PONDOK PESANTREN NURUL HIDAYAH DUSUN BEDAGAS DESA TUNGGALPAGER KECAMATAN PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 1983-2016.

(1)

PONDOK PESANTREN NURUL HIDAYAH DUSUN BEDAGAS DESA TUNGGALPAGER KECAMATAN PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO

TAHUN 1983-2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh: Fiqqiyah Birrodloh

NIM A82212134

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang “Pondok Pesantren Nurul Hidayah Dusun Bedagas Desa Tunggalpager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto Tahun

1983-2016”. Masalah yang di teliti dalam skripsi ini adalah (1)Bagaimana Sejarah

berdirinya pondok pesantren Nurul Hidayah desa Tunggalpager kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto? (2)Bagaimana perkembangan pondok pesantren Nurul Hidayah desa Tunggalpager kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto? (3) Bagaimana respon masyarakat terhadap pondok pesantren Nurul Hidayah desa Tunggalpager kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto?.

Berkenaan dengan itu, dalam penelitian ini digunakan metode historis untuk memberikan gambaran mengenai “Pondok Pesantren Nurul Hidayah Dusun Bedagas Desa Tunggalpager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto Tahun 1983-2016” dan pendekatan sosiologi untuk menjelaskan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi perkembangan pesantren. Dalam skripsi ini penulis mengunakan teori continuity and change dalam buku Tradisi pesantren karya Zamakhsyari Dhofier yang menguraikan masalah-masalah kesinambungan di tengah-tengah perubahan yang terjadi di pesantren, di harapkan dapat mengungkap perkembangan pondok pesantren Nurul Hidayah yang di lihat dari segi kerangka zamakhsyari yang terdiri dari Lima elemen-elemen pesantren. Dari kerangka tersebut dapat terlihat kesinambungan yang berkelanjutan dan perubahan-perubahan yang terjadi dari tahun ke tahun.

Dari hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa (1) pondok pesantren Nurul Hidayah didirikan oleh Kiai Maghfur Siroj pada tahun 1983 dibantu oleh istri dan saudara-saudarannya. (2) Adapun perkembangan pondok pesantren Nurul Hidayah baik dari infrastrktur dan pengajaran, mulai awal merintis pondok pesantren hanya berada di rumahnya tetapi bertambahnya santri mukim akhirnya mendirikan asrama dan gedung lainnya serta pembenahan dalam pendidikan, seperti dulunya hanya memfokuskan mempelajari kitab kuning, pada pertengahan bekerja sama dengan sekolah di sekitar dusun Bedagas dan sekarang merinis sekolah di dalam pesantren. (3) masyarakat sekitar sangat senang dengan adanya pondok pesantren Nurul Hidayah dan memberikan manfaat, ini terlihat dari aktifitas pesantren dari segi pendidikan, soial, dan keagamaan


(7)

ABSTRACT

This Thesis discuses “NurulHidayah Islamic Boarding village

BedagasTunggalpagerdistricts PunggingMojokerto Regency, year 1983-2016”.

Problems are researched in this thesis are (1)How history of the Islamic boarding districts NurulHidayahTunggalpager village PunggingMojokerto regency? (2)Howis development of Islamic Boarding NurulHidayahTunggalpager village districts PunggingMojokerto district? (3)How is the public response to the Islamic boarding districts NurulHidayahTunggalpager village PunggingMojokerto regency?

In connection with that, in this study used the historical method to provide an overview of “NurulHidayah Islamic Boarding village BedagasTunggalpager districts PunggingMojokerto Regency, year 1983-2016” dan Sociological approach is inteded to exsplain the social facctors that influence the development of Islamic boarding. In this paper the author uses the theory of continuity and change in the book pesantren tradition DhofierZamakhsyari work outlining the problems of continuity in the midst of changes that occur in schools. By using the theory of continuity and change is expected to reveal the development of Islamic Boarding NurulHidayah in view of the terms of Zamakhsyari framework that consists of five elements of the Islamic boarding. The framework can be seen from the ongoing sustainability and the changes that occur from year to year.

From these results we can conclude that (1)NurulHidayah Islamic boarding school founded by KiaiMaghfurSiroj in 1983 assisted by his wife and brothers. (2)The development of pesantrenNurulHidayah both of infrastrktur and teaching, starting early pioneering boarding school just being at home but increasing stay students eventually established hosteland other buildings as well as development in education, as was once just focused studying classical books, in the middle of working with schools around the hamlet Bedagas and now merinis in the Islamic boarding. (3)surrounding communities are very happy with their Islamic boarding NurulHidayah and benefits, is seen from Islamic boarding activity in terms of education, soial, and religious.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iv

TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Pendekatan Dan Kerangka Teoritik ... 9

F. Penelitian Terdahulu ... 11

G. Metode Penelitian... 12


(9)

BAB II : SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN NURUL HIDAYAH

A. Letak Geografis Pesantren Nurul Hidayah ... 17

B. Latar Belakang Berdirinya Pesantren Nurul Hidayah ... 21

C. Tokoh-Tokoh Yang Ikut Berperan Mendirikan Pesantren Nurul Hidayah 1. Kyai Maghfur Siroj ... 29

2. Nyai Khoirotin ... 37

3. Kyai Muhajir Siroj ... 39

4. Kyai Mahali Siroj ... 41

D. Visi-Misi Pondok Pesantren Nurul Hidayah ... 43

BAB III : PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN NURUL HIDAYAH A. Infrastruktur Pesantren Nurul Hidayah ... 46

B. SuprastrukturPesantrenNurulHidayah ... 57

C. Sistim Pendidikan Dan Peangajaran 1. Metode Pembelajaran ... 64

2. Kurikulum... 68

3. Wirausaha ... 72

D. Aktivitas Di Pesantren Nurul Hidayah 1. Keagamaan ... 73

2. Pendidikan ... 76


(10)

BAB IV: RESPON MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP ADANYA PONDOK PESANTREN NURUL HIDAYAH

A. Masyarakat ... 82

B. Wali Santri ... 85

C. Santri... 87

D. Perangkat Desa ... 90

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia mempunyai beragam aneka agama yaitu agama Islam, Kristen Prostestan, Katholik, Hindu dan Konghucu. Mayoritas Masyarakat Indonesia memeluk agama Islam yaitu yang berpegang teguh pada al-Qur’an dan Hadits.

Dalam kehidupan di dunia, masyarakat Islam haruslah berpedoman pada al-Qu’ran dan Hadits supaya tidak salah mengambil langkah dan berprilaku sesuai tuntunan Nabi Muhammad Saw. Mencari ilmu dan mempelajari al-Qu’ran dan Hadits sangatlah penting bagi kehidupan di masyarakat dan tidak di ukur batasusia. Tujuan Ilmu adalah pengamalan ilmu, karena pengamalan adalah buah ilmu, kemanfatan usia (hidup) dan bekal akhirat, barang siapa meraih amaliah ilmu, berarti dia

berbahagia dan barang siapa tidak meraihnya, berarti dia merugi.1 Jadi

mencari ilmu itu wajib bagi umat muslim.

Dalam mempelajari haruslah ada seorang pembimbing seperti Kiai, Ustadz, atau Guru. Tempat yang tepat bagi pemula mencari ilmu dan memperdalam ilmu agama Islam yaitu di pesantren, sebuah lembaga pendidikan Islam tradisional tertua, yang telah berfungsi sebagai salah satu benteng pertahanan umat Islam, sebagai pusat dakwah dan pengembangan


(12)

2

masyarakat muslim Indonesia. Di dalam Pesantren selain diajarkan mempelajari atau memperdalam al-Qur’an dan Hadits juga di tanamkan sifat akhlakul karimah sehingga kelak dalam bermasyarakat sesuai dengan tuntunan nabi Muhammad SAW.

Kebanyakan berdirinya sebuah pesantren diawali dengan seseorang ulama untuk menyebarkan Islam dengan diikuiti satu dua orang santrinya, dimana mereka melakukan perjalanan dan kadang-kadang

berhenti pada sebuah desa untuk mengadakan pengajian.2 Berdirinya

sebuah pesantren disebabkan adanya keiginan ulama untuk memberikan ilmu pengetahuan dan mendidik umat Islam supaya menjadi manusia yang mengerti seluk beluk agama Islam dan berprilaku sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.

Setiap pesantren memiliki ciri khusus akibat perbedaan selera Kiai dan kedaan sosial budaya maupun sosial geografis yang mengelilinginya. Pesantren di bagi menjadi dua kategori yaitu pesantren Salafi tetap mengajarkan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikannya, penerapan sistem madrasah untuk memudahkan system sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum, sedang pesantren Khalafi telah memasukkan pelajara-pelajaran umum dalam


(13)

3

madrasah yang dikembangkan atau membuka tipe-tipe sekolah umum di

dalam lingkungan pesantren.3

Pesantren memiliki unsur-unsur minimal Kiai yang mendidik dan mengajar, santri yang belajar, dan masjid, tiga unsur ini yang mewarnai pesantren pada awal berdirinya atau bagi pesantren kecil yang belum

mampu mengembangkan fasilitasnya.4 Pesantren terdapat beberapa elemen

yang mendukungnya. Kelima elemen tersebut meliputi Kiai, santri pondok, masjid, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik atau yang sering

disebut kitab kuning.5

Pesantren merupakan sebuah tempat untuk mengenal dan menggali ilmu agama lebih dalam. Pesantren memegang peranan penting dalam suatu masyarakat karena selain menjaga tradisi keilmuan Islam juga berperan penting dalam merubah prilaku masyarakat menjadi berakhlakul karimah. Pondok pesantren mempunyai arti asrama atau tempat mengaji, sedangkan secara etimologi kata pesantren berasal dari kata santri yaitu istilah yang digunakan bagi orang-orang yang menuntut ilmu agama di lembaga pendidikan islam tradisionaldi Jawa. Kata santri mendapat awalan

“pe” dan akhiran “an”, yang berarti tempat para santri menuntut ilmu.6

3 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai (Jakarta:LP3ES, 1984), 44.

4 Muzamil Qomar, Pesantren dari Transformasi metodologi menuju demokratisasi Institusi (Jakarta: Erlangga, 2009) 19.

5 Amin Haedari, et al, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global (Jakarta: IRD Prees, 2004), 25.

6 Hanun Asrohah,Pelembagaan Pesantren Asal-Usul Perkembangan Pesantren di Jawa (Jakarta: Departemen Agama RI, 2004), 30.


(14)

4

Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam dan para siswanya tinggal dan belajar bersama dibawah bimbingan seorang atau beberapa Guru yang lebih dikenal dengan sebutan Kiai dan umumnya

lembaga pendidikan tersebut bersifat tradisional.7Syekh Maulana Malik

Ibrahim atau Sunan Gresik (Wafat 1419) merupakan orang pertama yang membangun pesantren sebagai tempat mendidik dan mengembleng para santri, tujuanya agar para santri menjadi juru dakwah yang mahir sebelum

mereka diterjunkan langsung di masyarakat luas.8

Di dalam pesantren memiliki visi dan misi yang berbeda, yang mana bertujuan untuk kebaikan para santrinya sendiri. Tetapi tujuan secara umum yaitu membina masyarakat terutama kepada santri supaya memiliki kepribadian Muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan menanamkan rasa akhlakul karimah bagi segi kehidupan, serta menjadikan orang yang berguna bagi agama, masyarakat, dan Negara. Adapaun tujuan khusus pesantren antara lain sebagai berikut:

1. Mendidik siswa/santri anggota masyarakat untuk menjadi seorang

Muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, ketrampilan dan sehat lahir batinsebagai warga Negara yang berpancasila.

