PENGARUH SUASANA TEMPAT DAN LOKASI TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN CAFE D`ARTE DI BANDAR LAMPUNG

(1)

ii ABSTRAK

PENGARUH SUASANA TEMPAT DAN LOKASI TERHADAP

LOYALITAS KONSUMEN CAFE D’ARTE

DI BANDAR LAMPUNG

Oleh

GANDY SYIRAJUDDIN

Persaingan pada usaha jasa cafe dan coffee shop sekarang tidak hanya pada harga, namun menyangkut variabel lain yang berkaitan atas pengalaman berbelanja konsumen. Suasana tempat dan lokasi suatu cafe atau coffee shop sekarang

menjadi bahan pertimbangan para konsumen untuk mengunjunginya. Cafe d’Arte

adalah salah satu cefe yang berdiri di Bandar Lampung sejak tahun 2012. Permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah suasana tempat dan lokasi

berpengaruh terhadap loyalitas konsumen pada Cafe d’Arte Bandar Lampung.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh suasana tempat dan lokasi

terhadap loyalitas konsumen pada Cafe d’Arte Bandar Lampung.

Objek penelitian ini adalah konsumen yang sedang mengunjungi Cafe d’Arte Bandar Lampug. Untuk mengetahui apakah faktor suasana tempat dan lokasi


(2)

iii

berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen digunakan analisis regresi linier berganda. Untuk menguji hipotesis digunakan uji F dan untuk melihat kontribusi setiap variabel bebas secara parsial digunakan uji t.

Hasil uji t didapatkan t hitung untuk variabel suasana tempat (X1) yaitu sebesar

6.327, t hitung untuk variabel lokasi (X2) yaitu sebesar 3.125 dan t tabel sebagai dasar perhitungan sebesar 1.661 artinya variabel bebas secara parsial berpengaruh positif terhadap variabel loyalitas konsumen (Y).

Koefisien R Square pada uji determinasi sebesar 0.687 menunjukkan variasi variabel bebas dapat menjelaskan 68.7% terhadap variabel terikat dan sisanya sebesar 31,3% dipengaruhi oleh variabel lainnya di luar suasana tempat dan lokasi.

Suasana tempat dan lokasi berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen pada

Cafe d’Arte Bandar Lampung. Variabel suasana tempat mempunyai pengaruh dominan terhadap loyalitas konsumen. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi yang lebih besar dibandingkan variabel lokasi, yaitu dengan skor t hitung 6.487 berbanding dengan 3.125. Saran pada penelitian ini, Cafe d’Arte harus harus lebih kreatif lagi guna mengikat para konsumen agar loyal pada mereka. Khususnya

pada desain bagian luar Cafe d’Arte. Diperlukan adanya penambahan hiasan -hiasan berupa pot bunga, kolam ikan, -hiasan pada dinding ataupun patung untuk menghiasi taman pada bagian luar cafe agar nuansa taman yang mereka berikan lebih terlihat unik dan menarik bagi konsumen yang berkunjung kesana.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 26 Oktober 1990. Penulis merupakan anak tunggal dari Bapak Syamsuddin dan Kordiana, S.H.

Pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh penulis adalah : 1. TK Aisyah, selesai pada tahun 1996;

2. SD Negeri 1 Bandar Lampung, selesai pada tahun 2002; 3. SMP Negeri 2 Bandar Lampung, selesai pada tahun 2005; 4. SMA Negeri 2 Bandar Lampung, selesai pada tahun 2008;

Pada Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung Jurusan Manajeman dengan konsentrasi Manajemen Pemasaran.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat, hidayah, kenikmatan serta karunia-Nya sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan

Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk :

Mendiang Ibuku tercinta Kordiana Anggraini, S.H.

atas do’a, kasih sayang, bimbingan, ilmu, pengorbanan dan keikhlasan yang

tiada henti dicurahkan kepadaku

Seluruh pahlawan tanpa tanda jasa yang tak pernah lelah mengusahakan

kehidupan yang lebih baik bagi manusia.


(9)

MOTO

Barang siapa bertaqwa pada Allah, maka Allah memberikan jalan keluar

kepadanya dan member rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Barang

siapa bertaqwa pada Allah, maka Allah menjadikan urusannya menjadi mudah.

Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah akan dihapuskan dosa-dosanya dan

mendapatkan pahala yang agung

”. (

QS Ath-Thalaq: 2-4)

Optimis, kerena hidup terus mengalir dan kehidupan terus berputar

I don’t wish to be something to someone, but I would like to be everything to

everyone


(10)

vii SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Suasana Tempat Dan Lokasi Terhadap Loyalitas Konsumen Cafe

D’Arte Di Bandar Lampung” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir.Hi. Sugeng P Harianto selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibu Hj. Aida Sari, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

4. Ibu Yuningsih, S.E., M.M. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Manajeman Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

5. Ibu Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga, berbagi ilmu, serta


(11)

viii

membangun sehinnga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini 7. Ibu Dr. Mahrina Sari, S.E., M.B.A. selaku penguji utama. Terima kasih

atas saran, kritik dan nasehat selama proses penyelesaian skripsi ini. 8. Bapak Mudji Rachmat Ramelan, S.E., M.B.A. selaku pembimbing

akademik

9. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan SI Fakultas Ekonomi dan bisnis Universitas Lampung.

10.Mendiang Ibuku Kordiana, S.H. yang senantiasa mengiringi langkah

penulis dengan do’a dari sisi Allah SWT. 11.Keluarga besarku atas dukungannya selama ini

12.Seseorang atas motivasi hebatnya untuk menyelesaikan skripsi ini 13.Teman-teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi Rama, Tope,

Mbeng, Reza, Ahmad, Mbul, Limbong, Tonang, Obet, Benny, Lintong, Conte, Bayu, Adit dan Dicky.

14.Saudaraku Mahepel Angkatan XII atas dukungannya..

15.Keluarga besar Mahasiswa Ekonomi Pecinta Lingkungan (MAHEPEL) 16.Pihak lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

mendukung dan membantu penulisan skripsi ini. 17.Almamaterku Universitas Lampung.


(12)

ix bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, September 2014 Penulis


(13)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... ... i

ABSTRAK ... ii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

SANWACANA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.5 Kerangka Pemikiran ... 11

1.6 Hipotesis ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1 Konsep Pemasaran ... 14

2.2 Definisi Pemasaran ... 15


(14)

xi

2.4 Suasana Tempat ... 21

2.5 Lokasi ... 38

2.6 Loyalitas Konsumen ... 43

2.6.1 Definisi Konsumen ... 43

2.6.1.1 Pengertian Konsumen ... 43

2.6.1.2 Peranan Konsumen... 44

2.6.1.3 Tipe Konsumen ... 44

2.6.2 Pengertian Loyalitas Konsumen ... 45

2.6.3 Karakteristik Loyalitas Konsumen ... 46

2.7 Penelitian Terdahulu ... 48

III. METODE PENELITIAN ... 50

3.1 Jenis dan Objek Penelitian ... 50

3.1.1 Jenis Penelitian ... 50

3.1.2 Objek penelitian ... 50

3.2 Metode Pengumpulan Data... 50

3.3 Jenis Data ... 51

3.4 Variabel Penelitian dan Operasional Variabel ... 51

3.4.1 Variabel Penelitian ... 51

3.4.2 Operasional Variabel ... 52

3.5 Populasi dan Sampel ... 53

3.5.1 Populasi ... 53

3.5.2 Sampel ... 54

3.6 Skala Pengukuran Variabel ... 54

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 55

3.7.1 Uji Validitas ... 55

3.7.2 Uji Reliabilitas ... 56

3.8 Alat Analisis ... 57

3.8.1 Analisis Kualitatif ... 57


(15)

xii

3.9.1 Uji Koefisien Secara Bersama-Sama (Uji F) ... 60

3.9.2 Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) ... 60

IV. PEMBAHASAN ... 61

4.1 Gambaran Umum Cafe d’Arte Bandar Lampung ... 61

4.2 Uji Validitas dan reliabilitas Kuesioner ... 62

4.2.1 Uji Validitas ... 62

4.2.2 Uji Reliabilitas ... 64

4.3 Karakteristik Responden... 65

4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 66

4.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 66

4.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran Perbulan ... 67

4.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ... 68

4.4.1 Tanggapan Tentang Suasana Tempat ... 68

4.4.1.1 Tanggapan Tentang Bagian Luar Cafe ... 68

4.4.1.2 Tanggapan Tentang Interior Umum ... 69

4.4.1.3 Tanggapan Tentang Tata Letak ... 70

4.4.1.4 Tanggapan Tentang Tampilan Interior... 71

4.4.2 Tanggapan Tentang Lokasi ... 72

4.4.3 Tanggapan Tentang loyalitas Konsumen ... 73

4.5 Analisis Kuantitatif ... 74

4.5.1 Uji Regresi ... 74

4.5.2 Uji Regresi Secara Bersama-sama (Uji F) ... 75

4.5.3 Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) ... 76

4.6 Pembahasan ... 78

4.6.1 Suasana Tempat ... 78

4.6.1.1 Bagian Luar Cafe (exterior) ... 78

4.6.1.2 Interior Umum (general interior)... 80


(16)

xiii

4.6.3 Loyalitas Konsumen ... 88

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Data cafe dan coffee shop di Bandar Lampung Tahun 2013 ... 5

1.2. Penjualan Cafe d’Arte Tahun 2012-2013 ... 6

2.1. Penelitian Terdahulu ... 48

3.1. Definisi Operasional Variabel ... 52

3.2. Skala Keandalan Croanbach Alpha ... 57

3.3. Penafsiran Rata-rata (mean) ... 58

4.1. Hasil Uji Validitas ... 63

4.2. Hasil Uji Reliabilitas ... 64

4.3. Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin Responden ... 65

4.4. Persentase Berdasarkan Rentang Usia Responden ... 66

4.5. Persentase Berdasarkan Pekerjaan Responden ... 66

4.6. Persentase Berdasarkan Tingkat Pengeluaran Perbulan Responden .. 67

4.7. Tanggapan Responden Tentang Bagian Luar Cafe (exterior) ... 68

4.8. Tanggapan Responden Tentang Interior Umum (general interior) ... 69

4.9. Tanggapan Responden Tentang Tata Letak (store layout) ... 70

4.10. Tanggapan Responden Tentang Tampilan Interior (interior display) ... 71

4.11. Tanggapan Responden Tentang Lokasi Cafe d’Arte ... 72

4.12. Tanggapan Responden Tentang Loyalitas Konsumen ... 73

4.13. Analisis Determinasi (R2) ... 74

4.14. Hasil Uji t ... 74

4.15. Hasil Uji F ... 76


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pertanyaan Kuesioner

2. Jawaban 30 Responden Mengenai Pengaruh Suasana Tempat dan Lokasi

Terhadap Loyalitas Konsumen Cafe d’Arte di Bandar Lampung

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

4. Jawaban 100 Responden Mengenai Pengaruh Suasana Tempat dan Lokasi

Terhadap Loyalitas Konsumen Cafe d’Arte di Bandar Lampung

5. Distribusi Frekuensi 6. Uji Regresi


(19)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1.1. Grafik Penjualan Cafe d’Arte Tahun 2012-2013... 7 1.2. Kerangka Pikir Suasana Tempat dan Lokasi Terhadap Loyalitas Konsumen Cafe d’Arte Bandar Lampung ... 11


(20)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan pada era globalisasi membuat kebutuhan masyarakat kota menjadi semakin berkembang pula. Gaya hidup masyarakat kota menjadi semakin kompleks. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup masyarakat kota yang semakin bervariasi. Salah satunya adalah menghabiskan waktu sambil bercengkrama menikmati makanan kecil dan minuman di sebuah

café sudah menjadi trend di masa sekarang ini khususnya di kota Bandar Lampung.

