SISTEM HUKUM dan sistem (1)

MAKALAH
SISTEM HUKUM INDONESIA

OLEH :
KELOMPOK 3
1. EKA YULYANI
2. NORA SUSANTI
3. DIAN NUGRAHA
4. MASTOHA
5. AZWIR
DOSEN PEMBIMBING :
ARPAN ZAMAN, SH., MH

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
STIA NUSANTARA SAKTI SUNGAI PENUH
TAHUN 2018

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Seiring perkembangan zaman permasalahan di bidang hukumpun semakin hari

semakin rumit dan kompleks. Hukum merupakan suatu pedoman yang mengatur pola hidup
manusia yang memiliki peranan penting dalam mencapai tujuan ketentraman hidup bagi
masyarakat. Oleh karena itulah, hukum mengenal adanya adagium ibi societes ibi ius.
Adagium ini muncul karena hukum ada karena adanya masyarakat dan hubungan antar
individu dalam bermasyarakat. Hubungan antar individu dalam bermasyarakat merupakan
suatu hal yang hakiki sesuai kodrat manusia yang tidak dapat hidup sendiri karena manusia
adalah makhluk polis, makhluk yang bermasyarakat (zoon politicon).
Semua hubungan tersebut diatur oleh hukum, semuanya adalah hubungan hukum.
Maka untuk itulah dalam mengatur hubungan-hubungan hukum pada masyarakat diadakan
suatu kodifikasi hukum yang mempunyai tujuan luhur yaitu menciptakan kepastian hukum
dan mempertahankan nilai keadilan dari subtansi hukum tersebut. Sekalipun telah
terkodifikasi, hukum tidaklah dapat statis karena hukum harus terus menyesuaikan diri
dengan masyarakat, apalagi yang berkaitan dengan hukum publik karena bersentuhan
langsung dengan hajat hidup orang banyak dan berlaku secara umum.
1.2 RUUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian sistem hukum?
2. Bagaimana sejarah hukum di Indonesia?
3. Bagaimana ciri-ciri dan unsur- unsur system hukum di Indonesia serta tata hukum
yang ada di Indonesia?
1.3 TUJUAN MASALAH

1. Mengetahui pengertian sistem hukum
2. Mengetahui sejarah hukum di I ndonesia
3. Mengetahui ciri, unsur sistem hukum di Indonesia serta tata hukum yang ada di
Indones

BAB 11
PEMBAHASAN
2.1.

SEJARAH HUKUM DI INDONESIA

1. Periode Kolonialisme
Periode kolonialisme dibedakan menjadi tiga era, yaitu: Era VOC, Liberal Belanda dan
Politik etis hingga pendudukan Jepang.
a. Era VOC
Pada era penjajahan VOC, sistem hukum yang digunakan bertujuan untuk:
1. Keperluan ekspolitasi ekonomi untuk membantu krisis ekonomi di negera Belanda;
2. Pendisiplinan rakyat asli Indonesia dengan sistem yang otoriter
3. Perlindungan untuk orang-orang VOC, serta keluarga, dan para imigran Eropa.
Hukum Belanda diterapkan terhadap bangsa Belanda atau Eropa. Sedangkan untuk rakyat

pribumi, yang berlaku ialah hukum-hukum yang dibuat oleh tiap-tiap komunitas secara
mandiri. Tata politik & pemerintahan pada zaman itu telah mengesampingkan hak-hak dasar
rakyat di nusantara & menjadikan penderitaan yang pedih terhadap bangsa pribumi di masa
itu.
b. Era Liberal Belanda
Tahun 1854 di Hindia-Belanda dikeluarkan Regeringsreglement (kemudian
dinamakan RR 1854) atau Peraturan mengenai Tata Pemerintahan (di Hindia-Belanda) yang
tujuannya adalah melindungi kepentingan usaha-usaha swasta di tanah jajahan & untuk yang
pertama kalinya mencantumkan perlindungan hukum untuk rakyat pribumi dari pemerintahan
jajahan yang sewenang-wenang. Hal ini bisa dilihat dalam (Regeringsreglement) RR 1854
yang mengatur soal pembatasan terhadap eksekutif (paling utama Residen) & kepolisian, dan
juga jaminan soal proses peradilan yg bebas.
Otokratisme administrasi kolonial masih tetap terjadi pada era ini, meskipun tidak lagi
sekejam dahulu. Pembaharuan hukum yang didasari oleh politik liberalisasi ekonomi ini
ternyata tidak dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat pribumi, sebab eksploitasi masih
terus terjadi.
c. Era Politik Etis Sampai Kolonialisme Jepang
Politik Etis diterapkan di awal abad ke-20. Kebijakan-kebijakan awal politik etis
yang berkaitan langsung dengan pembaharuan hukum antara lain:


1. Pendidikan bagi rakyat pribumi, termasuk juga pendidikan lanjutan hukum;
2. Pendirian Volksraad, yaitu lembaga perwakilan untuk kaum pribumi;
3. Manajemen organisasi pemerintahan, yang utama dari sisi efisiensi;
4. Manajemen lembaga peradilan, yang utama dalam hal profesionalitas;
5. Pembentukan peraturan perundang-undangan yg berorientasi pada kepastian hukum.
Sampai saat hancurnya kolonialisme Belanda, pembaruan hukum di Hindia Belanda
meninggalkan warisan: i) Pluralisme/dualisme hukum privat dan pluralisme/dualisme
lembaga-lembaga peradilan; ii) Pengelompokan rakyat ke menjadi tiga golongan; Eropa dan
yang disamakan, Timur Asing, Tionghoa & Non-Tionghoa, & Pribumi.
Masa penjajahan Jepang tidak banyak terjadi pembaruan hukum di semua peraturan
perundang-undangan yang tidak berlawanan dengan peraturan militer Jepang, tetap berlaku
sambil menghapus hak-hak istimewa orang-orang Belanda & Eropa lainnya. Sedikit
perubahan perundang-undangan yang dilakukan: i) Kitab Undang-undang Hukum Perdata,
yang awalnya hanya berlaku untuk golongan Eropa & yang setara, diberlakukan juga untuk
kaum Cina; ii) Beberapa peraturan militer diselipkan dalam peraturan perundang-undangan
pidana yang berlaku. Di bidang peradilan, pembaharuan yang terjadi adalah: i) Penghapusan
pluralisme/dualisme tata peradilan; ii) Unifikasi kejaksaan; iii) Penghapusan pembedaan
polisi kota & lapangan/pedesaan; iv) Pembentukan lembaga pendidikan hukum; v) Pengisian
secara besar-besaran jabatan-jabatan administrasi pemerintahan & hukum dengan rakyat
pribumi.

2. Era Revolusi Fisik Sampai Demokrasi Liberal
a. Era Revolusi Fisik
§ Melanjutkan unfikasi badan-badan peradilan dengan melaksanakan penyederhanaan;
· Mengurangi serta membatasi peranan badan-badan pengadilan adat & swapraja,
terkecuali badan-badan pengadilan agama yg bahkan diperkuat dengan pembentukan
Mahkamah Islam Tinggi.
b. Era Demokrasi Liberal
Undang-undang Dasar Sementara 1950 yang sudah mengakui HAM. Namun pada era
ini pembaharuan hukum & tata peradilan tidak banyak terjadi, yang terjadi adalah dilema
untuk mempertahankan hukum & peradilan adat atau mengkodifikasi dan mengunifikasinya
menjadi hukum nasional yang peka terhadap perkembangan ekonomi dan tata hubungan
internasional. Selajutnya yang terjadi hanyalah unifikasi peradilan dengan menghapuskan
seluruh badan-badan & mekanisme pengadilan atau penyelesaian sengketa di luar pengadilan

negara, yang ditetapkan melalui UU No. 9/1950 tentang Mahkamah Agung dan UU Darurat
No. 1/1951 tentang Susunan & Kekuasaan Pengadilan.
3. Era Demokrasi Terpimpin Sampai Orde Baru
a. Era Demokrasi Terpimpin
Perkembangan dan dinamika hukum di era ini:
·


Menghapuskan doktrin pemisahan kekuasaan & mendudukan MA & badan-badan
pengadilan di bawah lembaga eksekutif;