7Dhafier, Tradisi Pesantren, 44.

8Haedari, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global, 6.


(15)

5

2. Mendidik siswa/santri untuk membantu meningkatkan kesejahteraan

sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha pembangunan

masyarakat bangsa.9

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia sampai saat ini terus berkembang, pesantren memiliki keunikan tersendiri baik dari sarana prasarana, metode pengajaran serta kharismatik Kiai dan peranan tersendiri dalam masyarakatnya, dari semua pesantren yang menyebar di seluruh dunia. Sehingga pesantren merupakan suatu hal yang sangat penting untuk di teliti.

Kepemimpinan dan struktur kekuasaan Kiai dari sudut pandang sosiologi yang menjadi corak kepemimpinan yang ada di pondok pesantren masih dalam bentuk tunggal. Kiai memgang peranan penting dalam sebuah pondok, karena Kiai mempunyai kekuasaan tinggi dalam mengatur dan mempunyai kharismatik. Sehingga dari kharismatik dan kekuasaan kiai maka para santri akan mudah dibimbing.

Salah satunya yaitu pondok pesantren Nurul Hidayah yang terletak di JL.Raden Patah No.2, dudun Bedagas desa Tunggalpager kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto. Pondok pesantren Nurul Hidayah didirikan oleh seorang Ulama yang bernama Kiai KH. Maghfur Siroj pada tahun 1983 dan dibantu oleh istrinya yaitu Nyai Khoirotun. Di dalam perkembangan pesantren tidak lepas dari peranan Kiai Maghfur Siroj, Nyai Khoirotin dan saudara-saudaranya.


(16)

6

Kedudukan Kiai memang mempunyai peranan dan kekuasaan penting dalam sebuah pondok pesantren. Posisi tersebut mempunyai wewenang dalam menyebarkan dan mengajarkan ilmu agama. Peranan Kiai mempunyai peranan yang mana menentukan corak kepemimpinan dan perkembangan dalam pondok pesantren.

Dalam perkembangan pesantren Nurul Hidayah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan santri yaitu mencerdaskan dan menanamkan jiwa akhlakul karimah yang sesuai dengan al-Qur’an dan Hadits. Pondok pesantren Nurul Hidayah dalam perkembanganya dalam pembangunan Infrastruktur mengalami perkembangan yang cukup pesat, hal ini bisa terlihat dari peningkatan pembangunan tiap tahun ke tahun, serta dalam metode juga mempertahankan sistem tradisional dalam

pengajarannya, yaitu dengan system wetonan dan sorogan. Sistem weton

adalah pengajian yang inisiatifnya berasal dari kiai sendiri baik dalam menentukan tempat, waktu, maupun lebih-lebih lagi kitabnya, sedangkan sorogan pengajian yang merupakan permintaan dari seseorang atau

beberapa orang santri kepada Kiainya untuk diajarkan kitab tertentu.10

Dalam pengajaran yang memakai cara sorogan dan weton ini, tidak ada pengulangan ataupun pertanyaan yang diajukan oleh kedua belah pihak, dan setiap pelajaran dimulai dengan bab baru, semua pelajaran ini


(17)

7

diberikan oleh Kiai atau pengantinya (badal) yang terdiri dari santri senior.11

Pondok pesantren Nurul Hidayah di dalam pendidikan juga terdapat perkembangan salah satunya pendidikan formal yang awalnya hanya bekerjasama dengan sekolah lain sekarang membangun sekolah seendiri di dalam pesantren.

Pesantren mempunyai peranan dan tujuan yang baik. Maka dalam keberhasilan tersebut tidak lepas dari respon positif masyarakat sekitar mengenai pesantren tersebut. Pondok pesantren paling tidak mempunyai tiga peran utama yaitu sebagai lembaga pendidikan Islam, lembaga

dakwah dan sebagai sosial budaya.12

Dengan pemaparan di atas, maka untuk mengetahui sejarah perkembangan dan aktivitas di pondok pesantren tersebut, penulis mengambil judul “Pondok Pesantren Nurul Hidayah Dusun Bedagas Desa Tunggalpanger Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto Tahun 1983-2016”.

B. RumusanMasalah

Untuk mempermudah penulis dalam membuat sebuah skripsi,

maka penulis perlu menguraikan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Sejarah berdirinya pondok pesantren Nurul Hidayah dusun

Bedagas desa Tunggalpager kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto.

11Dawam Raharjo, Pesantren Dan Pembaharuan (Jakarta: LP3ES, 1985), 88.

12 Munawiroh dan Badri, Pergeseran Literatur Pesantren Salafiyah (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2007), 3.


(18)

8

2. Bagaimana perkembangan pondok pesantren Nurul Hidayah dusun

Bedagas desa Tunggalpager kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto.

3. Bagaimana respon masyarakat terhadap pondok pesantren Nurul

Hidayah dusun Bedagas desa Tunggalpager kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto.

C. TujuanPenelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam pembahasan skripsi ini antara lain sebagai berikut:

1. Unuk mengetahui Sejarah berdirinya pondok pesantren Nurul Hidayah

dusun Bedagas desa Tunggalpager kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto

2. Untuk menegtahui perkembangan pondok pesantren Nurul Hidayah

dusun Bedagas desa Tunggalpager kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto

3. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap pondok pesantren Nurul

Hidayah dusun Bedagas desa Tunggalpager kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto

D. KegunaanPenelitian

Berdasarkan tujuan di atas peneliti ini dapat memberikan informasi dan pemahaman yang lebih dalam, maka penelitian ini dapat memberikan arti guna kepada masyarakat. Adapun hal-hal yang dihasilkan dan penelitian ini diharapkan dapat:


(19)

9

1. Berguna sebagai catatan sejarah, terutama di dalam perpustakaan

fakultas adab Uin Sunan Ampel Surabaya.

2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini sebagai informasi tentang

gambaran pondok pesantren Nurul Hidayah desa Tunggalpager kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto.

3. Bagi Pondok pesantren Nurul Hidayah sebagai bahan masukan atau

gambaran tentang sejarah dan perkembangan pesantren, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi ilmu pengetahuan yang membahas tentang pondok pesantren.

4. Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program strata 1

(S-1) di jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab UIN Sunan Ampel Surabaya.

E. PendekatandanKerangkaTeori

Penggambaran mengenai suatu peristiwa sangat bergantung pada pendekatan, yaitu dari segi mana memandangnya, dimensi mana yang

diperhatikan, unsur-unsur mana yang diungkapkan, dan

sebagainya.13Untuk mengungkap judul tentang Pondok pesantren Nurul

Hidayah di desa Tunggalpanger kecamatan pungging kabupaten Mojokerto Tahun 1983-2016, maka penulis mengunakan pendekatan historis, di harapkan dapat menampilkan kronologi sejarah dan perkembangan secara runtut. Selain pendekatan historis, penulis mengunakan pendekatan sosiologi, sebab pada dasarnya pondok

13 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia, 1993), 4.


(20)

10

pesantren Nurul Hidayah dengan gejala sosiologi dengan di sertai pesan-pesan moral. Pendekatan ini didasari bahwa setiap gerak sejarah dalam masyarakat timbul karena adanya rangsangan untuk melakukan interaksi soisal dan reaksi sosial antara masyarakat dengan lingkungan pesantren untuk melakukan reaksi dengan menetapkan tanggapan-tanggapan dan perubahan.

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori continuity and change. Teori Continuity and Change atau sudut pendekatan yang meneliti adanya “kesinambungan di tengah-tengah perubahan” yang terjadi dalam pondok pesantren, bahwa dalam membangun masa depannya, pesantren berdiri dengan teguh di atas tradisi masa lampaunya. Perubahan yang terjadi ketika tradisi baru datang mempunyai kekuatan dan dorongan yang kuat yang telah ada dan baik

sebelumnya.14

Jika tradisi baru yang datang mempunyai kekuatan dan daya dorong yang kuat, dibanding tradisi -tradisi yang telah ada dan mapan sebelumnya. Akan tetapi perubahan yang terjadi tida serta merta terputus begitu saja dari tradisi keilmuan yang lama yang telah ada sebelumnya. Masih ada kesinambungan yang berkelanjutan dengan tradisi keilmuan yang lama, meskipun telah muncul paradigma baru. Seperti pelajaran kitab kuning yang diajarkan dari awal berdirinya pesantren yang hanya


(21)

11

berjumlah sedikit, tetapi dari tahun ke tahun tetap berkesinambungan dan terdapat perkembangan jumlah kitab kuning yang dipelajari.

Dengan menggunakan teori continuity and change di harapkan

dapat mengungkap perkembangan pondok pesantren Nurul Hidayah yang di lihat dari segi kerangka zamakhsyari, terdiri dari lima elemen-elemen pondok pesantren. Dari kerangka tersebut dapat terlihat kesinambungan yang berkelanjutan dan perubahan-perubahan yang terjadi dari tahun ke tahun.

F. PenelitianTerdahulu

Untuk mengetahui dari sisi mana penelitian yang telah di ungkap dan sisi lain yang belum terungkap diperlukan kajian penelitian terdahulu. Penelusuran penelitian terdahulu sangat diperlukan sebab dengan melakukan penelusuran terhadap penelitian terdahulu. Dapat di identifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih luas, serta hasilnya yang mungkin dapat sumbangkan pada perkembangan ilmu terkait.

Dalam penelitian terdahulu penulis menemukan Tesis berjudul Pondok Pesantren Nurul Hidayah Dalam Pembinan Akhlaq Masyarakat Tunggalpager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto yang ditulis oleh Mokhamad Shokeh jurusan Psikologi pendidikan Islam tahun 2010, Universitas Darul Ulum Jombang. Penulis ini lebih menekankan pada peranan pondok pesantren dalam pembinaan akhlak masyarakat TunggalPager Pungging Mojokerto.


(22)

12

Skripsi yang berjudul Sejarah Pondok Pesantren Darul Karomah Dalam Pembinaan Anak Punk di Dusun Tlebuk Desa Wiyu Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto yang ditulis oleh Sunarno Fakultas Adab tahun 2013 Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, IAIN Sunan Ampel Surabaya. Penulisan terdahulu lebih menekankan pada perjuangan Kiai dan peranan pondok pesantren Darul Karomah dalam membina anak punk.

Skripsi yang berjudul Pendidikan Islam Sebagai Sarana Pembinaan Akhlaq Remaja Di Madrasah Diniyah Nurul Hidayah Desa Tnggalpager Kabupaten Mojokkerto yang ditulis oleh Luluk Munafiroh. Fakultas Tarbiyah, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo tahun 2003. Penulisan ini lebih menekankan pada pelaksanaa pendidikkan agama islam dalam membina akhlak remaja di madrasah diniyah Nurul Hidayah desa Tunggalpager.

