PENGEMBANGAN KEGIATAN KELOMPOK id. docx

PENGEMBANGAN KEGIATAN KELOMPOK
DAN KONSELING KELOMPOK
Dosen pengampu :
Drs. Rasimin, M.Pd

oleh :
Kelompok 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ambarsari Septiani Saputri
Fatimah Nurillah
Azlin
Tiyara Ennysah
Rekha Agus Sophiani
Ghusan Ghathfan Hutauruk


7.
8.
9.
10.
11.
12.

(A1E116045)
(A1E116060)
(A1E116071)
(A1E116075)
(A1E116047)
(A1E116104)

13.
14. PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
15. FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
16. UNIVERSITAS JAMBI
17. 2017


18. Kata Pengantar
19. Bismillahirrahmanirrahim.
20.

Puji syukur kami panjatkan atas keharidat Allah SWT. Karena atas rahmat dan

hidayah-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik serta tepat pada waktunya.
Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.
21.

Makalah ini ditulis secara sederhana, ringkas, dan padat. Karya ini ditulis

untuk memenuhi tugas yang diberikan. Makalah ini dibuat dengan meresume sebuah buku.
22.

Kami menyadari tugas ini memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh

sebab itu, saran dan kritik yang membangun dari dosen pembimbing sangat kami harapkan.
Demi kesempurnaan makalahini saya dapat menerima masukan dengan senang hati, diasertai
dengan ucapan terima kasih.

23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.

Jambi,

Februari 2018

33.
34.

Penyusun


1

35. DAFTAR ISI
36. BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

1

1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan

2

1.4 Manfaat penulisan 2
37.
38. BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Kegiatan Awal

3


2.2 Kegiatan Peralihan 6
2.3 Kegiatan Pokok

8

2.4 Kegiatan Pengakhiran

13

39.
40. BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan

17

3.2 Saran 17

2

41. BAB I

42. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
43.Sebagai makhluk sosial manusia itu tidak dapat melepaskan diri dari manusia
lainnya. Antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya saling membutuhkan
dan saling berhubungan. Dalam hubungan ini akan terjadilah suatu proses saling
mempengaruhi. Dalam kaitannya dengan kelompok, antara anggota yang satu dengan
anggota kelompok yang lain akan terjadi saling pengaruh mempengaruhi. Proses saling
mempengaruhi ini dalam kehidupan kelompok itulah yang dijadikan landasan di
selenggarakannya bimbingan dan konseling kelompok.
44.Bimbingan dan konseling merupakan suatu bentuk layanan pemberian bantuan
kepada individu yang mempunyai suatu masalah. Layanan bimbingan dan konseling ini
dapat dibagi menjadi 2, yakni bimbingan konseling individu dan bimbingan konseling
kelompok. Bimbingan konseling individu dilakukan secara sendiri atau individual saja,
tidak ada orang lain yang ikut di dalamnya kecuali konselor dan individu itu sendiri.
Sedangkan bimbingan dan konseling kelompok itu dilakukan secara bersama-sama dan
berkelompok. Biasanya disesuaikan dengan permasalahan-permasalahan apa yang
sedang dihadapi atau berdasarkan masalah-masalah yang sama antara seseorang dengan
orang lainnya. Dengan adanya pengelompokkan ini akan dapat lebih mudah untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan cara berkelompok.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja yang dilakukan dalam kegiatan awal?
2. Apa saja yang dilakukan dalam kegiatan peralihan?
3. Apa saja yang dilakukan dalam kegiatan pokok?
4. Apa saja yang dilakukan dalam kegiatan pengakhiran?

1

1.3 Tujuan Penulisan
45.Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan kepada
mahasiswa dan orang yang membaca tentang pengembangan kegiatan kelompok dan
konseling kelompok.
1.4 Manfaat Penulisan
46.Makalah ini memberikan informasi kepada pembaca khususnya mahasiswa
bimbingan dan konseling tentang pengembangan kegiatan kelompok dan konseling
kelompok agar dapat dijadikan sebagai pedoman atau panduan dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling kelompok.

