Pencerminan Nilai-nilai Sapta Marga Sebagai Jati Diri Tentara Nasional Indonesia Ditinjau Dari Ketentuan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia.

TESIS

PENCERMINAN NILAI-NILAI SAPTA MARGA
SEBAGAI JATI DIRI TENTARA NASIONAL
INDONESIA DITINJAU DARI KETENTUAN UNDANGUNDANG NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG
TENTARA NASIONAL INDONESIA

JOSEPH ATJA SULANDRA
NIM : 1090561065

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

i

PENCERMINAN NILAI-NILAI SAPTA MARGA
SEBAGAI JATI DIRI TENTARA NASIONAL

INDONESIA DITINJAU DARI KETENTUAN UNDANGUNDANG NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG
TENTARA NASIONAL INDONESIA

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Hukum
Program Pascasarjana Universitas Udayana

JOSEPH ATJA SULANDRA
NIM : 1090561065

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

ii

UCAPAN TERIMAKASIH


Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
perkenan dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Pencerminan Nilai-Nilai Sapta Marga Sebagai Jati Diri Tentara Nasional
Indonesia Ditinjau Dari Ketentuan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004
Tentang Tentara Nasional Indonesia”.
Penyelesaian tesis ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak.
Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD, selaku Rektor Universitas
Udayana, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Ilmu Hukum di
Universitas Udayana.
2. Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)., selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Udayana, atas kesempatan yang diberikan kepada
penulis untuk mengikuti pendidikan Program Magister Ilmu Hukum di
Universitas Udayana.
3. Bapak Dr. Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, S.H.M.H., selaku Ketua Program
Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana, atas kesempatan dan fasilitas
yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

pada Program Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana.
4. Bapak Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, SH.MS., selaku Dosen Pembimbing I atas
segala ketulusan dan kesabarannya dalam membimbing dan mengarahkan penulis
sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Dr. I Gede Yusa, SH.MH., selaku Dosen Pembimbing II atas
kesabarannya telah membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis ini.
vi

6. Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Udayana atas berbagai dukungan administratif dan fasilitas
yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan pada Program
Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana.
7. Bapak Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris
Program Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana atas segala bantuan dan
kemudahan yang diberikan guna kelancaran penyelesaian tesis ini.
8. Bapak Prof. Dr Johanes Usfunan, Drs.,SH.MH., Bapak Prof. Dr I Wayan Parsa,
SH.M.Hum., serta Bapak Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, SH.M.Hum., selaku
dosen penguji.
9. Para dosen Program Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana yang telah

mencurahkan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan
pada Program Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana.
10. Seluruh staf akademik Program Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana yang
senantiasa memberi bantuan dan fasilitas dalam pelaksanaan pendidikan dan
penyelesaian tesis ini.
11. Ibu dan ayah penulis, Ny. Maria Theresia Sulandra,

dan (almarhum) J.W.

Sulandra, SH, yang telah melahirkan, membesarkan dan membimbing penulis
dengan tulus ikhlas dan penuh kasih sayang; serta adik-adik penulis, Maria
Christina Setianingsih Sulandra, Maria Ignatia Setiawati Sulandra, Maria
Francisca Setiastuti Sulandra dan Franciscus Ketut Wihardana Sulandra; yang
selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan tesis
ini.
12. Istri tercinta, Maria Commy Ediastuti Sulandra, putra-putriku tercinta, Maria
Johanna Putu Ayu Astipratiwi Sulandra, Ignatius Made Arya Budiastra Sulandra,
Johanes Arviastra Vieri Ganesha Sulandra, kedua menantu, Johanes Jefry
Gunawan dan Elizabeth Ira Yuanita Kweani, serta cucu-cucuku Shaleen, Alvis,
Calvin, Enzio, Kayleen, Kenzo dan Eirene, yang selalu memberi dan menjadi

