Aspek pentingnya benih untuk budidaya pe
TUGAS MAKALAH TEKNOLOGI BENIH
ASPEK PENTINGNYA BENIH DALAM BUDIDAYA PERTANIAN
Kelas A
Anggota :
Vidda Ryend Pramudawardhani
Fitria Anggriani
Prisca Monika
Abiyanto
Aris F.
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
(111510501002)
(111510501004)
(111510501010)
(101510501063)
(101510501066)
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam budidaya pertanian, salah satu aspek utama yang wajib untuk
dipenuhi adalah bahan tanam. Bahan tanam ini merupakan kompone mendasar
yang dibutuhkan untuk melakukan suatu proses budidaya tanaman. Pada
dasarnya, bahan tanam dapat terdiri dari berbagai jenis seperti benih, bibit,
maupun beberapa jenis bahan tanam yang diperoleh dari perkembangbiakan
secara vegetatf seperti setek, cangkok, sambung, dan lain sebagainya. Dalam hal
ini, bahan tanam utama yang menjadi kebuthan penting dalam sektor pertanian
adalah benih. Benih merupakan bahan tanam yang diperoleh dari hasil pembiakan
generatif yaitu dengan pertemuan dari sel ovum dan sel sperma dari induk
tanaman.
Kualitas dan kuantitas dari hasil budidaya tanaman sangatlah bergantung
pada kualiatas benh itu sendiri. Semakin baik mutu benih maka dapat diapastikan
bahwa nantinya hal ini akan berdampak baik pada hasil produksinya baik kualitas
maupun kuantitas. Namun, pada kenyataannya mutu dari benih Indonesia
sangatlah rendah, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti rendahnya
kesadaran petani untuk mengguankan benih yang berkualitas tinggi. Pada
umumnya petani hanya menyisihkan sebagian hasil panennya untuk dijadikan
sebagai benih untuk musim tanam berikutnya. Benih tersebut tentu saja tidak
terjamin mutunya. Hal ini disebabkan petani tidak mampu membeli benih yang
bermutu baik yang telah tersertifiakasi oleh lembaga pemerintahan.
Benih menjadi salah satu faktor utama yang menjadi penentu keberhasilan
dalam budidaya tanaman. Menurut FAO, peningkatan campuran varietas lain dan
kemerosotan produksi sekitar 2,6 % tiap generasi pertanaman merupakan akibat
dari penggunaan benih yang kurang terkontrol mutunya. Penggunaan benih
bermutu dapat mengurangi resiko kegagalan budidaya karena bebas dari serangan
hama dan penyakit, tanaman akan dapat tumbuh baik pada kondisi lahan yang
kurang menguntungkan dan berbagai faktor tumbuh lainnya. (Wirawan dan
Wahyuni, 2002). Benih yang bermutu menjanjikan produksi yang baik dan
bermutu pula jika diikuti dengan perlakuan agronomi yang baik dan input
teknologi yang berimbang. Sebaliknya, bila benih yang digunakan tidak bermutu
maka produksinya banyak tidak menjanjikan atau tidak lebih baik dari
penggunaan benih bermutu. Penggunaan benih bermutu diharapkan mampu
mengurangi berbagai faktor resiko kegagalan panen.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruji mutu benih.
2. Untuk mengetahui pengendalian mutu benih dan komponennya.
3. Untuk mengetahui bagaimana kharakteristik mutu sifat benih.
4. Untuk mengetahui aspek pentingnya benih.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi mutu benih?
2. Bagaimana pengendalian mutu benih dan komponennya?
3. Bagaimana kharakteristik mutu sifat benih?
4. Apa aspek penting benih?
BAB 2. PEMBAHASAN
Input dasar yang paling penting dalam pertanian adalah mutu benih, mutu
benih yang baik merupakan dasar bagi produktifitas pertanian yang lebih baik.
Benih merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam budidaya
tanaman, karena faktor tersebut ikut menentukan produksi. Kualitas benih itu
sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih, panen
dan perontokan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di
persemaian. Menurut Qamar dan Setiawan (1995) mutu benih adalah hal yang
penting dalam usaha produksi benih. Produsen atau pedagang benih yang maju
menggunakan mutu sebagai suatu teknik kompetitif sebagaimana harga dan
pelayanan. Mutu merangsang ketertarikan konsumen, membantu produsen dan
pedagang benih membangun reputasi positif atau kesan yang baik dan
menghasilkan konsumen yang puas dan bisnis yang berkelanjutan.
Kunci budidaya terletak pada kualitas benih yang ditanam. Untuk itu
diperlukan benih yang memiliki daya kecambah tinggi, sehat dan murni. Benih
yang memiliki persyaratan tersebut diharapkan akan menghasilkan bibit yang
benar, seragam dan sehat. Berdasarkan persyaratan kualitas, benih yang ditanam
harus bermutu tinggi. Benih yang bermutu tinggi mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Daya tumbuh minimal 80 %,
Mempunyai unsur yang baik yaitu benih tumbuh serentak, cepat dan sehat,
Benih murni minimal 99 %,
Campuran benih atau varietas lain maksimal 1 %,
Sehat, bernas tidak keriput dan umumnya normal serta seragam,
Kadar Air 13 % dan
Warna benih terang dan tidak kusam. Selanjutnya dikatakan bahwa
program perbenihan menitikberatkan pada penggunaan benih tepat mutu yang
ditunjukkan pada labelnya. Agar tidak tertipu oleh label benih, para pengguna
benih (terutama petani) hendaknya memahami tentang mutu. benih dari
komponen-komponennya yang dicantumkan di dalam label benih.
Penggunaan benih bermutu akan memberi banyak keuntungan bagi petani
diantaranya akan mengurangi resiko kegagalan budidaya karena benih bermutu
akan mampu tumbuh baik pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan, bebas
dari serangan hama penyakit sehingga dengan demikian hasil panen dapat sesuai
dengan harapan (Qamara dan Setiawan, 1995). Sedangkan menurut Hill (1979)
dalam Kartasapoetra (1992), bahwa pemakaian benih berkualitas tinggi dapat
memberi hasil yang diharapkan, yang menyangkut peningkatan kualitas dan
kuantitas produksinya.
Mutu benih adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh benih, yang
menunjukkan kemampuan untuk memenuhi standar yang ditentukan. Mutu benih
adalah sejumlah atribut dan kerakter benih yang ditunjukkan secara indifidual atau
kelompok. Kualitas atau mutu benih dapat dibagi atas 4 bagian besar, yaitu:
1. Mutu Fisik
2. Mutu Fisiologis
3. Mutu Genetik
4. Mutu Pathologis
A. Mutu fisik benih
Mutu fisik benih ini berkaitan dengan kondisi fisik benih secara visual,
seperti warna, ukuran, bentuk, bobot dan tekstur permukaan kulit benih. Tolak
ukur yang dijadikan kriteria adalah keseragaman. Sifat-sifat lain yang diamati
adalah tingkat keutuhan benih (tolak ukur; tingkat kerusakan benih), tingkat
kelembaban benih (tolok ukur; kadar air benih), dan tingkat kontaminasi benda
lain (tolok ukur; kemurnian mekanis benih).
B. Mutu fisiologis benih
Mutu fisiologis benih berkaitan dengan aktivitas perkecambahan benih,
yang di dalamnya terdapat aktivitas enzim, reaksi-reaksi biokimia serta respirasi
benih. Parameter yang biasa digunakan untuk mengetahui mutu fisiologis benih
ini adalah viabilitas benih serta vigor benih. Tolak ukur viabilitas benih yaitu
Daya Berkecambah (DB) dan Potensi Tumbuh Maksimum (PTM), sedangkan
tolak ukur vigor benih yaitu Daya Simpan Benih dan Kekuatan Tumbuh Benih
(KecepatanTumbuh Benih).
C. Mutu genetik
Benih Mutu benih secara genetik ini barkaitan dengan susunan kromosom
dan DNA benih serta jenis protein yang ada dalam benih, dengan tolak ukur
kemurnian genetis benih. Selain itu, tolak ukur lain adalah kemurnian mekanis
benih yaitu persentase kontaminasi jenis atau varietas lain.