2

47. BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Kegiatan Awal
48.Dalam keseluruhan tahapan kegiatan layanan bimbingan kelompok dan
konseling kelompok ada yang disebut tahap awal. Pada tahap awal itu dilakukanlah upaya
untuk menumbuhkan minat bagi terbentuknya kelompok, yang meliputi pemberian
penjelasan tentang kelompok yang dimaksud, tujuan dan manfaat adanya kelompok itu,
ajakan untuk memasuki dan mengikuti kegiatannya, dan kemungkinan adanya
kesempatan dan kemudahan bagi penyelengaraan kelompok yang dimaksud.
49. Uraian berikut ini mengemukakan secara ringkas gambaran dari keempat
tahap setelah tahap awal tersebut.
1. Pembentukan Kelompok
a. Pengenalan dan Pengungkapan Tujuan
50. Pada tahap ini, para anggota saling memperkenalkan diri dan juga
mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai, baik oleh
masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota.
51. Dalam tahap pembentukan ini, peranan pimpinan kelompok hendaknya
memunculkan dirinya sehingga tetangkap oleh para anggota sebagai orang yang
benar-benar bisa dan bersedia membantu para anggota kelompok mencapai tujuan
mereka. Di sini pemimpin kelompok perlu melakukan hal berikut.
1.) Menjelaskan tujuan umum yang ingin dicapai melalui kegiatan kelompok itu

dan menjelaskan cara-cara yang hendakya dilalui dalam mencapai tujuan itu.
2.) Mengemukakan tentang diri sendiri yang kira-kira perlu untuk
terselenggarakannya kegiatan kelompok secara baik.
3.) Menampilkan tingkah laku dan komunikasi yang mengandung unsur-unsur
penghormatan kepada orang lain (anggota kelompok), ketulusan hati,
kehangatan dan empati.

3

b. Terbangunnya Kebersamaan
4.) Hasil tahap awal suatu kelompok mungkin adalah suatu keadaan di
mana para anggota kelompok itu belum merasa adanya keterikatan kelompok.
Pemimpin kelompok harus mampu menumbuhkan sikap kebersamaan dan
perasaan sekelompok. Jika pada awalnya sebagian besar anggota kelompok tidak
berkehendak untuk mengambil peranan dan tanggung jawab dalam keterlibatan
kelompok, maka tugas pemimpin kelompok ialah membalikkan keadaan itu, yaitu
juga merangsang dan menggairahkan seluruh anggota kelompok untuk mampu
ikut serta secara bertanggung jawab dalam kegiatan kelompok.
2. Keaktifan Pemimpin Kelompok
5.)

Pempimpin kelompok perlu memusatkan usahanya pada :
a. Penjelasan tentang tujuan kegiatan
b. Penumbuhan rasa saling mengenal antaranggota
c. Penumbuhan sikap saling mempercayai dan saling menerima, dan
d. Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan suasana petasan dalam
kelompok.
3. Beberapa Teknik
a. Teknik “pertanyaan dan jawaban”
6.) Salah satu teknik tersebut ialah: para anggota menulis jawaban atas
satu pertanyaan pada selembar kertas yang disediakan oleh pemimpin kelompok.
Cara ini dapat merupakan awal dari usaha anggota untuk mengungkapkan diri
sendiri. Jika diperlukan, jawaban ini tanpa disertai nama si penjawab. Jawabanjawaban ini selanjutnya dapat dipergunakan untuk mengukur keseluruhan suasana
dan tanggapan kelompok atas sesuatu permasalahan yang dilontarkan.
b. Teknik “perasaan dan tanggapan”
7.) Mempersilahkan atau meminta masing-masing anggota kelompok
mengemukakan perasaan dan tanggapannya atas sesuatu masalah atau suasana
yang mereka rasakan pada saat pertemuan ini berlangsung. Teknik ini merangsang
para anggota untuk mengenali masalahnya dan atau perasaannya sendiri yang
mungkin justru perlu menjadi pokok bahasan utama dalam kelompok itu.
c. Teknik “permainan kelompok”

