TABIR HAMBALANG TERSINGKAP Pembelaan Bag

NOTA PEMBELAAN
(PLEIDOOI)
Atas nama Terdakwa:
ANAS URBANINGRUM
Perkara Pidana No.55/PID.SUS/TPK/2014/PN.JKT.PST
Diajukan oleh Tim Penasihat Hukum:
Prof. DR. Adnan Buyung Nasution
Pia A.R. Akbar-Nasution, S.H., LL.M.
M Sadly Hasibuan, S.H.
Indra Nathan Kusnadi, S.H.,M.H.
Marlon E. Tobing, S.H.
Aryo Herwibowo,S.T., S.H., MMSI.
Firman Wijaya, S.H., M.H.
Tina Haryaningsih, S.H., M.H.
Asmar Oemar Saleh, S.H.
Arief Patramijaya, S.H., LL.M.
Handika H., S.H.
Abdul Gani Latar, S.H., M.H.
Slamet Triyanto, S.H.
Deny Hariyatna, S.H., M.H.
Hindun Anisah, S.AG., M.A.

Di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta

Jakarta, 18 September
2014
Majelis Hakim yang mulia, dan
Penuntut Umum yang kami hormati.
Pertama-tama, kami tim Pembela ingin menyampaikan ucapan
terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada Majelis
Hakim yang telah memimpin persidangan dan memeriksa
Perkara ini dengan arif bijaksana, adil, objektif, serta bebas
dan independen sesuai dengan asas free and impartial tribunal
yang merupakan bagian tak terpisahkan dari prinsip Negara
Hukum (The Rule of Law/Rechtsstaat). Majelis Hakim juga
-1-

telah berkenan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
para pihak untuk melakukan tanya jawab secara leluasa kepada
Saksi, Ahli maupun Terdakwa. Bahkan Majelis Hakim pun
secara aktif dan kritis mengajukan berbagai pertanyaan kepada
Saksi, Ahli maupun Terdakwa, guna mencari dan menemukan

kebenaran materiil yang menjadi tujuan dari persidangan
perkara ini sehingga dapat dicapai keadilan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Penuntut Umum
yang telah menjalankan tugasnya secara wajar dan kooperatif,
sehingga persidangan ini dapat berjalan dengan lancar, tanpa
ada ketegangan yang berpotensi merusak suasana dan jalannya
proses persidangan perkara ini.
Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada
panitera pengganti yang telah bekerja sama dengan kami
dalam setiap persiapan pelaksanaan persidangan maupun
membuat notulensi persidangan secara baik dan lengkap. Dan
tidak lupa terima kasih kepada rekan-rekan pers, baik media
cetak,media online dan media elektronik yang selalu setia
meliput proses persidangan ini sejak pagi hari dan tidak jarang
hingga dini hari. Begitu pula denganmasyarakat yang setia,
tekun, dan tertib menghadiri persidangan perkara ini, sehingga
turut membantu kelancaran dan ketenteraman jalannya proses
persidangan perkara ini.
Kini sampailah kita pada agenda persidangan yaitu pembacaan
Nota

Pembelaan
(Pleidooi),
yang
pada
dasarnya
mengekspresikan pendapat dan kesimpulan kami terhadap
seluruh proses persidangan, baik yang menyangkut fakta-fakta
(question of facts) maupun yang terkait analisa hukum
terhadap fakta-fakta tersebut (question of law), yang
selengkapnya akan termuat dalam nota pembelaan ini.
Majelis Hakim yang mulia, dan
Penuntut Umum yang kami hormati.
Bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum
melakukan tindak pidana sebagaimana tersebut dalam Surat
Dakwaan yang disusun secara kumulatif, yaitu:
DAKWAAN KESATU PRIMAIR
-2-

”Melanggar: Pasal 12 huruf a jo. Pasal 18 Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (selanjutnya disebut ”UU Tipikor”)”
DAKWAAN KESATU SUBSIDAIR
”Melanggar: Pasal 11 jo. Pasal 18 UU Tipikor jo. Pasal 64 ayat
(1) KUHP.”

DAKWAAN KEDUA
”Melanggar: Pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang jo. Pasal 65 ayat (1) KUHP”
DAKWAAN KETIGA
“Melanggar: Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2003 tentang
Perubahan Atas Undang-undang No.15 Tahun 2002 tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang (selanjutnya disebut “UU No
15/2002 jo. UU No 25/2003”)

Bahwa pada tanggal 11 September 2014, Penuntut Umum
telah membacakan Tuntutan Pidana (Requisitoir) setebal 1.791
halaman, yang pada intinya Penuntut Umum menuntut
Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
“melakukan tindak pidana korupsi” sebagaimana diatur dan
diancam pidana dalam Pasal 12 guruf a jo. Pasal 18 UU Tipikor
jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP, sebagaimana tersebut dalam
Dakwaan Kesatu Primair. Terhadap hal tersebut, Penuntut
Umum pada pokoknya meminta kepada Majelis Hakim yang
terhormat memutuskan:
-3-

(i). Menjatuhkan pidana penjara terhadap Terdakwa selama 15
(lima belas) tahun dan ditambah dengan pidana denda
sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta Rupiah)
subsidair selama 5 (lima) bulan kurungan;
(ii). Menghukum Terdakwa membayar uang pengganti
kerugian Negara yang jumlahnya sebanyak-banyaknya
sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak
pidana korupsi in casu sebsar Rp. 94.180.050.000,(sembilan puluh empat milyar seratus delapan puluh juta

lima puluh ribu Rupiah), dengan ketentuan apabila
Terdakwa tidak membayar uang pengganti dalam waktu 1
(satu) bulan sesudah putusan pengadilan memperoleh
kekuatan hokum tetap, maka harta bendanya akan disita
oleh Jaksa Penuntut Umum dan dapat dilelang untuk
menutupi uang pengganti tersebut dan dalam hal tidak
mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar
uang pengganti tersebut, maka dipidana dengan Pidana
Penjara selama 4 (empat) tahun.
(iii). Menjatuhkan hukuman tambahan kepada Terdakwa berupa
pencabutan hak untuk dipilih dalam jabatan public.
(iv) Menjatuhkan pidana tambahan berupa pencabutan Ijin
Usaha Pertambangan (IUP) atas nama PT Arina Kota Jaya
berdasarkan Keputusan Bupati Kutai Timur Nomor: 540.1/
K.237/HK/III/2010 tentang Persetujuan Izin Usaha
Pertambangan (IUP) Eksplorasi kepada PT Arina Kota Jaya
tanggal 26 Maret 2010.
Bahwa terhadap Dakwaan dan Tuntutan Penuntut Umum
tersebut, kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa menyatakan
MENOLAK seluruh dalil-dalil Penuntut Umum dan oleh

karenanya kami akan membacakan Nota Pembelaan (Pleidooi)
yang akan menguraikan dan menjelaskan secara terang
benderang mengenai alasan penolakan kami tersebut. Oleh
karena itu, sistematika Nota Pembelaan (Pleidooi) ini kami
susun sebagai berikut:
I.
II.
III.

Pendahuluan;
Fakta-fakta Persidangan dan Analisa Fakta;
Analisa Yuridis Terhadap Tuntutan Penuntut Umum
-4-

IV.

Kesimpulan dan Permohonan.