· Mengubah lambang hukum "dewi keadilan" menjadi "pohon beringin" yang berarti
pengayoman;
· Memberikan kesempatan kepada eksekutif untuk ikut campur tangan secara langsung
atas proses peradilan sesuai UU No.19/1964 & UU No.13/1965;
· Menyatakan bahwa peraturan hukum perdata pada masa pendudukan tidak berlaku
kecuali hanya sebagai rujukan, maka dari itu hakim harus mengembangkan putusanputusan yang lebih situasional & kontekstual.
b. Era Orde Baru
Pembaruan hukum pada masa Orde Baru dimulai dari penyingkiran hukum dalam
proses pemerintahan dan politik, pembekuan UU Pokok Agraria, membentuk UU yang
mempermudah modal dari luar masuk dengan UU Penanaman modal Asing, UU
Pertambangan, dan UU Kehutanan. Selain itu, orde baru juga melancarkan: i) Pelemahan
lembaga hukum di bawah kekuasaan eksekutif; ii) Pengendalian sistem pendidikan &
pembatasan pemikiran kritis, termasuk dalam pemikiran hukum; Kesimpulannya, pada era
orba tidak terjadi perkembangan positif hukum Nasional.
4. Periode Pasca Orde Baru (1998 – Sekarang)
Semenjak kekuasaan eksekutif beralih ke Presiden Habibie sampai dengan sekarang,

sudah dilakukan 4 kali amandemen UUD RI 1945. Beberapa pembaruan formal yang terjadi
antara lain: 1) Pembaruan sistem politik & ketetanegaraan; 2) Pembaruan sistem hukum &
HAM; dan 3) Pembaruan sistem ekonomi.
2.2

CIRI-CIRI SYSTEM HUKUM INDONESIA

CIRI-CIRI HUKUM:
1. Ada unsur perintah , larangan, dan kebolehan
2. Ada sanksi yang tegas

3. Adanya perintah dan larangan
4. Perintah dan larangan harus ditaati
- Sedangkan Ciri-ciri hukum antara lain :
1.

Terdapat perintah ataupun larangan dan

2.


Perintah

atau

larangan

tersebut

harus

dipatuhi

oleh

setiap

orang

Tiap-tiap orang harus bertindak demikian untuk menjaga ketertiban dalam bermasyarakat.
Oleh karena itu, hukum meliputi berbagai peraturan yang menentukan dan mengatur

hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain yang dapat disebut juga kaedah
hukum yakni peraturan-peraturan kemasyarakatan.
2.3.

KAIDAH HUKUM

Kaidah hukum meruakan segala peraturan yang ada yang telah dibuat secara resmi oleh
pemegang kekuasaan , yang sifatnya mengikat setiap orang dan pemberlakuannya merupakan
paksaan yang harus ditaati dan apabila telah terjadi pelanggaran akan dikenakan sanksi
tertentu.
Kaidah hukum lahir dan hidup di lingkungan manusia sejak manusia tersebut dilahirkan, oleh
karenanya kaidah hukum juga disebut dengan sikap lahir seseorang.
Kaidah hukum tidak mempersoalkan apakah sikap batin seseorang itu baik atau buruk, yang
diperhatikannya adalah bagaimana perbuatan lahiriyah orang itu.
Sebagai contoh seseorang pria menikah dengan wanita sah dimata hukum dan agamanya akan
tetapi terdapat niat buruk dari pria tersebut untik menguras harta wanitanya.
Coba cermatilah sekilas seseorang tersebut secara lahiriyah sudah memenuhi kaidah hukum
akan tetapi batin pria terseput sangat buruk.
Jadi dapat dikatakan bahwa kaidah hukum merupakan suatu pedoman atau patokan sebagai
perilaku lahiriyah dan batiniyah yang baik.

Kebiasaan yang sudah biasa dilakukan meskipun tidak tertulis akan dipatuhi masyarakat dan
bagi yang melanggar akan dikenakan sanksi.
Menurut sifatnya kaidah hukum terbagi 2, yaitu :
1.

hukum yang imperatif, maksudnya kaidah hukum itu bersifat a priori harus ditaati,
bersifat mengikat dan memaksa.

2.

hukum yang fakultatif maksudnya ialah hukum itu tidak secara apriori mengikat.
Kaidah fakultatif bersifat sebagai pelengkap.

