CRITICAL REVIEWMODEL PENENTUAN LOKASI WI

ol

DAFTAR ISI
BAB I...................................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 2
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 2
1.2 Tujuan...................................................................................................................................... 3
1.3 Sistematika Penulisan........................................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 4
2.1 Kajian Teori Lokasi ................................................................................................................ 4
2.1.1 Pengertian Agroindustri dan Manfaatnya ....................................................................... 4
2.1.2 Teori Lokasi Weber ............................................................................................................ 4
2.1.3 SIG (Sistem Informasi Geografis) .................................................................................... 6
2.2 Alasan Pemilihan Lokasi ...................................................................................................... 6
2.3 Faktor- Fakor Lokasi ............................................................................................................. 8
2.4 Implikasi Teori lokasi terhadap Fenomena Keruangan ................................................. 10
2.5 Lesson Learned ................................................................................................................... 11
BAB III ................................................................................................................................................. 14
PENUTUP ....................................................................................................................................... 14
Kesimpulan.................................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 16

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat salah satunya dengan cara
meningkatkan hasil dari agroindustri atau kolaborasi antara sektor pertanian dengan industri.
Hal ini dikarenakan agro industri berrtujuan untuk mengatur dan merencanakan zonasi agro
industri tanaman pangan agar keadaan pendirian industri dapat didukung oleh ketersediaan
bahan baku yang bcrkclanjutan, schingga pelaksanaan agroindustri juga dapat berkelanjutan
dan lestari.
Pada Kabupaten Lampung, terdapat zonasi agro industri, yaitu zonasi agro industri
padi yang terletak pada Kecamatan Padang Ratu, zonasi agro industri jagung lerletak pada
Kecamatan Gunung Sugih, dan zonasi agro industri singkong terletak pada Kecamatan
Rumbia. Kegiatan pertanian bahan pangan sangatlah berpengaruh terhadap ekonomi suatu
daerah. Dengan pembangunan pertanian pula meningkatkan hasil produksi, meningkatkan
pendapatan dan taraf hidup petani.

Oleh karena itu, untuk memperlancar terselenggaranya kebijaksanaan perekonomian
tersebut diperlukan suatu kegiatan yang dapat menjembatani transformasi antara sektor
pertanian dengan scktor industri. Agro industri merupakan pilihan yang menarik sebagai suatu
strategi untuk mendukung proses lanjut transformasi dari sektor ekonomi yang didominasi
oleh sektor pertanian sederhana ke arah struktur perekonomian yang didukung oleh sektor
industri (Aziz, 1993).
suatu kegiatan industri yang memanfaatkan produk primer hasil pertanian sebagai
bahan bakunya untuk diolah sedemikian rupa sehingga menjadi produk baru, baik yang
bersifat setengah jadi maupun final yang dapat segera dikonsumsi. Dalam rangkaian ini
terdapat transformasi dari bentuk hasil pertanian yang masih bersifat bahan mentah menjadi
produk yang mempunyai nilai tambah lebih. Agroindustri seringkali mendapat kendala baik
dari pemodalan atau ketersediaan bahan baku dikarenakan belum diketahuinya informasi
lokasi ketersediaan bahan baku dan kesesuaian lahannya.
Di Kabupaten Lampung Tengah diperlukan penataan ruang yang terencana untuk
zona agroindustri yang didukung oleh metode kesesuaian lahan pertanian dan teori lokasi
untuk penentuan lokasi industri, sehingga agro industri dapat berproduksi berkesinambungan.
Selain itu, hendaknya melindungi lahan-lahan pertanian yang produktif dari penggunaan lahan
lainnya, sehingga yang ada hanya hamparan lahan pertanian yang didukung oleh usaha agro
industri.


2

Untuk menentukan lokasi agroindustri yang sesuai ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan yaitu aspek industri, aspek permodalan, aspek teknologi, aspek pemasaran,
aspek sumber daya manusia dan lain-lain. pada penulisan ini akan membahas tentang
menentukan wilayah lokasi agroindustri yang sesuai di Kabupaten Lampung Tengah dan
mengkaji penerapannya dengan teori yang ada.

1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin didapatkan dari tugas ini adalah memahami teori-teori lokasi dan implikasi
teori lokasi terhadap fenomena lokasi dan keruangan yang terbentuk dalam wilayah dan kota.

1.3 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang kajian teori, Alasan Pemilihan Lokasi, Faktor-faktor lokasi, dan
Implikasi teori lokasi terhadap fenomena lokasi dan keruangan, dan lesson learned.
BAB III PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan.


