlukan untuk menunjang perpaduan unsur budaya, lingkungan dan data penelitian tentang kepercayaan seni yang diciptakan pendiri pencak silat masyarakat yang diperoleh melalui yang menyesuaikan dengan karakter dari wawancara. teknik itu sendiri. 4) Aspek Olah raga:
Teknik pengumpulan data dilakukan Olah raga merupakan tujuan dalam dengan dua cara : meningkatkan kondisi fisik seseorang. 1) Observasi partisipasi/ pengamatan Aspek olahraga meliputi pertandingan dan
terlibat, maksudnya untuk melihat, demonstrasi bentuk-bentuk jurus (Subroto
meniru, mengikuti gerakan Penca dan Rohadi,1996: 6; Mardotillah,2016:
Cikalong.
125-126).
2) Wawancara dengan informan guna mendapatkan keterangan dan data yang
B. METODE PENELITIAN
diperlukan.
Penelitian ini menggunakan Selanjutnya, pengolahan data yakni setelah metodologi kualitatif deskriptif analisis data terkumpul, data diolah secara yakni
berusaha deskripsi-analisis sesuai dengan data yang memahami fact yang ada di balik diperolehnya. kenyataan, yang dapat diamati atau diindra
metodologi
yang
secara langsung. Kenyataan yang ada akan C. HASIL DAN BAHASAN
dilihat dan dikumpulkan fakta-faktanya 1. Cikal-Bakal Penca Cikalong dari beberapa informan kunci, yaitu guru
Penca Cikalong pertama kali penca, pemain penca dan informan biasa dikembangkan dan diajarkan oleh Rd.
Falsafah Penca Cikalong..... (Agus Heryana) 319 Djajaperbata atau Rd. Haji Ibrahim. kedatangan kuda dari luar Jakarta. Pada
Penyebutan Penca Cikalong didasarkan waktu inilah, R.H. Ibrahim belajar pencak pada asal kelahiran penemu pencak kepada Bang Ma’rup. Sesungguhnya aliran tersebut di daerah Cikalong. Raden pencak Bang Ma’rup tidak jelas. Tidak ada Djajaperbata (Rd. Haji Ibrahim) lahir di keterangan selain ia mempunyai murid- Cikalong, Cianjur tahun 1816. Ia adalah murid yang sering belajar di rumahnya keturunan bangsawan bupati yang secara (Obing, 1938:15). hirarki genetis berasal dari Kangjeng
Guna membuang rasa jenuh, pada Dalem Cikundul . Oleh karena itulah malam hari R.H. Ibrahim sering mudah dimengerti apabila pusaranya - “bersambung” dengan Bang Ma’rup. meninggal tahun 1906 pada usia 90 tahun- Bersambung dalam arti berlatih pencak berada di Majalaya Cikalong Cianjur, dengan cara bertarung. Tujuannya tidak tepatnya di Komplek Pemakaman Dalem lain untuk melatih dan mencoba Cikundul. Setelah menunaikan ibadah haji, kemampuan diri, serta “memeriksa” Rd. Djajaperbata mengganti namanya gerakan
jurus yang belum menjadi Rd. Haji Ibrahim (Obing,1938: dikuasainya. 46).
atau
Selanjutnya, R.H. Ibrahim bertemu Pada usia muda, Rd. Djajaperbata 2 dengan Bang Madi . Ia merupakan
tinggal bersama Aria Jatinegara (Meester tetangga Bang Ma’rup, tetapi Bang Ma’rup Cornelis) yang menggemari pencak silat. sendiri tidak mengetahui bahwa Bang Oleh karena itu, beliau menyuruh Rd. Madi memiliki kemampuan pencak yang Djajaperbata mempelajari pencak. Rd. H. hebat. Raden H. Ibrahim memaksa Bang Ibrahim juga berguru kepada kakak Madi bersambung tangan. Hasilnya adalah iparnya, yaitu Rd. Ateng Alimudin yang R.H. Ibrahim beberapa kali jatuh dan tinggal di Jatinegara. Ia adalah salah mengaku kalah. seorang putra Bupati Jatinegara yang
R.H. Ibrahim memboyong Bang tertarik pada pencak silat. Selain pernah Madi ke Cikalong dengan dalih jual beli menjadi murid Abah Kahir, ia pun kuda, padahal di lubuk hatinya ia ingin berkenalan dengan pencak silat yang berguru kepadanya. Di Cikalong, R.H. terdapat di daerah Jakarta (Betawi) dan Ibrahim mempelajari dan menyerap bela sekitarnya (Darmana,1978:39). Dalam diri Bang Madi hingga tuntas. Pada akhir perjalanan hidupnya, ia, Rd. Ateng pelajarannya, Bang Madi menyarankan Alimudin menikah dengan Ny. Raden R.H Ibrahim belajar kepada Bang Kari Hadijah, yakni kakak R.H. Ibrahim. (Obing,1938: 23). Selanjutnya, R.H. Ibrahim dengan kakak
Sesuai saran Bang Madi, R.H. iparnya, Rd. Ateng Alimudin, sering Ibrahim menemui Bang Kari untuk bertukar pikiran dalam hal pencak silat berguru
“pukulan”. Setelah (Obing, 1938:14; Darmana, 1978: 39). memaklumi kedatangan Rd. H. Ibrahim
ilmu
Atas petunjuknya R.H. Ibrahim berguru untuk menuntut ilmu, Bang Kari memberi kepada Bang Ma’rup di Kampung Karet nasihat dan penjelasan tentang ilmu pencak
Tanah Abang Jakarta (dulu: Kampung silat. Di samping itu memberi larangan Pulo-Kuningan/Karet).