D. Mutu pathologis benih
Tolak ukur dari mutu pathologis benih yang biasa diginakan adalah status
kesehatan benih. Hal-hal yang diamati untuk mengetahui status kesehatan benih
ini adalah keberadaan serangan pathogen, jenis pathogen, dan tingkat serangan
pathogen. Sehingga dapat dinyatakan bahwa mutu suatu benih dapat dilihat dari
faktor-faktor sebagai berikut : kebenaran varietas, kemurnian benih, daya hidup
(daya kecambah dan kekuatan tumbuh), serta bebas dari hama dan penyakit. Pada
umumnya dipakai standar minimum sebagai dasar dari klasifikasi atau
penununtun pengkuran untuk menentukan tinggi rendahnya mutu suatu benih
yaitu untuk kriteria benih murni, daya kecambah dan kekuatan tumbuh.
Sedangkan standar maksimum digunakan untuk kadar air benih, persentase biji
tanaman lain, gulma dan kontaminan-kontaminan lain serta hama dan penyakit
pada benih. Kegagalan benih untuk memenuhi satu atau lebih dari kriteria tersebut
di atas dapat dianggap menunjukan sebagai benih yang mutunya kurang baik.
PENGENDALIAN MUTU BENIH DAN KOMPONENNYA
1. Pengendalian Mutu Benih
Dalam industri benih, pengendalian mutu memiliki tiga aspek penting,
yaitu: (1) penetapan standar minimum mutu benih yang dapat diterima, (2)
perumusan dan implementasi sistem dan prosedur untuk mencapai standar mutu
yang telah ditetapkan dan memeliharanya, dan (3) pendekatan sistematik untuk
mengidentifikasi
sebab-sebab
adanya
masalah
dalam
mutu
dan
cara
memecahkannya. Aspek pertama merupakan kewajiban lembaga pengawas benih,
yang di Indonesia secara operasional berada di tangan Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih (BPSB). Pengendalian mutu oleh pihak ini disebut juga
pengendalian mutu eksternal. Aspek kedua dan ketiga merupakan kewajiban
produsen benih yang disebut pula dengan kegiatan pengendalian mutu internal.
Pengendalian mutu merupakan salah satu teknik pengelolaan yang paling
menentukan dalam bisnis benih. Tetapi, hal ini sering tidak dipandang sebagai
sumber daya oleh produsen benih, kecuali oleh perusahaan benih yang besar.
Pengendalian mutu merupakan suatu kegiatan yang dapat dilakukan oleh
produsen benih kecil sekalipun.
Teknik pengawasan mutu bukan merupakan hal yang asing bagi produsen
benih dan pedagang benih. Tetapi umumnya, kegiatan ini sering dilakukan secara
tidak menyeluruh di setiap aspek kegiatan produksi benih, sejak penyiapan lapang
produksi sampai benih siap disalurkan. Mutu benih yang jelek kebanyakan sering
merupakan hasil dari tidak melakukan sutu kegiatan atau melakukannya dengan
tidak benar. Pengendalian mutu semestinya mengkoordinasikan seluruh kegiatan
yang diarahkan pada pencapaian standar mutu menjadi usaha yang komprehensif,
sistematis, dan berkelanjutan. Pengendalian mutu berurusan dengan perhatian dan
upaya pada berbagai kegiatan yang termasuk dalam bisnis benih. Prosedur yang
digunakan dalam mengendalikan mutu berkisar dari yang sederhana, seperti
pengontrolan sewaktu-waktu terhadap gulma yang berbahaya, sampai yang
kompleks, seperti perancangan ulang sampai tuntas atas sistem penanganan dan
pengangkutan benih untuk meminimumkan kerusakan benih. Pengendalian mutu
berusaha menghindarkan timbulnya masalah atau, jika masalah itu tidak dapat
dihindarkan, mengurangi pengaruhnya.
Mutu benih terdiri dari banyak atribut atau sifat benih. Dipandang dari
individu benih, sifat-sifat itu mencakup kebenaran-varietas, viabilitas, vigor,
kerusakan mekanis, infeksi penyakit, cakupan perawatan, ukuran, dan keragaan.
Jika dipandang dari populasi benih yang membentuk kelompok (lot), sifat-sifat
mutu mencakup kadar air, daya simpan, besaran kontaminan (benih gulma dan
tanaman lainnya), keseragaman lot, dan potensi keragaan. Benih bermutu tertinggi
adalah benih yang murni genetis, dapat berkecambah, vigor, tidak rusak, bebas
dari kontaminan dan penyakit, berukuran tepat (jika perlu), cukup dirawat (untuk
jenis-jenis yang perlu dirawat), dan secara keseluruhan berpenampilan baik. Mutu
yang ideal ini jarang tercapai. Agar lot benih memenuhi semua spesifikasi yang
ideal, maka ditetapkan adanya standar mutu minimum. Standar minimum ini
bukanlah tujuan, tetapi merupakan taraf terendah dari berbagai sifat mutu yang
dapat diterima. Adapun tujuannya adalah berupa mutu yang tertinggi.
2. Komponen Pengendalian Mutu benih
Berikut ini disampaikan komponen-komponen dalam pelaksanaan
pengendalian mutu yang harus diperhatikan oleh produsen benih. Pengendalian
mutu tidak lebih dari memberikan perhatian atas operasi dan prosedur yang
penting dalam melaksanakan bisnis benih; kualifikasi benih yang akan dihasilkan
dapat dicek secara periodik sehingga dapat ditentukan apakah akan memenuhi
standar dan dapat dipertahankan.
a. Sumber Benih
Kemurnian varietas dari suatu pertanaman untuk menghasilkan benih tidak
akan lebih baik daripada kemurnian benih yang ditanam, bahkan dapat lebih jelek.
Penggunaan benih yang murni varietas dan bebas dari benih gulma merupakan
langkah pertama dalam pengendalian mutu. Jika benih akan diberi sertifikat, maka
sumber benih harus tertentu kelasnya dan diperiksa oleh BPSB. Jika bukan benih
bersertifikat akan dihasilkan, penggunaan benih sumber berkelas sebar merupakan
cara terbaik untuk menjaga kemumian varietasnya.
b. Lahan
Lahan yang digunakan untuk produksi benih harus subur, berdrainase baik
dan cukup bebas dari gulma, terutama gulma yang sulit dipisahkan dari benih
yang akan diproduksi. Lahan harus tidak ditanami sebelumnya dengan varietas
yang berbeda atau lahan harus bera. Dalam hal lahan sebelumnya ditanami dengan
varietas yang berbeda, maka hendaknya diikuti persyaratan pemberaan yang telah
diatur oleh BPSB, walaupun bukan benih bersertifikat akan dihasilkan. Hal ini
dimaksudkan agar pertanaman dapat terbebas dari tanaman voluntir.
c. Penanaman
Alat atau mesin tanam harus bersih sebelum diisi dengan benih yang akan
ditanam. Usahakan agar hanya menanam satu varietas setiap harinya. Jika lebih
dari satu varietas akan ditanam pada hari yang sama di lahan yang berbeda, bisa
terjadi kesalahan mengisi alat tanam dengan satu atau dua kantong benih yang
berbeda sehingga menyebabkan penanaman varietas yang berbeda di lahan yang
sama. Dalam produksi benih legum, misalnya, benih yang akan ditanam mungkin
perlu diinokulasi, tergantung pada jenisnya dan kondisi lahan. Benih harus
disisakan kira-kira 0,5 kg untuk disimpan. Hal ini perlu untuk pengujian ulang
jika ternyata benih tidak tumbuh dengan memuaskan. Pencatatan kualifikasi benih
yang ditanam sebaiknya dilakukan, atau hal ini dapat ditempuh dengan menjaga
label benih tidak terlepas dari kantongnya.
d. Isolasi
Jarak antarvarietas hendaknya memenuhi persyaratan minimal yang
ditetapkan BPSB walaupun bukan benih bersertifikat yang akan dihasilkan.