3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teori Lokasi
2.1.1 Pengertian Agroindustri dan Manfaatnya
Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku,
merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Secara eksplisit
pengertian Agroindustri pertama kali diungkapkan oleh Austin (1981) yaitu perusahaan yang
memproses bahan nabati (yang berasal dari tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh
hewan).
Agro industri pada dasamya mencakup kegiatan pengolahan yang sangat luas baik
dari tahapan prosesnya maupun jenisnya. Hal ini terlihat dari pengertian agroindustri yang
dapat dijelaskan sebagai suatu kegiatan industri yang memanfaatkan produk primer hasil
pertanian sebagai bahan bakunya untuk diolah sedemikian rupa sehingga menjadi produk
baru, baik yang bersifat setengah jadi maupun final yang dapat segera dikonsumsi. Dalam
rangkaian ini terdapat transformasi dari bentuk hasil pertanian yang masih bersifat bahan
menta atau baku menjadi produk yang mempunyai nilai tambah lebih.

Mangunwidjaja, (1993), dalam Pengembangan agroindustri dapat menjadi pilihan
yang strategis dalam menanggulangi permasalahan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di
perdesaan. Hal ini disebabkan adanya kemampuan yang tinggi dari sektor agroindustri dalam
hal perluasan kesempatan kerja. Pengembangan agroindustri yang berbasis pada
masyarakat perdesaan merupakan sektor yang sesuai untuk menampung banyak tenaga
kerja dan menjamin perluasan berusaha, sehingga akan efektif dalam upaya meningkatkan
perekonomian masyarakat perdesaan. Berkembangnya agroindustri juga akan meningkatkan
penerimaan devisa dan mendorong terjadinya keseimbangan pendapatan antara sektor
pertanian dan non pertanian. Dengan demikian, kebijakan pembangunan agroindustri
diharapkan mampu menggerakkan perekonomian masyarakat di wilayah produksi pertanian
dan mendorong penawaran hasil-hasil pertanian untuk kebutuhan agroindustri.
2.1.2 Teori Lokasi Weber
Prinsip teori Weber adalah bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di tempattempat yang resiko biaya atau biayanya paling murah atau minimal (least cost location) yaitu
tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya
minimum, tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum yang

4

cenderung identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Prinsip tersebut didasarkan
pada enam asumsi bersifat prakondisi, yaitu :

1. Wilayah bersifat homogen dalam hal topografi, iklim dan penduduknya (keadaan penduduk
yang dimaksud menyangkut jumlah dan kualitas SDM)
2. Ketersediaan sumber daya bahan mentah.
3. Upah tenaga kerja.
4. Biaya pengangkutan bahan mentah ke lokasi pabrik (biaya sangat ditentukan oleh bobot
bahan mentah dan lokasi bahan mentah)
5. Persaingan antar kegiatan industri.
Menurut weber biaya transportasi merupakan faktor pertama dalam menentukan
lokasi sedangkan faktor lainnya merupakan faktor yang dapat memodifikasi lokasi. Jadi, titik
terendah biaya transportasi adalah titik yang menunjukkan biaya minimum untuk angkutan
bahan baku dan distribusi hasil produksi. Biaya transportasi dipengaruhi oleh berat lokasional.
Berat lokasional adalah berat total semua barang berupa input yang harus diangkut ke tempat
produksi untuk menghasilkan satu satuan output ditambah berat output yang akan dibawa ke
pasar.
Berat total itu terdiri dari satu satuan produk akhir ditambah semua berat input yang
harus diangkut ke lokasi pabrik seperti bahan mentah, bahan setengah jadi, bahan penolong
dan lain-lain yang diperlukan untuk menghasilkan satu satuan output. Ada kemungkinan
sumber berbagai bahan baku dan pasar berada pada arah yang berbeda. Dalam hal ini, lokasi
biaya transportasi termurah adalah pada pertemuan dari berbagai arah tersebut. Weber
memberi konsep yang dikenal sebagai segitiga lokasi atau location triangle yang didasarkan

pada asumsi :
1. Bahwa daerah yang menjadi obyek penelitian adalah daerah yang terisolasi. Konsumennya
terpusat pada pusat-pusat tertentu. Semua unit perusahaan dapat memasuki pasar yang
tidak terbatas dan persaingan sempurna.
2. Semua sumber daya alam tersedia secara tidak terbatas.
3. Barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral adalah sporadik tersedia secara
terbatas pada sejumlah tempat.
4. Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada yang menetap tetapi ada juga yang
mobilitasnya tinggi.