penggunaannya, yakni penca bukan untuk Rumah Bang Ma’rup merupakan ria,
takabur atau menyakiti dan tempat “tunggu” R.H. Ibrahim, manakala mencelakakan orang lain.
ia bepergian ke Jakarta untuk berdagang kuda. Pekerjaan R.H. Ibrahim pada waktu
itu adalah sebagai pedagang kuda. Dalam 2 Bang Madi berasal dari Pagaruyung memeroleh barang dagangannya ia sering Kepulauan Sumatera. Ia terusir dari kampung ke Jakarta. Di Jakarta ini ia selalu tinggal halamannya dengan sebab mengajarkan
di rumah Bang Ma’rup untuk menunggu kemampuan beladirinya kepada orang lain
(Obing,1938:17).
320 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 315 - 330 Pada akhir pelajaran, R.H. Ibrahim
Kondisi di atas menimbulkan diuji dengan cara bersambung tangan kegundahan dan kegelisahan hati R.H. dengan gurunya, Bang Kari. Di akhir laga Ibrahim. Akhirnya, ia mencari pencerahan
Bang Kari berkata, “Raden, sudah cepet 3 melalui khalwat , menyepi betul dari urusan bersilat, saya belon diri/menyendiri, di sebuah Guha Pinggir pernah mendapet lawan yang cepet seperti Situ Zaman yang terletak di Kampung Raden; saya rasa Raden sudah cukup, ta’ Jelebud di tepi sungai kecil bernama perlu belajar lagi ” (Obing, 1938:24).
Cikundul Leutik di Kecamatan Cikalong Kulon. Selama kurang lebih 3 tahun, ia
kepada Allah untuk Masa pembelajaran pencak silat R.H. mendapatkan ilham agar pencak silat yang Ibrahim sudah berakhir pada saat dimilikinya memiliki nilai yang handal dan bersambung tangan dengan Bang Kari. Hal prima. Selain itu, upaya lahiriah pun ia itu berarti, beliau sudah menguasai 4 lakukan dengan mengolah dan mengkaji macam bela diri, yaitu (1) Penca Cimande ilmu penca yang dimiliki hingga (17 guru dan kakak iparnya, Ateng melahirkan Maen-po Raden Haji Ibrahim Alimudin), (2) penca Bang Ma’rup (tempat dari Cikalong atau Penca Cikalong mengasah kemampuannya), (3) penca (Rauf,1990: 3; Tabrizy, 2002: 9; Asy’arie, Bang Madi, dan (4) Bang Kari. Khusus 2010: 2-3). untuk penca Bang Madi dan Bang Kari R.H. Ibrahim memeroleh pelajaran prinsip penggunaan tenaga Madi (tenaga besar yang dimanfaatkan tidak dengan jalan diledakkan, tetapi dengan jalan dibendung) dan tenaga Kari (penggunaan tenaga dengan kecepatan tinggi/tenaga ledak), serta rasa gerak (Darmana,1978: 39).
2. Lahirnya Penca Cikalong
bermunajat
Kemampuan yang telah dimilikinya itu tidak memuaskan diri R.H Ibrahim.
Penyebabnya tidak lain adalah “sadaya
elmu penca nu dugi ka mangsa harita ku Gambar 1. Gua Khalwat Sumber: Dokumen Pribadi, 2014.
anjeunna diguruan, sipatna ngabinasa nu
jadi lawan, janten numutkeun manah 3 Eyang Haji ieu hanteu cocog sareng peri Khalwat yaitu sebuah proses perenungan,
introspeksi dan atau bisa diartikan juga kamanusaan ” (Rauf,1990: 3) (semua ilmu memikirkan apa yang sudah dilakukan dan pencak yang dipelajari masa itu, sifatnya merencanakan apa yang akan dilakukan, atau membinasakan lawan. Jadi, menurut Eyang bisa juga diartikan menjauhkan diri dari Haji (R.H. Ibrahim), hal itu tidak cocok kesibukan sehari-hari. Beliau melakukan dengan perikemanusiaan). Selanjutnya, khalwat selama kurang lebih 3 tahun. Bukan beliau
memikirkan berarti bahwa beliau berdiam diri di gua pertanyaan berikut (1) bagaimana jika tersebut selama 3 tahun, tetapi melakukannya jalan kerasnya itu digunakan dalam berulang kali, setiap saat dan waktu dimana masalah yang tidak penting?; (2) beliau membutuhkan ketenangan untuk Bagaimana jika penggunaan pencak “mengumpulkan”
bertanya
dan
dan “merumuskan” semuanya, terutama maenpo yang sudah beliau
silatnya itu secara tidak disadari terbawa pelajari selama ini, karena beliau menyadari, emosi semata?; (3) bagaimana jika lawan setiap aliran memiliki kelemahan dan yang dihadapi itu masih dalam lingkungan kekuatannya masing-masing, dan beliau keluarga, sahabat atau handai taulan? mencoba
“menyatukan” itu semua. (Rauf, 1990: 3; Tabrizy, 2002: 8).
