PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HABITUASI TERHADAP KESADARAN LINGKUNGAN HIDUP SISWA SMP.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK………..i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH………...iv

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL………....xi

DAFTAR DIAGRAM………..xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ...10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...11

1. Tujuan ...11

2. Manfaat ... 12

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel…… 13

1. Variabel Penelitian ………13

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ……….14

E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 15

1. Asumsi ... 15

2. Hipotesis Penelitian ... 15

F. Metode Penelitian ... 16


(2)

BAB II LANDASAN TEORETIS

A. Pendidikan Kewarganegaraan...19

1. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan...19

2. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan………..22

3. Pendekatan Pembelajaran...24

4. Komponen Pembelajaran Kewarganegaraan...28

B. Habituasi...35

1. Konsep Habituasi...35

2. Pendekatan Dalam Habituasi...38

3. Jenis Kegiatan Belajar Habituasi...42

4. Penilaian Kegiatan Belajar Habituasi...43

C. Konsep Lingkungan dan Pendidikan Lingkungan Hidup...44

1. Pengertian Lingkungan Hidup...44

2. Masalah Lingkungan Hidup...45

3. Usaha Penanggulangan Masalah Lingkungan Hidup...48

4. Sasaran Tujuan dan Ruang Lingkup PLH...48

5. Pendekatan dan Metode Pada PLH...51

6. Ruang Lingkup dan Pengelolaan Lingkungan...52

7. Menjaga Kebersihan Lingkungan Sekolah...54

8. Model Sekolah Berwawasan Lingkungan...62

D. Kesadaran Lingkungan... ...66

1. Konsep Kesadaran Lingkungan...66

2. Faktor Berpengaruh Terhadap Kesadaran Lingkungan...68

3. Pembinaan Kesadaran Lingkungan...69

E. Hasil Kajian Terdahulu...73

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Teknik Penelitian...75

1. Metode Penelitian...75

2. Teknik Pengumpulan Data...76

B. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian...77

1. Lokasi Penelitian...77


(3)

3. Sampel Penelitian...78

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian...79

1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan...79

2. Proses Habituasi...80

3. Kesadaran Terhadap Lingkungan Siswa SMP...80

D. Instrumen PengumpulanData...81

1. Strategi Pengembangan Instrumen...81

2. Hasil Uji Instrumen Penelitian... ..84

E. Teknik Analisis Data...85

1. Persyaratan Penggunaan Statistik Parametrik...85

2. Teknik AnalisisDeskriptif...87

3. Analisis Korelasi...88

4. Analisis Regresi Linier Ganda...88

5. Analisis Konstribusi...,91

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...92

A. Profil Kabupaten dan Kota Bandung...92

1. Profil Kabupaten Bandung...92

2. Profil Kota Bandung...93

B. Hasil Penelitian...95

1. Hasil Penelitian Deskriptif...96

2. Hasil Pengujian Hipotesis...111

C. Pembahasan Hasil Penelitian...121

1. Pembelajaran PKn Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Kesadaran Lingkungan Hidup SiswaSMP Kabupaten dan Kota Bandung yang berbasislingkungan...121

2. Habituasi Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Kesadaran Lingkungan...127

3. Pembelajaran PKn dan Habituasi Secara Bersama sama Berpengaruh Positif dan Signifikan terhadap Kesadaran Lingkungan hidup Siswa SMP....140


(4)

1. Proses Pembelajaran PKn yang Terintegrasi

dengan PLH di SMP Kabupaten dan Kota Bandung

Yang Berbasis Lingkungan……...151

2. Pembelajaran PKn yang Terintegrasi dengan PLH Memberikan kontribusi terhadapKesadaran LingkunganHidup siswaSMP...153

3. Habituasi merupakan Wahana Menanamkan Perilaku Siswa yang Berkebudayaan...155

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan...158

1. Kesimpulan Umum...158

2. Kesimpulan Khusus...160

B. Rekomendasi...161

DAFTAR PUSTAKA……….………....164

LAMPIRAN–LAMPIRAN………....168


(5)

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan kebersihan, kerapihan, dan keindahansekolah dapat dijadikan wahana untuk menumbuhkan kesadaran terhadap lingkungan hidup siswa SMP. Namun, kenyataannya kebersihan dilingkungan sekolah masih memprihatinkan yang ditandai dengan kurang kondusipnya sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan belum adanya sinergi diantara komponen sekolah untuk menanamkan dan menumbuhkan kesadaran terhadap lingkungan hidup siswa SMP.

Dalam menanamkan kesadaran terhadap lingkugan hidup siswa SMP,dan berperilaku berbudaya lingkungan diperlukan pembelajaran dan pembiasaan (habituasi). Pembelajaran dimaksud adalah pembelajaran yang memuat aspek-aspek pengetahuan, sikap, dan perilaku kesadaran lingkungan hidup siswa SMP yang dikemas dengan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan.Perlunya proses pembiasaan(habituasi) dalam menanamkan kesadaran terhadap lingkungan siswa SMP dan perilaku berbudaya lingkungan,hal tersebut dilandasi dengan pemikiran Kilpatrick dalam Megawangi (2004:113) menyatakan bahwa;‘salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang untuk berperilaku baik, walaupun secara kognitif mengetahuinya, adalah tidak terlatih untuk melakukan kebajikan atau perbuatan yang bermoral (moral action)’. Senada dengan Wiranata (2011 : 94) Meskipun manusia dengan segala akal budinya telah mengembangkan berbagai macam sistem tindakan demi keperluan hidupnya, tetap saja penguasaan itu harus dilandaskan pada konsep pembiasaan dan pembelajaran.


(6)

Sejalan dengan pemikiran tersebut menurut Aristoteles (Ratna Megawangi, 2007: 6-7), mengatakan bahwa:

sebuah masyarakat yang budayanya tidak memperhatikan pentingnya mendidik good habits (melakukan kebiasaan berbuat baik), akan menjadi masyarakat yang terbiasa dengan kebiasaan buruk. Karena memang dalam sistem pendidikan kita, anak-anak sejak usia kelas 1 SD tampaknya tidak diwajibkan untuk melakukan perbuatan bermoral, tetapi wajib untuk mengetahui dan menghafal moral (PPKn ada Agama). Apabila murid mencontek, berkelahi, atau bolos, tidak akan mendapatkan hukuman fatal tidak naik kelas, apalagi kalau nilai agama dan PPKn-nya bagus walaupun hasil mencontek. Namun apabila nilai agama dan PPKn merah, walaupun si murid jujur, baik hati dan tidak pernah bolos ancaman fatal; tidak naik kelas.

Sedangkan menurut Budimansyah (2010:63) habituasi adalah:

Proses menciptakan aneka situasi dan kondisi (persisten life sittuation) yang berisi aneka ragam penguatan (reinforcment) yang memungkinkan, peserta didik pada satuan pendidikannya, di runah, di lingkungan masyarakatnya membiasakan diri berprilaku sesuai nilai dan menjadikan perangkat nilai yang telah diinternalisasi dan dipersonalisasi melalui proses olah hati, olah pikir, olah raga , olah rasa dan karsa itu sebagai karakter atau watak.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk dapat menanamkan dan mewujudkankesadaran terhadap lingkungan hidup siswa SMP, bukan sekedar lewat pembelajaran saja tetapi harus diiringi dengan pembiasaan (habituasi).Kegiatan Kebersihan Kerapihan dan keindahan sebagai bagian dari satukesatuan pendidikanyang dilaksanakanolehsekolah, keluarga dan masyarakat. proses pembelajaran disetiap lingkungan tersebut tidak selamanya akan menghasilkan suatu pola-pola perilaku baru yang sesuai nilai-nilai normatif yang berlaku. Pola-pola prilaku baru yang tidak sesuai dengan nilai-nilai normatif tersebut dikarenakan adanya pengaruh bawaan siswa dari lingkungannya.Sehingga perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai normatif


(7)

tersebut perlu segera diarahkan kepada perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai normatif.Alasan mendasar yang melatari pentingnya kegiatan kebersihan, kerapihan dan keindahan diarahkan untuk menanamkan dan menumbuhkan kesadaran terhadap lingkungan hidup siswa SMP.

Sementara pendidikan kependudukan lingkungan hidup menurut Kemendiknas memiliki beberapa tujuan yaitu ; (1) mengembangkan pengetahuan tentang konsep dasar kependudukan dan lingkungan hidup, (2) mengembangkan kesadaran terhadap adanya masalah kependudukan dan lingkungan hidup pada masa kini dan prospekya pada masa yang akan datang, (3) membina kesadaran akan perlunya mengatasi masalah persebaran dan pertumbuhan penduduk serta kemerosotan kualitas lingkungan hidup, (4) mengembangkan pengetahuan dan pengertian tentang hubungan saling mempengaruhi antara dinamika kependudukan dengan sosial budaya, ekonomi dan teknologi, serta kualitas lingkungan hidup, (5) mengembangkan nilai dan sikap positif yang mengarah kepada pembentukan keluarga yang bertanggung jawab dalam lingkungan hidup yang serasi dan menjamin kehidupan keluarga dan masyarakat yang semakin sejahtera dan berkeseimbangan, (6) mengembangkan penguasaan keterampilan yang diperlukan untuk membina keluarga yang bertanggung jawab, memafaatkan sumberdaya secara rasional, memelihara dan melestarikan lingkungan hidup yang lebih baik, (7) mengembangkan partisipasi aktif secara individual atau kelompok dalam kegiatan yang menyangkut usaha peningkatan kualitas hidup melalui usaha penyebaran penduduk secara rasional, pengendalian fertilitas dan keserasian keseimbangan lingkungan hidup.