Tingkat persaingan yang semakin tinggi mengakibatkan konsumen memiliki posisi tawar yang tinggi terhadap kualitas, pilihan produk, lokasi café, café yang lebih nyaman dan pelayanan yang lebih bernilai, tetapi dengan membayar lebih murah, waktu lebih cepat, dengan usaha dan resiko yang lebih rendah. Saat ini kompetisi pada usaha jasa café tidak hanya pada harga, namun menyangkut variabel lain yang berkaitan dengan nilai atas pengalaman berbelanja konsumen. Nilai ini harus dapat diciptakan pengusaha melalui strategi pemasaran yang tepat.


(21)

Strategi pemasaran yang tepat merupakan hal penting yang dapat mendukung pelaku bisnis untuk mampu bersaing dengan pesaingnya, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan serta dapat memuaskan keinginan konsumen.

Mengingat kebutuhan akan relaksasi merupakan hal yang utama dalam kehidupan masyarakat kota yang sibuk, maka bisnis di bidang cafe dan coffee shop saat ini banyak dicoba oleh para pelaku bisnis. Sudah tentu dengan banyaknya pengusaha di bidang ini, semakin banyak pula pesaing yang dihadapi.

Terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan bagi konsumen dalam memilih suatu cafe. Salah satu faktor yang diharapkan oleh konsumen adalah faktor

kenyamanan, di mana konsumen dapat merasakan suasana yang tenang, santai dan nyaman saat berkunjung ke suatu cafe. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi sebuah cafe untuk mempertimbangkan suasana di dalam cafe tersebut sehingga tercipta suatu suasana yang nyaman dan dapat mengungguli cafe dan coffee shop

lainnya yang sejenis. Kenyamanan tempat di cafe dapat diciptakan melalui pemilihan warna, penempatan meja makan, cahaya, penampilan dari cafe itu sendiri.

Salah satu yang patut diperhatikan dalam bidang usaha cafe dan coffee shop

adalah dengan kreatifitas penciptaan suasana tempat atau disebut juga dengan

store atmosphere. Suasana tempatmerupakan salah satu strategi yang penting dalam hal menciptakan suasana yang nyaman, dapat menimbulkan kesan yang baik, dan akhirnya akan mempengaruhi emosi konsumen untuk berbelanja atau makan ditempat tersebut.


(22)

Suasana tempat adalah rancangan dan suatu desain lingkungan melalui

komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik dan penciuman untuk merangsang persepsi dan emosi dan konsumen dan akhirnya untuk mempengaruhi perilaku pembelanjaan mereka (Levy dan Weitz, 2011:434). Suasana tempat dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perencanaan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan konsumen melakukan tindakan pembelian ulang.

Strategi suasana tempat mempunyai dampak yang sangat besar dalam

mempengaruhi suasana hati konsumen, yang pada akhirnya diharapkan dapat menumbuhkan minat ulang dalam membeli. Desain suasana tempat cafe yang tepat dapat membuat konsumen untuk datang kembali.

Suasana tempatmerupakan salah satu aspek penting untuk menarik perhatian dan minat pengunjung pada cafe dan mendorong keinginan untuk datang lagi melalui daya tarik penglihatan langsung. Agar konsumen atau pelanggan merasa betah, maka diperlukan suasana yang menarik dengan menciptakan daya tarik penataan ruang dan penempatan produk pada cafe, sehingga timbul loyalitas konsumen untuk datang kembali.

Di samping suasana tempat, faktor lokasi juga perlu diperhatikan. Setiap perusahaan yang akan membangun tempat usaha harus memilih tempat yang strategis sebagai tempat usahanya. Keputusan ini sangat bergantung pada potensi pertumbuhan ekonomis dan stabilitas, persaingan, iklim politik, dan sebagainya. Lokasi cafe yang strategis, aman, dan mudah dijangkau memiliki nilai positif


(23)

tersendiri di mata para konsumen dan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap loyalitas konsumen itu sendiri.

Pilihan lokasi merupakan faktor bersaing dalam usaha menarik dan mendapatkan loyalitas konsumen. Perusahaan-perusahaan menggunakan menggunakan aneka ragam metode untuk menentukan lokasi, termasuk perhitungan transportasi, penelitian yang didasarkan pada kebiasaan belanja konsumen, metode analisis lokasi, dan sebagainya.

Elbert dan Griffin (2009;113), memberikan pengertian loyalitas konsumen : When a customer is loyal, he or she exhibits purchase behavior defined as non-random purchase expressed over time by some decision-making unit.

Pentingnya loyalitas konsumen untuk meningkatkan first-time customer menjadi

lifetime buyer adalah :

1. Penjualan akan meningkat karena konsumen akan membeli lebih dari sekali.

2. Akan menguatkan posisi di pasar jika konsumen membeli dari kita dan bukan dari kompetitor.

3. Biaya pemasaran akan turun karena Anda tidak harus menggunakan uang lebih banyak untuk menarik konsumen karena telah mengenalnya.

Demikian juga konsumen yang puas akan menceritakan ke temannya sehingga akan mengurangi biaya iklan.

4. Anda akan dapat mengisolasi dari kompetensi harga karena konsumen yang loyal tidak gampang terpengaruh oleh discount dari pesaing.


(24)

5. Akhirnya konsumen yang puas akan senang untuk mencoba produk kita yang lainnya, sehingga membantu kita untuk memperoleh pangsa pasar yang lebih luas.

Jumlah café yang semakin meningkat menimbulkan persaingan yang semakin ketat dan kini sudah mengarah pada persaingan non-harga. Setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki kepekaan terhadap setiap perubahan yang terjadi dan menempatkan orientasi kepada kepuasan konsumen sebagai tujuan utama (Kotler dan Keller, 2009:224). Berikut adalah data beberapa café dan coffee shop

yang tersebar di daerah Bandar Lampung.

Tabel 1.1 Data café dan coffee shop di Bandar Lampung tahun 2013 No. Nama café / coffee shop Lokasi

1 The coffee Jl. Way Sungkai No.9

Pahoman

2 Yozaa café Jl. Pangeran Antasari

3 Caféd’arte Jl. Singosari No. 21 Enggal

4 Café Babe Jl. Griya Utama Way Halim

5 SishaCorner 'nd Coffee Jl. Singosari No. 12 Enggal 6 Bangi Kopitiam Jl. Gatot Subroto No. 73

7 Sumomo café Jl. KH. Agus Salim

8 Episode Café Jl. Singosari No. 31 Enggal 9 Social Place Pahoman Bandar Lampung 10 Dawil’s Cafe Jl. Kartini Bandar Lampung

Sumber: www.detik.com, 2014

Berdasarkan tabel 1.1 diatas kita dapat melihat beberapa cafe yang tersebar di daerah Bandar Lampung. Masing-masing cafe dan coffee shop di atas tidak hanya bersaing melalui produk berupa makanan ataupun minuman yang mereka


(25)

menambah kenyamanan para konsumen. Masing-masing berlomba-lomba untuk menciptakan suasana tempat yang berbeda sesuai dengan tema masing-masing.

Caféd’arte adalah sebuah café yang mengantarkan tema populer. Produk yang ditawarkan mereka disana berupa makanan dan minuman yang tak jauh berbeda dengan cafe dan coffee shop sejenis yang ada di Bandar Lampung. Mulai dari hot drink ataupun soft drink berupa cappucino, lemon tea, dan bearagam aneka juice

disediakan disana. Begitu pun dengan berbagai makanan ringan dan berat seperti

onion ring, chicken crispy ataupun nasi goreng dengan berbagai varian rasa.

Caféd’arte telah berdiri sejak tahun 2012 dan terletak di Bandar Lampung tepatnya di Jl.Singosari no.21, Enggal, Bandar Lampung. Sejak pertama berdiri

Caféd’arte mengalami pasang surut dalam perjalanannya. Banyak café dan coffee shop yang sejenis bermunculan di wilayah yang sama sempat membuat jumlah konsumen menurun. Di wilayah Bandar Lampung kini terdapat ± 10 café dan

coffee shop sejenis. Berikut adalah data penjualan Caféd’arte pada tahun 2012 dan tahun 2013.

Tabel 1.2 Penjualan Cafe d’ArteTahun 2012-2013 Bulan Penjualan Tahun 2012 (Rp) Persentase +/- penjualan dari bulan sebelumnya Penjualan Tahun 2013 (Rp) Persentase +/- penjualan dari bulan sebelumnya

Januari 8.720.000 - 9.740.500 -

Februari 10.654.000 22,2% 8.560.800 12,1%

Maret 9.760.000 8,4% 10.156.000 18,6%

April 9.987.500 2,3% 9.014.000 11,2%

Mei 10.276.000 2,9% 7.917.000 12,2%

Juni 10.550.000 2,7% 8.775.650 10,8%

Juli 10.375.000 1,7% 11.780.500 34,2%


(26)

Tabel 1.2 Penjualan Cafe d’Arte Tahun 2012-2013 (lanjutan) Bulan Penjualan Tahun 2012 (Rp) Persentase +/- penjualan dari bulan sebelumnya Penjualan Tahun 2013 (Rp) Persentase +/- penjualan dari bulan sebelumnya

Agustus 9.500.000 8,4% 8.921.000 24,3%

September 10.087.000 6,2% 9.843.000 10,3%

Oktober 12.578.000 24,7% 14.720.000 49,5%

Nopember 11.567.500 8,0% 10.270.000 30,2%

Desember 16.890.000 46,0% 18.980.000 84,8%

Rata-rata 14.228.750 - 14.625.000 -

sumber : Pengelola Cafe d’Arte Tahun 2014

Gambar 1.1 Grafik Penjualan Cafe d’Arte Tahun 2012-2013

Tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa penjualan pada tahun 2012 maupun tahun 2013 terjadi fluktuasi penjualan pada tiap bulannya. Kenaikan penjualan secara signifikan terjadi setiap akhir tahun, baik pada tahun 2012 maupun tahun 2013 dikerenakan banyaknya hari libur pada bulan Desember sehingga jumlah pengunjung yang ingin menghabiskan waktu untuk bersantai dan membeli prdoduk di Cafe d’Arte meningkat. Rata-rat penjualan pada tahun 2013 pun mengalami penurunan dari tahun 2012. Hal tersebut terjadi mungkin karena semakin banyaknya café dan coffee shop sejenis yang menawarkan suasana

0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 14000000 16000000 18000000 20000000 Jan u ar i Fe b ru ar i Ma re t Ap ri l Me i Ju n i Ju li Agu stu s Se p tem b e r Ok to b e r N o p e m b e r De se m b e r 2012 2013


(27)

tempat yang serupa dengan lokasi yang juga mudah dijangkau, dekat dengan keramaian dan aman.

