Teknik pembukaan dan penutupan ceramah KH Saiful Jazil.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Dinar Ayu Chandra Agustin, NIM B71213036. Teknik Pembukaan dan

Penutupan Ceramah KH Saiful Jazil. Skripsi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci: Teknik Pembukaan dan Teknik Penutupan

Ada dua rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu 1. Bagaimana teknik pembukaan ceramah KH Saiful Jazil 2. Bagaimana teknik penutupan ceramah KH Saiful Jazil. Untuk menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang telah diperoleh kemudian disajikan secara deskriptif dan dianalisis dengan teori komunikasi persuasif dan teori retorika Aristoteles.

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa dalam ceramah KH Saiful Jazil menggunakan teknik pembukaan salam, muqoddimah (ucapan syukur), pantun, sapaan pada jamaah, menyampaikan tema, menyebutkan fakta pendengar, mengajukan pertanyaan, menghubungkan dengan peristiwa yang diperingati, memberikan contoh nyata dan menyatakan kutipan. Dalam mengakhiri ceramah, KH Saiful Jazil menggunakan teknik-teknik penutupan sebagai berikut; menyampaikan kesimpulan, menyampaikan atau mengulang pernyataan penting, meminta untuk bertindak, menyampaikan cerita humor, pantun, memutarkan video parodi, doa penutup dan salam. Teknik pembukaan dan penutupan ceramah KH Saiful Jazil sesuai dengan metode persuasif yaitu metode asosiasi, metode integrasi, metode pay-off dan fear arousing, metode icing yaitu Selain itu KH Saiful Jazil mampu dengan cermat dan menarik perhatian jamaah dengan pantun dalam pembukaan ceramah, dan memberikan kesan dalam penutupan ceramahnya. Ciri khas yang dimiliki oleh KH Saiful Jazil ini menjadi bagian penting dalam ceramahnya. Hal tersebut diatas membuat KH Saiful Jazil sebagai seorang dai memiliki ethos, pathos dan logos. Yaitu kredibilitas dai yang membuat jamaah percaya, ceramahnya didasari dengan bukti-bukti logis dari hadis dan Al-Qur’an, dan KH Saiful Jazil mampu memainkan emosi dari jamaah.

Rekomendasi untuk penelitian yang akan datang adalah dapat memperkuat hasil penelitian ini dengan membahas tentang kredibilitas muballigh sebagai penyampai pesan.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ...iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...iv

PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ...v

ABSTRAK ...vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ... ...ix

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...8

C. Tujuan Penelitian ...8

D. Manfaat Penelitian ...8

E. Definisi Konsep ...9

F. Sistematika Pembahasan ...10

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kerangka Teoritik 1. Pengertian Ceramah ...12

2. Pengertian Teknik ...18


(8)

4. Teknik Penutupan Ceramah ...27

B. Kajian Teoritik 1. Teori Komunikasi Persuasif ...33

2. Teori Retorika Aristoteles...36

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...41

B. Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian ...43

C. Jenis dan Sumber Data...44

D. Teknik Pengumpulan Data ...47

E. Teknik Analisis Data ...51

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ...53

G. Tahapan Penelitian...55

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Setting Penelitian ...57

B. Penyajian Data ...65

C. Analisis Data ...90

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...106

B. Saran ...107 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol atau kode dari satu pihak kepada pihak lain dengan efek untuk mengubah sikap, atau tindakan. Proses tersebut dilakukan oleh seorang komunikator sebagai penyampai pesan dan komunikan sebagai penerima pesan, melalui media tertentu.

Dakwah termasuk dalam tindakan komunikasi, walaupun tidak setiap aktivitas komunikasi adalah dakwah. Dakwah adalah seruan atau ajakan berbuat kebajikan untuk mentaati perintah dan menjauhi larangan Allah SWT dan Muhammad Rasulullah SAW sebagai mana yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits.1

Dakwah ditinjau dari segi etimologi atau asal kata (bahasa), dakwah berasal dari bahasa arab, yang berarti “panggilan, ajakan, atau seruan”.2 Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il) nya adalah berarti memanggil, menyeru, atau mengajak (Da’a, Yad’u, Da’watan). Dalam surat Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125 disebutkan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia ke jalan Allah dengan cara yang bijaksana, nasehat yang baik serta berdebat dengan cara yang baik pula.

1

Hamidi, Teori komunikasi dan Strategi Dakwah, (Malang: UMM Press, 2010) .hlm.6

2


(10)

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:                           

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.3

Dakwah adalah mengajak dan menggerakkan manusia agar menaati ajaran-ajaran Allah (Islam), termasuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.4

Pada intinya, pemahaman lebih luas dari pengertian dakwah yang telah didefinisikan sebagai berikut: Pertama, ajakan ke jalan Allah SWT. Kedua, dilaksanakan secara berorganisasi. Ketiga, kegiatan untuk mempengaruhi manusia agar masuk jalan Allah SWT. Keempat, sasaran bisa secara fardiyah atau jama’ah.5Dalam konteks dakwah istilah „amar ma’ruf nahi munkar secara lengkap dan populer dipakai adalah yang terekam dalam Al Qur’an Surah Ali Imron ayat 104























































3

Al-Qur’anul Karim, (Bandung: Cordoba, 2012)

4

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004),hlm13

5


(11)

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.6

Aktivitas dakwah pada awalnya hanyalah merupakan tugas sederhana yakni kewajiban untuk menyampaikan apa yang diterima Rasulullah SAW, walaupun hanya satu ayat. Inilah yang membuat kegiatan atau aktivitas

dakwah boleh dan harus dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai rasa keterpanggilan untuk menyebarkan nilai-nilai Islam. Itu sebabnya, aktivitas dakwah memang harus berangkat dari kesadaran pribadi yang dilakukan oleh orang per orang dengan kemampuan minimal dari siapa saja yang dapat melakukan dakwah tersebut. Kegiatan itulah yang digeluti oleh para dai dan

daiyah secara tradisional secara lisan, dalam bentuk ceramah dan pengajian.7

Aktivitas dakwah ini bisa dikatakan sebagai bagian dari komunikasi dakwah, komunikasi dakwah adalah proses penyampaian informasi atau pesan dari sesorang atau sekelompok orang kepada sesorang atau sekelompok orang lainnya yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis dengan menggunakan lambang-lambang baik secara verbal maupun non verbal dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media.8

Komunikasi dakwah ini bisa diartikan sebagai seorang komunikator atau orang yang menyampaikan pesan berupa pesan-pesan Al-Qur’an dan Hadis kepada umat muslim agar umat dapat mengetahui, memahami, menghayati

6

Al-Qur’anul Karim, (Bandung: Cordoba, 2012)

7

M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 8


(12)

serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga juga dapat menjadikan Al-Qur’an dan Hadis sebagai pedoman dalam hidupnya.

Salah satu bentuk komunikasi dakwah yang sering digunakan adalah metode ceramah, karena ceramah dianggap menjadi salah satu metode yang mudah, dapat dilaksanakan kapan saja, tidak ada rukun dan syarat, tidak ada mimbar tempat khusus pelaksanaannya, waktu tidak dibatasi dan siapapun boleh berdakwah dengan cara kreatif dan inovatif untuk menarik minat madu. Dalam bukunya pengantar Retorika karya Yusuf Zainal Abidin dijelaskan bahwa ceramah adalah metode yang dilakukan pada generasi awal umat Islam, dan menjadi salah satu karakteristik dakwah pada masa Nabi dalam periode Mekkah.9 Metode ceramah memiliki keunikan dan keunggulan, jika disampaikan secara langsung atau face to face, dirasakan lebih akrab dan lebih personal. Apalagi mengingat ceramah adalah bagian yang tidak bisa dilepaskan dalam beberapa rangkaian peribadatan.

Ceramah merupakan kelompok bicara satu arah; pembicara menyampaikan gagasannya kepada pihak lain dan tidak memerlukan reaksi berupa tanggapan atau respon.10 Ceramah adalah salah satu bentuk komunikasi lisan secara langsung yang merupakan bagian dari public communication atau

public speaking. Ceramah berarti pidato, berbicara di depan khalayak atau

audience yang banyak, Ceramah merupakan salah satu metode lisan dakwah yang banyak di praktekkan dalam masyarakat. Selain dianggap murah dan

9

Yusuf Zainal Abidin, Pengantar Retorika, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), hlm.125.

10

Balqis Khayyirah, Cara Pintar Berbicara Cerdas di Depan Publik, (Jogjakarta: DIVA Press, 2014) hlm.49.


(13)

sederhana, ceramah cukup potensial dalam meningkatkan pengetahuan dan daya pikir audience.

Ceramah disampaikan dengan berbagai macam cara, tergantung dari dai nya. Cara menyampaikan ceramah bisa disebut dengan teknik penyampaian ceramah. Teknik penyampaian ceramah didukung oleh keterampilan berbicara yang baik. Sehingga apa yang disampaikan kepada madu dapat diterima dan dipahami dengan baik. Teknik penyampaian ceramah ini sangat diperlukan oleh dai karena dapat menentukan keberhasilan dakwah.

Hal penting dalam ceramah ada 2 yaitu teknik pembukaan dan juga teknik penutupan yang memilik peran untuk menentukan keberhasilan dakwah. Sebagai awal teknik pembukaan merupakan bagian yang sangat menentukan. Dimana dalam pembukaan itu penceramah harus bisa mengantarkan pikiran dan menambahkan perhatian kepada pokok pembicaraan. Oleh karena itu dai harus memulai pembicaraannya dengan penuh kesungguhan, sehingga terilhat mantap, berwibawa dan mampu menyampaikan dakwahnya dengan baik.

