Makalah hukum tata negara (1)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi
tugas yan diberikan oleh dosen pembimbing dengan mata kuliah “ Hukum Tata
Negara
“.
Makalah
ini
membahas
tentang
Hak
Asasi
Manusia
dan
pengertiannya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih cukup sederhana dan
untuk kesempurnaan
serta guna perbaikan makalah ini dibutuhkan kritik dan
saran dari pembaca sekalian . terima kasih penulis ucapkan kepada dosen
pembimbing mata kuliah dalam penyusunan makalah ini.
Morowali,
29 April
2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia
itu dilahirkan. Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan
kodrat kita sebagai manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita
dapat hidup sebagai manusia.Hak ini dimiliki oleh manusia semata-mata karena
ia manusia, bukan karena pemberian masyarakat atau pemberian negara. Maka
hak asasi manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain, masyarakat
lain, atau Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.
Hak asasi manusia ada dan melekat pada setiap manusia. Oleh karena itu,
bersifat universal, artinya berlaku di mana saja dan untuk siapa saja dan tidak
dapat diambil oleh siapapun. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali
dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung
tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum
reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak
sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita
melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau
pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis akan membahas
makalah tentang HAM
B.
1.
2.
3.
4.
5.
Rumusan masalah
Apa Pengertian HAM?
Apa Sajakah Jenis-Jenis HAM?
Bagaimana Perkembangan HAM di Indonesia?
Bagaimana Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Hak Asasi Manusia di Indonesia?
Apa Saja Hambatan dan Upaya-Upaya Penegakan Ham di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hak Asasi Manusia
Istilah Hak Asasi Manusia pertama kali muncul sebagai hasil dari Revolusi
Perancis tahun 1789, yang membebaskan warga negara Perancis dari kekuasaan
raja sebagai penguasa tunggal. Istilah yang digunakan adalah Droit de I’homme
yang berarti hak manusia.
Definisi HAM (hak asasi manusia) menurut para ahli :
a.
Menurut John Locke :
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh Negara, Hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
b.
Menurut Meriam Budiardjo :
Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh
dan
dibawanya
bersamaan
dengan
kelahirannya
di
dalam
kehidupan
masyarakat.
c.
Menurut Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia :
Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat
pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus
dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau
dirampas oleh siapapun.
B.
Jenis-Jenis HAM
Dewasa ini hak asasi manusia meliputi berbagai bidang kehidupan, di
antaranya adalah sebagai berikut:
1.
Hak Asasi Pribadi (personal rights) adalah hak: Kemerdekaan memeluk agama,
Beribadat
menurut
agama
masing-masing,
Menyatakan
pendapat
dan
2.
Kebebasan berorganisasi atau berserikat
Hak Asasi Ekonomi (poperty rights) adalah hak dan kebebasan: Memiliki
3.
sesuatu, Membeli dan menjual sesuatu dan Mengadakan perjanjian atau kontrak
Hak Persamaan Hukum (rights of legal equality) adalah hak mendapatkan
pengayoman
Pemerintahan
dan
perlakuan
yang
sama
dalam:
Keadilan
hukum
dan
4.
Hak Asasi Politik (political rights) adalah hak diakui dalam kedudukan sebagai
warga negara yang sederajat dalam pemerintahan yang meliputi hak: Memilih
dan dipilih, Mendirikan partai politik atau organisasi dan Mengajukan petisi,
kritik, atau saran
5. Hak Asasi Sosial dan Kebudayaan (social and cultural rights) adalah hak:
Mendapat pendidikan dan
6.
pengajaran, Hak memilih pendidikan dan Hak
mengembangkan kebudayaan
Hak asasi perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan hukum (procedural
rights) misalnya hak mendapatkan perlakuan yang wajar dan adil dalam:
Penggeladahan, Razia, Penangkapan, Peradilan dan Pembelaan hukum
C.
1.
a.
Perkembangan HAM di Indonesia
Periode Sebelum Kemerdekaan (1908-1945)
Boedi Oetomo, dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi Oetomo telah
memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat
melalui petisi-petisi yang dilakukan kepada pemerintah kolonial maupun dalam
tulisan yang dalam surat kabar goeroe desa. Bentuk pemikiran HAM Boedi
b.