Penjual harus menjual kesan yang baik serta lokasi yang nyaman sebelum menjual barangnya untuk membentuk citra terhadap tokonya. Sesuai dengan pendapat Sutisna (2001:64) bahwa suasana toko juga akan menentukan citra toko itu sendiri. Kotler dan Keller (2009:502) mengatakan identitas sebuah toko dapat dikomunikasikan kepada konsumen melalui dekorasi toko atau secara lebih luas dari suasana tokonya. Meskipun sebuah suasana tempat tidak secara langsung mengkomunikasikan kualitas produk dibandingkan dengan iklan, suasana tempat merupakan komunikasi secara diam-diam yang dapat menunjukkan kelas sosial dari produk-produk yang ada didalamnya.Jika cafe dilengkapi dengan pengaturan ruangan yang nyaman, penyejuk udara, dan artistik penggunaan warna cat dinding yang sejuk, semuanya menunjukkan adanya suasana tempat yang berkelas. Cafe d’Arte ini sendiri memiliki suasana tempat yang cukup menarik dengan

menggunakan konsep modern, cafed’Arte memberikan berbagai fasilitas yang dapat memanjakan pengunjungnya mulai dari live music, pendingin udara, tempat duduk yang nyaman, free wifi, pelayanan yang ramah, hiasan di dinding yang indah, serta pencahayaan yang baik. Serta masih banyak lagi yang mendukung suasana di dalam Cafed’Arte yang dapat menarik minat para konsumen untuk berkunjung kesana.

Cafed’Arte ini sendiri terletak di tempat yang sangat strategis, yaitu bertempat di pusat kota Bandar Lampung. Walaupun di daerah itu sendiri sudah terdapat beberapa café dan coffee shop sejenis, Cafed’Arte mampu bersaing dengan café


(28)

d’Arte. Walaupun lokasi parkirnya sendiri kurang baik dan strategis karena terkadang menimbulkan kemacetan, lokasinya terbilang cukup aman bagi setiap kendaraan pengunjung. Hal tersebut terbukti dari tetap ramainya pengunjung Cafe d’Arte yang rata-rata membawa kendaraan menuju ke Cafed’Arte.

Dengan demikian suasana tempat dan lokasi yang tepat dapat menjadi sarana komunikasi yang positif, menguntungkan dan memperbesar peluang untuk

mempengaruhi loyalitas konsumen yang akan mendorong keputusan untuk datang kembali ke cafed’Arte.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh suasana tempat dan lokasi terhadap loyalitas konsumen di Cafed’Arte di Bandar Lampung khususnya dengan judul penulisan skripsi:“Pengaruh Suasana Tempat dan Lokasi terhadap Loyalitas Konsumen Cafed’Arte di Bandar Lampung”.

1.2Perumusan Masalah

Perkembangan penjualan cafed’Arte sejak awal berdiri selalu berfluktuasi pada setiap bulannya. Pada tahun 2013 total penjualan cafed’Arte mengalami

penurunan seiring dengan bertambahnya cafe dan coffee shop sejenis yang memberikan pelayanan dan suasana tempat serupa seperti cafed’Arte dengan lokasi yang mudah dijangkau dan relatif aman.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat

dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: “apakah suasana tempat dan lokasi berpengaruh terhadap loyalitas konsumen di Cafe d’Arte Bandar


(29)

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:

- Untuk mengetahui pengaruh suasana tempat dan lokasi terhadap loyalitas konsumen pada Cafe d’Arte di Bandar Lampung.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti

Sebagai masukan bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dan sebagai bahan bacaan yang diharapkan akan menambah wawasan pengetahuan bagi yang membacanya terutama mengenai masalah suasana tempat, lokasi dan loyalitas konsumen dan juga penulisan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan atau referensi.

2. Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat lebih meningkatkan kualitas implementasi strategi Suasana Tempat dan lokasi yang mereka miliki untuk dapat mempertahankan

konsumen mereka dalam persaingan yang ada,dimana diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah yaitu masalah praktis dalam perusahaan yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan digunakan.


(30)

1.5 Kerangka Pemikiran

Kondisi suasana tempat baik fisik maupun non fisik serta lokasi yang tepat menimbulkan pengaruh terhadap konsumen dalam menentukan pilihannya untuk datang kembali (Eko Putra, 2010:104). Jika suasana tempat yang diperlihatkan oleh eksterior, general interior, store lay out dan interior display semakin baik dan sesuai dengan harapan konsumen, ditambah juga dengan pemilihan lokasi yang tepat cenderung akan membuat konsumen semakin tertarik, menimbulkan loyalitas dan pada gilirannya akan menimbulkan keputusan mereka untuk datang kembali. Sebaliknya jika lingkungan dan lokasi toko yang kurang baik cenderung mematikan loyalitas mereka untuk berkunjung kembali.

Gambar 1.2 Kerangka Pikir Pengaruh Suasana Tempat dan Lokasi Terhadap Loyalitas Konsumen Cafe d’Arte Bandar Lampung

SUASANA TEMPAT (X1)

 Bagian Luar (exterior) (X1.1)

 Interior Umum (general interior) (X1.2)

 Tata Letak (store layout) (X1.3)  Tampilan Interior

(interior display) (X1.4)

(Berman dan Evans, 2001) LOKASI

(X2) (Tjiptono, 2007)

LOYALITAS KONSUMEN

(Y)


(31)

Berman dan Evans (2010:604), mengemukakan bahwa suasana toko terdiri dan 4 elemen sebagai berikut:

1. Bagian luar(Exterior)

2. Interior Umum (general interior) 3. Tata Letak (store layout)

4. Tampilan Interior (interior display)

Pengertian lokasi dalam pemasaran menurut Tjiptono (2007:92) adalah osisi dimana dalam trading area tempat pedagang beroperasi dengan pertimbangan yang cermat terhadapa beberapa factor berikut:

yang cermat terhadap beberapa faktor berikut :

a. Akses, misalnya lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum.

b. Visibilitas, misalnya lokasi yang dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan. c. Lalu lintas (traffics), di mana ada dua hal yang perlu dipertimbangkan,

yaitu :

1. Banyaknya orang yang lalu lalang bisa memberikan peluang besar terjadinya impulse buying

2. Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa pula menjadi hambatan, misalnya terhadap pelayanan kepolisian, pemadam kebakaran / ambulans

d. Tempat parkir yang luas dan aman.

e. Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha dikemudian hari.


(32)

f. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung usaha yang ditawarkan. g. Persaingan, yaitu lokasi pesaing.

h. Peraturan Pemerintah.

Ada tiga kriteria untuk mendefinisikan konsumen setia (loyal) menurut Elbert dan Griffin , yaitu :

1. Keinginan untuk membeli produk dan jasa dari perusahaan tanpa membandingkan produk atau jasa yang ditawarkan oleh pesaing. 2. Merekomendasikan perusahaan, produk dan pelayanan perusahaan dari

mulut ke mulut kepada orang lain.

3. Tindakan proaktif untuk memberikan saran produk dan jasa karena perusahaan.

1.6 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2010:60-61)

” Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara terhadap rumusan permasalahan penelitian.”

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa suatu riset tidak dapat dimulai sebelum suatu hipotesis dirumuskan. Hipotesis harus dibuktikan kebenarannya karena masih merupakan dugaan. Adapun hipotesis yang diajukan yaitu: suasana tempat dan lokasi berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen pada Cafe d’Arte di Bandar Lampung.


(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pemasaran

Menurut Kotler dan Keller (2009:6), konsep pemasaran adalah pencapaian tujuan organisasi tergantung pada pengetahuan akan kebutuhan dan keinginan target pasar dan memberikan kepuasan yang diinginkan dengan lebih baik dari pada pesaing.

Dalam pemasaran terdapat lima konsep alternatif yang mendasari langkah-langkah organisasi dalam merancang dan melaksanakan strategi pemasaran mereka :

 Konsep produksi

Konsep produksi berpendapat bahwa konsumen akan menyukai produk yang tersedia dan harganya terjangkau. Karena itu menejemen harus berfokus pada peningkatan efisiensi produksi dan distribusi.

 Konsep produk

Konsep produk mengatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang menawarkan kualitas, kinerja, dan fitur inovatif yang terbaik. Berdasarkan


(34)

konsep ini strategi pemasaran berfokus pada perbaikan produk yang berkelanjutan.

 Konsep penjualan

Banyak perusahaan mengikuti konsep penjualan, yang menyatakan bahwa konsumen tidak akan membeli produk perusahaan kecuali jika produk itu dijual dalam skala penjualan dan usaha promosi yang besar. Konsep ini biasanya dipraktekan pada barang yang tidak dicari – barang-barang yang tidak terpikir akan dibeli oleh konsumen dalam keadaan normal, seperti asuransi atau donor darah.

 Konsep pemasaran

Konsep pemasaran menyatakan bahwa pencapaian tujuan organisasi tergantung pada pengetahuan akan kebutuhan dan keinginan target pasar dan memberikan kepuasan yang diinginkan dengan lebih baik daripada pesaing. Berdasarkan konsep ini, focus dan nilai konsumen adalah jalan menuju penjualan dan keuntungan.

 Konsep pemasaran sosial

Konsep pemasaran sosial berpendapat bahwa tugas organisasi adalah menentukan kebutuhan, keinginan dan kepentingan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diharapkan dengan cara yang lebih efektif dan efisien daripada para pesaing dengan tetap melestarikan atau

meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat 2.2 Definisi Pemasaran

Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang maksimal. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila perusahaan tidak memandang


(35)

rendah kegiatan pemasaran, karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang memegang peranan penting dalam suatu perusahaan. Jika perusahaan menginginkan agar usahanya dapat berjalan dengan lancar dan konsumen berpandangan baik terhadap perusahaan, maka kegiatan pemasaran perusahaan harus dapat member kepuasan terhadap konsumen.

Pengertian pemasaran pada mulanya difokuskan pada barang, kemudian pada lembaga-lembaga yang melaksanakan proses pemasaran dan terakhir pada fungsi-fungsi yang dilaksanakan dalam transaksi-transaksi pemasaran.

Pengertian pemasaran menurut Kotler dan Keller (2009:5)

“Pemasaran (marketing) adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan distribusi ide, barang, dan jasa untuk menciptakan nilai tukar yang memuaskan tujuan individu dan organisasi.”