motivasi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
vii

13. Para sahabat yang telah penulis anggap sebagai saudara dalam suka dan duka :
Dr. I Dewa Gede Palguna, SH, M.Hum, Adnyana, SH, MH, Johanis BNP Sani,
(almarhum) Rudolf Gustaf Malelak, Adolf Godlief Malelak, Paulus Arya
Chandra, Victor Malelak, serta sahabat-sahabat lainnya yang tak mungkin penulis
sebutkan satu per satu, atas segala bantuan moril maupun materiil yang telah
menjadikan tesis ini dapat terwujud.
14. Keluarga besar serta rekan-rekan sesama mahasiswa, serta semua pihak yang
membantu penulis dalam penyelesaian pendidikan pada Program Magister Ilmu
Hukum Universitas Udayana.
Akhir kata penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna.
Walaupun demikian, penulis berharap semoga tulisan ini tetap dapat bermanfaat bagi
pembaca. Sekian dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat
dan rahmatnya kepada kita semua.

Denpasar, 25 Juni 2016
Joseph Atja Sulandra
NIM : 1090561065


viii

ABSTRAK
PENCERMINAN NILAI-NILAI SAPTA MARGA SEBAGAI JATI DIRI
TENTARA NASIONAL INDONESIA DITINJAU DARI KETENTUAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA
NASIONAL INDONESIA

Sapta Marga atau “Tujuh Jalan Prajurit” adalah Kode Etik, Kode Kehormatan, atau
Dasar Kehormatan yang mencerminkan Jati Diri TNI sebagai Tentara Rakyat,
Tentara Pejuang dan Tentara Nasional; suatu rumusan tertulis yang terdiri dari tujuh
butir ikrar pengabdian yang mempersatukan jiwa keprajuritan dan semangat
kepejuangan seluruh jajaran TNI dalam mengemban Tugas Pokoknya, yaitu
menegakkan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
Negara. Nilai-nilai yang terkandung didalam Sapta Marga memperlihatkan bahwa
TNI adalah pembela ideologi Negara Pancasila dan UUD NRI tahun 1945, dan

berjanji untuk tidak akan menyerah kepada setiap kekuatan yang berusaha untuk
merubahnya.
Didalam Pasal 2 UU No. 34 tahun 2004 yang mengatur tentang Jati Diri TNI, terjadi
kekosongan norma akibat tidak dicantumkannya frasa Sapta Marga secara eksplisit,
sehingga dapat mengakibatkan TNI sulit atau gamang bertindak apabila terjadi
distorsi terhadap ideologi Negara. Berbagai ideologi asing yang bertentangan dengan
Pancasila dan nilai-nilai ke Indonesiaan dengan mudahnya masuk akibat era
keterbukaan dan kebebasan yang berlangsung saat ini, sehingga pencantuman Sapta
Marga secara eksplisit sebagai Jati Diri TNI menjadi penting bahkan mutlak
dilakukan, dengan cara perubahan atas UU No. 34 tahun 2004 atau membentuk UU
TNI yang samasekali baru.
Kata Kunci : Sapta Marga, Jati Diri TNI.

ix

ABSTRACT
SAPTA MARGA VALUES AS THE CORE IDENTITY OF THE TENTARA
NASIONAL INDONESIA AS VIEWED FROM PROVISIONS OF LAW
NUMBER 34 OF 2004 ON TENTARA NASIONAL INDONESIA


Sapta Marga is the Code of Conduct, Code of Honor, or Basic of Honor reflecting
TNI’s Core Identity as the People's Armed Forces, Patriotic Armed Forces and
National Armed Forces; a written formula that consists of a seven pledges devotion
that unites the warrior and struggle spirit of the TNI in carrying out its main tasks,
i.e. upholding the sovereignty of the State, maintaining the integrity of The Unitary
State of the Republic of Indonesia based on Pancasila and the 1945 Constitution, as
well as to protect all the people and the country of Indonesia from threats and
harassment against the integrity of the nation and the State. The values contained in
Sapta Marga shows that the TNI is the defender of the State ideology Pancasila and
the 1945 Constitution, and promised to not surrender to any force that might try to
change it.
In Article 2 of the Act No. 34 of 2004 regulating the Core Identity of the TNI, lacuna
of norms occurs as a result of the exclusion of Sapta Marga phrase explicitly, so it
can lead to hesitation to the TNI to act in case of disturbance to the ideology of the
State. Various alien ideology contrary to Pancasila and values to Indonesiaan simply
enter due to an era of openness and freedom that took place today, so the inclusion of
Sapta Marga explicitly as Core Identity of the TNI being very important to be
conducted, by way of amendments to the Act No. 34 of 2004, or establish a new Act.
Keywords: Sapta Marga, Core Identity of the TNI.