I. PENDAHULUAN
TABIR HAMBALANG TERSINGKAP:

Pembelaan Bagi Seorang Mantan Ketua Umum Partai
Terbesar Di Indonesia
Majelis Hakim yang mulia,
Saudara penuntut umum yang terhormat, dan
Rekan-rekan pers yang kami hormati
-5-

PLEDOI ini kami mulai dengan sebuah harapan kepada
majelis hakim yang mulia agar memutuskan perkara ini
dengan penuh kebijaksanaan, kearifan dan senantiasa
berkiblat kepada rasa
keadilan
dan
hati
nurani
kemanusiaan. Kami berharap pula, majelis hakim secara
teliti mempelajari mengkaji dan mempertimbangkan semua
fakta-fakta persidangan berikut keterangan-keterangan
saksi-saksi, ahli-ahli dan alat bukti yang ada, dan melihat
semuanya dalam kerangka berpikir bahwa putusan yang

dibuat nantinya adalah putusan yang memenuhi rasa
keadilan, karena amanat yang Maha Kuasa kepada para
hakim adalah melahirkan putusan yang adil, karena hakim
adalah juru bicara keadilan, lebih daripada juru bicara
hukum.
Majelis Hakim yang kami muliakan,
Saudara penuntut umum yang terhormat, dan
Rekan-rekan pers yang kami hormati
“Dihukumnya seseorang yang tak bersalah merupakan
urusan semua orang yang berpikir.” Begitu kata Filsuf
Prancis, La Bruyerre. Kita memang harus berpikir mengapa
di era demokratis yang menjunjung tinggi rule of law dan
supremasi hukum, masih kita temui seseorang yang harus
diadili untuk kejahatan yang tidak dilakukannya. Kita juga
masih menemukan pengadilan politik dengan bungkus
hukum.
Intervensi politik dalam kasus hukum memiliki sejarah
panjang di negeri ini. Sejak masa penjajahan, politisasi
kasus dan pemenjaraan politisi yang tidak disukai oleh
penguasa jamak terjadi. Lewat tangan hukum, penguasa

yang
merasa
terancam
kepemimpinan
ataupun
pemerintahannya
membuat
lawan-lawan
politiknya
berhadapan dengan hukum, dengan cara rekayasa dan
manipulasi. Kasus hukum menjadi cara paling ampuh untuk
membungkam, menyingkirkan lawan politik bahkan
mematikan karier politiknya.
Dalam sejarah
politik Indonesia, pengadilan seringkali
menjadi instrumen politik. Kolonial Belanda, Orde Lama,
Orde Baru terbukti kerap menggunakan hukum untuk
melawan kritik dan para pengritiknya. Itu terjadi karena
-6-


hukum dan pengadilan seringkali tunduk pada kehendak
penguasa. Politisasi hukum dilakukan secara sangat
terencana untuk membungkam, menghambat, sampai
mematikan perjuangan atau karier politik seseorang yang
dianggap
dapat
mengancam
eksistensi
penguasa.
Kepolisian, kejaksaan, pengadilan, rumah tahanan kerapkali
menjadi instrumen bagi penguasa untuk melanggengkan
kekuasaan politiknya.
Apakah KPK juga bisa jadi instrumen kekuasaan politik?
Bisa ”ya” dan bisa juga ”tidak”. Tapi yang paling bisa
membuktikannya adalah sejarah. Lewat sejarah nanti kita
akan tahu apakah penegak hukum di dalam KPK bebas dari
kepentingan
dan
intervensi
politik,
atau
mereka
sesungguhnya memainkan misi-misi politik tertentu sesuai
”pesanan” penguasa. Atau terlalu dini jika menyebut
kekuasaan politik saat ini tak bisa menjangkau KPK. Marilah
kita tunda sementara ambisi untuk mengatakan dengan
dada membusung bahwa KPK independen dan tak tersentuh
politik kekuasaan. Biarkan sejarah berjalan dan dari situ
kita akan peroleh jawaban yang sesungguhnya.
Majelis Hakim yang kami muliakan,
Saudara penuntut umum yang terhormat, dan
Rekan-rekan pers yang kami hormati
Kami ingin mengajak kembali sejenak ke suatu masa. Ke
momen-momen krusial yang mengantarkan kami berdiri di
sini mendampingi klien kami Anas Urbaningrum.
Momen pertama adalah hari-hari dramatis di bulan Juli
2011. Seorang politisi sekaligus pengusaha muncul lewat
skype dalam pelariannya di luar negeri. Nazaruddin, nama
politisi itu, menyebut nama klien kami, Anas Urbaningrum,
dalam sejumlah kasus korupsi. Beberapa nama lain
disebutnya. Tapi ia siapkan bombardemen khusus untuk
menyerang Anas Urbaningrum lewat ucapan-ucapannya
yang penuh amarah dan dendam yang kami tidak pernah
paham mengapa ia bersikap begitu.
Nazaruddin menuding Anas Urbaningrum melakukan politik
uang, memakai dana dari APBN untuk pemenangan Kongres
Partai Demokrat di Bandung pada tahun 2010.
-7-

Lalu nama Anas Urbaningrum dikaitkan dalam penyelidikan
proyek pembangunan sarana olahraga di Hambalang,
Bogor. Tuduhan ini yang kemudian terus direproduksi untuk
menjerat klien kami. Dan seperti sering terjadi, tanpa
verifikasi dan investigasi lebih lanjut, hampir tiap hari nama
klien kami, bahkan istrinya, disebut-sebut melakukan
korupsi, yang mana berulang kali klien kami tegaskan: “tak
serupiah pun Anas mengkorupsi dana Hambalang.”
Peristiwa kedua adalah bocornya surat perintah penyidikan
(sprindik) atas nama klien kami, Anas Urbningrum.
Peristiwa
itu
terjadi
pada
tanggal
8 Februari 2013. Komite Etik KPK telah mengumumkan
bahwa pelaku pembocoran sprindik adalah Sekretaris
Pribadi (Sespri) Ketua KPK Abraham Samad, bernama
Wiwin Suwandi. Komite Etik memutuskan Ketua KPK
Abraham Samad dan Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja
terbukti bersalah melakukan pelanggaran kode etik.
Kronologi bocornya sprindik itu juga penuh drama. Pada
tanggal
7 Februari 2013 tiga pimpinan KPK Zulkarnain, Abraham
Samad dan Adnan Pandu Praja menandatangani sprindik
atas nama klien kami, Anas Urbanigrum dalam kasus
Hambalang. Oleh Wiwin Suwandi sprindik itu kemudian di
fotocopy di ruangannya di Gedung KPK.
Esok harinya, tanggal 8 Februari 2013, Adnan Pandu Praja
mencabut paraf persetujuan atas sprindik yang sebelumnya
telah
disetujuinya.
Tetapi
Wiwin
Suwandi
justru
mengabarkan status tersangka klien kami kepada seorang
pakar hukum tata negara sembari mengutip kata-kata
Abraham Samad: "Jangan sebut namaku dulu soalnya kami
yang ambil alih kasus ini supaya bisa jalan, kami pakai
kekerasan sedikit, makanya kami tidak mau tambah
runyam."
Tak
berhenti
disitu,
Wiwin
kemudian
membocorkan sprindik itu kepada reporter TvOne, serta
menyebarkan foto dokumen sprindik itu ke wartawan
Tempo dan Media Indonesia.
Seperti drama tiga babak, bocornya sprindik itu diikuti oleh
drama lainnya. Di Jeddah, Arab Saudi, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dalam kapasitas sebagai Ketua Dewan
-8-