Menurut Elbert dan Griffin (2009:250)

“Pemasaran adalah suatu aktifitas, serangkaian institusi dan proses menciptakan, menghubungkan, menghadirkan dan menawarkan

Meningkatan yang memberikan nilai kepada konsumen, client, partners, dan masyarakat luas.”

Menurut Kotler dan Keller (2009:6-7) terdapat tujuh kelompok variabel yang disebut dengan bauran pemasaran yang sering dikenal dengan 7P yaitu: a. Produk (product)

Definisi produk menurut Kotler dan Keller (2009:6) adalah : “A product is a thing

that can be offered to a market to satisfy a want or need”. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan


(36)

atau kebutuhan konsumen. Produk dapat berupa sub kategori yang menjelaskan dua jenis seperti barang dan jasa yang ditujukan kepada target pasar.

b. Harga (price)

Definisi harga menurut Kotler dan Keller (2009:6) adalah : “Price is the amount of money charged for a product or service”. Harga adalah sejumlah uang yang mempunyai nilai tukar untuk memperoleh keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Harga merupakan bauran pemasaran yang bersifat fleksibel di mana suatu harga akan stabil dalam jangka waktu tertentu tetapi dalam seketika harga dapat meningkat atau menurun yang terdapat pada pendapatan dari hasil penjualan.

c. Tempat (place)

Definisi menurut Kotler dan Keller (2009:6) mengenai distribusi adalah : “The

various the company undertakes to make the product accessible and available to target customer”. Tempat merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk membuat produknya mudah diperoleh dan tersedia pada konsumen sasaran. Distrubusi memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu perusahaan guna memastikan produknya. Hal ini dikarenakan tujuan dari distribusi adalah menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan dan

diinginkan oleh konsumen pada waktu dan tempat yang tepat. d. Promosi (promotion)

Definisi promosi menurut Kotler dan Keller (2009:6) adalah : “Promotion

includes all the activities the company undertakes to communicate and promote its product the target market”. Promosi adalah semua kegiatan yang dilakukan


(37)

perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran.

e. karyawan (people)

People menurut Kotler dan Keller (2009:7) yaitu proses seleksi, pelatihan, dan pemotivasian karyawan yang nantinya dapat digunakan sebagai pembedaan perusahaan dalam memenuhi kepuasan konsumen.

f. Proses (process)

Proses, mutu layanan jasa sangat bergantung pada proses penyampaian jasa kepada konsumen. Mengingat bahwa penggerak perusahaan jasa adalah karyawan itu sendiri, maka untuk menjamin mutu layanan, seluruh operasional perusahaan harus dijalankan sesuai dengan sistem dan prosedur yang terstandarisasi oleh karyawan yang berkompetensi, berkomitmen,dan loyal terhadap perusahaan tempatnya bekerja Kotler dan Keller (2009:7).

g. Bukti fisik (physical evidence)

Bangunan merupakan bagian dari bukti fisik , karakteristik yang menjadi persyaratan yang bernilai tambah bagi konsumen dalam perusahaan jasa yang memiliki karakter. Perhatian terhadap interior, perlengkapan bangunan, termasuk

lightning system, dan tata ruang yang lapang menjadi perhatian penting dan dapat mempengaruhi mood pengunjung Kotler dan Keller (2009:7).

Bila perusahaan menginginkan untuk memperoleh keberhasilan dalam

mempengaruhi tanggapan konsumen di segmen pasar tertentu, maka perusahaan harus merumuskan kombinasi aspek-aspek strategi pemasaran tersebut dengan tepat dan mempergunakan teknik-teknik pemasaran yang sesuai dengan perilaku


(38)

konsumennya. Oleh sebab itu perumusan strategi marketing mix sangat ditentukan karakteristik segmen pasarnya, yaitu menyangkut perilaku konsumen dan proses pembeliannya.

2.3 Pemasaran Jasa

2.3.1 Pengertian Jasa

Pengertian jasa menurut Kotler dan Keller (2009:56)

“Jasa adalah sebuah aktivitas yang diasosiasikan dengan elemen

intangibility (sesuatu yang abstrak) dimana di dalamnya terdapat interaksi antara konsumen dan penyedia jasa tetapi tidak terlibat dalam suatu kepemilikan. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada suatu produk fisik.”

Gitosudarmo (2009:221)

“Pengertian jasa ialah produk yang tidak berwujud yang biasanya berupa pelayanan yang dibutuhkan oleh konsumen.”

Menurut William J. dan Stanton (2009:529)

“Definisi jasa ialah sesuatu yang dapat diidentifikasikan secara terpisah tidak berwujud, ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan.”

Menurut Zeithalm dan Bitner (2009:4)

“Suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan, santai, sehat) bersifat tidak wujud.”


(39)

Sedangkan menurut Laksana (2009:68)

“Jasa merupakan kegiatan, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dibeli.”

Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jasa merupakan kegiatan yang memberikan bermanfaat yang dapat ditawarkan kepada konsumen atau konsumen yang pada dasarnya memiliki sifat tidak berwujud dan tidak dapat dipindah kepemilikannya.

2.3.2 Karakteristik Jasa

Sifat-sifat khusus jasa perlu diperhatikan dan pertimbangan dalam merancang program pemasaran. menurut Kotler dan Keller (2009:317), bahwa jasa memiliki empat ciri utama yang sangat mempengaruhi rancangan program pemasaran, yaitu sebagai berikut :

1. Tidak Berwujud

Hal ini menyebabkan konsumen tidak dapat melihat, mencium, meraba, mendengar dan merasakan hasilnya sebelum mereka membelinya. Untuk mengurangi ketidakpastian, konsumen akan mencari informasi tentang jasa tersebut, seperti lokasi perusahaan, para penyedia dan penyalur jasa, peralatan dan alat komunikasi yang digunakan serta harga jasa produk tersebut. Beberapa hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan calon konsumen, yaitu sebagai berikut : pertama, meningkatkan visualisasi jasa yang tidak berwujud menjadi berwujud. Kedua, menekankan pada manfaat yang diperoleh. Ketiga, menciptakan suatu nama merek (brand name) bagi jasa dan yang.


(40)

Keempat, memakai nama orang terkenal untuk meningkatkan kepercayaan konsumen.

2. Tidak Terpisahkan

Jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, yaitu perusahaan jasa yang menghasilkannya. Jasa diproduksi dan dikonsumsi pada saat bersamaan. Jika konsumen membeli suatu jasa, maka ia akan berhadapan langsung dengan sumber atau penyedia jasa tersebut, sehingga penjualan jasa lebih diutamakan untuk penjualan langsung dengan skala operasi terbatas. 3. Bervariasi

Jasa yang diberikan sering kali berubah-ubah tergantung dari siapa yang menyajikannya, kapan dan dimana penyajian jasa tersebut dilakukan. Ini mengakibatkan sulitnya menjaga kualitas jasa berdasarkan suatu standar. 4. Mudah Musnah

Jasa tidak dapat disimpan atau mudah musnah, sehingga tidak dapat dijual pada masa yang akan datang. Keadaan mudah musnah ini bukanlah suatu masalah jika permintaannya stabil, karena mudah untuk melakukan persiapan pelayanan sebelumnya. Jika permintaan berfluktuasi, maka perusahaan akan menghadapi masalah yang sulit dalam melakukan persiapan pelayanannya. Untuk itu perlu dilakukan perencanaan produk, penetapan harga serta program promosi yang tepat untuk mengatasi ketidaksesuaian antara penawaran dan permintaan jasa.

2.4 Suasana Tempat

Suasana toko merupakan salah satu faktor yang dimiliki toko untuk menarik konsumen. Setiap toko mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau


(41)

menyulitkan pembeli untuk berputar-putar di dalamnya. Setiap toko mempunyai penampilan toko yang harus membentuk suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli. Penampilan toko memposisikan toko dalam benak konsumen. Agar dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian suasana toko. Menurut Berman dan Evans (2010:602), mendefenisikan suasana toko sebagai berikut:

“Atmosphere refers to the store „s physical characteristics that are used to

developed an image and draw customers.”

Dari defenisi tersebut di atas dapat diartikan suasana lingkungan toko itu

berdasarkan pada karakteristik fisik yang biasanya digunakan untuk membangun kesan dan menarik konsumen.

Menurut Levy dan Weitz (2011:434) yaitu:

“Atmosphere refers to the design of an environment via visual

communication, lighting, colors, music, and scent to stimulate costumers, perceptual and emotional responses and ultimately to affect their purchase behavior.”

Berdasarkan defenisi tersebut di atas dapat diartikan suasana toko adalah

rancangan dan suatu desain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik dan penciuman untuk merangsang persepsi dan emosi dan

konsumen dan akhirnya untuk mempengaruhi perilaku pembelanjaan mereka. Sedangkan pengertian susasana tokomenurut Lamb, Hair dan McDaniel

(2001:105) adalah suasana toko yaitu suatu keseluruhan yang disampaikan oleh tata letak fisik, dekorasi dan lingkungan sekitarnya.


(42)

Churchill (2003:61) menjelaskan bahwa suasana toko merupakan kombinasi dari pesan secara fisik yang telah direncanakan. Suasana toko dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perencanaan lingkungan pembelian yang

menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan konsumen melakukan tindakan pembelian.

Berdasarkan beberapa defenisi di atas bahwa proses penciptaan suasana toko adalah kegiatan merancang lingkungan pembelian dalam suatu toko dengan menentukan karakteristik toko tersebut melalui pengaturan dan pemilihan fasilitas fisik toko dan aktivitas barang dagangan. Lingkungan pembelian yang terbentuk pada akhirnya akan menciptakan image toko, menimbulkan kesan yang menarik dan menyenangkan bagi konsumen untuk melakukan pembelian.

Beberapa faktor yang berpengaruh dalam menciptakan suasana toko menurut Lamb, Hair dan McDaniel (2001:108), yaitu:

1. Jenis karyawan, karakteristik umum karyawan, sebagai contoh; rapi, ramah, berwawasan luas, atau berorientasi pada pelayanan.

2. Jenis barang dagangan dan kepadatan, jenis barang dagangan yang dijual bagaimana barang tersebut dipajang menentukan suasana yang ingin diciptakan oleh cafe.

3. Jenis perlengkapan tetap (fixute) dan kepadatan, perlengkapan tetap bisa elegan (terbuat dari kayu jati), trendi (dari logam dan kaca tidak tembus pandang). Perlengkapan tetap harus konsisten dengan suasana umum yang ingin diciptakan. Contoh; the gap penciptakan suasana


(43)

santai dan teratur dengan meja dan rak, memungkinkan konsumen lebih mudah melihat dan menyentuh barang dagangan dengan mudah. 4. Bunyi suara, bunyi suara bisa menyenangkan atau menjengkelkan bagi

seorang konsumen. Musik juga bisa membuat konsumen tinggal lebih lama di toko. Musik dapat mengontrol lain lintas di toko, menciptakan suasana citra, dan menarik atau mengarahkan perhatian pembelinya. 5. Aroma, Bau bisa merangsang maupun mengganggu penjualan.

