7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi pengetahuan menurut beberapa ahli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

  2.1.1 Defenisi pengetahuan menurut beberapa ahli a.

  menurut Maulana (2009), Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu.

  Sebagian besar pengetahuan di peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior)

  b.

   Menurut Notoadmodjo (2012), pengetahuan adalah hasil tahu dari

  manusia yang sekedar menjawab pertanyaan. “What” misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Sedangkan ilmu (Science) adalah bukan sekedar menjawab “What” melainkan akan menjawab pertanyaan “Why” dan “How” misalnya mengapa air mendidih bila di panaskan, mengapa manusia menjawab pertanyaan apa sesuatu itu, tetapi ilmu dapat menjawab mengapa dan bagaimana sesuatu tersebut terjadi.

  2.1.2 Tingkat Pengetahuan

  Menurut Green, dkk dalam Notoadmodjo (2012), Pengetahuan yang dicakup dalam domaid kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :

  7

  a.

   Tahu (know)

  Tahu di artikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Yang termasuk kedalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang sefesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu “Tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

  b.

   Memahami (Comprehension)

  Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang yang diketahui dan dapat mempersentasikan materi tersebut secara benar misalnya menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajarinya.

  c.

   Aplikasih (Application)

  Aplikasih diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi kondisi sebenarnya dan dapat mengembangkan hukum-hukum rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam kontes atau situasi yang lain. Merasa dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan.

  d.

   Analisis (Analysis)

  Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau sesuatu objektif kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisih tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

  e.

   Sintesis (Synthesis)

  Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu untuk keseluruhan yang baru misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

  Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

2.1.3 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

  Menurut Mubarak (2012), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut dibawah ini : a.

   Usia (Umur) Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

  Semakin bertambah usia akan semakin bertambah dan berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diprolehnya semakin membaik.

b. Pendidikan

  Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

  Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah seseorang tersebut memproleh informasi.

  c. Media Masa

  Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat diberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan. Semakin majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media masa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat.

  d. Sosial Budaya dan Ekonomi

  Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk status sosial dan ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

  e. Lingkungan

  Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya kedalam individu yang berada dalam lingkungan tesebut.

  f. Pengalaman

  Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diproleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu.

2.2 Sikap

  2.2.1 Defenisi Sikap Menurut Beberapa Ahli

  a. Notoatmodjo (2012) sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dan seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

  b. Azwar (2007) sikap adalah mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan kecendrungan prilaku individu terhadap manusia lainnya atau sesuatu yang sedang dihadapi oleh individu. Bahkan terhadap diri individu itu sendiri disebut penomena sikap. Penomena sikap yang timbul tidak saja ditentukan oleh keadaan objek yang sedang di hadapi tetapi juga dengan kaitannya. Dengan pengalaman – pengalaman masa lalu, oleh situasi disaat sekarang, dan oleh harapan – harapan untuk masa yang akan datang.

  2.2.2 Komponen Sikap

  Azwar (2007) menyatakan bahwa sikap memiliki 3 komponen yakni: 1. Komponen kognitif

  Komponen kognitif merupakan komponen yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

  2. Komponen Afektif Merupakan komponen yang menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.

  3. Komponen Prilaku Komponen prilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukan bagaimana prilaku atau kecenderungan berprilaku ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang di hadapinya.

2.2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

  Azwar (2007) menyimpulkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang yang di anggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu.

  a.

  Pengalaman pribadi Middlebrook (dalam azwar, 2007) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek pisikologi, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang di alami seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

  b.

  Pengaruh orang lain yang di anggap penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konfirmasi atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecendrungan ini antara lain di motivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting.

  c.

  Pengaruh kebudayaan Burrhus Frederic Skinner, seperti yang dikutip azwar sangat menekankan pengaruh lingkungan ( termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. Kepribadian merupakan pola prilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah penguat (reinforcement) yang kita alami.

  d.

  Media massa Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dll. Mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan individu.

  e.

  Lembaga pendidikan dan agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu, pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

  f.

  Faktor emosional Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan berlalu begitu rostasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persistem dan bertahan lama.

2.3 Usia Lanjut

2.3.1 Defenisi Usia Lanjut

  Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu. Menurut WHO (1989), dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak dipisah-pisahkan.