Pembina Partai Demokrat mengeluhkan tentang status
hukum beberapa kader Demokrat yang menggantung,
sehingga mempengaruhi kepercayaan publik terhadap
partai. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono minta KPK
segera memperjelas status hukum klien kami yang waktu itu
masih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Ini tentu saja bias dan tidak bijak karena Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono hanya berbicara satu kasus saja dari
sekian banyak kasus yang menjerat kader partainya
ataupun pejabat dalam kabinetnya. Susilo Bambang
Yudhoyono mestinya memposisikan dirinya sebagai kepala
negara ketika berbicara soal kasus korupsi. Tidak elok
didengar dan dilihat dalam kapasitas sebagai kepala negara
berbicara soal kasus yang menimpa klien kami, yang saat
itu menjabat Ketua Umum Partai Demokrat. Kalau pun
bicara sebagai presiden, ia tidak bisa bicara khusus. Sebab,
ketika ia membahas Anas secara khusus, tentu secara
langsung maupun tidak langsung sama saja memberi
tekanan terhadap KPK, sebuah intervensi terhadap KPK.
Drama itu berakhir dengan penyampaian delapan solusi
yang disebut sebagai langkah penyelamatan partai oleh
Ketua Dewan Pembina yang juga Ketua Majelis Tinggi
Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono. Delapan
solusi tersebut dihasilkan dalam rapat Majelis Tinggi yang
dihadiri pula oleh Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR dan
menteri-menteri yang berasal dari Partai Demokrat.
Di antara isi delapan solusi Majelis Tinggi itu adalah
pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat dari
tangan Anas Urbaningrum, klien kami. Kemudian, Susilo
Bambang Yudhoyono minta Anas Urbaningrum fokus
menghadapi masalah dugaan hukum di KPK dengan dalih
menyelamatkan
Partai
Demokrat.
Seolah-olah
Anas
Urbaningrum telah menghancurkan dan menenggelamkan
Partai Demokrat. Padahal saat itu Anas Urbaningrum
belum berstatus tersangka.
Peristiwa ketiga adalah penetapan klien kami sebagai
tersangka kasus dugaan pemberian dan janji dalam kaitan
proyek Hambalang dan proyek-proyek
lainnya. Hal ini
-9-

terjadi pada tanggal 22 Februari 2013. Dalam surat
penyidikan, Anas Urbaningrum disebut melanggar pasal 12
a dan b atau pasal 11 Undang-undang No. 31 tahun 1999
tentang tindak pidana korupsi.
KPK menyimpulkan bahwa klien kami diduga menerima
sesuatu berkaitan dengan janji yang berkaitan dengan tugas
dan wewenang kala menjabat sebagai anggota DPR. Surat
perintah penyidikan ditandatangani oleh satu dari lima
pimpinan KPK, yaitu Bambang Widjojanto.
Kami berkeyakinan, berdasarkan apa yang kami lihat,
dengar, dan analisis Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
secara langsung atau tidak langsung punya peran untuk
mendorong masalah politik internal Partai Demokrat
menjadi masalah hukum di KPK. Pidato politik dan hukum
yang dilakukan di Jeddah, Arab Saudi, jelas merupakan
tekanan dan intervensi dalam proses hukum klien kami.
Jangan lupa, Presiden dalam sistem pemerintahan dan
ketatanegaraan kita adalah Kepala Negara tapi juga
sekaligus Kepala Pemerintahan, sehingga titahnya pasti
didengar dan dilaksanakan.
Proses pengambilalihan kewenangan Anas Urbaningrum
sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dan perintahnya agar
Anas Urbaningrum berkonsentrasi menghadapi masalah
hukum adalah penggiringan politik yang nyata bersamaan
dengan saat-saat krusial penetapan Anas Urbaningrum
menjadi tersangka. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
dan para pembantunya tidak bisa membantah fakta-fakta
itu. Pernyataan dan analisis dapat dibantah, tapi apakah
fakta bisa dibantah dan disembunyikan?
Majelis Hakim yang mulia,
Saudara penuntut umum yang terhormat, dan
Rekan rekan pers yang kami hormati.
Kami berkomitmen sejak awal untuk menjaga agar kasus ini
tak melenceng dari hukum dan sesuai dengan hak asasi
manusia. Karena kami merasakan dan menganalisis bahwa
kasus yang melibatkan klien kami ini sarat dengan
kepentingan politik. Politisasi kasus ini sudah terlihat dari
-10-

pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jeddah
yang meminta KPK untuk segera memperjelas status Anas
Urbaningrum lantaran namanya kerap disebut terlibat
korupsi. KPK, demi independensinya,sebenarnya dan
seharusnya menolak perintah-perintah seperti itu, meski
dari Presiden sekalipun.
Aroma politik memang tercium pekat dalam kasus
Hambalang ini. Bocornya dokumen yang diduga sebagai
surat perintah penyidikan (sprindik) atas nama Anas
Urbaningrum milik KPK ke publik membuktikan dengan
jelas bau politik dalam kasus klien kami ini. Kasus Anas
Urbaningrum ini akan menjadi catatan hitam bagi KPK,
seperti halnya kasus-kasus politik di jaman ORLA; kasus Lie
Hok Thay, kasus Piet De Quelyu dan di jaman ORBA; kasus
Jenderal HR Dharsono, kasus Buku Putih mahasiswa ITB
dan lain sebagainya.
Kebocoran draft sprindik tersebut menjadi catatan hitam
bagi KPK sebab untuk pertama kalinya dokumen resmi KPK
bocor dan beredar luas. Terlebih, kebocoran sprindik itu
seolah menegaskan ada kongkalikong oknum di dalam KPK
dengan pihak lain (mungkin jurnalis, politisi, atau pejabat
negara) untuk membocorkan informasi-informasi yang
selayaknya belum menjadi konsumsi publik.
Majelis Hakim yang mulia,
Saudara penuntut umum yang terhormat, dan
Rekan-rekan pers yang kami hormati.
Selanjutnya, dibawah ini akan kami uraikan berbagai
anomali ataupun kejanggalan-kejanggalan untuk tidak
dikatakan kesalahan-kesalahan dalam penuntutan Perkara
ini, yang sekaligus sebagai tanggapan terhadap uraian
Penuntut Umum pada bagian Pendahuluan, halaman 1-11
Surat Tuntutannya.
1. Manipulasi hukum: frasa “proyek-proyek lain” pada
surat panggilan dan surat penahanan kepada
Terdakwa merupakan pelanggaran serius terhadap
asas “due process of law” dan hak asasi Terdakwa
Bahwa

isi

Surat

Panggilan

dan

Surat

Perintah
-11-

Penahanan
mengandung
frasa
“proyek-proyek
lainnya”, sehingga mengandung pengertian yang sangat
luas, abstrak dan akibatnya tidak dapat dimengerti
oleh Terdakwa. Surat Panggilan dan Surat Perintah
Penahanan tersebut melanggar ketentuan hukum yang
dimuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP), dengan penjelasan sebagai berikut:
Bahwa penetapan seseorang menjadi tersangka tidak
dapat dipisahkan dari 2 (dua) proses hukum sebelum dan
sesudah
yang
bersangkutan
ditetapkan
sebagai
tersangka, yakni :
1. Proses penyelidikan sebelum seseorang ditetapkan
menjadi tersangka (vide Pasal 1 angka 5 jo. Pasal 102
KUHAP); dan
2. Proses pemeriksaan dipersidangan dimana tersangka
dituntut, diperiksa dan diadili di sidang pengadilan
(vide Pasal 1 angka 14 jo. Pasal 1 angka 15 KUHAP)
dengan menjamin hak tersangka untuk diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan
kepadanya pada waktu pemeriksaan dimulai (vide
Pasal 51 huruf a KUHAP).
a. Bahwa KUHAP amat tegas memberikan definisi
tersangka. Dalam Pasal 1 angka 14 KUHAP dinyatakan tersangka adalah seseorang yang karena
perbuatannya atau keadaannya berdasarkan bukti
permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. Bukti permulaan dalam pengertian ini merujuk pada proses penyelidikan dengan tujuan mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga
sebagai tindak pidana.
b. Bahwa dicantumkannya frasa “dan atau” dan
“proyek-proyek lainnya” menunjukkan adanya
keragu-raguan
KPK,
sehingga
terkesan
“memaksakan” agar Klien kami dapat dijerat
secara pidana.
Tindakan ini jelas merupakan pelangaran terhadap asas
-12-

