Segenggam I'tibar Pada Perang Badar dan ... 35KB Jun 13 2011 06:28:14 AM

Segenggam I'tibar Pada Perang Badar dan Uhud
Oleh Drs. H. Marjohan
Dalam transformasi dan aktualisasi Islam guna menggapai izzul Islam wa al-muslimin, Nabi
Muhammad selalu menempuh cara-cara persuasif, edukatif dan informatif (hikmah, mau-izhah
dan mujadalah). Agar lebih haqqul yakin, simak firman Allah yang termaktup penuh zauq
(getaran) dalam surah An-Nahl ayat 125: "Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik, dan ajaklah mereka berdialog dengan cara yang baik".
Selain kiat dan kaifiat di atas, ada satu lagi sistem dan metodologi dakwah (asalibu adda'wah wa
asalibiha) yang disuguhkan Nabi – disebut jihad fi sabilillah. Hal demikian pun bukan atas
kemauan Nabi, tapi lagi-lagi atas petunjuk Allah. Firman-Nya, "Wahai orang beriman! Maukah
kamu Kami tunjuki suatu perniagaan yang akan membebaskan kamu dari derita dan sengsara?
Berimanlah kepada Allah dan Rasulnya. Berjihad di jalan Allah dengan harta dan bahkan jiwamu
sekalipun. ltu lebih baik bagimu jika kamu mengerti (QS. Ash shaf: 10).
Dengan begitu, seujung rambut pun tidak diragukan bahwa starting point dakwah Islamiyah
berpangkal pada konsepsi tauhid - baik tauhid Uluhiyah maupun Rububiyah serta amal shalih berlandaskan pada ilmu yang dalam surah Ash-Shaf di atas dilukiskan sebagai sebuah perniagaan
amat beruntung (advantage commerce). Salah satu formulasi amal shalih yang ditonjolkan dalam
ayat ini adalah jihad fi sabilillah. Yaitu berjuang di jalan Allah - bila perlu mempertaruhkan harta,
jiwa dan raga sekalipun.
Dalam pandangan Prof. A. Hasyrni ulama kharismatik Aceh, kalimah jihad fi sabilillah dapat
dimaknai dalam konteks makro dan mikro. Secara makro, jihad fi sabililah berarti berjuang di
jalan Allah untuk menggeliatkan panji kebenaran melalui fisik dan non fisik. Sedangkan dalam

pelataran mikro, jihad fi sabilillah dimaknai dengan Al qitalu fi sabilillah – yaitu berperang di
jalan Allah -yang lebih banyak menguras energi otot/fisik- yang dalam bahasa Indonesia sering
dilafazhkan: "perang sabil".
Dalam hal ini, mari disimak lagi firman Allah: "Untuk menghadapi musuh, siapkanlah kekuatan
apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang. Dengan
demikian kamu akan mampu menggetarkan musuh Allah dan musuhmu dan musuh-musuh lain
yang tidak kamu ketahui" (QS. Al Anfal: 60).
Namun perlu di-camkan! Nabi beserta kekuatan Islam baru menabuh gendrang perang (berawal
dari musuh) bila otoritarian yang mengarah pada slavery servitude kian berkecambah di pelbagai
pojok kehidupan. Makanya, jihad fi sabilillah di sini berfungsi untuk membebaskan manusia dari
segala macam perbudakan meliputi: perbudakan aqidah/ibadah/mua'malah; perbudakan hawa
nafsu dan bisikan syethan; perbudakan politik dan ekonomi. Dan yang tidak kalah penting juga
perbudakan sosio-kultural -yang memang telah mendarah-daging bagi kaum jahiliyah.
Dalam Tarekh Islam, ada dua peperangan berskala besar yang dihadapi Nabi, yaitu peperangan
Badar dan peperangan Uhud. Perang Badar berkecamuk justru pada bulan Ramadhan, tepatnya
Jum'at 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijriyah bertepatan dengan Januari 624 Masehi. Secara
kuantitatif, tentara kafir Quraiys mencapai jumlah tak kurang dari 1000 personil dengan
perincian: 600 pasukan infantri berbaju besi, 100 pasukan kaveleri berkuda dan 200 tentara
cadangan sekaligus merangkap sebagai grup musik - guna menggelorakan semangat devisi di
medan laga. Jauh beda dengan pihak musuh, tentara Islam yang dikomandoi langsung oleh Nabi

hanya punya 313 prajurit, 70 ekor unta dan 3 ekor kuda - itu pun dituggangi secara bergiliran.
Tapi apa yang terjadi? Umat Islam justru berhasil meraih kemenangan amat sangat spektakuler.
Musuh yang semula sangat PD alias percaya diri dan bahkan sangat arogan dengan jumlah besar,

