Perbandingan Efek Ekstrak Etanol dan Ekstrak Protein Biji Kedelai, Serta Fraksi Etil Asetat Tempe Kedelai Detam I Terhadap Trigliserida Serum Mencit Balb/C Jantan.
vi
ABSTRAK
PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK ETANOL DAN EKSTRAK PROTEIN BIJI KEDELAI, SERTA FRAKSI ETIL ASETAT TEMPE KEDELAI Detam I
TERHADAP TRIGLISERIDA SERUM MENCIT Balb/C JANTAN
Ivanna Susanty, 2011 Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II : Fen Tih, dr., M.Kes
Latar belakang: Masyarakat Indonesia telah lama mengonsumsi beberapa
produk tradisional kedelai seperti tempe, tahu, kecap, dan lain-lain sebagai makanan sehari-hari karena makanan-makanan tersebut mudah didapat dan relatif murah. Surat Keputusan Menteri Pertanian November 2008 menyatakan bahwa Detam I merupakan varian kedelai unggul karena mengandung tinggi protein dan rendah lemak dibandingkan dengan varian lainnya.
Tujuan: Penelitian ini membandingkan manakah dari ekstrak etanol dan
ekstrak protein biji kedelai serta fraksi etil asetat tempe Detam I yang memiliki potensi terbaik dalam menurunkan kadar trigliserida serum mencit Balb/C jantan.
Metode: Metode yang digunakan adalah prospektif eksperimental
laboratorium sungguhan dengan rancangan acak lengkap. Kadar trigliserida serum diperiksa tiga kali: sebelum induksi makanan tinggi kolesterol sebagai data awal, pada awal pemberian ekstrak/fraksi Detam I, dan pada akhir penelitian, menggunakan metode GPO-PAP. Analisis statistik yang digunakan adalah ANAVA satu arah
dengan α = 0,05 dilanjutkan uji beda rata-rata Tukey HSD.
Hasil: Kadar trigliserida serum turun sebesar 66,55% pada pemberian fraksi
etil asetat tempe, sedangkan penurunan sebesar 57,60% dan 54,15% didapatkan pada pemberian ekstrak protein dan etanol biji kedelai. Etil asetat menurunkan trigliserida serum dengan perbedaan sangat bermakna dibandingkan dengan kontrol positif (p = 0,007) dan negatif (p = 0,000) namun perbedaannya tidak bermakna dibandingkan dengan ekstrak protein (p = 0,918) dan ekstrak etanol (p=0,778) biji kedelai.
Simpulan: Fraksi etil asetat tempe menurunkan kadar trigliserida serum sama
baik dibanding ekstrak protein dan ekstrak etanol biji kedelai Detam I.
Kata kunci: trigliserida, biji kedelai, tempe, Detam I, fraksi etil asetat, ekstrak protein, ekstrak etanol
(2)
vii ABSTRACT
COMPARISON OF SOYBEAN ETHANOL EXTRACT AND PROTEIN EXTRACT, AND ETHYL ACETATE BEANCAKE FRACTION OF Detam I
EFFECT ON MALE Balb/C MICE SERUM TRYGLICERIDE
Ivanna Susanty, 2011 1st Supervisor : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes 2nd Supervisor : Fen Tih, dr., M.Kes
Background: The Indonesians have been consuming several traditional soy products such as beancake, tofu, soysauce, and so forth as their daily menu because it is easy to find and affordable to all social class. According to Indonesian Ministry of Agriculture in November 2008, Detam I soybean is a superior variant of soy because of its higher amount of protein and lower amount of fat compared to the other variants.
Aim: This study reveals whether Detam I ethanol extract of soybean, protein extract of soybean, or ethyl acetate fraction of beancake has the best potential in decreasing the level of serum trygliceride in male Balb/C mice.
Method: The method is comparative true laboratory prospective experimental research with complete random design. The trygliceride level was examined in three periods: before the induction of high-cholesterol-food as the first data, at the beginning of Detam I extracts/fraction induction, and at the end of the research, each once using GPO-PAP method. Obtained data were analysed statistically by the one way ANOVA with α = 0.05 and Tukey HSD mean difference test.