Dari penelitian terdahulu penulis lebih memfokuskan pada pembahasan keseluruhan dari mulai sejarah berdirinya, perkembangan hingga aktivitas di pondok pesantren Nurul Hidayah

G. MetodePenelitian

Metode ini menggunakan metode penelitian sejarah. Alat atau piranti yang digunakan (sejarawan) dalam tugas meneliti dan menyusun sejarah. Menurut Louis Gottschalk, berpendapat bahwa metode sejarah sebagai proses, proses pengujian dan analilis sumber atau laporan dari masa lampau secara kritis. Hasil rekontruksi imajinatif masa lampau


(23)

13

berdasarkan data atau fakta yang diperoleh lewat peroses itu desebut

historiografi/penulisan sejarah.15 Penelitian yang dilakukan bersifat studi

historis, oleh karena itu metode yang dianggap relevan untuk membahas skripsi kali ini adalah metode sejarah, maka penelitian yang dilakukan melalui empat tahap yaitu:

1. Heuristik

Heuristik atau pengumpulan sumber yaitu suatu proses yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber,

data-data atau jejak sejarah.16 Langkah awal untuk mengumpulkan sumber

data yang diinginkan adalah sebagai berikut:Adapun pada penelitian ini, sumber yang digunakan dibagi dalam dua kategori, yakni:

a. Sumber Primer

1) Sumber primer yang saya gunakan adalah SK pendirian pondok

pesantren Nurul Hidayah

2) Piagam

3) Wawancara langsung dengan istrinya yaitu Nyai Khoirotin

4) Wawancara kepada adik-adiknya yang juga ikut berperan

dalam mendirikan pesantren yaitu Kiai Mahali Siroj, Kiai Irfan Siroj dan Kiai Mahali Siroj selaku pengurus pondok pesantren Nurul Hidayah.

b. Sumber Sekunder

15Aminudin Kasdi, Memahami Sejarah(Surabaya: UUP, 2011), 10.


(24)

14

Selain menggunakan sumber primer di atas, penulis juga menggunakan sumber-sumber skunder dari buku-buku literatur lainnya.

2. Verifikasi (Kritik Sumber)

Kritik sumber di lakukan terhadapa sumber-sumber yang di butuhkan, kritik ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai keontetikan sumber itu. Dalam metode sejarah kritik dibagi menjadi dua yaitu:

a. Kritik Ekstern adalah proses untuk melihat apakah sumber yang

didapatkan otentik atau asli. Sumber yang diperoleh penulis merupakan relevan, karna penulis mendapatkan sumber tersebut langsung dari tokoh yang ikut berperan mendirikan pesantren Nurul Hidayah yang sedang di teliti melalui beberapa wawancara.

b. Kritik Intern adalah upaya yang dilakukan untuk melihat apakah isi

sumber isi tersebut cukup layak untuk dipercaya kebenarannya.17

Dengan cara mencari korelasi dengan sumber-sumber yang ada tersebut akan ditarik sebagai fakta sejarah untuk penulisan selanjutnya, di samping itu kritik intern atau kredabilitas sumber adalah realitas sosial bahwa pondok pesantren Nurul Hidayah adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang sangat berpengaruh terhadap prilaku santri dan masyarakat sekitar.

3. Interprestasi


(25)

15

Suatu upaya sejarawan untuk melihat kembali tentang sumber-sumber yang di dapatkan apakah sumber-sumber-sumber-sumber yang didapatkan dan yang telah di uji autentitasnya. Terdapat saling berhubungan atau yang satu dengan yang lain dengan demikian sejarawan memberikan penafsiran terhadap sumber yang telah di dapatkan.

4. Historiografi

Tahap ini merupakan bentuk penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai penelitian sejarah yang menekankan aspek kronologis masa lampau (menjelaskan tentang Pondok Pesantren Nurul Hidayah Dusun Bedagas Desa Tunggalpanger Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto Tahun 1983-2016). Tahap ini akan menguak hal-hal tentang sejarah perkembangan pondok pesantren baik dari sejarah, perkembangan maupun respon masyarakat tentang adanya pesantren Nurul Hidayah.

H. Sistematika pembahasan

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami karya ini, maka karya ilmiah ini disusun secara sistematis. Adapun mengenai sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian diadakan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teori, penelitian terdahulu, metodologi penelitian, dansitematika pembahasan sehingga akan diperoleh gambaran secara utuh dalam penyajian karya ilmiah ini.


(26)

16

Bab kedua, menjelaskan tentang Letak Geografis Pesantren, latar belakang berdirinya pondok pesantren Nurul Hidayah, tokoh-tokoh yang berperan dalam mendirikan pesantren, visi dan misi pondok pesantren Nurul Hidayah.

Bab ketiga, menjelaskan tentang Perkembangan Pesantren Nurul Hidayah, yang berisikan tentang infrastruktur pesantren, sistem pendidikan dan pengajaran, aktifitas

Bab keempat, menjelaskan tentang respon masyarakat, yang meliputi respon masyarakat sekitar, santri, wali santri dan perangkat desa.

Bab kelima, merupakan pembahasan terakhir yang berisikan tentang penutup meliputi kesimpulan dan saran.


(27)

17

BAB II

KONDISI OBYEKTIF LOKASI PENELITIAN

A. LETAK GEOGRAFIS

1. Letak Geografis Desa

Pondok pesantren Nurul Hidayah berada ditenggah-tengah desa Tunggalpager dusun Bedagas. Luas tanah pondok pesantren Nurul Hidayah sekitar 4.100 meter persegi dan luas bangunan sekitar 3.531 meter persegi. Letak Pondok tersebut sangatlah strategis karena terletak di tengah-tengah pemukiman penduduk dan dekat dengan terminal baru Mojosari, yang jaraknya sekitar 300 Km, selain itu dalam menuju pondok pesantren Nurul Hidayah dari arah pasar Mojosari sekitar 1,1 Km dan dari kantor kelurahan desa Tunggalpager sekitar 500 Km, sehingga jalan menuju ke pondok Nurul Hidayah tidaklah sulit.

Desa Tunggalpager adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Mojokerto yang terletak di kecamatan Pungging dan masih di wilayah Propinsi Jawa Timur, jarak dari pusat pemerintahan kecamatan yaitu sekitar 0,200 Km, jarak dari ibu kota kabupaten 18 Km.

Untuk mempermudah menemukan pondok pesantren Nurul Hidayah, terdapat denah lokasi yang telah dibuat penulis sendiri. Menurut kamus bahasa besar Indonesia, secara teoritis denah adalah gambar yang menunjukkan letak Kota, gambar, rumah, bangunan dan lain-lain. Fungsi denah adalah membantu seseorang menemukan suatu tempat atau lokasi atau bangunan yang dituju, adanya denah adalah mempermudah


(28)

menemukan tempat tujuan karena denah menyediakan informasi yang lengkap mengenai suatu tempat.

Wilayah yang membatasi desa Tunggalpager antara lain sebagai berikut:2

1.Sebelah Utara

1 Yuli, “Manfaat Denah Dalam Kehidupan Sehari

denah (7 Mei 2016).

2 Sumber Monografi Desa

menemukan tempat tujuan karena denah menyediakan informasi yang lengkap mengenai suatu tempat.1Berikut denah lokasi:

Wilayah yang membatasi desa Tunggalpager antara lain sebagai

Sebelah Utara : Desa Jaboh Tegal

anfaat Denah Dalam Kehidupan Sehari-Hari”, dalam http:// manfaat.co.id/manfaat Sumber Monografi Desa Tunggalpager

18

menemukan tempat tujuan karena denah menyediakan informasi yang

Wilayah yang membatasi desa Tunggalpager antara lain sebagai


(29)

19

2.Sebelah Selatan : Desa Lebaksono 3.Sebelah Barat : Desa Wonokusumo 4.Sebelah Timur : Desa Pungging

2. Kependudukan

Desa Tunggalpager terkenal dengan warganya yang suka gotong royong dan rukun, karena dengan gotong royong warga mencerminkan jiwa toleransi terhadap sesama tetangga, juga mempererat tali silahturahim antara satu dengan yang lain.3Menurut data Monografi bahwa jumlah kependudukan terdiri dari 10.591 orang antara lain laki-laki 5253 orang dan perempuan terdiri dari 5338 orang yang terdiri dari Kepala Keluarga 2751 orang.

TABEL 2.1

Jumlah penduduk menurut umur

Kelompok usia 00-03 tahun 90 orang 04-06 tahun 373 orang 07-12 tahun 436 orang 13-15 tahun 299 orang 16-18 orang 287 orang 19 – keatas 299 orang

3. Mata Pencaharian


(30)

20

Mayoritas penduduk desa Tunggalpager banyak mengantungkan nafkahnya pada wiraswasta atau perdagangan dan sektor bidang pertanian. Ditinjau dari aktivitas kebanyakan penduduk sekitar, setiap pagi berbondong-bondong membuka lapak dagagangan, dan pergi ke sawah.

TABEL 2.2

Pegawai Negri Sipil 207 orang

TNI 39 orang

POLRI 38 orang

Swasta 1665 orang

Wiraswasta/pedagang 2223 orang

Tani 200 orang

Pertukangan 149 orang

Buruh Tani 38 orang

Pensiunan 65 orang

Pemulung 22 orang

Jasa 53 orang

Sumber: Monografi desa Tunggalpager

Pola penggunaan lahan desa Tunggalpager Kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto pada kegiatan pertanian menanam padi, jagung dan kedelai. Tanah sawah terdapat tiga macam yaitu: irigasi teknis 109.100 Ha, Irigasi Setangah Teknis 25.285 Ha, dan Irigasi sederhana 10.11o Ha.


(31)

21

Kebanyakan petani mengunakan tanah Irigasi teknis yang luasnya 109.100 Ha.

4. Kondisi Sosial Keagamaan

TABEL 2.3

Islam 10.518 orang

Kristen 57 orang

Katholik 20 orang

Hindu 10 orang

Budha 6 orang

Sumber: Monografi desa Tunggalpager

Di desa Tunggalpager ada bermacam-macam penduduk menganut agama. Mayoritas menganut agama Islam, dalam menunjang aktifitas agama Islam di desa Tunggalpager tardapat masjid 7 buah dan musholla 46 buah. Walaupun banyak agama yang dianut, tetapi warga desa Tunggalpager mempunyai jiwa toleransi, dan saling menghargai,termasuk dalam mengamalkan ajaran agamanya maupun kegiatan social keagamaan, sehingga masyarakatnya terkenal rukun antara satu dengan yang lain.

B. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Hidayah

Pondok Pesantren Nurul Hidayah didirikan pada tahun 1983 yang terletak di dusun Bedagas desa Tunggalpager kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto,oleh seoarang ulama yang bernama Kiai Maghfur Siroj. Dia adalah pelepor pendiri pondok pesantren sekaligus pengasuh


(32)

22

pondok pesantren, yang mana memiliki posisi penting dalam elemen pendirian dan perkembangan pesantren.

Kiai Maghfur Siroj mendirikan pondok pesantren Nurul Hidayah bermula dari cita-citanya dan mendapat dukungan dari istrinya Nyai Khoirotun beserta para saudaranya yaitu, Kiai Muhajir Siroj, Kiai Irfan Siroj dan Kiai Mahali Siroj. Dia melihat masyarakat dengan keadaan sekitar yang sedang kekurangan akan pendidikan agama. Mereka selain mendukung juga ikut berperan dalam mendirikan pondok pesantren.

Pada waktu itu perhatian masyarakat terhadap ajaran agama masih kurang, sehingga kurang akan prilaku yang berakhlakul karimah dan wawasan tentang agama Islam. Dia mendirikan pesantren juga diutus oleh gurunya yang berada di Purworejo untuk mengamalkan ilmunya yang sudah di dapat saat menjadi santri di pesantren Dzulqornain dan ia diberi restu untuk mendirikan pesantren di tempat kelahiranya yaitu di dusun Bedagas. Selain itu, juga ingin mewujudkan cita-cita ayahnya yang ingin melihat semua anaknya menjadi seorang Kiai.4

Dia mondok di pesantren Darul Ulum selama enam tahun dan di Dzulqornain selama kurang lebih sepuluh tahun. Disana dia memperdalam pengetahuan tentang ilmu agama Islam, selain menjadi santri juga sudah dianggap seperti anak sendiri, karena dia dinikahkan dengan salah satu


(33)

23

cucu dari Kiai Ahmad Naim Tajuddin (mbah Mad Naim) pendiri pondok Dzulqornain, dia menikah pada tahun 1977 di Purworejo.