Penelitian menyatakan bahwa orang-orang menilai barang dagangan secara lebih positif, menghabiskan waktu yang lebih untuk berbelanja. dan umumnya bersuasana hati lebih baik bila ada aroma yang dapat disetujui. Para pengecer menggunakan wangi antara lain sebagai perluasan dan strategi .

6. Faktor visual, warna dapat menciptakan suasana hati atau

memfokuskan perhatian, warna merah kuning atau oranges dianggap sebagai warna yang hangat dan kedekatan yang diinginkan. Warna-warna yang menyejukkan seperti bins hijau, dan violet digunakan untuk membuka tempat yang tertutup, dan menciptakan suasana yang elegan dan bersih. Pencahayaan juga dapat mempunyai pengaruh penting pada suasana toko. Konsumen takut untuk berbelanja pada malam hari di daerah tertentu dan lebih merasa senang bila tempat itu memiliki pencahayaan yang kuat untuk alasan keselamatan. Tampak luar .suatu toko juga mempunyai pengaruh pada suasana yang diinginkan dan hendaknya tidak menerbitkan kesan pertama yang mengkwatirkan bagi pembelanja.


(44)

Suasana toko mempunyai tujuan tertentu. Menurut Lamb, Hair dan McDaniel (2001:96), dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penampilan toko membantu menentukan citra toko, dan memposisikan toko dalam benak konsumen

2. Tata letak yang efektif tidak hanya akan menjamin kenyamanan dan kemudahan melainkan juga mempunyai pengaruh yang besar pada pola lalu lintas konsumen dan perilaku belanja

Berman dan Evans (2010:604), mengemukakan bahwa suasana toko terdiri dan 4 elemen sebagai berikut:

1. Bagian luar(Exterior)

Karakteristik eksterior mempunyai pengaruh yang kuat pada citra toko tersebut, sehingga harus direncanakan sebaik mungkin, kombinasi dari eksterior ini dapat membuat bagian luar toko menjadi terlihat unik, menarik, menonjol dan mengundang orang untuk masuk ke dalam toko, elemen untuk eksterior ini terdiri dan sub elemen-elemen sebagai berikut: a. Tampak muka (Store front)

Bagian depan toko meliputi kombinasi dari Marquee pintu masuk jendela pencahayaan dan konstruksi gedung. Store front harus mencerminkan keunikan, kematangan, dan kekokohan atau hal-hal lain yang sesuai dengan citra toko tersebut. Konsumen akan menilai toko dari penampilan warna terlebih dahulu sehingga eksterior merupakan faktor penting untuk mempengaruhi konsumen untuk mengunjungi toko. Ada banyak alternatif


(45)

bagi retailer untuk dipertimbangkan sebagai dasar perencanaan store front

diantaranya:

1. Modular structure, struktur bangunan yang berbentuk persegi. Atau lingkaran yang menghubungkan beberapa took

2. Prefabricated structure, kerangka bangunan telah dibuat sebelumnya di sebelum di pabrik dan kemudian di rakit kembali di lokasi toko berada

3. Prototype store; digunakan oleh franchisor dan toko jaringan sehingga bagian store front dibangun seragam

4. Unique building design; store front mempunyai desain rancangan yang unik daripada yang lain Store front dapat ditambahkan dengan

pepohonan air mancur dan kursi-kursi yang ditempatkan di sekitar toko. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang santai di sekitar toko. b. Marquee

Marquee adalah suatu tanda yang digunakan untuk memajang nama atau logo suatu toko. Marquee dapat dibuat dengan teknik pewarnaan,

penulisan huruf atau penggunaan lampu neon. Marquee dapat terdiri dari nama atau logo saja atau dikombinasikan dengan slogan dan informasi lainnya. Supaya efektif, Marquee harus diletakkan di luar, terlihat berbeda dan lebih menarik atau Mencolok dari pada toko lain.

c. Entrances (Pintu Masuk)

Pintu masuk harus direncanakan sebaik mungkin sehingga dapat mengundang konsumen untuk masuk dan melihat ke dalam toko. Serta


(46)

harus dapat mengurangi lalu lintas kemacetan keluar masuk konsumen. Pintu masuk mempunyai tiga masalah utama yang harus diputuskan yaitu: 1. Jumlah pintu masuk disesuaikan dengan besar kecilnya bangunan.

Jumlah pintu masuk disesuaikan dengan besar kecilnya bangunan. 2. Jenis

Menggunakan pintu otomatis atau tank dorong 3. Lebar pintu masuk

pintu masuk yang lebar akan menciptakan suasana dan kesan yang berbeda dibandingkan dengan pintu masuk yang sempit, kecil dan berdesakan-desakan. Lebar pintu masuk ditujukan untuk menghindari masalah kemacetan lalu lintas orang yang keluar masuk toko

d. Jendela pajang/etalase (Display Window)

mempunyai dua tujuan, yaitu pertama adalah untuk mengidentifikasikan suatu toko dengan memajang barang-barang yang ditawarkan, misalnya toko sepatu. Tujuan kedua adalah menarik konsumen untuk masuk. Dalam membuat pajangan yang baik harus dipertimbangkan mengelola ukuran jendela. Jumlah barang yang akan dipajang karena bentuk, tema dan frekuensi penggantiannya.

e. Tinggi dan Luas Bangunan (Height and Size of Building)

Dapat mempengaruhi kesan tertentu terhadap toko tersebut, misalnya tingginya. Langit-langit toko dapat membuat ruangan seolah-olah terlihat lebih luas.


(47)

f. Jarak Pandang(Visibility)

Orang harus melihat bagian depan Marquee suatu toko dengan jelas. Jika suatu toko mempunyai jarak yang jauh dan jalan raya, maka toko dapat membuat billboard yang menarik agar para pengendara yang lewat dengan cepat dapat melihat toko tersebut.

g. Keunikan (Uniqueness)

Dapat mempengaruhi kesan tertentu terhadap toko tersebut, dan dapat melalui desain toko yang lain daripada yang lain, seperti Marquee yang mencolok, etalasi yang dekoratif, tinggi dan ukuran gedung yang berbeda dan sekitarnya.

h. Lingkungan Sekitar (Surrounding Area)

Citra toko dipengaruhi oleh keadaan lingkungan masyarakat di mana toko itu berada. Atmosphere suatu toko akan memperjelas nilai yang negatif jika lingkungan sekitar toko mempunyai nilai yang negatif jika lingkungan sekitar toko mempunyai tingkat kejahatan yang tinggi yang akan mempengaruhi citra toko itu sendiri.

i. Toko sekitar (Surrounding Stores)

Toko-toko lain sekitar toko itu berada juga dapat mempengaruhi citra suatu toko. Toko tersebut bisa berada di dalam gedung yang sama atau gedung lain yang berdekatan dengan toko.

j. Tempat Parkir (Parking)

Tempat parkir merupakan hal yang sangat penting bagi konsumen. Konsumen biasanya bekerja untuk kebutuhan akan fashion, sehingga


(48)

mereka pada umumnya selalu membawa kendaraan. Tempat parkir yang luas, aman, gratis dan mempunyai jarak yang dekat dengan toko akan menciptakan atmosphere yang positif bagi toko.

2. Interior Umum(General Interior)

General Interior suatu toko harus dirancang untuk memaksimalkan visual merchandising. Seperti yang kita ketahui hal ini akan dapat menarik pembeli untuk datang ke toko. Namun yang paling utama yang dapat membuat penjual menarik pembeli setelah berada di toko adalah display.

Display yang baik yaitu display yang dapat menarik perhatian

pengunjung dan membantu mereka agar mudah mengatasi, memeriksa dan memilih barang-barang dan akhirnya melakukan pembelian ketika konsumen masuk ke dalam toko ada banyak yang akan mempengaruhi persepsi mereka pada toko tersebut.

Elemen-elemen dari General Interior terdiri dari: a. Tata Letak Lantai(Flooring)

Penentuan jenis lantai (kayu, keramik, karpet), ukiran, desain dan warna lantai penting karena konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan apa yang mereka lihat.

b. Pewarnaan dan Pencahayaan(Colors and lighting)

Setiap toko harus mempunyai pencahayaan yang cukup dan mengarahkan atau menarik perhatian konsumen ke daerah tertentu dan toko konsumen yang berbelanja akan tertarik pada sesuatu yang paling terang yang berada dalam pandangan mereka. Tata


(49)

cahaya yang baik mempunyai kualitas dan warna yang dapat membuat produk-produk yang ditawarkan terlihat lebih menarik, dan berbeda bila dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya.

c. Aroma dan Suara(Scent and Sound)

Tidak semua toko memberikan layanan ini, tetapi jika layanan ini dilakukan akan memberikan suasana yang lebih santai pada konsumen, khususnya konsumen yang ingin menikmati suasana yang santai dengan menghilangkan kejenuhan, kebosanan maupun stress. Sambil berbelanja konsumen yang dihadapkan pada musik yang keras akan menghabiskan lebih sedikit waktu berbelanja. Lain halnya apabila mereka dihadapkan pada musik yang lembut.

d. Perabot Toko(Fixtures)

Memilih peralatan penunjang dan cara penyusunan barang harus dilakukan dengan baik agar didapat hasil yang sesuai dengan keinginan. Karena barang-barang tersebut berbeda bentuk,

karakter, maupun harganya, sehingga penempatannya pun berbeda. Dengan bantuan peralatan penunjang dan cara penyusunan yang berbeda dapat diciptakan kesan atau image yang berbeda pula. e. Tekstur Dinding(Wall Texture)

Tekstur dinding dapat menimbulkan kesan tertentu pada konsumen dan dapat membuat dinding terlihat lebih menarik.

f. Suhu Udara(Temperature)

Pengelola toko harus mengatur suhu udara di dalam ruangan. Jangan terlalu panas atau dingin. Jika memasang AC mereka harus


(50)

mengatur jumlah AC yang dipasang yang mana harus disesuaikan dengan luas atau ukuran toko. Mereka juga harus mengatur di bagian toko mana saja AC dipasang. Jika tidak memasang AC, maka mereka perlu memperhatikan masalah penggunaan jendela untuk pertukaran udara.

g. Lebar Jalan(Width of Aisles)

Jarak antara rak barang harus diatur sedemikian rupa agar cukup lebar dan membuat konsumen merasa nyaman dan betah berada di dalam toko.

h. Kamar Ganti(Dressing Facilities)

Fasilitas kamar ganti dengan warna, desain serta tata cahaya dan privasi yang baik perlu diperhatikan dan dibuat sedemikian rupa memberikan keamanan dan kenyamanan bagi konsumen

i. Alat Transportasi Vertikal(Vertical Transportation)