akhirnya lari terbirit-birit. 70 tentara kafir Quraiys termasuk Abu Jahal la'natullah mati terkapar
di bumi Badar, dan 70 lainnya ditawan hidup-hidup. Pokoknya, pada peperangan Badar ini,
kaum kafir Quraiys benar-benar bertekuk-lutut dan ujung-ujungnya menegakkan bendera putih.
"Kam min fi-atin qalilah - ghalabat fi atin katsirah"'. Betapa banyaknya kelompok kecil yang
tangguh mampu mengalahkan kelompok besar tapi rapuh. Begitu firman Allah pada surah Al
Baqarah ayat 249.
Selesai meraup kemenangan cukup signifikan, Nabi memperingatkan umatnya bahwa, perang
yang baru saja berlangsung hanyalah sebuah peperangan kecil. Ada lagi peperangan yang lebih
dahsyat (jihadul akbar) dari ini. Yaitu perang mengendalikan hawa nafsu dan bisikan syethan.
Dan, agar umatnya tidak terperangkap ke dalam jurang arogansi dan lupa diri, dengan suara
bergetar Nabi pun melafazhkan sepenggal ayat yang baru saja diterimanya: "Sungguh Allah telah
menolong kamu dalam peperangan Badar. Padahal kekuatanmu sebenarnya masih lemah.
Makanya, bertaqwalah kepada Allah sampai kamu bersyukur kepada-Nya" (QS. Ali lmran: 123).
Tapi tidaklah bernama kafir Quraiys kalau dalam dadanya tidak bersarang virus dendamkusumat. Pada Syawal tahun ke-3 H, pasukan kafir Quraiys menyerbu Madinah dengan kekuatan
3000 tentara dan 200 kuda. Jumlah segitu, masih ditambah 15 wanita penghibur termasuk janda
muda bernama Hindun Binti Utbah. Hanya satu ambisi yang menggelegak di benak mereka.

Menuntut balas atas kekalahan telaknya pada perang-perang Badar setahun lalu.
Serangan kafir Quraiys yang semula akan dihadapi di batas teritorial kota Madinah, akhirnya
disongsong rada jauh ke luar kota - agar lebih leluasa merancang dan mengemas taktik serta
strategi. Namun di tengah jalan, 300 munafik di bawah kendali Abdullah bin Ubai menarik diri
dari barisan Islam. Dicatat dalam sejarah, inilah sebuah pengkhianatan busuk, licik dan jijik yang
dihunjamkan Abdullah bin Ubai beserta kroninya terhadap Islam.
Kini, tentara Islam hanya tinggal 700 orang. Ternyata semangat mereka tak pernah surut
menghadapi musuh yang jumlahnya 5 kali lipat lebih besar. Dengan siasat jitu dan ditopang
semangat menegakkan ghirah dan maru-ah Islam, pasukan pemanah yang berjuntai strategis di
puncak bukit Uhud terus membidik dan melepaskan panahnya ke arah musuh. Akibatnya, musuh
lari puntang-panting meninggalkan medan perang sembari membiarkan perlengkapan dan
logistik tinggal - tanpa tuan.
Nah, dari sinilah sebuah mala-petaka besar datang menimpa. 50 orang tentara Islam yang
ditugasi Nabi menjaga benteng pertahanan di puncak bukit, tergiur merayap memungut logistik
musuh yang ditinggal pergi tadi. Menengok kondisi di puncak bukit nyaris kosong-melompong,
komandan kafir Quraiys memanfaatkan momentum itu untuk mengadakan serangan balik.
Pasukan Islam yang sedang euphoria plus bergembira-ria mengantongi rampasan perang
berguguran satu persatu. Tidak kurang dari 70 tentara Islam dibantai tentara Quraisy secara ganas
dan tragis.
Dalam mushibah Uhud, Nabi bersama komunitas umatnya terpaksa menelan pil pahit - mungkin

sepahit empedu unta yang merangkak di Padang Pasir. Atau sepahit syair yang dimuntahkan
Hindun Binti Utbah pada mayat Hamzah paman Nabi - lantaran ia tidak berhasil menelan
gumpalan jantung Hamzah hidup-hidup - saking bencinya pada tokoh Islam berjasa itu.
Namun - dalam menyikapi kegagalan yang semula tidak diperkirakan, Nabi tidak pernah panik,
tidak terjebak ke dalam kawah pesimisme, dan tidak pula mengajak umatnya membumihanguskan infrastruktur yang ada. Pokoknya, beliau tidaklah heboh kian-kemari mencari
kambing hitam atas kekalahan yang dideritanya. Yang beliau telusuri justru kambing putih.
Bagaimana kongkritisasinya? la ajak dan ia rangkul umat dan sahabat untuk mengaca diri plus