5

Dalam menentukan lokasi industri, terdapat tiga faktor penentu, yaitu biaya transportasi, upah
tenaga kerja, dan dampak aglomerasi dan deaglomerasi. Biaya transportasi diasumsikan
berbanding lurus terhadap jarak yang ditempuh dan berat barang, sehingga titik terendah
biaya transportasi menunjukkan biaya minimum untuk angkutan bahan baku dan distribusi
hasil produksi. Biaya transportasi akan bertambah secara proporsional dengan jarak. titik
terendah biaya transportasi adalah titik yang menunjukkan biaya minimum untuk angkutan
bahan baku (input) dan distribusi hasil produksi
2.1.3 SIG (Sistem Informasi Geografis)

SIG mempakan suatu sistem yang mempunyai kemampuan analisis terhadap data
spasial untuk keperluan manipulasi maupun pemodelan. Fungsi analisis ini dijalankan
memakai data spasial dan data atribut dalam SIG untuk menjawab berbagai pertanyaan yang
dikembangkan dari data yang ada menjadi suatu persoalan yang relevan. Data spasial dalam
SIG hanya mempakan model penyajian yang merefleksikan berbagai aspek realitas dunia
nyata, sedangkan untuk memngkatkan peranan data dalam pengambilan keputusan
mengenai kenyataan tersebut. Suatu model ditampilkan yang menggambarkan obyek-obyek
termasuk menyajikan hubungan antar obyek.
2.2 Alasan Pemilihan Lokasi
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mendapat mandat dari
pemerintah yang tertuang di dalam RPJMN 2015-2019 untuk mengembangkan sembilan
Science dan Technopark, yang terdiri dari delapan Technopark dan satu National Science
and Technology Park.
Salah satu Technopark yang didampingi BPPT di dalam pembangunannya adalah
Technopark di Kabupaten Lampung Tengah. Tujuan dibangunnya Technopark itu untuk
menciptakan lingkungan kondusif bagi kolaborasi antara akademisi, bisnis dan pemerintah.
Sehingga dapat menumbuhkan bisnis berbasis inovasi, menambah nilai komoditas dan
membuka lapangan kerja.
Lampung memiliki potensi yang sangat besar, mulai dari komoditas padi, singkong
dan peternakan sapi. Dengan adanya Technopark maka akan menjadi wahana bagi kademisi,

bisnis dan pemerintah, untuk lebih mengembangkan komoditasnya.

Jumlah komoditas utama di daerah Lampung Tengah adalah sapi, padi dan
singkong. Di tahun 2014, total produksi padi kami mencapai 794.713 ton, singkong
2.310.815 ton dan sapi 205.000 ekor.

6

Melalui teknik analisa kuantutatif, Asumsi yang dilakukan bahwa seluruh kecamatan
di Kabupaten Lampung Tengah mempunyai peluang untuk didirikan pusai-pusat agro induslri
untuk ketiga jenis tanaman (padi. jagung, singkong). Berdasarkan data pada "Lampung
Tengah dan dalam angka tahun 1999", pada Kabupaten Lampung Tengah terdapat 12
Kecamatan, yaitu Padang Ratu (763,86 km2), Kali Rejo (123,69 km2), Bangun Rejo (96,05
km2), Gunung Sugih (320.17 km2), Trimurjo (62,12 km2), Punggur (108,86 km2). Seputih
Rahman (124,69 km2), Terbanggi Besar (793,82 km2), Seputih Mataram (843,23 km2).
Seputih Banyak (208,61 km2). Rumbia (299,24 km2), Seputih Surabaya (353,12).
Berdasarkan analisis tersebut maka penentuan lokasi agro industri untuk setiap jenis
tanaman dapat dikelompokkan pada 3 zonasi agro industri, yaitu wilayah Barat, Tengah dan
Timur. Wilayah Barat terdiri dan Kecamatan Padang Ratu, Kali Rejo dan Bangun Rejo,
Wilayah Tengah terdiri dari Kecamatan Gunung Sugih, Trimurjo. Punggur, Seputih Rahman,

