Artikel Singkat UU RI tentang Kesehatan

A. KESEHATAN
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan, pasal 1, Kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Perbekalan
kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan. Sediaan farmasi adalah obat,
bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
Sumber Daya DI Bidang Kesehatan
1. Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan. Tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum dan
berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
sebagaimana yang tertera pada pasal 22 dan 23 UU RI no 36/2009.
Kewenangan yang dimaksud adalah kewenangan yang diberikan
berdasarkan pendidikannya setelah melalui proses registrasi dan
pemberian izin dari pemerintah sesuai dengan peraturan perundangundangan. Pasal 24 menerangkan bahwa Tenaga kesehatan harus
memenuhi ketentuan kode etik dan standar profesi yang diatur oleh

organisasi profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar
pelayanan, dan standar prosedur operasional yang diatur dengan
Peraturan Menteri.
2. Fasilitas pelayanan kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Pada pasal 30 menyatakan Pesyaratan dan perizinan fsilitas
pelayanan kesehatan ditetapkan oleh pemerintah, selain itu juga

husnaeni24@ymail.com Farmasi, UHO ^^

pada pasal 35 Pemerintah daerah dapat menentukan jumlah dan
jenis fasilitas pelayanan kesehatan serta pemberian izin beroperasi di
daerahnya .
Fasilitas pelayanan kesehatan wajib:
a. memberikan akses yang luas bagi kebutuhan penelitian dan
pengembangan di bidang kesehatan; dan
b. mengirimkan laporan hasil penelitian dan pengembangan kepada

pemerintah daerah atau Menteri.
3. Perbekalan kesehatan
Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan, pasal 36, 37, 38, 39, 40, dan 41 mengatur
tentang perbekalan kesehatan. Pengelolaan perbekalan kesehatan
dilakukan agar kebutuhan dasar masyarakat akan perbekalan
kesehatan terpenuhi. Pengelolaan perbekalan kesehatan yang berupa
obat esensial dan alat kesehatan dasar tertentu dilaksanakan dengan
memperhatikan kemanfaatan, harga, dan faktor yang berkaitan
dengan pemerataan. Disini pemerintah memainkan peran penting
dalam menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan
perbekalan kesehatan, terutama obat esensial. Serta mendorong dan
mengarahkan pengembangan perbekalan kesehatan dengan
memanfaatkan potensi nasional yang tersedia.
4. Teknologi dan Produk Teknologi
Pemerintah membentuk lembaga yang bertugas dan berwenang
melakukan penapisan, pengaturan, pemanfaatan, serta pengawasan
terhadap penggunaan teknologi dan produk teknologi. Berdasarkan
Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan, pasal 42, 43, 44, dan 45 yang membahas

tentang teknologi dan produk teknologi. Teknologi kesehatan adalah
cara, metode, proses, atau produk yang dihasilkan dari penerapan
dan pemanfaatan disiplin ilmu pengetahuan di bidang kesehatan
yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan,
dan peningkatan mutu kehidupan manusia. Teknologi dan produk
teknologi kesehatan diadakan, diteliti, diedarkan, dikembangkan, dan

husnaeni24@ymail.com Farmasi, UHO ^^

dimanfaatkan bagi kesehatan masyarakat. Penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan ditujukan
untuk menghasilkan informasi kesehatan, teknologi, produk
teknologi, dan teknologi informasi (TI) kesehatan untuk mendukung
pembangunan kesehatan. Pengembangan teknologi, produk
teknologi, teknologi informasi (TI) dan Informasi Kesehatan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hak kekayaan intelektual
(HKI). Untuk penelitian penyakit infeksi yang muncul baru atau
berulang (new emerging atau re emerging diseases) yang dapat
menyebabkan kepedulian kesehatan dan kedaruratan kesehatan
masyarakat (public health emergency of international concern/PHEIC)

harus dipertimbangkan kemanfaatan (benefit sharing) dan
penelusuran ulang asal muasalnya (tracking system) demi untuk
kepentingan nasional.
B. PSIKOTROPIKA
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997
Tentang Psikotropika Pasal 1 (1) dijelaskan bahwa Psikotropika adalah
zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Pasal 2 (2) Psikotropika yang mempunyai potensi
mengakibatkan sindroma ketergantungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digolongkan menjadi:
b. psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contohnya,Broloamfetamine atau DOB ,
Cathinone, DET , DMA, DMHP, DMT,DOET, Etrytamine, Lysergide LSD, LSD, MescalineMethcathinone, N-ethyl MDA, Parahexyl, PMA,
Psilocine, psilotsin, Psilocybine, Rolicyclidine, STP, DOM,
Tenamfetamina.