Suatu toko yang terdiri dan beberapa tingkat atau lantai, harus memperhatikan sarana transportasi ini seperti escalator, lift, tangga penempatan sarana berpengaruh pada suasana toko yang

diinginkan. j. Dead Areas

Dead area merupakan ruangan di dalam toko di mana display yang normal tidak bisa diterapkan karena akan terasa janggal, misalnya pintu masuk toilet vertikal transportation dan sudut pandang ruangan. Pengelola toko harus dapat menempatkan barang-barang


(51)

pajangan yang bisa memperindah ruangan seperti tanaman, cermin, dan lain-lain.

k. Karyawan(Personal)

Karyawan yang sopan ramah berpenampilan menarik dan

mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai produk yang dijual akan meningkatkan citra perusahaan dan loyalitas konsumen dalam memilih toko itu sebagai tempat untuk berbelanja.

l. Barang Dagangan(Merchandise)

Pengelola toko harus memutuskan variasi warna ukuran, kualitas, lebar dan variasi pada produk yang akan dijual. Mereka harus memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen hal ini sangat penting, karena dengan pemilihan

merchandise kesukaan konsumen yang tepat akan menyebabkan waktu yang dibutuhkan konsumen untuk berbelanja sedikit. m. Tingkat Harga dan Etalase Label(Prices Levels and Display)

Label harga dicantumkan pada kemasan produk tersebut pada rak tempat produk tersebut dipajang atau kombinasi dari keuangan. Pengelola toko harus selalu memastikan agar label itu selalu jelas dan benar, sehingga memudahkan konsumen untuk mengetahui harga produk yang ditawarkan.

n. Kasir(Cash Register)

Pengelola toko harus memutuskan dua hal yang berkenaan dengan kasir. Pertama adalah penentuan jumlah kasir yang memadai agar konsumen tak terlalu lama antri atau menunggu untuk melakukan


(52)

proses pembayaran. Kedua adalah penentuan lokasi kasir, kasir harus ditempatkan di lokasi yang strategis dan sedapat mungkin menghindari kemacetan/antrian antara konsumen yang keluar masuk toko.

o. Techno1ogy / modernization

Pengelola toko harus dapat melayani konsumen secanggih mungkin. Misalnya dalam proses pembayaran harus dibuat secanggih mungkin dan cepat baik pembayaran secara tunai atau menggunakan pembayaran dengan cara lain seperti kartu kredit atau debet, diskon voucher, toko dengan gedung yang modern,

store front, marquee dan perabot yang baru akan menciptakan

atmosphere yang jauh lebih menguntungkan dari pada fasilitas yang sudah lama atau tua.

p. Kebersihan(Cleanliness)

Kebersihan dapat menjadi pertimbangan utama bagi konsumen untuk berbelanja di toko. Pengelola toko harus mempunyai rencana yang baik dalam pemeliharaan kebersihan toko walaupun eksterior dan interior baik apabila tidak dirawat kebersihannya akan

menimbulkan penilaian yang negatif dari konsumen. 3. Tata Letak(Store Layout)

Pengelola toko harus mempunyai rencana dalam penentuan lokasi dan penyusunan letak dari fixtures (perabotan toko), merchandise, width of aisles dan fasilitas toko. Pengelola toko juga harus memanfaatkan ruangan toko yang ada seefektif mungkin. Layout toko yang baik akan


(53)

mampu mengundang konsumen untuk betah berkeliling lebih lama dan membelanjakan uangnya lebih banyak dalam merancang layout

diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Allocation of floor space for selling, merchandise, personnel and customers

Dalam suatu toko, ruangan yang ada harus dialokasikan untuk: 1. Wilayah Penjualan(Selling Space)

Tempat untuk memajang barang dagangan, tempat untuk berinteraksi antara wiraniaga dan konsumen, tempat untuk mendemonstrasikan produk dan sebagainya.

2. Tempat Barang Dagangan(Merchandise Space)

Tempat di mana barang-barang yang tidak dipajang disimpan atau bisa disebut gudang.

3. Ruangan Untuk Karyawan(Personnel Space)

Ruangan yang disediakan untuk meminimalisasi luas ruangan ini harus diminimalisir karena luas lantai sangat berharga. Oleh sebab itu biasanya ruangan karyawan diawasi dengan ketat, sehingga perusahaan juga harus mempertimbangkan moral karyawan sebelum menetapkan luas ruangan untuk karyawan. 4. Wilayah Untuk Konsumen(Customer Space)

Dirancang untuk meningkatkan minat belanja konsumen biasanya meliputi ruang tunggu, bangku dan kursi, kamar pas, toilet, tempat parkir, restoran, lift atau elevator, lorong yang lebar dan lain sebagainya.


(54)

b. Pengelompokkan Barang(Product Groupings)

Barang yang dipajang dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Functional product grouping (pengelompokkan produk

berdasarkan fungsinya); pengelompokkan barang berdasarkan penggunaan akhir yang sama

2. Purchase motivation produk groupings (pengelompokkan produk berdasarkan motif pembelian); pengelompokkan produk dirancang untuk menarik minat konsumen berbelanja dalam jumlah dan waktu tertentu yang dimiliki konsumen 3. Market segment product groupings (pengelompokkan produk

berdasarkan segmen pasar); pengelompokkan atas barang-barang yang berbeda secara bersama-sama untuk menarik minat dan target pasar yang telah ditentukan

4. Storability product groupings (pengelompokkan produk berdasarkan kemampuan toko pengelompokkan barang) berdasarkan cara penanganan yang khusus

5. Traffic Flow (arus lalu lintas),

a. Straight (gridiron traffic flow) (Arus lalu lintas berbentuk lurus).

yaitu Barang-barang yang dipajang dan lorong-lorong atau gang ditempatkan dalam bentuk persegi.

Manfaat dari straight traffic:


(55)

2. Luas lantai yang dapat digunakan untuk memajang produk lebih banyak.

3. Konsumen dapat berbelanja dengan cepat

4. Pengendalian atas persediaan dan keamanan lebih mudah

5. Kemudahan toko sehingga biaya tenaga kerja dapat ditekan.

b. Curving (free-flowing) traffic flow (Arus lalu lintas bebas) Pengaturan ini memungkinkan konsumen membentuk pola lalu lintasnya sendiri.

c. Space /Merchandise category

Menentukan kebutuhan akan kebutuhan luas lantai. Setiap kategori produk telah ditentukan tempatnya. Pendekatan model persediaan juga dapat menentukan jumlah luas lantai yang diperlukan untuk memajang barang dagangan yang dibutuhkan.

d. Department Location (Lokasi departemen)

Lokasi tiap departemen harus dipetakan. Untuk toko yang bertingkat harus dapat diberi tanda ke setiap lantai di mana letak setiap departemen berada. Produk apa saja yang harus berada di setiap lantai dan bagaimana tata letak setiap lantai. Untuk toko dengan satu luas lantai harus menentukan bagaimana tata letak setiap lantainya.


(56)

e. Arrangement within Department (Pengaturan di departemen)

Penyusunan barang dalam departemen berdasarkan ukuran, harga, warna pengguna barang dan minat konsumen. Merek barang yang paling banyak memberi keuntungan

mempunyai tempat yang paling banyak dilalui konsumen. 4. Interior (Point-of-purchase)Display

Setiap jenis point-of-purchase display menyediakan informasi kepada konsumen untuk mempengaruhi suasana lingkungan toko. Tujuan utama interiordisplay ialah untuk meningkatkan penjualan dan laba toko tersebut.

Interior (point-of-purchase)display terdiri dari:

a. There-setting

Dalam satu musim atau peringatan tertentu retailer dapat mendesain dekorasi toko tertentu untuk menarik perhatian konsumen.

b. Rack and cases

Rack mempunyai fungsi utama untuk memajang dan meletakkan barang dagangan secara rapi. Case berfungsi untuk memajang barang yang lebih berat atau besar dari pada barang di rak.

c. Cut cases and dump bins

Cut case adalah kotak yang digunakan untuk membawa atau membungkus barang-barang yang berukuran kecil. Dump bins


(57)

harganya. Dump bins dapat menciptakan open assortments dengan penanganan yang tidak rapi dan seadanya, keuntungan

menciptakan kesan harga murah dan dapat mengurangi biaya

display.

d. Posters, signs, and cards

Tanda-tanda yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang lokasi barang di dalam toko. Iklan yang dapat mendorong

konsumen untuk berbelanja barang adalah iklan promosi barang baru atau diskon khusus untuk barang tertentu. Tujuan dan tanda-tanda ini sendiri untuk meningkatkan penjualan barang-barang melalui informasi yang diberikan konsumen secara baik dan benar. Daerah belanja yang kurang diminati biasanya dibuat menarik dengan tampilan tanda-tanda yang sifatnya komunikatif pada konsumen.

2.5 Lokasi

Bagi bisnis cafe/restoran, penentuan lokasi sangat penting bahkan mutlak

diperhitungkan melalui studi atau riset. Penentuan lokasi bisnis sangat penting dan menentukan bagi kesuksesan, bahkan menurut Triyono (2006:29), mengatakan bahwa tiga kunci bisnis ritel/restoran, yaitu pertama lokasi, kedua lokasi dan ketiga lokasi.

Menurut Tjiptono (2007:92), pemilihan tempat lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor berikut :


(58)

a. Akses, misalnya lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum.

b. Visibilitas, misalnya lokasi yang dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan. c. Lalu lintas (traffics), di mana ada dua hal yang perlu dipertimbangkan,

yaitu :

1. Banyaknya orang yang lalu lalang bisa memberikan peluang besar terjadinya impulse buying

2. Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa pula menjadi hambatan, misalnya terhadap pelayanan kepolisian, pemadam kebakaran / ambulans

d. Tempat parkir yang luas dan aman.

e. Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha dikemudian hari.

f. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung usaha yang ditawarkan. g. Persaingan, yaitu lokasi pesaing.

h. Peraturan Pemerintah.

Menurut Triyono (2006:30), ada empat faktor yang mempengaruhi kepadatan pengunjung untuk membeli, yaitu:

a. Kemudahan transportasi untuk mencapai lokasi

Ada banyak bukti bahwa pebisnis ritel yang tidak memperhatikan aspek kemudahan untuk mencapai lokasi akan ditinggalkan oleh konsumen. Kita bisa melihat bahwa hanya karena perubahan arus lalu lintas dari dua arah menjadi satu arah, jumlah konsumen yang datang menjadi turun drastis.