  Konteks kebutuhan tersebut dihubungkan secara biologis, sosial, dan ekonomi dan dikatakan usia lanjut dimulai paling tidak saat masa puber dan prosesnya berlansung sampai kehidupan dewasa (Depkes RI, 1999). Menurut

  

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), usia lanjut adalah tahap masa tua dalam

  perkembangan individu dengan batas usia 50 tahun ke atas. Lebih rinci, batasan penduduk usia lanjut dapat dilihat dari aspek-aspek biologi, ekonomi, sosial, dan usia atau batasan usia, yaitu (Notoadmodjo, 2007): 1.

  Aspek biologi Penduduk usia lanjut ditinjau dari aspek biologi adalah penduduk yang telah menjalani proses penuaan, dalam arti menurunnya daya tahan fisik yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap serangan berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan seiring meningkatnya usia, sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Proses penuaan berbeda dengan ‘pikun’ (senile

  dementia ) yaitu perilaku aneh atau sifat pelupa dari seseorang di usia tua.

  Pikun merupakan akibat dari tidak berfungsinya beberapa organ otak, yang dikenal dengan penyakit Alzheimer.

  2. Aspek ekonomi Aspek ekonomi menjelaskan bahwa penduduk usia lanjut dipandang lebih sebagai beban daripada potensi sumber daya bagi pembangunan. Warga dianggap sebagai warga yang tidak produktif dan hidupnya perlu ditopang oleh generasi yang lebih muda. Bagi penduduk usia lanjut yang masih memasuki lapangan pekerjaan, produktivitasnya sudah menurun dan pendapatannya lebih rendah dibandingkan pekerja usia produktif. Akan tetapi, tidak semua penduduk yang termasuk dalam kelompok umur usia lanjut ini tidak memiliki kualitas dan produktivitas rendah.

  3. Aspek sosial Dari sudut pandang sosial, penduduk usia lanjut merupakan kelompok sosial tersendiri. Di negara Barat, penduduk lansia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Di masyarakat tradisional di Asia, penduduk lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh masyarakat.

  4. Aspek umur Dari ketiga aspek di atas, pendekatan umur adalah yang paling memungkinkan untuk mendefinisikan penduduk usia lanjut. Batasan usia lanjut didasarkan atas Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 adalah 60 tahun. Namun, berdasarkan pendapat beberapa ahli dalam program kesehatan Usia Lanjut, Departemen Kesehatan membuat pengelompokan seperti di bawah ini (Notoadmodjo, 2007):

  5. Kelompok pertengahan umur Kelompok usia dalam masa verilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45-54 tahun).

  6. Kelompok usia lanjut dini Kelompok dalam masa prasenium, yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut (55-64 tahun).

  7. Kelompok usia lanjut Kelompok dalam masa senium (65 tahun ke atas).

  8. Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi Kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat atau cacat. Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi (Notoadmodjo, 2007) 9. Usia pertengahan adalah kelompok usia 45-59 tahun.

  10. Usia lanjut adalah kelompok usia antara 60-70 tahun.

  11. Usia lanjut tua adalah kelompok usia antara 75-90 tahun.

  12. Usia sangat tua adalah kelompok usia di atas 90 tahun.

2.3.2 Perubahan Fisiologik Tubuh Pada Usia lanjut

  Tingkat perubahan organ tubuh dan fungsinya diklasifikasikan kepada beberapa bagian, yaitu (Yatim, 2004):

  1. Tetap stabil. Seperti denyut nadi dalam istirahat tetap seperti masih usia muda dan perubahan perilaku psikososial paling sedikit berubah, terutama apabila diamati secara berkelompok.

  2. Perubahan yang menjelma menjadi penyakit. Contohnya, menurunnya hormon testoteron dalam darah.

  3. Perubahan yang terjadi sebagai penyeimbang, seperti berkurangnya frekuensi denyut jantung, selalu diimbangi dengan peningkatan jumlah darah yang dipompakan keluar dari jantung.

  4. Perubahan sekuler. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kadar kolesterol dalam darah pada usia muda akan berangsur-angsur menurun sesuai dengan pertambahan usia.

  5. Perubahan intrinsik. Misalnya, pada usia lanjut terjadi penurunan ureum keratinin klearens.

2.3.3 Kebutuhan Hidup Usia Lanjut

  Penduduk usia lanjut juga mempunyai kebutuhan hidup seperti orang lain agar kesejahteraan hidup dapat dipertahankan. Kebutuhan hidup seperti kebutuhan makanan yang mengandung gizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin dan sebagainya diperlukan oleh usia lanjut agar dapat mandiri. Menurut pendapat Maslow dalam Suhartini (2004), kebutuhan manusia meliputi : 1.

  Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya.

  2. Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan kemandirian dan sebagainya

  3. Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban,organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobi dan sebagainya 4. Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya, dan

  5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan.

2.4 Rheumatoid Arthritis

2.4.1 Defenisi Rheumatoid Arthritis

  Istilah rheumatoid berasal dari bahasa yunani, rhematoid, yang berarti mucus; suatu cairan yang di anggap jahat, mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain tubuh sehingga menimbulakan rasa nyeri. Beberapa penelitian menunjukkan memang ada perubahan struktur mucine sendi pada beberapa penyakit arthritis rhematoid, sehingga istilah yang sudah lama di pakai kemungkinan masih sesuai pada saat ini. Hingga kini dikenal lebih dari 100 macam penyakit sendih yang sering kali memberikan gejala yang hampir sama dan sebaliknya beberapa penyakit rheumatoid arteritis mempunyai manifestasi ekstra-artikular pada berbagai organ (Taufan, 2012).

  Rheumatoid arthritis (RA) adalah suatu penyakit yang bersifat progresif, yang cenderung menjadi kronis dan menyerang sendih serta jaringan lunak.

  Rheumatoid arthritis merupakan penyakit multisistem yang keronis karena dapat menyebabkan sejumlah gejala diseluruh tubuh dengan manifestasi sistemik yang bervariasi. RA menyeranmg semua orang yang berusia 25-50 tahun, de facto ia bisa terjadi pada semua usia (Iskandar, 2013).

  Rheumatoid arthritis juga dapat menghasilkan peradangan difus diparu- paru, memmbran di sekitar jantung, selaput paru-paru, putih mata dan lesi nodular yang paling umum dalam jaringan subkutan. Meskipun penyebab rheumatoid arthritis tidak diketahui, autoimunitas dan kemajuan, rheumatoid arthritis dianggap sebagai penyakit autoimun sistemik (Suiraoka, 2012).

2.4.2 Penyebab Terjadinya Rhematoid Arthritis

  Hingga saat ini penyebab rheumatoid arthrtis belum diketahui pasti. Ada yang mengatakan bahwa rheumatoid arthritis disebabkan oleh mikroplasma, virus dan sebagainya, tetapi hal itu belum terbukti karena ada beragam faktor lain yang turut mempengaruhinya, termasuk kecenderungan genetika, yang bisa mempengaruhi reaksi autoimun (Iskandar, 2013)

  Hingga kini penyebab rheumatoid arthritis (RA) tidak diketahui, tetapi berapa hipotesa menunjukan bahwa rheumatoid arthritis dipengaruhi oleh faktor- faktor: 1.

  Mekanisme IMUN (Antigen Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor rheumatoid arthritis.

2. Gangguan metabolisme 3.

  Genetik 4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (perkerjaan dan psikososial)

  Kecenderungan wanita untuk menderita rheumatoid arthritis dan sering dijumpai biasanya pada wanita yang sedang hamil sehingga menimbulkan dugaan terdapatnya faktor yang mempengaruhi pada penyakit rheumatoid arthritis. Karena pemberian hormonal estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit rheumatoid arthritis (Nugroho, 2012)

2.4.3 Tanda Gejala Rheumatoid Arthritis

  Rheumatoid arthritis biasa muncul secara mendadak, dimana pada saat bersamaan banyak sendi mengalami peradangan. Biasanya peradangan bersifat simetris, jika suatu sendi pada sisi kiri tubuh terserang rheumatoid arthritis, maka sendi yang sama disisi kanan tubuh juga akan meradang. Dan yang pertama kali meradang adalah sendi-sendi kecil dijari tangan, jari kaki, tangan, kaki, pergelangan tangan, perelangan kaki. Biasanya sendi yang meradang menimbulkan nyeri dan menjadi kaku secara simetris, terutama ketika bangun tidur atau setelah lama tidak melakukan aktifitas fisik (Iskandar, 2013)

  Menurut Suiroka gejala rheumatoid arthritis umumnya ditandai dengan adanya beberapa gejala yang berlangsung selama minimal 6 (enam) minggu, yaitu: 1.