“due process of law”, kepastian hukum dan hak asasi
manusia.
2. Metode klarifkasi saksi oleh Penuntut Umum telah
melanggar asas “due process of law”
Bahwa Penuntut Umum pada halaman 3 Surat
Tuntutannya pada pokoknya mengkritisi metode
klarifikasi keterangan saksi-saksi yang dilakukan
Penasihat Hukum dan Terdakwa. Menurut Penuntut
Umum, Terdakwa dan Penasihat Hukum bertanya
kepada saksi dengan terlebih dahulu memberikan
deskripsi atas keterangan saksi dalam BAP yang belum
dihadirkan sebagai saksi di persidangan dan Terdakwa
beserta Penasihat Hukum membangun model klarifikasi
dengan pertanyaan yang sudah pernah diajukan oleh
Penuntut Umum, Majelis Hakim bahkan oleh Terdakwa
maupun Penasihat Hukum lainnya. Lebih lanjut,
Penuntut Umum memandang model klarifikasi yang
dilakukan oleh Terdakwa dan Penasihat Hukum sebagai
sebuah penyesatan fakta.
Padahal sebenarnya BAP bukan rahasia tetapi dokumen
yang Terdakwa maupun Penasihat Hukum berhak untuk
mengetahuinya. Jika Penuntut Umum keberatan, kami
khawatir jangan-jangan Penuntut Umum ketinggalan
jaman atas perkembangan Hukum Acara Pidana di
dunia. Bahwa baik Penasihat Hukum maupun Terdakwa
sama sekali tidak berupaya untuk menyesatkan fakta.
Penasihat Hukum maupun Terdakwa justru mencari
kebenaran materiil dari keterangan saksi tersebut.
Apabila Penasihat Hukum dan Terdakwa menggunakan
keterangan saksi lain dalam BAP yang belum dihadirkan
sebagai saksi, upaya tersebut guna klarifikasi atau
mendapatkan kebenaran atas keterangan-keterangan
saksi dalam BAP yang menyebut nama saksi yang sedang
dihadirkan dalam persidangan. Seingat Penasihat
Hukum keterangan saksi dalam BAP yang belum
dihadirkan tetapi diklarifikasi kepada saksi yang sedang
dihadirkan dalam persidangan adalah hanya keterangan
Muhammad Nazaruddin. Dalam BAPnya, Muhammad
Nazaruddin telah banyak menyebutkan nama-nama
saksi-saksi lain mengenai suatu peristiwa atau perbuatan
-13-

yang harus diklarifikasi atau dicari kebenarannya dari
saksi-saksi
yang
namanya
disebutkan
tersebut.
Selanjutnya apabila Penasihat Hukum dan Terdakwa
dikatakan
membangun
metode
bertanya
yang
mengulang-ngulang,
hal
tersebut
semata-mata
dikarenakan
Penasihat
Hukum
dan
Terdakwa
mempunyai sudut pandang yang berbeda dengan
Penuntut Umum maupun Majelis Hakim. Hal demikian
tidaklah dapat disimpulkan sebagai suatu upaya untuk
menyesatkan fakta.
Bahwa upaya untuk menyesatkan fakta justru kerap kali
dilakukan oleh Penuntut Umum dalam melakukan
metode klarifikasi kepada saksi-saksi, antara lain:
Penuntut Umum kerap kali meminta klarifikasi saksi atas
pendapat atau jalan pikiran Penuntut Umum sendiri atau
setidak-tidaknya memberikan pertanyaan mengenai
pendapat kepada saksi fakta. Di samping itu Penuntut
Umum kerap kali memberikan pertanyaan terhadap
suatu hal yang tidak dialami, dirasa dan didengar
langsung oleh saksi yang bersangkutan (“hear say”),
khususnya keterangan-keterangan yang hanya didengar
saksi dari Muhammad Nazaruddin. Tentunya Penuntut
Umum tidak lupa atas beberapa keberatan Penasihat
Hukum maupun teguran dari Majelis Hakim mengenai
hal tersebut. Cara atau metode yang dilakukan Penuntut
Umum sudah barang tentu merugikan Terdakwa maupun
Penasihat Hukum dan merupakan pelanggaran terhadap
asas “due process of law”.
3. Surat Tuntutan Penuntut Umum justru dibentuk
melalui persepsi dan asumsi belaka
Bahwa Penuntut Umum pada halaman 4 Surat
Tuntutannya pada pokoknya menyatakan Penasihat
Hukum dan Terdakwa terjebak dalam upaya membangun
persepsi daripada upaya membangun keyakinan.
Bukankah yang terjadi justru sebaliknya? Penuntut
Umum telah membangun Surat Tuntutan bukan dari
fakta-fakta persidangan, melainkan hanya bersumber
dari keterangan Muhammad Nazaruddin, yang justru
-14-

dalam persidangan telah dibantah oleh seluruh saksisaksi yang lain. Di samping itu, keterangan saksi-saksi
lain hanya digunakan secara sepotong-potong, atau
dengan kata lain Penuntut Umum memotong keterangan
saksi-saksi tersebut dan hanya menggunakan potongan
keterangan tertentu yang menguntungkan dakwaan
Penuntut Umum kepada Terdakwa.
Bahwa berdasarkan pemeriksaan dalam persidangan,
telah terlihat begitu banyaknya keterangan saksi-saksi
yang telah membantah dalil-dalil Penuntut Umum yang
diuraikan dalam Surat Dakwaan (selengkapnya akan
kami uraikan pada bagian analisa fakta). Hal ini
memunculkan pertanyaan dalam benak kami, darimana
Penuntut Umum memperoleh keyakinan, sementara
saksi-saksi atau sebagian besar saksi (apabila tidak dapat
disebutkan seluruhnya) justru telah membantah dalildalil Penuntut Umum. Apalagi Penuntut Umum dalam
Surat Tuntutannya tetap mempertahankan dalil-dalilnya
dalam Surat Dakwaan dan selanjutnya menuntut
Terdakwa dengan tuntutan yang “bombastis”. Apabila
demikian, tidak perlu lagi ada persidangan dan seluruh
waktu dan kesempatan yang telah dibuka seluas-luasnya
oleh Majelis Hakim untuk mencari kebenaran materiil
menjadi sia-sia.
4. Surat Tuntutan Penuntut Umum disusun hanya
berdasarkan keterangan Muhammad Nazaruddin
Bahwa Penuntut Umum pada halaman 5 Surat
Tuntutannya pada pokoknya menguraikan secara
panjang lebar mengenai kualitas keterangan Muhammad
Nazaruddin. Menurut Penuntut Umum, keterangan
Muhammad Nazaruddin telah terbukti beberapa kali
membangun keyakinan hakim untuk menjatuhkan
putusannya, antara lain dalam perkara Angelina Patricia
Pinkan Sondakh, Mindo Rosalina Manullang, Wafid
Muharam, Teuku Bagus Muhammad Noor dan Andi
Malaranggeng.
Bahwa Penasihat Hukum menolak argumentasi Penuntut
Umum tersebut di atas. Bahwa kualitas keterangan
Muhammad Nazaruddin tidak dapat “disamaratakan”
-15-