(http://overkooled.wordpress.com/2008/03/23/ sejarah-maenpo-cikalong-9/).
Falsafah Penca Cikalong..... (Agus Heryana) 321 Tujuan R.H. Ibrahim menciptakan dapat menjadi muridnya. Oleh karena itu,
Penca Cikalong adalah untuk membela mudah dipahami apabila murid-muridnya diri, ajang silurahmi, hiburan. Sungguh kebanyakan
berasal dari kalangan jauh dari niatan untuk membinasakan bangsawan, yakni kelompok masyarakat lawan (Rauf, 1990:4). Oleh karena itu, asal
Ibrahim sendiri Maen-po Cikalong pun ada yang (Darmana,1978:20). menyebutnya sebagai Amengan Cikalong atau Ulin Cikalong.
R.H.
3. Sabandar
Zaman dahulu untuk mempelajari Pada masa awal berkembang Pencak Silat Cikalong sangat sulit. maenpo Cikalong, muncul tokoh pencak Sifatnya tertutup, hampir tak ada peluang silat lain bernama Mohammad Kosim. Ia untuk umum. Kesempatan belajar hanya tinggal di Kampung Sabandar, Cianjur; terbatas pada lingkungan keluarga dekat yang kemudian terkenal dengan nama Ama saja, itu pun setelah melalui pengamatan (Mama) Sabandar. Menurut Obing dalam peribadahan dan akhlaknya. Apabila (1938:26) Mohammad Kosim dan Bang memungkinkan, baru prioritas selanjutnya Madi berasal dari satu kampong, diberikan kepada kerabat yang terdekat Pagaruyung. melalui penilaian yang sangat ketat
Menurut keterangan dari Bapak (melalui talekan) (Tabrizy,2002: 9-10).
Letkol Ckh. Abdur Rauf, SH (Sesepuh Pusaka Paguron Cikalong / PPC / Cianjur), Moh. Kosim itu diusir dari Pagaruyung karena mengajarkan Silat Pusako kepada masyarakat umum yang bukan bangsawan atau keluarga kerajaan. Ia dianggap oleh keluarganya telah menyalahi peraturan. Oleh karena itu ia diusir dari Pagaruyung.
Dalam kepiluan hatinya terusir dan pergi meninggalkan kampung halamannya, Moh Kosim naik kapal kompeni, menuju ke Batavia.
Dalam perjalanan, di kapal terjadilah suatu kejadian yang tidak diduga. Entah penyebabnya apa, terjadilah pertarungan antara Moh. Kosim melawan salah satu jagoan kompeni. Jagoan kompeni tewas
dan menyebabkan ia buron. Gambar 2. Makam Eyang Haji Ibrahim Komplek Maqom Dalem Cikundul
Setibanya di Batavia, Moh. Kosim Sumber: Dokumen Pribadi, 2014.
terlunta-lunta tak punya kegiatan dan pekerjaan, berjalan tanpa arah dan tujuan.
Hal tersebut disebabkan (1) R.H. Ia mengikuti langkah kaki saja, hingga Ibrahim sangat “kikir” dengan ilmunya. akhirnya sampailah di suatu tempat di Sifat kikir ini diduga disebabkan oleh Desa Karang Tengah Cianjur. Di tempat
kekhawatiran adanya penyalahgunaan ilmu tersebut ternyata ada yang memanggilnya, pencak silat yang membahayakan; (2) yaitu pemilik perkebunan / tuan tanah,
Sebagai keturunan bangsawan yang tidak R.H. Enoch. Ia dipanggil untuk membutuhkan tambahan biaya, ia dapat dipekerjakan sebagai centeng penjaga
memilih dan memilah murid-muridnya. danau dan perkebunan kelapa. Kemudian Hanya yang disukainya atau yang saat menjalankan tugasnya inilah terjadi dianggap akan menjaga nama baik lagi pertarungan berkali-kali antara keluarganya dan aliran pencaknya yang pemuda Minang ini melawan gerombolan
322 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 315 - 330 perompak dan pengacau, yang selalu itu sedang menimba ilmu Cikalong kepada
berakhir dengan tewasnya para perompak Rd. Enoch. Sempat dikisahkan ketika Rd. tersebut. Peristiwa di atas menjadi berita Obing sedang berlatih dengan Rd. Enoch, yang menggegerkan di lingkungan tersebut Rd. H. Ibrahim sempat mengamati dan sehingga menjadi perhatian R.H. Enoch.
melihat bakat yang dimiliki oleh Rd. Memang dari awal, manakala R.H. Obing ini. Sehingga pada akhir latihan, Enoch memanggil Moh. Kosim, beliau disampaikan oleh Rd. Ibrahim kepada Rd. telah melihat ada sesuatu yang lain dari Enoch bahwa setelah selesai berlatih pada sikap, tutur bahasa dan penampilannya. Rd. Enoh, Rd. Obing diminta melanjutkan Dari peristiwa demi peristiwa yang terjadi pelajaran pencanya pada Rd. H. Ibrahim, di perkebunan telah memancing R.H. sang maestro Cikalong. Mulailah pada saat Enoch untuk menanyakan siapakah itu Rd. Obing belajar Cikalong langsung sebenarnya Moh. Kosim. Sehingga kepada Rd. H. Ibrahim. terbukalah jati diri seorang pemuda bangsawan dari Pagaruyung.