Setelah menikah mereka dikaruniai dua anak prempuan dan dibangunkan rumah kecil di sekitar dalam pondok pesantren Dzulqornain, tetapi dia tidak lama tinggal Purworejo, karena pada tahun 1980 ibunya sakit dan menginginkan supaya dia beserta keluarganya tinggal di tempat kelahiranya yaitu di dusun Bedagas. Dia selain membawa istri dan kedua anaknya, diikuti oleh empat santrinya yang mana ingin mengabdi kepadanya. Santri tersebut dulunya mondok di Purworejo dan menjadi santri Kiai Maghfur Siroj, empat santri tersebut bernama:

1. Syamsiah dari Pulorejo 2. Sumariyah dari Pulorejo 3. Yaman dari Mojolebak 4. Solikhin dari Mojolebak5

Di dusun Bedagas dia membangun sebuah rumah yang berada di belakang rumah ibunya. Sebelum didirikan sebuah rumah, pekarangan tersebut berupa lahan kosong yang banyak tertanami pohon juwet, pohon mente serta ditumbuhi tanaman liar yang tidak beraturan (barongan). Disana mereka memulai hidup yang baru dengan keluarga kecilnya dan empat santrinya.

5 Ibid,.


(34)

24

Di rumah kecilnya tersebut empat santrinya bermukim dan belajar memperdalam ilmu agama bersama Kiai Maghfur dan Nyai Khoirotun. Mereka diajari beberapa kitab dan memperdalam ilmu agama Islam. Melihat itu, masyarakat antusias ingin menitipkan anak-anaknya supaya di ajarkan membaca al-Qur’an dan bisa mengenal lebih dalam tentang ilmu agama Islam. Pada waktu itu rumah Kiai Maghfur Siroj belum teraliri listrik, mereka mengajar saat sore sampai menjelang malam hanya mengunakan lampu storking sekitar 17 lampu yang mengeliligi rumahnya. Seluruh waktu kiai dan Nyai dihabiskan hanya untuk mengamalkan ilmu yang sudah di dapatkan ketika menjadi santri di pesantren. Pada saat itu Nyai juga mengajarkan membaca al-Qur’an dan tajwidnya sedangkan Kiai Maghfur mengajarkan kitab yaitu Kitab fiqhSulam Taufiq dan kitab Sulam Safinah.

Kiai Magfur mempunyai cara dalam mendekati dan mengajak masyarakat supaya memperdalam ilmu agama Islam. Salah satunya yaitu mengajarkan ilmu kanuragan dan mengajak Istigotsah setiap malam kamis.6Pada tahun 1983 mulailah membangun pondok pesantren yang berupa kamar atau asrama santri, merupakan ciri khas pondok pesantren.Adanya asrama dapat dikatakan sebagai elemen penguatan yang mana dengan adanya asrama (pondok), maka santri bertambah banyak untuk bermukim dan mampu menampung santri dari daerah mana saja.


(35)

25

Pada tahun 1984 putri kedua Kiai Maghfur Siroj yang bernama Nurul Hidayah sakit keras dia masih berumur tujuh tahun. Nurul Hidayah sangat disayang kedua orang tuannya, anaknya murah senyum dan patuh dengan kedua orang tuanya.Dalam menyembuhkan anak ke duanya, mereka membawa ke berbagai rumah sakit, tetapi setelah tiga bulan menderita penyakit tersebut, Nurul hidayah wafat pada bulan maret 1984. Pada awalnya pondok ini belum diberi nama. Hanya sebatas pondok pesantren biasa dan berjalan layaknya pesantren yang lain. Sehingga Kiai Maghfur Siroj dan Nyai memberikan nama pondok tersebut sesuai dengan nama anak keduanya yaitu “NURUL HIDAYAH” yang mana untuk mengenang anak keduanya tersebut dan supaya pondok yang didirikan kelak sesuai dengan arti nama tersebut yaitu pondok tersebut kelak akan membawa cahaya yang penuh dengan hidayah.7

Pada tahun 1984 santri mukim bertambah banyak, yang awalnya hanya tidur di kamar Nyai dan ruang tamu dan tidak muat lagi menampung santri, sehingga di buatlah asrama putra dan kamar mandi. Dalam pembangunan asrama, mendapatkan respon yang baik dari semua pihak, terutama masyarakat dusun Bedagas. Mereka kebanyakan menyumbangkan tenaga tetapi tetapi ada juga yang berupa material yaitu pasir, batu, semen dan ada juga yang mengairi listrik. Keluarga dari Nyai Khoirotun yang berada di desa Purworejo juga ikut antusias mendukung mantun dan anaknya dalam membuat pondok yang mana demi kebaikan


(36)

26

masyarakat sekitar Bedagas yaitu dengan cara menyumbang material berupa batu besar.

Kiai Muhajir Siroj dan kiai Irfan Siroj berperan dalam kemasyarakatan, yang mana mereka mengatur hubungan pondok pesantren dengan masyarakat, sehingga masyarakat dapat berhubungan baik dengan pondok pesantren, begitu juga sebaliknya.

Selain dibangunkan Asrama, Kiai Maghfur merasa kurang akan tenaga kerja dalam hal mengajar, akhirnya pada tahun 1987 adeknya yang terakhirpun pulang, dan ikut berperan dalam hal mengajar. Adeknya yang terakhir bernama Kiai Mahali Siroj dan berperan di dunia pendidikan, memberikan perkembangan, karena dia mencetuskan adanya pendidikan diniyah di dalam pesantren Nurul Hidayah.

C. Tokoh-Tokoh yang Berperan Dalam Mendirikan Pondok Pesantren

Nurul Hidayah

Di desa Tunggalpager tepatnya di dusun Bedagas terdapat keluarga hidupnya berkecukupan dan mempunyai pekarangan yang luas, tetapi dalam berkehidupan sangat sederhana, keluarga tersebut adalah milik bapak Kiai Muhammad Siroj dan Nyai Siti Aminah, keluarga ini dikenal dengan sebutan keluarga Siroj.Pasangan suami istri ini dalam berkeluarga sangat rukun dan baik terhadap terhadap masyarakat sekitar. Selain dermawan keluarga Siroj di kalangan masyarakat terkenal dengan sikapnya yang baik, tekun beribadah dan sabar.


(37)

27

Setelah lama berkeluarga, akhirnya dikaruniai seoarang putra putri yang akan menjunjung drajat orang tuanya kelak. Mereka mempunyai 10 orang anak, yaitu:8

1. Muhammad Akhyat 2. Abdul majid

3. Abdul Malik 4. Ibu Fathah 5. Ibu Asrifah 6. Maghfur Siroj 7. Ibu Muzammah 8. Muhajir Siroj 9. Irfan Siroj 10.Mahali Siroj

Di dalam mendidik anaknya, keluarga Siroj ingin anaknya tidak mementingkan urusan duniawi dan lupa akan tangungjawab akhiratnya, mereka sangat tegas dan mempunyai cita-cita agar anaknya kelak menjadi seorang yang berakhlakul karimah dan ingin anaknya kelak menjadi seorang Kiai.9Cita-citanya itu mempunyai alasan yang kuat, karena di dalam desanya dulu terkenal dengan rusak akan akhlaknya, banyak orang yang berjudi dan sambung ayam. Di dalam mewujudkan cita-citanya tersebut kedua orang tuannya memiliki strategi yaitu pertama mengajak anaknya mengikuti mengaji tabarukan kepada Kiai mbah Mad Naim di

8 Irfan Siroj, Wawancara, Mojosari, 13 Mei 2016. 9 Muhajir Siroj, Wawancara, Mojosari 12 Mei 2016.


(38)

28

pondok pesantren Dzulqornain yang terletak di Purworejo, dengan begitu semua anaknya tidak akan mempunyai waktu luang untuk melakukan perbuatan yang kurang baik. Kedua, menitipkan semua anaknya di dalam pesantren, supaya kelak dalam menjalani hidup tidak salah arah dan mempunyai tujuan yang jelas yang dalam berpedoman memegang al-Qur’an dan Hadits.

Kiai Muhammad Siroj sendiri mengagumi figur Kyai. Kekagumanya tersebut dapat terlihat ketika menjalani tradisi aqiqoh. Aqiqah dari segi bahasa berarti rambut yang tumbuh dikepala bayi, sedangkan menurut istilah adalah binatang yang disembelih pada saat mencukur rambut anak yang baru dilahirkan.10 Pada saat mengaqiqohkan anaknya, ia tidak melaksanakannya di rumahnya sendiri melainkan di serahkan kepada Kiai yang ada di pesantren, supaya tradisi Aqiqoh dilakukan di pesantren. Selain itu, ketika menjenguk anaknya di pondok pesantren, mereka juga sowan ke rumah Kiai dengan membawa hasil panennya, yang mana jumlah yang cukup banyak seperti beras, ketan, pisang dan lain-lain. Berangkat dari kesukaan dengan figur Kiai, Muhammad Siroj menginginkan semua anaknya kelak menjadi Kiai.

Selama di pondok pesantren semua anaknya memperdalam ilmu agama dan mempelajari berbagai kitab yang belum pernah dilihatnya. Setelah pulang dari pesantren banyak anaknya yang berhasil dalam

10Sulfiana,”Qurban dan Aqiqoh”, dalam


(39)

29

mengamalkan ilmu yang di dapat dari pesantren yaitu dengan mengajar mengaji membaca al-Qur’an dan kitab, membuat kelompok jama’ah, serta ada salah satu yang berhasil mendirikan pondok pesantren.

Terdapat elemen terpenting dalam mendirikan pondok pesantren yaitu Kiai. Kiai memainkan peranan yang lebih yang lebih dari sekedar seorang guru, ia bukan sekedar menempatkan dirinya sebagai pengajar dan pendidik santri-santrinya melainkan aktif dalam pemecahan masalah-masalah krusial yang dihadapi masyarakat.11 Peran seorang Kiai memang utama dalam mendirikan sebuah lembaga pesantren, karena kiai merupakan tokoh Islam atau pelepor yang mempunyai tujuan yang mulia terhadap suatu masyarakat dan berdampak positif bagi masyarakat sekitar. Berasal dari peran Kiailah pondok pesantren muncul dan dapat berkembang.

Salah satunya salah satu anak dari keluarga Siroj yang berhasil merintis pondok pesantren di desa Tunggalpager dusun Bedagas kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto.Disinilah mereka mulai mendirikan pondok pesantren untuk kebaikan masyarakat sekitar. Salah satu anak Dari Kiai Muhammad Siroj yang berperan dalam mendirikan pondok Nurul Hidayah adalah sebagai berikut:

1. Kiai Maghfur Siroj

11Dhofier, Tradisi Pesantren, 28.


(40)

30

Kiai Maghfur Siroj lahir pada tanggal 19 Juni tahun 1951 di desa Tunggalpager dusun Bedagas. Kyai di dalam Masyarakat lebih dikenal dengan sebutan Kyai Pur. Dia dikenal sebagai pribadi yang Zahid (tidak mementingkan urusan duniawi), ‘abid (ahli ibadah), waro’ (berhati-hati dalam segala hal), shobur (sabar), bertanggungjawab dan mempunyai jiwa penolong.12 Dia mempunyai Kharisma dan daya pikat tersendiri sehingga di kalangan masyarakat sangat disegani, prilaku dan tutur katanya di jadikan cerminan bagi masyarakat setempat untuk melakukan perbuatan yang lebih baik lagi, sesuai yang di ucapkan yang disarankan Kiai Maghfur.