Tentu saja dai yang sukses menggunakan teknik dalam dakwahnya, seperti dai yang sudah memiliki jam terbang tinggi dengan kredibilitas yang sangat baik, berceramah di berbagai tempat. Contohnya seperti K.H Arifin Ilham, yang sering mengajak audience nya sholawat di awal pembukaan dakwahnya.

KH Agoes Ali Mashuri atau yang akrab disapa Gus Ali memiliki teknik pembukaan yang bagus dalam dakwahnya. Dimana beliau mengantarkan tema ceramah dengan menggunakan “Password hari ini adalah”. Tema yang dikemas


(14)

dengan cara yang beda inilah Gus Ali memberikan kata kunci untuk memudahkan ceramahnya dan juga madu nya untuk memhami materi yang akan disampaikan.

Fenomena lain yang menggunakan teknik dakwahnya dalam pembukaan adalah KH Syahroni Fadlan yang memiliki kecerdikan humor, dimana selalu membuka dakwahnya dengan humor-humor. Humor itu bisa berupa hentakan suara yang mengagetkan, sehingga madu yang kurang tertarik mendengarkan ceramah, atau mengantuk ketika mengikuti ceramah akan seketika itu juga mereka digugah semangatnya dan siap untuk mengikuti materi ceramah.

Tidak hanya teknik pembukaan saja yang penting, teknik penutupan juga sangat penting untuk mengetahui gagasan utama dari ceramah yang telah disampaikan. Gus Ali misalnya, beliau menutup ceramahnya dengan mengemukakan intisari ceramah yang mudah dipahami oleh audience, beliau menyebutnya kata kunci yang menjadi kesimpulan dengan berulang-ulang seperti “ Jika hati bersih dan jiwa nya bersih, bagus lisan nya bagus lakunya,

mugo-mugo dadi keterangan sing barokah” kesimpulan itu diulang setidaknya

dua kali untuk memantapkan pemahaman madu tentang materi yang telah disampaikan sebelumnya. kemudian di lanjutkan menutup ceramah dengan membaca doa.

Berbeda lagi dengan teknik penutupan KH Syahroni Fadlan yang menutup ceramahnya dengan memberikan contoh, yaitu ilustrasi dari pokok inti materi yang disampaikan dengan diselingi humor yang menjadi ciri khas beliau.


(15)

Berdasarkan fenomena fenomena diatas, peneliti tertarik dengan KH Saiful Jazil bagaimana teknik pembukaan dan penutupan yang sering digunakan oleh beliau. Bagaimana cara KH Saiful Jazil menarik minat dan juga semangat dari jamaah untuk mendengarkan ceramahnya melalui teknik pembukaan yang beliau sampaikan begitu juga bagimana KH Saiful Jazil menutup ceramahnya agar yang beliau sampaikan dapat berkesan. Selain itu dipilihnya KH Saiful Jazil karena posisi sosial beliau menempatkan sebagai tokoh masyarakat. Beliau adalah akademisi, pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI), pengurus Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Jawa Timur, pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Al Jihad, pengasuh Fiqh Kontemporer di SAS FM, pengasuh Pengajian di El-Victor, pengasuh Pengajian Ta’limul Muta’alim di Masjid Agung Al Akbar Surabaya, pembimbing Haji dan Umroh di KBIH Bryan Mekkah Surabaya dan KBIH Arofah Mina, mengisi acara di KJRI Hongkong.11

KH Syaiful Jazil adalah sosok dai yang banyak dikenal oleh masyarakat, bahkan beberapa tayangan tentang dakwahnya sudah tersebar di media sosial dan Youtube, beliau juga menjadi salah satu dari sekian dai yang ceramahnya diliput dalam berbagai stasiun televisi, terutama stasiun televisi lokal Surabaya. Tak heran kalau beliau saat ini adalah tokoh agama yang begitu dikenal oleh masyarakat luas.

Berdasarkan realitas yang ada maka peneliti melakukan penelitian dengan judul: Teknik Pembukaan dan Penutupan Dakwah KH. Saiful Jazil.

11


(16)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena dakwah di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1.Bagaimana Teknik Pembukaan Ceramah KH Saiful Jazil? 2.Bagaimana Teknik Penutupan Ceramah KH Saiful Jazil?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan teknik pembukaan ceramah K.H Syaiful Jazil.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan teknik pembukaan ceramah K.H Syaiful Jazil.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu: 1. Manfaat Teoritis

Sebagai kontribusi wawasan dan pengetahuan bagi setiap orang yang memembacanya serta peneliti dalam pengembangan kajian retorika dalam ilmu dakwah secara teoritis maupun secara praktis pada masa kini dan masa mendatang khususnya di bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam. 2. Manfaat Praktis

Bagi peneliti

Dengan penelitian ini, diharapkan peneliti dapat memberikan kontribusi positif bagi praktek dakwah dalam menerapkan teknik pembukaan dan penutupan dakwah yang menarik perhatian jamaah.


(17)

Bagi Akademis

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan kajian retorika sebagai implementasi ceramah serta mendorong kajian-kajian yang lebih komprehensif dalam praktek dakwah.

E.Definisi Konsep

Untuk menghindari kemungkinan kesalahfahaman dalam memahami penelitian ini dan guna mempermudah memahaminya, berikut ini adalah konsep secara teoritis maupun praktis istilah yang dijadikan judul dalam penelitian ini yaitu “Teknik Pembukaan dan Penutupan Ceramah KH Saiful Jazil”.

Teknik adalah cara membuat atau melakukan sesuatu, yang berhubungan dengan kesenian.12 Pembukaan berasal dari kata buka yang berarti memulai, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pembukaan adalah proses, cara, perbuatan membuka atau permulaan. 13 Sedangkan penutupan berasal dari kata tutup yang berarti akhir dalam kamus besar bahasa Indonesia sendiri penutupan adalah proses, cara, perbuatan menutup, pengakhiran, penyudahan.14 Penutupan berasal dari kata penutup, secara umum penutup adalah kesimpulan dari presentasi yang anda bawakan.15 Ceramah adalah pidato yang bertujuan

12

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Jakarta 2005, hlm 1158.

13

Ibid. Hlm. 171

14

Ibid, hlm. 1230.

15

Balqis Khayyirah, Cara Pintar Berbicara Cerdas di Depan Publik, (Jogjakarta: Diva Press, 2014), hlm.156.


(18)

memberikan nasihat dan petunjuk, sementara ada audiensi yang bertindak sebagai pendengar.16

Jadi menurut peneliti teknik pembukaan ceramah adalah cara seorang dai untuk mengawali suatu pidato yang bertujuan untuk memberikan nasihat dari Al-Qur’an dan hadis dengan menggunakan berbagai macam daya tarik yang dapat menentukan keberhasilan ceramah. Sedangkan teknik penutupan adalah cara seorang dai untuk mengakhiri suatu pidato yang bertujuan untuk memberikan nasihat dari Al-Qur’an dan Hadis dengan menggunakan berbagai macam daya tarik yang dapat menentukan keberhasilan ceramah.

Dalam konteks ini, teknik pembukaan dan penutupan yang dimaksud adalah cara yang digunakan oleh KH Saiful Jazil dalam ceramahnya dengan berbagai macam daya tarik yang dapat mempengaruhi keberhasilan ceramah nya, sehingga hal tersebut dapat menjadi ciri khas tersendiri yang menjadi kekuatan dalam kegiatan dakwahnya.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah penelitian ini, berikut adalah sistematika pembahasan yang terdiri dari:

BAB I Pendahuluan: Pada bab pendahuluan berisikan latar belakang masalah

berupa fenomena sosial yang mendasari penelitian ini yaitu keunikan seorang pelawak yang berdakwah di mana fenomena ini tidak pernah terjadi, rumusan masalah yang merupakan akar masalah yang jawabannya akan ditemukan

16


(19)

setelah melakukan penelitian. Juga berisikan tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, dan sistematika pembahasan.

BAB II Kajian Kepustakaan: Pada bab ini berisikan tentang kerangka teoritik

yang membahas tentang teori yang dikaji terkait dengan fokus penelitian yaitu tentang teknik, teknik pembukaan ceramah, teknik penutupan ceramah dan ceramah digunakan sebagai landasan untuk memahami temuan yang diperoleh. Serta penelitian terdahulu yang relevan sebagai rujukan dan perbandingan terhadap penelitian yang dilakukan sekarang.

BAB III Metode Penelitian: Bab ini memuat tentang pendekatan, jenis dan

metode penelitian yang dipakai oleh peneliti untuk meneliti dan menggambarkan seorang KH Saiful Jazil. Pada bab ini juga membahas tentang langkah-langkah penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis dan pengecekan keabsahan data yang akan dipakai dalam penelitian.

BAB IV Penyajian Data dan Analisis Data: Menjelaskan tentang biografi

dan teknik apakah yang digunakan oleh KH Saiful Jazil untuk membuka serta menutup ceramahnya. Dalam arti bab inilah yang nantinya akan menjawab rumusan masalah yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian ini.

BAB V Penutup: Berisi tentang kesimpulan yang menjadi jawaban dari


(20)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A.Kerangka Teoritik

1. Pengertian Ceramah

Ceramah adalah pidato tentang agama dan sebagainya oleh seseorang dihadapan banyak pendengar.1 Ceramah adalah suatu teknik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang dai atau muballigh pada suatu aktivitas dakwah. Ceramah dapat pula bersifat propaganda, kampanye, berpidato, khutbah, sambutan, mengajar dan sebagainya. 2 Umumnya, ceramah diarahkan kepada sebuah publik, lebih dari seorang. Istilah ceramah di zaman mutakhir ini sedang ramai-ramainya dipergunakan instansi pemerintaha ataupun swasta, organisasi baik melalui televisi, radio, maupun ceramah secara langsung.