dan Terbanggi Besar, sedangkan Wilayah Timur terdiri dari Kecamatan Seputih Mataram,
Seputih Banyak, Seputih Surabaya dan Rumbia.
Dengan mempertimbangkan beberapa aspek baik fisik (kesesuaian, penggunaan
lahan), dan sosial ekonomi (produksi/produktifitas), maka untuk wilayah barat dapat
direkomendasikan pendirian lokasi agroindustri jenis tananam padi, karena kecamatan
diwilayah barat sangat sesuai dan baik untuk tanaman padi. Sedangkan penentuan lokasi
sebaiknya terletak di Kecamatan Padang Ratu, mengingat kecamatan ini mempunyai areal
yang sangat luas dan memproduksi padi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kecamatan
lainnya di wilayah barat. Rekomendasi yang dianjurkan untuk wilayah tengah sebaiknya
didirikan agro industri untuk jenis tanaman jagung, karena untuk wilayah ini baik dari fisik
(kesesuaian, penggunaan lahan) dan aspek produktifilas/ produksi sangat baik dan sesuai
untuk tanaman jagung. Lokasi agro industri sebaiknya terletak di Kecamatan Gunung Sugih,
mengingat selain mempunyai produksi jagung yang cukup, kecamatan ini merupakan Ibu
Kota Kabupaten Lampung Tengah, sehingga memudahkan pemasaran karena terletak pada
lokasi pasar. Kecamatan Terbanggi Besar sebenarnya cukup potensial untuk didirikan
agroindustri tanaman jagung, akan tetapi mengingat kecamatan ini telah memiliki agroindustri
lainya yang berupa agroindustri kelapa sawit dan tebu, sehingga titik penentuan lokasi agro
industri terletak pada Kecamatan Gunung Sugih. Sedangkan untuk wilayah timur sebaiknya
didirikan agroindustri untuk tanaman singkong. karena wilayah ini merupakan produksi
singkong terbesar dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Penentuan lokasi agro

industri sebaiknya terletak pada Kecamatan Rumbia, karena kecamatan memproduksi
tanaman singkong cukup tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Wilayah Timur.

7

2.3 Faktor- Fakor Lokasi
Banyak faktor yang dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
dimankah seharusnya lokasi suatu perusahaan yang setepat-tepatnya. Banyak faktornya,
akan tetapi yang dipertimbangkan hanyalah faktor-faktor yang ada hubungannya dengan jenis
usaha dari perusahaan (Soehardi Sigit, 1987: 43-44). Faktor-faktor yang dipergunakan
sebagai dasar pertimbangan pada umumnya adalah:
1. Pasar
Masalah pasar tidak boleh diabaikan sama sekali. Semua perusahaan yang usahanya dengan
cara menjual barang dan atau jasa, maka faktor pasar dan faktor pembeli harus
diperhitungkan terlebih dahulu. Masalah pasar harus terlebih dahulu diteliti: jauh dekatnya
dengan perusahaan, kuantitas dan kualitas barang yang diperlukan oleh pasar tersebut, dan
kekuatan daya beli masyarkat akan jenis barang yang diproduksi. Jauh dekatnya dengan
pasar juga akan berpengaruh terhadap kecepatan pengiriman barang, bagi barang-barang
yang lekas rusak perihal kecepatan dan lamanya penyerahan perlu dipertimbangkan.
2. Bahan baku
Perusahaan manufaktur mentransformasi material, tenaga kerja dan jasa-jasa lainnya
menjadi barang baru. Di dalam menentukan lokasi lokasi perusahaan sumber (asal) bahan
baku yang diperlukan sebagai input harus dipertimbangkan. Ini erat sekali dengan masalah
biaya produksi. Material yang murah harganya, tetapi jauh letaknya dari lokasi perusahaan
akan mengakibatkan baiya angkutan yang relatif tinggi, dan selanjutnya akan mengakibatkan
biaya produksi yang relatif mahal. Dilihat dari segi materialnya, lokasi peusahaan haruslah di
tempat yang biaya materialnya adalah relatif paling murah.
3. Tenaga kerja
Perihal tenaga kerja harus diperhitungkan benar-benar terutama bagi perusahaan yang padat
karya, atau perusahaan yang biaya barang produknya sebagian besar tergantung atau terdiri
atas biaya tenaga kerja. Pasar tenaga kerja pun harus diketahui, apakah pasar tenaga kerja
di tangan pengusaha (perusahaan) ataukah di tangan pekerja. Jika pasarnya di tangan
pengusaha (perusahaan), yang berarti bahwa tenaga kerja itu memerlukan pekerjaan dan
penghasilan, maka ada kemungkinan tenaga kerja itu dapat ditarik ke lokasi yang relatif
tenaga kerja tidak lebih dominan. Jadi kemungkinan dapat ditarik ke tempat perusahaan,
bersamaan dengan yang disebut aglomerasi dan/atau urbanisasi.
4. Transportasi