Produsen benih dapat menggunakan isolasi jarak atau isolasi waktu tergantung
kebutuhan atau situasi lapangan. Persyaratan minimum jarak atau waktu isolasi
telah diatur oleh BPSB.
e. Teknik Budidaya
Teknik budidaya terbaik hendaknya dilaksanakan, termasuk di dalamnya
pengendalian gulma. Pengendalian gulma merupakan salah satu kegiatan yang
ditekankan dalam prosedur menghasilkan benih bersertifikat.
f. Pemeriksaan Lapang
Petugas yang bertanggung jawab atas pengendalian mutu atau supervisor
produksi harus memeriksa lapangan beberapa kali dan melakukan roguing, yaitu:
(1) setelah muncul bibit sambil menetapkan status pertanaman, (2) selama musim
awal pertumbuhan tanaman sambil mencek keperluan pengendalian gulma dan
menilai status pertanaman, (3) pada saat pembungaan untuk mencek kemurnian
varietas, dan (4) sebelum panen untuk mencek kemurnian varietas, kehadiran
gulma yang berbahaya, dan melaksanakan roguing terakhir.
g. Pemanenan
Alat pemanenan atau ‘kombain’ (combine) harus bersih sekali dan
diperiksa sebelum digunakan. Waktu panen sedapat mungkin ditetapkan
berdasarkan kadar air benih, terutama jika menggunakan cara mekanis untuk
pemanenan. Pemanenan harus dilakukan jika kadar air benih telah sesuai agar
benih tidak mengalami kerusakan mekanis. Hindari pemanenan dalam kondisi
cuaca hujan atau mendung agar tidak menimbulkan masalah dalam pengeringan.
Efektivitas pemanenan harus diperhatikan dengan memeriksa ketepatan fungsi
setiap bagian alat pemanen. Walaupun saat ini telah ada kombain yang terprogram
komputer, pengamatan hasil kerjanya masih memerlukan campur tangan operator.
Selain itu, hendaknya dilakukan pengambilan contoh benih untuk mengukur kadar
air dan menyesuaikan penyetelan bagian perontok dari kombain. Kebersihan
conveyor, trailer, dan alat lain yang digunakan harus terjamin.
h. Penyimpanan “Lindak” (Bulk Storage)
Setelah dipanen, benih hendaknya ditempatkan dalam penyimpanan lindak
yang bersih. Aerasi diperlukan jika kadar air benih cukup tinggi, misalnya 13-14%
untuk kedelai. Aerasi diperlukan juga walaupun kadar air benih setinggi 12% atau
kurang untuk menghindari adanya ‘titik atau sumber panas’ (hot spot) di dalam
massa benih. Contoh benih juga diambil dari simpanan lindak ini dan dikirimkan
ke laboratorium untuk diuji kemurnian dan perkecambahannya. Berdasarkan hasil
pengujian itu produsen benih harus menetapkan status mutu benihnya dan
memutuskan apakah perlu untuk mengolah benih lebih lanjut; langkah-langkah
tertentu mungkin diperlukan pada taraf itu agar benih yang telah diuji pada
akhirya memenuhi persyaratan.
i. Pengolahan Benih
Alat-alat pengolahan benih harus diperiksa dan dibersihkan dari
kontaminan. Alat-alat yang diperlukan hendaknya dipasang dengan benar untuk
menekan kehilangan dan mencapai hasil pemilahan yang optimum atau memenuhi
standar. Pemilihan alat pemilahan benih yang tepat sangat perlu. Selanjutnya
benih harus diambil contohnya dan dikirimkan ke laboratorium untuk penilaian
mutunya. Kira-kira 1 kg benih hendaknya disimpan sebagai arsip dan kelompok
benih harus dihitung serta ditentukan kebutuhan kantong pengemas dan labelnya.
j. Penyimpanan
Produsen benih pada umumya harus menyimpan benih sebelum
disalurkan. Jika kantong-kantong benih tidak diberi etiket (label), usahakan untuk
menyimpan benih berdasarkan kelompoknya. Walaupun demikian, penumpukan
benih berdasarkan kelompok yang sama sebaiknya dilakukan agar mempermudah
penanganannya. Catatan tentang jumlah kantong benih per kelompok harus ada,
lengkap dengan posisinya di dalam gudang. Gudang harus bersih dan bebas dari
tikus.
k. PemeriksaanTerakhir
Pengambilan
contoh
benih
masih
diperlukan
sebelum
benih
didistribusikan, terutama untuk pengangkutan jarak jauh. Hal ini untuk
menghindari tuntutan dari konsumen, terutama jika benih telah disimpan cukup
lama di dalam gudang, walaupun masih belum kedaluwarsa. Gudang, wadah
penyimpanan, dan alat-alat pengolahan, pemanenan, dan penanaman harus
dibersihkan pada akhir kegiatan produksi benih di musim yang bersangkutan.
Evaluasi harus dilakukan atas pelaksanaan produksi benih yang lalu agar dapat
melakukan perbaikan dalam kegiatan di musim berikutnya. Produsen benih
disarankan untuk melihat lapang yang telah digunakan; suatu gagasan mungkin
akan muncul untuk meningkatkan taraf pengendalian mutu pada masa yang akan
datang.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Benih
a. Faktor bawaan ( kemurnian varietas )
b. Faktor fisiologi dan fisik benih
Tingkat kematangan benih
Benih harus dipanen dari tanaman yang sudah matang benar
Tingkat kerusakan mekanis benih
Tingkat keusangan benih, yaitu hubungan antara vigor awal benih dengan
lamanya benih yang disimpan.
Patogen pada benih, terutama soybean mozaic virus (SMU) serta penyakit
virus lainnya
Ukuran dan berat jenis benih
Komposisi kimia benih
c. Faktor lingkungan
Musim tanam
Kultur teknik
Waktu panen
Cara tanam
d. Faktor perlakuan pascapanen
Cara
penimbunan
serta
lamanya
penimbunan
brangkasan
pengeringan dan pembijian
Cara pengeringan
Keseragaman dan kesehatan benih sebelum disimpan
Cara pengepakan, khususnya volume dan jenis kemasan
Suhu dan kelembaban tempat penyimpanan
Lama, cara, dan proses pengangkutan benih
sebelum
HAMBATAN DALAM MEMPRODUKSI BENIH BERMUTU
1. Permasalahan
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa ketersediaan dan penggunaan benih
bermutu (dan berlabel) masih rendah. Permasalahan yang dihadapi dalam
peningkatan produksi benih antara lain adalah :
-
Keterbatasan ketersediaan benih sumber untuk diperbanyak oleh produsen
-
dan penangkar benih
Produsen benih kelas menengah ke bawah umumnya belum mempunyai
pemulia sendiri, serta penyilang benih banyak yang belum mempunyai
-
laboratorium kultur jaringan
Keterbatasan modal usaha, sehingga penggunaan input dan sarana produksi
-
terbatas, yang berakibat volume usaha juga tidak optimal.
Keterbatasan varietas benih dalam negeri yang disukai konsumen (sesuai
preferensi konsumen), sementara pemohon pelepasan varietas sayuran berasal
-
dari intoduksi (luar negeri) meningkat.
Keterbatasan data supply-demand benih antar daerah dan antar sentra,
-
sehingga jalur dan pemenuhan benih tidak terpantau secara baik.
Keterbatasan jumlah dan kemampuan petugas pengawas benih tanaman.
Keterbatasan dana operasional bagi Balai Benih BPS danPengawan Benih
Tanaman
ASPEK PENTINGNYA BENIH
1. Arti Penting/Ekonomi Benih Dalam Budidaya Tanaman.
Benih merupakan sarana produksi utama dalam budidaya tanaman karena
dengan benih bermutu dapat meningkatkan produksi, benih bermutu secara
ekonomi memberi nilai tambah/manfaat bagi masyarakat/petani. Benih bermutu
(Undang-undang No. 12 tahun 1992) mempunyai ciri sebagai berikut: a.