(59)

Di samping aspek kendaraan umum, kemudahan jalan (tidak berbelit-belit) menuju lokasi juga harus diperhatikan. Bisa dibayangkan kalau lokasi ritel sama sekali asing dan orang jarang mengenal lokasi tersebut, tentu akan sulit untuk sampai di sana. Apabila penentuan lokasi kurang diperhatikan, di samping bisa membatalkan kunjungan konsumen, juga akan menjadi masalah bagi kelangsungan pengiriman barang dari pemasok. Pemasok akan menghitung ulang aspek biaya, apabila lokasi terlalu sulit dijangkau (baik dengan kendaraan umum maupun dengan kendaraan pribadi). Kesulitan ini dapat menaikkan harga barang sehingga dapat menurunkan margin pebisnis ritel. Oleh karena bisnis ritel sangat bergantung pada konsumen dan pemasok. Kedua pihak ini harus selalu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi.

b. Kenyamanan dan keamanan parkir kendaraan

Oleh karena kendaraan (roda dua atau empat) merupakan bagian tak terpisahkan dari konsumen, aspek kenyamanan dan keamanan parkir kendaraan di lokasi toko juga harus diperhatikan.

c. Kelengkapan mal, plaza atau pusat perbelanjaan

Konsep one stop shopping yang secara sederhana dapat diperhatikan menyediakan segala kebutuhan konsumen secara lengkap, telah banyak dipenuhi oleh mal, plaza dan pusat-pusat perbelanjaan. Dengan

kelengkapan ini, konsumen akan sangat terbantu khususnya dalam hal kemudahan dan efisiensi berbelanja.


(60)

d. Daur hidup lokasi

Daur hidup setiap lokasi dalam bentuk mal, plaza, atau pusat perbelanjaan sama seperti tahapan hidup manusia dan produk. Daur hidup lokasi secara sederhana mempengaruhi daur hidup pada umumnya yang terdiri atas tahap-tahap lahir, kanak-kanak, remaja, dewasa, tua, uzur dan mati. Kotler dan Armstrong (2009:78), menegaskan bahwa para pengecer/restoran hendaknya mempertimbangkan enam keputusan dalam membuat strategi

pemasarannya, keputusan tersebut salah satunya adalah keputusan tempat. Lokasi pengecer merupakan kunci bagaimana kemampuannya menarik konsumen. Konsumen dapat memilih lokasi apakah di wilayah pusat bisnis, pusat

perbelanjaan daerah, pusat perbelanjaan komunitas atau jalur-jalur perbelanjaan. Namun yang paling penting pengecer harus memutuskan bagi tokonya dengan mempertimbangkan lalu lintas, biaya sewa parkir dan masalah komunitas. Lamb dan Carl (2001:96), menetapkan kombinasi enam variabel sebagai bauran ritel / pengecer, yaitu salah satunya adalah lokasi yang baik. Dalam pemilihan lokasi, pengecer perlu mempertimbangkan faktor kemudahan akses, kemungkinan terlihat, tempat parkir (area parkir yang luas, bebas parkir atau biaya rendah), lokasi masuk / keluar, arus lalu lintas, keselamatan dan keamanan lokasi serta lokasi pesaing.

Keputusan lainnya adalah apakah memilih lokasi pada suatu pusat perbelanjaan (mall), pusat perbelanjaan komunitas / toko yang berdiri sendiri (freestanding stores) dan mempertimbangkan fasilitas penunjang atau fasilitas umum yang ada di sekitar lokasi.


(61)

Dalam sektor bisnis jasa seperti lokasi kantor cabang bank, toko pengecer, pusat-pusat pelayanan kesehatan masyarakat, memerlukan pertimbangan yang lebih kompleks. Bagi suatu perusahaan mungkin faktor terpenting adalah dekat dengan pasar tetapi mungkin yang lebih penting bagi perusahaan lain adalah dekat dengan sumber-sumber penyediaan bahan dan komponen.

Menurut Kottler dan Armstrong (2009:63), para pengecer biasanya mengatakan bahwa tiga kunci keberhasilan adalah lokasi, lokasi, lokasi.

Menurut Lewinson et.al. (1994:325), masalah penentuan lokasi pedagang eceran terdiri dari mengidentifikasikan, menggambarkan, mengevaluasikan dan akhirnya memilih lokasi yang digambarkan sebagai berikut:

a. Retailing market, yaitu lokasi pasar eceran

b. Trading areas, yaitu daerah geografis di mana pedagang eceran dekat atau berusaha mendekati sebagian besar konsumen sasarannya. Pada dasarnya luas dari trading areas yang ditawarkan, termasuk macam harga,

ketersediaan dari berbagai sumber, dan luas yang mencerminkan selera dari konsumen.

c. Retail sites, yaitu posisi di mana dalam trading area tempat pedagang eceran beroperasi. Posisi ini ditentukan oleh beberapa factor seperti kemudahan mencapai lokasi, jalur lalu lintas, luas populasi dan distribusi dari trading areas, tingkat pendapatan, stabilitas ekonomi, dan persaingan.


(62)

2.6 Loyalitas Konsumen (consumer loyalty)

2.6.1 Definisi Konsumen

2.6.1.1 Pengertian Konsumen

Konsumen merupakan faktor penting di dalam perusahaan, karena dengan adanya konsumen maka perusahaan dapat menjual, memasarkan dan menawarkan

produknya. Dalam UUD No.8 Tahun 1999; L. N. Tahun 1999 No. 42 menjelaskan tentang perlindungan konsumen menyebutkan bahwa pengertian konsumen ( Pasal 1 angka 2 ) adalah “Setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan“.

Selain itu dijelaskan pula dalam UU ini, bahwa pengertian konsumen sesungguhnya dapat terbagi dalam tiga bagian yaitu :

a. Konsumen dalam arti umum, yaitu pemakai, pengguna atau pemanfaat barang atau jasa untuk tujuan tertentu.

b. Konsumen antara, yaitu pemakai, pengguna atau pemanfaat barang dan jasa untuk diproduksi (Produsen) menjadi barang atau jasa lain atau untuk memperdagangkannya (distributor) dengan tujuan komersial, konsumen antara ini sama dengan pelaku usaha, dan

c. Konsumen akhir, yaitu pemakai, pengguna atau pemanfaat barang dan jasa konsumen untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga, atau rumah tangganya dan tidak untuk diperdagangkan kembali.


(63)

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa konsumen merupakan setiap pemakai barang atau jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka dan tidak untuk diperdagangkan kembali.

2.6.1.2 Peranan Konsumen

Menurut Tjiptono (2007:41) peranan konsumen terdiri atas hal – hal sebagai berikut :

a. User, adalah orang yang benar – benar (secara aktual) mengkonsumsi atau menggunakan produk atau mendapatkan manfaat dari produk atau jasa yang dibeli.

b. Payer, adalah orang yang mendanai atau membiayai pembelian. c. Buyer, adalah orang yang berpartisipasi dalam pengadaan produk

dari pasar.

Masing – masing peranan di atas bias dilakukan oleh satu orang, bisa pula oleh individu yang berbeda. Jadi sesorang bisa menjadi user, sekaligus payer, dan

buyer. Selain itu, bisa juga individu A menjadi payer, B menjadi user, dan C menjadi buyer. Itu semua tergantung kepada konteks atau situasi pembelian. 2.6.1.3 Tipe Konsumen

Pemahaman atas proses aktivitas mental dan fisik konsumen ini mengarah pada pengidentifikasian pihak mana saja yang terlibat dalam proses tersebut, siapa saja yang memainkan masing – masing peran yang ada. Adapun tipe dan perilaku dari konsumen menurut Tjiptono (2007:41) adalah sebagai berikut:


(64)

a. Konsumen akhir atau konsumen rumah tangga, yaitu konsumen yang melakukan pembelian untuk kepentingan diri sendiri,

keluarga, atau keperluan hadiah bagi teman maupun saudara, tanpa bermaksud untuk memperjualbelikannya. Dengan kata lain,

pembelian dilakukan semata – mata untuk keperluan konsumsi sendiri.

b. Konsumen bisnis ( disebut pula konsumen organisasional, konsumen industrial, atau konsumen antara ) adalah jenis

konsumen yang melakukan pembelian untuk keperluan pemrosesan lebih lanjut, kemudian dijual (produsen), disewakan kepada pihak lain, dijual kepada pihak lain (pedagang), digunakan untuk

keperluan layanan sosial dan kepentingan publik (pasar pemerintah dan organisasi).

Dengan demikian, tipe konsumen ini meliputi organisasi bisnis maupun organisasi nirlaba ( seperti rumah sakit, sekolah, instansi, pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan sebagainya ).

2.6.2 Pengertian Loyalitas Konsumen

Kotler dan Keller (2009:288) mengatakan, the long term success of the a particular brand is not based on the number of consumer who purchase it only once, but on the number who become repeat purchase. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa konsumen yang loyal tidak diukur dari berapa banyak dia membeli, tapi dari berapa sering dia melakukan pembelian ulang, termasuk disini merekonmendasikan orang lain untuk membeli.


(65)

Menurut Elbert dan Griffin (2009:129) ”Loyality is defined as non random purchase expressed over time by some decision making unit”. Berdasarkan

definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa loyal lebih mengacu pada wujud perilaku dari unit – unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terus - menerus terhadap barang atau jasa suatu perusahaan yang dipilih.

Konsumen menjadi setia (loyal) biasanya disebabkan salah satu aspek dalam perusahaan saja, tetapi biasanya Konsumen menjadi setia (loyal) karena ”paket” yang ditawarkan seperti produk, pelayanan, dan harga.

Ada tiga kriteria untuk mendefinisikan Konsumen setia (loyal), yaitu : 1. Keinginan untuk membeli produk dan jasa dari perusahaan tanpa

membandingkan produk atau jasa yang ditawarkan oleh pesaing. 2. Merekomendasikan perusahaan, produk dan pelayanan perusahaan dari

mulut ke mulut kepada orang lain.

3. Tindakan proaktif untuk memberikan saran produk dan jasa karena perusahaan.

Kesetiaan (loyalitas) Konsumen merupakan sesuatu yang tertanam dalam benak atau pikiran yang memiliki hubungan yang memuaskan dengan penyedia produk atau jasa. Konsumen akan tetap setia (loyal) memakai produk atau jasa yang disediakan sepanjang ia merasa dipuaskan dengan apa yang akan disediakan. 2.6.3 Karateristik Loyalitas Konsumen


(66)

keberhasilan di kemudian hari tetapi kemudian mengecewakan bahwa para konsumennya yang merasa puas dapat berbelanja produk pesaing tanpa ragu - ragu. Sebaliknya, loyalitas konsumen tampaknya merupakan ukuran yang lebih dapat diandalkan untuk memprediksi pertumbuhan penjualan dan keuangan. Berbeda dari kepuasan, yang merupakan sikap, loyalitas dapat didefinisikan berdasarkan perilaku membeli. Konsumen yang loyal menurut Elbert dan Griffin (2009:31) adalah orang yang :

1. Melakukan pembelian berulang secara teratur

Maksudnya konsumen yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua kali / lebih. Mereka adalah yang melakukan pembelian atas produk yang sama banyak dua kali, atau membeli dua macam produk yang berbeda dalam dua kesempatan.