8

Letak perusahaan ditentukan juga oleh faktor transportasi, yang menghubungkan lokasi
dengan pasar, lokasi dengan bahan baku, lokasi dengan tenaga kerja. Faktor transportasi
harus diperhitungkan dalam arti diusahakan bahwa biaya transportasi penjualan (ke
konsumen) adalah yang relatif paling murah, biaya pengangkutan bahan baku dari sumbernya
adalah relatif yang termurah, demikian juga biaya transportasi tenaga kerja pulang-balik ke
tempat tinggal tenaga kerja adal;ah yang paling murah.
5. Pelayanan teknis dan produktif
Sumber-sumber teknis dan produktif ialah faktor-faktor yang dapat memberikan pelayanan
untuk keperluan-keperluan teknis dan juga faktor-faktor yang dapat memberikan jasa
produktif. Pelayanan untuk keperluan pemeliharaan, perbaikan (reparasi). Sumber-sumber
tenaga, yaitu listrik, air keadaan iklim juga termasuk fasilitas komunikasi seperti telepon,
telegram, dinas pos, perbankan juga perlu dipertimbangkan.
6. Inducement setempat
Inducement setempat adalah dorongan lokal yang mendukung perusahaan, misalnya
pemberian keringanan pajak, sewa tanah sangat murah, mendapat perlindungan penjagaan
keamanan dan sebagainya.Inducement setempat perlu dipertimbangkan terutama didalam
membandingkan tempat-tempat lain terdapat penilaian yang sama.
7. Sifat-sifat khusus perusahaan
Tiap-tiap perusahaan mempunyai sifat-sifat khusus, ini juga harus diperhitungkan.
Perusahaan yang membuat barang yang mudah meledak (eksplosif) tidak dapat ditempatkan
di sembarang tempat, apalagi di daerah atau di tengah-tengah tempat tinggal penduduk.
Demikian juga perusahaan yang mengakibatkan bau yang tidak enak (berbau busuk) dan
polutan yang berbahaya.
8. Kemungkinan-kemungkinan lain
Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan misalnya kemungkinan untuk perluasan, apakah
lokasinya memenuhi syarat-syarat. Juga hal lain seperti kemungkinan timbul bahaya dari
kekuatan alam atau dari kekuatan sosial. Bahaya alam misalnya dilanda banjir, lahar, tanah
longsor, gempa bumi dan kebakaran. Bahaya sosial, misalnya pencurian, tantangan dari
masyarakat, dan pengrusakan-pengrusakan. Oleh karena itu hal-hal yang mungkin seperti itu,
sebelumnya harus benar-benar diramalkan. Tidak jarang terjadi suatu perusahaan yang
letaknya sudah paling optimal, harus meninggalkan tempat karena adanya hal-hal yang
semula di luar dugaannya.

9

Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemilihan lokasi
agroindustri pada Kabupaten Lampung Tengah ini, yaitu penggunaan lahan. Informasi yang
sangat penting dalam merencanakan suatu tata ruang wilayah salah satunya adalah informasi
penggunaan lahan saat ini atau sekarang. Oleh karena itu informasi tersebut harus memiliki
ketelitian tinggi dan dapat dipertanggungjawabkan, agar supaya hasil perencanaan menjadi
optimal/maksimal. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi penggunaan lahan
digunakan data Landsat TM.