Produktivitasnya tinggi (Produksi/satuan luas), yaitu varietas/klon mempunyai
produksi yang tinggi, artinya gap antara produksi yang diperoleh pada lingkungan
pengujian sebelum varietas/klon tersebut dirilis dengan lingkungan pertanaman
luas atau di masyarakat rendah, b. Pertumbuhan seragam, yaitu pertumbuhan antar
satu tanaman dalam suatu pertanaman sama, baik dari aspek tinggi tanaman,
diametr batang, perkembangan kanopi, dan produktivitas. c.Mutu genetisnya tingi,
yaitu struktur gen dalam kromosom sama pada setiap tanaman dalam klon/varietas
tersebut. Misalnya pada tanaman karet Klon GT1, Kelapa Sawit dengan varietas
Tenera.
Dalam menetapkan suatu biji dikategorikan sebagai benih bermutu dan
mempunyai nilai ekonomi diwajibkan melakukan pengujian berikut (PP No. 44
Tahun 1995) :
Uji kadar air, yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui kadar air suatu
benih, dengan metode oven, hal tersebut dilakukan untuk tujuan
penyimpanan/pengiriman,
Uji daya tumbuh, yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui persentase
tumbuh benih yang dijadikan sebagai benih untuk tujuan budidaya dan
pelabelan,
Uji kemurnian, yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui persentase benih
secara genetik yang terkandung dalam suatu benih yang akan digunakan
untuk budidaya maupun untuk tujuan pelabelan,
Uji campuran dari varietas lain, yaitu untuk mengetahui beni varietas lain
yang terdapat dalam benih yang akan digunakan dalam budidaya, tujuannya
agar diperoleh keseragaman benih,
Uji kompatabilitas benih (keseragaman), yaitu uji keserempakan tumbuh dan
keseragaman benih,
Uji heterogenitas, uji yang dilakukan untuk mengetahui keseragaman besar
dan ukuran biji dari setiap benih,
Uji tetrazolium, uji yang dilakukan untuk mengetahui keutuhan benih dalam
rangka daya kecambah dan dilakukan secara kimia,
Uji kesehatan benih, yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah benih
tersebut terbebas dari fatogen yang akan membahayakan pertumbuhan.
Dalam pengelolaan benih agar bernilai ekonomi dan menguntungkan,
maka dikenal ada dua aspek, yaitu :
1.
Biji bermutu, yaitu benih dari varietas benar dan murni, mempunyai mutu
genetis, fisiologis, dan mutu fisik yang tingi sesuai dengan standar mutu di
2.
kelasnya,
Standar mutu benih, yaitu spesifikasi benih yang mencakup fisik, genetis,
fisiologis, dan kesehatan benih yang dibakukan dan merupakan konsensus
semua pihak yang terkait.
Syarat umum dalam pengembangan perbenihan agar diperoleh mutu
ekonomi benih yang tinggi ( Kamil, 1991), yaitu :
Daya kecambah, minimal 80 %, artinya benih yang tumbuh dari benih yang
ditanam minimal 80 persen, hal tersebut ditetapkan guna menghindari
penggunaan benih yang banyak yang dapat meningkatkan biaya produksi,
Benih murni, minimal 95 %, artinya benih yang ada pada setiap varietas/klon
terdapat pada varietas/klon yang sama, hal tersebut dilakukan guna
menghindari ketidakseragaman pertumbuhan dan ketahanan terhadap
hama/penyakit yang akhirnya menyebabkan produksi menurun,
Banih dari varietas lain, maksimal 5 %, artinya murni dari varietas/klon yang
sama,
Kotoran, maksimal 3 %, artinya benda asing dan lainnya seperti ranting,
krikil, dan benda asing lainnya tidak ada,
Benih dari rumputan, maksimal 2 %, artinya bila benih terdapat batu,
campuran benih dengan gulma, maka akan menyulitkan pemeliharaan dan
keseragan pertumbuhan karena dalam pertumbuhan tanaman tersebut terjadi
kompetisi antara gulma dan tanaman utama, akhirnya dapat menutunkan
produksi.
Guna memenuhi hal tersebut di atas, benih sebelum diedarkan atau
dipasarkan ke masyarakat, faktor mutu fisik benih perlu mendapat perhatian yang
meliputi:
a. Benih bersih dari bendah asing,
b. Warna benih seragam, tidak terserang hama penyakit, hal tersebut diperhatikan
agar
benih
tidak
berubah
warna
yang
mengakibatkan
kemerosotan
pertumbuhan dan nilai jual,
c. Tidak bercak-bercak,
d. Bernas/berisi sesuai struktur biji, artinya komposisi kimia dan fisik normal,
e. Tidak kriput.
Agar usaha budidaya dapat berhasil dengan optimal dari aspek produksi
dan nilai ekonomi, maka klasifikasi benih ( Kamil, 1991) yang dapat digunakan
adalah seperti pada sekema berikut. Benih Penjenis, Yaitu benih yang dihasilkan
dari kegiatan Pemuliaan tanaman dan hanya dikuasai oleh pemulia. Benih Dasar,
yaitu yang diperbanyak oleh lembaga tertentu Dan memperoleh izin dari
pemerintah. Benih Pokok, yaitu disebar dan diperbanyak oleh lembaga/
Perorangan yang diawasi oleh badan sertifikasi benih. Benih Sebar, yaitu benih
yang diperdagangkan dan ditanam Oleh petani.
2. Perundang-Undangan Dalam Perbenihan Tanaman
Benih merupakan sarana produksi utama dalam budidaya tanaman, dalam
arti penggunaan benih bernutu mempunyai peranan yang menentukan dalam
usaha meningkatkan produksi dan mutu fisik. Untuk mendapatkan benih bermutu
diperlukan penemuan varietas/klon unggul yang dilakukan mekalui usaha
pemuliaan tanaman yang diselengggarakan antara lain melalui kegiatan pencarian,
pengumpulan, dan pemanfaatan plasma nutfah baik di dalam maupun di luar
habitatnya dan atau melalui usaha introduksi dariluar negeri. Benih dari
varietas/klon unggul, untuk dapat menjadi benih bina, terlebih dahulu
varietas/klon harus dilepas/dirilis. Pemerinah memberikan kesempatan secara luas
kepada masyarakat, baik berupa badan hukum seperti Koperasi, BUMN, BUMD,
Perusahaan swasta yang berbentuk perseroan terbatas, maupun perorangan
termasuk firma dan CV, untuk berperan serta dalam dalam kegiatan perbenihan,
baik kegiatan pemuliaan, produksi, maupun peredaran benih. Ketentuan umum
dalam peraturan pemerintah No. 44 Tahun 1995, tentang perbenihan.
BAB 3. KESIMPULAN
Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan
kemasakan benih, panen dan perontokan, pengeringan, penyimpanan benih
sampai fase pertumbuhan di persemaian. Benih merupakan sarana produksi utama
dalam budidaya tanaman karena dengan benih bermutu dapat meningkatkan
produksi, benih bermutu secara ekonomi memberi nilai tambah/manfaat bagi
masyarakat/petani. Dalam menetapkan suatu biji dikategorikan sebagai benih
bermutu dan mempunyai nilai ekonomi diwajibkan melakukan pengujian yaitu
uji kadar air, daya tumbuh, kemurnian, heterogenizitas, kompaktibilitas, dan
tetrazolium. Benih merupakan sarana produksi utama dalam budidaya tanaman,
dalam arti penggunaan benih bernutu mempunyai peranan yang menentukan
dalam usaha meningkatkan produksi dan mutu fisik. Untuk mendapatkan benih
bermutu diperlukan penemuan varietas/klon unggul yang dilakukan mekalui usaha
pemuliaan tanaman yang diselengggarakan antara lain melalui kegiatan pencarian,
pengumpulan, dan pemanfaatan plasma nutfah baik di dalam maupun di luar
habitatnya dan atau melalui usaha introduksi dariluar negeri.
DAFATR PUSTAKA
Anonim. 1999. Kebijakan Pembangunan Pertanian. Jakarta : Departemen
Pertanian.
Kartasapoetra, A.G. 1992. Teknologi Benih. Jakarta : Rinneka Cipta Saputra.
Kuswanto, H., 1994. Produksi dan Distribusi Benih. Malang : Forum
komunikasi dan antar peminat dan ahli benih.
Qamara, W., dan A, Setiawan S. 1995. Produksi Benih. Jakarta : Bumi Aksara.
