PERTEMUAN II: LOGIKA DAN PENALARAN HUKUM | Muchamad Ali Safa'at

PENALARAN
HUKUM
Muchamad Ali Safa’at

PENGERTIAN
• LUAS:
• proses psikologis yang dilakukan untuk sampai pada keputusan
atas kasus yang dihadapi.

• SEMPIT:
• argumentasi yang melandasi satu keputusan.
• Logika suatu keputusan.
• Hubungan antara pertimbangan/alasan dan keputusan, ketepatan
alasan atau pertimbangan yang mendukung keputusan.

ARGUMENTASI HUKUM
• Ketrampilan ilmiah dalam rangka pemecahan masalah-masalah
hukum (legal problem solving).
• Membutuhkan pengetahuan atau keahlian spesifik di bidang
hukum.
• Pre maupun Post Factum.


KEKHUSUSAN PENALARAN
HUKUM
• Argumentasi bermakna hanya jika dibangun atas dasar logika.
• Tidak berangkat dari kehampaan  dimulai dari hukum positif
yang bersifat dinamis.
• Kerangka argumentasi Prosedural  Formal Rasional

STRUKTUR ARGUMENTASI
HUKUM
• Logika:
• Alur premis menuju pada konklusi dari suatu argumentasi harus
logis, baik menggunakan rule based reasoning maupun principle
based reasoning.
• Ex falso quolibet (dari yang sesat kesimpulannya keliru)
• Ex vero nonnisi verum (dari yang benar kesimpulannya benar)

• Dialektika:
• Melalui dialektika suatu argumentasi diuji, terutama pada
argumentasi pro kontra.


• Prosedural:
• Dalam pemeriksaan pengadilan diatur oleh hukum formal yg
sekaligus merupakan rule of law dalam proses argumentasi dalam
penanganan sengketa.

DEDUKSI CIVIL LAW
Rule-based reasoning/
argumentation based on rules

Internal logic
NORMA

Prosedural

dialectica
PUTUSAN

FAKTA
Internal logic


Common law
principle based reasoning/
argumentation based on precedent

Principles

Analogi
PUTUSAN
PUTUSAN

FAKTA

KESESATAN (FALLACY)
• Argumentatum ad ignorantiam
proposisi benar karena tidak terbukti salah
• Argumentatum ad verecumdiam
Menolak/menerima argumentasi karena orangnya
• Argumentatum ad hominem
keadaan orang

• Argumentatum ad misericordiam
argumentasi untuk mempengaruhi perasaan
• Argumentatum ad baculum
ancaman

Argumentatum ad ignorantiam
• Proposisi dinyatakan benar karena tidak terbukti salah;
• Argumen ini dapat dilakukan, jika dimungkinkan oleh
hukum acara.

Argumentatum ad verecumdiam
• Argumentasi dinilai tidak berdasarkan penalaran, tetapi
siapa yang menyampaikan (#nilai wibawa setinggi nalarnya)
• Argumen ini tidak sesat jika suatu terkait dengan putusan
hakim yang menjadi yurisprudensi tetap

Argumentatum ad hominem
• Argumen tidak didasarkan pada penalaran, tapi lebih
disebabkan keadaan pribadi yg menyampaikan
argumentasi.

• Argumen ini bukan kesesatan, jika digunakan menolak
saksi palsu / tidak mengetahui kejadiannya.

Argumentatum ad misericordiam
• Argumentasi bertujuan menimbulkan empati dan belas
kasihan.
• Tidak sesat jika digunakan meminta keringanan hukuman.

Argumentatum ad baculum
• Menerima/menolak argumentasi karena ancaman dan
menimbulkan perasaan takut.
• Dalam bidang hukum, cara ini tidak sesat apabila digunakan
untuk mengingatkan orang tentang suatu ketentuan hukum.

PENALARAN DALAM PHPU

INDUKSI

DEDUKSI


PENALARAN INDUKSI
Probabilitas
- Standar pembuktian
Mencari Hubungan Sebab
Akibat
- Salah hitung
Merumuskan Fakta (yuridis
in concreto)

- Kelalaian

- Perbedaan hasil
penghitungan suara

- Pelanggaran sporadis

- Pelanggaran.

- TSM


- Kesengajaan

- Dalil-dalil

- Keyakinan Hakim

Argumentasi hukum

NORMA

a. Penelusuran Hukum Positif
b. Norma
c. Konsep

Silogisme:
A=B
B=C
A=C

FAKTA


NORMA

FAKTA

Kabur?
Terbuka?

RECHTSVINDING
1. Montesquieu
a. Hakim adalah corong UU
(les parole de la loi)
b. UU menjadi jiwa atau spirit
mencari hukum
c. Interpretasi menurut jiwa
UU.
2. Bruggink
a. Metode Interpretasi
b. Model Penalaran atau
Kontruksi Hukum