Ceramah merupakan salah satu metode lisan dakwah yang banyak dipraktikkan dalam masyarakat. Ceramah berarti pidato, berbicara di depan khalayak atau audiens yang banyak.3 Selain dianggap paling murah dan sederhana, metode ceramah juga dianggap cukup potensial dalam meningkatkan pengetahuan dan daya pikir audiens. Dalam sejarah islam pun banyak dijelaskan bahwa Nabi sering melakukan dakwah dan menyampaikan ajaran islam dengan ceramah, baik ceramah dalam

1

Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: 2011),hlm. 73.

2

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983).hlm.104.

3


(21)

kelompok kecil dengan audiens yang terbatas, maupun ceramah atau pidato di depan massa jamaah umat islam yang jumlahnya sangat banyak.

Ceramah adalah pidato yang bertujuan untuk memberikan nasihat dan petunjuk, sementara ada audiensi yang bertindak sebagai pendengar.4 Ceramah merupakan kelompok bicara satu arah pembicara menyampaikan gagasannya kepada pihak lain tidak memerlukan reaksi berupa tanggapan atau respon. Sampai saat ini ceramah masih menjadi metode yang paling sering digunakan oleh para pendakwah sekalipun alat komunikasi modern telah tersedia. Ibadah sholat jumat juga tidak sah tanpa disertai oleh ceramah agama yaitu khotbah Jumat. Ceramah Jumat tidak seperti ceramah yang lain, ia telah ditentukan waktu temat dan unsur-unsur yang harus dipenuhi sesuai dengan aturan yang ada dalam hadis dan kitab-kitab fikih. Sedangkan ceramah seperti PHBI, pengajian rutin di sejumlah masjid, pemberangkatan haji dan lainnya tidak terikat oleh aturan yang ketat. Ceramah tersebut dapat di laksanakan kapan saja, tidak ada rukun dan syarat, tidak ada mimbar tempat khusus pada pelaksanaannya, waktu tidak dibatasi dan siapapun boleh berdakwah, dapat dilakukan dengan cara kreatif dan inovatif.

Selain itu adapun unsur-unsur ceramah, unsur-unsur ceramah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah.

4

Balqis Khayyirah. Cara Pintar Berbicara Cerdas di Depan Publik, ( Jogjakarta: DIVA Press, 2014), hlm. 49


(22)

unsur tersebut adalah dai, madu, maddah (materi), wasilah (media), thariqah (metode), dan atsar (efek).5

a. Dai

Dai adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat organisasi atau lembaga. Secara umum kata dai ini sering disebut dengan sebutan muballigh (orang yang menyampaikan ajaran islam), namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya sebagai orang yang menyampaikan ajaran islam melalui lisan, seperti penceramah agama, khatib (orang yang berkhotbah dan sebagainya. Siapa saja yang menyatakan sebagi pengikut Nabi Muhammad hendaknya menjadi seorang dai dan harus dijalankan sesuai dengan hujjah yang nyata dan kokoh. Dai juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah, alam semeseta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi, terhadap problema yang dihadapi manusia, juga metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan melenceng.

b. Madu

Madu yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak; atau dengan kata lain,

5


(23)

manusia secara keseluruhan. Secara umum Al-Qur’an menjelaskan ada tiga tipe madu yaitu mukmin, kafir dan munafik. Muhammad Abduh membagi madu menjadi tiga golongan yaitu:

1. Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir secara kritis, dan cepat dapat ,menangkap persoalan.

2. Golongan awam, yaitu orang yang kebanyakan belum dapat berpikir seccara kritis dan mendalam, serta belum dpat mensngkap pengertian-pengertian yang tinggi

3. Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya batas tertentu saja, dan tidak mampu membahasnya secara mendalam.

c. Maddah ( Materi )

Maddah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan kepada madu. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran islam itu sendiri. Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok yaitu:

1. Masalah akidah (keimanan) 2. Masalah Syariah

3. Masalah Mu’amalah 4. Masalah Akhlak d.Wasilah (Media)

Wasilah dakwah adalah alat yang dugunakan utuk menyampaikan materi dakwah (ajaran islam) kepada madu, untuk menyampaikan


(24)

ajaran isla kepada umat, dakwah dapt menggunakan berbagai wasilah. Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam yaitu:

1. Lisan, adalah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya

2. Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar, surat-menyurat (korespondensi), spanduk, dan sebagainya

3. Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan sebagainya

4. Audiovisual, adlah media dakwah yang dapat merangsang indra pendengaran, penglihatan atau kedua-duanya seperti televisi, film, slide, OHP, internet, dan sebagainya

5. Akhlak, yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran islam yang secara langsung dapat dilihat dan didengarkan oleh madu.

e. Thariqah (Metode)

Kata metode telah menjadi bahasa indonesia yang memiliki pengertian “Suatu cara yang bisa ditempuh atau caraa yang ditentukan secara kelas untuk mencapai dan menyesuaikan tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia


(25)

Retorika sebagai bagian dari ilmu bina bicara menjadi tiga. Salah satunya adalah monologika. Artinya ilmu tentang seni berbicara secara monolog. Disini pelakunya atau pembicara tunggal. Contohnya pidato, kata sambutan, kuliah, ceramah makalah dan juga bisa teater monolog.6

Untuk menjadi dai, terutama saat ceramah kita juga harus memperhatikan bagaimana ciri –ciri pidato yang baik. Berikut adalah 10 ciri pidato yang baik:7

1. Pidato yang saklik. Memiliki objektivitas dan unsur-unsur yang mengandung kebenaran. Saklik juga bisa diartikan ada hubungan serasi antara isi pidato dan formulasinya. Atau ada hubungan yang jelas antara isi pidato dan formulasinya.

2. Pidato yang jelas. Pembicara harus pandai memilih ungkapan dan susuna kalimat yang tepat dan jelas untuk menghindari salah pengertian.

3. Pidato yang hidup. Untuk menghidupkan pidato bisa menggunakan gambar, cerita pendek atau kejadian-kejadian yang relevan dengan permasalahan yang dibicarakan sehingga memancing perhatian pendengar.

4. Pidato yang memiliki tujuan. Apa yang ingin dicapai sebagai tujuan harus sering diulang dalam rumusan yang berbeda. Kalimat-kalimat yang merumuskan tujuan dan pada bagian penutupharus dirumuskan secara singkat, jelas dan padat.

6

Fitriana Utami Dewi, Public Speaking, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2013)hlm.63.

7


(26)

5. Pidato yang memiliki klimaks. Berusahalah mencapai titik puncak dalam pidato untuk memperbesar rasa ingin tahu pendengar.

6. Pidato yang memiliki pengulangan. Pengulangan itu penting karena dapat memperkuat is pidato dan memperjelas penertian pendengar. Isi dan arti tetap sama namun dirumuskan dengan bahasa yang berbeda.

7. Pidato yang berisi hal-hal yang mengejutkan. Bukan sebagai sensasi, tetapi mengejutkan yang menimbulkan ketegangan yang menarik.

8. Pidato yang dibatasi. Voltaire mengatakan “rahasia membuat pendengar bosan ialah menyampaikan segala sesuatu daam satu pidato”. Marin Luther: naiklah ke mimbar, bukalah mulutmu dan berhentilah segera. Maksudnya, supaya orang berbicara singkat tetapi padat, berarti harus membatasi diri.

9. Pidato yang mengandung humor. Humor dalam pidato itu perlu hanya sata tidak boleh terlalu banyak.

10.Pidato yang singkat. Menurut Tantowi Yahya, pidato yang baik adalah pidato yang singkat, padat, bermakna.

2.Pengertian Teknik

Menurut para ahli, pengertian “Teknik”8 diartikan sebagai berikut :

a. Menurut Ludwig Von Bartalanfy teknik merupakan seperangkat unsur yang saling terkait dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan.

b. Menurut Anatol Raporot teknik adalah suatu kumpulan kesatuan dan

8


(27)

perangkat hubungan satu sama lain.

c. Menurut L. Ackof teknik adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.

d. Menurut L. James Havery teknik adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

e. Menurut John Mc Manama teknik adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.

Teknik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknik diartikan sebagai cara (kepandaian) membuat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni. Sudah jelas bahwa teknik adalah suatu kepandaian tersendiri yang sudah tertanam dalam diri seseorang yang digunakan untuk bisa menggapai suatu yang diinginkan dengan baik. Selain itu teknik juga oleh Wina Sanjaya teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode.9

9

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2006).hlm.125.


(28)

3. Teknik Pembukaan Ceramah

Teknik adalah cara membuat atau melakukan sesuatu, yang berhubungan dengan kesenian.10 Pembukaan berasal dari kata buka yang berarti memulai, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pembukaan adalah proses, cara, perbuatan membuka atau permulaan. 11 Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik pembukaan ceramah adalah cara seorang dai untuk mengawali suatu pidato yang bertujuan untuk memberikan nasihat dari Al-Qur’an dan hadis dengan menggunakan berbagai macam daya tarik yang dapat menentukan keberhasilan ceramah.

Dalam membuka ceramah hal yang sangat lazim dilakukan oleh para dai yaitu dengan diawali salam yang merupakan kewajiban bagi umat Islam. Kemudian dilanjutkan dengan ucapan syukur, ucapan terimakasih serta tujuan berpidato.12 Namun seirung berjalannya waktu, pembukaan yang demikian itu menjadi monoton dan biasa saja di telinga pendengar dan kurang mendapatkan respon. Padahal pembukaan merupakan titik awal diperhatikan atau tidaknya seorang dai dan materi apa yang akan disampaikan.