Wirawan, B., dan Sri Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Jakarta
: Penebar Swadaya.
ASPEK PENTINGNYA BENIH DALAM BUDIDAYA PERTANIAN
Kelas A
Anggota :
Vidda Ryend Pramudawardhani
Fitria Anggriani
Prisca Monika
Abiyanto
Aris F.
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
(111510501002)
(111510501004)
(111510501010)
(101510501063)
(101510501066)
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam budidaya pertanian, salah satu aspek utama yang wajib untuk
dipenuhi adalah bahan tanam. Bahan tanam ini merupakan kompone mendasar
yang dibutuhkan untuk melakukan suatu proses budidaya tanaman. Pada
dasarnya, bahan tanam dapat terdiri dari berbagai jenis seperti benih, bibit,
maupun beberapa jenis bahan tanam yang diperoleh dari perkembangbiakan
secara vegetatf seperti setek, cangkok, sambung, dan lain sebagainya. Dalam hal
ini, bahan tanam utama yang menjadi kebuthan penting dalam sektor pertanian
adalah benih. Benih merupakan bahan tanam yang diperoleh dari hasil pembiakan
generatif yaitu dengan pertemuan dari sel ovum dan sel sperma dari induk
tanaman.
Kualitas dan kuantitas dari hasil budidaya tanaman sangatlah bergantung
pada kualiatas benh itu sendiri. Semakin baik mutu benih maka dapat diapastikan
bahwa nantinya hal ini akan berdampak baik pada hasil produksinya baik kualitas
maupun kuantitas. Namun, pada kenyataannya mutu dari benih Indonesia
sangatlah rendah, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti rendahnya
kesadaran petani untuk mengguankan benih yang berkualitas tinggi. Pada
umumnya petani hanya menyisihkan sebagian hasil panennya untuk dijadikan
sebagai benih untuk musim tanam berikutnya. Benih tersebut tentu saja tidak
terjamin mutunya. Hal ini disebabkan petani tidak mampu membeli benih yang
bermutu baik yang telah tersertifiakasi oleh lembaga pemerintahan.
Benih menjadi salah satu faktor utama yang menjadi penentu keberhasilan
dalam budidaya tanaman. Menurut FAO, peningkatan campuran varietas lain dan
kemerosotan produksi sekitar 2,6 % tiap generasi pertanaman merupakan akibat
dari penggunaan benih yang kurang terkontrol mutunya. Penggunaan benih
bermutu dapat mengurangi resiko kegagalan budidaya karena bebas dari serangan
hama dan penyakit, tanaman akan dapat tumbuh baik pada kondisi lahan yang
kurang menguntungkan dan berbagai faktor tumbuh lainnya. (Wirawan dan
Wahyuni, 2002). Benih yang bermutu menjanjikan produksi yang baik dan
bermutu pula jika diikuti dengan perlakuan agronomi yang baik dan input
teknologi yang berimbang. Sebaliknya, bila benih yang digunakan tidak bermutu
maka produksinya banyak tidak menjanjikan atau tidak lebih baik dari
penggunaan benih bermutu. Penggunaan benih bermutu diharapkan mampu
mengurangi berbagai faktor resiko kegagalan panen.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruji mutu benih.
2. Untuk mengetahui pengendalian mutu benih dan komponennya.
3. Untuk mengetahui bagaimana kharakteristik mutu sifat benih.
4. Untuk mengetahui aspek pentingnya benih.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi mutu benih?
2. Bagaimana pengendalian mutu benih dan komponennya?
3. Bagaimana kharakteristik mutu sifat benih?
4. Apa aspek penting benih?
BAB 2. PEMBAHASAN
Input dasar yang paling penting dalam pertanian adalah mutu benih, mutu
benih yang baik merupakan dasar bagi produktifitas pertanian yang lebih baik.
Benih merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam budidaya
tanaman, karena faktor tersebut ikut menentukan produksi. Kualitas benih itu
sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih, panen
dan perontokan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di
persemaian. Menurut Qamar dan Setiawan (1995) mutu benih adalah hal yang
penting dalam usaha produksi benih. Produsen atau pedagang benih yang maju
menggunakan mutu sebagai suatu teknik kompetitif sebagaimana harga dan
pelayanan. Mutu merangsang ketertarikan konsumen, membantu produsen dan
pedagang benih membangun reputasi positif atau kesan yang baik dan
menghasilkan konsumen yang puas dan bisnis yang berkelanjutan.
Kunci budidaya terletak pada kualitas benih yang ditanam. Untuk itu
diperlukan benih yang memiliki daya kecambah tinggi, sehat dan murni. Benih
yang memiliki persyaratan tersebut diharapkan akan menghasilkan bibit yang
benar, seragam dan sehat. Berdasarkan persyaratan kualitas, benih yang ditanam
harus bermutu tinggi. Benih yang bermutu tinggi mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Daya tumbuh minimal 80 %,
Mempunyai unsur yang baik yaitu benih tumbuh serentak, cepat dan sehat,
Benih murni minimal 99 %,
Campuran benih atau varietas lain maksimal 1 %,
Sehat, bernas tidak keriput dan umumnya normal serta seragam,
Kadar Air 13 % dan
Warna benih terang dan tidak kusam. Selanjutnya dikatakan bahwa
program perbenihan menitikberatkan pada penggunaan benih tepat mutu yang
ditunjukkan pada labelnya. Agar tidak tertipu oleh label benih, para pengguna
benih (terutama petani) hendaknya memahami tentang mutu. benih dari
komponen-komponennya yang dicantumkan di dalam label benih.
Penggunaan benih bermutu akan memberi banyak keuntungan bagi petani
diantaranya akan mengurangi resiko kegagalan budidaya karena benih bermutu
akan mampu tumbuh baik pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan, bebas
dari serangan hama penyakit sehingga dengan demikian hasil panen dapat sesuai
dengan harapan (Qamara dan Setiawan, 1995). Sedangkan menurut Hill (1979)
dalam Kartasapoetra (1992), bahwa pemakaian benih berkualitas tinggi dapat
memberi hasil yang diharapkan, yang menyangkut peningkatan kualitas dan
kuantitas produksinya.
Mutu benih adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh benih, yang
menunjukkan kemampuan untuk memenuhi standar yang ditentukan. Mutu benih
adalah sejumlah atribut dan kerakter benih yang ditunjukkan secara indifidual atau
kelompok. Kualitas atau mutu benih dapat dibagi atas 4 bagian besar, yaitu:
1. Mutu Fisik
2. Mutu Fisiologis
3. Mutu Genetik
4. Mutu Pathologis
A. Mutu fisik benih
Mutu fisik benih ini berkaitan dengan kondisi fisik benih secara visual,
seperti warna, ukuran, bentuk, bobot dan tekstur permukaan kulit benih. Tolak
ukur yang dijadikan kriteria adalah keseragaman. Sifat-sifat lain yang diamati
adalah tingkat keutuhan benih (tolak ukur; tingkat kerusakan benih), tingkat
kelembaban benih (tolok ukur; kadar air benih), dan tingkat kontaminasi benda
lain (tolok ukur; kemurnian mekanis benih).
B. Mutu fisiologis benih
Mutu fisiologis benih berkaitan dengan aktivitas perkecambahan benih,
yang di dalamnya terdapat aktivitas enzim, reaksi-reaksi biokimia serta respirasi
benih. Parameter yang biasa digunakan untuk mengetahui mutu fisiologis benih
ini adalah viabilitas benih serta vigor benih. Tolak ukur viabilitas benih yaitu
Daya Berkecambah (DB) dan Potensi Tumbuh Maksimum (PTM), sedangkan
tolak ukur vigor benih yaitu Daya Simpan Benih dan Kekuatan Tumbuh Benih
(KecepatanTumbuh Benih).
C. Mutu genetik
Benih Mutu benih secara genetik ini barkaitan dengan susunan kromosom
dan DNA benih serta jenis protein yang ada dalam benih, dengan tolak ukur
kemurnian genetis benih. Selain itu, tolak ukur lain adalah kemurnian mekanis
benih yaitu persentase kontaminasi jenis atau varietas lain.
