BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PreeklampsiaEklampsia - Evaluasipelaksanaan Program Pelayanan Antenatal Care Terkait Dengan Deteksi Preeklamsia/Eklampsia Di Puskesmaslhoksukon Kabupaten Aceh Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Preeklampsia/Eklampsia

  (keracunan) pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, oedema, dan proteinuria.Eklampsia adalah konvulsi dan koma, jarang koma saja, yang terjadi pada wanita hamil atau masa nifas dengan disertai hipertensi, oedema dan atau proteinuria.

  Preeklampsia/eklampsia merupakan komplikasi kehamilan dan persalinan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, protein urine dan oedema, yang kadang-kadang disertai komplikasi sampai koma.Sindroma preeklampsia ringan seperti hipertensi, oedema, dan proteinuria sering tidak diperhatikan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul preeklampsia berat, bahkan eklampsia (Prawirohardjo, 2002).

  Preeklampsia adalah peningkatan tekanan darah yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria.Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan / atau koma (Prawirorahardjo, 2003).

  Preeklampsia adalah peningkatan tekanan darah yang timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein didalam urine (proteinuria) (Feryanto, 2013).

  Preeklampsia adalah meningkatnya tekanan darah dengan proteinuria dan oedema yang disebabkan oleh kehamilan setelah umur kehamilan 20 minggu terutama terjadi pada primigravida (Taber, 1994). menegakkan diaognosis preeklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30mmHg atau lebih diatas tekanan darah normal si ibu, atau mencapai 140mmHg atau lebih (Rachimbadhi, 2002).

  Oedema merupakan akumulasi cairan yang menyeluruh dan berlebihan dalam jaringan, umumnya ditampakkan dengan adanya pembengkakkan ekstermitas dan wajah. Kenaikan berat badan 0,5 kg setiap minggu dalam kehamilan masih di anggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya preeklampsia (Rachimbadhi, 2002).

  Proteinuria merupakan konsentrasi protein sebesar 0,3 gr/l atau lebih yang terdapat pada urine. Wanita yang menderita preeklampsia jarang mengalami proteinuria sebelum ada kenaikan dalam tekanan darahnya.Jika protuineria terjadi, sedangkan tekanan darahnya normal, kemungkinan terjadi infeksi saluran kemih, penyakit ginjal, atau kontaminasi pada spesimen (WHO, 1998).

  Preeklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang disebabkan oleh kehamilan. Istilah kesatuan penyakit harus diartikan bahwa kedua peristiwa dasarnya sama dan bahwa eklampsia merupakan peningkatan yang lebih berat dan berbahaya dari preeklampsia (Rachimbadhi, 2002).

  2.2 Tanda dan Gejala Klinis Preeklampsia/Eklampsia

  Gejala utama dari preeklampsia yaitu hipertensi, proteinuria, dan oedema yang dijumpai gejala kejang-kejang atau eklampsia bila tidak mendapat timbul pada saat preeklampsia seperti oliguria, gangguan visus, dan nyeri epigastrum adalah sesuai dengan kelainan-kelainan organ yang terjadi akibat preeklampsia (Tanjung, 2004).

  Biasanya tanda-tanda preeklampsia dalam urutan pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria.Pada preeklamsia ringan tidak dijumpai gejala-gejala subyektif.Pada preeklamsia berat didapatkan rasa sakit kepala, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrum, mual atau muntah-muntah. Gejala-gejala ini ditemukan pada preeklamsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklamsia akan timbul (Richambadhi, 2002).

  2.3 Kriteria Diagnosa Preeklampsia/Ekampsia

  Menurut Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, hipertensi dalam kehamilan (HDK) yaitu hipertensi yang terjadi pada kehamilan diatas 20 minggu dimana tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg atau kenaikan tekanan diastolic 15 mmHg dari tekanan darah ibu pada saat keadaan normal. Preeklampsia yaitu hipertensi dalam kehamilan yang disertai proteinuria dan oedema, sedangkan eklampsia yaitu preeklampsia yang disertai dengan gejala kejang-kejang (Tanjung, 2004).

2.4 Klasifikasi Preeklampsia/Eklampsia

  Menurut Manuaba (1998), preeklampsia digolongkan menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat dengan gejala dan tanda sebagai

a. Preeklampsia Ringan 1.

  Tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atau kenaikan 30 mmHg dari tekanan normal yang diperiksa setiap 6 jam.

  2. Tekanan darah diastolic mencapai 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg dari tekanan normal yang diperiksa setiap setiap 24 jam.

  3. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dari berat badan awal dalam satu minggu.