(8)

Kegiatan kebersihan, kerapihan, dan keindahan dimaksudkan untuk menanamkan dan menumbuhkan kesadaran siswa terhadap lingkungan hidup siswa SMP yang dilaksanakan di sekolah.Jika kegiatan kebersihan kerapihan dan keindahan tidak dibudayakan dihawatirkan siswa bersipat ‘apatis’ dalam menanggapi permasalahan lingkungan.Menurut Thompson dan Barton, (1994) Paling tidak ada tiga motif atau nilai yang mendasari dukungan individu terhadap permasalahan lingkungan, yaitu ekosentrik (ecocentric), antroposentrik (anthropocentric) dan apatis. Individu yang berpandangan ekosentrik menilai bahwa perlindungan terhadap lingkungan dilakukan untuk kepentingan lingkungan itu sendiri, sehingga mereka berpendapat bahwa lingkungan memang patut mendapatkan perlindungan karena nilai-nilai intrinsik yang dikandungnya.Individu yang berpandangan antroposentrik berpendapat bahwa lingkungan perlu dilindungi karena nilai yang terkandung dalam lingkungan sangat bermanfaat terhadap kelangsungan hidup manusia.Apatis adalah ketidakpedulian terhadap permasalahan-permasalahan lingkungan. Kekhawatiran tersebut sejalan dengan Desain induk Pembangunan Karakter Bangsa (2010 2025 : 2):

(1) disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila sebagai filosofis dan ideologi bangsa, (2) keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai esensi Pancasila, (3) bergeserya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, (4) memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, (5) ancaman disintegrasi bangsa, dan (6) melemahnya kemandirian bangsa.

Jika hal tersebut tidak segera di atasi maka berbagai macam kerusakan lingkungan bangsa tersebut bisa saja melanda bangsa yang kita cintai ini.Oleh sebab itu, maka kegiatan kebersihan, kerapihan dan kebersihan harus diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan dan membina kesadaran


(9)

terhadap lingkungan hidup siswa SMP. Baik dari jenis program kegiatan yang direncanakan maupun yang akan dilaksanakan.

Disisi lain dalam penandatanganan Kesepakatan Bersama tentang Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) antara Kementerian Pendidikan Nasional dan Menteri Lingkungan Hidup.Dalam sambutannya, Menteri Lingkungan Hidup, mengatakan bahwa ‘tujuan utama dari kesepakatan kita ini adalah kita berusaha bagaimana pendidikan lingkungan hidup ini terintegrasi dalam kurikulum pendidikan nasional dengan harapan untuk mewujudkan perilaku dan berbudaya lingkungan hidup’. Dalam kesepakatan bersama ini meliputi pengembangan pelaksanaan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan yang kita kenal dengan Education for Sustainable Development(ESD) sebagai salah satu pola untuk mengikuti kesepakatan internasional didalam pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup diseluruh dunia, hal ini adalah untuk melakukan revitalisasi didalam perubahan-perubahan karakter pendidikan yang selama ini dilakukan diberbagai lembaga pendidikan untuk memasukkan aspek lingkungan hidup agar terbentuk perilaku manusia yang berbudaya lingkungan hidup. Untuk menumbuhkan dan menanankan kesadaran terhadap lingkungan ini bukan hanya kewajiban Pendidikan Kewarganegaraan saja, tetapi terintegrasi dengan mata pelajaran lain dan semua lapisan masyarakat pada umumnya.Dengan kata lain, pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, perlu dikembangkan pada tema-tema yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Haltersebut dilandaskan pada hasil studi "The Impact of Civic Education Programs onPolitical Participation and Democratic Attitudes" (Bevis, dan Finkel,1998:3-4) yang merekomendasikan bahwa "Civic Education program shouldfocus on themes that are immediately


(10)

relevant to people daily lives". Programpendidikan kewarganegaraan tersebut perlu diwujudkan dalam bentuk " ...acurriculum geared to the development of ‘world citizens’ who are capable of dealingwith the crises" (Parker, Ninomiya dan Cogan). yakni seperangkat kurikulum yang diarahkan pada pengembangan warga dunia yang mampu mengelola krisis (Winataputra dan Budimansyah, 2007:1).

Dalam proses pembelajaran, Pendidikan Kewarganegaraan hendaknya menjadi "subjek pembelajaran yang kuat" (powerful learning area) yang ditandai oleh pengalaman belajar kontekstual dengan ciri-ciri: bermakna (meaningful), terintegrasi (integrated), berbasis nilai (value-based), menantang (challenging), dan mengaktifkan (activating) (Budimansyah, 2008:182).

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengintegrasian Pendidikan Kewarganegaraan dengan Pendidikan Lingkungan Hidup semakin jelas yaitu pembelajaran PKn yang terintegrasi sesuai dengan hasil Studi "The Impact of Civic Education Program onPolitical Participation and Democratic Attitudes"Programpendidikan kewarganegaraan tersebut perlu diwujudkan dalam bentuk kurikulum yang diarahkan pada pengembangan warga dunia yang mampu mengelola krisis. sedangkankrisis yang terjadi menyangkut masalah lingkungan, dengan demikian masalah krisis lingkungan merupakan bagian dari pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Sejalan dengan hal tersebut Pendidikan Kewarganegaraan sudah menjadi bagian inheren dari instrumentasi serta praksis pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor "value-based


(11)

education".Konfigurasi atau kerangka sistemik PKn dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut:

Pertama, PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkanpotensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab.Kedua, PKn secara teoretik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara. Ketiga, PKn secara programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (contentembedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara. (Budimansyah, 2008:180; Winataputra dan Budimansyah,2007:86 ).

Hal tersebut senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh M. Numan Soemantri, (2001:299) antara lain sebagai berikut:

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah , masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Akan Tetapi menurut Budimansyah (2009) pelaksanaan PKn tidak mengarah pada misi sebagaimana seharusnya. Beberapa indikasi empirik yang menunjukkan salah arah tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

Pertama, proses pembelajaran dan penilaian dalam PKn lebih menekankan pada dampak instruksional (instructional effects) yang terbatas pada penguasaan materi (content mastery) atau dengan kata lain hanya menekankan pada dimensi kognitifnya saja. Sedangkan pembangunan dimensi-dimensi lainnya (afektif dan psikomotorik) dan pemerolehan dampak pengiring (nurturant effects) sebagai "hidden curriculum" belum mendapat perhatian sebagaimana mestinya.Kedua, pengelolaan kelas


(12)

belum mampu menyiptakan suasana kondusif dan produktif untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa/mahasiswa melalui perlibatannya secara proaktif dan interaktif baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas (intra dan ekstra kurikuler) sehingga berakibat pada miskinnya pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning) untuk mengembangkan kehidupan dan perilaku siswa/mahasiswa. Ketiga, pelaksanaan kegiatan ekstra-kurikuler sebagai wahana sisio-pedagogis untuk mendapatkan "hands-on experience" juga belum memberikan kontribusi yang signifikan untuk menyeimbangkan antara penguasaan teori dan praktek pembiasaan perilaku dan keterampilan dalam berkehidupan yang demokratis dan sadar hukum. (Winaputra dan Budimansyah, 2007:118-120).

Lebih lanjut Komalasari ( 2008:8) melihat bahwa kondisi pembelajaran PKn selama ini ternyata masih didominasi oleh sistem konvensional, sehingga pembelajaran yang berorientasi pada konsep (contextualized multiple intelegence)masih jauh dari harapan, A1 Muchtar (2009) juga menyatakan bahwa kelemahan pembelajaran PKn selama ini yaitu: kegiatan berpusat pada guru (teacher center), orientasi pada hasil lebih kuat, kurang menekankan pada proses, posisi siswa dalam kondisi pasif siap menerima pelajaran, pengetahuan lebih kuat daripada sikap dan keterampilan, berpikir kognitif rendah, Penggunaan metode terbatas, situasi pembelajaran tidak menyenangkan, satu arah, indoktrinasi. Dengan kondisi seperti ini, maka harapan untuk menumbuhkan kesadaran terhadap lingkungan masih sulit terwujud. Demikian pula dengan Budimansyah (2009) yang mengajukan gagasan untuk meresposisi PKn dengan tiga peran, salah satu diantaranya adalah melalui pendekatan psycho paedagogical development.Pemikiran ini didasari oleh asumsi bahwa untuk mendidik anak menjadi warganegara yang cerdas dan baik harus dilakukan secara sadar dan terencana dalam suatu proses pembelajaran agar mereka secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan


(13)

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan Sumaryana (2002) tentang ”Pengaruh Pelaksanaan Program Lingkungan Hidup Terhadap Kesadaran Siswa dalam Menjaga Ketertiban Lingkungan”, disimpulkan : Prosentase terendah ada pada pemahaman guru terhadap metoda pembelajaran pendidikan lingkungan hidup, rendahnya dimensi tersebutantara lain karena kurang dirancangnya metoda dan sistem pembelajaran lingkungan hidup sesuai dengan karakteristik siswa dan lingkungan dimana pendidikan tersebut diterapkan. Kemudian penelitian Sumaryana didasarkan hasil analisis secara terpisah diperoleh kesimpulan bahwa : Pengetahuan guru terhadap materi pendidikan lingkungan hidup berpengaruh secara signifikan (49,16%) terhadap peningkatan kesadaran siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan, sedangkan kemampuan guru dalam proses pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup memberikan pengaruh sebesar (85.77%) terhadap tingkat kesadaran siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan, secara simultan kedua indikator bebas ( penguasan guru maupun kemampuan guru dalam proses pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup ) berpengaruh secara positif terhadap tingkat kesadaran siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Atas dasar pemikiran ini, bahwa untuk menumbuhkan kesadaran terhadap lingkungan hidup siswa SMP dengan mengintegrasikan Pendidikan Lingkungan Hidup pada mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan juga perlu pula diiringi dengan proses habituasi yaitu pembiasaan-pembiasaan yang baik yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun


(14)

didalam keluarga.Untuk itu penulis memandang perlunya meneliti pengaruh pembelajaran PKn dan proses habituasi dalam menumbuhkan kesadaran terhadap lingkungannya hidup siswa SMP. Dengan demikian penulis menyusun tesis ini dengan judul "Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Habituasi Terhadap Kesadaran Lingkungan Hidup Siswa SMP

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka penulis mengajukan rumusan masalah pokok penelitian ini, yaitu :Sejauh manakah pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan habituasi di SMP Negeri kabupaten dan kota Bandung yang berbasislingkungan berpengaruh terhadap kesadaran lingkungan hidup siswa SMP?

Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan, maka masalah pokok tersebut penulis jabarkan dalam beberapa sub-sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) terhadap kesadaran lingkungan hidup siswa pada SMP di Kabupaten dan Kota Bandung yang berbasis lingkungan?

2. Bagaimanakah pengaruh proses habituasi terhadap kesadaran lingkungan hidup siswa pada SMP di Kabupaten dan Kota Bandungyang berbasis lingkungan yang berbasis lingkungan?

3. Bagaimanakanakah pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dan


(15)

Habituasi terhadap kesadaran lingkungan hidup siswa SMP di Kabupaten dan Kota Bandung yang berbasis lingkungan?

C. Tujuan dan Mamfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dan habituasi serta pengaruhnya terhadap kesadaran lingkungan hidup siswa SMP.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) terhadap kesadaran lingkungan hidup siswa SMP di Kabupaten dan Kota Bandung yang berbasis lingkungan

2. Mendeskripsikan dan menganilisis pengaruh proses habituasi terhadap kesadaran lingkungan hidup siswa SMP di Kabupaten dan Kota Bandung berbasis lingkungan

3. Mendeskripsikan dan menganalisis penguruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dan proses habituasi terhadap kesadaran lingkungan hidup siswa SMP di Kabupaten dan Kota Bandung yang berbasis lingkungan. 2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, baik secara teoritik (keilmuan) maupun secara praktis (empirik) di lapangan.Secara teoritik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran atau


(16)

bahan kajian terhadap pengembangan Pendidikan kewarganegaraan, sehingga memperkuat landasan keilmuan PKn terutama dalam upaya menumbuhkan kesadaran lingkungan hidup siswa SMP. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak yang diuraikan berikut ini:

a) Bagi guru:

1) Terutama guru mata pelajaran PKn: Agar mampu menelaah secara praktis perlunya pengaruh pembelajaran PKn yang terintegrasi dengan PLH yang tepat dan memberikan pemahaman tentang pentingnya proses habituasi di sekolah terhadap kesadaran lingkungan hidup.

2) Guru pada umumnya: Memberikan motivasi untuk selalu melaksanakan pembelajaran dengan baik dan disertai dengan proses habituasi sehingga berprilaku menjaga memelihara kebersihan lingkungan dan kebersihan sekolah.

b) Bagi pihak lain:

1) Warga masyarakat pada umumnya: Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan kesadaran warga negara akan pentingnya pembiasaan dalam melakukan perbuatan baik sehingga dapat berperilaku menjaga memelihara kebersihan lingkungan dan kebersihan sekolah

2) Institusi Pemerintah: Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi yang dapat mempertegas pentingnya habituasi dalam bentuk keteladanan dari pejabat pemerintah yang dapat menjadi contoh berprilaku menjaga,memelihara dan melestarikan lingkungan hidup


(17)

3) Pemerhati Pendidikan: Penelitian ini dapat dijadikan bahan pengkajian yang Iebih komprehensif tentang kesadaran lingkungan sehingga terwujud lingkungan yang bersih, sehat dan indah.

D. Variabel penelitian dan Definisi Operasional 1.Variabel Penelitian

Dengan berpatokan pada kerangka pemikiran dan hipotesis yang diajukan, maka variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variable, yaitu variable bebas (yang mempengaruhi),Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang terintegrasi dengan pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) (X1), Habituasi (X2), serta variabel terikat (yang dipengaruhi) (Y)yaitu kesadaran terhadap lingkungan hidup siswa SMP.

Selanjutnya variabel penelitian digambarkan sebagai berikut:

r1

R

r2

Berdasarkan paradigma penelitian tersebut ternyata terdapat keterkaitan antar variable sebagai berikut :

1. Variabel X1 mempengaruhi variable Y 2. Variabel X2 mempengaruhi variable Y

Pembelajaran PKn yang terintegrasi dengan PLH (X)

Proses Habituasi (Pembiasaan) (X2)

Kesadaran Lingkungan (Y)


(18)

3. Variabel X1 dan X2 secara bersama-sama mempengaruhi variable Y 2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

a. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran (X1)

Yang dimaksud pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah proses pembelajaran Pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang melibatkan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik dimana didalamnya dioperasionalisasikan berbagai komponen pembelajaran yang meliputi: (1) Materi pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH); (2) Metode pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan; (3) Media pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan; (4) Sumber pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (5) Pemahaman terhadap evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Yang terintegrasi dengan pendidikan Lingkungan Hidup.

b. Proses Habituasi (X2)

Yang dimaksud dengan habituasi dalam tesis ini merupakan bentuk pembiasaan dalam menanamkan karakter yang baik yang dilakukan di lingkungan sekolah dan keluarga, pada implementasi kebersihan kerapihan dan keindahan, pada saat sebelum, sedang, dan setelah proses pembelajaran, dalam menanamkan kesadaran lingkungan hidup melalui pendekatan Habituasi secara rutin, spontan dan teladan.

c. Kesadaran terhadap Lingkungan Hidup siswa SMP (Y)

Yang dimaksud kesadaran lingkungan dalam penelitian ini adalah perwujudan dalam pemikiran, sikap, dan tingkah laku yang mendukung


(19)

pengembangan lingkungan, sehinnga individu tersebut akan menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan tempat ia berada atau tempat ia tinggal. Yang terdiri dari: (1) persepsi siswa terhadap kebersihan lingkungan; (2) pemahaman siswa terhadap pendidikan lingkungan hidup; (3) sikap siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan; dan (4) perilaku siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah dan kebersihan lingkungan rumah. Kebersihan sekolah meliputi: kebersihan taman sekolah, kebersihan perpustakaan, kebersihan ruangan laboratorium, kebersihan kelas dan kebersihan WC. Lingkungan keluarga meliputi kebersihan di lingkungan rumah.

E. Asumsisi dan Hipotesis Penelitian 1. Asumsi Penelitian

Penlitian ini dilaksanakan atas asumsi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dan habituasi dapat membentuk sikap atau watak siswa tentang kesadaran lingkungan hidup sehingga bila pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dilaksanakan dengan baik, dalam arti menggunakan materi yang terintegrasi dengan PLH, metoda, media, sumber belajar, dan evaluasi yang terintegrasi dengan tepat yang disertai dengan proses habituasi yaitu kebiasaan yang menanamkan nilai-nilai yang berhubungan dengan kesadaran lingkungan dapat menumbuhkan kesadaran terhadap lingkungan hidup siswa SMP.

2 Hipotesis Penelitian

Bertolak dari asumsi tersebut dan mengacu kepada rumusan masalah, maka dapat dirumuskan hipotesis mayor penelitian sebagai berikut: "Kesadaran terhadap lingkungan hidup siswa SMP dipengaruhi secara positif oleh


(20)

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan habituasi.Selanjutnya dirumuskan hipotesis minor sebagai berikut:

1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran ligkungan hidupsiswa SMP.

2. Proses Habituasi memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kesadaran lingkungan hidupsiswa SMP.

3. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dan proses habituasi secara bersama-sama dapat memberikan pengaruh positif dan signipikan terhadap kesadaran lingkungan hidup siswa SMP.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan pola "the dominant-less dominant design" dari Creswell (1994:177).Bagian dominan (the dominant) dalam penelitian ini menggunakan pendekatakatan kuantitatif dengan tujuan untuk mengukur banyaknya variabel, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku, pengalaman atau karakteristik dari suatu fenomena.Sedangkan yang kurang dominan (less dominant) menggunakan paradigma tambahan dengan pendekatan wawancara untuk pendalaman.

Dalam pendekatan kuantitatif menggunakan metode survei, dengan teknik kuesioner untuk mengumpulkan data. Sedangkan dalam pendekatan kualitatif untuk pendalaman menggunakan metode wawancara untuk mengetahui secara


(21)

lebih mendalam pembelajaran PKn dan proses habituasi di SMPN Kabupaten dan Kota Bandung.

G. Lokasi, Populasi dan sampel Penelitian a) Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian adalah seluruh SMP Negeri di Kabupaten dan Kota Bandung, yang sudah terdaftar sebagai sekalah berbasis lingkungan (SBL). Dari data dokumentasi di dinas Pendidikan Kabupaten dan Kota Bandung dan BPLH terdapat 23 SMP Negeri di kabupaten Bandung, dan sekolah yang memenuhi sarat dengan penelitian ini adalah dua sekolah yaitu SMP Negeri 2 Dayeuh Kolot dan SMP Negeri 2 Katapang. Sedangkan di kota Bandung sekolah yang memenuhi syarat dengan penelitian ini adalah SMP Negeri 7 dan SMP Negeri 36 kota Bandung.

b).Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII di kabupaten Bandungyaitu SMP Negeri 2 Dayeuh Kolot dan SMP Negeri 2 Katapang. dan di kota Bandung adalah SMP Negeri 7 dan SMP Negeri 36 kota Bandung.