Oetomo dalam bidang hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat.
Perhimpunan Indonesia, lebih menitikberatkan pada hak untuk menentukan
c.
nasib sendiri.
Sarekat Islam, menekankan pada usaha untuk memperoleh penghidupan yang
d.
layak dan bebas dari penindasan dan deskriminasi rasial.
Partai Komunis Indonesia, sebagai partai yang berlandaskan paham Marxisme
lebih condong pada hak-hak yang bersifat sosial dan menyentuh isu-isu yang
e.
berkenaan dengan alat produksi.
Indische Partij, pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak untuk
mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama dan hak
f.
kemerdekaan.
Partai Nasional Indonesia, mengedepankan pada hak untuk memperoleh
2.
a.
kemerdekaan.
Periode Setelah Kemerdekaan (1945-sekarang)
Periode 1945-1950
Pemikiran HAM pada periode awal kemerdekaan masih pada hak untuk
merdeka, hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang
didirikan serta hak kebebasan untuk untuk menyampaikan pendapat terutama di
parlemen. Pemikiran HAM telah mendapat legitimasi secara formal karena telah
memperoleh pengaturan dan masuk kedalam hukum dasar Negara (konstitusi)
yaitu, UUD 45. komitmen terhadap HAM pada periode awal sebagaimana
ditunjukkan dalam Maklumat Pemerintah tanggal 1 November 1945. Selanjutnya
memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik, yang
tertera dalam Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945.
b.
Periode 1950-1959
Periode 1950-1959 dalam perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan
sebutan periode Demokrasi Parlementer. Pemikiran HAM pada periode ini
mendapatkan
kebebasan
momentum
yang
yang
menjadi
sangat
semangat
membanggakan,
demokrasi
liberal
karena
atau
suasana
demokrasi
parlementer mendapatkan tempat di kalangan elit politik. Indikatornya menurut
ahli hukum tata Negara ini ada lima aspek. Pertama, semakin banyak tumbuh
partai-partai
politik
dengan
beragam
ideologinya
masing-masing.
Kedua,
Kebebasan pers sebagai pilar demokrasi betul-betul menikmati kebebasannya.
Ketiga, pemilihan umum sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung dalam
suasana kebebasan, fair (adil) dan demokratis. Keempat, wacana dan pemikiran
tentang HAM mendapatkan iklim yang kondusif sejalan dengan tumbuhnya
kekuasaan yang memberikan ruang kebebasan.
c.
Periode 1959-1966
Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem
demokrasi
terpimpin sebagai
reaksi
penolakan
Soekarno terhaap
sistem
demokrasi
Parlementer. Pada sistem ini (demokrasi terpimpin) kekuasan
berpusat pada dan berada ditangan presiden. Akibat dari sistem demokrasi
terpimpin Presiden melakukan tindakan inkonstitusional baik pada tataran
supratruktur politik maupun dalam tataran infrastruktur poltik. Dalam kaitan
dengan HAM, telah terjadi pemasungan hak asasi masyarakat yaitu hak sipil dan
dan hak politik.
d. Periode 1966-1998
Setelah terjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, ada
semangat untuk menegakkan HAM. Pada masa awal periode ini telah diadakan
berbagai seminar tentang HAM. Salah satu seminar tentang HAM dilaksanakan
pada
tahun
1967
yang
merekomendasikan
gagasan
tentang
perlunya
pembentukan Pengadilan HAM, pembentukan Komisi dan Pengadilan HAM untuk
wilayah Asia. Begitu pula dalam rangka pelaksanan TAP MPRS No. XIV/MPRS
1966 MPRS melalui Panitia Ad Hoc IV telah menyiapkan rumusan yang akan
dituangkan dalam piagam tentang Hak-hak Asasi Manusia dan Hak-hak serta
Kewajiban Warga negara. Sementara itu, pada sekitar awal tahun 1970-an
sampai periode akhir 1980-an persoalan HAM mengalami kemunduran, karena
HAM tidak lagi dihormati, dilindungi dan ditegakkan.
e.