Nama lain dari pembukaan ceramah adalah exordium13, fungsinya untuk memosisikan pikiran pendengar untuk menerima pembicaraan selanjutnya hingga tuntas. Disitu pembicara mengondisikan pendengar untuk penuh perhatian, dapat diatur dan siap menerima instruksi. Menurut

10

KBBI, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, (Balai Pustaka: Jakarta, 2005), hlm 1158.

11

Ibid,hlm. 171.

12

Kholifatul Adha, Panduan Mudah Public Speaking, (Notebook: Yogyakarta, 2014), hlm.74.

13


(29)

Marcus Tillius Cicero yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat ada lima substansi dari exordium yaitu: honourable (penghormatan), astonoshing (menghadirkan hal yang mengherankan), low (mengutarakan hal yang diabaikan pendengar), doubtful ( mengajak pendengar berpikir ulang), dan

obscure (mengemukakan hal yang belum dimengerti oleh pendengar).

Teknik pembukaan merupakan hal yang penting dalam ceramah dan menjadi bagian penting yang menentukan. Kegagalan dalam membuka pidato akan menghancurkan seluruh komposisi ceramah. Tujuan utama pembukaan ialah membangkitkan perhatian, memperjelas latar belakang pembicaraan dan menciptakan kesan yang baik mengenai komunikator.14 William James berkata “Perhatian akan menentukan tindakan”, tapi kesan pertama akan menentukan sikap. Karena itu, seorang pembicara harus memulia pembicaraannya dengan penuh kesungguhan, sehingga ia kelihatan mantap, berwibawa, dan mampu.

Ada berbagai macam cara untuk membuka ceramah, sebagai pedoman Jalaludin Rakhmat memberi beberapa pilihan sebagai berikut:15 a)Langsung menyebutkan pokok permasalahan, b)Melukiskan latar belakang masalah, c)Komunikator menerangkan sejarah topik, membatasi pengertian, dan menyatakan masalah-masalah utamanya, d)Menghubungkan dengan peristiwa mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian khalayak, e)Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati f)Menghubungkan dengan tempat komunikator, g)Menghubungkan dengan

14

Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),hlm.52

15


(30)

suasana emosi (mood) yang tengah meliputi khalayak, h)Menghubungkan dengan kejadian sejarah yang terjadi di masa lalu, i)Menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar, j)Memberikan pujian pada khalayak atas prestasi mereka, k)Memulai dengan pernyataan yang mengejutkan, l)Mengajukan pertanyaan provokatif atau serentetan pertanyaan, m)Menyatakan kutipan, n)Menceritakan pengalaman pribadi, o)Mengisahkan cerita faktual, fiktif atau situasi hipotesis, p)Menyatakan teori atau prinsip-prinsip yang diakui kebenarannya, q)Membuat humor.

Ada empat teknik yang dapat digunakan untuk menjadikan pembukaan ceramah efektif menurut Dori Wuwur Hendrikus16, yaitu:

a. Memancing perhatian pendengar. Yang dimaksud adalah menciptakan hubungan yang hangat antara pembicara dengan pendengar. Melalui kata-kata yang tersusun baik

b. Cerita yang memukau pendengar. Dapat menggunakan cerita kejadian, perbandingan, anekdot, atau pengalaman pribadi.

c. Mengemukakan pertanyaan. Pendengar dipancing untuk berpikir dan diajak memecahkan masalah yang dibahas dalam bagian pokok pidato.

d. Langsung ke tema. Cara ini dilakukan apabila dai tidak memiliki waktu yang cukup, atau majelisnya adalah majelis rutin yang selalu diulangi.

16


(31)

Dalam buku Ilmu Pidato karya Moh. Ali Aziz ada beberapa tahapan dalam membuka ceramah. Pertama, anda harus berusaha menarik perhatian audience, kemudian membangkitkan perhatian mereka secara aktif, jangan sampai mereka menjadi pendengar yang pasif. Pembicara harus dapat membuka dengan penuh kebijaksanaan, sehingga sebagai pembicara dapat menyesuaikan diri dengan keadaan, situasi dan tingkatan pendengar. Herbert. V. Prochnow17 yang memberikan lima metode membuka pidato yang menggugah perhatian pendengar, yaitu:

a. Introduksi pribadi

Ada beberapa metode untuk membuka pembicaraan, tergantung dari situasi yang sedang diadapi, salah satunya adalah introduksi pribadi. Misalnya, “saya adalah pengusaha kecil yang bergerak dalam bidang kerajinan rotan beberapa bulan silam berbahagia menyaksikan wisuda para sarjana yang mendapat beasiswa dari donasi semua karyawan kami.” Dengan pembukaan yang menggunakan metode pengenalan diri ini, pembicara telah menarik perhatian para pendengar. Namun perlu dhati-hati dalam penggunaan metode ini apabila berbicara mengenai diri sendiri akan menjurus pada usaha untuk membenarkan diri sendiri, meminta maaf, atau menjurus pada kesombongan dan pembualan.

Perkataan “saya” boleh digunakan, tetapi jangan sampai berlebihan. Semua pendengar tidak menyukai kesombongan. Kesederhanaan yang mengandung nilai kewibawaan merupakan suatu keharusan

17


(32)

b. Menyinggung peristiwa setempat

Ini merupakan suatu teknik yang mudah dan spontan, terutama digunakan pada saat-saat yang penting dan berarti.

c. Menyampaikan topik pembicaraan

Ini merupakan cara yang paling logis dan umum. Dengan metode ini pendengar akan ditarik perhatiannya pada topik yang akan di bahas. Dapat digunakan pada hampir setiap keadaan dan situasi yang berhasil memuaskan pendengar.

d. Menyampaikan humor

Pembukaan yang mengandung humor sering digunakan pada peristiwa-peristiwa yang santai dan bersahabat

e. Menyampaikan kalimat filosofis

Teknik pembukaan yang baik, tapi sebaiknya diindari karena pembukaan demikian hanya enak ditelinga, tetapi susah diterima oleh pikiran manusia pada umumnya.

Awal pembicaraan amat tergantung pada topik, tujuan, situasi khalayak dan hubungan antara komunikator dan komunikaan. Biasanya memulai berkomunikasi dengan memberi salam atau sapaan. Beberapa pedoman membuka pidato disesuaikan dengan topik, tujuan, dan situasi audiens18. Diantaranya :

a. Mengucapkan rasa syukur, merupakan cara yang lazim dan sering digunakan oleh pembicara. Bahkan sudah sangat hafal, sehingga

18


(33)

kata yang diucapakan tanpa penghayatan, selain itu pendengar juga hafal, itu membuat perhatian audien berkurang dan sibuk dengan urusannya masing-masing.

b. Langsung menyebutkan pokok persoalan, cara ini biasanya dilakukan apabila topik adalah pusat perhatian. Misalnya masalah penculikan anak, penyiksaan terhadap wanita, penyakit, dll.

c. Menceritakan pengalaman, pembicara langsung menyampaikan pengalaman yang berhubugan dengan isi pidato. Menceritakan pengalaman jarang menemui kegagalan, karena ia menghayati pengalamannya.

d. Memperkenalkan diri, biasanya dilakukan oleh pembicara yang memasuki lingkungan baru.

e. Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati, biasanya digunakan dalam pidato memperingati hari bersejarah, bangunan baru atau orang besar yang sudah tiada.

f. Memberikan pujian atas prestasi.

g. Menghubungkan dengan suasana emosi yang sedang meliputi khalayak h. Menyampaikan gambaran umum, pembicara hanya menyampaikan

persoalan umum berkaitan dengan isi pidato.

i. Menyebutkan fakta pendengar, cara ini begitu sulit karena pembicara hanya “membaca” keadaan pendengar terutama keadaan yang baik -baik, mulai dari penampilan pakaian, kehadiran, semangat sampai pada sorot mata.


(34)

j. Menyebutkan contoh nyata, peristiwa yang berhubungan dengan isi pidato dapat dimanfaatkan untuk membuka pidato.

k. Menunjukkan benda peraga, menunjukkan benda atau masalah yang ada hubungannya dengan pidato.

Berikut adalah teknik pembukaan ceramah menurut Cale Carnegie19

a. Hindari pernyataan minta maaf. Merupakan suatu kesalahan ketika memulai suatu pidato dengan ucapan minta maaf. Audiens datang untuk mendengarkan sesuatu yang penting, bukan untuk mendengar pernyataan maaf, karena itu akan mengurangi minat audiens untuk mendengarkan pidato selanjtnya.

b. Membangkitkan rasa ingin tahu. Membangkitkan rasa ingin tahu bisa dilakukan dengan banyak cara. Yaitu dengan membuat pernyataan atau cerita yang membuat orang penasaran, ketika penasaran maka orang akan terus menyimak apa yang kita sampaikan. Cara kedua bisa dengan melontarkan pertanyaan yang memancing rasa ingin tahu audiens, pertanyaan bisa bermacam-maca, sesuai situasi dan kondisi yang terjadi pada saat itu

c. Memulai dengan cerita sendiri. Dengan bercerita tentang pengalaman yang kita hadapi sendiri akan sangat menyenangkan, tentunya dengan kalimat yang tepat dan menarik.

19

Cale Carneige, Teknik dan Seni Berpidato, terj. Drs Wiyanto, ( Surabaya: Nur Cahaya).hlm.183- 191.


