SUMBER DAYA ALAM KAWASAN LINDUNG KON

KAWASAN LINDUNG SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI
1. Istilah konservasi itu selalu dikaitkan (lekat) dengan Sumber Daya Alam (SDA). Konservasi adalah
upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan atau melindungi alam, jadi konservasi adalah
upaya pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris
Conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan.
2. Konservasi yang -mungkin- sering dikenal adalah konservasi di bidang kehutanan dan KSDAHE.
Padahal konservasi itu hanyalah salah satu (sebagian kecil) saja dari kegiatan konservasi SDA. Bila
melihat aturan perundang-undangan yang berkaitan dengan SDA di Indonesia, pengaturan konservasi
itu dapat di temui di: a) UU No. 5/1990 KSDAHE; b) UU No. 41/1999 Kehutanan; c) UU No. 27/2003
Panas Bumi; d) UU No. 7/2004 SD Air; e) UU No. 18/2004 Perkebunan; f) UU 26/2007 Tata Ruang;
g) UU No. 27/2007 PWPPK; h) UU No. 30/2007 Energi; i) UU No. 4/2009 Minerba; j) UU No.
32/2009 PPLH; k) UU 45/2009 Perikanan; l) dan bahkan di UU yang dibatalkan MK yakni, UU No.
22/2001 Migas.
3. Secara gamblang soal konservasi ini (secara umum) dapat dirujuk dari UU No. 32/2009 tentang
Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup (secara khusus tentu diatur oleh UU perbidangnya).
Dalam Pasal 1 angka 18 diberikan pengertian: “Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan
sumber daya alam untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan
ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya”. Kemudian di dalam Pasal 57 ayat (2) disebutkan bentuk kegiatan konservasi
itu meliputi: “perlindungan SDA; pengawetan SDA; pemanfaatan secara lestari SDA”. Sedang di
dalam penjelasan Pasal 57 ayat (1) huruf a ditegaskan: “Konservasi sumber daya alam meliputi,

antara lain, konservasi sumber daya air, ekosistem hutan, ekosistem pesisir dan laut, energi,
ekosistem lahan gambut, dan ekosistem karst”
4. Tentang “kawasan konservasi” apa pengertiannya dan apa saja kawasan konservasi itu hampir
semua UU dalam kelompok SDA itu tidak menjelaskan dan mengaturnya secara gamblang. Namun
istilah kawasan konservasi disebut itu pun hanya di beberapa UU antara lain: Pasal 1 angka 20 UU
No.27/2007 tentang PWPPK; Pasal 23 ayat (1) huruf e UU 32/2009 tentang PPLH; Pasal 5 ayat (5) UU
No. 27/2007 tentang Penataan Ruang menyebut dengan Kawasan Konservasi Warisan Budaya; UU
No. 45/2009 tentang Perikanan banyak menyebut Kawasan Konservasi Perairan. Justru UU No.
5/1990 tentang KSDAHE dan UU No. 41/1999 tentang Kehutanan tidak menyebutnya.
Bila mencermati bahwa pengertian konservasi adalah pelestarian atau perlindungan, justru istilah ini
dapat ditemukan dan dapat dirujuk sebagaimana yang disebut dalam Pasal 1 angka 21 UU No.
26/2007 tentang Penataan Ruang yang menyatakan: “Kawasan lindung adalah wilayah yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber
daya alam dan sumber daya buatan”. Selanjutnya rujukan berikutnya adalah dipertegas dalam
peraturan pelaksananya yang diatur dalam Kepres No. 32/1990 tentang Kawasan Lindung, yang telah
memberikan pengertian serupa.
Dari Kepres No. 32/1990 tentang Kawasan Lindung inilah (sebagaimana yang diatur dalam Pasal 3 s/d
6) dapat kita ketahui apa saja bentuk-bentuk kawasan lindung itu, yang antara lain: (a) Kawasan yang
memberikan perlindungan Kawasan Bawahannya (terdiri dari: kawasan hutan lindung, kawasan
bergambut, kawasan resapan air), (b) Kawasan Perlindungan setempat (tediri dari: sempadan

pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sekitar mata air); (c) Kawasan
Suaka Alam dan Cagar Budaya (Terdiri dari: kawasan suaka alam; kawasan suaka alam laut dan
perairan lainya; kawasan pantai berhutan bakau; taman nasional, taman hutan raya dan taman
wisata alam; kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan); (d) Kawasan Rawan Bencana Alam
(Tidak disebut rinci apa saja hanya kriterianya, yaitu kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi
tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, dan tanah longsor); (e)
Kawasan-kawasan inilah yang disebut Kawasan Konservasi, jadi tidak hanya di hutan-hutan, gununggunung atau taman nasional, maupun cagar alam sebagaimana yang selama masyarakat kenal.
5. Perlu dicermati juga sebagai perspektif lain dan pelengkap bahwa selain terdapat pengaturan
konservasi dan bentuk-bentuknya yang ditetapkan dengan hukum negara, perlu dipahami juga bahwa
terdapat pula aturan-aturan konservasi dan bentuk-bentuknya yang diatur dengan nilai-nilai kearifan
lokal, seperti misalnya sasi, lubuk larangan, pamali, dsb. yang semuanya juga berlaku melengkapi
hukum negara karena keberadaannya jauh sudah ada lebih dahulu ketimbang konservasi-konservasi
yang diatur dengan hukum negara

HUTAN
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan.
Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

Hutan berdasar Statusnya:
1. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah.
2. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah.
3. Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat (PUTUSAN MK
SEMINGGU LALU)
Hutan berdasar Fungsinya:
1. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
Hutan Konservasi terdiri atas:
a. Kawasan hutan suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok
sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang
juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.
b. Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi
pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan
dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
c. Taman buru adalah kawasan hutan yang di tetapkan sebagai tempat wisata berburu
2. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem
penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah
intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
3. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.

Hutan dengan Fungsi Khusus
- Hutan Kota

PERTAMBANGAN
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan
dan pengusahaan mineral atau batubara yang rneliputi penyelidikan umum, e ksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangltutan dan penjualan,
serta kegiatan pascatambang.
Jenis Pertambangan:
1. Pertambangan Mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan,
di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.
2. Pertambangan Batubara adalah pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi,
termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal.

ECO-KARST
Kars adalah jenis batuan gamping yang telah mengalami proses pelarutan dengan batuan asam karbonat
dan asam lainnya sebagai hasil dari proses pembusukan sisa-sisa tumbuhan di atasnya.
Ciri khas bentang alam ini selain pembukitan, adanya dekokan/cekungan dengan berbagai ukuran.
Pengasatan permukaan yang terganggu, serta gua dan sistem pengasatan bawah tanah.
Perlindungan kawasan karst dan gua-gua di bawahnya dalam termasuk kawasan lindung diantaranya

kawasan resapan air dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang merupakan kawasan yang
memberikan perlindungan kawasan dibawahnya.
Potensi Kawasan Karst
- Aspek Hidrologi: wilayah endokarst (dalam kasrt) di kawasan karst kaya akan sumber air.
- Aspek Ilmu Pengetahuan: gua merupakan salah satu laboratorium alam bagi ilmuwan biologi, geologi,
karstologi, dll. Gua juga merupakan habitat bagi kelelawar, sriti dan walet.
- Aspek ekonomi: Walet dan sriti yang tinggal dalam gua merupakan aset hayati yang sangat berharga.
Gua juga merupakan aset wisata alam yang sangat unik dan menarik baik sebagai gua wisata umum
maupun khusus (adventure).
Gua tertentu dapat dikembangkan sebagai obyek wisata gua. Fenomena bukit karst alam. Macam
olah raga dapat dikembangkan di kawasan ini antara lain penyusuran gua, panjat tebing, lintas
medan, jalan lari-lintas medan.
Kerusakan Kawasan Karst
- Pembakaran batu gamping untuk kapur
- Pengambilan fosfat, guano, mineral kalsit, stalagtit/stalagmit dari gua-gua
- Kerusakan total kawasan batu gamping dan pembuatan semen
- Usaha gampingisasi lahan-lahan pertanian
- Komersialisasi gua-gua batu gamping secara sembrono
- Pengambilan sarang walet/sriti dan kelelawar secara sembrono
- Penelusuran gua oleh "pecinta alam" tanpa mengerti yang harus diperhatikan, tanpa mengenal

ekologi gua yang rapuh, dan tanpa mengetahui konservasi lingkungan gua.
- Konstruksi bendungan di daerah karst.