Periode 1998-Sekarang
Pergantian rezim pemerintahan pada tahun 1998 memberikan dampak
yang sangat besar pada pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia. Pada
saat ini mulai dilakukan pengkajian terhadap beberapa kebijakan pemerintah
orde
baru
Selanjutnya
yang
berlawanan
dilakukan
dengan
penyusunan
pemajuan
peraturan
dan
perlindungan
HAM.
perundang-undangan
yang
berkaitan dengan pemberlakuan HAM dalam kehidupan ketatanegaraan dan
kemasyarakatan di Indonesia. Hasil dari pengkajian tersebut menunjukkan
banyaknya norma dan ketentuan hukum nasional khususnya terkait dengan
penegakan HAM diadopsi dari hukum dan instrument Internasional dalam bidang
HAM.
D.
Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Prinsip-prinsip pelaksanaan HAM di Indonesia yaitu keseimbangan antara
hak
dalam
kewajiban,
relative,
keterpaduan,
keseimbangan,
kerjasama
internasional yang saling menghormati, taat pada peraturan, keterkaitan sistem
politik, kesamaan antara harkat dan martabat, hak memperoleh perlakuan yang
sama, dan semua adalah tanggung jawab pemerintah.
Di
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seharusnya bangsa
Indonesia menjalin kerja sama dengan bangsa yang lain supaya terciptanya
hubungan yang baik antar bangsa, serta menegakkan hukum internasional yang
berlaku dan disepakati bersama dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
nasional.
Hak asasi manusia dimiliki sejak manusia ada di muka bumi, seperti hakhak kemanusiaan yang sudah ada sejak manusia dilahirkan dan merupakan hak
kodrat yang melekat pada diri manusia. Pada dasarnya penegakan HAM
berlangsung dalam kurun waktu yang lama selaras dengan perjuangan mencari
kesejahteraan hidup.
E.
1.
a.
Hambatan dan Upaya-Upaya Penegakan Ham di Indonesia
Hambatan HAM dalam penegakan hukum.
Budaya paternalistik.
Budaya ini masih sebagian besar melekat pada masyarakat indonesia.
Contoh:
Penduduk masayarakat pedesaan yang patuh terhadap sosok pemimpin suku.
Walaupun pernyataannya tidak sesuai dengan HAM, namun karena diucapkan
oleh pemimpin karismatik, lalu dianggap benar.
b.
Kesadaran hukum yang rendah.
Kesadaran hukum yang rendah juga sangat mempengaruhi, hal ini
mengakibatkan
keengganan
masyarakat
untuk
melaporkan
pelanggaran-
pelanggaran HAM. Di sebabkan karena mereka tidak ingin mencampuri urusan
orang lain.
c.
Budaya loyalitas.
Budaya ini menyangkut tentang suatu sikap kesetiaan/ loyalitas yang
konotasinya sangat lah negatif, Yakni kepatuhan yang berlebihan.
d. Kesenjangan antara teori dan praktik hukum.
Walaupun
teori
hukum
yang
kita
miliki
belum
sempurna,
namun
seharusnya sudah bisa diminimalkan. Tetapi dalam praktik belum tentu terlihat
aturan-aturan yang baik.
2.
a.
Upaya penegakan / peningkatan perlindungan HAM.
Kebijakan, yaitu menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu
b.
untuk mewujudkan rasa terpadu, kepastian hukum dan penghormatan HAM.
Strategi, yaitu secara bertahap memperbaharui / membuat produk hukum
nasional
yang
tidak
perlindungan.
Upaya-upaya
a.
b.
c.
bertentangan
yang
dilakukan
dengan
dalam
prinsip
penghormatan
menerapkan
penegakan
dan
dan
perlindungan HAM dengan cara:
Sosialisasi HAM dan hukum.
Menyebarluaskan brosur-brosur tentang HAM.