(35)

d. Memulai dengan contoh. Kebanyakan suatu pembicaraan dimulai dengan uraian-uraian yang abstrak. Padahal sesungguhnya hal itu tidak perlu, karena akan lebih baik jika segera dimulai dengan salah satu contoh hidup, dengan uraian-uraian yang umum, mudah dimengerti dan menarik.

e. Memperlihatkan suatu benda sebagai contoh nyata. f. Mengutip perkataan orang-orang terkenal

Selain itu ada beberapa cara yang ditawarkan oleh Balqis Khayyirah untuk membuka pembicaraan yang hebat dan memukau.20

a. Dimulai dengan pernyataan provokatif atau pertanyaan pembuka. b. Dimulai dengan cara bercerita. Cerita bisa membuat imajinasi audiens menjadi berkembang dan tentunya akan lebih mudah mendapatkan perhatian, tentu saja dengan cerita yang relevan dengan materi ceramah. c. Memperkenalkan diri dengan teknik Peale, misalnya “ Nama saya (jeda 3 detik) Stanis (jeda 3 detik) Laus (jeda 3 detik).

d. Bukalah dengan video clip yang menarik dan sesuai dengan materi ceramah.

4. Teknik Penutupan Ceramah

Teknik adalah cara membuat atau melakukan sesuatu, yang berhubungan dengan kesenian.21 Penutupan berasal dari kata tutup yang

20

. Balqis Khayyirah, Cara Pintar Berbicara Cerdas di Depan Publik, (Jogjakarta: Diva Press, 2014), hlm156

21


(36)

berarti akhir dalam kamus besar bahasa Indonesia Sendiri penutupan22 adalah proses, cara, perbuatan menutup, pengakhiran, penyudahan. Penutupan berasal dari kata penutup, secara umum penutup adalah kesimpulan dari presentasi yang anda bawakan.23 Ceramah adalah pidato yang bertujuan memberikan nasihat dan petunjuk, sementara ada audiensi yang bertindak sebagai pendengar.24 Jadi dapat ditarik kesimpulan teknik penutupan ceramah adalah cara seorang dai untuk mengakhiri suatu pidato yang bertujuan untuk memberikan nasihat dari Al-Qur’an dan hadis dengan menggunakan berbagai macam daya tarik yang dapat menentukan keberhasilan ceramah.

Sama seperti pembukaan, penutupan juga merupakan bagian yang menentukan dalam sebuah ceramah. Dimana dalam menutup suatu ceramah, maka dai harus dapat memfokuskan pikiran dan perasaan khalayak pada gagasan utama atau kesimpulan penting dari seluruh isi pidato. Karena itu penutup harus dapat menjelaskan seluruh tujuan komposisi, memperkuat daya persuasi, mendorng pemikiran dan tindakan yang diharapkan, mencapai klimaks dan menimbulkan kesan terakhir yang positif.25 Nama lain dari penutup adalah peroratio, isinya tiga hal pencacahan

(enumeration), kegeraman (indignation) dan pengaduan (complaint).26 Yang

dimaksud pencacahan disini adalah (1) menyegarkan kembali ingatan

22

Ibid, hlm.1230.

23

Op Cit,hlm156

24

Op Cit,hlm.49.

25

Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),hlm.59.

26

Zainul Maarif, Retorika Metode Komunikasi Publik, ( Jakarta: PT Grafindo Persada, 2015),hlm.85


(37)

audien tentang hal-hal yang telah disampaikan secara umum, sambil menyimpulkannya, dan (2) mensitesiskan pertentangan pendapat setelah melakukan peninjauan perbandingan atas masing-masing pendapat bersangkutan. Sederhananya, enumerasi berisi kesimpulan dan sintesis.

Dengan menggabungkan indignasi, kompain dan enumerasi sekaligus, dai dapat menggerakkan pikiran, perasaan dan tindakan audien. Bila pergerakan itu terjadi sesuai yang diharapkan, disitua dai mencapai titik ideal dalam menyampaikan ceramah.

Kalimat penutup haruslah disipakan dengan serius, karena penutupan mutlak dilakukan agar semua pendengar memperoleh kesan sampai dibawa pulang. Moh. Ali Aziz mengutip pendapat Herbert V.Pronchnow dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pidato mengenai metode penutupan ceramah yang mengesankan, yaitu27:

a. Menyampaikan kesimpulan. Tidaklah bijaksana jika dalam ceramah berhenti secara tiba-tiba setelah berbicara mendetail mengenai pokok ide ceramah. Seorang dai yang baik tidak akan mengakhiri pembicaraannya denan perkataan, “Hanya itulah yang dapat saya sampaikan,” atau “saya kira hanya sekianlah pembicaraan saya.” Sebaiknya, diberi uraian singkat, suatu konklusi, kesimpulan ataupun suatu permohonan khusus. Dimana kesimpulan atau konklusi yang diampikan harus dapat dikatakan dengan singkat tapi padat makna.

27


(38)

b. Menyampaiakan atau mengulang kembali pernyataaan penting. Disini kita juga dapat menutup pidato dengan mengutip apa yang telah dikatakan oleh para orator, pengarang ahli ataupun sastrawan sebelum kita.

c. Menggugah perasaan. Apabila situasi dan keadaan memungkinkan, cara penutupan seperti ini merupakan cara yang paling mengesankan.

Kalimat penutup harus jelas tetapi tak perlu keras. Cukuplah berdiri tegak dan sedikit membungkuk. Dai harus yakin bahwa apa yang dia katakan besar nilainya dan berguna bagi pendengar. Beberapa cara yang dilakukan seorang dai yang sukses dapat ditempuh sesuai dengan keperluan adalah sebagai berikut:28

a. Menyingkat atau menyimpulkan

b. Memuji pendengar, pujian disampaikan secara wajar tidak berlebihan dan harus ikhlas. Pujian keluar dari hati yang tulus akan menyebabkan pendengar merasa senang, bahagia, optimis, dan besar hati.

c. Menyampaikan kalimat-kalimat lucu

d. Meminta untuk bertindak, pidato yang tujuannya memengaruhi atau mengajak, sangat cocok kalau bagian penutupnya berisi ajakan untuk melakukan sesuatu. Ajakan harus jelas, meyakinkan, sehingga pendengar tidak ragu-ragu.

e. Melantunkan Pantun. Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan dan dalam bahasa

28


(39)

Sunda dikenal sebagai paparikan.29 Pantun memilki ciri-ciri tertentu yang terkait dengan kaidah bait, rima da irama, sebgai berikut:30

1. Memiliki 4 baris, di mana dua baris berisi sampiran dan dua baris lagi merupakan isi

2. Antara baris ke-1,2,3 dan 4 berpola a,b,a,b 3. Setiap baris terdiri dari 8 sampai 9 suku kata 4. Setiap baris terdiri atas 4 kata.

Pembuka dan penutup adalah bagian yang menunjukkan bahwa seorang pembicara itu baik atau jelek dalam pidatonya. Ucapan paling akhir akan selalu di ingat-ingat dan sangat membekas pada para pendengar. Berikut adalah kata-kata penutup pidato menurut Dale Carnegie31:

a. Kata-kata sanjungan yang tulus. Dengan sanjungan pendengar akan merasa dipuji, senang, bahagia, optimis dan besar hati. Akan tetapi agar supaya mendapat efek sebaik-baiknya, kata-kata itu harus muncul dari hati yang tulus. Jangan berlebihan dalam memuji atau menyanjung. Penutup pidato jika tidak mengandung atau berisi suatu kebenaran yang sempurna , akan memberikan suatu kesan yang buruk.

b. Penutup dengan kata-kata lucu. Kata-kata yang pernah diucapkan oleh seorang aktor termasyhur yaitu Goerge Cohan demikian: “Jika Anda berpisah dengan mereka, usahakanlah selalu supaya orang-orang itu

29

Sri Winarni, Bunga Rampai Pantun, (Trawas: 2010).hlm.6

30

Adi Abdul Somad, Aminudin, Yudi Irawan, Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia 1, (Jakarta: Pusat Perbukua, Departemen Pendidikan Nasional, 2008).hlm.115.

31

Dale Carnegie,Teknik dan Seni Berpidato, terj. Drs Wiyanto, ( Surabaya: Nur Cahaya).hlm.214-216.


(40)

tertawa.” Jika hal ini dapa dilakukan dan memang ada bahan untuk itu, sungguh baik sekali.

c. Klimaks atau puncak. Untuk mengakhiri suatu pidato dengan syair-syair yang cocok, kadang-kadang ada baiknya. Dengan mengutip kalimat-kalimat dari ayat-ayat suci, kadang-kadang dapat dicapai klimaks (puncak).

Selain pendapat Cale teknik penutupan yang baik, N Faqih juga menjelaskan bagaimana teknik penutupan32 dalam bukunya sebagai berikut:

a. Menyimpulkan dan mengemukakan ihtisari pembicaraan

b. Menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda

c. Mendorong khalayak untuk bertindak d. Mengakhiri dengan klimaks

e. Mengatakan kutipan sajak, kitab suci, peribahasa, atau ucapan ahli f. Menceritakan contoh yang berupa ilustrasi dari tema pembicaraan g. Menerangkan maksud sebenarnya pribadi pembicara

h. Memuji dan menghargai khalayak

i. Membuat pernyataan yang humoris atau lucu

B.Kajian Teoritik

Sebelum terjun lapangan atau melakukan pengumpulan data, peneliti diharapkan mampu menjawab permasalahan melalui suatu kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran merupakan kajian tentang bagaimana

32


(41)

hubungan teori dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan dalam perumusan masalah.

Pernyataan dari seorang Wilbur Schram yang menyatakan bahwa teori adalah suatu perangkat sebuah pernyataan yang saling berkaitan atau bersinambungan, pada abstraksi dengan kadar tinggi dan dari padanya proposisi bisa dihasilkan dan diuji secara ilmiah dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku.