Kiai Magfur adalah anak ke enam dari sepuluh bersaudara. Di dalam keluarganya dia terkenal dengan sifatnya yang sabar dan ahli ibadah. Dia tidak suka menunda sholat ketika sudah memasuki waktu sholat, baginya Sholat merupakan kewajiban yang tidak bisa ditunda dengan kegiatan apapun, karena dari kecil dididik kedua orangtuanya supaya mempunyai rasa tanggungjawab dan tidak mementingkan duniawi.

Orang tuanya berharap kelak besar nanti Kiai Maghfur menjadi anak yang berbakti, mempunyai akhlakul karimah, tidak memikirkan duniawi saja dan kelak dalam memutuskan suatu hal tidak salah melangkah yang mana sesuai dengan al-Qur’an dan Hadits. Sehingga dalam mewujudkan harapan tersebut, pada tahun 1963 kedua orang tuanya


(41)

31

menitipkan Kiai Maghfur Siroj di desa Rejoso dalam pondok pesantren Darul Ulum.

Pada tahun 1969 dia pulang di Bedagas tempat kelahiranya, karena saat itu ayahnya wafat disebabkan sakit yang di deritanya. Dia tidak dapat meneruskan nyantrinya di pondok pesantren Darul Ulum Jombang, karena dia mempunyai rasa tanggung jawab untuk membantu ibunya mencari nafkah supaya bisa menafkahi saudara-saudaranya yang semuanya berada di pondok pesantren. Selama di rumah untuk membantu ibunya, ia mengamalkan ilmu yang telah di dapat ketika dalam pondok pesantren Darul Ulum yaitu dengan mengajar di pesantren An-Nur yang berada di desa Bulu Lawang, selama kurang lebih satu tahun. Selain mengajar, ia bekerja sebagai material Batu Merah.

Pada tahun 1970 Kiai Magfur Siroj didatangi oleh Kiai dari Purworejo yang mana sekeluarga dulu pernah mengaji tabarukan. Dia didatangi Kiai Mbah Mad Naim untuk diajak mondok di pesantrenya (pesantren Dzulqornain biasa disebut pondok salaf). Di Pondok Dzulqornain, Kiai Maghfur terkenal kepandaianya dalam menguasai Kitab-kitab yang di pelajarinya, karena terkadang ia dalam mempelajari kitab hanya dibacakan muqodimahnya dan setelah khatam di setorkan kepada gurunya. Akhlaknya terhadap gurunya sangat baik terlihat dari setiap mempelajari kitab dia selalu sowan untuk minta izin mempelajari kitab tersebut. Salah satu kitab yang di pelajari Kiai Maghfur Siroj


(42)

32

yaituKitab Ihya’ulumudin, Sulam safinah, Balagoh, Fiqh Sulam Taufiq, Mantiq, Kifayatu Akhiyat, Falak, Bidayatu Hidayah.

Kiai Maghfur Siroj mondok di pesantren Dzulqornain selain mendapatkan ilmu agama yang bermanfaat juga mendapat pengalaman yang mengesankan. Dia mondok disana cukup lama sampai dia dibaiat menjadi Mursyid Tariqoh qodiriyah wan naqsabandiyah.13 Di Pondok pesantren Dzaulqornain ia sangat di sayang oleh Kiai mbah Mad Naim, karena kepintaranya serta mempunyai akhlakul karimah. Sangking sayangnya ia diutus Mbah Mad Naim untuk mengajar diniyah di pesantrennya, yaitu mengajar kitab kuning meliputi kitab Sulam Safinah,

Bidayatu Hidayah, dan kitab tasawuf (Ihya’ulumudin), terkadang setiap malam selasa ia memimpin jama’ah yang ada di sana untuk mengikuti pengajian dan istigotsah dan sudah mempunyai banyak jama’ah istigotsah sendiri.

Pada tahun 1977 dinikahkan dengan cucunya Mbah Mad Naim yang bernama Nyai Khoirotun, yang mana dulunya Nyai pernah menjadi santri Kiai Maghfur Siroj selama menggajar diniyah di pesantren Dzulqornain. Setelah menikah mereka tinggal di rumah kedua orang tuanya Nyai Khorotun, sambil mengajar di pesantren Dzulqornain.14

Pada saatwafatnya pendiri pondok pesantren Dzulqornain yaitu Kiai Ahmad Na’im, jabatan mursyid jatuh kepada putranya yaitu Kiai Ahmad Kholil (ayah Nyai Khoirotun). Selang beberapa tahun Kiai Ahmad

13Ibid,.


(43)

33

Kholil wafat dan jabatan mursyid di berikan kepada menantunya yang bernama Kiai Maghfur Siroj suami Nyai Khoirotin. Setelah di amanati jabatan tersebut, Kiai Maghfur Siroj di pesantren Dzulqornain memimpin jama’ah Tariqoh dan istigotsah, sehingga ia mempunyai jama’ah sendiri.15

Kiai Maghfur Siroj menikah dengan nyai Khoirotun dianugrahi lima orang anak yaitu Maghfirotin, Alm Nurul Hidayah, Muhammad Fauzi, dan Muhammad Salman Al Farisi. Kiai Mghfur Siroj dalam mendidik anaknya sangat sabar namun tegas.beliau mendidik anaknya supaya kelak mempunyai akhlakul karimah dalam bermasyarakat dan tidak terlalu mementingkan duniawi. Di dalam keluarganya, dia di kenal sesesok pemimpin yang bertanggung jawab, tegas dan sabar.

Pada tahun 1980 ia pulang di tempat kelahiranya yaitu di desa Tunggalpager dusun Bedagas, karena Ibunya sakit. Ibu Kiai Magfur menginginkan supaya Kiai Magfur beserta istri dan anaknya tinggal di rumah ibunya, akhirnya Kiai Magfur dan Nyai Khoirotun membuat rumah di belakang tempat tinggal ibunya, yang dimana sekeliling rumahnya berupa hamparan tanah luas yang tertanami tanaman liar (Barongan).

Pada tahun 1983 Kiai Maghfur Siroj menjadi tokoh utama dalam pendirian pondok pesantren Nurul Hidayah. Dia mendirikan pondok pesantren dengan penuh keihklasan dan semangat tinggi. Dia mendirikan pesantren karena melihat masyarakat sekitar masih kurang dalam segi ilmu agama dan pemudanya kurang akan perbaikan akhlaknya.

15 Fauzi, Wawancara, 12 Juni 2016.


(44)

34

Kiai Magfur mempunyai cara dalam mengajak masyarakat supaya memperdalam ilmu agama Islam. Di dalam mendekati masyarakat, ia mencari permasalahan yang ada di masyarakat dan kegemaran di dalam masyarakat. Cara tersebut dilakukan Kiai Magfur Siroj dengan penuh kesabaran dan ketelatenan, adapun cara dalam mengajak masyarakat

pertama Kiai Maghfur tidak berdandan layaknya Kiai yang berwibawa, melainkan berdandan layaknya orang biasa yang mana tujuanya supaya masyakat tidak memandang kedudukan, melainkan semua makluk di mata Allah itu sama, dengan begitu masyarakat akan mau berbaur dengannya,

keduadengan cara mengajarkan ilmu kanuragan atau bela diri mengunakan tenaga dalam yang mana didalam teknisnya terdapat amalan-amalan wirid yang harus dibaca dan tirakat yang harus dilaksanakan seperti puasa. Karena dulu terdapat ilmu bela diri cina yang merajalela. Tujuan ilmu tenaga dalam yang di ajarkan Kiai Maghfur yaitu mempunyai dasar dan tujuan yaitu ingin memperbaiki akhlak, melakukan kewajiban sholat, gemar membaca al-quran dan dzikir. Sesuai yang ada di dalam Qs Al-ankabut:

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat.Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan – perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadah – ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Qs.Al-ankabut ayat 45)


(45)

35

Kiai Maghfur mengajarkan ilmu kanuragan yang bergerak putih yang mana tujuannya, kanuragan ini hanya untuk menolong orang, misalnya menyembuhkan penyakit yang tidak wajar dan haram untuk menyakiti orang lain serta menunjukkan bahwa kekuatan atas izin Allah itu lebih dahsyat dari pada kekuatan yang bukan dari Islam.16Ketiga dengan cara mengajak Istigotsahsetiap hari kamis malam, walaupun orang tersebut umat muslim yang tidak sholat sekalipun, karena tujuan ia ingin mengayomi masyarakat sehingga dengan di mengikuti istigotsah masyarakat akan lebih memperdalam ilmu agama17. Di dalam istigotsah terkandung kalimat-kalimat suci. Istigotsah merupakan upaya dalam masyarakat Islam untuk meningkatkan keimanan serta ketakwaan kepada Allah. Kegiatan ini tergolong bersifat sosial spiritual. Dalam kegiatan tersebut selain meningkatkan ketakwaan hamba kepada Allah dapat mempererat hubungan antarjama’ah, dengan adanya Istigotsah, akhlak masyarakat desa Tunggalpager terkendali dan menjadi lebih baik. Di dalam istigotsah selain membaca kalimat suci, juga diajarkan ilmu kanuragan, dengan pendekatan seperti itu masyarakat merasa simpatik dan merasa diperhatikan.

Kyai Maghfur Siroj selain tokoh utama yang mendirikan pondok pesantren Nurul Hidayah, tetapi juga sebagai pengasuh pesantren tersebut. Semenjak dipegang oleh Kiai Maghfur banyak perubahan yang terjadi di kalangan masyarakat dan di pondok pesantren tersebut dari tahun ketahun

16 Muhajir Siroj, Wawancara, Mojosari, 15 Juni 2016. 17 Ibid,.


(46)

36

mendapat perkembangan, yang mana pondok Nurul Hidayah sampai sekarang masih berdiri kokoh. Kiai atau pengasuh pondok pesantren merupakan elemen yang sangat esensial bagi suatu pesantren, oleh kerenanya sangat wajar jika dalam pertumbuhannya, pesantren sangat bergantung pada peran seorang Kiai.18 Kiai Maghfur Siroj setelah mendirikan pondok pesantren mempunyai julukan di kalangan wali santri dan masyarakat yaitu Kiai galengan karena saat wali santri ingin menemui Kiai Magfur Siroj sangat sulit dan wali santri selalu bertemu di saat ia bertani di sawah, di situlah mereka berbincang-bincang.19

Pengalaman dari kecil hingga dewasa beliau lewati. Salah satunya yaitu pengalaman sebagai berikut:

a) Tahun 1969 materialan batu merah

b) Tahun 1975 mempunyai jama’ah istigotsah c) Tahun 1985 bertani padi dan tebu

d) Tahun 1987 mempunyai peternakan ayam dan sapi

Pada tahun 2011 ia meninggal dunia karena sakit yang dideritanya selama kurang lebih satu tahun, dia wafat dengan meninggalkan empat orang anak yang di rasa sudah cukup mampu dan bisa menjaga keluarganya. Dengan ditinggalkan Kiai Maghfur Siroj meninggalkan duka bagi keluarga sendiri, santri maupun masyarakat. Kiai Maghfur di

18 Haedari,Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas

Global, 38.


(47)

37

makamkan di tempat kelahiranya yaitu di desa Tunggalpager dusun Bedagas yang mana letak pemakamanya di dalam pesantren Nurul Hidayah sebelah rumah Nyai Khoirotun.

2. Nyai Khoirotun

Nyai Khoirotun adalah istri dari Kiai Maghfur siroj, lahir pada tanggal 1 Agustus 1959 di Purworejo dilahirkan oleh seorang ibu yang bernama Nyai Khoiriyah dan ayah bernama Kiai Kholil (anak dari Kiai mbah Mad Naim).