husnaeni24@ymail.com Farmasi, UHO ^^

c. psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya, Amfetamina,
Deksamfetamina, Fenetilina, Fenmetrazina,Fensiklidina,
Levamfetamina, Levometamfetamina,Meklokualon, Metamfetamina
Metamfetamina rasemat,Metakualon, Metilfenidat, Sekobarbital,
Zipeprol.
d. psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya, Amobarbital,
Buprenorphine, Butalbital, Cathine / norpseudo-ephedrine,
Cyclobarbital, Flunitrazepam, Glutethimide ,Pentazocin,
Pentobarbital, Flunitrazepam, Glutetimida,Katina, Pentazosina,
Pentobarbital, Siklobarbital
e. psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya, Allobarbital,
Alprazolam, Amfepramona, Aminorex, Barbital,Benzfetamina,
Bromazepam, Brotizolam, Butobarbital,Delorazepam, Diazepam,
Estazolam, Etil amfetamina, Etilloflazepate, Etinamat, Etklorvinol,
Fencamfamina,Fendimetrazina, Fenobarbital, fenproporeks,
Fentermina,Fludiazepam, Flurazepam, Halazepam,
Haloksazolam,Kamazepam, Ketazolam, Klobazam,
Kloksazolam,Klonazepam dll.
Dijelaskan lebih lanjut lagi pada Pasal 4 bahwa Psikotropika hanya
dapat digunakan untuk tujuan kepentingan pelayanan kesehatan dan
penggunaan psikotropika. Tujuan tersebut salah satunya yaitu untuk
kepentingan pelayanan kesehatan. Penggunaan obat-obat yang
tergolong psikotropika dalam bidang kesehatan antara lain:

husnaeni24@ymail.com Farmasi, UHO ^^

a. Asam barbiturat (pentobarbital dan secobarbitol) sering digunakan
untuk menghilangkan cemas sebelum operasi (obat penenang).
b. Amfetamin (dan turunannya), digunakan untuk mengurangi depresi,

kecanduan alkohol, mengobati parkinson kegemukan, keracunan zat
tertentu, menambah kewaspadaan, menghilangkan rasa kantuk dan
lelah, menambah keyakinan diri dan konsentarsi
Pada pasal 5, 6, dan 7 membahas tentang produksi dari psikotropika.
Produksi yang dimaksud disini yaitu kegiatan atau proses menyiapkan,
mengolah, membuat, menghasilkan, mengemas, dan/atau mengubah
bentuk psikotropika. Produksi dilakukan oleh pabrik yang memiliki izin
seperti pabrik obat. Pabrik obat yaitu perusahaan berbadan hukum
yang memiliki izin dari Menteri untuk melakukan kegiatan produksi
serta penyaluran obat dan bahan obat, termasuk psikotropika.
Psikotropika golongan I dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam
proses produksi. Psikotropika, yang diproduksi untuk diedarkan berupa
obat, harus memenuhi standar dan/atau persyaratan farmakope
Indonesia atau bukustandar lainnya.
Peredaran psikotropika terdiri dari penyaluran dan penyerahan.
Penyaluran psikotropika hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat, PBF
dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah. Penyaluran
Psikotropika Gol I hanya kepada lembaga penelitian dan atau lembaga
pendidikan untuk tujuan ilmu pengetahuan. Penyaluran Psikotropika Gol
II, III dan IV yang berupa obat dapat disalurkan kepada PBF, Apotek,

rumah sakit, SaranaPenyimpanan sediaan farmasi Pemerintah, lembaga
peneliatan dan/atau lembaga pendidikan. Penyaluran dari sarana
penyimpanan pemerintah hanyadapat disalurkan kepada Rumah sakit,
Puskesmas dan balai pengobatan dilingkungan pemerintah.
Penyaluran psikotropika hanya dapat dilakukan berdasarkan surat
pesananyang di tandatangani oleh penanggung jawab obat di sarana
kesehatan yaitu:
1. Lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan adalah dokter
atauapoteker.
2. PBF adalah apoteker.