berbenah diri (muhasabah). Bahkan di awan mendung kegagalan itu, ia bersama umatnya
menganyam strategi ke depan (nature strategy) guna menjemput dan menebus kekalahan.
Saking bernas dan substantifnya nasehat yang disuguhkan Nabi untuk jadi i'tibar - sampaisampai diabadikan oleh Allah dalam Al Qur'anu Al Karim surah Ali lmran ayat 152: "Ingatlah!
Kekalahanmu disebabkan kamu saling berselisih, sehingga membuat kekuatanmu lemah.
Pasukanmu tidak patuh dan sering melanggar aturan. Parahnya lagi, sebagian kamu tergiur
rayuan duniawi dengan mengumpulkan kekayaan berupa rampasan perang".
Serupa tapi tidak sama. Kini, di negeri kita telah, sedang dan akan berlangsung perang dahsyat.
Apalagi kalau bukan perang memperebutkan kursi manis-manis empuk, di habitat legislatif dan
eksekutif. Klimaksnya adalah pada Pemilu 2004 yang baru saja berlalu dan pemilihan Presiden
pada 5 Juli 2004. Yang namanya peperangan, pasti ada pihak yang berhasil menggenggam
kemenangan, dan ada pula pihak yang terpaksa menelan pil pahit kekalahan. Itu konsekwensi
logis, itu hukum alam, dan itu sunnatullah - di medan laga.

Di alam reformasi dan demokratisasi kini, idealnya kelompok yang menang, tidaklah lupa diri,
tidak lupa daratan apalagi berkacak-pinggang menampik dada. Firman-Nya: "Janganlah kamu
berjalan/bersikap di muka bumi ini dengan sombong. Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat
menembus bumi dan kamu tidak akan pernah sampai setinggi gunung (QS. Al Isra': 37).
Sedangkan pihak yang kalah, sejatinya bersikap jantan, sportif, tasammuh, dan yang lebih
penting banyak menekur, ber-tadabbur serta ber-muhasabah seperti yang dicontohkan oleh Nabi
pasca perang Uhud 14 abad silam. Firman Allah: "Jika kamu pada perang Uhud mendapat luka,
bukankah kaum kafir itupun mendapat luka yang serupa pada perang Badar. Masa kemenangan
dan kekalahan itu, Kami pergilirkan di antara manusia supaya kamu mengambil i'tibar, dan supaya Allah membedakan mana yang beriman dan mana
yang ingkar/kafir" (QS. Ali lmran: 140).
Sikap mencak-mencak, hobi mengusung fitnah ke hilir dan ke mudik, suka membungkus tulang
dengan daun talas, mengamuk membumi-hanguskan bangunan - dalam menerima kekalahan
adalah tindakan tidak dewasa, jijik, dan amat sangat memalukan.
Diakui memang! Mencari orang seperti Nabi dan Sahabat Nabi semisal Abu Bakar Shidiq, Umar
bin Khatab, Ali bin Abi-Thalib, Utsman bin A' fan dll - di mana mereka tidak takabur ketika
menang, dan matanya tidak terbudur ketika kalah sangatlah sulitnya. Mungkin sesulit mencari
penjual es di tengah malam dingin.
Tapi, kalau kita masih mengaku dan menyorakkan ke depan publik sebagai umat Nabi - apalagi
pewaris Nabi alias ulama atau buya (Waratsatul Anbiyak), maka - pusaka berupa nilai filosofi
dan ajaran yang ditinggalkanya wajib diteladani dan dijadikan acuan normatif, aplikatif dan

praktis di mana saja dan kapan saja.
Namun - kalau umatnya masih bisu, pekak, buta dan rabun senja (shum-mum, buk-mum, u'myum) juga dalam setiap perang, termasuk perang mengendalikan hawa-nafsu. Tidak tanggungtanggung, Rasul yang perkasa pun meninggalkan resep amat mujarab. Mau kita simak sabdanya:
"Malu bagian dari iman. Jika kamu tidak lagi menaruh rasa/budaya malu, perbuatlah sesuka
nafsu hewanmu" (Hadis shahih & mutawatir). Fa'tabiru ya ulil albab.
Penulis adalah Ketua PDM Pasaman Timur Sumbar
sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 15 2004

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45