Berdasarkan data hasil wawancara dan studi dokumentasi dari dinas pendidikan Kabupaten dan kota Bandung bahwa pada tahun ajaran 2010/2011 jumlah seluruh siswa kelas VII dari 4 SMP Negeri tersebut adalah 1640 orang siswa. Dengan demikian populasi dalam penelitian ini adalah 1640 responden

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil secara purposive yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang mewakili seluruh populasi.Pemilihan sampel penelitian dilakukan secara proporsional, dan responden dari masing-masing sekolah dipilih secara acak (random). Dengan kata


(22)

lain teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportional random sampling

Penentuan jumlah sampel berdasarkan table Krejcie dan Morgan (Sumanto :1995). Dari jumlah populasi sebesar1640 orang siswa, maka berdasarkan table Krejcie dan Morgan ditentukan jumlah sampelnya 310 orang siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Gay (2001) menyatakan bahwa untuk riset deskriptif besarnya sampel 10% dari populasi, riset korelasi 30 subjek, riset kausal komparatif 30 subjek per kelompok, dan riset eksperimental 50 subjek per kelompok.; tingkat presisi (sedekat mana estimasi peneliti dengan karakteristik populasi) mungkin bisa meningkat dengan cara menambahkan jumlah sampel, karena kesalahan mungkin bisa berkurang kalau jumlah sampelnya ditambah/banyak (Kerlinger, 2006).


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Dan Teknik Penelitian

1. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, kuantitatif dan kualitatif dengan pola "the dominant-less dominat design" dari Creswell (1994:177).Bagian pertama dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yakni melalui metode survai.Pendekatan kuantitatif dijadikan sebagai pendekatan yang dominan dalam penelitian ini karena tujuan penelitian untuk mengukur banyak variabel, mengetes banyak hipotesis, dan membuat kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku, pengalaman, atau karakteristik dari suatu fenomena.Penelitian ini mengambil sampel dari populasi sekolah berbasis lingkunan di kabupaten dan Kota Bandung.

Pendekatan kuantitatif ini menggunakan metode survai, karena mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengukur data pokok. Mc Millan & Schumacher (2001:304) menyatakan bahwa "dalam penelitian survai, peneliti menyeleksi suatu sampel dari responden dan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan informasi terhadap variabel yang menjadi perhatian peneliti. Data yang dikumpulkan kemudian digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari populasi tertentu".Neuman (1991: 267) juga menyatakan bahwa "Para peneliti survai mengambil sampel dari banyak responden yang menjawab sejumlah pertanyaan.Mereka mengukur banyak variabel, mengetes banyak hipotesis, dan membuat kesimpulan dari


(24)

pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku, pengalaman, atau karakteristik dari suatu fenomena".

Langkah berikutnya dalam penelitian ini menggunakan paradigma tambahan (kurang dominan) dengan pendekatan kualitatif untuk pendalaman.Pada tahap ini ditambahkan metode wawancara. Pendapat yang membenarkan adanya penambahan melalui informasi pelengkap dengan wawancara ini dikemukakan oleh Kerlinger (2000:769) yang mengatakan: "... wawancara itu dapat digunakan sebagai penopang atau pelengkap metode lain, tindak lanjut dalam menghadapi hasil yang tak terduga/terharapkan, memvalidasikan metode-metode lain, menyelami lebih dalam motivasi responden serta alasan-alasan responden memberikan jawaban dengan cara tertentu." Singarimbun dan Effendi (1995:9) mengemukakan pendapat serupa bahwa: "Penelitian kuantitatif yang menggunakan kuesioner yang disiapkan sebelumnya, kemudian diperkaya melalui wawancara maupun observasi kualitatif tersebut, maka gambaran tentang fenomena sosial yang disajikan dalam tabel, menjadi semakin jelas, menarik, dan lebih hidup nuansa-nuansa fenomena sosial yang ditampilkan".

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data utama menggunakan teknik kuesioner dengan instrumen angket dan didukung dengan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Variabel-variabel dalam penelitian baik( X I ) , ( X 2 ) d a n ( Y ) menggunakan angket skala SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes) dari Brown dan Holtzman. Pola skala SSHA Brown dan Holtzman dengan lima option, yaitu: (5) Selalu, (4) Sering, (3) Kadang-kadang (2) Jarang; dan (1). Keunggulan skala model ini tidak mengukur aspek kemampuan seseorang untuk menjawab,


(25)

sebab yang dituntut dalam skala ini, bukan bagaimana seharusnya ia menjawab soal dengan benar berdasarkan pengetahuannya, tetapi bagaimana kebiasaan mereka melakukan aktifitas sehari-hari.

Dalam pengumpulan data sebagai pendukung, digunakan wawancara,observasi lapangan dan studi dokumentasi. Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya tampa dibatasi oleh patokan-patokan yang dibuat oleh peneliti. Observasi lapangan untuk mengetahui keterkaitan antara tujuan penelitian dengan sekolah yang dijadikan sampel penelitian.Studi dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian.

B. Lokasi, Populasi dan sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian adalah seluruh SMP Negeri di Kabupaten dan Kota Bandung, yang sudah terdaftar sebagai sekalah berbasis lingkungan (SBL). Dari data dokumentasi di dinas Pendidikan Kabupaten dan Kota Bandung dan BPLH terdapat 23 SMP Negeri di kabupaten Bandung dan sekolah yang memenuhi sarat dengan penelitian ini adalah dua sekolah yaitu SMP Negeri 2 Dayeuh Kolot dan SMP Negeri 2 Katapang. Sedangkan di kota Bandung sekolah yang memenuhi syarat dengan penelitian ini adalah SMP Negeri 7 dan SMP Negeri 36 kota Bandung.

2. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri di Kabupaten dan kota Bandung yang sudah menerapkan sekolah berbasis lingkungan (SBL). Populasi tersebut dipilih dengan pertimbangan: (1) Siswa kelas


(26)

VII SMP menerima dan mengalami proses pembelajaran dan proses habituasi di sekolah. (2) Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang mengintegrasikan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) kedalam kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan data hasil wawancara dan studi dokumentasi dari dinas pendidikan kabupaten dan kota Bandung bahwa pada tahun ajaran 2010/2011 sekalah yang berbasis Lingkungan terdapat 4 sekolah yaitu SMP Negeri 2 Dayeuh Kolot dan SMP Negeri 2 Katapang kabupaten Bandung, SMP Negeri 7 dan SMP Negeri 36 kota Bandung. Sementara itu, pada tahun ajaran 2010/2011 jumlah seluruh siswa kelas VII dari 4 SMP Negeri tersebut adalah 1640 orang siswa. 3. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil secara purposiveyaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, data yang mewakili seluruh populasi.Penentuan jumlah sampel dari masing-masing sekolah dilakukan secara proporsional dan responden dari masing-masing sekolah dipilih secara acak (random) Dengan kata lain teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportional random sampling

Penentuan jumlah sampel berdasarkan tabelKrejcie dan Morgan (Sumanto :1995). Dari jumlah populasi sebesar 1640 orang siswa, maka berdasarkan table Krejcie dan Morgan ditentukan jumlah sampelnya 310 orang siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Gay (2001) menyatakan bahwa untuk riset deskriptif besarnya sampel 10% dari populasi, riset korelasi 30 subjek, riset kausal komparatif 30 subjek per kelompok, dan riset eksperimental 50 subjek per kelompok.; tingkat presisi (sedekat mana estimasi peneliti dengan karakteristik populasi) mungkin bisa meningkat dengan cara menambahkan jumlah sampel,


(27)

karena kesalahan mungkin bisa berkurang kalau jumlah sampelnya ditambah/banyak (Kerlinger, 2006). Adapun sebaran sampel secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1. Sebaran Sampel Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah Siswa

Kelas XI

Jumlah Sampel

1. SMP Negeri 2 Dayeuh Kolot 428 85

2. SMP Negeri 2 Katapang 526 95

3. SMP Negeri 7 Bandung 373 70

4. SMP Negeri 36 Bandung 313 60

Jumlah 1640 310

Sumber : Dokumen Dinas pendidikan Kabupaten dan Kota Bandung 2011 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Setiap terminologi memiliki makna yang berbeda dalam konteks dan dalam lapangan studi yang berbeda. Oleh sebab itu, untuk memperjelas konsep dari variabel yang diteliti, sehingga tidak mengundang tafsir yang berbeda, maka dirumuskan definisi operasional atas variabel penelitian sebagai berikut:

1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran (X1)

Yang dimaksud pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah proses pembelajaran Pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup yang melibatkan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik dimanadidalamnya dioperasionalisasikan berbagai komponen pembelajaran yang meliputi:

(1) Materi pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan PLH; (2) Metode pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan yang terintegrasi dengan PLH; (3) Media pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan; (4) Sumber pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (5)


(28)

Pemahaman terhadap evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Yang terintegrasi dengan pendidikan Lingkungan Hidup.

2. Proses Habituasi (X2)

Yang dimaksud dengan habituasi dalam tesis ini merupakan bentuk pembiasaan dalam menanamkan karakter yang baik yang dilakukan di lingkungan sekolah dan kelurga, pada implementasi kebersihan kerapihan dan keindahan, pada saat sebelum, sedang, dan setelah proses pembelajaran, dalam menanamkan kesadaran lingkungan hidup melalui pendekatan Habituasi secara rutin, spontan dan teladan.

3. Kesadaran siswa terhadap Lingkungan Hidup Siswa (Y)

Yang dimaksud kesadaran lingkungan hidup siswa dalam penelitian ini adalah perwujudan dalam pemikiran, sikap, dan tingkah laku yang mendukung pengembangan lingkungan, sehinnga individu tersebut akan menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan tempat ia berada atau tempat ia tinggal. Yang terdiri dari: (1) persepsi siswa terhadap kebersihan lingkungan; (2) pemahaman siswa terhadap pendidikan lingkungan hidup; (3) sikap siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan; dan (4) perilaku siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah dan kebersihan lingkungan rumah. Kebersihan sekolah meliputi: kebersihan taman sekolah, kebersihan perpustakaan, kebersihan ruangan laboratorium, kebersihan kelas dan kebersihan WC. Lingkungan keluarga meliputi kebersihan di lingkungan rumah.