Selanjutnya, atas dasar inilah kemudian Moh. Kosim diangkat menantu, dinikahkan dengan puteri R.H. Enoch. Selain itu R.H. Enoch pun ikut mempelajari pentjak Minang, serta Moh. Kosim dijadikan sebagai guru penca untuk mengajarkan kepada sanak kerabat R.H. Enoch.
Gambar 3. Makam Eyang Sabandar Diceritakan pada saat itu di Cianjur
dan isterinya, Eyang Bubu. ada seorang guru tarekat yang terkenal
Sumber: Dokumen Pribadi, 2014. bernama Ajengan Cirata. Banyak kiai yang
belajar kepadanya, termasuk Moh. Kosim Selain mendalami Cikalong, Rd. atau masyarakat mengenalnya sebagai Obing juga mendalami Maenpo Sabandar Mama
juga yang menurut beberapa kisah, Rd. Obing sebaliknya, Ajengan Cirata dan para kiai belajar dari gurunya (Rd. Enoch) dan lain pun berguru pencak kepada Mama kemudian dilanjutkan belajar langsung Sabandar. Al-hasil semenjak itu banyak kepada Mama Kosim di Sabandar. Namun kiai di Cianjur yang mahir Penca Sabandar ada juga kisah yang menceritakan bahwa (Obing,1938:31).
Sabandar.
Demikian
Rd. Obing hanya belajar Sabandar pada Pengaruh Sabandar pada Cikalong Rd. Enoch dan tidak belajar langsung
tidak bisa dipungkiri lagi, meski mungkin kepada Mama Kosim. di beberapa aliran Cikalong hanya
Ternyata kecerdasan dan kejeniusan berbentuk pengendalian tenaga yang lebih Rd. Obing menyebabkan beliau sangat
dikenal tenaga Sabandar, tetapi prinsip disayangi guru-gurunya. Kemampuan Sabandar sudah juga berasimilasi dengan untuk mendalami dan menggabungkan Cikalong.
prinsip-prinsip dari Cikalong dan Sabandar Masuknya pengaruh Sabandar di
membuat para gurunya kagum 4 . Saking Cikalong sepertinya dimulai dengan sayangnya Rd. H. Ibrahim kemudian
belajarnya murid generasi pertama memberikan nama Ibrahim di belakang Cikalong ke Mama Kosim (sang maestro nama Rd. Obing, sehingga namanya Sabandar). Salah satu tokoh Cikalong menjadi Rd. Obing Ibrahim. Nama Ibrahim yang belajar juga pada Mama Kosim adalah Rd. Enoch (Abdurahman, 2012).
Langkah Rd. Enoch ini diikuti pula 4 Perkembangan berikutnya penggabugan oleh muridnya yaitu Rd. Obing, yang kala Cikalong dan Sabandar dikenal dengan nama Cikalong Kaum atau Ameng Suliwa
Falsafah Penca Cikalong..... (Agus Heryana) 323 adalah nama pemberian dari guru sebagai menghadap Timur dan terakhir kembali
rasa sayang kepada murid.
menghadap Barat.
b. Pancer Dua
4. Kaidah Penca Cikalong
Gerakannya hampir sama dengan Pelajaran dasar Maenpo Cikalong Pancer Satu . Hanya saja putarannya tidak merupakan gerakan dasar yang harus
semua membentuk 90 0 , melainkan 90-180- dikuasai murid Cikalong. Gerakan dasar
90-180 derajat. Semula menghadap ke terdiri atas 5 bagian, yaitu: (1) Jurus; (2)
Barat lalu ke Selatan putaran 90 0 , Pancer;
kemudian menghadap ke Utara (180 0 ) terus Pasangan/Sambutan; (5) Susun Tempel.
(3) Tangtungan;
menghadap ke Barat (90 0 ) diteruskan
menghadap ke Timur (180°) dan Jurus adalah bentuk gerak dasar seterusnya. yang akan menjadi patokan awal dari
1) Jurus
c. Pancer Tiga / Sela Bumi teknik gerakan pencak. Dalam bahasa Pancer Tiga hampir sama dengan teknis jurus adalah gerakan yang telah Pancer Satu dan Dua, hanya saja mempunyai tujuan, baik untuk bertahan,
putarannya membentuk 45 0 , baik putaran maupun
untuk
menyerang
ke kiri maupun ke kanan. (Tabrizy,2002:18). Maenpo Cikalong gaya
Pasar Baru (RHO Soleh) terdiri atas 10
bentuk jurus (Tabrizy , 2002:13; Asy’arie, Kata tangtungan berasal dari bahasa 2010:18), yaitu: Sunda dengan kata dasar tangtung dan
3) Tangtungan
akhiran -an, artinya adalah berdiri.