Meningkatkan pengawasan terhadap HAM, melalui media-media cetak /
elektronik, ormas / LSM.
d. Melaksanakan peradilan HAM secara transparan.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kenyataan menunjukkan bahwa masalah HAM di indonesia selalu menjadi
sorotan tajam dan bahan perbincangan terus-menerus, baik karena konsep
dasarnya yang bersumber dari UUD 1945 maupun dalam realita praktisnya di
lapangan ditengarai penuh dengan pelanggaran-pelanggaran. Sebab-sebab
pelanggaran HAM antara lain adanya arogansi kewenangan dan kekuasaan yang
dimiliki
seorang
pejabat
yang
berkuasa,
yang
mengakibatkan
sulit
mengendalikan dirinya sendiri sehingga terjadi pelanggaran HAM.
Perkembangan dan perjuangan dalam mewujudkan tegaknya HAM di
Indonesia terutama terjadi setelah adanya perlawanan terhadap penjajahan
bangsa asing, sehingga tidak bisa dilihat sebagai pertentangan yang hanya
mewakili kepentingan suatu golongan tertentu saja, melainkan menyangkut
kepentingan bangsa Indonesia secara utuh.
Dewasa ini, meskipun ditengarai banyak kasus pelanggaran HAM berat di
Indonesia,
tetapi
secara
umum
Implementasi
HAM
di
Indonesia,
baik
menyangkut perkembangan dan penegakkannya mulai menampakkan tandatanda kemajuan. Hal ini terlihat dengan adanya regulasi hukum HAM melalui
peraturan perundang-undangan. Di samping itu telah dibentuknya Pengadilan
HAM dalam upaya menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM berat.
B.
SARAN
Pengawalan penegakkan HAM kian berat. Tak semudah membalik telapak
tangan. Di butuhkan keseriusan pemerintah untuk mempelopori penegakkan
HAM di Indonesia. Tentu saja itu tidak cukup jika hanya pemerintah namun,
partisipasi dan kerja sama warga masih sangat dibutuhkan kerjasama warga
Negara Indonesia yang semoga baik-baik saja. Kemudian secara sinergi
mendorong Negara Indonesia yang adil.
DAFTAR PUSTAKA
http://ayobelajarmembaca649.blogspot.com
http://hukum.ub.ac.id
Dr. H. Zainal Asikin, S.H., S.U, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi
tugas yan diberikan oleh dosen pembimbing dengan mata kuliah “ Hukum Tata
Negara
“.
Makalah
ini
membahas
tentang
Hak
Asasi
Manusia
dan
pengertiannya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih cukup sederhana dan
untuk kesempurnaan
serta guna perbaikan makalah ini dibutuhkan kritik dan
saran dari pembaca sekalian . terima kasih penulis ucapkan kepada dosen
pembimbing mata kuliah dalam penyusunan makalah ini.
Morowali,
29 April
2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia
itu dilahirkan. Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan
kodrat kita sebagai manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita
dapat hidup sebagai manusia.Hak ini dimiliki oleh manusia semata-mata karena
ia manusia, bukan karena pemberian masyarakat atau pemberian negara. Maka
hak asasi manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain, masyarakat
lain, atau Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.
Hak asasi manusia ada dan melekat pada setiap manusia. Oleh karena itu,
bersifat universal, artinya berlaku di mana saja dan untuk siapa saja dan tidak
dapat diambil oleh siapapun. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali
dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung
tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum
reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak
sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita
melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau
pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis akan membahas
makalah tentang HAM
B.
1.
2.
3.
4.
5.
Rumusan masalah
Apa Pengertian HAM?
Apa Sajakah Jenis-Jenis HAM?
Bagaimana Perkembangan HAM di Indonesia?
Bagaimana Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Hak Asasi Manusia di Indonesia?
Apa Saja Hambatan dan Upaya-Upaya Penegakan Ham di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hak Asasi Manusia
Istilah Hak Asasi Manusia pertama kali muncul sebagai hasil dari Revolusi
Perancis tahun 1789, yang membebaskan warga negara Perancis dari kekuasaan
raja sebagai penguasa tunggal. Istilah yang digunakan adalah Droit de I’homme
yang berarti hak manusia.
Definisi HAM (hak asasi manusia) menurut para ahli :
a.
Menurut John Locke :
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh Negara, Hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
b.