4

8.) Dengan permainan akan terbangun suasana yang hangat dalam
hubungan antaranggota kelompok dan sekaligus suasana kebersamaan. Tujuan
permainan ini ialah untuk penghangatan dan pengakraban peserta kelompok.
Jangan sampai terkesan oleh para peserta bahwa permainan itu hanya sekedar
untuk bermain-main dan membuang waktu. Permainan kelompok yang layak
diselenggarakan dalam tahap ini ialah yang mengandung ciri-ciri:
 Dilakukan oleh seluruh anggota kelompok ( termasuk pemimpin kelompok),
 Bersifat gembira atau lucu,
 Tidak memakan tenaga atau melelahkan,
 Sederhana, dan


Waktunya singkat.

4. Pola Keseluruhan: TAHAP I – PEMBENTUKAN
9.)
Pola keseluruhan tahap pertama tersebut dapat disimpulkan ke dalam bagan
berikut,

2.2 Kegiatan Peralihan
5

a. Suasana Kegiatan
10.)

Pada tahap ini, pemimpin kelompok menjelaskan peranan para anggota

kelompok dalam “kelompok bebas” atau “kelompok tugas”. Kemudian pemimpin
kelompok menawarkan apakah para anggota sudah siap memulai kegiatan lebih lanjut
itu. Tawaran ini barangkali menimbulkan suasana ketidakimbangan para anggota,
atau para anggota itu dipenuhi oleh berbagai tanda Tanya tentang “apa yang akan
terjadi pada kegiatan selanjutnya?”
b. Suasana Ketidakseimbangan
11.)

Suasana ketidakseimbangan secara khusus dapat mewarnai tahap

peralihan ini. Sering terjadi konflik atau bahkan konfrontasi antara anggota kelompok
dan pemimpin kelompok. Menghadapi keadaan seperti itu, pemimpin kelompok
boleh jadi menjadi kehilangan akal, menjadi bingung dan putus asa, atau setidaktidaknya dianggap demikian oleh para anggota kelompok. Jika hal ini terjadi maka
dinamika kelompok berada dalam bahaya. Pemimpin akan menjadi “penguasa
tunggal” dan anggota kelompok akan menjadi sekedar “pengikut” saja. Tujuan
diadakannya bimbingan dan konseling kelompok ini menjadi buyar.
12.)

Pemimpin kelompok seharusnya tidak kehilangan keseimbangan.

Pendekatan langsung dan cara-cara main perintah saja, perlu dihindari. Tugas
pemimpin dalam hal ini ialah membantu para anggota untuk menghadapi halangan,
keengganan, sikap mempertahankan diri, dan ketidaksabaranyang timbul itu. Apabila
memang terjadi, unsur-unsur ketidakserasian itu dikaji, dikenali, dan dihadapi oleh
seluruh anggota kelompok; pemimpin membantu usaha tersebut sehingga diperoleh
suasana kebersamaan dan semangat bagi dicapainya tujuan kelompok.
c. Jembatan antara tahap I dan tahap III
13.)

Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan tahap

ketiga. Ada kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para
anggota kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh
kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya pula jembatan itu ditempuh dengan susah
payah, artinya para anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan kelompok
yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini, pemimpin kelompok,
dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti jembatan
6

itu dengan selamat. Kalau perlu, beberapa hal pokok yang telah diuraikan pada tahap
pertama, seperti tujuan kegiatan kelompok, asas kerahasiaan, kesukarelaan,
keterbukaan, dan sebagainya, diulang, ditegaskan, dan dimantapi kembali.
d. Pola Keseluruhan: TAHAP II – PERALIHAN

7

14.)