Sejak kecil dibesarkan di Purworejo tepatnya di pondok pesantren Dzulqornain, tempat pesantren milik kakeknya yaitu yang bernama Kiai mbah Mad Naim.Pesantren Dzulqornain adalah pesantren salaf yang terkenal sudah lama. Nyai di dalam keluarganya terkenal dengan anak yang pendiam, ahli badah, sabar dan mempunyai akhlakul karimah. Nyai sangat disayang oleh kedua orang tuanya terutama kakeknya Kiai mbah Mad Naim.

Nyai Khoirotun sangat menghormati kedua orang tuanya, dan tidak pernah membuat hati kedua orang tuanya kecewa, karena apabila kedua orang tuanya menasehatinya, ia selalu mengikuti nasehat kedua orang tuanya. Saat kecil Nyai sudah dikenalkan dengan Ilmu-ilmu agama Islam, seperti membaca al-Qur’an dan membaca kitab kuning. Disana selain menjadi seorang anak juga menjadi seorang santri dari ayah maupun kakeknya sendiri.


(48)

38

Banyak kitab yang pernah dikaji oleh Nyai Khoirotun. Kitab-kitab yang pernah di pelajari Nyai Khoirotin antara lain kitab Ihya’ulumudin, sulam safinah, fiqh Sulam taufiq, kifayatu kkhiyat, bidayatu hidayah, tafsir

jalalin

Nyai di dalam pesantren Dzulqornain terkenal kepandaianya dalam memahami isi kitab yang dipelajarinya, walaupun Nyai terkenal pendiam tetapi mempunyai kepintaranya dalam ilmu agama, selain itu nyai juga terkenal mempunyai akhlakul karimah di kalangan masyarakat maupun keluarganya sendiri.20

Pada tahun 1977 ia dinikahkan dengan seorang santri Kiai mbah Mad Naim yang bernama Kiai Maghfur Siroj dusun Bedagas. Setelah lama menikah Nyai Khoirotin dibawa pulang kedesa Kiai Maghfur dan menjadi penduduk dusun Bedagas pada tahun 1980. Disana ia memulai kehidupan baru dengan keluarga kecilnya.

Pada tahun 1983 Nyai Khoirotun sangat mendukung sekali tujuan baik Kiai Maghfur Siroj mendirikan pondok pesantren Nurul Hidayah yang mana untuk kebaikan masyarakat di sekitar dusun Bedagas. Nyai selain mendukung berupa dorongan semangat juga ikut berperan dalam mendirikan pesantren. Pada saat merintis pondok pesantren yang hanya berupa membaca al-Qur’an dan kitab di dalam rumah kecilnya, Nyai ikut berperan dalam mengajar membaca al-Qur’an, dan menemani Kiai Magfur di sampingnya saat mengajar kitab, salah satu kitab pertama kali yang


(49)

39

diajarkan yaitu kitab Sulam Safinah. Pada saat pembangunan pesantren ia besarta keluarganya yang berada di Purworejo juga ikut membantu dalam pembangunan pesantren, salah satunya yaitu memberi material berupa batu dan pasir.

Nyai Khoirotun membekali santri dengan menanamkan jiwa entrepreneurship.Entrepreneurship sendiri berasal dari bahasa perancis

Enterpreneur, yang secara harfiah mempunyai arti perantara, dalam bahasa Indonesia, dikenal istilah wirausaha yang merupakan gabungan dari kata wira (gagah berani, perkasa) dan kata usaha.21 Wirausaha adalah orang yang mempunyai keberanian untuk berusaha guna memenuhi kebutuhan. Nyai mempunyai tujuan menanamkan jiwa wirausaha supaya kelak setelah keluar dari pesantren mempunyai bekal untuk menciptakan usaha sendiri di rumah sehingga kelak bisa membantu masyarakat di sekitarnya, salah satunya membuat produksi krupuk di dalam pesantren, yang mana santri turut serta ikut berperan di dalamnya.

3. Kiai Muhajir Siroj

Kiai Muhajir Siroj, atau yang biasanya di kalangan masyarakat terkenal dengan panggilan Kiai Jer, lahir di desa Pungging, dusun Bedagas pada tanggal 24 februari 1956. Sewaktu kecil Kiai Jer di dalam keluarganya terkenal dengan sifatnya yang bertanggungjawab dalam menjalankan amanat dan pandai dalam membaur dengan teman-temanya

21Abdul Jalil, Spiritual Enterpreneurship Transformasi Spiritualitas Kewirausahaan (Yogyakarta:


(50)

40

dikalangan masyarakat. Sifatnya itu sampai sekarang masih melekat dalam diri Kiai Jer.

Di kalangan masyarakat Kiai jer sangat di segani baik dari desanya sendiri maupun luar desa, karena selain ia suka membaur dengan masyarakat. Kedua orang tuanya berharap Kiai Jir menjadi seorang anak yang berbakti, serta mempunyai sifat akhlaqul karimah.Sehingga pada tahun 1970 kedua orang tuanya menitipkan di salah satu pondok Rejoso yang bernama pesantren Darul Ulum. Pada tahun 1976 ia dipindahkan di pondok Dzulkarnain yang berada di Purworejo. Dia di pindahkan di pondok Dzulkarnain supaya bisa dekat dengan kakaknya yang bernama Kiai Magfur Siroj dan Muhammad Akhyat (kakaknya) yang sudah terlebih dahulu mondok di pondok Dzulkarnain.

Pada tahun 1980 Kiai Muhajir Siroj tiba di Desa Bedagas, pengalaman demi pengalaman di lewatinya. Salah satu pengalaman yang pernah di jalani yaitu sebagai berikut pertamaMempunyai usaha Muzawir (antar Ziarah Wali). Pada saat ziarah Wali, di sepanjang perjalanan Kiai Jer mengadakan pengajian di Mobil yang mana diberi penjelasan tentang kandungan al-Qur’an, Hadits, dan penjelasan ibadah jadi saat melakukan perjalanan ziarah, tidak ziarah saja melainkan ada pengajian kecil saat di kendaraan dan mempunyai jama’ah istigotsah salah satunya yaitu pasuruan dan mojokerto kedua Tahun 2016 mengajarkan kepada santri Nurul Hidayah Pembibitan Lele, yang di lakukan oleh Kiai jer sangat unik


(51)

41

karena pembibitan lele dilakukan dengan cara Bioflok dan ia mempunyai Budi Daya Lele berada di desa Ketok Wonogirang.22

Tahun 1982 Kiai Jer menikah dengan Siti Hajar anak dari seorang Tokoh agama di desa Ketok yaitu Kh Mahfud. Selang beberapa tahun mereka di karuniai dua anak yang bernama Maulidatur Rochmah dan Akhmad Mukhidin.

Pada saat mulai merintis pondok pesantren Nurul Hidayah ia membantu dalam mengajar santri dan di utus oleh kakaknya yang bernama Kiai Maghfur untuk berperan dalam kemasyarakatan. Sehingga ia bertangungjawab dengan semua yang berhubungan dengan masyarakat. Salah satunya dengan cara membantu kakaknya dalam mengajak masyarakat untuk mengikuti Istigotsah yang diadakan setiap hari kamis, baik kaum muda maupun kaum tua. Ia juga turut serta dalam pembangunan gedung pesantren Nurul Hidayah baik saat merintis sampai sekarang.

Pada saat awal pembangunan pondok pesantren, terdapat masyarakat yang ikut membantu dan material. Ia yang bertangung jawab memanajemen dan menampung sumbangan material tersebut dan ia mengajar membantu kakaknya di pesantren Nurul Hidayah. Selain itu, ketika mengadakan acara yang berhubungan dengan masyarakat, ia yang mengatur dan bertangungjawab. Kiai Muhajir di dalam pondok pesantren


(52)

42

menjabat sebagai wakil ketua. Setelah Kiai Maghfur Siroj wafat, ia di diberikan tangungjawab untuk memimpin ilmu kanuragan dan jama’ah istigotsah.

4. Kiai Mahali Siroj

Kiai Mahali Siroj dilahirkan di dusun Bedagas desa Tunggalpager. Sejak di tinggal ayahnya wafat dia di besarkan oleh ibunya Nyai Aminah dan keluarga Kiai Magfur Siroj. Di dalam keluarganya mempunyai sifat disiplin, tegas, dan berfikiran luas, dia terkenal dengan sifatnya yang tegas dalam hal pemikiran. Pada tahun 1977 dia dititipkan kedua orang taunya di pondok pesantren Dzulqornain desa Purworejo.

Pada tahun 1980 ia pulang karena ayahnya sakit keras. Dia awalnya tidak meneruskan nyantrinya, selama tidak meneruskan mondok di Dzulqornain ia membantu kakaknya dalam mencari nafkah.

Pada tahun 1982 ia dititipkan oleh kakaknya Kiai Maghfur Siroj di pondok pesantren Al-Falah Ploso Kediri.Disana diajari bagaimana cara memahamai kitab secara mandiri dan bagaimana memahamami kitab secara detail yaitu mengikuti kegiatan syawir. Setelah mengikuti kegiatan Syawir ia menjadi pribadi yang pandai dalam memahami kitab, berfikiran luas dan tegas dalam mengambil keputusan dalam permasalahan. Ia selama dua tahun pernah menjadi ketua Syawir di pondok pesantren Al Falah Ploso Kediri.


(53)

43

Dia ikut berperan dalam perkembangan pesantren Nurul Hidayah yaitu dengan membantu kakanya Kiai Maghfur Siroj bagian pendidikan.Ia berperan dalam hal pendidikan seperti mengajar dan bagian keamanan dalam pesantren. Pada tahun 1987 Kiai Mahali pulang di tempat kelahiranya yaitu di dusun Bedagas.Ia ikut berperan dalam perkembangan pesantren Nurul Hidayah yaitu dengan membantu kakaknya Kiai Maghfur Siroj bagian pendidikan dalam hal mengajar dan bagian keamanan dalam pesantren. Dia pulang membawa segudang ilmu dari pengalaman saat dia menjadi santri di pondok pesantren Al-Falah Ploso Kediri. Kurikulum pengajarannya dan di tiap marhalah kelas di manajemen dengan baik oleh Kiai Mahali Siroj, yang akhirnya muncullah pelajaran diniyah di pesantren Nurul Hidayah.

Pada tahun 1995 ia menikah dengan Nyai Emi Fathurin anak dari bapak H Solikhun desa Pungging. Setelah menikah mereka membuat rumah yang berada di dalam pondok pesantren Nurul hidayah yang dekat dengan rumah Kiai Maghfur Siroj. Keluarga kecilnya semakin bahagia ketika beliau di karuniai tiga orang anak yaitu, Muhammad Tajuddin, Azizatun Nafiah, dan Muhammad Bahaudin. Sejak di pondok maupun sesudah pulang dari pesantren, banyak pengalaman yang ia lewati seperti sewaktu di pondok Ploso pernah menjadi ketua Syawir selama dua tahun dan pernah mengikuti lomba syawir antar Kota, mengajar di dondok Al-Ghozali Pungging tahun 1988, usaha ternak lembu tahun 1995 dan Kerajinan pigora


(54)

44

5. Visi dan Misi Pondok Pesantren Nurul Hidayah

Pondok pesantren didirikan bukan hanya semata-mata didirikan saja, melainkan mempunyai tujuan yang positif, terutama bagi kalangan masyarakat sekitar. Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian Muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat serta menyebarkan agama dan menegakkan agama Islam di tengah-tengah masyarakat.23

Pesantren Nurul Hidayah juga mempunyai tujuan yang jelas yaitu mengajak santi maupun kalangan masyarakat untuk memperdalam agama Islam, supaya kelak dalam melangkah berpedoman kepada al-Qur’an dan Hadits, selain itu, agar mempunyai sifat berakhlakul karimah yang sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad Saw.