2) Pancer
Tangtungan dalam maenpo mengandung Pancer adalah penunjang kekuatan arti berdiri (kuda-kuda) siap siaga atau berdirinya sesuatu benda (tonggak). Dalam dalam istilah setempat adalah taki-taki. maenpo diartikan bentuk teknik kaki Ada perbedaan antara tangtungan penunjang kekuatan untuk memperkokoh
tangtungan pasang . berdirinya badan yang fleksibel sesuai Tangtungan pasang merupakan lanjutan dengan kebutuhan perubahan pergerakan dari tangtungan siap
siap dengan
(Asy’arie, 2013: badan. Secara teknis Pancer artinya titik 147). Dalam praktiknya, tangtungan pijakan, yaitu salah satu kaki tidak berkaitan dengan posisi kaki (kuda-kuda),
melangkah (tetap di tempat) dan hanya sedangkan pasang erat kaitannya dengan berputar mengikuti arah kaki yang lain. posisi tangan baik untuk menyerang Ada tiga pancer yang digunakan maupun bertahan. Oleh karena itu, ada 3 dalam maenpo Cikalong, yaitu: (tiga) macam posisi tangtungan-siap dan
a. Pancer Satu pasang dengan nama yang sama, yaitu: Buatlah posisi seperti tahap awal
a. Tangtungan / Pasang Kembar Jurus (Searah ) kaki sejajar menghadap ke
pasang kembar arah Barat. Langkahkan kaki kanan ke dilakukan dengan cara posisi kedua kaki depan sambil lengan kanan agak ditarik sejajar, tangan kanan di depan, tangan kiri sedikit ke belakang. Putarlah badan ke arah
Tangtungan
0 di belakangnya atau tangan kiri di depan, kiri dalam bentuk sudut 90 sambil tomplok tangan kanan di belakangnya. sehingga badan menghadap Selatan. Ingat
kaki kiri harus tetap di tempat semula,
b. Tangtungan / Pasang Jurus sebab berfungsi sebagai pancer; hanya
Posisi kaki kanan di depan, tangan ujung telapak kakinya yang bergeser kanan di depan tangan kiri di belakangnya sedikit ke kiri, sedangkan tumit tetap di atau posisi kaki kiri di depan, tangan kiri di tempat asal. Langkahkan kaki kanan buat depan tangan kanan di belakangnya. gerakan seperti di atas, sehingga badan
324 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 315 - 330
c. Tangtungan / Pasang Suliwa ujung tangan kanan kita tumpangkan Posisi kaki kanan di depan, tangan
di atas sendi sikut tangan kirinya. kiri di depan tangan kanan di belakangnya
5) Susun Tempel
atau posisi kaki kiri di depan, tangan kanan Sesungguhnya susun tempel di depan tangan kiri di belakangnya.
merupakan latihan kepekaan rasa dan gerak reflek.
4) Pasang dan Sambut
Pasang artinya meletakkan atau menempatkan tangan dan kaki dalam posisi bersiap siaga (Sunda: taki-taki). Dalam
kedudukan bagian anggota badan (posisi) yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Tabrizy, 2002: 48).
Secara umum pasang tangan penca Cikalong dapat dikatakan tertutup. Tangan selalu di depan badan sementara ketiak tidak terbuka karena lengan melindungi
tubuh. Sementara itu, kuda-kuda dengan Gambar 5. Melatih Kepekaan lutut tidak lurus (Sunda: rengkuh) dan
Sumber : Dokumen Pribadi, 2014. bahu yang agak menciut karena tarikan
tangan (bongkok meong), menyebabkan
5. Falsafah Penca Cikalong
lebih tegasnya kesan tertutup dari kuda- Alhamdulillah Cikalong mah kuda dan pasangan Cikalong ini memang ku abdi ditingali filosofi na (Darmana,1978:47).
sangat kental….. Ari dina Cikalong
Adapun sambut adalah sikap tangan mah leres-leres dilarapkeun dina dalam menyerang atau menghadapi lawan. amengannana. Jadi upami ayeuna Ada tiga macam cara “menyambut”, yaitu:
kedah sopan santun, Cikalong mah
1) Sambut tengah yaitu apabila sikap kedah kitu, ngala ka Cianjur, lemah
pasang tangan lawan seperti sikap lembut, nyaeta amenganna lemah pasang tangan Maenpo Cikalong. Cara lembut, namun kaidahna mah dina menyambutnya adalah menumpangkan pelajaran lumpatna. kedua ujung tangan di atas kedua sendi
Abdi ge kantos ngarang buku, jadi pergelangan tangan lawan.
aya silih tulunganna, dina prak-
2) Sambut luar ialah apabila posisi sikap prakanna, dina aplikasina. Jadi dina
pasang tangan kanan lawan berada di seueur mottona teh kapendak tina depan
sebelah
kirinya.
Cara prak-prakanna. Jadi filosofi teh betul-
menyambutnya adalah tumpangkan betul. Ari saena mah pami filosofi 5 ujung tangan kanan di atas sendi kedah sae, merendah, ku rasa lemes. pergelangan
tangan
kanannya
(Alhamdulilllah, memang
sedangkan sikutnya ditutup dengan Cikalong itu saya lihat filosofinya ujung tangan kiri yang sudah terbuka sangat kental... Pada Cikalong itu cagak.
benar-benar
diterapkan dalam
3) Sambut dalam ialah apabila posisi amengan -nya. Jadi, bila (kita) harus
sikap tangan kanan lawan berada ke sopan santun, (pemenca) Cikalong pun luar di depan sebelah kanannya pula. harus begitu, (karena) mengacu pada Cara menyambutnya tumpangkan sifat orang Cianjur yang lemah lembut. ujung tangan kiri di atas sendi Hal itu dapat dilihat pada amengan-nya pergelangan tangan kanannya sedang
5 Wawancara dengan Azis Asy’arie tanggal
20 Februari 2014
Falsafah Penca Cikalong..... (Agus Heryana) 325 yang lemah lembut. Semuanya itu
pedoman) guna menghindarkan diri dari diperoleh
dengan mempelajari berbagai kesalahan dan perbuatan tercela kaidahnya.
serta merugikan diri sendiri dan orang lain. Saya permah membuat buku.
kokoh memperlihatkan Ada saling (keterkaitan) dengan
Berdiri
kekokohan niat baik di dalam hati yang aplikasinya. Moto (baca: pandangan
hanya mengharapkan akan keridhoan Allah hidup) diperoleh dalam praktik.