8

TAHAP II
PERALIHAN

TEMA : pembangunan jembatan antara tahap I dan tahap III

Kegiatan :
Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya.
Menawarkan
atau
mengamati
apakah
parauntuk
anggota
sudah siap
menjalani
kegiatan pada tahap selanjutnya
nggota dari perasaan atau sikap
enggan, ragu,
atau
saling tidak
percaya
memasuki
tahap
berikutnya.
Membahas suasana yang terjadi.
ya suasana kelompok dan kebersamaan.
kemampuan keikutsertaan anggota.
minat untuk ikut serta dalamMeningkatkan
kegiatan kelompok.
Kalau perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukkan)

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK
Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka
Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya
Mendorong dibahasnya suasana perasaan
Membuka diri sebagai contoh dan penuh empati.

15.)

9

2.3 Kegiatan Pokok
16.) Tahap ketiga merupakan inti kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang
menjadi isi dan pengiringannya cukup banyak dan masing-masing aspek tersebut perlu
mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok.
1) Kelanjutan dari Tahap I dan Tahap II
17.)

Kelangsungan kegiatan kelompok pad tahap ini amat tergantung

pada hasil dari tahap sebelumnya. Jika tahap-tahap sebelumnya berhasil dengan baik
maka tahap ketiga itu akan berlangsung dengan lancar. Dan pemimpin kelompok
dapat membiarkan anggota melanjutkan kegiatan tanpa banyak campur tangan dari
pemimpin kelompok.
18.)

Pada tahap ini para anggota aling bertukar pengalaman dan saling

tanggap membantu, saling menguatkan, menerima dan saling memperkuat rasa
kebersamaan. Kelompok membahas hal-hal yang bersifat nyata yang benar-benar
sedang di alami “ sekarang/kekinian”.
2) Dinamika Kegiatan Kelompok
19.)

Kelompok mengarah kepada pencapaian tujuan, menghasilkan

sesuatu yang berguna bagi para anggotanya. Peranan pemimpin kelompok tetap
memperhatikan dan mendengar secara aktif memperhatikan masalah khusus yang
dapat merusak suasana kelompok yang sudah baik.
20.)

Pemimpin kelompok menjadi pelurus dan penghalus dari berbagai hal

yang muncul dan terjadi di dalam kelompok tersebut. Anggota kelompok diminta
untuk brfikir, merasa, bersikap, bertindak dan bertanggung jab terhadap apa yang
menjadi isi bahasan.
3) Kegiatan “Kelompok Bebas“
a. Mengemukakan Permasalahan
21.) Kegiatan “kelompok bebas“ dimulai dengan pengemukaan topic
permasalahan yang akan dibahas dalam kelompok. Permasalahan yang dimaksud
secara langsung ataupun tidak langsung dapat dilihat kaitannya dengan kondisi
kehidupan efektif sehari-hari (KES) dan khidupan efektif sehari-hari yang
tertanggu (KES-T).
10

22.) Apabila dalam “kelompok bebas” baik dalam layanan bimbingan
kelompok

atau

konseling

kelompok

masing-masing

anggota

kelompok

mengemukakn satu permasalahan (umum ataupun pribadi) maka terkumpullah
masalah-masalah atau topik sebanyak anggota.
b. Pemilihan Masalah/Topik
23.) Tugas kelompok adalah menentukan masalah atau topic mana yang
akan dibahas terlebih dahulu.
24.) Dinamika kelompok berkembang kearah saling memberikan alasan
(adu argumentasi), meninjau atau mendalami masalah/topik yang dimaksud, saling
tawar-menawar, saling memberi dan menerima dan berkompromi.
25.) Dengan demikian, pertimbangan yang dikemukakan itu hanya sekedar
rambu-rambu petunjuk jalan. Pertimbangan-pertimbangan itu antara lain sebagai
berikut :
 Masalah/topic sangat berat dan berdampak cukup berpengaruh buruk maka






didahulukan
Masalah yang menyangkut kepentingan kelompok
Topik yang menyangkut kepentingan umum didahulukan
Topik yang dikemukakan dahulu
Topic dan masalah yang dijadikan satu satu sama lain seluruhnya
Menetapkan topic melalui undian