Ada 4 macam norma yaitu :
1.

Norma Agama berisi tentang peraturan hidup , perintah-perintah, larangan-larangan
dan anjuran-anjuran yang berasal dari Tuhan yang merupakan tuntunan hidup ke arah
atau jalan yang benar.


2.

Norma Kesusilaan adalah peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati.
Peraturan ini berisi suara batin yang diakui oleh sebagian orang sebagai pedoman dalam
sikap dan perbuatannya.

3.

Norma Kesopanan adalah peraturan hidup yang muncul dari hubungan sosial antar
individu. Tiap golongan masyarakat tertentu dapat menetapkan peraturan tertentu
mengenai kesopanan.

4.

Norma Hukum adalah peraturan-peraturan hidup yang diakui oleh negara dan harus
dilaksanakan di tiap-tiap daerah dalam negara tersebut. Dapat diartikan bahwa norma
hukum ini mengikat tiap warganegara dalam wilayah negara tersebut

2.4.

SIFAT HUKUM

Secara Umum Sifat Hukum terdiri dari 2 jenis yaitu :
1. Hukum yang imperative (Memaksa)
Hukum yang bersifat memaksa/ harus ditaati apabila terjadi pelanggaran akan dikenakan
sanksi yang jelas.
Contoh : seluruh norma-norma hukum pidana (contoh Pasal 338 KUHP)
2. Hukum yang Fakultatif (Mengatur/Himbauan)
Hukum yang bersifat bisa dilaksanakan atau tidak dilaksanakan. Pada umumnya norma
seperti ini dipergunakan dalam lingkup perdata dan administrasi negara.
Pada norma-norma peraturan ditandai dengan kata dapat ya atau tidak tergantung hubungan
norma lainnya serta kebutuhan subjek yang menjadi norma itu.
Contoh : Pasal 51 ayat (1) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
mengenai penjanjian kerja bisa tertulis dan tidak tertulis. Dikategorikan sebagai Pasal
yang sifatnya mengatur oleh karena tidak harus/wajib perjanjiankerja itu dalam bentuk
tertulis dapat juga

lisan, tidak ada sanksi bagi mereka yang membuatperjanjian secara lisan

sehingga perjanjian kerja dalam bentuk tertulis bukanlah hal yangimperative/memaksa;

Pasal 60 ayat (1) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
mengenai perjanjian kerja waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan masa percobaan 3 (tiga)
bulan. Ketentuan

ini juga bersifat mengatur oleh karena pengusaha bebas untuk

menjalankan masa percobaan atau tidak ketika melakukan hubungan kerja waktu tidak
tertentu/permanen.
Pasal 10 ayat(1) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, bagi
pengusaha berhak membentuk dan menjadi anggota organisasi pengusaha. Merupakan
ketentuan hukum mengatur oleh karena ketentuan ini dapat dijalankan (merupakan hak)
dandapat pula tidak dilaksanakan oleh pengusaha.
2.5.

TUJUAN DAN TUGAS HUKUM

Dalam pergaulan masyarakat terdapat aneka macam hubungan antara anggota masyarakat,
yakni hubungan yang ditimbulkan oleh kepentingan-kepentingan anggota masyarakat itu.
Untuk menjamin kelangsungan keseimbangan dalam hubungan antara anggota masyarakat,
diperlukan aturan-aturan hukum yang diadakan atas kehendak dan kesadaran tiap-tiap
anggota masyarakat itu.
Peraturan-peraturan hukum yang bersifat mengatur dan memaksa anggota masyarakat untuk
patuh mentaatinya, menyebabkan terdapatnya keseimbangan dalam tiap perhubungan dalam
masyarakat.

Setiap

hubungan

kemasyarakatan

tak

boleh

bertentangan

dengan

ketentuanketentuan dalam peraturan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Setiap
pelanggar hukum yang ada akan dikenai sanksi berupa hukuman sebagai reaksi terhadap
perbuatan yang melanggar hukum.
Untuk menjaga agar peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung terus dan diterima oleh
anggota masyarakat, maka peraturan-peraturan hukum yang ada harus sesuai dan tidak boleh
bertentangan dengan asas-asas keadilan dari masyarakat tersebut. Dengan demikian, hukum
itu bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum itu harus pula
bersendikan pada keadilan, yaitu asas-asas keadilan dari masyarakat itu.
Adapun hukum mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :
i.