SWT semata.
Filosofi itu betul (terasa). Sebaiknya Pandangan yang lurus ke depan, filosofi itu harus baik, yakni merendah
memperlihatkan kepercayaan diri dan yang keluar dari perasan halus).
Maksudnya timbulnya Pernyataan tokoh Penca Cikalong keberanian semata-mata hanyalah sebagai tersebut menyiratkan falsafah Penca bentuk perwujudan dari pembelaan atas Cikalong itu adalah kehalusan atau kebenaran yang diyakini. kelembutan.
keberanian.
Badan yang bagian pundak agak berperilaku juga lembut dalam pencak sedikit dibungkukkan (rengkuh / bahasa Cikalong-nya.
Kelembutan
dalam
Sunda) menandakan sikap dan sifat yang Dalam Penca Cikalong terdapat sopan santun juga rendah hati. Maenpo tradisi membaca lawan melalui rabaan atau Cikalong tetap menempatkan etika dan sentuhan yang disebut tempelan. Saat kesantunan
(budaya Sunda) serta tangan menempel anggota tubuh lawan, kerendahan hati dalam bersifat dan seketika itu pula ia dapat mendeteksi bersikap sehingga lawan yang dihadapi (membaca) gerak lawan. Rabaan tangan diharapkan menjadi kawan. merasakan getaran yang ditimbulkan
Bersikap tenang atau rileks dalam lawan. Kemampuan mendeteksi lawan sikap pasang, memberikan makna bahwa oleh pemenca Cikalong ini tidak akan bagi seorang praktisi Maenpo Cikalong diperoleh tanpa latihan terus-menerus kegagahan bukanlah sikap yang harus (Heryana, dkk. (2014:92). Kemampuan ditonjolkan sehingga ingin mendapat kesan membaca lawan hanya dapat dicapai ditakuti. Namun kegagahan adalah bentuk dengan kelembutan, baik raga maupun “kerja” dari suatu hasil. rohani.
Berhenti sejenak setelah melangkah, Dalam pada itu gerak jurus Pencak memberi arti pembiasaan akan sikap Cikalong
langsung menahan emosi, kesiapan, kesiagaan dan memberikan filosofi-filosofi tersendiri. keberhatian-hatian atau kewaspadaan. Perhatikan analisis gerak yang diuraikan
secara
tidak
Pukulan dengan tangan yang terbuka oleh komunitas Pencak Cikalong 6 berikut: mengandung arti kesantunan, dalam sudut
Dalam melakukan gerak dasar Jurus pandang Penca Cikalong segala bentuk dalam bahasa Sunda dijadikan sebagai sikap yang memperlihatkan kesombongan akronim dari dua buah kata yaitu jujur dan dan menantang (seperti mengepalkan lurus . Jujur mengandung makna bahwa tangan atau meureupan dalam bahasa setiap perilaku yang ada pada pribadi Sunda adalah tidak sopan) tidak seorang praktisi Maenpo Cikalong harus diperbolehkan. memiliki sikap jujur dan membiasakan
Tangan kembali pada posisi awal dalam kehidupan sehari-hari. Arti lurus memberi isyarat bahwa setiap selesai berarti setiap tindakan di dalam kehidupan melaksanakan suatu aktivitas hendaknya harus memiliki suatu pedoman yang lurus tidak
melupakan titik asal sebagai arah (dalam aliran Cikalong agama pemberangkatan. Islam-lah
yang dijadikan
sebagai
6 http://maenpocikalong.com/2009/07/sejarah- filosofi-dan-kaedah-maenpo-cikalong/#more-
47 diakses 14/07/2014: 10:44.
326 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 315 - 330 Andaikan anggota tubuh belum bisa tinggi ilmunya. Rabaan tangan (rasa antel)
“berjamaah” 7 : hendaknya terus berlatih. menghantarkan rasa yang dimiliki Kesulitan membangun “jamaah anggota seseorang. Apabila kita berniat jahat, niat tubuh” merupakan bagian dari sebuah tersebut
terasa oleh lawan proses
akan
mencapai keberhasilan. (terdeteksi). Lawan yang tinggi ilmunya itu Keberhasilan menguasai bela diri adalah akan segera menutup gerak kita. Itu artinya bekal menghadapai kesulitan yang harus peluang lawan untuk menjatuhkan atau diselesaikan sendiri. Jika telah ahli maka mencelakakan kita. bela diri adalah untuk membela diri dan
Oleh karena itu RHO Soleh menyelamatkan diri sendiri dan lawan; mengharuskan
pemenca -nya dapat bukan untuk mencelakakannya.