Result: The results show that the induction of ethyl acetate fraction of Detam I beancake decreases 66.55% level of serum trygliceride, while protein and ethanol extract of soybean Detam I decrease 57.60% and 54.15% respectively. Ethyl acetate decreases the level of serum trygliceride very significantly compared to positive and negative control (p=0.007 and p=0.000) but insignificantly to protein extract (p=0.918) and ethanol extract (p=0.778) of Detam I soybean.
Conclusion: Ethyl acetate fraction of Detam I beancake has the same effect in lowering the trygliceride serum as protein extract and ethanol extract of Detam I soybean.
Keywords: tryglicerides, soybean, tempe, Detam I, ethyl acetate fraction, protein extract, ethanol extract
(3)
viii
DAFTAR ISI
COVER ………. i
LEMBAR PERSETUJUAN ………. ii
SURAT PERNYATAAN ………. iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ……… iv
PRAKATA ……… v
ABSTRAK ……… vi
ABSTRACT ……… vii
DAFTAR ISI ………. viii
DAFTAR TABEL ………... xi
DAFTAR GRAFIK ………. xii
DAFTAR GAMBAR ……….. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……… xiv
BAB I: PENDAHULUAN ……..……… 1
1.1. Latar Belakang ……… 1
1.2. Identifikasi Masalah ……… 3
1.3. Maksud dan Tujuan ……… 3
1.4. Manfaat Penelitian ……….. 3
1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ………..… 4
1.5.1. Kerangka Pemikiran ………. 4
1.5.2. Hipotesis Penelitian ……….. 6
1.6. Metode penelitian ……….…... 6
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA …...………. 7
2.1. Lipid ………... 7
(4)
ix
2.2.1. Sifat dan Fungsi Trigliserida ……….... 8
2.2.2. Struktur Kimia Trigliserida ……….. 8
2.2.3. Metabolisme dan Absorbsi Trigliserida ………... 9
2.3. Lipoprotein ………. 12
2.3.1. Deskripsi Lipoprotein ……….. 12
2.3.2. Kilomikron ………... 13
2.3.3. VLDL (Very Low Density Lipoprotein) ………. 13
2.4. Kedelai (Glycine Max (L.) Merill) ………...………. 13
2.4.1. Taksonomi Kedelai (Glycine Max (L.) Merill) ………. 13
2.4.2. Varietas Unggul Kedelai Detam I ………. 14
2.4.3. Kandungan Zat dalam Kedelai (Glycine Max (L.) Merill) ………... 15
2.4.4. Pengaruh Pemberian Kedelai (Glycine Max (L.) Merill) Terhadap Kadar Trigliserida Darah ….………. 16
2.5. Pemeriksaan Trigiserida Serum ………. 16
2.6. Mencit ………... 18
BAB III: BAHAN DAN METODE PENELITIAN ……….. 19
3.1. Alat dan Bahan/ Subjek Penelitian ………. 19
3.1.1. Alat dan Bahan ………..……… 19
3.1.2. Subjek Penelitian ……….……….. 20
3.1.3. Waktu dan Tempat Penelitian ……….. 20
3.2. Metode Penelitian ……… 21
3.2.1. Disain Penelitian ……… 21
3.2.2. Definisi Konsepsional Variabel ……… 21
3.2.3. Definisi Operasional Variabel ……….. 22
3.2.4. Perhitungan Besar Sampel ……… 22
3.2.5. Perhitungan Nilai Gizi Bahan Makanan ………... 23
(5)
x
3.2.7. Prosedur Kerja ……….. 24
3.2.7.1. Pengumpulan Bahan ……… 24
3.2.7.2. Persiapan Bahan Uji ……… 24
3.2.7.3. Persiapan Hewan Coba ………... 24
3.2.7.4. Pelaksanaan Penelitian ……… 25
3.2.8. Cara Pemeriksaan ………. 25
3.2.9. Metode Analisis ……… 26
3.2.6.1. Hipotesis Statistik ………... 26
3.2.6.2. Kriteria Uji ……….. 26
3.2.10. Aspek Etik ………... 26
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN …...………. 28
4.1. Hasil Percobaan ………... 28
4.2. Pembahasan ………. 30
4.3. Uji Hipotesis ……… 32
BAB V: SIMPULAN ………...… 34
5.1. Simpulan ……….. 34
5.2. Saran ………. 34
DAFTAR PUSTAKA ……… 35
(6)
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Hasil deskriptif dan uji ANAVA ………. 28 Tabel 4.2. Hasil uji beda rata-rata Tukey HSD dengan p ≤ 0,05……….. 29