1. Teori Komunikasi Persuasif

Adapun teori yang dianggap relevan dengan masalah penelitian ini adalah komunikasi persuasif :

Menurut buku Komunikasi Dakwah yang ditulis oleh Wahyu Ilaihi, menyatakan bahwa komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku. Istilah persuasif bersumber dari bahasa latin yaitu “persuasion” yang berarti membujuk, mengajak atau merayu.33

Persuasif bisa dilakukan secara rasional dan secara emosional. Dengan cara rasional, komponen kognitif pada diri seseorang dapat dipengaruhi. Aspek yang dipengaruhi berupa ide ataupun konsep. Persuasif yang dilakukan secara emosional, biasanya menyentuh aspek afeksi, yaitu hal yang berkaitan dengan kehidupan emosional seseorang. Melalui cara emosional, aspek simpati dan empati seseorang dapat digugah.

Sebuah komunikasi yang dibalik efektif itu bukan hanya sekedar

33


(42)

menyusun kata atau mengeluarkan bunyi yang berupa lantunan kata-kata yang indah maupun buruk, akan tetapi menyangkut bagaimana agar orang lain atau pendengar tertarik dengan perhatiannya, mau mendengar, mengerti dan melakukan sesuai dengan pesan yang disampaikan.

Komunikasi persuasif berusaha mempengaruhi individu melalui terpaan pesannya, sehingga dapat didefinisikan pesan yang dimaksudkan untuk mengubah pendapat, sikap, kepercayaan, atau perilaku individu maupun organisasi.34

Sebagai contoh, dakwah yang dilakukan dengan metode pidato (ceramah). Sebelum dai bermaksud mencapai tujuan dakwah terlebih dahulu harus berusaha membangkitkan perhatian madu. Upaya membangkitkan perhatian tersebut dapat dilakukan dengan vokal maupun visual. Ditinjau dari aspek olah vokal dapat dilakukan dengan:

1. Mengatur tinggi rendahnya suara 2. Mengatur irama

3. Serta mengadakan tekanan-tekanan terhadap kalimat yang dianggap penting

Dai harus dapat mengatur kata-katanya, dimana ia harus berhenti, memanjangkan suku-suku kata tertentu dan mengeraskan bunyi sebagai penekanan terhadap kata atau kalimat yang dianggap perlu.

Sementara itu, kontak visual dapat dilakukan dengan mengarahkan pandangan kepada seluruh madu. Dengan cara itu, madu akan merasa lebih

34


(43)

diperhatikan dan diajak bicara oleh dai. Mereka pun akan merasa dituntut untuk memperhatikan juru dakwah, sehingga menjadi hubungan timbal balik yang sangat kuat antara dai sebagai komunikator dan madu sebagai komunikan, selanjutnya, dai harus bisa berorientasi pada upaya menggerakkan mereka untuk berbuat sesuai dengan materi atau pesan yang disampaikan.35

Selain itu, dalam komunikasi persuasif untuk mencapai tujuan dan sasarannya maka seoarang dai perlu melakukan perencanaan secara matang dan untuk menjadi komunikator yang efektif, seorang komunikator dakwah harus membekali mereka dengan teori-teori persuasif yang dikembangkan menjadi beberapa metode36, antara lain:

1. Metode Asosiasi adalah penyajian pesan komunikasi dengan jalan menumpangkan pada suatu peristiwa yang aktual atau sedang menarik perhatian dan minat massa.

2. Metode Integrasi adalah kemampuan untuk menyatukan diri dengan komunikan dalam arti menyatukan diri secara komunikatif, sehingga tampak menjadi satu, atau mengandung arti kebersamaan dan senasib serta sepenanggungan dengan komunikan, baik dilakukan secara verbal maupun nonverbal (sikap)

3. Metode Pay-off dan Fear arousing yakni kegiatan mempengaruhi orang lain dengan jalan melukiskan hal-hal yang menggembirakan dan menyenangkan perasaannya atau memberi harapan (iming-iming),

35

Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2010).hlm. 128

36


(44)

dan sebaliknya dengan menggambarkan hal-hal yang menakutkan atau menyajikan konsekuensi yang buruk dan tidak menyenangkan perasaan. 4. Metode Icing adalah yaitu menjadikan indah sesuatu sehingga menarik siapa yang menerimanya. Metode icing juga disebut metode memanis-maniskan atau mengulang kegiatan persuasif dengan jalan menata rupa sehingga komunikasi menjadi lebih menarik.

Empat metode tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan madu. Untuk itu seorang komunikator dakwah layaknya dapat menganalisis terlebih dahulu situasi dan kondisi objek dakwah yang akan dihadapi. Semakin banyak informasi tentang kondisi madu yang dikumpulkan, semakin banyak keuntungan yang diperoleh komunikator untuk dapat memilih materi yang sebaik-baiknya berdasarkan informasi yang telah ditetapkan.

2. Teori Retorika Aristoteles

Kajian retorika secara umum didefinisikan sebagai simbol yang digunakan manusia. Pada awalnya merupakan ilmu ini berhubungan dengan persuasi, sehingga retorika adalah senin penyusunan argumen dan pembuatan naskah.37 Dalam buku pengantar teori komunikasi analisis dan aplikasi yang ditulis oleh Richard West dan Lynn H. Turner Public speaking memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang melampaui khalayak yang mendengarkan, dan ini merupakan keahlian yang penting di dalam masyarakat yang demokratis. Begitu pentingnya public speaking dalam kehidupan kita,

37

Stephen W. Littlejohn, Karen A.Foss, Theories of Human Communication, terj. Mohammad Yusuf Hamdan, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2014). Hlm.73


(45)

sampai-sampai hal ini menjadi kegiatan yang ditakuti. Aristoteles merupakan orang pertama yang memberikan langkah-langkah dalam public speaking, retorika aristoteles yang tulisan-tulisannya yang diterbitkan dua puluh lima abad yang lalu menjadi paling berpengaruh di dunia barat oleh para sejarawan, filsuf, dan pakar komunikasi.

Teori retorika berpusat pada pemikiran mengenai retorika, yang disebut Aristoteles sebagai alat persuasi yang tersedia. Maksudnya, seorang pembicara yang tertarik untuk membujuk khalayaknya harus mempertimbangkan tiga bukti retoris: logika (logos), emosi (pathos), dan (ethos) kredibilitas.38

Khalayak merupakan kunci dari persuasi yang efektif, dan silogisme retoris, yang mendorong khalayak untuk menemukan sendiri potongan-potongan yang hilang dari suatu pidato, digunakan dalam persuasi.39

Ada dua asumsi teori yang dikemukakan Aristoteles yang dikaitkan dengan teori retorika40.

1. Pembicara yang efektif harus mempertimbangkan khalayak

2. Pembicara yang efektif menggunkan beberapa bukti dalam presentasi mereka.

Dalam konteks public speaking Aristoteles menyatakan bahwa hubungan antara pembicara dan khalayak harus dipertimbangkan. Para pembicara tidak boleh menyusun atau menyampaikan pidato mereka tanpa mempertimbangkan khalayak mereka. Hal ini disebut sebagai analisis khalayak, yang merupakan

38

Richard West, Lynn H. Turner, Pengentar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2008), hlm.5

39

Ibid, hllm.5.

40


(46)

proses mengevaluasi suatu khalayak dan latar belakangnya (seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan sebagainya) dan menyusun pidatonya sedemikian rupa sehingga para pendengar memberikan respon sebagaimana yang diharapkan pembicara. Aristoteles merasa bahwa khalayak sangat penting bagi efektivitas seorang pembicara. Ia menyatakan, “Dari tiga elemen dalam penyusunan pidato pembicara, subjek, dan orang yang dituju yang terakhirlah, para pendengar, yang menentukan akhir dan tujuan dari suatu pidato” .

Asumsi yang kedua yang mendasari teori Aristoteles berkaitan dengan apa yang dilakukan pembicara dalam persiapan pidato mereka dan dalam pembuatan pidato tersebut. Bukti-bukti yang dimaksud oleh Aristoteles ini merujuk pada cara-cara persuasi yaitu: ethos, pathos, dan logos. Ethos merujuk pada karakter, intelegensi, dan niat baik yang dipersepsikan dari seorang pembicara ketika hal-hal ini ditunjukkan melalui pidatonya. Aristoteles merasa bahwa suatu pidato yang disampaikan oleh seorang yang terpercaya akan lebih persuasif dibandingkan pidato yang kejujurannya dipertanyakan.

Logos adalah bukti-bukti logis yang digunakan pembicara untuk argumen

mereka, rasionalisasi dan wacana. Bagi Aristoteles logos mencakup beberapa praktik termasuk menggunakan klaim logis dan bahasa yang jelas. Menggunakan frase-frase puitis berakibat pada kurangnya kejelasan dan kealamian. Pathos berkaitan dengan emosi yang dimunculkan dari para pendengar. Aristoteles berargumen bahwa pendengar menjadi alat pembuktian ketika emosi mereka digugah , para pendengar menilai dengan cara berbeda ketka mereka dipengaruhi oleh rasa bahagia, sakit, benci, atau takut.