Menjamin kepastian hukum bagi setiap orang dalam masyarakat.

ii.

Menjaga jangan sampai terjadi perbuatan main hakim sendiri dalam pergaulan di
masyarakat.

iii.

Menjamin ketertiban, ketentraman, kedamaian, keadilan, kemakmuran, kebahagiaan,
dan kebenaran dalam masyarakat.

2.6.

SUMBER HUKUM

Adapun dalam hal ini sumber hukum dibagi menjadi dua jenis yakni sumber hukum material
dan sumber hukum formal.
1. Sumber Hukum Material
Yaitu semua aturan, norma atau kaidah yang menjadi sumber dari manusia untuk bersikap
dan bertindak. Atau pengertian lainnya dari sumber hukum materi ialah tempat dari manakah
material itu diambil.
Sebuah keyakinan dan atau perasaan hukum dari seseorang atau individu dan juga pendapat
masyarakat yang bisa menentukan isi hukum. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa faktorfaktor yang bisa mempengaruhi pembentukan hukum ialah adanya keyakinan atau perasaan
hukum seseoranng dan pendapat masyarakat.
2. Sumber Hukum Formal
Yaitu sumber hukum yang juga bisa disebut sebagai penerapan dari hukum material, sehingga
hukum formas bisa berjalan dan ditaati oleh seluruh objek hukum. Macam-macam hukum
formal ialah sebagai berikut:
- Undang-Undang
Yaitu segala sesuatu aturan yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, yang
dijaga oleh pemerintah negara tersebut. Contohnya seperti: UU, PP, Perpu dan lain
sebagainya.
- Kebiasaan
Yaitu segala macam perbuatan yang sama dan dilakukan secara continue sehingga
menjadi hal yang umum dilakukan. Contohnya: adat istiadat didaerah yang dilaksanakan
dengan cara turun-temurun yang sudah menjadi hukum di daerah tersebut.
- Yurisprudensi
Yaitu segala macam keputusan hakim dari masa lampau atau masa lalu dari suatu perkara
yang sama, sehingga dijadikan keputusan oleh para hakim dimasa kini. Seorang hakim
dapat membuat suatu putusan sendiri, jikalau perkara yang sedang disidangkan tersebut
tidak diatur sama sekali oleh undang-undang.
- Traktat
Yaitu segala macam bentuk perjanjian yang dilaksanakan oleh 2 “dua” negara atau lebih.
Dan perjanjian tersebut mempunyai sifat yang mengikat bagi antar negara-negara yang

terlibat traktat ini dan otomatis traktat tersebut juga mengikat warga negara dari negara
yang bersangkutan.
- Doktrin
Yaitu segala macam pendapat para ahli hukum terkenal yang dijadikan patokan atau asasasas penting dalam hukum dan penerapannya.

BAB VI
PENUTUP
3.1

KESIMPULAN
Sistem hukum adalah suatu kesatuan hukum dari unsur hukum yang saling

berhubungan dan bekerjasama sebagai suatu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu .Dalam
sistem hukum yang ada di indonesia dilihat dari sejaranya mulai dari periode kolonialisme
sampai periode orde baru era reformasi, sistem hukum di I ndonesia mempunyai ciri-ciri,
unsur- unsur dan tata hukum yang menjadi panutan hukum yang ada di I ndonesia.
3.2

KRITIK DAN SARAN
-

KRITIK

1.

Sistem hukum yang ada di I ndonesia tidak sesui peraturan perundang- undangan

2.

Sistem hukum yang ada di Indonesia tidak adil karena hanya mementingkan
golongan dengan menggunakan suap

3.

Perlu ketegasan pemerintah dalam menjalankan sistem hukum yang ada di
Indonesia

-

SARAN

Berlakukanlah sistem hukum yang ada di Indonesia dengan adil dan sesuai peraturan
perundang- undangan, agar warga negara indonesia bisa mematuhi hukum yang
berlaku.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2