(7)
xii
DAFTAR GRAFIK
(8)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Struktur kimia trigliserida …………..……..………. 9 Gambar 2.2. Pemecahan trigliserida dalam lumen usus halus yang kemudian
diubah lagi menjadi trigliserida di epitel usus halus melalui
monoacylglycerol pathway dan phosphatidic acid pathway ….….. 10 Gambar 2.3. Perjalanan trigliserida, VLDL, dan kilomikron di dalam tubuh
manusia ……… 11
Gambar 2.4. Struktur Lipoprotein ……….... 12 Gambar 2.5. Kedelai Detam I ………... 14
(9)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1: PERHITUNGAN NILAI GIZI BAHAN MAKANAN ……….. 41 LAMPIRAN 2: PERHITUNGAN DOSIS BAHAN UJI ………. 42 LAMPIRAN 3: CARA PEMBUATAN EKSTRAK DAN FRAKSI KEDELAI . 43 LAMPIRAN 4: TABEL DESKRIPTIF PENURUNAN TRGILISERIDA…….. 46 LAMPIRAN 5: TABEL HASIL PERHITUNGAN ANAVA ………. 47 LAMPIRAN 6: TABEL HASIL PERHITUNGAN TUKEY HSD ………. 48 LAMPIRAN 7: SURAT KEPUTUSAN KOMISI ETIK PENELITIAN ……… 49
(10)
41
LAMPIRAN 1
PERHITUNGAN NILAI GIZI BAHAN MAKANAN
Perhitungan nilai gizi makanan tinggi kolesterol yang diberikan kepada mencit (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1981):
1 kg tepung terigu 365 kkal/ 100 gram 1 �× 365
100 �� = 1.000 �� × 365
100 �� = 3.650 0,5 kg pelet lele 3.200 kkal/ kg
0,5 �× 3.200
� = 1.600
1,5 kg pur 3.200 kkal/ kg 1,5 �× 3.200
� = 4.800
2 kg lemak kambing 630 kkal/ 100 gram 2 �× 630
100 �� = 2.000�� × 630
100�� = 12.600
10 butir kuning telur bebek (3 butir = 100 gram) 398 kkal/ 100 gram 330 �� × 398
100 �� = 12.600 1 kg mentega 725 kkal/ 100 gram
1 �× 725
100�� = 1.000 �� × 725
100 �� = 7.250 Total asupan kalori tiap gram pakan tinggi kolestrol:
= � � ��
� � �� �
= 3.650 + 1.600 + 4.800 + 12.600 + 1.313 + 7.250 1 + 0,5 + 1,5 + 2 + 0,33 + 1 � = 31.213
6,33 � =
31.213 6.330 �� = 4,931
(11)
42
LAMPIRAN 2
PERHITUNGAN DOSIS BAHAN UJI
Berikut ini adalah perhitungan dosis bahan uji yang dipakai. Perhitungan ini didapatkan dari konversi dosis manusia kepada mencit dengan asumsi berat badan seluruh mencit adalah 20 gram (Paget & Barnes. 1964):
1. Kontrol negatif (akuades) 0,2 mL/ mencit/ hari
2. Kontrol positif (simvastatin)
Dosis manusia (70 kg) : 10 mg / hari
Dosis 1 mencit/ hari : 0,0026 x 10 mg/ hari = 0,026 mg/ hari dalam 0,2 mL akuades
3. Ekstrak etanol biji kedelai Detam I
Dosis manusia : 10 mg/ kgBB/ hari
Dosis manusia (70 kg) : 70 kg x 10 mg/ kgBB/ hari = 700 mg/ hari Dosis 1 mencit/ hari : 0,0026 x 700 mg/ hari = 1,82 mg/ hari
dalam 0,2 mL akuades 4. Ekstrak protein biji kedelai Detam I
Dosis manusia : 40 mg/ kgBB/ hari
Dosis manusia (70 kg) : 70 kg x 40 mg/ kgBB/ hari = 2.800 mg/ hari Dosis 1 mencit/ hari : 0,0026 x 2.800 mg/ hari = 7,28 mg/ hari
dalam 0,2 mL akuades 5. Fraksi etil asetat tempe kedelai Detam I
Dosis manusia : 10 mg/ kgBB/ hari
Dosis manusia (70 kg) : 70 kg x 10 mg/ kgBB/ hari = 700 mg/ hari Dosis 1 mencit/ hari : 0,0026 x 700 mg/ hari = 1,82 mg/ hari
(12)
43
LAMPIRAN 3
CARA PEMBUATAN EKSTRAK DAN FRAKSI KEDELAI
Metode ekstraksi etanol biji kedelai Detam I (Harborne, 1987) adalah sebagai berikut:
↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓
Metode ekstraksi protein biji kedelai Detam I (Deak et al., 2007) adalah sebagai berikut:
100 gram tepung kedelai Detam I yang lemaknya sudah dibuang diekstraksi menggunakan air deionized dengan perbandingan 15:1.