Menurut Meriam Budiardjo :
Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh
dan
dibawanya
bersamaan
dengan
kelahirannya
di
dalam
kehidupan
masyarakat.
c.
Menurut Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia :
Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat
pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus
dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau
dirampas oleh siapapun.
B.
Jenis-Jenis HAM
Dewasa ini hak asasi manusia meliputi berbagai bidang kehidupan, di
antaranya adalah sebagai berikut:
1.
Hak Asasi Pribadi (personal rights) adalah hak: Kemerdekaan memeluk agama,
Beribadat
menurut
agama
masing-masing,
Menyatakan
pendapat
dan
2.
Kebebasan berorganisasi atau berserikat
Hak Asasi Ekonomi (poperty rights) adalah hak dan kebebasan: Memiliki
3.
sesuatu, Membeli dan menjual sesuatu dan Mengadakan perjanjian atau kontrak
Hak Persamaan Hukum (rights of legal equality) adalah hak mendapatkan
pengayoman
Pemerintahan
dan
perlakuan
yang
sama
dalam:
Keadilan
hukum
dan
4.
Hak Asasi Politik (political rights) adalah hak diakui dalam kedudukan sebagai
warga negara yang sederajat dalam pemerintahan yang meliputi hak: Memilih
dan dipilih, Mendirikan partai politik atau organisasi dan Mengajukan petisi,
kritik, atau saran
5. Hak Asasi Sosial dan Kebudayaan (social and cultural rights) adalah hak:
Mendapat pendidikan dan
6.
pengajaran, Hak memilih pendidikan dan Hak
mengembangkan kebudayaan
Hak asasi perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan hukum (procedural
rights) misalnya hak mendapatkan perlakuan yang wajar dan adil dalam:
Penggeladahan, Razia, Penangkapan, Peradilan dan Pembelaan hukum
C.
1.
a.
Perkembangan HAM di Indonesia
Periode Sebelum Kemerdekaan (1908-1945)
Boedi Oetomo, dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi Oetomo telah
memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat
melalui petisi-petisi yang dilakukan kepada pemerintah kolonial maupun dalam
tulisan yang dalam surat kabar goeroe desa. Bentuk pemikiran HAM Boedi
b.
Oetomo dalam bidang hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat.
Perhimpunan Indonesia, lebih menitikberatkan pada hak untuk menentukan
c.
nasib sendiri.
Sarekat Islam, menekankan pada usaha untuk memperoleh penghidupan yang
d.
layak dan bebas dari penindasan dan deskriminasi rasial.
Partai Komunis Indonesia, sebagai partai yang berlandaskan paham Marxisme
lebih condong pada hak-hak yang bersifat sosial dan menyentuh isu-isu yang
e.
berkenaan dengan alat produksi.
Indische Partij, pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak untuk
mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama dan hak
f.
kemerdekaan.
Partai Nasional Indonesia, mengedepankan pada hak untuk memperoleh
2.
a.
kemerdekaan.
Periode Setelah Kemerdekaan (1945-sekarang)
Periode 1945-1950
Pemikiran HAM pada periode awal kemerdekaan masih pada hak untuk
merdeka, hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang
didirikan serta hak kebebasan untuk untuk menyampaikan pendapat terutama di
parlemen. Pemikiran HAM telah mendapat legitimasi secara formal karena telah
memperoleh pengaturan dan masuk kedalam hukum dasar Negara (konstitusi)
yaitu, UUD 45. komitmen terhadap HAM pada periode awal sebagaimana
ditunjukkan dalam Maklumat Pemerintah tanggal 1 November 1945. Selanjutnya
memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik, yang
tertera dalam Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945.
b.
Periode 1950-1959
Periode 1950-1959 dalam perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan
sebutan periode Demokrasi Parlementer. Pemikiran HAM pada periode ini
mendapatkan
kebebasan
momentum
yang
yang
menjadi
sangat
semangat
membanggakan,
demokrasi
liberal
karena
atau
suasana
demokrasi
parlementer mendapatkan tempat di kalangan elit politik. Indikatornya menurut
ahli hukum tata Negara ini ada lima aspek. Pertama, semakin banyak tumbuh
partai-partai
politik
dengan
beragam
ideologinya
masing-masing.