(47)

C.Penelitian Dahulu Yang Relevan

Penelitian dahulu yang relevan sebagai bahan rujukan dari penelusuran yang terkait dengan tema yang diteliti, peneliti berusaha untuk mencari referensi hasil penelitian yang dikaji oleh peneliti terdahulu, di antaranya telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama dan Judul Tahun Persamaan Perbedaan 1 M. Tahmidi Assidiqi

Humor Sebagai Teknik Ceramah (study content analisis ceramah Kera Sakti)

2010 Sama-sama membahas tentang teknik yang digunakan saat ceramah

Mengedepankan teknik humor dan menganalisis konten-konten apa saja yang ada pada ceramah Kera Sakti 2 Miftachul Ilmi

Humor sebagai teknik dakwah (metode dakwah Ceramah HM. Cheng Hoo Djadi Galajapo)

2013 Sama membahas tentang teknik dalam malakukan ceramah Selain membahas tentang teknik humor, penelitian ini juga mengulas bagaimana sisi lain dari sosok HM. Cheng Hoo Djadi Galajapo)

3 Ayu Listiani Mega Dewi

2016 Membahas teknik dalam

Penelitian ini fokus pada teknik


(48)

Teknik Persiapan Ceramah KH Agoes Ali Mashuri

kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Dai

persiapan ceramah Gus Ali yang terdiri dari persiapan materi, mental dan juga fisik.

4 Nur Isnaidi

Teknik Penyampaian Dakwah Cinta Rosul KH. Masbuhin Faqih

2016 Membahas teknik dalam menyampaikan ceramah

Lebih menonjolkan bagaimana pesan itu bisa sampai ke madu dan fokus pada dakwah cinta KH. Masbuhin Faqih.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan. Penelitian merupakan operasionalisasi dari metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Tujuan suatu penelitian adalah untuk memecahkan suatu masalah.

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data dan informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Istilah metode, berasal dari kata methodos (Yunani) berarti cara atau jalan. Menyangkut dengan upaya ilmiah, metode dihubungkan dengan cara kerja, yaitu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan1

Metode penelitian dalam suatu penelitian sangat penting, sebab dengan menggunakan metode yang tepat maka akan mendapat hasil yang tepat pula. artinya apabila sesorang yang akan mengadakan penelitian ilmiah dengan menggunakan suatu metode yang sesuai dengan apa yang akan di selidiki maka akan mendapatkan data yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan.

A.Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Istilah kualitatif menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moelong, dalam bukunya yang berjudul “Metode

1


(50)

Penelitian Kualitatif” menyabutkan bahwa metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.2

Dalam buku Metode Penelitian Kualitatif karya Rulam Ahmadi mengutip pernyataan Denzin & Lincoln yang menyatakan penelitian kualitatif adalah multimetode dalam fokus, termasuk pendekatan interpretif dan naturalistik terhadap pokok persoalannya. Ini berarti peneliti kualitatif menstudi segala sesuatu dalam latar alamiahnya, berusaha umtuk memahami atau menginterpretasi fenomena dalam hal makna-makna yang orang-orang berikan pada fenomena tersebut.3

Metode penelitian kualitatif berusaha menemukan data-data apapun di lapangan dan akan dicari pola, tema, dan keterhubungannya. Upaya ini akan terus dilakukan oleh peneliti hingga dapat menjelaskan fenomena yang ditelitinya. Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi, bukan hanya data yang sekedar terlihat dan terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terihat dan terucap tersebut.

Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.

2

Lexy J Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Rosdakarya, 2009), hlm.4)

3


(51)

Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang telah di teliti.4

Jadi jenis penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan karena suatu peristiwa yang menarik perhatian peneliti. Deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau kejadian. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi.5

Metode deskriptif merupakan langkah yang sangat tepat untuk menganalisis fenomena sosial yang terjadi. Metode ini juga relatif sederhana, yakni sekedar menggambarkan tentang karakteristik (ciri-ciri) individu serta situasi atau kelompok tertentu dengan cara yang tidak rumit.6 Pendekatan ini mampu menggambarkan dan meringkaskan bagaimana teknik pembukaan dan penutupan ceramah KH Saiful Jazil.

B.Subyek, Objek, dan Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian “Teknik Pembukaan dan Penutupan Ceramah KH Syaiful Jazil” maka:

1. Subyek penelitian: dalam skripsi ini adalah KH Saiful Jazil. Selain sebagai pemuka agama beliau adalah Pengurus MUI, Pengurus LPTQ Jawa Timur,

4

Ibid, hlm. 11.

5

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm.7. 6

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 12.


(52)

Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya, Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Al Jihad, Pengasuh Fiqh Kontemporer, Pengasuh Pengajian Akhlaq Tasawuf di Masjid Agung Al Akbar, Pembimbing KBIH Bryan Mekkah Surabaya.

2. Objek penelitian: dalam penelitian ini objek yaitu teknik pembukaan dan juga teknik penutupan KH Saiful Jazil dalam menyampaikan ceramahnya. 3. Lokasi penelitian: lokasi penelitian ini menyesuaikan dimana KH Saiful

Jazil ceramah dan bertepatan dengan jadwal penelitian. Yaitu di Masjid Pondok Pesantren Al-Jihad Surabaya, Masjid Nurul Huda Polda Jawa Timur, Masjid Subulus Salam Perumahan Wage Asri Sidoarjo, Musholla Al-Akbar Pagesangan 1A Surabaya.

C.Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian yang akan dilakukan ini, peneliti sependapat dengan apa yang dikonsepkan oleh Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.7

Dalam hal ini peneliti menjadikan KH Saiful Jazil sebagai sumber data utama atau menyebutnya informan kunci melalui wawancara secara langsung. Selain sebagai tokoh Agama KH Saiful Jazil dikenal sebagai Akademisi dan juga terlibat dalam berbagai lembaga keagamaan. Sedangkan sumber data tambahan didapatkan melalui wawancara dengan Istri beliau dan beberapa jamaah KH Saiful Jazil yang memiliki latar belakang berbeda. Berikut adalah


(53)

data informan tambahan.

1. Nama : Umi Lubna Lukluk Usia : 46 Tahun

Pekerjaan : Konsultan

Alamat : Gang IAIN Jemur Wonosari Keterangan : Istri KH Saiful Jazil

2. Nama : Lutfiyah Hanum Farida Usia : 23 Tahun

Pekerjaan : Host TV9 Nusantara Alamat : Prambon Sidoarjo

Keterangan : Pengurus di Pondok Pesntren Al-Jihad 3. Nama : Diana Nur Sholihah

Usia : 21 Tahun Pekerjaan : Mahasiswa Alamat : Lamongan

Keterangan : Pengurus di Pondok Pesntren Al-Jihad 4. Nama : Bapak Rozzi

Usia : 55 tahun

Pekerjaan : Pegawai Negeri

Alamat : Perumahan Wage Asri 1, Sidoarjo Keterangan : Ta’mir Masjid Subulus Salam 5. Nama : Bapak Sukimin

Usia : 48 tahun

Pekerjaan : Pensiunan Dinas PU Alamat : Pagesangan IA

Keterangan : Ketua Pengurus Pengajian Rutin di Musholla Al-Akbar Pagesangan IA Surabaya

6. Nama : Gus Dulloh Usia : 38 tahun Pekerjaan : Dosen


(54)

Keterangan : Putra dari KH. Husein Ilyas Mojokerto dan dekat dengan KH. Saiful Jazil

7. Nama : Ibu Mardiati Usia : 42 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat :Perumahan Wage Asri Sidoarjo

Keterangan : Jamaah pengajian Masjid Subulus Salam 8. Nama : Ibu Supiyatun

Usia : 35 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Pagesangan Asri IA

Keterangan : Jamaah pengajian Musholla Al-Akbar 9. Nama : Bapak Samsul Hadi

Usia : 47 tahun Pekerjaan : Polisi

Alamat : Perumahan Sukodono, Sidoarjo.

Keterangan : Jamaah Pengajian di Polda Jawa Timur 10. Nama : Ghufron

Usia : 23 tahun

Pekerjaan : Editor dan Kameramen TV9 Alamat : Jl. Raya Darmo 96

Keterangan : Beberapa kali bertugas meliput ceramah KH Saiful Jazil

Sedangkan Jenis data dalam penelitian ini dibagi dalam bentuk kata-kata dan tindakan serta sumber data yang tertulis Jenis data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua macam, yaitu data primer dan sekunder

1. Data Primer

Data primer, atau data tangan pertama, adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau


(55)

alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.8 Data primer dalam penelitian ini adalah video penutupan dan pembukaan ceramah K.H. Syaiful Jazil, 3 video berasal dari youtube, 4 video berasal dari observasi secara langsung dan wawancara dengan KH Saiful Jazil sebagai figur dai yang menjadi subjek dalam penelitian ini. 2. Data Sekunder

Data Sekunder atau data tangan ke dua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dan subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.9 Dalam penelitian ini yaitu, melalui orang-orang yang berhubungan dengan KH Saiful Jazil seperti Umi Lubna Lukluk istri dari KH Saiful Jazil dan jamaah pengajian beliau Lutfiyah Hanum Faridah, Diana Nur Sholihah, Ghufron, Rozzi, Sukimi, Mardiati, Supiyatun, dan Samsul Hadi. Selain itu juga termasuk dokumentasi dan referensi yang relevan dengan penelitian ini.

D.Teknik Pengumpulan Data

Apa yang dilakukan khalayak atau komunitas belum tentu sama dengan apa yang dikatakannya. Penyebabnya bermacam-macam, misalnya karena komunitas tidak berpikir sejauh itu, atau tidak nyaman untuk berterus-terang di hadapan orang yang belum dikenalnya dengan baik. Jadi dalam sebuah observasi, titik beratnya bukan lagi menanyakan apa yang mereka yakini, melainkan menjadi saksi pada apa yang diamati secara langsung.

8

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm.91. 9


(56)

1. Observasi.

Pengamatan (Observasi) adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala- gejala yang diselidiki.10 Observasi, baik secara langsung maupun tidak langsung selalu menghasilkan temuan-temuan baru yang jarang di dapat dengan metode konvensional seperti focus group atau survey. Banyak hal yang tidak dapat diungkapkan oleh informan atau terlewatkan, bisa dimunculkan dan digali pada saat observasi.