  4. Dijumpainya proteinuria dalam urine ≥ 0,3 gr/l.

b. Preeklampsia Berat

  Bila salah satu diantara gejala dibawah ini ditemukan pada hamil ≥ 20 minggu maka digolongkan sebagai preeklamsia berat:

  1. Tekanan darah 160 mmHg diukur dalam keadaan rileks (minimal setelah istirahat 10 menit)

  2. Oligouria, volume urine kurang dari 400 cc/24 jam 3.

  Proteinuria lebih dari 3 gr/liter 4. Keluhan subyektif seperti nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, dan gangguan kesadaran.

  5. Gangguan visus dan serebral

  7. Adanya HELLP Syndrome (Hemolysis, Elevated liver enzyme, Low platelet count) (Bekti, 2008) Peningkatan gejala dan tanda preeklampsia berat memberikan petunjuk maternal dan bayi tinggi.

  Berdasarkan waktu terjadinya, eklampsia dapat dibagi atas: 1.

  Eklampsia Gravidarum yaitu eklampsia yang terjadi pada saat ibu hamil ≥ 20 minggu di mana kejadiannya sekitar 50% sampai 60%

  2. Eklampsia Parturientum yaitu eklampsia yang terjadi pada saat persalinan dimana kejadiannya sekitar 30% sampai 35%

  3. Eklampsia puerperium yaitu eklamsia yang terjadi pada saat persalinan berakhir dimana kejadiannya sekitar 30% sampai 35% Preeklampsia dibagi atas preeklampsia ringan dan preekampsia berat.Preeklampsia ringan bila tekanan darah diantara 140/90 dan 160/110 mmHg sedangkan preeklampsia berat bila tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.Disebut eklampsia apabila preeklampsia disertai gejala kejang (Tanjung, 2004).

  Menurut Hartini (2009), gejala-gejala eklampsia dibagi menjadi empat tingkatan yaitu: a.

  Stadium Invasi Stadium ini masih awal, kira-kira berlangsung selama 30 detik.Gejalanya yaitu mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak b.

  Stadium kejang tonik Stadium ini berlangsung kira-kira 20-30 detik.Dimulai dari seluruh otot badan kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok dapat tergigit.

  c.

  Stadium kejang klonik Pada stadium ini dapat ditandai dengan otot yang berkontraksi berulang-ulang dalam waktu cepat.Mulut dapat terbuka dan menutup, keluar ludah yang berbusa dan lidah dapat tergigit.Pada organ mata dapat melotot dan muka kelihatan sianosis.Kejadian ini berlangsung berlangsung selama satu sampai dua menit.Setelah kejang lalu penderita tidak sadar dan bernapas seperti mendengkur.

  d.

  Stadium Koma Stadium koma adalah stadium paling akhir.Koma biasanya berlangsung selama beberapa menit sampai berjam-jam. Terkadang antara kesadaran akan timbul sedangkan baru dan akhirnya ibu hamil tetap dalam keadaan koma. Selama koma darah ibu yang mengalami eklampsia dapat meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai 40 derajat celcius. Preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur yang ekstrem, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan kehamilan kembar,

  1991). Menurut Geoffrey (1994), insiden preeklampsia cenderung meningkat pada ibu yang melahirkan anak pertama dimana persalinan yang pertama biasanya mempunyai risiko lebih tinggi dan akan menurun pada paritas 2 dan 3. memantau tekanan darah; (2) membiasakan pola makan berkadar lemak rendah; (3) perbanyak asupan kalsium, vitamin C dan A; (4) dan yang lebih penting adalah menghindari stress. Preeklampsia yang dibiarkan akan berlanjut menjadi preeklampsia berat dan kemudian bisa menjadi eklampsia.

  Penanganan dan perawatan kehamilan dengan preeklampsia ringan adalah berobat jalan, pantangan garam. Dapat diberikan obat penenang dan diuretik (meningkatkan pengeluaran air seni),kontrol setiap minggu. Anjuran segera kembali periksa bila gejalanya makin parah.Sedangkan pada preeklampsia berat adalah dengan masuk sakit dalam kamar isolasi yang bebas dari sinar dan suara juga perawatan khusus. Dipasang infuse untuk mengatur pengeluaran cairan, pemberian nutrisi, obat-obatan, dan mengatur elektrolit. Pengawasan bisa dilakukan dalam waktu 2 x 24 jam.Bila keadaan bertambah berat dilakukan induksi (dorongan) persalinan atau langsung dilakukan operasi (Hartini, 2009).