Kedua,
Kebebasan pers sebagai pilar demokrasi betul-betul menikmati kebebasannya.
Ketiga, pemilihan umum sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung dalam
suasana kebebasan, fair (adil) dan demokratis. Keempat, wacana dan pemikiran
tentang HAM mendapatkan iklim yang kondusif sejalan dengan tumbuhnya
kekuasaan yang memberikan ruang kebebasan.
c.
Periode 1959-1966
Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem
demokrasi
terpimpin sebagai
reaksi
penolakan
Soekarno terhaap
sistem
demokrasi
Parlementer. Pada sistem ini (demokrasi terpimpin) kekuasan
berpusat pada dan berada ditangan presiden. Akibat dari sistem demokrasi
terpimpin Presiden melakukan tindakan inkonstitusional baik pada tataran
supratruktur politik maupun dalam tataran infrastruktur poltik. Dalam kaitan
dengan HAM, telah terjadi pemasungan hak asasi masyarakat yaitu hak sipil dan
dan hak politik.
d. Periode 1966-1998
Setelah terjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, ada
semangat untuk menegakkan HAM. Pada masa awal periode ini telah diadakan
berbagai seminar tentang HAM. Salah satu seminar tentang HAM dilaksanakan
pada
tahun
1967
yang
merekomendasikan
gagasan
tentang
perlunya
pembentukan Pengadilan HAM, pembentukan Komisi dan Pengadilan HAM untuk
wilayah Asia. Begitu pula dalam rangka pelaksanan TAP MPRS No. XIV/MPRS
1966 MPRS melalui Panitia Ad Hoc IV telah menyiapkan rumusan yang akan
dituangkan dalam piagam tentang Hak-hak Asasi Manusia dan Hak-hak serta
Kewajiban Warga negara. Sementara itu, pada sekitar awal tahun 1970-an
sampai periode akhir 1980-an persoalan HAM mengalami kemunduran, karena
HAM tidak lagi dihormati, dilindungi dan ditegakkan.
e.
Periode 1998-Sekarang
Pergantian rezim pemerintahan pada tahun 1998 memberikan dampak
yang sangat besar pada pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia. Pada
saat ini mulai dilakukan pengkajian terhadap beberapa kebijakan pemerintah
orde
baru
Selanjutnya
yang
berlawanan
dilakukan
dengan
penyusunan
pemajuan
peraturan
dan
perlindungan
HAM.
perundang-undangan
yang
berkaitan dengan pemberlakuan HAM dalam kehidupan ketatanegaraan dan
kemasyarakatan di Indonesia. Hasil dari pengkajian tersebut menunjukkan
banyaknya norma dan ketentuan hukum nasional khususnya terkait dengan
penegakan HAM diadopsi dari hukum dan instrument Internasional dalam bidang
HAM.
D.
Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Prinsip-prinsip pelaksanaan HAM di Indonesia yaitu keseimbangan antara
hak
dalam
kewajiban,
relative,
keterpaduan,
keseimbangan,
kerjasama
internasional yang saling menghormati, taat pada peraturan, keterkaitan sistem
politik, kesamaan antara harkat dan martabat, hak memperoleh perlakuan yang
sama, dan semua adalah tanggung jawab pemerintah.
Di
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seharusnya bangsa
Indonesia menjalin kerja sama dengan bangsa yang lain supaya terciptanya
hubungan yang baik antar bangsa, serta menegakkan hukum internasional yang
berlaku dan disepakati bersama dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
nasional.
Hak asasi manusia dimiliki sejak manusia ada di muka bumi, seperti hakhak kemanusiaan yang sudah ada sejak manusia dilahirkan dan merupakan hak
kodrat yang melekat pada diri manusia. Pada dasarnya penegakan HAM
berlangsung dalam kurun waktu yang lama selaras dengan perjuangan mencari
kesejahteraan hidup.
E.
1.
a.
Hambatan dan Upaya-Upaya Penegakan Ham di Indonesia
Hambatan HAM dalam penegakan hukum.
Budaya paternalistik.