dengan perkara-perkara lain yang disebutkan di atas,
karena bukan perkara yang sama. Perkara Angelina
Patricia Pinkan Sondakh adalah perkara mengenai
Wisma Atlit, dimana dalam perkara tersebut sama sekali
tidak ada keterlibatan atau peran Terdakwa. Sedangkan
perkara Mindo Rosalina Manullang , Wafid Muharam,
Teuku Bagus Muhammad Noor dan Andi Malaranggeng
adalah perkara proyek Hambalang, dimana dalam
persidangan ini telah terungkap fakta bahwa Terdakwa
sama sekali tidak mempunyai peran apapun maupun
keterlibatan
dalam
korupsi
proyek
Hambalang
(selengkapnya akan kami uraikan lebih lanjut pada
bagian analisa fakta). Yang didakwakan kepada
Terdakwa dalam perkara ini adalah penerimaan danadana dan mobil Toyota Harrier yang menurut Surat
Dakwaan dan Surat Tuntutan diterima oleh Terdakwa quod non-. Perkara ini sudah barang tentu berbeda
dengan perkara korupsi proyek Hambalang.
Bahwa seperti telah kami uraikan pada butir 3 di atas,
keterangan Muhammad Nazaruddin telah dibantah
dalam persidangan oleh saksi-saksi lain yang dihadirkan
dalam persidangan. Terlebih dalil Penuntut Umum pada
halaman
6
Surat
Tuntutan,
yang
menyatakan
“berdasarkan fakta persidangan justru terungkap bahwa
pelariannya ke luar negeri adalah atas perintah dari
Terdakwa Anas Urbaningrum”. Dalil tersebut telah
menggambarkan secara jelas bagaimana Penuntut
Umum hanya menggunakan keterangan Muhammad
Nazaruddin saja dan mengabaikan keterangan saksisaksi lain yang telah memberikan keterangan yang
membantah keterangan tersebut dalam persidangan.
Dalam persidangan, saksi Nuril Anwar, saksi Yulianis,
saksi Oktarina Furi, saksi Mindo Rosalina Manulang,
saksi Eva Ompita Soraya, saksi Wahyudi Utomo alias
Iwan, saksi Clara Maureen telah secara tegas
membantah keterangan saksi Muhammad Nazaruddin
yang menyatakan pelariannya ke luar negeri merupakan
perintah Terdakwa.
Begitu pula dengan argumentasi Penuntut Umum
mengenai “bahasa simbol”. Bagaimana mungkin
Penuntut Umum menyimpulkan Muhammad Nazaruddin
-16-

sebagai
orang
terdekat
Terdakwa
yang
dapat
membahasakan bahasa simbol yang disampaikan
Terdakwa. Apalagi dikaitkan
dengan pembagian
prosentase fee dan jatah partai sehubungan dengan
proyek-proyek yang bersumber dari dana optimalisasi
Kementerian Pendidikan Nasional. Saksi Angelina
Patricia Sondakh dalam persidangan pada tanggal 14
Agustus 2014 benar menguraikan fakta prosentase fee
dan pembagian jatah partai, namun ia sama sekali tidak
pernah menjelaskan adanya bahasa simbol yang
disampaikan Terdakwa dan dibahasakan oleh saksi
Muhammad Nazaruddin. Penuntut Umum dalam hal ini
ternyata telah bersikap mengada-ada.

5. Dalil Penuntut Umum mengenai Keterikatan
Psikologis Saksi dan Terdakwa merupakan dalil
fatamorgana
Bahwa Penuntut Umum pada halaman 8 Surat
Tuntutannya pada pokoknya menyatakan tidak sedikit
saksi yang memiliki keterikatan psikologis dengan
Terdakwa sehingga validitas keterangannya diragukan.
Bahwa Dalil Penuntut Umum tersebut di atas sekali lagi
menggambarkan
begitu
besarnya
semangat
“menghukum” Penuntut Umum dalam perkara ini
dibandingkan
dengan
semangat
untuk
mencari
kebenaran. Namun demikian, Penunut Umum sama
sekali tidak menyebutkan saksi-saksi manakah yang
diragukan validitas keterangannya. Hal ini menunjukkan
Penuntut Umum sama sekali tidak dapat membuktikan
pernyataan atau keraguan atas validitas keterangan
saksi-saksi tersebut.
Namun demikian perlu diingat bahwa dalam perkara ini
sebagian besar saksi-saksi merupakan saksi a charge
(saksi memberatkan) yang telah dimintai keterangannya
dalam BAP oleh Penyidik KPK dan dihadirkan oleh
Penuntut Umum untuk membuktikan dakwaannya. Di
samping itu, sebelum saksi dimintakan keterangannya
-17-

dalam persidangan, Penuntut Umum selalu memulai
dengan pertanyaan: “apakah saksi telah memberikan
keterangan dalam BAP”, “apakah keterangan dalam BAP
tersebut sudah benar” dan “apakah saksi dipaksa atau
ditekan dalam memberikan keterangan”. Namun setelah
keterangan saksi dalam persidangan ternyata justru
membantah dalil dakwaan Penuntut Umum, sungguh
tidak adil dan bertentangan dengan asas “due process of
law” apabila Penuntut Umum menyatakan meragukan
keterangan
saksi-saksi
tersebut
dan
selanjutnya
mengesampingkannya dalam membuat Surat Tuntutan.
Terjadinya hal ini memunculkan pertanyaan; untuk apa
persidangan ini dilakukan?Kalau keterangan saksi-saksi
yang tidak menguntungkan dakwaan Penuntut Umum
kemudian diragukan dan dikesampingkan dalam Surat
Tuntutan, bukankah tujuan persidangan adalah untuk
mencari kebenaran materiil.
Di samping itu pernyataan Penuntut Umum yang
meragukan validitas keterangan saksi karena adanya
kedekatan psikologis, sama sekali tidak berdasarkan
bukti-bukti. Dengan kata lain Penuntut Umum hanya
membuat asumsi belaka.
6. Manipulasi hukum dan tebang pilih dalam
Penyidikan
dan
Penuntutan
Perkara
yang
melanggar asas The Due Process of Law dan Negara
Hukum
Selain masalah politik dan latar belakang bocornya
sprindik penyidikan perkara klien kami, kami juga
mencium adanya aroma tebang pilih dan spirit
menghukum yang sangat besar dalam perkara ini.
Sebagaimana kita ketahui, dalam dakwaan dan
tuntutannya Penuntut Umum telah mendalilkan adanya
uang yang mengalir kepada para peserta kongres
pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat di Bandung
pada Tahun 2010, namun demikian seolah Penuntut
Umum menutup mata bahwa ada 3 (tiga) kandidat yang
mencalonkan diri dalam kongres pemilihan Ketua Umum
Partai Demokrat tersebut. Kami berkeyakinan sejak awal
penyidik KPK sudah mengetahui tentang hal tersebut,
namun bagaimana mungkin kedua calon lainnya bisa
-18-

tidak dijerat dengan permasalahan hukum yang sama?
Dalam persidangan ini, para peserta kongres yang hadir
saat itu menyampaikan bahwa mereka memperoleh
aliran dana dari tim sukses kandidat Ketua Umum
lainnya, bahkan untuk mendapatkan keuntungan pribadi
ada saksi yang menerangkan mereka pun mendapatkan
aliran dana dari seluruh tim sukses kandidat Ketua
Umum Partai Demokrat yang ada saat itu. Dalam
permasalahan hukum yang menjerat mantan Menpora
Andi Malarangeng, yang bersangkutan sama sekali tidak
dihubungkan dengan permasalahan dana yang mengalir
dalam kongres tersebut. Bahkan kandidat Ketua Umum
Partai Demokrat saat itu, Marzuki Ali, sama sekali tidak
tersentuh permasalahan hukum. Lalu timbul pertanyaan,
mengapa Anas Urbaningrum saja yang dihadapkan
kemuka hukum dengan tuduhan adanya aliran dana
kepada para anggota kongres partai Demokrat? Pada
titik ini lah kami merasakan ada nuansa tebang pilih
dalam penegakan hukum.
Selain itu, untuk dapat mendudukkan klien kami menjadi
tersangka dalam perkara ini, penyidik KPK telah
mengumpulkan 250 lebih orang saksi. Merupakan hal
yang sangat luar biasa dalam upaya pengungkapan
peristiwa pidana dengan saksi yang begitu banyak.
Secara hukum, seseorang dapat dijadikan tersangka atas
adanya dugaan tindak pidana, cukup dengan adanya 2
alat bukti permulaan yang cukup. Begitu pula untuk
menghukum
seseorang,
Majelis
Hakim
cukup
mendasarkan pada 2 alat bukti yang saling mendukung
satu dengan yang lainnya, yang membuktikan adanya
suatu tindak pidana.
Maka dengan begitu banyak saksi dalam berkas perkara
ini, timbul lah pertanyaan dibenak kami: Apakah begitu
sulit untuk membuktikan kesalahan klien kami? Atau
memang tidak ada kesalahan sehingga perlu “dicari cari”
saksi
sebanyak
250
lebih
orang
saksi
untuk
mendapatkan kesalahan? Setelah menjalani persidangan
perkara ini dalam 4 ( empat) bulan, maka kami-pun
dapat merasakan adanya hal yang dicari-cari dalam
perkara ini. Hal itu dapat kami simpulkan dari
-19-