x

RINGKASAN
Penelitian yang berjudul PENCERMINAN NILAI-NILAI SAPTA MARGA
SEBAGAI JATI DIRI TENTARA NASIONAL INDONESIA DITINJAU DARI
KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG
TENTARA NASIONAL INDONESIA ini tersusun dalam lima (5) Bab sebagai
merikut:
BAB I : PENDAHULUAN.
Bab ini diawali dengan Latar Belakang Masalah, dimana diuraikan tentang
pengertian Sapta Marga, yang berarti “Tujuh Jalan Prajurit”, suatu Kode Etik, Kode
Kehormatan, atau Dasar Kehormatan Prajurit TNI yang mencerminkan Jati Diri TNI
sebagai Tentara Rakyat, Tentara Pejuang dan Tentara Nasional yang profesional.
Didalam Jati Dirinya sebagai prajurit Sapta Marga, segenap jajaran TNI mengemban
tugas pokok untuk menegakkan kedaulatan Negara dan mempertahankan keutuhan
wilayah NKRI yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, NKRI yang
berideologi Pancasila dan berkonstitusi UUD NRI tahun 1945, serta siap berkorban
jiwa-raga demi melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara.
Dinamika kebebasan dan keterbukaan di era globalisasi yang melanda dunia,

serta era reformasi di Indonesia, di satu sisi membawa dampak positif dalam wujud
berkembangnya demokrasi dan demokratisasi, namun di sisi lain juga berpotensi
menimbulkan dampak negatif terhadap ideologi Negara Pancasila, dengan masuknya
berbagai ideologi asing yang bertentangan dengan Pancasila dan nilai-nilai keIndonesiaan, dan hal tersebut akan mengakibatkan TNI sulit atau gamang bertindak
sesuai tugas pokoknya, oleh karena frasa Sapta Marga tidak dicantumkan secara
eksplisit sebagai Jati Diri TNI dalam Pasal 2 UU TNI yang sekarang berlaku, yaitu
UU No. 34 tahun 2004.
Atas dasar latar belakang masalah tersebut diatas kemudian disusun Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Landasan Teoritis, serta Metode
Penelitian yang digunakan.

xi

BAB II : TENTARA NASIONAL INDONESIA DAN SAPTA MARGA
SEBAGAI JATI DIRI TENTARA NASIONAL INDONESIA.
Bab ini menguraikan tinjauan umum tentang TNI dan Sapta Marga sebagai
Jati Diri TNI; terdiri dari tiga (3) sub-bab. Pertama, diulas mengenai sejarah
terbentuknya Tentara Nasional Indonesia, yang pada awalnya bernama Badan
Keamanan Rakyat (BKR), kemudian menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR),
Tentara Keselamatan Rakyat (TKR), Tentara Republik Indonesia (TRI) dan akhirnya

menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pada sub bab ini diulas pula hal-hal yang
unik dalam perjalanan sejarah tersebut, terutama yang menyangkut proses
transformasi TNI dari self created Armed Forces sehingga menjadi organisasi
ketentaraan yang profesional yang berstandar internasional.
Kedua, diulas mengenai proses terbentuknya jati diri TNI, yang pada dasarnya
merupakan penanaman character building dalam tubuh TNI dalam perjalanan sejarah
bangsa Indonesia terutama di era perang kemerdekaan, melalui keteladanan pimpinan
TNI terutama Panglima Soedirman, yang kemudian dibakukan dalam bentuk tertulis
berwujud Sapta Marga; dimana ditegaskan bahwa TNI adalah Prajurit Rakyat,
Prajurit Pejuang, Prajurit Nasional, Bhayangkari Negara yang bertekad akan
mempertahankan kemerdekaan NKRI yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus
1945, NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI tahun 1945.
Ketiga, diulas mengenai bagaimana TNI sebagai salah satu komponen bangsa
menempatkan dirinya dalam ikut mewujudkan tujuan Nasional sesuai dengan situasi
dan kondisi dari masa ke masa, sehingga terjadi dinamika peran serta TNI dalam
bidang sosial-politik.
BAB III : NILAI-NILAI SAPTA MARGA SEBAGAI JATI DIRI
TENTARA NASIONAL INDONESIA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR
34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA.
Bab ini terdiri dari dua (2) sub-bab; yang merupakan jawaban dari Rumusan
Masalah kesatu. Pertama, diulas mengenai nilai-nilai Sapta Marga dalam sejarah
perjalanan TNI. Dari masa ke masa, TNI telah menunjukkan bahwa ia adalah satusatunya institusi Negara yang tak pernah goyah kesetiaannya kepada Pancasila,
pendukung serta pembela Pancasila dan UUD NRI tahun 1945, meskipun sempat
terjadi ekses atau distorsi berupa keterlibatan TNI yang terlalu jauh dalam bidang
sosial-politik terutama pada era Orde Baru. Secara yuridis formal, frasa Sapta Marga

xii

dan nilai-nilai Sapta Marga dimuat dalam UU No. 2 tahun 1988 tentang Prajurit
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Kedua, diulas mengenai nilai-nilai Sapta Marga dalam UU No. 34 tahun 2004
tentang TNI. Dalam posisi tidak lagi terlibat dalam fungsi sosial-politik dan hanya
memfokuskan diri sebagai alat negara dibidang pertahanan, nilai-nilai Sapta Marga
termuat dalam Pasal 1 angka 1., Pasal 7 ayat (1), dan Pasal 25 ayat (1) huruf a. dan
huruf b. Namun demikian, frasa Sapta Marga justru tidak terdapat pada Pasal 2 yang
mengatur tentang Jati Diri TNI. Hal ini menyebabkan terjadinya kekosongan norma,
oleh karena Sapta Marga adalah Jati Diri TNI, atau Jati Diri TNI adalah Sapta Marga.
BAB IV : KONSEKUENSI YURIDIS TIDAK DICANTUMKANNYA
SAPTA MARGA SECARA EKSPLISIT SEBAGAI JATI DIRI TENTARA
NASIONAL INDONESIA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN
2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA.
Bab ini terdiri dari dua (2) sub-bab, yang merupakan jawaban dari Rumusan
Masalah kedua. Pertama, diulas mengenai pentingnya Sapta Marga sebagai Jati Diri
TNI dicantumkan secara eksplisit dalam Pasal 2 UU TNI, oleh karena TNI sampai
kapanpun tidak akan pernah meninggalkan Jati Dirinya sebagai prajurit Sapta Marga.
Sistem pendidikan TNI, sejak pendidikan dasar maupun pada pendidikan lanjutan di
semua strata, dirancang untuk membentuk prajurit-prajurit TNI berdasarkan Sapta
Marga; pendidikan prajurit TNI adalah mendidik patriot-patriot bangsa Indonesia,
prajurit-prajurit yang berwatak ksatria yang harus membela kebenaran dan keadilan
menurut ukuran-ukuran kemanusiaan yang diajarkan Pancasila. Pencantuman Sapta
Marga sebagai Jati Diri TNI pada Pasal 2 UU TNI akan memberikan legitimasi
yuridis bagi TNI untuk melaksanakan tugas pokoknya, yaitu menegakkan kedaulatan
Negara, mepertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan
UUD NRI tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara.
Kedua, diulas mengenai konsekuensi yuridis terjadinya kekosongan norma
akibat tidak dicantumkannya Sapta Marga sebagai Jati Diri TNI dalam Pasal 2 UU
TNI. Kekosongan norma tersebut, apabila dikaitkan dengan asas-asas tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik, dan asas-asas yang harus
tercermin dalam Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana
ditentukan oleh Pasal 5 dan Pasal 6 ayat (1) UU No. 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; memperlihatkan setidaknya ada 9
(sembilan) asas yang belum, atau kurang, atau tidak terpenuhi; yaitu Asas Kejelasan
xiii