Dalam mewujudkan tujuannya, pesantren Nurul Hidayah mempunyai visi misi yang kuat sehingga dalam perkembangannya kelak mempunyai tujuan yang jelas.

1. Visi pondok pesantren Nurul Hidayah

Terwujudnya seorang santri yang cerdas,unggul dan berakhlakul karimah serta berguna bagi semua makhluk Allah yang lainnya

2. Misi pondok pesantren Nurul Hidayah


(55)

45

a) Menciptakan generasi penyambung lidah Rasul yang beraqidah kuat dan berakhlakul karimah

b) Menciptakan kader penerus yang berkualitas dan unggul dalam segala hal

c) Menciptakan sebuah keharmonisan antar sesama manusia

Selain terdapat Visi dan Misi, Di dalam pesantreen Nurul Hidayah terdapat susunan struktur organisasi pondok pesantren yaitu:

Ketua Pembina : Kiai Muhajir Siroj Ketua Yayasan : Kiai Mahali Siroj Bendahara : Imam Rokhani Seketaris : Muhammad Sholeh Seksi Keamanan : Moch Husein

Mahmud

Seksi Kebersihan : Muhammad Khudlory Kholid

Seksi Pendidikan : Dahlan Ali Masud

Seksi Humas : Muhammad Huda Muhammad Hartono Seksi Sosial : Nur Syarif


(56)

46

Seksi Kesehatan : Muhammad Misto Muhammad Ilham


(57)

BAB III

PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN NURUL HIDAYAH

Di dalam membangun sebuah lembaga pendidikan Islam yang berupa pesantren, haruslah mempunyai elemen-elemen dasar yang menunjang adanya sebuah kegiatan di dalam pesantren.Elemen tersebut merupakan hal pokok yang harus dimiliki semua di kalangan pondok pesantren, meliputi Pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik dan Kiai, semua itu merupakan lima elemen dasar dari tradisi pesantren, ini berarti bahwa suatu lembaga pengajian yang telah berkembang hingga memiliki kelima elemen tersebut, akan berubah statusnya menjadi pesantren.1

A. Infrastruktur dan Suprstruktur Pondok pesantren Nurul Hidayah

Perkembangan dan kemajuan peradaban telah mendorong pesantren untuk mengadopsi ragam elemen bagi teroptimalisasikannya pelaksanaan pendidikan pesantren. Di dalam pelaksanaan pendidikan pesantren harus meliputi infrastruktur maupun suprastruktur penunjang. Infrastruktur dapat meliuti perangkat lunak (software), seperti kurikulum, metode pembelajaran, dan perangkat keras (hardwere) seperti bangunan pondok, masjid, sarana dan prasarana mengajar (laboratorium, computer, perpustakaan) sedangkan suprastruktur pesantren meliputi yayasan, kyai, ustad, pengasuh, dan para pembantu Kyai atau Ustad.2 Begitu pula di dalam pondok pesantren Nurul

1Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, 44.

2Haedari, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas


(58)

48

Hidayah, yang awal merintis hanya berupa rumah kecil untuk belajar mengaji yang mana metode pengajaran yang masih sederhana, namun dari tahun ke tahun pondok pesantren Nurul Hidayah berkembang, perkembangan tersebut dapat terlihat dari Infrastuktur maupun suprastukturnya yang ada di pondok pesantren Nurul Hidayah.

1. Infrastruktrur pondok pesantren Nurul Hidayah

Sebelum berdirinya pondok Nurul Hidayah di dusun Bedagas, hanya beruparumah sederhana (perangkat keras)dimana sekitar rumah tersebut tumbuhan liar yang lebat. Rumah sederhana di bangun oleh Kiai Maghfur Siroj dan istrinya yang bernama Nyai Khoirotun. Pada saat dia kembali dari Purworejo, Kyai maghfur selain membawa istri dan kedua anaknya, Kiai Maghfur Siroj diikuti empat santrinya yang dahulu dari pesantren Purworejo yang ingin mengabdi kepadanya.Dia mengajar empat santrinya di rumah. Kegiatan santri yaitu ba’da subuh sampai jam enam pagi, membaca al-Qur’an bersama Nyai Khoirotun dan Kiai Maghfur. Selanjutnya santri membantu dalam kegiatan keluarga baik dalam bekerja maupun dalam berkecinambung dengan masyarakat.Setelahsholat magrib para santri membaca al-Qur’an dan memperdalam kitab kuning yaituTa’lim Muta’alim, Sulam safinahdan

Bidayatu Bidayah.Metode dalam pengajaranya yaitu para santri duduk di hadapan Kiai Maghfur, Kiai membaca terlebih dahulu, santri mendengarkan dan menirukan, setelah itu santri membaca secara bergantian dan Kiai membetulkan bacaan ketika santri salah dalam


(59)

49

membacanya.3Selain mengajar santrinya di rumah, dia mengajak masyarakat. Dalam mengajak dan mengayomi masyarakat dia mempunyai metode yang unik dan tidak memaksa kehendak masyarakat yang akhirnya masyarakat ingin memperdalam ilmu agama Islam dengannya. Pada periode ini kurikulum yang ditekankan yaitu ilmu kanuragan karena minat masyarakat yang antusias mengikuti pembelajaran tersebut.Dengan memperhatikan atau mengikuti kegiatan tersebut, akhirnya masyarakat minat dalam belajar membaca al-Qur’an dan memperdalam ilmu agama. Selain itu, dia mengajarkan kepada masyarakat setempat yang dilakukan di dalam musholla yang ada di dusun Bedagas desa Tunggalpager, dia mengajar bagaimana cara membaca al-Qur’an, memperkenalkan dan memahami dari ilmu syariat yang meliputi kitab SulamSafinah (ilmu Fiqh), kitab ta’lim Muta’alim

(ilmu akhlak) dan Bidayatu Bidaya (ilmu tasawuf). a. Asrama

Pada tahun 1983 mulailah merintis pondok pesantren dengan membangun kamar atau asrama.Adanya asrama dapat dikatakan sebagai elemen penguatan yang mana dengan adanya asrama (pondok), maka santri akan bertambah banyak untuk bermukim dan mampu menampung santri dari daerah mana saja.

Asrama santri masih bersifat sangat sederhana dan di dalamnya terdapat setiap kotakan, kotakan adalah istilah dari kamar untuk


(60)

50

menyebut tempat menginap santri pada masa awal berdirinya. Biasannya satu kotakan bisa di tempati oleh beberapa orang santri. Jumlah santri yang tinggal disatu kotakan tergantung dari besar dan luasnya kotakan. Pondok atau tempat tinggal santri, merupakan ciri khas pondok pesantren. Tujuan menyediakan asrama untuk tempat tinggal para santri yaitu adanya timbal balik antara santri dengan Kiai, dimana para santri menganggap Kyainya seolah-olah seperti bapaknya, sedangkan Kiai memperlakukan santri seperti anaknya sendiri, sehingga menimbulkan keakraban dan kebutuhan untuk saling berdekatan terus menerus.4

Berkat kesabaran Kiai Maghfur dalam melayani para santrinya yang mengaji, banyak santri yang datang untuk menuntut ilmu, berkat ilmu dan keahliannya, maka mulai berdatangan orang tua santri untuk menitipkan putra-putrinya kepadannya, yang awalnyasantri mukim hanya berjumlah empat, semakin lama semakin bertambah, sehingga dulunya santri yang menginapdi rumah Nyai Khoirotin cukup muat dan menjadi tidak muat, maka dibangunlah asrama yang terletak disebelah rumahnya. Asrama tersebut terdapatlima kamar dan di sebelah membangun dua kamar mandi. Dalam proses pembangunan, masyarakat sangat antusias dalam membantu, baik membantu denganmenyumbang bentuk material maupun menyumbang dalam bentuk tenaga.

4Haedari, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas


(61)

51

Asrama tersebut ditempati santri laki-laki karena jumlahnya lebih banyak dari pada santri perempuan dan santri perempuan tinggal bersama Nyai Khoirotun, karena di rumah tersebut terdapat Lima kamar. Setelah terdapat asrama tersebut, tempat mengaji tidak hanya di rumahnya saja, melainkan di asrama baru. Dalam proses belajar mengajar kitab maupun membaca al-Qur’an, setiap sebanyak sepuluh santri menghadap satu guru yaitu Kyai Maghfur Siroj, yang mana mereka membaca al-Qur’an, dan ia yang menyimak dan membetulkan apabila terdapat bacaan yang salah.

Pada tahun 1985 semakin banyak santri putri yang bermukim dan rumahnya tidak muat dalam menampung santri tersebut, yang akhirnya ia membangun asrama putri yang terdiri dari lima kamar. Setiap kamar mempunyai beberapa nama yaitu kamar al-Bader, Baitur, al-Firdaus, Roudhotul Jannah dan al-Azhar.

Di dalam pondok pesantren Nurul Hidayah selain membaca al-Qur’an juga memperdalam kitab-kitab kuning salah satunya ilmu syariat yang meliputi kitab SulamSafinahdan dan Fiqh Sulam Taufiq

(ilmu Fiqh), kitab ta’lim Muta’alim (ilmu akhlak),Bidayatu Bidaya

(ilmu tasawuf).Selain itu, Kyai Maghfur mendirikan lagi asrama bagi pondok putra dan putri, karena banyaknya santri yang datang untuk memperdalam ilmu agama kepadannya.


(62)

52

Selain itu, dari tahun ke tahun santri banyak yang berdatangan untuk memperdalam ilmu agama kepadannya dan mendorongnya untuk mendirikan asrama lagi pada tahun 2000.

b. Musholla

Pada tahun 1987 Kiai Maghfur dan Nyai mempunyai angan-angan untuk membangun musholla atau surau sendiri di dalam pondok pesantren. Kiai Maghfur mendirikan musholla mempunyai tujuan supaya kegiatan santri bisa di lakukan di dalam pondok sendiri karena dahulunya dalam sholat berjama’ah selalu sholat di langgar dusun Bedagas yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Selain untuk sholat berjama’ah musholla juga di gunakan untuk pengajaran kitab-kitab kuning, istigotsah dan wirid.

Kiai Maghfur menganggap bahwa pesantren dianggap belum sempurna bila belum terdapat musholla di lingkungan pesantren.Maka empat tahun setelah berdirinya Pondok Pesantren Nurul Hidayah, tepatnya pada tahun 1987, timbullah gagasan dari Kiai Maghfur Siroj untuk merintis berdirinya musholla dilingkungan pondok.Dalam membangun musholla dahulu bangunannya sangatlah sederhana dan sekarangpun bangunannya masih di jaga dengan baik.

Lembaga-lembaga pesantren di Jawa memelihara terus tradisi ini, para Kiai selalu mengajar murid-muridnya di surau dan dianggap surau sebagai tempat yang paling tepat untuk menanamkan disiplin


(63)

53

para murid dalam mengerjakan kewajiban sembayang lima waktu, memperoleh pengetahuan dan kewajiban agama yang lain.5

c. Gedung Diniyah

Pada tahun 1990 didirikan gedung diniyah putra.Diniyah adalah tempat untuk memberikan pendidikan dan pengajaran secara klasikal yang bertujuan untuk memberi tambahan pengetahuan agama Islam kepada santri di dalam pesantren.