Menetapkan topic secara bertingkat.

c. Pembahasan Masalah / Topik
26.) Pembahasannya dilakukan secara bebas dan dinamis. Kepada anggota
yang cenderung memborong pembicaraan, pemimpin kelompok bertindak
sedemikian rupa sehingga anggota tersebut tidak menjadi merasa dihalangi,
dibatasi hak-haknya dan sebagainya yang menyebabkan anggota tersebut
mendongkol, menarik diri, putus asa, dan sebagainya.
27.) Anggota –anggota yang kurang berani berbicara inilah yang justru
memerlukan bantuan kelompok sebagai media tempat mereka melatih diri
berkomunikasi langsung dengan oranglain secara terbuka.
d. Permainan Kelompok
11

28.) Dalam suatu kegiatan kelompok “marathon” mungkin emua masalah
atau topik dapat diselesaikan.
29.) Permainan-permainan kelompok ini hendaklah mengikutsertakan
seluruh anggota kelompok dan mengarahkan kepada peningkatan keakraban, tidak
melelahkan sederhana, menggembirakan dan menciptakan suasana santai (rileks).
Contoh permainan tersebut antara lain seperti berikut :
 Permainan “Rangkain Nama”
 Permainan “Kata-kalimat” atau “Kalimat Bengkak”
 Permainan “ Darat, Laut, Udara”
 Permainan “Tigo Dot”
 Permainan “Presiden-presidenan”
 Permainan “Anak kembar si Ana dan si Ani”
 Permainan “bunyi binatang”
 Permainan “ Meniru gerak atau tingkah laku”
 Permainan “Bisik berantai”
 Permainan “siapa aku”
 Permainan “kebun binatang”


Permainan “perahu bocor”

4) Kegiatan kelompok tugas
30.)

Kegiatan “kelompok tugas” pada umumnya diselenggarakan dalam

layanan Bimbingan Kelompok yang topik bahasannyaditugaskan oleh pemimpin
kelompok kepada anggota kelompok untuk membahasnya . Rangkaian kegiatan dalam
rangka “kelompok tugas” lebih sederhana.
a. Mengemukakan masalah
31.) Berbeda dari

kegiatan

dalam”kelompok

bebas”,pengemukaan

permasalahan dalam “kelompok tugas”dilakukan oleh pemimpin kelompok.
32.)
“Tugas” yang berupa topik atau permasalaham yang dikemukakan oleh
pemimpin kelompok itu dapat menyangkut berbagai bidang, baik menyangkut
kondisi KES dan/atau KES-T. Permasalahan atau topik apapun yang dikemukakan
hendaklah memenuhi ciri-ciri berikut.
1. Permasalahan itu relevan dengan hal-hal yang umumnya dialasi oleh sebagian
besar anggota kelompok.
2. Prermasahan itu cukup hangat, baru, sedang terjadi, banyak dibicarakan orang
atau besar kemungkinan akan terjadi.
3. permasalahan itu dapat menimbulkan dampak yang cukup besar oleh
karenannya penting untuk dibicarkan.
12

4. permasalahan itu sesuai dengan tingkat perkembangan, kemampuan dan
pengalaman sebagian terbesar anggota kelompok.
5. permasalahn itu menarik untuk dibicarakan.
6. permasalahan itu dikemukakan dengan jelas serta dalam bahasa yang baik dan
benar.
7. membahas permasalahan itu berguna bagi pengembangan prilaku para anggota
kelompok.
b. Tanya jawab tentang permasalahan yang diajukan
33.) Hasil tanya jawab, penjelasan dan dorongan itu sekurang-kurangnya
menampilkan hal-hal sebagai berikut.
1. Makin terperincinya aspek-aspek permasalhan yang dimaksud.
2. Makin jelasnya tugas-tugas yang harus dilaksankan oleh para anggota
kelompok.
3. Makin jelasnya cra-cara yang harus di tempuh para anggota kelompok dalam
menyelesaikan tugas itu.
4. Makin jelasnya bentuk hasil yang harus dicapai oleh kelompok setelah
berakhir kegiatan.
5. Makin jelasnya bentuk laporan dari hasil pembahasan (kalau laporan seperti
itu memang diperlukan
c. Pembahasan
34.) Setelah segala sesuatu yang nyangkut permasalahan yang ditugaskan
itu jelas bagi seluruh angota kelompok, dimulailah pembahasan permasalahan itu.
Seluruh anggota kelompok perlu didorong dan dirangsang untuk ikut serta dalam
pembahasan secara penuh. Seperti pada “kelompok bebas”, kegiatan pembahasan
pada “kelompok tugas” pun mementingkan aspek isi dan proses sekaligus.
35.)
d. Bentuk khusus
36.) Dalam bentuk yang khusus, kegiatan pembahasan dalam “ kelompo
tugas” dapat diselenggrakan dalam suasana yang tidak langsung di bawah
piimpinan kelompok. Selama kegiatan pembahasan itu, suasana kelompok secara
langsung berada dibawah kepemimpinan ketuanya yang baru itu. Sesuai dengan

13

bentuk laporan yang diinginkan, ketua kelompok dapat di damping oleh petugas
lain.
5) POLA KESELURUHAN TAHAP III KEGIATAN KELOMPOK
37.)

Pola keseluruhan tahap ketiga, masing-masing untuk kegiatan

“kelompok bebas” dan” kelompok tugas”

dapat digambarkan kedalam bagan 3

berikut ini.

14

38.)
2.4 Kegiatan Pengakhiran
39.) Jelaslah bahwa kegiatan suatu kelompok tidak dapat berlangsung terus
menerus tanpa berhenti. Setelah kegiatan kelompok memuncak pada Tahap ketiga,
kegiatan kelompok ini kemudian menurun, dan selanjutnya kelompok akan mengakhiri
kegiatan pada saat yang dianggap tepat.
40.)

TAHAP III
KEGIATAN KELOMPOK

TEMA : Kegiatan Pembinaan Perpostur

Kegiatan
1.masing-masing naggota secara bebasmengemukakan masalah atau topok baha
lah atau topik yang dilaksanakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok.
2.menetapkan masalah atau topik yang akan di bahas terdahulu.
ang dikemukakan secara mendalam dan tuntas.
3.anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas.
cara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur-unsur tingkah laku, pemikiran atau perasaan.
4.kegiatan selingan.

DINAMIKA KEGIATAN : BMB3

Peranan Pemimpin Kelompok
Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka
Aktif tapi tidak banyak bicara
Memberi dorongan dan penguatan serta penuh empati

15

1. Frekuensi Pertemuan
41.)

Pengakhiran kegiatan kelompok sering kali diikuti oleh pertanyaan

apakah kelompok akan bertemu kembali dan melanjutkan kegiatan. Apabila
pertanyaan ini jawabannya ”ya”, maka pertanyaan lebih lanjut ialah : berapa kalikah
kelompok itu harus bertemu?. Ada yang mengatakan paling sedikit sepuluh kali, tetapi
ada pula yang mengatakan dua tiga kali cukup. Yang jelas keberhasilan sesuatu
kelompok tidak diukur dari banyak kalinya kelompok itu bertemu.
2. Pembahasan keberhasilan
42.)

Ketika kelompok memasuki tahap pengakhiran, kegiatan kelompok

hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan dan penjelajahan tentang apakah para
anggota kelompok telah jelas memiliki sesuatu yang baru sebagai hasil belajar dan
akan mampu menerapka hal-hal yang telah mereka pelajari itu. Secara umum,
dapatlah

dikatakan

bahwa

pemimpin

kelompok

dituntut

agar

menjadikan

kelompoknya itu lebih menarik dan terasa lebih bermanfaat bagi anggota kelompok.
Pada akhir kegiatan, hendaknya para anggota kelompok merasa telah memetik suatu
hasil yang cukup berharga dari kegiatan kelompok yang diikutinya.
3. Pengakhiran Kegiatan
43.)

Setelah anggota kelompok menyimpulkan butir-butir capaian mereka

melalui kegiatan kelompok, tibalah mereka diakhir kegiatan. Disinilah ditampilkan
oleh pemimpin kelompok, lagi-lagi sebagai tokoh yang : ing ngarso sung tulodo,
ingmadyo karso, tut wuri handayani. Suasana persahabatan dan keberlanjutan
pertemuan kelompok menjadiperhatian bersama.
4. Pola Keseluruhan: Tahap IV dan Tahap V
44.)

Pola keseluruhan tahap IV dan tahap V dalam layanan Bimbigan

Kelompok dan Konseling Kelompok dapat digambarkan pada bagan 4dan 5 sebagai
berikut.
45.)

16

46.)
TAHAP IV
PENYIMPULAN HASIL

HASIL PEMBINAAN PERPOSTUR

Tujuan
Kegiatan
Terungkapnya secara tertulisanggota
hasil kegiatan
kelompok
kelompok
mengisimelalui
formatpengisian
BMB3/ format BMB3.
Terungkapnya secara tulisanKelompok
BMB3. membahas isian BMB3
Komitmen anggota kelompok
Anggota
untuk melaksanakan
kelompok menyampaikan
PERPOSTUR.komitmen tentang pelaksanaan PERPOSTUR dalam pencapai

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK
Menjelaskan perlunya pengungkapan hasil kegiatan kelompok
Mengungkapkan cara mengisi format BMB3
Menjelaskan perunya saling memahami hasil kegiatan yang diperoleh para anggota kelompok
Menjelaskan dan mengharapkan komitmen anggota kelompok untuk terlaksananya PERPOSTUR oleh setiap anggota kelomp

17

TAHAP V
PENGAKHIRAN

TEMA : Konsep Pesan dan Tindak Lanjut

Kegiatan
Tujuan
Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.
Terungkapnya kesan-kesan anggota kelompok tentang pelaksanaan kegiatan.
Pemimpin dan anggota kelompok mengemukkan kesan dan hasil-hasil kegiatan.
Terutamakannya rencana kegiatan lebih lanjut. Membahas kegiatan lanjutan.
Tetap dirasakannya hubungan kelompok dan rasa
kebersamaanpesan
meskipun
kegiatan dikhir.
mengemukakan
dan harapan.

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK
Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas dan terbuka.
Memberikan pertanyaan dan mengucapkan terima kasih atas keiikutsertaan anggota.
Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut.
Rasa penuh persahabatan dan empati .

18

47.)
48.)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
49.) Dalam pengembangan kegiatan kelompok dan konseling kelompok ada 4
tahap kegiatan yang dilakukan yaitu kegiatan awal, kegiatan peralihan, kegiatan pokok
dan kegiatan pengakhiran.
50.) Dimana di kegiatan awal pemimpin kelompok mengupayakan untuk
menumbuhkan minat bagi terbentuknya kelompok, yang meliputi pemberian penjelasan
tentang kelompok yang dimaksud, tujuan dan manfaat adanya kelompok itu, ajakan untuk
memasuki dan mengikuti kegiatannya, dan kemungkinan adanya kesempatan dan
kemudahan bagi penyelengaraan kelompok yang dimaksud.
51.) Kegiatan peralihan dimana berpindah dari kegiatan awal ke tahap utama yaitu
tahap pokok. Tahap pokok merupakan tahap pembahasan masalah. Dan di kegiatan
pengakhiran konselor menutup kegiatan kelompok tersebut.
3.2 Saran
52.)

Diharapkan seorang konselor atau guru pembimbing dalam melaksanakan

kegiatan kelompok dan konseling kelompok mampu menerapkan sesuai dengan
pembahasan diatas

19