Tujuan, Asas Kedayagunaan dan Kehasilgunaan, Asas Kejelasan Rumusan, Asas
Pengayoman, Asas Kebangsaan, Asas Kekeluargaan, Asas Kenusantaraan, Asas
Bhinneka Tunggal Ika, serta Asas Ketertiban dan Kepastian Hukum.
BAB V : PENUTUP
Bab ini terdiri dari dua (2) sub-bab. Pertama, adalah Simpulan dari seluruh
hasil penelitian penulis.
Kedua, merupakan Saran penulis berupa masukan bagi semua pihak yang
terkait, terutama bagi lembaga pembentuk Undang-undang, yaitu DPR bersama-sama
dengan Presiden.

xiv

DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM .....................................................................................................

i

PRASYARAT GELAR...............................................................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................

iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ..........................................................................

iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ..........................................................

v

UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................................

vi

ABSTRAK ...................................................................................................................

ix

ABSTRACT ................................................................................................................

x

RINGKASAN TESIS..................................................................................................

xi

DAFTAR ISI ............................................................................................................... xv
BAB I.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .....................................................................

1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 15
1.3. Ruang Lingkup Masalah. ................................................................... 15
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................ 15
1.4.1. Tujuan Umum ........................................................................... 16
1.4.2. Tujuan Khusus .......................................................................... 16
1.5. Manfaat Penelitian .............................................................................. 17
1.5.1. Manfaat Teoritis ....................................................................... 17
1.5.2. Manfaat Praktis ......................................................................... 17
1.6. Orisinalitas Penelitian ......................................................................... 18
xv

1.7. Landasan Teoritis ................................................................................ 20
1.7.1. Teori Cita Hukum..................................................................... 21
1.7.2. Teori Sistem Perundang-undangan ......................................... 25
1.8. Metode Penelitian ............................................................................... 27
1.8.1. Jenis Penelitian ......................................................................... 27
1.8.2. Jenis Pendekatan....................................................................... 28
1.8.3. Sumber Bahan Hukum ............................................................. 29
1.8.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ...................................... 31
1.8.5. Teknik Analisa Bahan Hukum ................................................ 33
BAB II. TENTARA NASIONAL INDONESIA DAN SAPTA MARGA SEBAGAI
JATI DIRI TENTARA NASIONAL INDONESIA.................................................. 34
2.1. Terbentuknya Tentara Nasional Indonesia........................................ 34
2.2. Sapta Marga Sebagai Jati Diri Tentara Nasional Indonesia ............. 53
2.3. Sapta Marga Dan Fungsi Sosial-Politik TNI. ................................... 58
BAB III. NILAI-NILAI SAPTA MARGA SEBAGAI JATI DIRI TENTARA
NASIONAL INDONESIA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN
2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA....................................... 72
3.1. Nilai-Nilai Sapta Marga Dalam Sejarah Perjalanan Tentara Nasional
Indonesia ..................................................................................................... 72
3.2. Nilai-Nilai Sapta Marga Dalam Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004
tentang Tentara Nasional Indonesia .......................................................... 97

xvi

BAB IV. KONSEKUENSI YURIDIS TIDAK DICANTUMKANNYA SAPTA
MARGA SECARA EKSPLISIT SEBAGAI JATI DIRI TENTARA NASIONAL
INDONESIA

DALAM

UNDANG-UNDANG

NOMOR

34

TAHUN

2004

TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA ................................................ 110
4.1. Pentingnya Sapta Marga Sebagai Jati Diri TNI Dicantumkan Dalam
Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia
..................................................................................................................... 110
4.2. Konsekuensi Yuridis Tidak Dicantumkannya Sapta Marga Secara
Eksplisit Sebagai Jati Diri TNI Dalam Undang-Undang Nomor 34 tahun
2004 tentang Tentara Nasional Indonesia ................................................ 116
BAB V. PENUTUP .................................................................................................. 125
5.1. Simpulan .............................................................................................. 125
5.2. Saran .................................................................................................... 127
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 129

xvii