husnaeni24@ymail.com Farmasi, UHO ^^

3. Rumah sakit adalah apoteker.
4. Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah adalah apoteker.
5. Puskesmas adalah dokter.
Contohnya : untuk penyaluran buprenofrin (golongan III psikotropika).
Penyaluran buprenorfin hanya dapat dilakukan oleh pabrik farmasi atau
pedagang besar farmasi yang mengimpor kepada pedagang besar
farmasi yang ditunjuk atau langsung ke rumah sakit. Penyalurannya

dilakukan berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani oleh
apoteker pada apotek rumah sakit atau dokter penanggung jawab
rumah sakit yang tidak memiliki apotek.
Penyerahan adalah setiap kegiatan memberikan psikotropika, baik
antar-penyerahan maupun kepada pengguna dalam rangka pelayanan
kesehatan.
Penyerahan psikotropika golongan II,III,dan golongan IV yang berupa
obatdapat dilakukan oleh apotek kepada:
1. Apotik lainnya : surat permintaan ditulis Apoteker Pengelolah Apotik
2. Rumah sakit : surat permintaan ditulis Direktur Rumah Sakit
3. Puskesmas : surat permintaan ditulis Kepala Puskesmas
4. Balai pengobatan : surat permintaan ditulis Dokter Penanggung
JawabBalai Pengobatan
5. Dokter/ Pasien : berdasarkan resep dokter.
Contohnya : untuk penyerahan dari Buprenofrin hanya dapat dilakukan
oleh dokter yang telah mendapat pelatihan tentang buprenofrin.
Penyerahan dilakukan langsung oleh dokter kepada pasien untuk
diminum dan tidak dibawa pulang.
C. NARKOTIKA
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika, pasal 1 (1) Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke
dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-

husnaeni24@ymail.com Farmasi, UHO ^^

Undang ini. Narkotika secara farmakologik adalah opioida. Seiring
berjalannya waktu keberadaan narkoba bukan hanya sebagai
penyembuh namun justru menghancurkan. Awalnya narkoba masih
digunakan sesekali dalam dosis kecil dan tentu saja dampaknya tak
terlalu berarti. Namun perubahan jaman dan mobilitas kehidupan
membuat narkoba menjadi bagian dari gaya hidup, dari yang tadinya
hanya sekedar perangkat medis, kini narkoba mulai tenar digaungkan
sebagai dewa dunia, penghilang rasa sakit. Berdasarkan hal ini,
pengaturan narkotika dalam undang-undang menjadi penting. Tujuan
pengaturan narkotika pada pasal 4 yaitu :
a. menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan

kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika;
c. memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
dan
d. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi
Penyalah Guna dan pecandu Narkotika.
Seperti halnya Psikotropika, menurut pasal 6 Narkotika digolongkan
menjadi :
a. Narkotika Golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
b. Narkotika Golongan II adalah Narkotika berkhasiat pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
c. Narkotika Golongan III adalah Narkotika berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan.
Yang termasuk jenis narkotika adalah:

husnaeni24@ymail.com Farmasi, UHO ^^



Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing,
jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja,
dan damar ganja.



Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta
campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan
tersebut di atas.
Berdasarkan uraian diatas, untuk narkotika golongan I tidak

digunakan untuk pelayanan kesehatan karena dapat menyebabkan
ketergantungan yang sangat tinggi, tetapi dapat digunakan untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk
reagensia diagnostik, serta reagensia laboratorium. Hal ini sesuai
dengan uu no 35/ 2009 pasal 7 dan 8.
Hingga kini penyebaran penyalahgunaan narkoba sudah hampir
tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat
dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab. Pada uu yang sama pasal 35, dijelaskan bahwa
Peredaran Narkotika meliputi setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan
penyaluran atau penyerahan Narkotika, baik dalam rangka
perdagangan, bukan perdagangan maupun pemindahtanganan, untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Peredaran untuk narkotika tidaklah
dilarang. Akan tetapi untuk bisa mengedarkannya haruslah memiliki
dokumen yang sah seperti surat izin edar. Surat izin ini dapat
didapatkan dengan mendaftarkan diri melalui BPOM lalu ke menteri. Hal
ini secara jelas dipaparkan dalam uu no 35/2009 pasal 36.
Pada pasal 39, 40, 41, dan 42, dipaparkan bahwa untuk penyaluran
narkotika dilakukan oleh yaitu :
1) Industri Farmasi
a. pedagang besar farmasi tertentu;
b. apotek;
c. sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu; dan
d. rumah sakit.
2) Pedagang besar farmasi
a. pedagang besar farmasi tertentu lainnya;