Teknik observasi ini penulis gunakan untuk menggali data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung . Terkadang banyak hal yang mungkin tidak dapat diungkapkan secara langsung karena salah satu alasannya yaitu menjaga image atau citra diri. Melalui teknik observasi inilah penulis akan mengungkapkan berbagai hal yang tidak dapat dikatakan tetapi dapat dilihat berdasarkan pengamatan langsung guna menemukan kebenaran informasi.

Dalam pengamatan ini, peneliti merekam atau mencatat baik dengan cara terstruktur maupun semistruktur (misalnya, dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang memang ingin diketahui oleh peneliti) aktivitas-aktivitas dalam penelitian.11

Pada tahap ini peneliti melakukan observasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Observasi secara langsung, peneliti akan mendatangi langsung lokasi penelitian untuk mengamati bagaimana

10

Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hlm.70

11

John W. Creswell, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) hlm.267.


(57)

kejadian atau aktivitas yang berhubungan dengan teknik pembukaan dan penutupan ceramah KH Syaiful Jazil. Dalam catatan ini penelitian ini menggunakan buku dan alat tulis. Serta alat bantu yang digunakan adalah berupa kamera, tripod, kemudian peneliti juga mengatur jarak dengan obyek yang di teliti agar obyek tidak terganggu dengan kehadirannya sebagai pemeliti. Jadi penelitian tersebut bersifat alamiah.

Sedangkan observasi tidak langsung adalah dimana peneliti hanya melakukan pengamatan dari beberapa video ceramah KH. Syaiful Jazil yang ada di youtube berjumlah 3 video sebagai data tambahan penelitian.

2. Wawancara

Teknik interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara

(interviewer).12 Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal,

yaitu semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Dalam wawancara, pertanyaan dan jawaban diberikan secara verbal. Biasanya komunikasi ini dilakukan dalam keadaan saling berhadapan, namun komunikasi dapat juga dilaksanakan melalui telepon, sering wawancara dilakukan antara dua orang, tetapi dapat juga sekaligus di dua orang atau lebih.13 Dalam buku Rulam Ahmadi, Guba dan Lincoln menyatakan bahwa teknik wawancara ini memang merupakan teknik pengumpulan data yang khas bagi penelitian kualitatif.14

12

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006),hlm155.

13

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), hal. 116-117

14


(58)

Selama penelitian, peneliti melakukan wawancara, baik secara verbal melalui tatap muka . Pertanyaan yang sudah disusun juga sudah lebih terstruktur karena peneliti biasanya memperoleh informasi dan pengetahuan yang lebih luas tentang informan dan permasalahannya.

Pada wawancara mendalam, pertanyaan yang diajukan bersifat sangat terbuka dan dilakukan pada setting aslinya, dimana informan sedang berada dalam kesehariannya. Dengan keterbukaan ini, informan memiliki ruang untuk menjawab seluas-luasnya, tanpa arahan dari peneliti. Dengan setting asli dalam kehidupan nyatanya, responden menjadi lebih nyaman dalam mengekspresikan pengalaman-pengalamannya. Teknik ini mengungkap apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan informan dengan menggunakan bahasa dan cerita mereka sendiri.

Interview yang peneliti lakukan tertuju kepada subyek langsung yakni KH Syaiful Jazil. Jawaban-jawaban yang didapat oleh peneliti akan langsung dicatat atau direkam dengan menggunakan alat perekam. Pada tahap ini peneliti akan mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan topik yang diteliti yaitu Teknik Pembukaan dan Penutupan Ceramah KH Saiful Jazil. Dalam Teknik wawancara ini, peneliti terlebih dahulu membuat pedoman wawancara yang disesuaikan dengan pertanyaan pada sub masalah. Dengan tujuan, agar proses wawancara lebih terarah dan teratur15.

15


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

106 BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari pembahasan dan analisis dalam penelitian ini, maka dapat di temukan beberpa kesimpulan sebagai berikut:

1. KH Saiful Jazil menggunakan teknik-teknik pembukaan ceramah sebagai berikut; salam, muqoddimah (ucapan syukur), pantun yang menjadi ciri khas KH Saiful Jazil, sapaan pada jamaah, menyampaikan tema, menyebutkan fakta pendengar sesuai dengan metode icing, mengajukan pertanyaan sesuai dengan metode integrasi, menghubungkan dengan peristiwa yang diperingati sesuai dengan metode asosiasi, memberikan contoh nyata dan menyatakan kutipan sesuai dengan metode pay off dan fear arousing.

2. KH Saiful Jazil menggunakan teknik-teknik penutupan ceramah sebagai berikut; menyampaikan kesimpulan sesuai dengan metode pay off dan fear

arousing, menyampaikan atau mengulang pernyataan penting sesuai dengan

metode icing, metode pay off dan metode fear arousing, meminta untuk bertindak sesuai dengan metode pay off dan fear arousing, menyampaikan cerita humor, pantun yang menjadi ciri khas KH Saiful Jazil, memutarkan video parodi, doa penutup dan salam. Kemampuan KH Saiful Jazil dalam membangun perhatian madu melalui pengemasan pembukaan dan penutupan ceramahnya membuat KH Saiful Jazil sebagai seorang dai memiliki ethos, pathos dan logos. Yaitu kredibilitas dai yang membuat


(2)

jamaah percaya, ceramahnya didasari dengan bukti-bukti logis dari hadis dan Al-Qur’an, dan KH Saiful Jazil mampu memainkan emosi dari jamaah.

B.Saran

1. Bagi para dai atau muballigh agar lebih banyak menguasai variatif teknik membuka dan menutup ceramah, menyesuaikan teknik dengan latar belakang jamaah. Karena pembukaan dan penutupan merupakan bagian penting dalam keberhasilan ceramah. Dengan teknik pembukaan akan menarik minat jamaah, sedangkan teknik pembukaan akan menegaskan pesan pada jamaah, sehingga tujuan ceramah yang sebenarnya akan dicapai dengan mudah dan sampai pada jamaah.

2. Dalam penelitian selanjutnya, peneliti merekomendasikan pada untuk dapat menyempurnakan dan mengembangkan penelitian ini dengan melihat fenomena-fenomena dakwah yang terjadi bisa dengan membahas mengenai kredibilitas dai sebagai penyampai pesan yang menggunakan metode yang sama yaitu metode penelitian kualitatif.

3. Peneliti sangat mengetahui masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini atau belum sempurna. Oleh karena itu peneliti berharap kritik dan saran dari pembaca untuk membangun skripsi ini, agar bisa lebih baik lagi.


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Adha, Kholifatul. Panduan Mudah Public Speaking, Notebook: Yogyakarta, 2014.

Ahmadi, Rulam. Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016. Al-Qur’anul Karim, Bandung: Cordoba, 2012.

Ali Aziz, Moh. Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2004.

Ali Aziz, Moh. Ilmu Pidato, UIN Sunan Ampel Press: Surabaya, 2015.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006

Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: 2011.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif, Jakarta: Prenada Media Group, 2007. Darmawan, Deni. Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2014.

Carneige, Dr. Cale. Teknik dan Seni Berpidato, terj. Drs Wiyanto, Surabaya: Nur Cahaya.

Devi, Sutrisna. Komunikasi Bisnis, Yogyakarta: Andi, 2007.

Faqih Syarif, N. Kiat Menjadi Dai Sukses, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015. Hamidi. Teori komunikasi dan Strategi Dakwah, Malang: UMM Press, 2010. Ilaihi, Wahyu. Komunikasi Dakwah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.


(4)

J Moelong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: Rosdakarya, 2009.

Khayyirah, Balqis. Cara Pintar Berbicara Cerdas di Depan Publik, Jogjakarta: DIVA Press, 2014.

Littlejohn, Stephen W, Karen A.Foss. Theories of Human Communication, terj. Mohammad Yusuf Hamdan, Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2014. Maarif, Zainul. Retorika Metode Komunikasi Publik, Jakarta: PT Grafindo

Persada, 2015.

Munir, M. Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009.

Narbuko, Cholid, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 1997.

Olii, Helena. Public Speaking, PT Indeks: Jakarta,2008.

Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Jakarta 2005.

Rakhmat, Jalaludin. Retorika Modern, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012. Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan,

Jakarta: Kencana, 2006.

Utami Dewi, Fitriana Public Speaking, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2013.

Somad, Abdul, dkk. Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia 1, Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

W. Creswell, John. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

West, Richard, Lynn H. Turner. Pengentar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, .Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2008.

Winarni, Sri. Bunga Rampai Pantun, Trawas: 2010.

Wuwur Hendrikus, Dori. Retorika, Yogyakarta: PT Kanisius, 1991.

Zainal Abidin, Yusuf. Pengantar Retorika, Bandung: CV Pustaka Setia, 2013. SKRIPSI

Assidiqi, M. Tahmidi, Humor Sebagai Teknik Ceramah (study content analisis ceramah Kera Sakti), Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2010.

Dewi, Ayu Listiani Mega, Teknik Persiapan Ceramah KH Agoes Ali Mashuri, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. 2016.

Ilmi, Miftachul, Humor sebagai teknik dakwah (metode dakwah Ceramah HM.

Cheng Hoo Djadi Galajapo), Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2013.

Isnaidi, Nur, Teknik Penyampaian Dakwah Cinta Rosul KH. Masbuhin Faqih, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016.


(6)

INTERNET

http:adityatriastuti.blogspot.co.id

https://www.youtube.com/watch?v=n0z5I_ad3P0 https://www.youtube.com/watch?v=wtmZGc18uOM https://www.youtube.com/watch?v=_ZUSV5kKYKA