  Penanganan preeklampsia bagi semua tenaga kesehatan, kemampuan yang perlu dimiliki pada tahap pengobatan pendahuluan ialah secepatnya dapat mendiagnosis adanya hipertensi dalam kehamilan, menentukan klasifikasinya, serta menentukan adanya penyulit- penyulit yang timbul. Mengingat dalam kasus rujukan preeklampsia berat-eklamsia, pos terdepan yang sering menemukan kasus memberikan obat-obat pendahuluan yang mutlak dilakukan sebelum trasportasi. Tujuan pengobatan pendahuluan ialah agar penderita tidak jatuh dalam stadium yang lebih berat dan dapat segera mengatasinya (Soedarmo, 2003).

  Preeklampsia/Eklampsia

  Menurut Depkes RI (2010), pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Sedangkan tujuan pelaksanaan pelayanan antenatal antara lain:

  1. Memantau kemajuan kehamilan serta memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi

  2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu serta janin

  3. Mengenali secara dini kelainan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil

  4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan 5.

  Memersiapkan ibu untuk menjalani masa nifas dan mempersiapkan ASI eksklusif

  6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran dan tumbuh kembang bayi.

  Setiap wanita hamil memiliki risiko untuk mengalami penyakit akibat kehamilan, sedangkan wanita yang tidak hamil tidak memiliki risiko preeklampsia/eklampsia antara lain : umur ibu, paritas, keturunan, ras, diet, lingkungan, tingkahlaku, dan sosio-ekonomi. Walaupun penyebab preeklampsia/eklampsia belum dapat dipastikan, namun beberapa faktor berikut

  Pelayanan antenatal merupakan pelayanan terhadap individu yang bersifat preventif care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi ibu maupun janinnya. Pelayanan antenatal merupakan upaya kesehatan perorangan yang memperhatikan kualitas pelayanan medis yang diberikan.Agar dapat melalui persalinan dengan sehat dan aman diperlukan kesiapan fisik dan mental ibu, sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan yang optimal.Keadaan kesehatan ibu yang optimal sangat berpengaruh bagi pertumbuhan janin yang dikandungnya.

  Antenatal care adalah merupakan cara penting untuk memonitoring dan mendukung kesehataan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan antenatal (Prawirohardjo, 2006).

  Penerapan standar pelayanan antenatal akan melindungi masyarakat karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat dilakukan atas dasar yang diberikan tidak memenuhi standard dan terbukti membahayakan (Nugroho dkk, 2014).Dalam melaksanakan pelayanan antenatal care, standar pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 10T (Depkes RI, 2002).

2.6 Fasilitas Antenatal, Tenaga Kesehatan, dan Program Kesehatan

  Kesehatan ibu dan anak (KIA) mempunyai tujuan akhir bagi penurunan angka kematian bayi, anak balita, dan ibu/maternal.Untuk keberhasilan program memadai dan professional untuk menghasilkan program kesehatan yang terbaik (Orisinal, 2000).

  2.6.1 Fasilitas Antenatal

  Fasilitas Antenatal berhubungan dengan tempat ibu mendapatkan pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya sampai ibu dapat melahirkan dengan aman. Tersedianya fasilitas antenatal yaitu laboratorium untuk tes protein urine yang memadai dengan jarak yang mudah terjangkau akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk sering memeriksakan kehamilannya dan untuk mendapatkan penanganan dalam keadaan darurat. Bidan dapat memberikan informasi atau petunjuk kepada ibu dan keluarga tentang pemanfaatan sarana kesehatan (Nugroho Dkk, 2014).

  Tersedianya fasilitas kesehatan di suatu wilayah akan memudahkan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya. Begitupun dengan ibu pasca melahirkan, mereka akan lebih mudah memeriksakan kesehatan dirinya di masa nifas dan memantau perkembangan bayinya.

  2.6.2Alat dan Bahan Persiapan Pemeriksaan Protein Urine

  Adapun alat yang digunakan untuk persiapan pemeriksaan protein urine adalah:

2. Lampu spirtus 3.

  Tabung kimia 2 buah 4. Asam asetat 6% Korek api 6. Corong 7. Kertas saring

2.6.3 Persiapan Pasien

  Persiapan pasien dalam melakukan pemeriksaan protein urine yaitu: 1. Menyapa ibu dengan ramah dan sopan.

2. Berlaku sopan dalam melakukan pemeriksaan 3.

  Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan 4. Pasien diminta untuk BAK dan ditampung dalam botol yang sudah disediakan 5. Memposisikan ibu dengan nyaman selama pemeriksaan

2.6.4 Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Protein Urine 1.