husnaeni24@ymail.com Farmasi, UHO ^^

b. apotek;
c. sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu;
d. rumah sakit; dan
e. lembaga ilmu pengetahuan untuk kepentingan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah :
a. rumah sakit pemerintah;
b. pusat kesehatan masyarakat; dan
c. balai pengobatan pemerintah tertentu.
Penyerahan Narkotika hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah
sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan dan dokter.
Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika kepada rumah sakit, pusat
kesehatan masyarakat, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter
danpasien. Rumah sakit, apotek, pusat kesehatan masyarakat, dan
balai pengobatan hanya dapat menyerahkan Narkotika kepada pasien
berdasarkan resep dokter. Penyerahan Narkotika oleh dokter hanya
dapat dilaksanakan untuk menjalankan praktik dokter dengan
memberikan Narkotika melalui suntikan, menolong orang sakit dalam
keadaan darurat dengan memberikan Narkotika melalui suntikan, atau
menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.

husnaeni24@ymail.com Farmasi, UHO ^^

D.PANGAN
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati
produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan,
perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan
bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,
dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
Penyelenggaraan berasal dari kata dasar “selengara” yang artinya
“menyelenggarakan, mengurus, dan mengusahakan sesuatu, seperti:
memelihara, merawat”. (Ali, 1990:403). Jika dikaitkan dengan makanan,
maka penyelenggaraan makanan pada hakikatnya merupakan kegiatan
mengurus dan mengusahakan masalah makanan, atau proses
pengolahan makanan pada satu jenis kegiatan tertentu.
Penyelenggaraan makanan adalah suatu proses menyediakan
makanan dalam jumlah besar dengan alasan tertentu. Sedangkan
Depkes (2003) menjelaskan bahwa penyelenggaraan makanan adalah
rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan
pendistribusian makanan kepada konsumen dalam rangka pencapaiana
status yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat dan
termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi bertujuan untuk
mencapai status kesehatan yang optimal melalui pemberian makan
yang tepat. Sebagaimana yang tercantum dalam pasal 2, 3, dan 4,
Penyelenggaraan Pangan dilakukan dengan berdasarkan asas
kedaulatan; kemandirian; ketahanan; keamanan; manfaat; pemerataan;
berkelanjutan; dan keadilan. Penyelenggaraan Pangan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara
adil, merata, dan berkelanjutan berdasarkan Kedaulatan Pangan,
Kemandirian Pangan, dan Ketahanan Pangan. Penyelenggaraan Pangan
bertujuan untuk:
a. meningkatkan kemampuan memproduksi Pangan secara mandiri;

husnaeni24@ymail.com Farmasi, UHO ^^

b. menyediakan Pangan yang beraneka ragam dan memenuhi
persyaratan keamanan, mutu, dan Gizi bagi konsumsi masyarakat;
c. mewujudkan tingkat kecukupan Pangan, terutama Pangan Pokok
dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan
masyarakat;
d. mempermudah atau meningkatkan akses Pangan bagi masyarakat,
terutama masyarakat rawan Pangan dan Gizi;
e. meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas Pangan di
pasar dalam negeri dan luar negeri;
f. meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
Pangan yang aman, bermutu, dan bergizi bagi konsumsi masyarakat;
g. meningkatkan kesejahteraan bagi Petani, Nelayan, Pembudi Daya
Ikan, dan Pelaku Usaha Pangan; dan
h. melindungi dan mengembangkan kekayaan sumber daya Pangan
nasional.
Pada uu no tentang pangan pasal 6 hingga pasal 11 dijelaskan
secara nyata tentang perencanaan pangan. Perencanaan Pangan
dilakukan untuk merancang Penyelenggaraan Pangan ke arah
Kedaulatan Pangan, Kemandirian Pangan, dan Ketahanan Pangan.
Perencanaan Pangan harus memperhatikan:
 pertumbuhan dan sebaran penduduk;
 kebutuhan konsumsi Pangan dan Gizi;
 daya dukung sumber daya alam, teknologi, dan kelestarian
lingkungan;
 pengembangan sumber daya manusia dalam Penyelenggaraan