(29)

D. Intrumen Pengumpulan Data

1. Strategi Pengembangan Instrumen

Suatu instrumen pengukuran yang kredibel harus memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Suatu instrumen memenuhi syarat validitas jika dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Sementara reliabilitas menunjuk pada konsistensi, akurasi, dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran. Berdasarkan hal itu, maka strategi pengembangan instrument dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:.

a. Melakukan analisis deduktif

Yaitu mengembangkan instrumen berdasarkan teori pembelajaran PKn, habituasi (pembiasaan)dan kesadaran terhadap lingkungan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Hal ini untuk memenuhi validitas isi (content validity), yaitu bahwa item-item instrumen mencerminkan domain konsep dari variabel yang akan diteliti. Untuk itu maka dibuat kisi-kisi instrumen penelitian yang dikembangkan dari definisi operasional variabel.

Disamping itu digunakan pula wawancara untuk memperkuat dan memperkaya analisis hasil penelitian dari angket.Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh peneliti.Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap 3 guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang mewakili SMP yang dijadikan sampel penelitian.Kisi-kisi instrumen penelitian yang telah dikembangkan dapat dilihat pada lampiran 1.


(30)

b. Melakukan analisis induktif

Dengan mengumpulkan data terlebih dahulu melalui penyebaran instrumen uji coba yang kemudian dianalisis dengan teknik korelasi product moment dari Pearson.Angket yang disebarkan kepada 30 orang dalam ujicoba, yang dikembalikan serta memenuhi syarat untuk dianalisis adalah sejumlah 30 angket. Angket uji coba disebarkan pada siswa SMP Negeri Margahayu 1 Kabupaten Bandung, dengan pertimbangan bahwa SMP negeri 1 Margahayu memiliki criteria yang sama dengan dengan sekolah yang dijadikan sampel penelitian.

c. Pengujian validitas eksternal atau kriteria (criteria validity).

Bersamaan dengan langkah kedua dan melalui data angket hasil uji coba yang sama, dengan teknik analisis yang sama pula, dilakukan juga pengujian validitas eksternal atau kriteria (criteria validity).Validitas eksternal menyangkut tingkatan skala instrumen yang mampu memprediksi variabel yang dirancang sebagai kriteria.validitas eksternal atau kriteria (criteria validity. Pengujian alat ukur melalui pendekatan korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:

n x1 y1 – (x1)( y1) rxy =

[n x12 – (∑x1)2][n y12 –(y1)2] Keterangan:

r : Koefisien korelasi internal

x : Skor jawaban per item pertanyaan y : Skor total


(31)

Selanjutnya untuk menguji signifikasi, angka korelasi yang diperoleh dari setiap item dibandingkan dengan angka kritis table korelasi. Penentuan t hitung

digunakan rumus :

n – 2

t = r 1 – r2 dimana

r : Koefisien korelasi internal n : Banyaknya responden

Kaidah keputusan nilai thitung yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan nilai thitung pada taraf nyata sebesar a =0,05 dan derajat kepercayaan sebesar dk = N-2. Setelah dibandingkan, kemudian diambil keputusan dengan kaidah sebagai berikut:

a. Jika nilai thitung lebih besar dari ttabel, maka alat ukur yang digunakan dinyatakan valid.

b. Jika nilai thitung lebih kecil atau sama dengan nilai ttabel, maka alat ukur yang digunakan dinyatakan tidak valid.

Untuk mencocokkan koefisien validitas suatu butir soal dengan kriteria tolak ukur yang terdapat dalam Arikunto (2002:75) berikut ini:

0,00< r Xy ≤ 0,20 validitas sangat rendah

0,20< r y ≤ 0,40 validitas rendah 0,40< r y ≤ 0,60 validitas sedang 0,60< r y ≤ 0 80 validitas tinggi


(32)

d. Melakukan pengujian reliabilitas instrumen.

Uji ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu pengukuran dapat dipercaya dan sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kekeliruan ukur (measurement error).Dengan demikian reliabilitas adalah kepercayaan hasil suatu pengukuran yang konsisten bila dilakukan pada waktu yang berbeda terhadap responden, sehingga instrumen penelitian dianggap dapat dipercaya, handal, dan ajeg.Pengujian dilakukan dengan rumus Alpha Cronbach.Jika koefisien korelasi (p value) hasil perhitungan ≥ 0,7, maka instrumen dinyatakan reliabel (Kaplan dan Saccuzzo, 1993)

2. Hasil Ujicoba Instrumen Penelitian

Instrumen berupa angket disusun dari kisi-kisi yang telah dikembangkan. Sebelum angket ini digunakan, diujicobakan pada 30 siswa di SMP Negeri 1 Margahayu yang memiliki karakteristik sama dengan responden sampel penelitian, yang berujuan untuk menentukan validitas dan realibilitas instrumen.

a. Uji Validitas

Uji coba ini menggunakan korelasi Pearson product moment (Uji T).Hasil uji validitas instrumen penelitian variabel pembelajaran PKn (XI) dari 30 pertanyaan semuanya dinyatakan valid. Adapun untuk variable habituasi (pembiasaan) (X2) dari 30 pertanyaan seluruh soal dinyatakan valid, sedangkan dari hasil uji coba pada variable kesadaran terhadap lingkungan dinyatakan valid ( 20 pertanyaan).

b.Uji riliabilitas

Uji realibilitas instrumen menggunakan teknik belah Alpha Cronbach (Suharsimi, 1988: 90).Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas variabel X1


(33)

(Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan), diperoleh koefisien korelasi ( value) 0,931.Variabel X2 (habituasi) pembiasaan diperoleh koefisien korelasi

( value) 0.906. Dan variable Y (kesadaran lingkungan) diperoleh koefisien

korelasi ( value) 0.865. Hal ini menunjukkan koefisien korelasi masing-masing variabel > dari 0,7. Dengan demikian instrumen dinyatakan reliable dan dapat digunakan.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini hasil pengumpulan data, instrumen yang sudah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas, kemudian diolah dan dianalisis.Yang pertama analisis dilakukan untuk melihat apakah data memenuhi persyaratan untuk diuji dengan analisis parametrik atau non parametric, dilanjutkan dengan uji persyaratan regresi linier, dan baru kemudian pengujian hipotesis.

1. Persyaratan Penggunaan Statistik Parametrik

Untuk melakukan analisis data dengan menggunakan statistik parametrik, maka data harus merupakan data interval atau rasio.Disamping itu, data juga harus memenuhi persyaratan normalitas, homogenitas, dan linieritas (Riduwan, 2003: 184).Jika tidak memenuhi persyaratan ini, maka pengolahan data harus menggunakan statistik non parametrik.

a. Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat sejauhmana data yang diperoleh berdasarkan uji berdistribusi normal. Untuk menguji tingkat kenormalan dilakukan dengan menggunakan metode One Sample Kolmogorov Smirnov Tes.Dalam melakukan pengujian normalitas distribusi populasi ini, diajukan hipotesis sebagai berikut: (1) Ho :Tidak terdapat populasi yang berdistribusi normal; (2) Ha : Terdapat populasi yang berdistribusi normal. Kriteria pengujian adalah sebagai


(34)

berikut: tolak Ho dan terima Ha jika nilai Asymp.sig. (2-tailed) ≥dari alpha (∝) yang ditetapkan sebesar 0,05.

Berdasarkan hasil pengujian NPar Tests Kolmogorov Smirnov memperlihatkan bahwa nilai Asymp.sig.(2-tailed) variabel X dan masingmasing sebagai berikut: X 1 = 0,372; X2 = 0,626; dan Y = 0,056. Data ini memperlihatkan bahwa seluruh variabel memiliki nilai Asymp.sig.(2-tailed) > 0,05. Dengan demikian, hasil pengujian menolak Ho dan menerima Ha.Hal iniberarti data berasal dari populasi berdistribusi normal.

b. Pengujian homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data sampel yang diperoleh dari populasi bervarians homogen atau tidak. Jika asumsi data sampel berasal dari populasi yang homogen ini tidak terpenuhi, maka hal ini menunjukkan bahwa ragam (€i) dari masing-masing sampel tidak sama. Apabila terjadi kecenderungan ragam nilai penelitian yang makin besar akibat dari nilai penelitian yang makin besar pula, maka menunjukkan bahwa populasi tersebut tidak bersifat homogen. Untuk melakukan pengujian homogenitas ini, digunakan uji Levene Statistic.Untuk melakukan pengujian homogenitas variansi ini, diajukan hipotesis sebagai berikut: (1) Ho : Data berasal dari populasi dengan variansi tidak homogen; (2) Ha : Data berasal dari populasi dengan varians homogen. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: tolak Ho dan terima Ha jika nilai Signifikansi Lavene Statistic ≤∝yang ditetapkan sebesar 0,05 Mengacu pada hasil pengujian homogenitas dengan Lavene Statistic, tampak bahwa nilai Sig. variabel X dan Y masing-masing adaiah sebagai berikut: XI = 0,058; X2 = 0,358. Data ini memperlihatkan bahwa seluruh variabel memiliki


(35)

nilai Sig. < 0,05. Dengan demikian, pengujian menolak Ho dan menerima Ha, yang berarti data berasal dari populasi dengan varians homogen

2. Teknik Analisis Deskriptif

Untuk memberikan gambaran mengenai masing-masing variabel X dan Y,digunakan analisis deskriptif dengan menggunakan cara penentuan kelompok berdasarkan perbandingan nilai skor responden dengan nilai ideal. Adapun kriteria pengelompokkan rendah, sedang tinggi adalah kriteria rendah dengan rentang nilai < 27%; kriteria sedang dengan rentang nilai 27%-73%, dan kriteria tinggi dengan rentang nilai > 73%.Selanjutnya dihitung distribusi frekuensi data variabel berdasarkan kriteria kelompok.Dari tabel distribusi frekuensi data tersebut dibuat tabel prosentasi berdasarkan kelompok kriteria data.

Analisis data deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai objek penelitian berdasarkan data dan variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti. Untuk memudahkan penulis dalam menginterpretasikan hasil penelitian dalam tabel maka penulis mengacu penafsiran data, sebagai berikut :

0 % : Tidak seorangpun dari responden 1-25% : Sangat sedikit dari responden

26-49% : Sebagian kecil/ hampir setengah dari responden 50% : Setengah dari responden

51-76% : Sebagian besar dari responden 77-99% : Hampir seluruh dari responden 100% : Seluruh responden


(36)

3. Analisis Korelasi

Uji hipotesis hubungan antar variabel penelitian dilakukan melalui uji korelasi sederhana (zero order), parsial, dan majemuk dengan teknik analisis Pearson Correlations.Interpretasi terhadap hubungan antar variabel, dilakukan bukan saja dengan mengkaji signifikasi hubungan antar variabel tetapi juga dengan menelaah kuat atau lemahnya korelasi.

Korelasi Pearson dilambangkan (r) dengan ketentuan niiai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤1). Apabila nilau r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 artinya korelasinya sangat kuat. Berikut ini interpretasi nilai r selengkapnya:

Tabel 3.2. Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi (r) Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80-1,000 Sangat kuat

0,60-0,799 Kuat

0,40-0,599 Cukup kuat

0,20-0,399 Rendah

0,00-0,199 Sangat rendah

(Sumber: Riduwan, 2008:136)

Sementara itu, untuk melihat signifikansi hubungan antara variabel, dianalisis dengan menggunakan parameter: (1) Jika probabilitas/nilai Sig (2-tailed) <= 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan; (2). Sebaliknya, jika nilai Sig > 0,05, maka hubungan antar kedua variabel tidak signifikan.

4. Analisis Regresi Linier Ganda

a. Persyaratan Penggunaan Teknik Analisis Regresi Linier Ganda

Dalam menganalisis pengaruh variabel bebas atau prediktor (X) terhadap variabel terikat atau kriterium (Y), dan untuk menguji/membuktikan hipotesis


(37)

regression).Dalam konteks ini, data dikelompokkan dalam satu atau lebih variabel bebas, serta variabel terikat. Secara, konseptual, akan dibuktikan bahwa variabel terikat memiliki hubungan dengan variabel bebas yang telah diidentifikasi. Sejumlah persyaratan harus dipenuhi untuk dapat menggunakan teknik analisis regresi linier ganda ini, yaitu: uji liniearitas garis regresi, uji multikolinearitas dan uji autokolerasi.

b. Hasil Pengujian Persyaratan Regresi Linier

Uji liniearitas garis regresi dengan menggunakan tabel Anova, dilakukan untuk mengambil keputusan model regresi yang akan digunakan. Dalam melakukan pengujian linieritas garis regresi ini, diajukan hipotesis sebagai berikut: (1) Ho : Model regresi berbentuk non linier; (2) Ha : Model regresi berbentuk linier. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:tolak Ho dan terimaHa jika nilai Signifikansi dari Deviationfrom Linearity > dari nilai ∝yang ditetapkan sebesar 5%. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil uji linieritas sebagai berikut: Sig. Deviation from Linearity variabel Y terhadap X masing-masing adalah sebagai berikut: X 1 = 0,000 dan X2 = 0,000. Data ini memperlihatkan bahwa seluruh variabel memiliki nilai Sig. Deviation fromLinearity 0,05. Dengan demikian, pengujian menolak Ho dan menerima Ha, yang berarti distribusi data berpola linier.Merujuk kepada data tersebut, tampak bahwa semua hubungan antara variabel dependen (Y) dan variabel independen (X) berbentuk linier.

Uji Multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu besaran VIF (Variance


(38)

Inflation Factor) dan tolerance. Pedoman untuk menentukan model regresi bebas multikolinieritas adalah:

1) Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1. 2) Mempunyai angka Tolerance mendekati 1.

Berdasarkan hasil pengolahan SPSS diperoleh data sebagai berikut : Tabel 3.3. Hasil uji Multi Kolinieritas

Model Colonierity Statistics

Tolerance VIF

1 X1

X2

0,772 0,772

1,295 1,295 Sumber: Hasil Pengolahan Data

Pada tabel coefficients diatas terlihat untuk kedua variabel independent, angka VIF ada di sekitar angka 1.Demikian juga nilai tolerance mendekati 1.Dengan demikian dapat disimpulkan model regresi tersebut mengalami bebas multikolinieritas.

Uji autokolerasi yang menggunakan uji Durbin Watson, dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi diantara data pengamatan atau tidak. Adanya autokorelasi dapat mengakibatkan penaksir memiliki varians tidak minimum, dan uji t tidak dapat digunakan karena akan memberikan kesimpulan yang salah. Mendeteksi Autokorelasi dapat dilihat dari besaran Durbin-Watson. Secara umum bisa diambil patokan :

• Angka D-W di bawah -2 berarti ada auto korelasi positif.

• Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. • Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.


(39)

Berdasarkan hasil pengolahan SPSS diperoleh data sebagai berikut: Tabe1 3.4. Hasil Uji Autokorelasi

Model Summary b

Model Dubin Watson

1 1,787

Sumber : Hasil Pengolahan data a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y

Pada bagian Model Summary, terlihat angka Durbin-Watson sebesar +1,787 Hal ini berarti model regresi di atas tidak terdapat masalah autokorelasi.

5. Analisis Kontribusi

Untuk mengkaji sejauhmana derajat kemampuan menerangkan dari variabel bebas terhadap variabel terikat, digunakan analisis Koefisien Kontribusi (R2). Koefisien ini akan menunjukkan kekuatan hubungan antara variabel Pendidikan Kewarganegaraan (pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan kompetensi kewarganegaraan) dengan kesadaran terhadap lingkungan. Nilai R2 adalah 0 - 1 (0<R2<1), dengan ketentuan bila R2 semakin mendekati nilai 1 maka hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat, sebaliknya jika R2 menjauhi nilai l, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin renggang.


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

l. Kesimpulan Umum

Berdasarkan sejumlah temuan penelitian yang telah diuraikan di atas tampak bahwa Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berpengaruh secara positif dan signifikan dengan kategori rendah terhadap kesadaran lingkungan di SMP Kabupaten dan kota Bandung yang berwawasan linkungan. Hal tersebut dikarenakan: a) Pendidikan Kewarganegaraan yang dilaksanakan dipersekolahan tidak hanya menitikberatkan pada penguasaan meteri pembelajaran secara kognitif saja, tetapi meliputi pula pada pengembangan sikap dan perilaku siswa; b) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sudah dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan, sehingga mendorong penguatan peran dan kedudukan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bagian dari pendidikan kesadaran lingkungan; dan c) Materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup pada dasarnya merupakan prinsip-prinsip menanamkan kesadaran terhadap lingkungan.

Hakikat kesadaran terhadap lingkungan yang merupakan pencerminan pengetahuan, pemahaman, sikap dan perilaku setiap warga negara terhadap hak dan kewajiban selaku warga negara yang baik, sebagai sebagai individu maupun kelompok dapat diinternalisasikan melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Hal tersebut dapat terwujud apabila dalam proses


(41)

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa dibekali pengetahuan untuk menjadi warga negara peduli terhadap lingkungann serta dilatih untuk menciptakan suasana lingkungan yang bersih melalui pembiasaan.Kondisi di atas telah memperkokoh kedudukan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan kesadaran terhadap lingkungan. Akan tetapi pada kenyataannya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih dihadapkan pada beberapa kondisi empirik yang sifat kontraproduktif dengan kedudukan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana peningkatan kesadaran terhadap lingkungan, diantaranya: 1) masukan instrumental (instrumental input) terutama yang berkaitan dengan kualitas guru serta keterbatasan fasilitas dan sumber belajar; dan 2) penentu kebijakan terutama yang berkaitan dengan tidak meratanya pengintegrasian pendidikan lingkungan hiduppada setiap sekolah Oleh karena itu, untuk mengatasi kendala tersebut, Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu program atau kegiatan akademik harus diimplementasikan dengan mengembangkan model-model pembelajaran yang mengelaborasikan muatan-muatan yang terdapat dalam kurikulum dengan pengalaman hidup siswa. Selain itu, Pendidikan Kewarganegaraan juga harus ditempatkan sebagai suatu gerakan sosiokultural, serta sebagai suatu pendidikan karakter kebangsaan yang harus diimplementasikan pemerintah beserta seluruh stakeholders Pendidikan Kewarganegaraan.

Hakekat habituasi merupakan proses pembudayaan, pada saat awal terdapat sedikit pemaksaan dan pada akhirnya menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang. Perilaku tersebut relatif menetap; Pembiasaan umumnya tidak memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi, misalnya untuk dapat mengucapkan salam cukup fungsi berpikir berupa mengingat atau meniru


(42)

saja; Kebiasaan bukan sebagai hasil dari proses kematangan, tetapi sebagai akibat atau hasil pengalaman atau belajar; Perilaku tersebut tampil secara berulang-ulang sebagai respons terhadap stimulus yang sama.

2. Kesimpulan Khusus

Adapun yang menjadi kesimpulan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan hidup selalu dikaitkandengankedupan siswa, serta merangsang siswa untuk menganalisis berbagai peristiwa atau permasalahan yang terjadi di sekitar lingkungan kehidupannya.Proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup berpengaruh positif dan signifikan (koefisien korelasi 0,368) dengan kategori sangat rendah (R Square 0,136) dan berkontribusi 13,6%. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran terhadap lingkungan siswa SMP hampir seluruhnya dipengaruhi oleh paktor lain yang tidakdibahas dalamtesis ini.

2. Proses habituasi secara terus menerus, kontinyu dan berkesinambungan yang dilaksanakan secara rutin, spontan dan keteladanan secara langsung berpengaruh positif dan signifikan dengan kategori cukup. akan membentuk perilaku siswa yang berkebudayaan.pelaksanaan habituasi secara rutin, spontan dan keteladanan berpengaruh positif dan signifikan (koefisien korelasi 0.544) dengan kategori rendah (R Square 0,296). Dan berkontribusi 29,6%. Proses habituasi merupakan proses pembudayaan peduli terhadap lingkungan yang akan melahirkan insan yang berbudaya lingkungan.. Walaupun pengaruhnya


(43)

dikategorikan rendah dari masing-masing variable X, tetapi proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup memberikan kontribusi terhdap perilaku berbudaya lingkungan.

3. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dilaksanakan secara demokratis, berintikan nilai dan prinsip-prinsip kesadaran terhadap lingkungandibarengi dengan pelaksanaan habituasi secara rutin, spontan dan keteladanan dan dilaksanakan secara kontinyu dan berkesinambungan.Secara umum penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwapembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup dan habituasi berpengaruh secara positif dan signifikan (koefisien korelasi 0,558 ) dengan kategori rendah (R Square 0,311) dan berkontribusi 31,1% terhadap kesadaran lingkungan hidup siswa SMP di Kabupaten dan kota Bandung. Dengan demikian sebagian besar kesadaran terhadap lingkungan siswa dipengaruhi oelh paktor lain yang tidak dibahas dalam tesis ini, walaupun demikian, pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan habituasi salah satu alternatif dalam proses menumbuhkan kesadaran terhadap lingkungan siswa SMP.Seperti yang terlihat pada diagram di bawah ini

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian ini merekomendasikan beberapa hal berkaitan dengan kesadaran terhadap lingkungan hidup siswa SMP :

l. Pendidikan Kewarganegaraan berpengaruh dan berkonstribusi secara signifikan terhadap tingkat kesadaran terhadap lingkungan. Oleh karena pengembangan


(44)

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan karakter harus terus dilakukan, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah yang dilakukan secara berkesinambungan dan komprehensif yang meliputi:

a. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan kesadaran terhadap lingkungan harus dilakukan secara sadar dan terencana dalam suatu proses pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, sikap dan perilaku siswa yang mencerminkan tingkat kesadaran terhadap lingkungan.

b. Pengembangan kurikulum pendidikan nasional secara formal yang mengintegrasikan pendidikan Lingkungan Hidup pada semua mata pelajaran harus memasukkan muatan-muatan lingkungan hidup tidak hanya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan saja, tetapi pada kurikulum mata pelajaran lainnya baik secara implisit maupun eksplisit. Hal ini dikarenakan pengembangan kesadaran terhadap lingkungan tidak hanya merupakan tanggung jawab Pendidikan Kewarganegaraan saja, tetapi mata pelajaran lainnya.

c. Bagi para penentu kebijakan menyeleksi atau merekomendasikan dalam penempatan kepala sekolah supaya memperhatikan masalah lingkungan, dimaksudkan kepala sekolah yang baru dapat melanjutkan kebijakan kepala sekolah terdahulu. Dengan demikian predikat sekolah yang berwawasan lingkungan tetap terpelihara

2.Proses Habituasi perlu ada upaya dari semua pihak disetiap lingkungan siswabaik disekolah di rumah dan dilingkungan siswa berada. Implementasi perilakuhabituasi sebagai perwujudan dari kebudayan harus dikemas juga


(45)

dalam sebuah gerakan sosio-kultural kewarganegaraan yang medorong siswa selaku warga negara memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Gerakan sosio-kultural kewarganegaraan ini harus didukung oleh berbagai komponen masyarakat salah satunya melalui media massa, baik media massa cetak maupun elektronik, atau mediamedia lain yang berperan untuk menyebarluaskan kepedulian terhadap lingkungan.

3. Proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup serta habituasi tidak hanya diintegrasikan dengan PKn saja, tetapi dengan semua mata pelajaran. Hal itu diajarkan tidak hanya di sekolah yang berbasis lingkungan tetapi di semua sekolah dan semua tingkatan.Hal tersebut berdasarkan uraian diatas bahwa Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan habituasi memberikan pengaruh terhadap kesadaran lingkungan siswa SMP.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Al Muchtar, S. (2009), "Peningkatan mutu Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraari Era Globalisasi ", Makalah: Disampaikan dalam seminar

internasional Pendidikan Kewarganegaraan: Membangun Kompetensi Kewarganegaraan di Era Global melelaui PKn: Problem dan Prospek Arifin, Z. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan; Filosofi, Teori dan

Aplikasirrya, Surabaya: Lentera Cendikia.

Arikunto, S. (1987). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Budimansyah,D. (2009), Memhangun Karakter Bangsa di Tengah Arus Globalisasi

dan Gerakan Demokratisasi: Reposisi Peran Pendidikan Kewarganegaraa,

Pidato Pengukuhan Guru Besar FPIPS UPI

Budimansyah, dan Suryadi. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural, Bandung: Program Studi PKn SPs UPI

Branson, M. (1999). Belajar Civic Education dari Amerika, Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Sosial

Cheng, Y.C. (1999). Curriculum and Pedagogy in the New Century:

Globalization, Localization and Individualization for Multiples Intellegences. Bangkok: UNESCO-ACEID.

CICED, (1999). Democratic Citizens in a Civic Society : Report of the

Conference on Civic Education for Civic Society,

Bandung: CICED.

Creswell, (1994) Research Design Qualitative & Quantitative Approach, London: Publications

Desain Induk, (2010), Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025, Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia

Departemen Pendidikan Nasional (2007) Pedoman Pembelajaran Bidang

Pengembangan Pembiasaan di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Direktorat

Pembinaan TK dan SD

Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar. (2007). Pedoman

Pembelajaran Pengembangan Pembiasaan Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah.


(47)

Djamarah, S.B dan Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djunaidi, (2007). Implikasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam

Pembinaan Kesadaran Hak Asasi Manusia. Tesis SPS UPI: tidak

diterbitkan.

Fattah, A (2008), Pembangunan Karakter Unggul Generasi Penerus bangsa, Jakarta: PT Arga Punlishing

Kalidjernih, FK. 2010. Kamus Studi Kewarganegaraan Perspektif Sosiologikal Dan

Politikal. Bandung: Widya Aksara Press.

Komalasari, K. (2008), Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam PKn

terhadap Kompetensi Kewarganegaraan siswa SMP, Disertasi Doktor

pada Program SPs UPI, tidak diterbitkan

Komalasari, K. (2010), Pembelajaran kontekstual; Konsep dan Aplikasi, Bandung : PT. Refika Aditama

Kerlinger, F.N. (2002). Asas-asas Penelitian Behavioral, Penerjemah Landung R. Simatupang, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.

Kerr, D. (1999): Citizenship Education: An International Comparison. London:

Britain.

Megawangi, R. (2004), Pendidikan Karakter: Solusi yang Tepat Membangun

Bangsa, Jakarta: BP Migas

Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025

Bambang, dan Hambali, H. (2008). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Megawangi, R. (2004) Pendidikan Karakter (Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. Bandung: (Sponsor) BPMIGAS dan Energy.

Riyanto, A. (2003). Proses Belajar Mengajar Efektif di Perguruan Tinggi. Bandung: YAPEMDO

Riduwan, (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta

Sugiyono, (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA

Soemantri, M.N. (2001), Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: Remadja Rosdakarya.

Sumaryana, T. (2002) Pengaruh Pelaksanaan Program pendidikan Lingkungan

Hidup terhadap Kesadaran siswa dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan,


(48)

Sudiyanto, J. (1992) Filsafat organisme Whitehead Organisme dan etika lingkungan Hidup :Majalah Filsafat Driyarkara

Soemarwoto, O. (2008) Atur diri Sendiri Paradigma baru Pengelolaan Lingkungan

hidup-Pengembangan Ramah Lingkungan Berpihak Pada Rakyat, Ekonomis Berkelanjutan.Yogyakrta : Gajah mada Universiti Pres

Soemartono, (2004) Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika Offset: Jakarta.

Sumaatmadja, N. (1979). Pengantar Kearah Pendidikan Lingkungan Hidup. Bandung: IKIP, FKIP

Sunarko, (2004). Pemanfaatan Media Dalam Pembelajaran Berbasis Kontekstual

(CTL). Semarang : Makalah pada Seminar atau Lokakarya Jurusan Geografi

FIS-UNNES

Singleton, R.A. Jr, & Straits B.C. (1999). Approaches to Social Research, 3th Edition: New York: Oxford University Press

Tabrani, (1992). Dasar-dasar Pemahaman Kurikulum. Malang: Malang

Universitas Pendidikan Indonesia, (2007), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

(Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Tesrs, Disertasi). Bandung :

Universitas Pendidikan Indonesia Depdiknas.

Winataputra, U.S. (2006). Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta: Univgrsitas Terbuka.

Wiranata, I. (20011) “Antropologi Budaya “, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Winataputra, U.S. (2001) Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai

Wahana Pendidikan Demokrasi, Desertasi Doktor, Bandung: Program

Pascasarjana UPI (tidak dterbitkan)

Winataputra, dan Budimansyah, (2007) Civic Education: Konteks, Landasan, bahan

ajar, dan Kultur Kelas, Prodi PKn SPs UPI.

Jurnal, Kajian dan Internet

Budimansyah, D. (2007). "Pendidikan Demokrasi Sebagai Konteks Civic Education

di Negara-negara Berkembang", Jurnal Acta Civicus, Vol. l No. 1.

Budimansyah, D. (2008). “Revitalisasi Pembelajaran PKn melalui Praktik Belajar


(49)

Undang-Undang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008

Permendiknas Nomor 22 tahun 2006, tentang Standar Isi


(1)

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan karakter harus terus dilakukan, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah yang dilakukan secara berkesinambungan dan komprehensif yang meliputi:

a. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan kesadaran terhadap lingkungan harus dilakukan secara sadar dan terencana dalam suatu proses pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, sikap dan perilaku siswa yang mencerminkan tingkat kesadaran terhadap lingkungan.

b. Pengembangan kurikulum pendidikan nasional secara formal yang mengintegrasikan pendidikan Lingkungan Hidup pada semua mata pelajaran harus memasukkan muatan-muatan lingkungan hidup tidak hanya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan saja, tetapi pada kurikulum mata pelajaran lainnya baik secara implisit maupun eksplisit. Hal ini dikarenakan pengembangan kesadaran terhadap lingkungan tidak hanya merupakan tanggung jawab Pendidikan Kewarganegaraan saja, tetapi mata pelajaran lainnya.

c. Bagi para penentu kebijakan menyeleksi atau merekomendasikan dalam penempatan kepala sekolah supaya memperhatikan masalah lingkungan, dimaksudkan kepala sekolah yang baru dapat melanjutkan kebijakan kepala sekolah terdahulu. Dengan demikian predikat sekolah yang berwawasan lingkungan tetap terpelihara

2.Proses Habituasi perlu ada upaya dari semua pihak disetiap lingkungan siswabaik disekolah di rumah dan dilingkungan siswa berada. Implementasi perilakuhabituasi sebagai perwujudan dari kebudayan harus dikemas juga


(2)

siswa selaku warga negara memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Gerakan sosio-kultural kewarganegaraan ini harus didukung oleh berbagai komponen masyarakat salah satunya melalui media massa, baik media massa cetak maupun elektronik, atau mediamedia lain yang berperan untuk menyebarluaskan kepedulian terhadap lingkungan.

3. Proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup serta habituasi tidak hanya diintegrasikan dengan PKn saja, tetapi dengan semua mata pelajaran. Hal itu diajarkan tidak hanya di sekolah yang berbasis lingkungan tetapi di semua sekolah dan semua tingkatan.Hal tersebut berdasarkan uraian diatas bahwa Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan habituasi memberikan pengaruh terhadap kesadaran lingkungan siswa SMP.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Al Muchtar, S. (2009), "Peningkatan mutu Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraari Era Globalisasi ", Makalah: Disampaikan dalam seminar internasional Pendidikan Kewarganegaraan: Membangun Kompetensi Kewarganegaraan di Era Global melelaui PKn: Problem dan Prospek Arifin, Z. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan; Filosofi, Teori dan

Aplikasirrya, Surabaya: Lentera Cendikia.

Arikunto, S. (1987). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Budimansyah,D. (2009), Memhangun Karakter Bangsa di Tengah Arus Globalisasi dan Gerakan Demokratisasi: Reposisi Peran Pendidikan Kewarganegaraa, Pidato Pengukuhan Guru Besar FPIPS UPI

Budimansyah, dan Suryadi. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural, Bandung: Program Studi PKn SPs UPI

Branson, M. (1999). Belajar Civic Education dari Amerika, Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Sosial

Cheng, Y.C. (1999). Curriculum and Pedagogy in the New Century: Globalization, Localization and Individualization for Multiples Intellegences. Bangkok: UNESCO-ACEID.

CICED, (1999). Democratic Citizens in a Civic Society : Report of the Conference on Civic Education for Civic Society,

Bandung: CICED.

Creswell, (1994) Research Design Qualitative & Quantitative Approach, London: Publications

Desain Induk, (2010), Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025, Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia

Departemen Pendidikan Nasional (2007) Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Pembiasaan di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD

Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar. (2007). Pedoman Pembelajaran Pengembangan Pembiasaan Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah.


(4)

Djamarah, S.B dan Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djunaidi, (2007). Implikasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembinaan Kesadaran Hak Asasi Manusia. Tesis SPS UPI: tidak diterbitkan.

Fattah, A (2008), Pembangunan Karakter Unggul Generasi Penerus bangsa, Jakarta: PT Arga Punlishing

Kalidjernih, FK. 2010. Kamus Studi Kewarganegaraan Perspektif Sosiologikal Dan Politikal. Bandung: Widya Aksara Press.

Komalasari, K. (2008), Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam PKn terhadap Kompetensi Kewarganegaraan siswa SMP, Disertasi Doktor pada Program SPs UPI, tidak diterbitkan

Komalasari, K. (2010), Pembelajaran kontekstual; Konsep dan Aplikasi, Bandung : PT. Refika Aditama

Kerlinger, F.N. (2002). Asas-asas Penelitian Behavioral, Penerjemah Landung R. Simatupang, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.

Kerr, D. (1999): Citizenship Education: An International Comparison. London: Britain.

Megawangi, R. (2004), Pendidikan Karakter: Solusi yang Tepat Membangun Bangsa, Jakarta: BP Migas

Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025

Bambang, dan Hambali, H. (2008). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Megawangi, R. (2004) Pendidikan Karakter (Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. Bandung: (Sponsor) BPMIGAS dan Energy.

Riyanto, A. (2003). Proses Belajar Mengajar Efektif di Perguruan Tinggi. Bandung: YAPEMDO

Riduwan, (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta

Sugiyono, (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA

Soemantri, M.N. (2001), Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: Remadja Rosdakarya.

Sumaryana, T. (2002) Pengaruh Pelaksanaan Program pendidikan Lingkungan Hidup terhadap Kesadaran siswa dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan, Bandung : FPIPS.


(5)

Sudiyanto, J. (1992) Filsafat organisme Whitehead Organisme dan etika lingkungan Hidup :Majalah Filsafat Driyarkara

Soemarwoto, O. (2008) Atur diri Sendiri Paradigma baru Pengelolaan Lingkungan hidup-Pengembangan Ramah Lingkungan Berpihak Pada Rakyat, Ekonomis Berkelanjutan.Yogyakrta : Gajah mada Universiti Pres

Soemartono, (2004) Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika Offset: Jakarta.

Sumaatmadja, N. (1979). Pengantar Kearah Pendidikan Lingkungan Hidup. Bandung: IKIP, FKIP

Sunarko, (2004). Pemanfaatan Media Dalam Pembelajaran Berbasis Kontekstual (CTL). Semarang : Makalah pada Seminar atau Lokakarya Jurusan Geografi FIS-UNNES

Singleton, R.A. Jr, & Straits B.C. (1999). Approaches to Social Research, 3th Edition: New York: Oxford University Press

Tabrani, (1992). Dasar-dasar Pemahaman Kurikulum. Malang: Malang

Universitas Pendidikan Indonesia, (2007), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Tesrs, Disertasi). Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia Depdiknas.

Winataputra, U.S. (2006). Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta: Univgrsitas Terbuka.

Wiranata, I. (20011) “Antropologi Budaya “, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Winataputra, U.S. (2001) Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pendidikan Demokrasi, Desertasi Doktor, Bandung: Program Pascasarjana UPI (tidak dterbitkan)

Winataputra, dan Budimansyah, (2007) Civic Education: Konteks, Landasan, bahan ajar, dan Kultur Kelas, Prodi PKn SPs UPI.

Jurnal, Kajian dan Internet

Budimansyah, D. (2007). "Pendidikan Demokrasi Sebagai Konteks Civic Education di Negara-negara Berkembang", Jurnal Acta Civicus, Vol. l No. 1.

Budimansyah, D. (2008). “Revitalisasi Pembelajaran PKn melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan Project Citizen”, jurnal Acta civicus, Vol 1 No. 2.


(6)

Undang-Undang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008

Permendiknas Nomor 22 tahun 2006, tentang Standar Isi


Dokumen yang terkait

PENGARUH HABITUASI, MEDIA SOSIAL DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP KESADARAN LINGKUNGAN SISWA SMA : Studi Survei pada SMA Negeri Se-Kota Bandung.

1 14 76

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ANTI KORUPSIMELALUI HABITUASI DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK MEMBANGUN KARAKTER SISWA UNTUK MEMBANGUN KARAKTER SISWA :Studi Deskriptif di SMP Negeri 1 Cianjur-Jawa Barat.

0 9 54

PROSES PENERAPAN HABITUASI MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK MENUMBUHKAN KESADARAN HUKUM :Studi Deskriptif pada SMPN 1 Rajagaluh Kabupaten Majalengka.

1 5 52

MERANAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM KONFIGURASI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN.

0 0 13

PENGARUH HABITUASI, MEDIA SOSIAL DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP KESADARAN LINGKUNGAN SISWA SMA : Studi Survei pada SMA Negeri Se-Kota Bandung - repository UPI T PKN 1302426 Title

0 0 5

Model Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Karakter Peduli Lingkungan Hidup Siswa - Repository Universitas Ahmad Dahlan

0 0 9

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 4 SUMBANG TAHUN 2017

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan - PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) DALAM MENINGKATKAN KESADARAN PEDULI LINGKUNGAN PESERTA DIDIK KELAS VII DI SMP NEGERI 3

0 0 22

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN KONSTITUSI SISWA (Studi Deskriptif Analitis Terhadap Siswa SMA Negeri di Kabupaten Purbalingga)

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan - PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN KONSTITUSI SISWA (Studi Deskriptif Analiti

0 0 33