D. Mutu pathologis benih
Tolak ukur dari mutu pathologis benih yang biasa diginakan adalah status
kesehatan benih. Hal-hal yang diamati untuk mengetahui status kesehatan benih
ini adalah keberadaan serangan pathogen, jenis pathogen, dan tingkat serangan
pathogen. Sehingga dapat dinyatakan bahwa mutu suatu benih dapat dilihat dari
faktor-faktor sebagai berikut : kebenaran varietas, kemurnian benih, daya hidup
(daya kecambah dan kekuatan tumbuh), serta bebas dari hama dan penyakit. Pada
umumnya dipakai standar minimum sebagai dasar dari klasifikasi atau
penununtun pengkuran untuk menentukan tinggi rendahnya mutu suatu benih
yaitu untuk kriteria benih murni, daya kecambah dan kekuatan tumbuh.
Sedangkan standar maksimum digunakan untuk kadar air benih, persentase biji
tanaman lain, gulma dan kontaminan-kontaminan lain serta hama dan penyakit
pada benih. Kegagalan benih untuk memenuhi satu atau lebih dari kriteria tersebut
di atas dapat dianggap menunjukan sebagai benih yang mutunya kurang baik.
PENGENDALIAN MUTU BENIH DAN KOMPONENNYA
1. Pengendalian Mutu Benih
Dalam industri benih, pengendalian mutu memiliki tiga aspek penting,
yaitu: (1) penetapan standar minimum mutu benih yang dapat diterima, (2)
perumusan dan implementasi sistem dan prosedur untuk mencapai standar mutu
yang telah ditetapkan dan memeliharanya, dan (3) pendekatan sistematik untuk
mengidentifikasi
sebab-sebab
adanya
masalah
dalam
mutu
dan
cara
memecahkannya. Aspek pertama merupakan kewajiban lembaga pengawas benih,
yang di Indonesia secara operasional berada di tangan Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih (BPSB). Pengendalian mutu oleh pihak ini disebut juga
pengendalian mutu eksternal. Aspek kedua dan ketiga merupakan kewajiban
produsen benih yang disebut pula dengan kegiatan pengendalian mutu internal.
Pengendalian mutu merupakan salah satu teknik pengelolaan yang paling
menentukan dalam bisnis benih. Tetapi, hal ini sering tidak dipandang sebagai
sumber daya oleh produsen benih, kecuali oleh perusahaan benih yang besar.
Pengendalian mutu merupakan suatu kegiatan yang dapat dilakukan oleh
produsen benih kecil sekalipun.
Teknik pengawasan mutu bukan merupakan hal yang asing bagi produsen
benih dan pedagang benih. Tetapi umumnya, kegiatan ini sering dilakukan secara
tidak menyeluruh di setiap aspek kegiatan produksi benih, sejak penyiapan lapang
produksi sampai benih siap disalurkan. Mutu benih yang jelek kebanyakan sering
merupakan hasil dari tidak melakukan sutu kegiatan atau melakukannya dengan
tidak benar. Pengendalian mutu semestinya mengkoordinasikan seluruh kegiatan
yang diarahkan pada pencapaian standar mutu menjadi usaha yang komprehensif,
sistematis, dan berkelanjutan. Pengendalian mutu berurusan dengan perhatian dan
upaya pada berbagai kegiatan yang termasuk dalam bisnis benih. Prosedur yang
digunakan dalam mengendalikan mutu berkisar dari yang sederhana, seperti
pengontrolan sewaktu-waktu terhadap gulma yang berbahaya, sampai yang
kompleks, seperti perancangan ulang sampai tuntas atas sistem penanganan dan
pengangkutan benih untuk meminimumkan kerusakan benih. Pengendalian mutu
berusaha menghindarkan timbulnya masalah atau, jika masalah itu tidak dapat
dihindarkan, mengurangi pengaruhnya.
Mutu benih terdiri dari banyak atribut atau sifat benih. Dipandang dari
individu benih, sifat-sifat itu mencakup kebenaran-varietas, viabilitas, vigor,
kerusakan mekanis, infeksi penyakit, cakupan perawatan, ukuran, dan keragaan.
Jika dipandang dari populasi benih yang membentuk kelompok (lot), sifat-sifat
mutu mencakup kadar air, daya simpan, besaran kontaminan (benih gulma dan
tanaman lainnya), keseragaman lot, dan potensi keragaan. Benih bermutu tertinggi
adalah benih yang murni genetis, dapat berkecambah, vigor, tidak rusak, bebas
dari kontaminan dan penyakit, berukuran tepat (jika perlu), cukup dirawat (untuk
jenis-jenis yang perlu dirawat), dan secara keseluruhan berpenampilan baik. Mutu
yang ideal ini jarang tercapai. Agar lot benih memenuhi semua spesifikasi yang
ideal, maka ditetapkan adanya standar mutu minimum. Standar minimum ini
bukanlah tujuan, tetapi merupakan taraf terendah dari berbagai sifat mutu yang
dapat diterima. Adapun tujuannya adalah berupa mutu yang tertinggi.
2. Komponen Pengendalian Mutu benih
Berikut ini disampaikan komponen-komponen dalam pelaksanaan
pengendalian mutu yang harus diperhatikan oleh produsen benih. Pengendalian
mutu tidak lebih dari memberikan perhatian atas operasi dan prosedur yang
penting dalam melaksanakan bisnis benih; kualifikasi benih yang akan dihasilkan
dapat dicek secara periodik sehingga dapat ditentukan apakah akan memenuhi
standar dan dapat dipertahankan.
a. Sumber Benih
Kemurnian varietas dari suatu pertanaman untuk menghasilkan benih tidak
akan lebih baik daripada kemurnian benih yang ditanam, bahkan dapat lebih jelek.
Penggunaan benih yang murni varietas dan bebas dari benih gulma merupakan
langkah pertama dalam pengendalian mutu. Jika benih akan diberi sertifikat, maka
sumber benih harus tertentu kelasnya dan diperiksa oleh BPSB. Jika bukan benih
bersertifikat akan dihasilkan, penggunaan benih sumber berkelas sebar merupakan
cara terbaik untuk menjaga kemumian varietasnya.
b. Lahan
Lahan yang digunakan untuk produksi benih harus subur, berdrainase baik
dan cukup bebas dari gulma, terutama gulma yang sulit dipisahkan dari benih
yang akan diproduksi. Lahan harus tidak ditanami sebelumnya dengan varietas
yang berbeda atau lahan harus bera. Dalam hal lahan sebelumnya ditanami dengan
varietas yang berbeda, maka hendaknya diikuti persyaratan pemberaan yang telah
diatur oleh BPSB, walaupun bukan benih bersertifikat akan dihasilkan. Hal ini
dimaksudkan agar pertanaman dapat terbebas dari tanaman voluntir.
c. Penanaman
Alat atau mesin tanam harus bersih sebelum diisi dengan benih yang akan
ditanam. Usahakan agar hanya menanam satu varietas setiap harinya. Jika lebih
dari satu varietas akan ditanam pada hari yang sama di lahan yang berbeda, bisa
terjadi kesalahan mengisi alat tanam dengan satu atau dua kantong benih yang
berbeda sehingga menyebabkan penanaman varietas yang berbeda di lahan yang
sama. Dalam produksi benih legum, misalnya, benih yang akan ditanam mungkin
perlu diinokulasi, tergantung pada jenisnya dan kondisi lahan. Benih harus
disisakan kira-kira 0,5 kg untuk disimpan. Hal ini perlu untuk pengujian ulang
jika ternyata benih tidak tumbuh dengan memuaskan. Pencatatan kualifikasi benih
yang ditanam sebaiknya dilakukan, atau hal ini dapat ditempuh dengan menjaga
label benih tidak terlepas dari kantongnya.
d. Isolasi
Jarak antarvarietas hendaknya memenuhi persyaratan minimal yang
ditetapkan BPSB walaupun bukan benih bersertifikat yang akan dihasilkan.