Budaya ini masih sebagian besar melekat pada masyarakat indonesia.
Contoh:
Penduduk masayarakat pedesaan yang patuh terhadap sosok pemimpin suku.
Walaupun pernyataannya tidak sesuai dengan HAM, namun karena diucapkan
oleh pemimpin karismatik, lalu dianggap benar.
b.
Kesadaran hukum yang rendah.
Kesadaran hukum yang rendah juga sangat mempengaruhi, hal ini
mengakibatkan
keengganan
masyarakat
untuk
melaporkan
pelanggaran-
pelanggaran HAM. Di sebabkan karena mereka tidak ingin mencampuri urusan
orang lain.
c.
Budaya loyalitas.
Budaya ini menyangkut tentang suatu sikap kesetiaan/ loyalitas yang
konotasinya sangat lah negatif, Yakni kepatuhan yang berlebihan.
d. Kesenjangan antara teori dan praktik hukum.
Walaupun
teori
hukum
yang
kita
miliki
belum
sempurna,
namun
seharusnya sudah bisa diminimalkan. Tetapi dalam praktik belum tentu terlihat
aturan-aturan yang baik.
2.
a.
Upaya penegakan / peningkatan perlindungan HAM.
Kebijakan, yaitu menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu
b.
untuk mewujudkan rasa terpadu, kepastian hukum dan penghormatan HAM.
Strategi, yaitu secara bertahap memperbaharui / membuat produk hukum
nasional
yang
tidak
perlindungan.
Upaya-upaya
a.
b.
c.
bertentangan
yang
dilakukan
dengan
dalam
prinsip
penghormatan
menerapkan
penegakan
dan
dan
perlindungan HAM dengan cara:
Sosialisasi HAM dan hukum.
Menyebarluaskan brosur-brosur tentang HAM.
Meningkatkan pengawasan terhadap HAM, melalui media-media cetak /
elektronik, ormas / LSM.
d. Melaksanakan peradilan HAM secara transparan.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kenyataan menunjukkan bahwa masalah HAM di indonesia selalu menjadi
sorotan tajam dan bahan perbincangan terus-menerus, baik karena konsep
dasarnya yang bersumber dari UUD 1945 maupun dalam realita praktisnya di
lapangan ditengarai penuh dengan pelanggaran-pelanggaran. Sebab-sebab
pelanggaran HAM antara lain adanya arogansi kewenangan dan kekuasaan yang
dimiliki
seorang
pejabat
yang
berkuasa,
yang
mengakibatkan
sulit
mengendalikan dirinya sendiri sehingga terjadi pelanggaran HAM.
Perkembangan dan perjuangan dalam mewujudkan tegaknya HAM di
Indonesia terutama terjadi setelah adanya perlawanan terhadap penjajahan
bangsa asing, sehingga tidak bisa dilihat sebagai pertentangan yang hanya
mewakili kepentingan suatu golongan tertentu saja, melainkan menyangkut
kepentingan bangsa Indonesia secara utuh.
Dewasa ini, meskipun ditengarai banyak kasus pelanggaran HAM berat di
Indonesia,
tetapi
secara
umum
Implementasi
HAM
di
Indonesia,
baik
menyangkut perkembangan dan penegakkannya mulai menampakkan tandatanda kemajuan. Hal ini terlihat dengan adanya regulasi hukum HAM melalui
peraturan perundang-undangan. Di samping itu telah dibentuknya Pengadilan
HAM dalam upaya menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM berat.
B.
SARAN
Pengawalan penegakkan HAM kian berat. Tak semudah membalik telapak
tangan. Di butuhkan keseriusan pemerintah untuk mempelopori penegakkan
HAM di Indonesia. Tentu saja itu tidak cukup jika hanya pemerintah namun,
partisipasi dan kerja sama warga masih sangat dibutuhkan kerjasama warga
Negara Indonesia yang semoga baik-baik saja. Kemudian secara sinergi
mendorong Negara Indonesia yang adil.
DAFTAR PUSTAKA
http://ayobelajarmembaca649.blogspot.com
http://hukum.ub.ac.id
Dr. H. Zainal Asikin, S.H., S.U, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada