Lahirnya Kesadaran Lingkungan Hidup (1a)

Gerakan kesadaran
ekologi Secara
Internasional diprakarsai
oleh PBB dengan
mengadakan Konferensi
Gerakan Lingkungan
Hidup Sedunia (World
Environment Movement)
di Stockholm, 5-16 juni
1972, yang kemudian
setiap tahun diperingati
sebagai hari lingkungan
hidup sedunia

KONFERENSI STOCKHOLM :

INSTRUMEN :

• KELEMBAGAAN
TK.INTERNASIONAL; UNEP
(UNITED NATION ENVIRONMENT

PROGRAMME)

• DEKLARASI
STOCKHOLM
• RENCANA AKSI LH

• 2 BUAH INTRUMEN (LUNAK) HI

INDONESIA IKUT BERPERAN
AKTIF; MEMBENTUK KOMITE
NASIONAL LH (KEPPRES NO.
16/1972)

KOMISI INDEPENDEN
(Komisi Bruntland)

TIMBUL KESATUAN
PENGERTIAN dan
BAHASA DIANTARA
PARA AHLI HK


WORLD COMMISSION
ON ENVIRONMENT AND
DEVELOPMENT (WCED)
(1983)

• MENGAJUKAN STRATEGI JANGKA PANJANG PENGEMBANGAN
LINGKUNGAN MENUJU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI
TAHUN 2000 DAN SESUDAHNYA
• MENGAJUKAN CARA-CARA SUPAYA KEPRIHATINAN
LINGKUNGAN DAPAT DITUANGKAN DALAM KERJA SAMA ANTAR
NEGARA
• MENGAJUKAN CARA-CARA SUPAYA MASYARAKAT
INTERNASIONAL DAPAT MENANGGAPI SECARA LEBIH EFEKTIF
POLA PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
• MENGAJUKAN CARA-CARA MASALAH LINGKUNGAN JANGKA
PANJANG DAPAT DITANGGAPI DALAM AGENDA AKSI UNTUK
DASAWARSA PEMBANGUNAN

WCED


SUSTAINABLE
DEVELOPMENT

MENGUSULKAN DIADAKAN KONFERENSI GLOBAL
UNTUK MEMBAHAS LINGKUNGAN GLOBAL

UNITED NATION CONFERENCE ON
ENVIRONMENT AND DEVELOPMENT
(UNCED) ; KTT BUMI DI RIO

DOKUMEN



DEKLARASI RIO;



AGENDA 21




THE CONVENTION ON BIOLOGICAL
DIVERSITY



THE FRAMEWORK CONVENTION ON
CLIMATE CHANGE



FORESTRY PRINCIPLE

Konferensi Rio de Janeiro ( Juni 1992)







Merupakan gelombang optimisme baru tentang
penyelamatan lingkungan hidup dari ancaman
penghancuran oleh kesalahan manusia
Konferensi Rio de Janeiro (yang sering disebut juga
KTT Bumi) dapat dianggap sebagai sebuah tonggak
sejarah dalam penanganan masalah-masalah
lingkungan.
Ditekankan pentingnya pengaitan strategi-strategi
penanganan masalah-masalah lingkungan ke dalam
kebijakan pengembangan ekonomi suatu negara,
antarnegara, bahkan ekonomi dunia
Syofiarti, SH, MH



Tiga masalah global paling mendesak dalam
memasuki abad ke 21, yakni: perubahan iklim
akibat ulah manusia, menghilangnya

keragaman hayati, dan perlunya pembatasan
jumlah penduduk

Syofiarti, SH, MH

Agenda 21
 Merupakan rencana kerja global tentang
pembangunan berkelanjutan
 Membahas dampak kegiatan manusia
terhadap lingkungan dan kesinambungan
sistem produksi
 Tujuan setiap kegiatannya adalah untuk
mengentaskan kemiskinan, kelaparan,
pemberantasan penyakit, dan buta huruf
di seluruh dunia, dan menghentikan
kerusakan ekosistem
Syofiarti, SH, MH

Agenda 21 Indonesia







Memberikan serangkaian pandangan dan
inspirasi yang dapat dimasukkan kedalam
proses perencanaan di setiap tingkatan
pembangunan di Indonesia
Memberikan seperangkat saran dan
rekomendasi bagi kegiatan-kegiatan dan
strategi pelaksanaannya untuk penyusunan
GBHN, REPELITA VII
Terdiri dari 4 bagian :
1.
2.
3.
4.

Pelayanan masyarakat

Pengelolaan limbah
Pengelolaan sumberdaya tanah
Pengelolaan sumberdaya alam
Syofiarti, SH, MH

Protokol Kyoto (1997)
 Protokol
Kyoto,
yang
merupakan
hasil
perundingan yang berjalan selama empat tahun,
dan diadopsi tahun 1997, dapat dilihat sebagai
tonggak lanjutan keseriusan berbagai negara
untuk menyelamatkan bumi dari kehancuran
totalnya
 Elemen-elemen utama Protokol Kyoto adalah
target kuantitatif dan waktu penurunan emisi gas
serta mekanisme pencapaian target tersebut
 Protokol Kyoto merupakan dasar bagi negaranegara industri untuk mengurangi emisi gas

rumahkaca gabungan mereka paling sedikit 5
persen dari tingkat emisi tahun 1990 menjelang
periode 2008-2012
Syofiarti, SH, MH

Pembentukan
Panitia Perumus
dan Rencana
Kerja
Bid.Pengembang
an LH

KELOMPOK KERJA
PEMBINAAN HUKUM DAN
APARATUR DALAM
PENGELOLAAN SUMBER
ALAM

1972


1979

DPR
1982

DISAHKAN UU
NO.4/1982 TTG
KETENTUAN POKOK
PENGELOLAAN LH

11 Maret1982

 TERTUANG DALAM REPELITA III BAB 7
TENTANG SUMBER ALAM DAN LINGKUNGAN,
BAHWA PERLU ADANYA UU YANG MEMUAT
KETENTUAN POKOK TENTANG MASALAH
LINGKUNGAN
 PERATURAN PERUNDANGAN YANG ADA
KURANG MEMUAT SENDI LINGKUNGAN
HIDUP

 INDONESIA MULAI MEMASUKI TAHAP
INDUSTRIALISASI

UU NO.4 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN POKOK
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
CIRI-CIRI :


SEDERHANA TAPI DAPAT MENCAKUP
KEMUNGKINAN PERKEMBANGAN DI MASA DEPAN
SESUAI DENGAN KEADAAN, WAKTU DAN TEMPAT



MENGANDUNG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK
SEBAGAI DASAR BAGI PERATURAN
PELAKSANAANNYA LEBIH LANJUT



MENCAKUP SEMUA SEGI DI BIDANG LINGKUNGAN
HIDUP AGAR DAPAT MENJADI DASAR BAGI
PENGATURAN LEBIH LANJUT MASING-MASING SEGI
YANG AKAN DITUANGKAN DALAM BENTUK
PERATURAN TERSENDIRI
(ANGKA 5 PENJELASAN UMUM UULH)

KETENTUAN
POKOK
PENGELOLAAN
LH

PENGELOLAAN
LH

PEMBARUAN
PENGATURAN HUKUM
LINGKUNGAN

Merupakan dasar pembentukan norma hukum
lingkungan hidup nasional
Sebagai landasan hukum bagi penyesuaian
peraturan perundang-undangan
Pengaturan segi-segi pengelolaan lingkungan
hidup jauh lebih rinci dan operasional serta
lebih tegas perumusannya dibandingkan UULH
yang operasionalnya masih bergantung pada
peraturan pelaksananya

UU NO. 32 TAHUN 2009 :
Kelemahan yang terdapat pada
UU No. 23 tahun 19997 :
• Lebih menonjolkan
pemberdayaan masyarakat
• Belum sejalan dengan UU No.
32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah









Lingkungan hidup yang baik dan sehat
merupakan hak asasi manusia, sebagaimana
diamanatkan dalam UUU 1945 pasal 28H
Semangat otonomi daerah telah membawa
perubahan terhadap hubungan kewenangan
antara pusat dan daerah, termasuk bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hisup.
Semakin menurunnya kualitas lingkungan
hidup
Pemanasan global yang mengakibatkan
perubahan iklim.
Lebih menjamin kepastian hukum