2.4 Implikasi Teori lokasi terhadap Fenomena Keruangan
Pada penerapannya, teori lokasi Weber pada studi kasus Kabupaten Lampung
Tengah ini cukup sesuai. Diitinjau dari faktor ketersediaan sumber daya bahan mentah, pasar
biaya transportasi, pada analisis ini menunjukkan yang menjadi Lokasi agro industri di bagian
tenagh sebaiknya terletak di Kecamatan Gunung Sugih, mengingat selain mempunyai
produksi jagung yang cukup. kecamatan ini merupakan Ibu Kota Kabupaten Lampung
Tengah, sehingga memudahkan pemasaran karena terletak pada lokasi pasar. Kecamatan
Terbanggi Besar sebenarnya cukup potensial untuk didirikan agroindustri tanaman jagung,
akan tetapi mengingat kecamatan ini telah memiliki agroindustri lainya yang berupa
agroindustri kelapa sawit dan tebu, sehingga titik penentuan lokasi agro industri terletak pada
Kecamatan Gunung Sugih. Hal ini menunjukkan adanya korelasi antara teori lokasi Weber
dengan pengaplikasiannya sudah sesuai.
Pada faktor ketersediaan bahan baku dan kesesuaian lahan pada Kabupaten
Lampung Tengah ini menentukan lokasi agroindustri juga berdasar dengan jumlah terbanyak
tiap komoditinya. Sebagai bukti yaitu untuk wilayah barat dapat direkomendasikan pendirian
lokasi agroindustri jenis tananam padi, karena kecamatan diwilayah barat sangat sesuai dan
baik untuk tanaman padi.Sedangkan penentuan lokasi sebaiknya terletak di Kecamatan
Padang Ratu, mengingat kecamatan ini mempunyai areal yang sangat luas dan memproduksi
padi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya di wilayah barat. Untuk
wilayah timur sebaiknya didirikan agroindustri untuk tanaman singkong. karena wilayah ini
merupakan produksi singkong terbesar dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya.
Penentuan lokasi agro industri sebaiknya terletak pada Kecamatan Rumbia, karena
kecamatan memproduksi tanaman singkong cukup tinggi dibandingkan dengan kecamatan
lainnya di Wilayah Timur.
Untuk memperoleh kesesuaian lahan , beberapa jenis tanaman dalam hal ini
padi, jagung dan singkong, maka ketiga peta tersebut di atas ditumpang-tindihkan (proses
SIG) dengan memperhatikan faktor pembatas. Penentuan kesesuaian lahan untuk tanaman

10

didasarkan pada faktor pembatas yang paling ringan, sehingga dalam satu lokasi
dimungkinkan sesuai untuk beberapa jenis tanaman yang berbeda diakibatkan faktor
pembatas untuk tanaman tersebut sama. Dari hasil analisis tersebut maka menunjukkan
bahwa ada 3 wilayah zonasi agro industri, yaitu wilayah barat untuk agro industri padi
(Kecamatan Padang Ratu), wilayah tengah untuk agro industri jagung (Kecamatan Gunung
Sugih), dan wilayah timur untuk agro industri singkong (Kecamatan Rumbia).
Berdasarkan perbandingan asumsi teori dan fakta di lapangan dapat disimpulkan
bahwa ada kesesuaian kondisi antara asumsi teori dan fakta Kabupaten Lampung Tengah
sehingga dapat dilakukan identifikasi selanjutnya yaitu kesesuaian faktor-faktor menurut
Weber dalam penentuan lokasi agroindustri pertanian di Kabupaten Lampung Tengah.

2.5 Lesson Learned
Analisis penentuan lokasi digunakan untuk menentukan lokasi yang optimum
digunakan, dan menguntungkan dari aspek ekonomi. Pada Teori Weber menetapkan faktor
penentu lokasi Industri yaitu ketersediaan bahan baku, upah tenaga kerja, biaya transportasi,
dan aksesibilitas. Yang menjadi pertimbangan untuk menentukan lokasi industri yaitu
bagaimana memproduksi dengan modal sekecil mungkin dan dengan biaya transportasi yang
rendah.
Penentuan alternatif lokasi kawasan agroindustri pertanian di Kabupaten Lampung
Tengah apabila ditinjau dari teori Weber, maka penentuan lokasi agroindustri di Kabupaten
Lampung Tengah sudah sesuai. Namun apabila ditinjau dari teori yang diungkapkan Losch
ternyata penentuan alternatif industri di Kabupaten Lampung Tengah tidak dipengaruhi oleh
jarak antara industri dan pasar.Fakta di lapangan menunjukkan bahwa distribusi produk
agroindustri lebih banyak dilakukan di pasar-pasar yang skalanya lebih besar dan jaraknya
lebih jauh meskipun ada pasar-pasar skala kecamatan dan jaraknya lebih dekat.
Pada jurnal ini penentuan lokasi juga menggunakan pembobotan pada setiap
kecamatan yang akan dipilih. Pada tabel analisa, dapat dilihat rentang skor yang digunakan.
Variabel yang digunakan dalam pembobotan ini adalah variabel kesesuaian lahan, tenaga
kerja, pemasaran, dan produksi.
Namun, pada jurnal ini penulis tidak menjelaskan kontinuitas bahan baku untuk
produksi. Penulis juga tidak menjelaskan bagaimana kondisi tenaga kerja yang ada di
Kabupaten Lampung Tengah. Pada jurnal ini tidak dijelaskan apakah dengan adanya agro
industri apakah mengurangi jumlah pekerja yang ada di Kabupaten Lampung Tengah. Pada
Jurnal ini juga hanya membahas tentang kesesuaian lahan pada setiap lokasi yang akan
dijadikan sebagai lokasi agroindustri. Namun, pada jurnal ini tidak dijelaskan bagaimana