keterangan
saksi-saksi
yang
dihadirkan
dalam
persidangan. Keterangan saksi satu dengan yang lainnya
tidak sinkron bahkan bertentangan. Ibarat sebuah
puzzle, banyak bagian yang hilang dan terputus-putus
untuk dapat membuktikan suatu peristiwa hukum
ataupun suatu cerita karangan. Hal yang paling
menyentuh adalah tidak sedikit saksi yang mengakui
dimuka persidangan bahwa dirinya merasa takut pada
saat diperiksa oleh KPK, karena diancam Muhammad
Nazaruddin sehingga memberikan keterangan yang
berbeda pada saat dimuka persidangan.
Apakah kemudian berdasarkan fakta-fakta yang telah
berubah dan fakta-fakta yang tidak lengkap tersebut
dapat membuktikan kesalahan Terdakwa? Momen
pembacaan tuntutan Penuntut Umum menjawab
segalanya. Surat tuntutan sebanyak 1.791halaman yang
dibacakan dengan lantang dimuka persidangan membuat
kami tercengang. Dalam tuntutannya seolah Penuntut
Umum menutup mata atas fakta-fakta persidangan.
Sempat terbersit dibenak kami, untuk apa kita bersidang
apabila Penuntut Umum dengan kacamata kuda berpaku
pada Berita Acara Pemeriksaan dan surat dakwaan.
Berdasarkan fakta ini lah kami menilai Penuntut Umum
mempunyai semangat menghukum yang sangat tinggi.
Ditambah lagi dengan tuntutan 15 tahun dan
pembayaran sejumlah uang yang jumlahnya sangat
bombastis. Apakah ini yang dinamakan semangat
pemberantasan korupsi dengan mengedepankan rasa
keadilan?
Majelis Hakim yang mulia,
Saudara penuntut umum yang terhormat, dan
Rekan-rekan pers yang kami hormati.
Kita tahu bahwa di negeri ini fitnah dan gosip politik mudah
sekali
tersebar.
Kebenaran
kerapkali
sengaja
disembunyikan. Media massa barangkali lebih senang fokus
pada bombastisnya berita, dan lantas menyebarluaskannya.
Tak banyak yang mau sungguh-sungguh mencari tahu
kebenaran berita itu.
Kemanusiaan seseorang mestinya terganggu ketika fitnah
-20-

yang tak punya bukti kuat disebarluaskan secara massif dan
sistematis. Fitnah seperti itu ampuh membunuh karakter,
mematikan karier serta masa depan seseorang. Dan yang
lebih penting lagi, fitnah itu menghancurkan kehidupan
keluarga dan anak-anak orang yang difitnahnya. Ironis jika
banyak yang tidak mau tahu dan acuh saja pada itu semua.
Klien kami memang bukan orang suci. Lazimnya manusia
lainnya, ia juga punya salah dan khilaf. Tapi klien kami tidak
akan diam pada fitnah yang memang tak pernah
diperbuatnya.

II. FAKTA PERSIDANGAN DAN ANALISA FAKTA
Majelis Hakim yang kami muliakan,
Penuntut Umum yang kami hormati,
Rekan-rekan pers dan masyarakat luas yang sangat kami
hargai
II.1.

Fakta Persidangan

Bahwa sesuai dengan ketentuan pasal 184 KUHAP, alat
bukti yang sah terdiri dari: (i) keterangan saksi; (ii)
keterangan
ahli;
(iii)surat;
(iv) petunjuk; dan (v) keterangan terdakwa.
a.

Alat Bukti Keterangan saksi
Pasal 1 angka (27) KUHAP menyatakan bahwa :
“Keterangan saksi adalahsalah satu alat bukti
dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari
saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri
dengan menyebut alasan dari pengetahuannya”.
Bahwa selama persidangan perkara ini, telah
dihadirkan sebanyak 93 (Sembilan puluh tiga orang
saksi a charge(saksi memberatkan) dan 6 (enam)
orang saksi a de charge(saksi meringankan), yang
semuanya telah didengar kesaksiannyadimuka
-21-

persidangan perkara ini, baik saksia chargeyang
dihadirkan oleh Penuntut Umummaupun saksi a de
charge yang dihadirkan oleh Penasihat Hukum.
Keterangan saksi-saksi tersebut kami lampirkan
pada bagian akhir Nota Pembelaan ini (Lampiran1 dan Lampiran-2).
Sedangkan keterangan-keterangan saksi a charge
yang terdapat dalam berkas perkara sebanyak 258
orang, namun tidak dihadirkan Penuntut Umum
dalam persidangan, maka keterangan yang
terdapat dalam Berita Acara Pemeriksaan saksisaksi tersebut tidak dapat dipergunakan dalam
proses pembuktian perkara dengan dasar hukum
sebagai berikut:


berdasarkan ketentuan Pasal 185 (1) KUHAP
disebutkan “Keterangan saksi sebagai alat bukti
ialah apa yang saksi nyatakan di sidang
Pengadilan”


M. Karjadi dan R. Soesilo dalam bukunya yang
berjudul “Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana
dengan
Penjelasan
Resmi
dan
Komentar”, halaman 164, memberikan komentar
terhadap ketentuan Pasal 185 ayat (1) KUHAP,
sebagai berikut: “alat bukti keterangan saksi
merupakan
alat
bukti
yang
terpenting.
Keterangan yang diucapkan di muka polisi
itu bukanlah kesaksian, lain halnya apabila
keterangan itu diberikan pada pemeriksaan
pendahuluan dengan
disumpah
terlebih
dahulu, ditetapkan dalam berita acara yang
dibacakan di muka sidang, oleh karena
orangnya tidak datang”;


Demikian juga pendapat ahli hukum yaitu M.
Yahya
Harahap,
S.H.,
dalam
bukunya
Pembahasan Permasalahan dan Penerapan
KUHAP
Pemeriksaan
Sidang
Pengadilan,
Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, Edisi
Kedua, halaman 286, menyatakan: “...... alat
-22-

bukti keterangan saksi merupakan alat
bukti yang paling utama dalam perkara
pidana.....”.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dikarenakan
saksi-saksi tersebut tidak pernah dihadirkan dan
disumpah di muka persidangan maupun keterangan
yang diberikan dalam BAP tidak pernah dibacakan
dimuka sidang, kami mohon kepada Majelis Hakim
yang kami muliakan agar tidak mempergunakan
sebagai alat bukti dan mengesampingkan seluruh
keterangan saksi-saksi dalam BAP yang tidak
dihadirkan Penuntut Umum dalam persidangan.
b.

Alat Bukti Keterangan Ahli
Sesuai dengan ketentuan pasal 1 angka (28)
KUHAP, keterangan Ahli adalah “keterangan yang
diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan untuk
membuat terang suatu perkara guna kepentingan
pemeriksaan”.
Bahwa dalam proses persidangan perkara ini telah
dihadirkan 7 (tujuh) orang ahli yang bernama Prof.
Dr. Siti Ismiyati Jenie, S.H., CN sebagai ahli hukum
Perdata, Prof. Dr. Edward Omar Sharif Hiariej,
S.H., M. Hum sebagai ahli hukum Pidana dan Dr.
Yunus Husein, S.H., LLM sebagai ahli Tindak
Pidana Pencucian Uang yang dihadirkan oleh
Penuntut Umum. Ahli yang dihadirkan oleh
Penasihat Hukum bernama Prof. Dr. Yusril Ihza
Mahendra, S.H., M.Sc. sebagai ahli hukum Tata
Negara, Prof. Erman Rajagukguk. S.H., LL.M., Ph.D
sebagai ahli hukum Perusahaan, Dr. Chairul Huda,
S.H., M.H sebagai ahli hukum Pidana, dan Dr.
Chusnul Mariyah sebagai ahli bidang ilmu Politk. .
Keterangan Ahli bertujuan untuk membuat terang
ataupun memperjelas tindak pidana yang telah
didakwakan dan dituntut kepada Terdakwa.