menyelamatkan lawannya. Ada istilah Begitu santunnya
etika yang “Apabila dalam sebuah petarungan masih diterapkan seringkali dalam pembahasan mencelakakan lawan, itu artinya masih lawan lebih banyak dianggap sebagai harus belajar kembali”. tamu. Ketika seseorang bertamu harus
(2) Laer aisan (banyak pertimbangan untuk disambut, disediakan atau dijamu, diberi mengambil keputusan yang tepat) oleh-oleh dan diantarkan (kedah dipapag, Penca Cikalong memiliki konsep disayogikeun, dibekelan, dianteuran ). Madi-Sabandar-Kari (MaSaKa). Dalam Kekuatan tenaga berada pada posisi. Oleh karena itu berlaku “hukum” ubahlah prakteknya apabila lawan menyerang
harus diterima dengan berbaik sangka posisi untuk melawannya. Artinya bila (tenaga Madi) layaknya kedatangan tamu. lawan sejajar dibuat tidak sejajar, tidak Setelah itu diolah melalui kaidah Sabandar, sejajar dibuat sejajar. Apabila bersatu kemudian dipertimbangkan keputusan mesti dipisahkan, dan apabila berpisah yang tepat (tenaga Kari). Dalam urutan mesti disatukan. Madi-Sabandar-Kari terkandung makna: Balik ka imah (kembali ke asal) mengerti - memberikan perhatian – adalah suatu kaidah dalam maenpo yang penghabisan/penutup. Serangan diterima mengembalikan posisi kepada posisi alami
ketenangan kemudian manusia sehingga dapat menahan dan
dengan
dan terakhir opsi mengatasi
penyelamatan atau pencelakaan (Abdullah, mengingatkan diri bahwa penciptaan
2013: 63-67)
manusia sebagai sebaik-baik bentuk adalah hal yang patut disyukuri dalam konteks (3) Wijaksana (antara bijaksana dan keimanan.
percaya diri)
Senada dengan hal di atas, R.H.O. Tidak boleh memandang remeh Soleh (Gan Uweh) menyatakan kaidah lawan baik besar maupun kecil. Lima jari maenpo itu ada hubungannya dengan tangan
dalam Maenpo Cikalong falsafah kehidupan manusia dalam mempunyai fungsinya masing-masing. bermasyarakat (Asy’arie, 2010: 9-12; Jempol yang berukuran paling besar, tentu Heryana, dkk. 2014: 81-83). Beberapa secara fisik memiliki kekuatan besar dan falsafah yang diajarkannya adalah sebagai kuat dibandingkan dengan kelingking yang berikut:
berbentuk kecil dan lemah. Tetapi bila sudah bekerja sesuai fungsinya, kegunaan
(1) Lamun deleka sok cilaka (jika senang dan kehebatan kelingking tidak bisa mencelakakan orang bisa celaka)
oleh jempol. Hal ini Dalam praktek maenpo terjadi saat menunjukkan masing-masing anggota berhadapan dengan lawan yang lebih badan diciptakan Allah memiliki fungsi
digantikan
dan manfaat yang berbeda, serta tidak bisa
7 Berjamaah adalah istilah untuk pemenca digantikan dengan anggota badan lain yang gerakan jurusnya serasi antara tangan dan
untuk satu fungsi yang sama. kaki.
Falsafah Penca Cikalong..... (Agus Heryana) 327 (4) Depe-depe handap asor (rendah hati minta bantuan kepada orang lain, artinya
dan halus budi pekerti) jangan sampai mudah membuat susah Maenpo
Cikalong
kebanyakan orang lain.
menggunakan teknik tenaga
Kehalusan bukan berarti kelemahan, Gelut jeung diri sorangan (musuh
halus.
pertama adalah diri sendiri). melainkan kerendahan hati. Penggunaan Perkelahian pada dasarnya bukan tenaga halus atau tenaga kosong akan pengerahan tenaga jasmani saja, namun leluasa bergerak. Sebaliknya penggunaan pengendalian rohani seperti: emosi, nafsu tenaga berat menunjukkan kekokohan, amarah sangat penting, bahkan inilah yang namun susah bergerak. Kekokohan tersulit. Dalam mengaplikasikan tenaga diartikan sebagai keangkuhan. Dalam Madi sebelum bersambung tangan dengan falsafah kehidupan sifat angkuh tidak lawan diharuskan mengisi Madi dari dalam dapat luwes berkomunikasi. badan diri sendiri. Artinya, dalam
(5) Tungkul ka jukut tanggah ka sadapan menghadapi lawan harus bisa menahan (menghormati dan tidak membeda- emosi untuk mengalahkan diri sendiri bedakan perlakuaan kepada siapa pun)
dahulu. Dengan sikap begitu tujuan akan Pada jurus masagikeun Cikalongan berhasil. yaitu setelah tangtungan pasang, pesilat
Falsafah kehidupan manusia dalam mengambil ancang-ancang sambil melihat bermasyarakat secara tidak langsung dapat ke bawah. Kemudian jurus tomplok yakni ditemukan pada karakteristik Penca melemparkan tangan kanan ke atas dan Cikalong. Karekteristik yang dimaksud di diikuti pandangan mata ke atas. Hal ini antaranya adalah sebagai berikut : dilakukan dua kali dalam satu arah.
(1) Mengutamakan kepekaan rasa. Tidak Semuanya ada 4 (empat) arah, yaitu: Utara,
mengandalkan kekuatan fisik dan Selatan, Barat dan Timur. Jadi, jumlah
kecepatan.
melihat ke atas dan ke bawah sebanyak 8 (2) Berorientasi pertarungan jarak dekat (delapan) kali. Arti falsafahnya adalah
dan menempel ke anggota badan dalam hidup di mana pun berada harus
lawan.