  Kekakuan pada sekitar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi hari

2. Bengkak pada 3 atau lebih, pada saat yang bersamaan.

  3. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi pada saat sendi-sendi tangan. Sendi yang bengkak biasanya terasa hangat dan lembek bila disentu.

  4. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris.

  5. Penumpukan cairan dapat terakumulasi terutama dipergelanagan kaki.

2.4.4 Pengobatan Rheumatoid Arthritis

  Pengobatan secara simtomatik ditujukan untuk mengatasi atau mengurangi gejala penyakit rheumatoid arthritis, tetapi tidak mempengaruhi perjalanan penyakit. Artinya, progresivitas penyakit akan tetap berlangsung, pembengkakan tidak berkurang dan kerusakan tulang tetap terjadi (Iskandar, 2012).

  Menurut Iskandar (2012), obat yang termasuk dalam golongan obat simtomatik, antara lain:

  1. Analgesik sederhana, seperti : parasetamol, aminoprin, asetofenetindin.

  2. Obat anti-inflamasi non steroid (NSAIDs), seperti : indomentasin, fenil butason, sodium diklofenak, indoprofen, dan sebagainya.

  3. Obat anti-inflamasi golongan steroid, misalnya prednison.

  Meneurut Iskandar (2012), yang termasuk dalam golongan obat remitif antara lain :

  1. Cytostatic agent (obat sitotatiska) 2.

  Alkylating agent 3. Immunosupresan (obat penekan kekebalan tubuh) 4. Anti-malaria (klorokuin) 5. Antelmintik (obat cacing, misalnya levamisol)

2.4.5 Faktor Yang Mempengaruhi Rheumatoid Arthritis

   Menurut Suirako (2012), faktor resiko yang akan meningkatkan resiko

  terkenak penyakit rheumatoid arthritis adalah 1.

  Jenis Kelamin Perempuan lebih mudah terkenak rheumatoid arthritis dari pada laki-laki.

  Perbandingannya adalah 2-3 : 1 2. Umur

  Rheumatoid arthritis biasanya timbul atara umur 50 sampai 60 tahun. Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (arthritis rheumatoid juvenile).

  3. Riwayat Keluarga Apa bila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit rheumatoid arthritis maka anda kemungkinan besar akan terkenak juga.

  4. Merokok Merokok dapat meningkatkan resiko terkena rheumatoid arthritis.

2.4.6 Cara Mencegah Kambunya Rheumatoid Arthritis 1.

  Istirahat yang cukup 2. Hindari kerja berat 3. Minum minuman yang tinggi kalsium seperti susu 4. Olahraga ringan secara teratur 5. Hindari makanan yang dapat memicu kambunya RA 6. Priksa kesehatan ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit minimal 6 bulan sekali

2.4.7 Komplikasi Rheumatoid Arthritis

  Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit rheumatoid arthritis adalah penyakit sistim pencernaan misalnya gastritis dan ulkus peptic yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi non steroid (OAINS dan obat pengubah perjalanan penyakit atau disease modfiyeng anti rheumatoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyeba Morbiditas dan mortalitas utama pada rheumatoid arthritis. Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga susah dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatiker. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidak setabilan vertebral servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis. Jadi rhematoid arthritis merupakan penyakit autoimun yang dapat menyebabkan inflamasi pada sendi terutama mengenai membran synovial pada sendi dan mengarah pada destruksi kartilago sendi sehingga menyebabkan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas dan keletihan. Dapat terjadi pada semua jenjang umur (Mansjour, 2001)

1. Terganggunya aktifitas karena nyeri 2.

  Tulang menjadi keropos 3. Terjadinya perubahan bentuk tulang

2.4.8 Patogenesis Rheumatoid Artheritis

  Masuknya sel radang kedalam membran sinovial akibat pengendapan kompleks imun menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen yang paling destruktif dalam pathogenesis rheumatoid arthritis. Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblas yang berproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis sel radang. Secara histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan kolagen dan proteoglikan (Nugroho, 2012)

2.4.9 Penatalaksanaan Rheumatoid Arthritis

  Tujuan penatalaksanaan rheumatoid arthritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendih dan kemampuan mobilisasi penderita ( Burke, 2001).

  Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain: 1. Pemberian terapi

  Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi.

  2. Pengaturan aktifitas dan istirahat Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.

  3. Kompres panas dan dingin Untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektif dari pada kompres dingin.

  4. Diet Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.

5. Pembedahan

  Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasy atau total join replacement untuk menganti sendi.