2. Membeli antarlini produk dan jasa

Maksudnya membeli semua barang atau jasa yang ditawarkan dan mereka butuhkan. Mereka membeli secara teratur, hubungan dengan jenis

konsumen ini sudah kuat dan berlangsung lama, yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh produk pesaing.

3. Mereferensikan kepada orang lain

Maksudnya membeli barang atau jasa yang ditawarkan dan yang mereka butuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur. Selain itu, mereka mendorong teman – teman mereka agar membeli barang atau jasa perusahaan atau merekomendasikan perusahaan tersebut kepada orang lain, dengan begitu secara tidak langsung mereka telah melakukan


(67)

4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing

Maksudnya tidak mudah terpengaruh oleh tarikan persaingan produk atau jasa sejenis lainnya.

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan telaah pustaka yang berasal dari penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan. Dalam penelitian-penelitian terdahulu ini diuraikan secara sistematis mengenai hasil-hasil penelitian yang didapat oleh peneliti terdahulu dan berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Pada bagian ini dijelaskan tentang objek yang diteliti oleh peneliti terdahulu, model yang

digunakan, serta hasil penelitian. Fakta-fakta atau data yang dikemukakan diambil dari sumber aslinya. Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan telaah pustaka penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Judul Penelitian Nama Peneliti Model

Penelitian Hasil Penelitian 1.

Analisis Pengaruh Suasana Toko (Store Atmosphere)dan Lokasi Terhadap Minat Beli Konsumen di Wadezig Distro Kota Padang

Nandi Eko Putra (2010)

Regresi Linear Berganda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suasana toko dan lokasi berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen di Wadezig Distro Kota Padang

2. Analisis pengaruh Kualitas Pelayanan Bank BRI Unit Kota Yogyakarta Terhadap Loyalitas Konsumen

Novianto (2009) Regresi Linear Berganda

kualitas pelayanan dengan kepuasan konsumen dan citra korporasi memiliki pengaruh positif terhadap loyalitas konsumen

Eko Putra (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Suasana Toko (Store Atmosphere)dan Lokasi Terhadap Minat Beli Konsumen di Wadezig Distro Kota Padang menjelaskan bahwa Suasana Toko (Store Atmosphere)dan


(68)

Lokasi berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen, dengan arah hubungan negatif atau berbanding terbalik. Penelitian ini menggunakan metode sampel yaitu metode accidental sample dan teknik analisis menggunakan Regresi Linear Berganda. Variabel penelitian yaitu Suasana Toko (Store Atmosphere) dan Lokasi sebagai variabel independen dan minat beli variabel dependen.

Penelitian lain dilakukan oleh Novianto (2009) yaitu untuk untuk menguji

pengaruh Kualitas Pelayanan Bank BRI Unit Kota Yogyakarta Terhadap Loyalitas Konsumen. Populasi penelitian adalah para nasabah Bank BRI yang berada di Kota Yogyakarta. Sampel penelitian sebanyak 100 responden. Prosedur pencarian responden dilakukan berdasarkan accidental sampling. Data penelitian merupakan data primer, dengan kuesioner sebagai instrument penelitian, yang kemudian diolah dengan perhitungan SPSS. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwaKualitas Pelayanan berpengaruh terhadap Loyalitas Konsumen.


(69)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Objek Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam

pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yakni mencari dan mengumpulkan data yang ada di lapangan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat

(Arikunto,2010:15). 3.1.2 Objek Penelitian

Penulis melakukan penelitian dengan mengambil objek penelitian pada konsumen yang sedang mengunjungi Caféd’Arte di Bandar Lampung. Adapun penelitian ini dilakukan unuk mengetahui pengaruh suasana tempat dan lokasi terhadap loyalitas Konsumen pada Caféd’arte Bandar Lampung.

3.2 Metode Pengumpulan Data


(1)

60

3.9 Pengujian Hipotesis

3.9.1 Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-Sama (Uji F)

Menurut Suliyanto (2011:55) uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen X1 dan X2 secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen (Y) pada tingkat kepercayaan 95% atau α = 5%. Dengan kriteria pengujian :

Ho diterima dan Ha ditolak bila F hitung ≤ F tabel Ho ditolak dan Ha diterima bila F hitung > F tabel 3.9.2 Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)

Menurut Sugiyono (2010:87) uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen X1 dan X2 secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y) pada tingkat kepercayan 95% . Dengan kriteria pengujian :

Ho diterima dan Ha ditolak bila t hitung ≤ t tabel Ho ditolak dan Ha diterima bila t hitung > t tabel


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah: suasana tempat dan lokasi

berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen pada Cafe d’Arte di Bandar

Lampung. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh antara suasana tempat terhadap loyalitas konsumen pada Cafe d’Arte Bandar Lampung.

Hipotesis pada penelitian ini yang berlandaskan pada penelitian terdahulu diterima, hal ini didasarkan pada penjelasan sebagai berikut :

 Skor R2 sebesar 0.687 yang artinya ada sumbangan variabel suasana tempat dan lokasi terhadap loyalitas konsumen sebesar 68.7%. Berdasarkan

perhitungan uji F, didapatkan F hitung yang lebih besar dibandingkan skor F tabel (106.444 > 3.090) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya secara statistik bahwa keseluruhan variabel suasana tempat dan lokasi bersama-sama mempengaruhi loyalitas konsumen pada cafe d’Arte Bandar Lampung.


(3)

92

 Variabel suasana tempat mempunyai pengaruh dominan terhadap loyalitas konsumen. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi yang dimiliki variabel suasana tempat lebih besar dibandingkan variabel lokasi yaitu dengan skor t hitung 6.327 berbanding dengan 3.125.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang membuktikan adanya pengaruh signifikan antara suasana tempat dan lokasi terhadap loyalitas konsumen, maka saran yang dapat peneliti berikan kepada Cafe d’Arte sebagai bahan pertimbangan untuk masa yang akan datang adalah sebagai berikut:

 Pada aspek lokasi, keamanan lokasi parkir harus ditingkatkan lagi guna menambah kepercayaan konsumen saat memarkir kendaraan mereka di

lokasi parkir yang disediakan pihak Cafe d’Arte. Perekrutan SDM yang

terlatih seperti security perlu dilakukan guna menambah kemanan lokasi parkir, karena seluruh petugas parkir yang ada berasal dari warga

setempat yang direkrut pihak Cafe d’Arte tampak kurang pengalaman dalam pengamanan lokasi.

 Pada aspek bagian luar (exterior) Cafe d’Arte harus lebih kreatif lagi guna mengikat para konsumen agar loyal pada mereka. Khususnya pada desain bagian luar Cafe d’Arte. Diperlukan adanya penambahan hiasan-hiasan berupa pot bunga, kolam ikan, hiasan-hiasan pada dinding ataupun patung untuk menghiasi taman pada bagian luar cafe agar nuansa taman yang mereka berikan lebih terlihat unik dan menarik bagi konsumen yang berkunjung kesana. Mereka memiliki kekurangan pada bagian ini.


(4)

93

Terlihat jelas bahwa nilai meandesain bagian luar Cafe d’Arte pada

tabel frekuensi jawaban responden adalah yang terendah. Hal ini berarti para pengunjung masih belum merasa puas dengan desain pada bagian luar Cafe d’Arte.

 Cafe d’Arte sebaiknya dapat mempertahankan suasana tempat yang mereka berikan dengan beberapa peningkatan lagi. Interior umum yang

diberikan Cafe d’Arte untuk memanjakan konsumennya terbukti cukup

baik, karena terbukti bahwa pengunjung datang ke Cafe d’Arte

disebabkan mereka merasa tata cahaya dan pewarnaan di dalam cafe yang menarik, suhu ruangannya diatur dengan baik, aroma ruangan dan musik yang diputar memberikan suasana yang santai, kebersihan

ruangan yang terpelihara dengan baik dan juga Cafe d’Arte memiliki

pramusaji yang sopan, ramah, berpenampilan menarik dan memiliki pengetahuan tentang makanan dan minuman yang dijual.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S.(2010) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Berman, B. dan J. R. Evans (2010). Retail Management: a strategic approach (11th ed.) Upper

saddle River: Pretice Hall International, Inc.

Churchill, Gilbert A. (2003). Marketing Research: Methodological Foundations. Ohio: Thomson Durianto D. , Sugiarto, Toni Sitinjak (2003). Startegi Menaklukkan Pasar. Gramedia Utama Eko Putra, Nandi (2010). Analisis Pengaruh Suasana Toko(Store Atmosphere) dan Lokasi

Terhadap Minat Beli Konsumen di Wadezig Distro Kota Padang, Skripsi. ( www.repository.unand.ac.id/16816 )

Elbert, Ronald J. & Ricky W. Griffin (2009). Business. New Jersey: Prentice - Hall

Gitosudarmo, Indriyo (2009). Pengantar Bisnis. edisi kedua. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta. Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham,R.L and Black, W.C. 2007. Multivariated Data Analysis.

Sixth Edition. Prentice Hall International: UK.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller (2009). Manajemen pemasaran. jilid I. Edisi kesebelas. Jakarta. P.T Indeks Gramedia.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller (2009). Manajemen pemasaran. jilid II. Edisi kesebelas. Jakarta. P.T Indeks Gramedia

Laksana, Fajar (2009). Manajemen Pemasaran: Pendekatan Praktis. Jakarta. Graha Ilmu.

Lamb, W.Hair, Mc. Daniel, Carl (2001). Pemasaran. Buku Satu. Edisi Pertama. Jakarta. Salemba Empat.

Levy and weitz. (2011). Retailing Management. 8th edition Mc. Graw Hill. New York. Lewison, D. M., & DeLozier, M. W. (1994). Retailing: Cases and applications (3rd ed.).

Columbus. OH: Merrill.

Mursid, M. (2003). Manajemen Pemasaran. Cetakan ketiga. Jakarta : Penerbit P.T. Bumi Akasara.


(6)

Novianto (2009). Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Bank BRI Unit Kota Yogyakarta Terhadap Loyalitas Konsumen, Skripsi.

( www.repository.usu.ac.id/45389 )

Republik Indonesia. Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen. UU No.8 Tahun 1999. Setiadi, Nugroho J. (2003). Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan

Penelitian Pemasaran. Bandung: Prenada Media

Simamora (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. cetakan ke 3. STIE YKPN. Yogyakarta Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Administrasi. edisi Sembilan. Bandung:C.V Alfabeta Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta. Penerbit

Andi.

Sutisna. (2001). Perilaku konsumen & komunikasi pemasaran (edisi ke-3). Bandung: Remaja rosdakarya.

Tjiptono (2007). Manajemen Jasa. Andi Offset. Yogyakarta

Triyono, S. (2006). Sukses Terpadu Bisnis Ritel dari Merchadising sampai Shringkage. Jakarta : Penerbit PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

William J. & Stanton (2009). Prinsip Pemasaran. jilid I. Jakarta. Erlangga.

Zeithalm, Valerie A. & Mary Jo Bitner (2009). Service Marketing. McGraw Hill Higher education.