-23-

Bahwa keterangan ahli-ahli tersebut di atas,
selengkapnyakami lampirkan pada bagian akhir
Nota Pembelaan ini (Lampiran-3).
c.

Alat Bukti Surat
Bahwa sebagaimana ketentuan pasal 186 KUHAP,
alat bukti surat sebagaimana yang ditentukan
dalam pasal 184 ayat (1) huruf c, adalah surat yang
dibuat di atas sumpah atau dilakukan dengan
sumpah yaitu:
i.

berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi
yang dibuat oleh pejabat umum yang
berwenang atau yang dibuat di hadapannya,
yang memuat keterangan tentang kejadian
atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang
dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang
jelas dan tegas tentang keterangannya itu;

ii.

surat
yang
dibuat
menurut
ketentuan
perundang-undangan atau surat yang dibuat
oleh pejabat mengenai hal yang termasuk
dalam tata laksana yang menjadi tanggung
jawabnya dan yang diperuntukkan bagi
pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan;

iii. surat keterangan dari seorang ahli yang
memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan
yang diminta secara resmi dari padanya;
iv. surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada
hubungannya dengan isi dari alat pembuktian
yang lain.
d. Alat Bukti Petunjuk
Bahwa sebagaimana ketentuan pasal 188 ayat (1)
KUHAP, yang dimaksud dengan petunjuk adalah
perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena
persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang
lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri,
-24-

menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak
pidana dan siapa pelakunya.
Dalam suatu perkara pidana, petunjuk tersebut
hanya dapat diperoleh dari (i) keterangan saksi;
(ii)surat; dan (iii) keterangan Terdakwa (vide pasal
188 ayat (2) KUHAP).
Berkenaan dengan hal tersebut, Penuntut Umum
dalam Tuntutannya telah menjelaskan mengenai
teori-teori alat bukti petunjuk menurut Hukum
Acara Pidana. Namun demikian Penuntut Umum
tidak menjelaskan secara lebih konkrit alat bukti
petunjuk apa yang digunakan oleh Penuntut Umum
dan dari mana Penuntut Umum mendapatkan alat
bukti petunjuk tersebut untuk membuktikan unsurunsur dalam dakwaan.
Bahwa Alat Bukti Petunjuk Penuntut Umum ini
akan kami uraikan berdasarkan analisa dan
pemahaman yuridis kami selaku Penasihat Hukum
Terdakwa, sebagaimana dituangkan dalam Bagian
III mengenai Analisa Yuridis Terhadap Tuntutan
Penuntut Umum.
e.

Alat Bukti Keterangan Terdakwa
Bahwa berdasarkan Pasal 189 ayat (1) KUHAP,
yang dimaksud dengan keterangan terdakwa
adalah apa yang terdakwa nyatakan di sidang
tentang perbuatan yang ia lakukan atau ia ketahui
sendiri atau alami sendiri.
Bahwa
selengkapnya
keterangan
Terdakwa
tersebut kami lampirkan pada bagian akhir Nota
Pembelaan ini (Lampiran ...).

II.2.

Analisa Fakta Persidangan

Majelis Hakim Yang Kami Muliakan,
Penuntut Umum yang kami hormati,
Rekan-rekan pers dan masyarakat luas yang sangat
kami hargai
-25-

Berdasarkan seluruh uraian keterangan Saksi-Saksi,
Ahli dan Terdakwa serta bukti-bukti surat dan petunjuk
yang diajukan selama pemeriksaan di persidangan,
apabila dianalisa dengan menghubungan alat bukti
yang satu dengan yang lainnya, maka akan terungkap
fakta-fakta persidangan yang semakin menjelaskan
bahwa Surat Tuntutan Penuntut Umum tidak terbukti.
Bahwa berdasarkan analisa kami, fakta-fakta hukum
yang terungkap dalam persidangan yang selengkapnya
adalah sebagai berikut:
A. Terkait Dakwaan Kesatu
1.

Fakta bantahan terhadap dalil Penuntut
Umum
mengenai
keinginan
Terdakwa
tampil
menjadi
Presiden
R.I.
dan
penghimpunan kantong-kantong dana
a.

Terdakwa bukan pemilik Anugrah Group
yang kemudian berubah nama menjadi
Permai Group
Fakta Kepemilikan dari PT Anugerah
Nusantara
Bahwa dalam Dakwaan Penuntut Umum
halaman 4, yang mendalilkan bahwa untuk
menghimpun
dana
guna
menyiapkan
logistik, Terdakwa dan saksi Muhammad
Nazarudin bergabung dalam Anugrah Group
yang kemudian berubah nama menjadi
Permai Group.
Bahwa dalil Penuntut Umum tersebut tidak
benar. Berdasarkan fakta persidangan telah
terungkap fakta-fakta sebagai berikut:
(i)

Fakta persidangan tanggal 7 Juli
2014, saksiClara Mauren menerangkan tidak pernah ada Anugrah
-26-

Group. Penamaan Anugrah Group
dan Permai Group berawal dari
pemberitaan
media
seputaran
perkara Hambalang dan lainnya
maka fakta yang sebenarnya adalah
PT Anugrah Nusantara bukan Anugrah Group.
(ii)

Bahwa saksi Clara Mauren menerangkan pernah menjabat sebagai
manager marketing di PT Anugerah
Nusantara, kemudian saksi Clara
Mauren memberikan keterangan
bahwa saksi tidak pernah melihat
Terdakwa berkantor di PT Anugerah
Group. Saksi Clara Mauren juga
tidak melihat adanya ruang kerja
Terdakwa di PT Anugrah Group
maupun setelah berubah nama menjadi Permai Group. Saksi tidak pernah melihat Terdakwa mengikuti
atau memimpin rapat perusahan di
Anugrah Group maupun di Permai
Group. Bahkan saksi menerangkan
bahwa saksi mengetahui pemilik
Anugrah Group dan Permai Group
adalah saksi Muhammad Nazaruddin.

(ii) Fakta persidangan tanggal 14 dan 18
Agustus 2014, saksi Mindo Rosalina
Manulang mantan Direktur Marketing
Permai Group, saksi memberikan
keterangan bahwa pimpinan dari Anugrah Group yaitu, saksi Muhammad
Nazaruddin,
saksi
Neneng
Sri
Wahyuni, Nasir dan Hasyim. Saksi
menjelaskan bahwa yang mempunyai
wewenang untuk mengatur peruntukkan atau penggunaan terkait danadana yang dikelola oleh Permai Group
atau Anugerah Nusantara adalah saksi
Muhamad Nazarudin dan saksi Ne-27-

neng Sri Wahyuni. Saksi menjelaskan
bahwa yang mempunyai wewenang
atau otoritas dalam hal penerimaan
karyawan,
menentukan
karier
karyawan, jabatan karyawan dalam perusahaan,
dan
menentukan
gaji
karyawan adalah saksi Muhamad
Nazarudin dan saksi Neneng Sri
Wahyuni.
(iii) Fakta Persidangan tanggal 18 Agustus 2014, saksi Dadiono mantan kurir
di PT Anugrah Group, menegaskan
bahwa pimpinan dari Anugrah Group
adalah saksi Muhamad Nazarudin.
(iv) Fakta persidangan tanggal 14 dan
18 Agustus 2014, saksi Yulianis mantan wakil Direktur Keuangan Anugrah
Group, menegaskan bahwa pimpinan
Anugrah Group adalah saksi Muhammad Nazaruddin. Saksi juga menjelaskan bahwa otoritas penggunaan
keuangan Anugrah Group harus disetujui oleh saksi Yulianis, saksi Neneng
Sri Wahyuni dan saksi Muhammad
Nazaruddin.
(v) Fakta persidangan tanggal 14 Agustus
2014, saksi Oktarina Furi menjelaskan
bahwa otoritas penggunaan keuanganan Anugrah Group harus disetujui
oleh saksi Yulianis, saksi Neneng Sri
Wahyuni
dan
saksi
Muhamad
Nazarudin.
(vi) Fakta persidangan tanggal 1 September 2014, saksi Syarifah menerangkan bahwa Pimpinan dari PT
Anugrah Group adalah saksi Muhammad Nazaruddin, saksi juga tidak pernah melihat Terdakwa datang di PT
Permai Group.
-28-