11

ketersediaan lahan yang ada sehingga mempengaruhi penentuan lokasi agroindustri yang
ada di Kabupaten Lampung Tengah.
Pada jurnal ini tidak dijelaskan tentang teori yang digunakan untuk menentukan lokasi.
Padahal, teori Weber sebagai landasan teori dalam membahas studi kasus ini . Seharusnya
diuraikan bahwa dalam teori lokasi Weber adalah teori lokasi untuk menentukan lokasi
industri. Penulis juga tidak menguraikan teori Weber dalam jurnal ini.

Tabel Keterkaitan antara Teori Lokasi Weber dan Penentuan Lokasi
Agroindustri di Kabupaten Lampung Tengah
No

Pencetus

Faktor

Teori

Teori

Lokasi

Menurut Penerapan

penentuan

Agroindustri

di

lokasi

Kabupaten

Lampung Tengah

1

 Pada

Alfred

Bahan Baku

Weber

Produsen akan meletakkan

relefansi antara faktor bahan baku

pabriknya pada lokasi yang

dengan pemilihan lokasi agroindustri.

memberikan

Hal ini menunjukkan bahwa bahan

keuntungan

yang optimal.

baku

penerapannya

memang

terdapat

mempengaruhi

penentuan lokasi industri.

 Pada pembobotan yang dilakukan,
kawasan agroindustri yang dipilih
adalah lokasi yang dekat dengan
bahan baku.

 Pada jurnal ini tidak disebutkan

Tenaga Kerja
Produsen

akan

mencari

bagaimana keterkaitan tenaga kerja

tenaga kerja dengan upah

bisa menentukan lokasi produksi.

yang murah umumnya akan

Penulis hanya menentukan skor

dipilih

tenaga

kerja

lokasi

industri

tenaga

kerja

yang

dekat dengan lokasi industri.

dalam

penentuan

yang

dapat

diasumsikan bahwa tenaga kerja
memiliki

keterkaitan

untuk

menentukan lokasi industri

 Pada penentuan lokasi agroindustri

Aksesibilitas
Semakin kecil biaya transport

di Kabupaten Lampung Tengah

antara lokasi bahan baku

memiliki keterkaitan yang cukup

menuju

tinggi dikarenakan pada penentuan

pabri

dan

lokasi

12

pemasaran maka total biaya

lokasi

industri

di

Kabupaten

juga semakin kecil

Lampung Tengah juga dipengaruhi
lokasi bahan baku menuju pabrik
dan lokasi pabrik menuju lokasi
pemasaran