Gedung tersebut bermanfaat sebagai tempat memperdalam kitab-kitab kuning, mukhadhoroh (ilmu kemasyarkatan), dan diskusi kitab (syawir). Pada tahun 1995 Kiai Maghfur Siroj mendirikan gedung diniyah putri yang mana gedung bermanfaat sebagai tempat memperdalam kitab-kitab kuning, mukhadhoroh dan diskusi kitab.

d. Masjid

Kedudukan musholla sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan manifestasi universalisme dan system pendidikan Islam yang pernah di praktekkan oleh Nabi Muhammad SAW. Pada tahun 2000 Kiai Maghfur Siroj mendirikan masjid. Masyarakat sangat antusias dalam bergotong royong membangun.Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan pondok pesantren, karena keberadaannya yang begitu penting bagi perkembangan dakwah bagi ummat Islam dan sebagai sarana untuk mengadakan berbagai macam


(64)

54

kegiatan keagamaan, sebagaimana praktek sholat berjama’ah, pengajaran kitab klasik, tempat sholat jumatan, tawasul, istigotsah dan dzikir.

e. Gedung Aula dan koprasi

Pada tahun 2007 Kiai Maghfur mendirikan aula putri yang digunakan untuk untuk Mukhadhoroh (pelajaran kemasyarakatan) misalnya seperti pidato, tausiah, pembawa acara, ceramah dan kegiatan yang lain.Pada tahun 2007 didirikan dua koprasi yaitu koprasi putra dan koprasi putri. Koprasi pondok pesantren ini bertujuan menjadi pilar utama perekonomian dan kesejahteraan keluarga besar pondok.6.

Keberadaan koperasi dalam pesantren, sangatlah besar manfaatnya baik bagi santri maupun bagi lembaga. Koperasi dalam pesantren juga dapat mengajarkan para santri untuk dapat hidup mandiri dan sebagai bekal hidup di masyarakat kelak. Koperasi ini didirikan bertujuam untuk memudahkan para santri sebagai anggota untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Baik berupa alat tulis, sabun mandi, peralatan serta makanan.

Koperasi pesantren ini, dalam pengelolaanya santri diberi kuasa penuh untuk mengelola dan mengatur kegiatan koperasi. Koprasi sendiri dijaga oleh santri senior baik dalam berbelanja dan mengelolah. Hal ini bertujuan untuk melatih para santri agar dapat hidup mandiri.


(65)

55

Diharapkan dengan adanya koperasi, ketika para santri sudah keluar dari pondok pesantren dapat mengembangksan ilmu yang telah didapat sebagai bekal hidup dimasyarakat sehingga tidak menjadi beban bagi orang tua.

f. Tambahan Nama Dalam Pesantren

Pada tahun 2015 pemerintahan mempunyai program baru, yaitu semua lembaga pendidikan Islam seperti pesantren harus mendaftarkan nama pesantrennya secara online. Dalam mendaftarkan secara online di haruskan Nama pesantren tidak sama dengan pesantren yang lain, karena apabila sama maka tidak akan terdaftar di dalam pemerintahan. Akhirnya, setelah mendapat kesepakatan dari semua pihak pondok Nurul Hidayah, yang awalnya bernama pondok pesantren Nurul Hidayah, berubah menjadi Nurul Hidayah Al Falah, selain bertujuan untuk mendaftar online, bertambahnya nama Al Falah di harapkan dalam tahun berikutnya menjadikan pondok pesantren yang tetap berjaya di tahun berikutnya dan dapat memberikan manfaat bagi kaum muslimin.7

g. Pembangunan sekolah

Pada pertengahan dimunculkan sekolah paket C dan pada tahun 2015 masyarakat setempat mengusulkan supaya pesantren Nurul Hidayah mempunyai sekolah sendiri.Keinginan masyarakat tersebut


(66)

56

dapat terwujud ketika semua pihak pondok bermusyawarah dan mempunyai hasil akhir yang mana memperbolehkan mendirikan pendidikan formal di dalam pesantren Nurul Hidayah.Akhirnya, dirintislah dua sekolah baru yaitu pertama Mts terpadu Nurul Hidayah Al Falah, sekolah ini mempunyai visi misi yang ingin di wujudkan yaitu visinya Terwujudnya Madrasah Tsanawiyah yang menghasilkan lulusan yang memiliki kecerdasan, keterampilan serta berakhlaqul karimah dan bertaqwa kepada Allah SWT guna membetuk manusia sepenuhnya. Sekolah tersebut memiliki misi yaitu:

1) Menciptakan generasi penerus yang beraqidah dan berakhlaqul karimah.

2) Menciptakan lingkungan yang religius di madrasah.

3) Menciptakan lingkungan kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien.

Kedua Smk Nurul Hidayah mempunyai visi mencetak generasi yang kreatif, inovatif di bidang tekhnologi informasi dan komunikasi multimedia melalui konsep keilmuan yang kuat serta akhlak yang mulia, mempunyai misi yaitu:

1) Menghasilkan lulusan yang kompenten di bidang Multimedia dan memiliki kemampuanmanajerial serta menganalisa permasalahan berdasarkan konsep yang dimiliki.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syamsudin. Agama danMasyarakat. Jakarta: Logos Wacana, 1997.

Abdurrahman, Dudung.MetodologiPenelitianSejarah. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media, 2007.

Asrohah, Hanun. PelembagaanPesantrenAsal-UsulPerkembanganPesantren di

Jawa. Jakarta: Departemen Agama RI, 2004.

A Rafiq, et al. Pemberdayaan Pesantren. Yogyakarta: LKiS, 2005.

Dhofier, Zamakhsyari. TradisiPesantrenStudiTentangPandanganHidupKiai.

Jakarta: LP3ES, 1994.

Djarwanto. Pokok-PokokMetodeRisetdanBimbinganTiknisPenelitianSkripsi.

Jakarta: Liberty, 1990. Haedari, Amin et al.

MasaDepanPesantrendalamTantanganModernitasdanTantanganKompl esitas Global. Jakarta: IRD Prees, 2004.

Jalil, Abdul. Spiritual

EnterpreneurshipTransformasiSpiritualitasKewirausahaan. Yogyakarta: PT. LkiS Printing Cemerlang, 2013.

Kartodirjo, Sartono. PendekatanImuSosialdalamMetodologiSejarah. Jakarta:

Gramedia, 1993.

Kasdi, Aminudin. MemahamiSejarah. Surabaya: UUP, 2011.

Munafiroh, Luluk. “Pendidikan Islam SebagaiSaranaPembinaanAkhlakRemaja Di Madrasah


(2)

(Skripsi, UniversitasMuhammadiyah, FakultasTarbiyah, sidoarjo, 2003).

MunawirohdanBadri. PergeseranLiteraturPesantrenSalafiyah. Jakarta:

PuslitbangLekturKeagamaan, 2007.

Murdan, Ittihad, PondokPesantrenDalamLintasanSejarah, Vol 2 No 1 (April,

2004), 36 Qomar, Muzamil.

PesantrendariTransformasimetodologimenujudemokratisasiInstitusi. Jakarta: Erlangga, 2009.

Raharjo, Dawam. Pesantren Dan Pembaharuan . Jakarta: LP3ES, 1985.

Rasyid, sudradjatdan Muhammad Nasri. KewirausahaanSantri:

BimbinganSantriMandiri. Jakarta: PT.Citrayudha, 2005.

Rasyidin. PendidikanKarakterPesantren. Malang: LiteraUlulAlbab, 2013.

Sulton M, MuhKhusnuridhlo, ManajemenPondokPesantrenDalamPerspektif

Global. Yogyakarta: Laks Bang PRESS Sindo, 2006.

Sutrisno,MuhyidinAlbaroris. Pendidikan Islam BerbasisSosial. Jogyakarta:

AR-RUZZ MEDIA, 2012.

Yasmadi. ModernisasiPesantren. Jakarta: CiputatPrees, 2005.

Zulaicha, Lilik. MetodeSejarah 1. Surabaya: IAIN SunanAmpel, 2003.

MunawirohdanBadri. PergeseranLiteraturPesantrenSalafiyah. Jakarta:


(3)

Internet

Dedi Wahyudi,

“http:/podoluhur.blogspot.co.id/2013/12/kurikulum-pembelajaran-dalam pendidikan.html (25 Mei 2016)

Yuli,“manfaat Denah Dalam Kehidupan Sehari-Hari” dalam http://manfaat.co.id/manfaat-denah (7 Mei 2016) Sulfiana,”Qurban dan Aqiqoh”, dalam

http:/sulfiana22.blogspot.co.id/2014/04/qurban-dan-aqiqah.html (13 Mei 2016).

RESPONDEN

1. Nama : NyaiKhoirotun

Umur : 57 tahun

Waktu : 15 Juni 2016 Mojosari

2. Nama : KiaiMuhajirSiroj

Umur : 68 Tahun

Waktu : 12 Mei 2016Mojosari

3. Nama : KiaiIrfanSiroj

Umur : 65 Tahun

Waktu : 15 Mei 2016 Mojosari

4. Nama : KiaiMahaliSiroj

Umur : 50 Tahun Waktu : 2016 Mojosari

5. Nama : Ma’ruf (kepalaDesa)

Umur : 45 tahun

Waktu : 4 Juni 2016 Mojosari

6. Nama : Ahmad Kholil (Bayan Desa)

Umur : 40 Tahun

Waktu : 5 Mei 2016Mojosari


(4)

Umur : 40 Tahun

Waktu : 29 Mei 2016 Mojosari

8. Nama : UstadChudlori

Umur : 35 tahun

Waktu : 30 Mei 2016 Mojosari

9. Nama : Ustad Muhammad Sholeh

Umur : 40 Tahun

Waktu : 29 Mei 2016 Mojosari

10. Nama : UstadImamRokhani

Umur : 37 Tahun

Waktu : 29 Mei 2016 Mojosari

11. Nama : UstadIlhamBaidhowi

Umur : 35 Tahun Waktu : 25 Mei 2016

12. Nama : Ustad Abdul Ghoni

Umur : 35 Tahun Waktu : 30 Mei 2016

13. Nama : Ustad Muhammad Fauzi

Umur : 27 Tahun Waktu : 2016Mojosari

14. Nama : Ustad Muhammad Faris

Umur : 21 Tahun

Waktu : 12 Mei 2016 Mojosari

15. Nama : UstadBisri

Umur : 28 Tahun

Waktu : 12 Mei 2016 Mojosari

16. Nama : UstadAli Murdani

Umur : 25 Tahun

Waktu : 13 Juni 2016 Mojosari

17. Nama : UstadFaizinMa’ruf


(5)

Waktu : 4 Juni 2016 Mojosari

18. Nama : SitiAminah

Umur : 50 tahun

Waktu : 4 Juni 2016 Mojosari

19. Nama : NurFaridah

Umur : 35 Tahun

Waktu : 4 Juni 2016 Mojosari

20. Nama : Abdul Rokim

Umur : 72 Tahun Waktu : 4 Juni 2016

21. Nama : Luluk

Umur : 30 Tahun

Waktu : 4 Juni 2016 Mojosari

22. Nama : Wulan

Umur : 37 Tahun Waktu : 6 Juni 2016.

23. Nama : SitiSa’adah

Umur : 65 Tahun Waktu : 6 Juni 2016

24. Nama : NurulCholifah

Umur : 20 tahun Waktu : 4 Juni 2016.

25. Nama : Kholifatus

Umur : 22 tahun Waktu : 4 Juni 2016.

26. Nama : Nadia

Umur : 12 Tahun Waktu : 4 Juni 2016.

27. Nama : DwiPutri

Umur : 21 Tahun Waktu : 4 Juni 2016


(6)