Berdasarkan uraian fakta tersebut di atas,
maka telah terungkap bahwa Terdakwa
bukan sebagai pemilik maupun pimpinan
dari PT Anugrah Group yang beralamat di
Jl. KH Abdullah Syafii No 9, Tebet, Jakarta
Selatan yang kemudian berubah nama
menjadi
PT Permai Group setelah pindah kantor ke
Tower Permai di Jl. Warung Buncit Raya No
27, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Bahwa Pemilik dan sekaligus Pimpinan dari
PT Anugrah Group yang kemudian berubah
nama menjadi PT Permai Group adalah
saksi Muhammad Nazaruddin, hal ini
sebagaimana diterangkan oleh mantan
karyawan-karyawan Muhamad Nazarudin
dalam fakta persidangan, bahkan saksi
Clara Mauren menerangkan bahwa saksi
Muhammad Nazaruddin ketika ditahan,
masih
bisa
memimpin
rapat-rapat
perusahan dari dalam tahanan di Mako
Brimob, lapas Cipinang bahkan lapas
Sukamiskin di Bandung.
Fakta
tentang
kepengurusan
Anugerah Nusantara

PT

Bahwa berdasarkan dokumen dan informasi
yang diperoleh Penasihat Hukum tentang
struktur kepemilikan dan kepengurusan
dari
PT.
Anugrah
Nusantara
dari
Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia, terungkap secara jelas bahwa
Terdakwa bukanlah sebagai Pemilik dan
bukan juga sebagai Pengurus dari PT
Anugrah Nusantara. Hal ini berdasarkan
data pada Subdit Badan Hukum, Direktorat
Perdata, Direktorat Jenderal Administrasi
Hukum Umum pada Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia, sebagaimana
diuraikan dibawah ini :
1.Pendirian PT Anugrah Nusantara
-29-

1999

a. Nomor dan tanggal akta : 75; 25 Januari
b. Notaris : H.Asman Yunus,SH
berkedudukan di Pekanbaru

SpN

c. Nomor dan Tanggal SK :
C-12644
HT.01.01.TH.2001 tanggal 7 November
2001
d. Kedudukan : Pekanbaru
e. Jangka waktu : 75 tahun
f. Maksud dan tujuan : Perdagangan,
Pembangunan, Pengangkutan Darat,
Perindustrian, Perbengkelan, Jasa, Pertanian, Pertambangan, dan Percetakan.
g. Modal Perseroan:
 Modal Dasar : Rp. 2.000.000.000
terbagi atas 2000 saham, masingmasing saham bernilai Rp. 1.000.000.
 Modal Ditempatkan : 600 saham
atau Rp. 600.000.000
 Modal disetor : Rp. 600.000.000
Susunan Pemegang Saham :
Muhammad Nazarudin
:
saham
Drs. Ayub Khan
:
saham
Muhammad Nasir
:
saham
Muhammad Ali
:
saham
Muhammad Yunus Rasyid, SH :
saham

330
90
60
60
60

Susunan Pengurus :
Direktur Utama
: Muhammad
Nazarudin
Direktur
: Muhammad Nasir
-30-

Komisaris Utama
Komisaris
Komisaris
Rasyid, SH

: Drs. Ayub Khan
: Muhammad Ali
: Muhammad Yunus

2. Perubahan Anggaran Dasar
a. Nomor dan Tanggal Akta : 1; tanggal 1
Februari 2006
b. Notaris : H. Asman Yunus, SH, SpN
berkedudukan di Pekanbaru
c. Nomor dan Tanggal SK : C-11264
HT.01.04.TH.2006 tanggal 20 April
2006
d.

Modal Perseroan
- Modal Dasar : Rp.100.000.000.000
terbagi atas 100.000 saham, masingmasing saham bernilai Rp. 1.000.000
- Modal ditempatkan : 25.000 saham
atau Rp. 25.000.000.000
- Modal disetor : Rp. 25.000.000.000

e.

Susunan Pemegang Saham:
Muhammad Ali : 20.000 saham
Rizal Ahmad : 2.500 saham
Muhammad Yunus Rasyid, SH : 2.500
saham
3. Perubahan Anggaran Dasar
a. Nomor dan Tanggal Akta : 38; tanggal
30 Desember 2006
b. Notaris : H. Asman Yunus, SH,SpN
berkedudukan di Pekanbaru
c. Nomor dan tanggal akta : C-00423
HT.01.04.TH.2007 tanggal 8 Oktober
2007
-31-

d.

Susunan Pemegang saham
Muhammad Nazarudin : 20.000 saham
Rizal Ahmad : 2.500 saham
Muhammad Yunus Rasyid,SH :2.500
saham

e.

Susunan Pengurus
Direktur Utama : Rizal Ahmad
Direktur : Widhya Mulya
Direktur : Mardianto
Direktur : Amin Andoko
Direktur : Drs. Ahmad Darsono
Direktur : Muhammad Ali
Komisaris Utama : Muhammad
Nazarudin
Komisaris : Muhammad Yunus Rasyid,
SH
4.Perubahan anggaran dasar dalam
rangka penyesuaian dengan UndangUndang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
a. Nomor dan tanggal akta : 2; tanggal 1
April 2008
b. Notaris : H. Asman Yunus,SH,SpN
berkedudukan di Kota Pekanbaru
c. Nomor dan tanggal SK : AHU39823.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 10
Juli 2008
d. Kedudukan : Kota Pekanbaru
e. Jangka waktu : tidak terbatas
f. Maksud dan Tujuan: Perdagangan,
Pembangunan, Te

Dokumen yang terkait

An Analysis Of Sara Laughs’ Conflict Viewed From Stephen King’s Bag Of Bones

0 33 65

OPTIMASI FORMULASI KRIM TABIR SURYA EKSTRAK BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.) DENGAN HUMECTANT PROPILENGLIKOL DALAM BASIS VANISHING CREAM

10 40 24

OPTIMASI SEDIAAN EMULGEL ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BATANG KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii) SEBAGAI TABIR SURYA DENGAN BASIS HPMC

2 9 22

OPTIMASI TABIR SURYA LEMAK KAKAO DALAM BASIS VANISHING CREAM DENGAN HUMECTANT PROPILENGLIKOL

1 8 51

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

KONSTRUKSI PEMBERITAN KASUS HAMBALANG DI MEDIA ( Analisis Framing Pada Harian Jawa Pos Dan Kompas Edisi 6-15 Juni 2012 )

1 3 61

Eksplorasi Faktor-Faktor Online Marketing yang memengaruhi Keputusan Konsumen dalam Belanja Online pada Naufal Bag Collection

0 2 118

Framing Analysis on Printed Bag Advertisements Used as Communicative Strategy with Customer (Analisis Framing pada Iklan Cetak Produk Tas yang digunakan sebagai Strategi Komunikasi dengan Pelanggan )

0 11 5

IbM Pemanfaatan Mesin Pengepres Bag Log Tipe Empat Tuas Penekan Upaya Peningkatan Kualitas Media Tanam dan Produksi Jamur Tiram

0 28 12

Komunikasi Pemasaran Bonjour Bag Bandung (Studi Deskriptif Tentang Bauran Promosi Bonjour Bag Bandung Melalui Aplikasi Instagram Untuk Menarik Minat Pembelunya)

0 5 1