Sumber : Analisa penulis, 2016

13

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada Kabupaten Lampung, terdapat zonasi agro industri, yaitu zonasi agro industri
padi yang terletak pada Kecamatan Padang Ratu, zonasi agro industri jagung lerletak pada
Kecamatan Gunung Sugih, dan zonasi agro industri singkong terletak pada Kecamatan
Rumbia. Kegiatan pertanian bahan pangan sangatlah berpengaruh terhadap ekonomi suatu
daerah. Dengan pembangunan pertanian pula meningkatkan hasil produksi, meningkatkan
pendapatan dan taraf hidup petani.
Oleh karena itu, untuk memperlancar terselenggaranya kebijaksanaan perekonomian
tersebut diperlukan suatu kegiatan yang dapat menjembatani transformasi antara sektor
pertanian dengan scktor industri. Agro industri merupakan pilihan yang menarik sebagai suatu
strategi untuk mendukung proses lanjut transformasi dari sektor ekonomi yang didominasi
oleh sektor pertanian sederhana ke arah struktur perekonomian yang didukung oleh sektor
industri.
Berdasarkan analisis tersebut maka penentuan lokasi agro industri untuk setiap jenis
tanaman dapat dikelompokkan pada 3 zonasi agro industri, yaitu wilayah Barat, Tengah dan
Timur. Wilayah Barat terdiri dan Kecamatan Padang Ratu, Kali Rejo dan Bangun Rejo,
Wilayah Tengah terdiri dari Kecamatan Gunung Sugih, Trimurjo. Punggur, Seputih Rahman,
dan Terbanggi Besar, sedangkan Wilayah Timur terdiri dari Kecamatan Seputih Mataram,
Seputih Banyak, Seputih Surabaya dan Rumbia.
Dengan mempertimbangkan beberapa aspek baik fisik (kesesuaian, penggunaan
lahan), dan sosial ekonomi (produksi/produktifitas), maka untuk wilayah barat dapat
direkomendasikan pendirian lokasi agroindustri jenis tananam padi, karena kecamatan
diwilayah barat sangat sesuai dan baik untuk tanaman padi. Sedangkan penentuan lokasi
sebaiknya terletak di Kecamatan Padang Ratu, mengingat kecamatan ini mempunyai areal
yang sangat luas dan memproduksi padi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kecamatan
lainnya di wilayah barat. Rekomendasi yang dianjurkan untuk wilayah tengah sebaiknya
didirikan agro industri untuk jenis tanaman jagung, karena untuk wilayah ini baik dari fisik
(kesesuaian, penggunaan lahan) dan aspek produktifilas/ produksi sangat baik dan sesuai
untuk tanaman jagung. Lokasi agro industri sebaiknya terletak di Kecamatan Gunung Sugih,
mengingat selain mempunyai produksi jagung yang cukup. kecamatan ini mcrupakan Ibu Kota
Kabupaten Lampung Tengah, sehingga memudahkan pemasaran karena terletak pada lokasi
pasar. Kecamatan Terbanggi Besar sebenarnya cukup potensial untuk didirikan agroindustri
tanaman jagung, akan tetapi mengingat kecamatan ini telah memiliki agroindustri lainya yang
berupa agroindustri kelapa sawit dan tebu, sehingga titik penentuan lokasi agro industri

14

terletak pada Kecamatan Gunung Sugih. Sedangkan untuk wilayah timur sebaiknya didirikan
agroindustri untuk tanaman singkong. karena wilayah ini merupakan produksi singkong
terbesar dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Penentuan lokasi agro industri
sebaiknya terletak pada Kecamatan Rumbia, karena kecamatan memproduksi tanaman
singkong cukup tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Wilayah Timur.
Pada jurnal ini penentuan lokasi juga menggunakan pembobotan pada setiap
kecamatan yang akan dipilih. Pada tabel analisa, dapat dilihat rentang skor yang digunakan.
Variabel yang digunakan dalam pembobotan ini adalah variabel kesesuaian lahan, tenaga
kerja, pemasaran, dan produksi.
Namun, pada jurnal ini penulis tidak menjelaskan kontinuitas bahan baku untuk
produksi. Penulis juga tidak menjelaskan bagaimana kondisi tenaga kerja yang ada di
Kabupaten Lampung Tengah. Pada jurnal ini tidak dijelaskan apakah dengan adanya agro
industri apakah mengurangi jumlah pekerja yang ada di Kabupaten Lampung Tengah. Pada
Jurnal ini juga hanya membahas tentang kesesuaian lahan pada setiap lokasi yang akan
dijadikan sebagai lokasi agroindustri. Namun, pada jurnal ini tidak dijelaskan bagaimana
ketersediaan lahan yang ada sehingga mempengaruhi penentuan lokasi agroindustri yang
ada di Kabupaten Lampung Tengah.
Penentuan alternatif lokasi kawasan agroindustri pertanian di Kabupaten Lampung
Tengah apabila ditinjau dari teori Weber, maka penentuan lokasi agroindustri di Kabupaten
Lampung Tengah sudah sesuai. Namun apabila ditinjau dari teori yang diungkapkan Losch
ternyata penentuan alternatif industri di Kabupaten Lampung Tengah tidak dipengaruhi oleh
jarak antara industri dan pasar.Fakta di lapangan menunjukkan bahwa distribusi produk
agroindustri lebih banyak dilakukan di pasar-pasar yang skalanya lebih besar dan jaraknya
lebih jauh meskipun ada pasar-pasar skala kecamatan dan jaraknya lebih dekat.

15

DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Robinson. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi
Aksara
Weber, Alfred.tanpa tahun.Alfred Weber and Subsequent Developments in
Industrial Location Theory (http://faculty.washington.edu/krumme/450/weber.html)
dalam diktat Analisis Lokasi dan Keruangan. Perencanaan Wilayah dan Kota ITS

16