Pangan;
kebutuhan sarana dan prasarana Penyelenggaraan Pangan;
potensi Pangan dan budaya lokal;
rencana tata ruang wilayah; dan
rencana pembangunan nasional dan daerah.
Perencanaan Pangan harus terintegrasi dalam rencana

pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah
dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dengan
melibatkan peran masyarakat dan ditetapkan dalam rencana
pembangunan jangka panjang, rencana pembangunan jangka
menengah, dan rencana kerja tahunan di tingkat nasional, provinsi, dan

husnaeni24@ymail.com Farmasi, UHO ^^

kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Perencanaan Pangan diwujudkan dalam bentuk rencana
Pangan yang terdiri atas rencana Pangan nasional, rencana Pangan
provinsi dan rencana Pangan kabupaten/kota. Rencana Pangan nasional
sekurang-kurangnya memuat kebutuhan konsumsi Pangan dan status
Gizi masyarakat, Produksi Pangan, Cadangan Pangan terutama Pangan
Pokok, Ekspor Pangan, Impor Pangan, Penganekaragaman Pangan,
distribusi, perdagangan, dan pemasaran Pangan, terutama Pangan
Pokok, stabilisasi pasokan dan harga Pangan Pokok, Keamanan Pangan,
penelitian dan pengembangan Pangan, kebutuhan dan diseminasi ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang Pangan.
Agar makanan dapat berfungsi dengan baik, maka diperlukan
berbagai syarat agar memenuhi kriteria yang diharapkan. Selain
makanan harus mangandung zat gizi (lemak, protein, karbohidrat,
mineral dan vitamin), makanan harus baik dan tidak kalah pentingnya
yang untuk diperhatikan adalah bahwa makan harus aman untuk
dikonsumsi. Umar Santoso 2009 mengatakan bahwa berbagai berita di
media massa dari tahun ketahun semakin menggugah kesadaran akan
rapuhnya kondisi keamanan sulpy pangan. Sangat sering
diinformasikan bahwa beberapa macam komponen makanan misalnya
zat pewarna sintetis, bahan pengawet, pemanis buatan dan lain
sebagainya yang mengancam kesehatan kita. Untuk itulah keamanan
pangan menjadi perlu untuk diatur.
Pada pasal 67 dinyatakan bahwa Keamanan Pangan
diselenggarakan untuk menjaga Pangan tetap aman, higienis, bermutu,
bergizi, dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat. Keamanan Pangan dimaksudkan untuk mencegah
kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
Dalam melaksanakan Penyelenggaraan Pangan, Pemerintah berwenang
melakukan pengawasan. Dalam melaksanakan pengawasan, lembaga
pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 ayat (3) sesuai
dengan urusan dan/atau tugas serta kewenangan, masing-masing

husnaeni24@ymail.com Farmasi, UHO ^^

mengangkat pengawas. Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin
terwujudnya penyelenggaraan Keamanan Pangan di setiap rantai
Pangan secara terpadu. Penyelenggaraan Keamanan Pangan dilakukan
melalui:
a. Sanitasi Pangan;
b. pengaturan terhadap bahan tambahan Pangan;
c. pengaturan terhadap Pangan Produk Rekayasa Genetik;
d. pengaturan terhadap Iradiasi Pangan;
e. penetapan standar Kemasan Pangan;
f. pemberian jaminan Keamanan Pangan dan Mutu Pangan; dan
g. jaminan produk halal bagi yang dipersyaratkan.
.
E. PERLINDUNGAN KONSUMEN

Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen pasal 1, Perlindungan konsumen
adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
memberi perlindungan kepada konsumen. Konsumen adalah setiap
orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Tujuan Perlindungan konsumen sesuai pasal 3 yaitu :
a. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen
untuk melindungi
diri;
b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau
jasa;
c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan
dan menuntut
hak-haknya sebagai konsumen;
d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung
unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi;

husnaeni24@ymail.com Farmasi, UHO ^^

e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha;
f. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
PERBUATAN YANG DILARANG BAGI PELAKU USAHA

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen, pasal 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, dan
17 mengatur tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha.
 Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan
barang dan/atau jasa yang:
a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundangundangan;
b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah
dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau
etiket barang tersebut;
c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam
hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;
d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau
kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau
keterangan barang dan/atau jasa tersebut
e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses
pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana
dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/atau jasa
tersebut;
f. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,
keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa
tersebut;
g. tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu
penggunaan/ pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;
h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana
pernyataan "halal" yang dicantumkan dalam label;
i. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang
memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto,
komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan,

husnaeni24@ymail.com Farmasi, UHO ^^

nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk
penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/ dibuat;
j. tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan
barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan
perundangundangan yang berlaku.
 Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat
atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara
lengkap dan benar atas barang dimaksud.
 Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan
pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau
tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar.

husnaeni24@ymail.com Farmasi, UHO ^^