Produsen benih dapat menggunakan isolasi jarak atau isolasi waktu tergantung
kebutuhan atau situasi lapangan. Persyaratan minimum jarak atau waktu isolasi
telah diatur oleh BPSB.
e. Teknik Budidaya
Teknik budidaya terbaik hendaknya dilaksanakan, termasuk di dalamnya
pengendalian gulma. Pengendalian gulma merupakan salah satu kegiatan yang
ditekankan dalam prosedur menghasilkan benih bersertifikat.
f. Pemeriksaan Lapang
Petugas yang bertanggung jawab atas pengendalian mutu atau supervisor
produksi harus memeriksa lapangan beberapa kali dan melakukan roguing, yaitu:
(1) setelah muncul bibit sambil menetapkan status pertanaman, (2) selama musim
awal pertumbuhan tanaman sambil mencek keperluan pengendalian gulma dan
menilai status pertanaman, (3) pada saat pembungaan untuk mencek kemurnian
varietas, dan (4) sebelum panen untuk mencek kemurnian varietas, kehadiran
gulma yang berbahaya, dan melaksanakan roguing terakhir.
g. Pemanenan
Alat pemanenan atau ‘kombain’ (combine) harus bersih sekali dan
diperiksa sebelum digunakan. Waktu panen sedapat mungkin ditetapkan
berdasarkan kadar air benih, terutama jika menggunakan cara mekanis untuk
pemanenan. Pemanenan harus dilakukan jika kadar air benih telah sesuai agar
benih tidak mengalami kerusakan mekanis. Hindari pemanenan dalam kondisi
cuaca hujan atau mendung agar tidak menimbulkan masalah dalam pengeringan.
Efektivitas pemanenan harus diperhatikan dengan memeriksa ketepatan fungsi
setiap bagian alat pemanen. Walaupun saat ini telah ada kombain yang terprogram
komputer, pengamatan hasil kerjanya masih memerlukan campur tangan operator.
Selain itu, hendaknya dilakukan pengambilan contoh benih untuk mengukur kadar
air dan menyesuaikan penyetelan bagian perontok dari kombain. Kebersihan
conveyor, trailer, dan alat lain yang digunakan harus terjamin.
h. Penyimpanan “Lindak” (Bulk Storage)
Setelah dipanen, benih hendaknya ditempatkan dalam penyimpanan lindak
yang bersih. Aerasi diperlukan jika kadar air benih cukup tinggi, misalnya 13-14%
untuk kedelai. Aerasi diperlukan juga walaupun kadar air benih setinggi 12% atau
kurang untuk menghindari adanya ‘titik atau sumber panas’ (hot spot) di dalam
massa benih. Contoh benih juga diambil dari simpanan lindak ini dan dikirimkan
ke laboratorium untuk diuji kemurnian dan perkecambahannya. Berdasarkan hasil
pengujian itu produsen benih harus menetapkan status mutu benihnya dan
memutuskan apakah perlu untuk mengolah benih lebih lanjut; langkah-langkah
tertentu mungkin diperlukan pada taraf itu agar benih yang telah diuji pada
akhirya memenuhi persyaratan.
i. Pengolahan Benih
Alat-alat pengolahan benih harus diperiksa dan dibersihkan dari
kontaminan. Alat-alat yang diperlukan hendaknya dipasang dengan benar untuk
menekan kehilangan dan mencapai hasil pemilahan yang optimum atau memenuhi
standar. Pemilihan alat pemilahan benih yang tepat sangat perlu. Selanjutnya
benih harus diambil contohnya dan dikirimkan ke laboratorium untuk penilaian
mutunya. Kira-kira 1 kg benih hendaknya disimpan sebagai arsip dan kelompok
benih harus dihitung serta ditentukan kebutuhan kantong pengemas dan labelnya.
j. Penyimpanan
Produsen benih pada umumya harus menyimpan benih sebelum
disalurkan. Jika kantong-kantong benih tidak diberi etiket (label), usahakan untuk
menyimpan benih berdasarkan kelompoknya. Walaupun demikian, penumpukan
benih berdasarkan kelompok yang sama sebaiknya dilakukan agar mempermudah
penanganannya. Catatan tentang jumlah kantong benih per kelompok harus ada,
lengkap dengan posisinya di dalam gudang. Gudang harus bersih dan bebas dari
tikus.
k. PemeriksaanTerakhir
Pengambilan
contoh
benih
masih
diperlukan
sebelum
benih
didistribusikan, terutama untuk pengangkutan jarak jauh. Hal ini untuk
menghindari tuntutan dari konsumen, terutama jika benih telah disimpan cukup
lama di dalam gudang, walaupun masih belum kedaluwarsa. Gudang, wadah
penyimpanan, dan alat-alat pengolahan, pemanenan, dan penanaman harus
dibersihkan pada akhir kegiatan produksi benih di musim yang bersangkutan.
Evaluasi harus dilakukan atas pelaksanaan produksi benih yang lalu agar dapat
melakukan perbaikan dalam kegiatan di musim berikutnya. Produsen benih
disarankan untuk melihat lapang yang telah digunakan; suatu gagasan mungkin
akan muncul untuk meningkatkan taraf pengendalian mutu pada masa yang akan
datang.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Benih
a. Faktor bawaan ( kemurnian varietas )
b. Faktor fisiologi dan fisik benih
Tingkat kematangan benih
Benih harus dipanen dari tanaman yang sudah matang benar
Tingkat kerusakan mekanis benih
Tingkat keusangan benih, yaitu hubungan antara vigor awal benih dengan
lamanya benih yang disimpan.
Patogen pada benih, terutama soybean mozaic virus (SMU) serta penyakit
virus lainnya
Ukuran dan berat jenis benih
Komposisi kimia benih
c. Faktor lingkungan
Musim tanam
Kultur teknik
Waktu panen
Cara tanam
d. Faktor perlakuan pascapanen
Cara
penimbunan
serta
lamanya
penimbunan
brangkasan
pengeringan dan pembijian
Cara pengeringan
Keseragaman dan kesehatan benih sebelum disimpan
Cara pengepakan, khususnya volume dan jenis kemasan
Suhu dan kelembaban tempat penyimpanan
Lama, cara, dan proses pengangkutan benih
sebelum
HAMBATAN DALAM MEMPRODUKSI BENIH BERMUTU
1. Permasalahan
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa ketersediaan dan penggunaan benih
bermutu (dan berlabel) masih rendah. Permasalahan yang dihadapi dalam
peningkatan produksi benih antara lain adalah :
-
Keterbatasan ketersediaan benih sumber untuk diperbanyak oleh produsen
-
dan penangkar benih
Produsen benih kelas menengah ke bawah umumnya belum mempunyai
pemulia sendiri, serta penyilang benih banyak yang belum mempunyai
-
laboratorium kultur jaringan
Keterbatasan modal usaha, sehingga penggunaan input dan sarana produksi
-
terbatas, yang berakibat volume usaha juga tidak optimal.
Keterbatasan varietas benih dalam negeri yang disukai konsumen (sesuai
preferensi konsumen), sementara pemohon pelepasan varietas sayuran berasal
-
dari intoduksi (luar negeri) meningkat.
Keterbatasan data supply-demand benih antar daerah dan antar sentra,
-
sehingga jalur dan pemenuhan benih tidak terpantau secara baik.
Keterbatasan jumlah dan kemampuan petugas pengawas benih tanaman.
Keterbatasan dana operasional bagi Balai Benih BPS danPengawan Benih
Tanaman
ASPEK PENTINGNYA BENIH
1. Arti Penting/Ekonomi Benih Dalam Budidaya Tanaman.
Benih merupakan sarana produksi utama dalam budidaya tanaman karena
dengan benih bermutu dapat meningkatkan produksi, benih bermutu secara
ekonomi memberi nilai tambah/manfaat bagi masyarakat/petani. Benih bermutu
(Undang-undang No. 12 tahun 1992) mempunyai ciri sebagai berikut: a.
