Bentuk Usaha Joint Venture format

Tugas Hukum Organisasi Perusahaan
Joint Venture
Nama : Made Wahyu Arthaluhur
Kelas : HOP
NPM : 1306450172

1. Definisi Joint Venture
Menurut Peter Mahmud kontrak joint venture adalah suatu kontrak antara dua perusahaan
untuk membentuk suatu perusahaan baru. Perusahaan baru inilah yang kemudian disebut
perusahaan joint venture.Sedangkan menurut Erman Rajagukguk mengemukakan bahwa
yang dimaksud dengan joint venture agreement adalah Suatu kerja sama antara pemilik
modal asing dengan pemilik modal nasional berdasarkan suatu perjanjian (kontraktual).1
Sunarayati Hartono membatasi definisi Joint venture sebagai Setiap usaha bersama antara
modal Indonesia dan modal asing, baik ia merupakan usaha bersama antara swasta dan
swasta, pemerintah dan swasta, ataupun pemerintah dan pemerintah. Juga tidak dibedakan
apakah joint venture itu dianggap sebagai penanaman modal asing ataupun penanaman
modal dalam negeri.2 merupakan suatu kerangka perjanjian antara dua pihak (perusahaan)
atau lebih yang memiliki tujuan yang sama. Perjanjian ini biasanya bermuara pada
terbentuknya suatu perusahaan joint venture.3
Dari pengertian – pengertian tersebut dapat diketahui bahwa joint venture merupakan
suatu perjanjian.Dalam hal ini suatu perjanjian harus terikat pada ketentuan pasal 1320

KUHPerdata mengenai syarat sahnya perjanjian, yaitu para pihak sepakat untuk mengikatkan
dirinya; para pihak cakap untuk melakukan suatu perbuatan hukum; perbuatan hukum
tersebut harus mengenai suatu hal tertentu; dan persetujuan tersebut harus mengenai suatu hal
yang tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan, dan ketertiban umum.Kemudian ditinjau
1 Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia. (Jakarta: Rajawali Pers, 2008) hlm. 206
2 Huala Adolf , Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional ( Bandung ;Refika Aditama, 2007), hal 120
3 http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl784/syarat-dua-perusahaan-dalam-negeri-membuat-joint-venture
diakses tanggal 13 September 2015

1

dari segi pihak yang mengikatkan diri, pihak – pihak ini dapat berupa pihak asing maupun
pihak nasional, yaitu perusahaan penanaman modal asing (PMA) dan warga negara Indonesia
dan/atau badan hukum Indonesia. Badan hukum Indonesia ini terdiri dari Badan Usuha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah. Koperasi, perusahaan PMA, perusahaan PMDN,
perusahaan Non-PMA/PMDN.Dalam perkembangannya, joint venture lebih ditujukan
kepada kerja sama antara pihak asing dengan pihak nasional.Namun agar tidak menimbulkan
kebingungan, maka Joint venture dalam hal ini hanya ditujukan untuk usaha yang dibentuk
berdasarkan perjanjian antara pihak asing dengan pihak nasional.Hal ini dapat dilihat dari
pembatasan definisi oleh Sunarayati Hartono seperti yang sudah dibahas sebelumnya.

Perjanjian kerja sama yang dimaksud dalam definisi Joint Venture adalah berupa
perjanjian patungan modal atau penanaman modal.Bercampurnya modal tersebut dapat
mengakibatkan terbentuknya suatu badan usaha baru diantara kedua pihak yang melakukan
joint venture tersebut.Badan usaha tersebut bagi penanaman modal yang melibatkan pihak
asing, dalam konteks ini yaitu Joint Venture, badan usahanya harus berupa badan hukum
berbentuk perseroan terbatas yang berkedudukan di Indonesia, kecuali jika ditentukan lain
oleh undang – undang.4
Perusahaan – perusahaan yang melakukan joint venture misalnya Lombok Tourism
Development Corporation (LTDC) yang merupakan perusahaan yang terbentuk berdasarkan
joint venture antara PT Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA) dan Bali Tourism Development
Corporation (BTDC) dari pihak Indonesia dengan Emaar Properties dari Arab.Kemudian
AutoAlliance International yang merupkan joint venture antara perusahaan Ford dengan
Mazda.Lalu The Nokia Siemens Networks, yang merupakan kerja sama antara Nokia dengan
Siemens dalam pembangunan infrastruktur telekomunikasi.

2. Regulasi – Regulasi yang Berkaitan dengan Joint Venture
Joint venture tidak diatur secara spesifik dalam peraturan perundang – undangan yang
ada.Namun, dilihat dari bentuk perjanjiannya yang berupa usaha patungan, maka ketentuan
mengenai joint venture dapat merujuk kepada UU tentang penanaman modal, yaitu UU
4 Pasal 5 ayat (1) dan (2) Undang – Undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal


2

Nomor 25 tahun 2007.Selain itu, karena pada dasarnya joint venture adalah suatu perjanjian
maka ketentuan – ketentuan dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
juga berlaku terhadap Joint Venture.Apabila joint venture ternyata menghasilkan suatu badan
usaha baru, maka berlaku juga ketentuan – ketentuan mengenai badan usaha yang diatur
dalam Kitab Undang – Undang Hukum Dagang dan undang – undang tentang perseroan
terbatas (UU Nomor 40 tahun 2007).Selain itu ketentuan mengenai joint venture juga dapat
ditemukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1994 tentang pemilikan saham
dalam perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing, Peraturan Kepala
BKPM No. 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal
(Perka BKPM No. 12 Tahun 2009), dan peraturan terkait dengan badan usaha berdasarkan
joint venture seperti Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2010 tentang daftar bidang usaha
yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal, serta Peraturan
Presiden No. 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman
Modal.

3. Pembentukan Badan Usaha berdasarkan Joint Venture
Pertama – tama sebelum pembentukan perusahaan joint venture, yang harus dilakukan

terlebih dahulu adalah membentuk perjanjian joint venture atau joint venture agreement yang
merujuk kepada ketentuan umum hukum perjanjian yang diatur di dalam Kitab Undangundang Hukum Perdata (KUHPerdata).Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 1319
KUHPerdata menyatakan bahwa: “Semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus,
maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu tunduk pada peraturan-peraturan
umum, yang termuat dalam bab ini dan bab yang lalu.”5
Setelah berhasil membuat perjanjian, berdasarkan pasal 5 ayat (2) UU Penanaman modal
penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum
Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan
lain oleh undang-undang.6 Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, untuk melaksanakan usaha
berdasarkan perjanjian joint venture ternyata diperlukan suatu badan usaha yang berbentuk
5 Pasal 1319 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
6 Pasal 5 ayat (2) UU nomor 25 tahun 2007

3

perseroan terbatas.Perseroan terbatas berdasarkan jenis penanaman modalnya dapat
dibedakan menjadi PT PMA atau Penanaman Modal Asing, yaitu PT yang sebagian
modalnya atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing dan PT PMDN, yaitu PT yang
modalnya dimiliki oleh warga Negara Indonesia atau badan hukum Indonesia.7Terkait dengan
joint venture, maka PT yang dimaksud adalah PT PMA, yang modalnya bisa sebagian milik

pihak asing dan sebagian milik warga Negara Indonesia atau badan Hukum Indonesia dengan
melakukan patungan.
Mengenai pembentukan PT PMA, sebenarnya sama seperti pembentukan PT biasa yang
mengacu pada UU Nomor 40 tahun 2007.Yang berbeda adalah mengenai perizinan untuk
melakukan usahanya.Pada PT biasa dibutuhkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP),
sedangkan pada PT PMA cukup dengan surat ijin dari BKPM saja tanpa perlu adanya SIUP. 8
Selain itu diperlukan juga ijin – ijin lainnya tergantung dari jenis usaha apa yang akan
dilakukan.

4. Jangka Waktu Usaha berdasarkan Joint Venture
Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam
Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing, telah ditentukan bahwa
kepada perusahaan diberikan izin usaha untuk jangka waktu 30 tahun terhitung sejak
perusahaan berproduksi komersial.Walaupun perusahaan asing hanya diberikan jangka waktu
investasi 30 tahun, namun perusahaan tersebut dapat memperbaharui izin usahanya dengan
mengajukan permohonan kepada ketua BKPM, dengan syarat perusahaan masih tetap
menjalankan usahanya yang bermanfaat bagi perekonomian dan pembangunan nasional.9
Jangka waktu pembaharuan itu adalah 30 tahun. Jadi total waktu penanaman modal asing
menanamkan modalnya di Indonesia adalah selama 60 tahun, yang terdiri dari jangka waktu
30 tahun dan pembaharuan izin selama 30 tahun.

5. Hak, Kewajiban dan Tanggung Jawab Penanam Modal

7 Definisi PMA dan PMDN pada Pasal 1 angka 1 dan 2 UU nomor 25 tahun 2007
8 www.bkpm.go.id/img/file/FAQ-Perizinan.pdf
9 Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1994

4

Hak, kewajiban dan tanggung jawab para penanam modal diatur dalam pasal 14 sampai
dengan pasal 17 UU nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal.Hak yang dijamin bagi
para penanam modal yaitu10 : kepastian hak, hukum, dan perlindungan; informasi yang
terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya; hak pelayanan; dan berbagai bentuk
fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Yang dimaksud
dengan “kepastian hak” adalah jaminan Pemerintah bagi penanam modal untuk memperoleh
hak sepanjang penanam modal telah melaksanakan kewajiban yang ditentukan. Yang
dimaksud dengan “kepastian hukum” adalah jaminan Pemerintah untuk menempatkan
hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai landasan utama dalam setiap
tindakan dan kebijakan bagi penanam modal.Yang dimaksud dengan “kepastian
perlindungan” adalah jaminan Pemerintah bagi penanam modal untuk memperoleh
perlindungan dalam melaksanakan kegiatan penanaman modal.11

Kewajiban yang harus dilakukan oleh para penanam modal antara lain 12 : menerapkan
prinsip tata kelola perusahaan yang baik; melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan
Koordinasi Penanaman Modal; menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi
kegiatan usaha penanaman modal; dan mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan. Selain itu Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak
terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang
memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.13
Setiap penanam modal juga harus bertanggung jawab terhadap14: menjamin tersedianya
modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika
penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya
secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; menciptakan iklim
usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan
10 Pasal 14 UU nomor 25 tahun 2007
11 Penjelasan Pasal 14 UU nomor 25 tahun 2007
12 Pasal 15 UU nomor 25 tahun 2007
13 Pasal 17 UU nomor 25 tahun 2007
14 Pasal 16 UU nomor 25 tahun 2007


5

negara; menjaga kelestarian lingkungan hidup; menciptakan keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja; dan mematuhi semua ketentuan peraturan
perundang-undangan.

6. Karakteristik Usaha Joint Venture
Joint venture memiliki ciri dan karakteristik tersendiri, yaitu yang pertama masingmasing yang menjadi pemegang saham dari perusahaan yang didirikan untuk aktifitas
ekonomi tertentu. Sesuai dengan proporsi saham yang disepakati, biasanya pihak asing
menjadi pemegang saham mayoritas.Hal ini dapat dilihat dari batas minimal pemegang
saham bagi pihak Indonesia adalah sebesar 5%.15 Ciri atau karakteristik berikutnya adalah
dalam hal pengawasan.Tidak seperti dalam suatu perusahaan induk dimana kontrol biasanya
berada pada suatu perusahaan yang dominant, pada joint venture justru kedua perusahaan
yang mengikatkan diri tersebut yang masing – masing melakukan kontrol terlepas dari
jumlah saham yang dimasukkan ke dalam perusahaan tersebut.16

Daftar Pustaka
Adolf , Huala. 2007. Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional. Bandung ;Refika Aditama.
2007.
Banunaek, Albertus. 2012. Perlindungan terhadap Pemegang Saham minoritas dalam

Perusahaan Joint Venture di Indonesia, Universitas Indonesia, Program Pasca sarjana, Tesis.
HS, Salim dan Budi Sutrisno. 2008. Hukum Investasi di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers. 2008.
15 Pasal 6 PP 20 Tahun 1994
16 Albertus Banunaek, Perlindungan terhadap Pemegang Saham minoritas dalam Perusahaan Joint Venture di
Indonesia, Tesis, Universitas Indonesia, 2012

6

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl784/syarat-dua-perusahaan-dalam-negeri-membuatjoint-venture

Peraturan Perundang – undangan :
UU Nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal
Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
Kitab Undang – Undang Hukum Dagang
UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1994 tentang pemilikan saham dalam perusahaan yang
didirikan dalam rangka penanaman modal asing
Peraturan Kepala BKPM No. 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan
Penanaman Modal
Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2010 tentang daftar bidang usaha yang tertutup dan terbuka

dengan persyaratan di bidang penanaman modal
Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang
Penanaman Modal.

7

Dokumen yang terkait

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN PENGOLAHAN KOPI LUWAK (Pada Usaha Bapak Efendi Ahmad Di Desa Way Mengaku Kecamatan Liwa Kabupeten Lampung Barat)

5 38 28

AKTIVITAS KEHUMASAN DALAM MENDUKUNG KOMUNIKASI PEMASARAN Studi pada PT. Mukti Usaha Maju Tour & Travel Organizer Malang

0 18 2

Evaluasi Pengendalian Internal Dalam Menunjang Efektivitas Sistem Pemberian Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (Studi Kasus Bank UMKM Cabang Jember); Evaluation Of Internal Control To Effectiveness Credit System Umkm (A Case Study of Bank UMKM Jember Branc

0 17 8

Strategi Meningkatkan Nasabah Pada Bmt Usaha Mulya Pondok Indah

10 95 68

Sistem Pendukung Keputusan Prioritas Kelayakan Kenaikan Pangkat Jabatan di Koperasi Serba Usaha Persada Madani Menggunakan Metode AHP

6 32 19

Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (SIMYANDU-PPTSP) (Studi Kasus Dalam Pembuatan Izin Usaha (ITU) Pada Kantor PPTSP Kabupaten Garut)

1 55 179

Sistem Informasi Pengolahan Data Pinjaman Pada Koperasi Serba Usaha Bersama di Ciroyom Provinsi Jawa Barat

4 39 117

Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Dan Kreativitas Terhadap Kinerja Usaha (survei Pada Sentra UMKM Industri Keramik Kiaracondong Bandung)

5 86 62

Analisa Dampak Badan Operasional Terhadap Tingkat Profit Margin Pada Unit Usaha Susu Perah Koperasi Unit Desa (KUD) Sarwa Mukti Cisarua Bandung

0 16 1

Pengaruh Kemampuan Manajerial Dan Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Di Unit Agro Bisnis Pada Yayasan Al-Anshor Bandung (survey pada petani unit Agro Bisnis Yayasan Al-Anshor Bandung)

5 61 1