  Menyiapakan dan mengecek kelengkapan alat 2. Mencuci tangan 3. Memakai handscoon 4. Memperhatikan kejernihan urine 5. Bila urine keruh disaring dengan kertas penyaring 6. Mengisi kedua tabung dengan urine, masing-masing +2ml, salah satu tabung sebagai bahan pembanding pemeriksaan

  8. Memanaskan tabung sampai mendidih berjarak 2-3cm, membentuk sudut 45 derajat dan arahkan tabung yang dipanaskan ketempat yang kosong secara merata dari ujung bawah keujung atas. Bila urine yang dipanaskan keruh tambahkan 4 tetes asam asetat 6% dan bila kekeruhan hilang maka menunjukkan hasil yang negative

  10. Jika urin tetap keruh maka panaskan sekali lagi dan bandingkan hasilnya 11.

  Bila setelah dipanaskan urine tetap keruh maka hasilnya positif dan tentukan nilai positif(1 sd 4)

  12. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan 13.

  Membereskan peralatan 14. Mencuci tangan

  2.6.5 Cara Menilai Hasil

  Cara penilaian ini berlaku untuk pemeriksaan dengan asam asetat -- : tidak ada kekeruhan.

  • : kekeruhan ringan tanpa butir-butir (0,01-0,05%).
    • : kekeruhan mudah dilihat & nampak butir-butir dalam kekeruhan tersebut(0,05-0,2%).
      • : urine jelas keruh dan kekeruhan berkeping-keping (0,2-0,5%).
        • : sangat keruh dan bergumpal/memadat (>0,5%).

  2.6.6 Tenaga Kesehatan

  Semua kehamilan, bukan hanya yang berisiko, memerlukan pelayanan profesional oleh tenaga kesehatan yang terampil (Prawiraharjo, 2010). Pada pelayanan yang telah ditetapkan serta merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi (Depkes RI, 2005).

2.6.7 ProgamPelayanan Antenatal

  berkaitan dengan upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi. Kegiatan- kegiatan dalam program KIA tersebut adalah penerapan praktis pelayanan antenatal care dengan standar minimal meliputi 7T, yaitu: (1) timbang berat badan dan ukur tinggi badan yang dapat dimanfaatkan untuk menilai suatu status gizi ibu; (2) pemeriksaan tekanan darah; (3) pemeriksaan tinggi fundus uteri; (4) pemberian tetanus toksoid; (5) pemberian tablet zat besi (Fe) minimal 90 tablet selama hamil; (6) tes PMS; (7) temu wicara untuk pemeriksaan paripurna meliputi 10T dan 14T yaitu ditambah; ( 8) pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab); (9) pemeriksaan Urine Reduksi; (10) pemeriksaan Protein urine; Adapun tujuan dari pelayanan antenatal care adalah; (1) memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin; (2) meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial janin; (3) mengenali secara dini adanya ketidak normalan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan; (4) mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin; (5) mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eklusif; (6) mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Depkes RI,2002).

  Pemeriksaan tekanan darah, tes laboratorium dan oedema adalah untuk mendeteksi komplikasi kehamilan yang terkait dengan deteksi preeklampsia/eklampsia. Penapisan rutin proteinuria merupakan cara efektif hamil (Sunarsih, 2011).

2.7 Kerangka Pemikiran

  Untuk memperjelas alur pemikiran tersebut, di buat bagan yang menggambarkan kerangka pemikiran tersebut sebagai berikut: Pelaksanaan pelayanan antenatal:

   Program pelayanan Deteksi antenatal

  Preeklampsia/Eklampsia (pemeriksaan tekanan darah, Test protein urine dan oedema)

   Tenaga kesehatan  Fasiltas antenatal

  

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Dokumen yang terkait

Evaluasipelaksanaan Program Pelayanan Antenatal Care Terkait Dengan Deteksi Preeklamsia/Eklampsia Di Puskesmaslhoksukon Kabupaten Aceh Utara

2 76 75

Analisis Hubungan Antara Kondisi Pelayanan Dengan Cakupan Hasil Pelayanan Antenatal Care (ANC) Puskesmas Di Kabupaten Deli Serdang

0 23 137

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu - BAB II

0 2 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bronkus 2.1.1 Anatomi bronkus - BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bronkus

0 1 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon - Respon Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Di Desa Landuh Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

0 0 51

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Ekonomi - AnalisisHubunganKetimpangan Daerah Dengan Tingkat Kemiskinan Di Sumatera Utara

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Filariasis - Evaluasi Pengelolaan Obat Program Filariasis Di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pengaruh Tataguna Lahan dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengendalian Banjir di Kabupaten Aceh Utara

0 2 73

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Efektivitas. - Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Warga Binaan Anak Oleh Upt Pelayanan Sosial Anak Dan Lanjut Usiadi Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat - Analisis Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak (Kia) Berdasarkan Kepmenpan Nomor 25 Tahun 2004 Di Puskesmas Banda Baro Kabupaten Aceh Utara

0 0 17