(3) Bertujuan menyelamatkan diri tanpa berkekurangan supaya selalu ingat dan
banyak memerhatikan
orang
yang
mencelakakan lawan. Di kalangan bersyukur kepada Allah SWT serta
Maenpo Cikalong dikenal prinsip memperhatikan orang yang berkelebihan
“Lamun masih keneh nyilakakeun agar menjadi dorongan untuk lebih maju.
batur, wayahna kudu diajar deui ” (6)
(Asy’arie,2013: 26). (Bila masih Sauyunan (rukun, saling menolong) mencelakakan lawan,
sebaiknya Dalam
peragaan
susun-tempel
belajar kembali). (A terlihat tangan kanan diganggu, maka
sy’arie, 2013: 25- 26; Tabrizy, 2002: 13)
tangan kiri berinisiatif menolongnya.
Demikian pula sebaliknya, apabila tangan Falsafah Gerak Seser, Panceg na
Tangtungan (Kuat Pendirian) kiri diganggu, maka tangan kanan Gerak Seser pada Penca Cikalong bertindak. Artinya diperlukan sifat saling bukanlah sebuah nama jurus atau bagian menolong, dan hubungan antarsesama dari rangkaian jurus-jurus Penca Cikalong. manusia yang harmonis. Kaidah Penca Cikalong pun sebagaimana
(7) Hirup tawakal (hidup mandiri) dikemukakan pada awal tulisan (sub 4) Masih
lanjutan susun-tempel, tidak memasukkan seser sebagai bagian keadaan
tangan kanan
sebenarnya kaidah Cikalong.
diharapkan harus mandiri dan jangan Seser demikian praktisi pemenca berharap bantuan tangan kiri dahulu, tetapi menyebutnya
adalah upaya diupayakan
berusaha menyelesaikan mempertahankan posisi kuda-kuda agar permasalahannya sendiri. Jangan mudah kuat bertahan. Secara teknis, seser
328 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 315 - 330 dilakukan dengan cara tidak mengangkat
Penelaahan lebih jauh atas gerak kaki, melainkan dengan ”menggeser” seser tidaklah sesederhana gerakannya. Di
telapak kaki ke depan. Pergeseran kedua dalamnya terkandung makna tersembunyi telapak kaki dilakukan dengan cara kedua yang perlu digali, yaitu falsafah pohon. ujung jari kaki dikerutkan bersama-sama Struktur tubuh manusia dalam pandangan kemudian maju sedikit demi sedikit.
praktisi Penca Cikalong diibaratkan sebuah Pergeseran
dengan tujuan pohon yang besar dan kokoh. Kaki adalah mempertahankan dan mendekati jarak akar, batang adalah tubuh, dahan dan pukul (serang) atau mencari posisi dapat ranting adalah tangan. Kekokohan pohon dilakukan ke depan atau ke samping. dibuktikan dengan akar-akarnya yang Seorang pemenca Cikalong yang mahir menancap dalam-dalam di dalam tanah. melakukan gerak seser, gerakannya tidak Oleh karena itu, apabila akarnya keropos, kentara. Akibatnya lawan kaget atau maka batang tubuh pohon pun akan terkesiap. Ia terkejut sebab tiba-tiba saja ambruk dan mati. Jadi, seser merupakan lawannya sudah ada di depan mata. Jadi,
solusi atau pilihan untuk mempertahankan seser adalah suatu strategi menggeser kaki posisi kaki agar tidak tercerabut dari dengan cara berjalan, menarik seluruh akarnya. badan dengan menggunakan gerakan jari
Pohon yang baik akan tumbuh kaki.
dengan akar yang kuat dan kokoh. Tanpa Pada proses gerak seser tidak terjadi akar sebagai fondasinya bangunan akan pengangkatan kaki. Pengangkatan kaki mudah runtuh. Falsafah pohon dapatlah berarti membuka ruang kelemahan untuk dimaknai sebagai panceg na tangtungan diserang lawan. Mengapa? Penelaahan (kokoh pendirian). Dengan demikian pada struktur tubuh saat posisi mengangkat falsafah Maenpo Cikalong memeroleh kaki menunjukkan sedang terjadi proses tambahan falsafah pohon. Selengkapnya perpindahan posisi dan titik keseimbangan, adalah (1) Lamun deleka sok cilaka,(2) yaitu dari posisi seimbang menjadi tidak Laer aisan; (3) Wijaksana; (4) Tungkul ka seimbang.
pula jukut tanggah ka sadapan; (5) Sauyunan; memindahkan
Hal itu
berarti
kekuatan. Proses (6) Gelut jeung diri sorangan; (7) Hirup perpindahan inilah yang menjadi titik tawakal; (8) Depe-depe handap asor; (9) lemah dalam hubungannya dengan strategi Panceg na tangtungan (kokoh pendirian). pertarungan.
Falsafah pohon pun tercerminkan ”mengambil”, menyerang saat kaki dalam tataran teknis kaidah Penca
diangkat. Kekuatan kaki sebelah tidak Cikalong. Nyaris pada jurus-jurus yang mungkin melawan kedua kaki yang rapat dimilikinya
tidak mengutamakan di atas tanah.