Produktivitasnya tinggi (Produksi/satuan luas), yaitu varietas/klon mempunyai
produksi yang tinggi, artinya gap antara produksi yang diperoleh pada lingkungan
pengujian sebelum varietas/klon tersebut dirilis dengan lingkungan pertanaman
luas atau di masyarakat rendah, b. Pertumbuhan seragam, yaitu pertumbuhan antar
satu tanaman dalam suatu pertanaman sama, baik dari aspek tinggi tanaman,
diametr batang, perkembangan kanopi, dan produktivitas. c.Mutu genetisnya tingi,
yaitu struktur gen dalam kromosom sama pada setiap tanaman dalam klon/varietas
tersebut. Misalnya pada tanaman karet Klon GT1, Kelapa Sawit dengan varietas
Tenera.
Dalam menetapkan suatu biji dikategorikan sebagai benih bermutu dan
mempunyai nilai ekonomi diwajibkan melakukan pengujian berikut (PP No. 44
Tahun 1995) :
Uji kadar air, yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui kadar air suatu
benih, dengan metode oven, hal tersebut dilakukan untuk tujuan
penyimpanan/pengiriman,
Uji daya tumbuh, yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui persentase
tumbuh benih yang dijadikan sebagai benih untuk tujuan budidaya dan
pelabelan,
Uji kemurnian, yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui persentase benih
secara genetik yang terkandung dalam suatu benih yang akan digunakan
untuk budidaya maupun untuk tujuan pelabelan,
Uji campuran dari varietas lain, yaitu untuk mengetahui beni varietas lain
yang terdapat dalam benih yang akan digunakan dalam budidaya, tujuannya
agar diperoleh keseragaman benih,
Uji kompatabilitas benih (keseragaman), yaitu uji keserempakan tumbuh dan
keseragaman benih,
Uji heterogenitas, uji yang dilakukan untuk mengetahui keseragaman besar
dan ukuran biji dari setiap benih,
Uji tetrazolium, uji yang dilakukan untuk mengetahui keutuhan benih dalam
rangka daya kecambah dan dilakukan secara kimia,
Uji kesehatan benih, yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah benih
tersebut terbebas dari fatogen yang akan membahayakan pertumbuhan.
Dalam pengelolaan benih agar bernilai ekonomi dan menguntungkan,
maka dikenal ada dua aspek, yaitu :
1.
Biji bermutu, yaitu benih dari varietas benar dan murni, mempunyai mutu
genetis, fisiologis, dan mutu fisik yang tingi sesuai dengan standar mutu di
2.
kelasnya,
Standar mutu benih, yaitu spesifikasi benih yang mencakup fisik, genetis,
fisiologis, dan kesehatan benih yang dibakukan dan merupakan konsensus
semua pihak yang terkait.
Syarat umum dalam pengembangan perbenihan agar diperoleh mutu
ekonomi benih yang tinggi ( Kamil, 1991), yaitu :
Daya kecambah, minimal 80 %, artinya benih yang tumbuh dari benih yang
ditanam minimal 80 persen, hal tersebut ditetapkan guna menghindari
penggunaan benih yang banyak yang dapat meningkatkan biaya produksi,
Benih murni, minimal 95 %, artinya benih yang ada pada setiap varietas/klon
terdapat pada varietas/klon yang sama, hal tersebut dilakukan guna
menghindari ketidakseragaman pertumbuhan dan ketahanan terhadap
hama/penyakit yang akhirnya menyebabkan produksi menurun,
Banih dari varietas lain, maksimal 5 %, artinya murni dari varietas/klon yang
sama,
Kotoran, maksimal 3 %, artinya benda asing dan lainnya seperti ranting,
krikil, dan benda asing lainnya tidak ada,
Benih dari rumputan, maksimal 2 %, artinya bila benih terdapat batu,
campuran benih dengan gulma, maka akan menyulitkan pemeliharaan dan
keseragan pertumbuhan karena dalam pertumbuhan tanaman tersebut terjadi
kompetisi antara gulma dan tanaman utama, akhirnya dapat menutunkan
produksi.
Guna memenuhi hal tersebut di atas, benih sebelum diedarkan atau
dipasarkan ke masyarakat, faktor mutu fisik benih perlu mendapat perhatian yang
meliputi:
a. Benih bersih dari bendah asing,
b. Warna benih seragam, tidak terserang hama penyakit, hal tersebut diperhatikan
agar
benih
tidak
berubah
warna
yang
mengakibatkan
kemerosotan
pertumbuhan dan nilai jual,
c. Tidak bercak-bercak,
d. Bernas/berisi sesuai struktur biji, artinya komposisi kimia dan fisik normal,
e. Tidak kriput.
Agar usaha budidaya dapat berhasil dengan optimal dari aspek produksi
dan nilai ekonomi, maka klasifikasi benih ( Kamil, 1991) yang dapat digunakan
adalah seperti pada sekema berikut. Benih Penjenis, Yaitu benih yang dihasilkan
dari kegiatan Pemuliaan tanaman dan hanya dikuasai oleh pemulia. Benih Dasar,
yaitu yang diperbanyak oleh lembaga tertentu Dan memperoleh izin dari
pemerintah. Benih Pokok, yaitu disebar dan diperbanyak oleh lembaga/
Perorangan yang diawasi oleh badan sertifikasi benih. Benih Sebar, yaitu benih
yang diperdagangkan dan ditanam Oleh petani.
2. Perundang-Undangan Dalam Perbenihan Tanaman
Benih merupakan sarana produksi utama dalam budidaya tanaman, dalam
arti penggunaan benih bernutu mempunyai peranan yang menentukan dalam
usaha meningkatkan produksi dan mutu fisik. Untuk mendapatkan benih bermutu
diperlukan penemuan varietas/klon unggul yang dilakukan mekalui usaha
pemuliaan tanaman yang diselengggarakan antara lain melalui kegiatan pencarian,
pengumpulan, dan pemanfaatan plasma nutfah baik di dalam maupun di luar
habitatnya dan atau melalui usaha introduksi dariluar negeri. Benih dari
varietas/klon unggul, untuk dapat menjadi benih bina, terlebih dahulu
varietas/klon harus dilepas/dirilis. Pemerinah memberikan kesempatan secara luas
kepada masyarakat, baik berupa badan hukum seperti Koperasi, BUMN, BUMD,
Perusahaan swasta yang berbentuk perseroan terbatas, maupun perorangan
termasuk firma dan CV, untuk berperan serta dalam dalam kegiatan perbenihan,
baik kegiatan pemuliaan, produksi, maupun peredaran benih. Ketentuan umum
dalam peraturan pemerintah No. 44 Tahun 1995, tentang perbenihan.
BAB 3. KESIMPULAN
Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan
kemasakan benih, panen dan perontokan, pengeringan, penyimpanan benih
sampai fase pertumbuhan di persemaian. Benih merupakan sarana produksi utama
dalam budidaya tanaman karena dengan benih bermutu dapat meningkatkan
produksi, benih bermutu secara ekonomi memberi nilai tambah/manfaat bagi
masyarakat/petani. Dalam menetapkan suatu biji dikategorikan sebagai benih
bermutu dan mempunyai nilai ekonomi diwajibkan melakukan pengujian yaitu
uji kadar air, daya tumbuh, kemurnian, heterogenizitas, kompaktibilitas, dan
tetrazolium. Benih merupakan sarana produksi utama dalam budidaya tanaman,
dalam arti penggunaan benih bernutu mempunyai peranan yang menentukan
dalam usaha meningkatkan produksi dan mutu fisik. Untuk mendapatkan benih
bermutu diperlukan penemuan varietas/klon unggul yang dilakukan mekalui usaha
pemuliaan tanaman yang diselengggarakan antara lain melalui kegiatan pencarian,
pengumpulan, dan pemanfaatan plasma nutfah baik di dalam maupun di luar
habitatnya dan atau melalui usaha introduksi dariluar negeri.
DAFATR PUSTAKA
Anonim. 1999. Kebijakan Pembangunan Pertanian. Jakarta : Departemen
Pertanian.
Kartasapoetra, A.G. 1992. Teknologi Benih. Jakarta : Rinneka Cipta Saputra.
Kuswanto, H., 1994. Produksi dan Distribusi Benih. Malang : Forum
komunikasi dan antar peminat dan ahli benih.
Qamara, W., dan A, Setiawan S. 1995. Produksi Benih. Jakarta : Bumi Aksara.
Wirawan, B., dan Sri Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Jakarta
: Penebar Swadaya.