pH diatur menjadi 8,5 dengan menambahkan 2N HCl.
Campuran ini diaduk dan disentrifuga pada 14000 g, 15oC, selama 30 menit.
Ekstrak etanol pekat didapat dalam bentuk cairan kental Bahan dipekatkan menggunakan evaporator putar pada suhu 40-45oC
hingga seluruh pelarut etanol menguap
Bahan disaring kemudian maseratnya ditampung setelah 7 hari Dilakukan maserasi kedua dengan cara yang sama seperti maserasi pertama
Bahan disaring kemudian maseratnya ditampung setelah 7 hari Maserasi pertama dilakukan dengan cara merendam kedelai dengan etanol
sampai dua kali ketinggian kedelai Biji kedelai ditumbuk
(13)
44
Supernatan dibuang sampai tersisa endapannya saja kemudian ditambahkan pada endapan NaHCO3 dan CaCl2 sehingga diperoleh 2mM
SO2 dan 5mM Ca2+.
pH diatur menjadi 6,4 dengan menambahkan 2N HCl.
Campuran disimpan pada suhu 4oC selama 12-16 jam (D4C).
Supernatan diatur sehingga pH menjadi 4,8 dengan menambahkan 2N HCl. Campuran diaduk dan disentrifuga pada 14000 g, 4oC, selama 30 menit.
Ekstrak protein kering kedelai Detam I didapat dengan melakukan freeze dry.
Metode pembuatan tempe (Hermana & Karmini M., 1999) sebagai berikut: ↓
↓ ↓ ↓ ↓ ↓
↓
↓
Kedelai menjadi tempe
Kedelai diperam dalam suhu ruangan dengan aliran udara yang cukup selama 2 hari Kedelai dikemas dalam kantung plastik
Biji kedelai ditiriskan kemudian diragi menggunakan Rhizopus sp. dengan dosis 1g/kg Biji kedelai dikukus sampai lunak dan matang
Biji kedelai dicuci sampai tidak licin Biji kedelai direndam sehingga kondisi menjadi asam
Kulit biji kedelai dikupas karena miselium kapang tidak dapat menembus kulit ari kedelai yang mengandung zat tanduk
(14)
45
Metode fraksinasi n-heksana untuk memperoleh etil asetat tempe kedelai Detam I (Harborne, 1987) adalah sebagai berikut:
↓
↓
↓ ↓ ↓
↓
↓
Campuran diuapkan sehingga diperoleh fraksi air dan fraksi etil asetat Campuran ditempatkan dalam corong selama 3 hari
(dilakukan 3 kali penggantian pelarut etil asetat)
Fraksi air ditambahkan etil asetat sampai dua kali ketinggian bahan Campuran diuapkan sehingga diperoleh fraksi n-heksana dan fraksi air
Campuran ditempatkan pada corong selama 3 hari (dilakukan 3 kali penggantian pelarut n-heksana)
Bahan ditambahkan larutan n-heksana sampai dua kali ketinggian bahan Ekstrak pekat etanol diencerkan dengan 150 mL air
Membuat ekstrak pekat etanol menggunakan metode ekstraksi etanol dengan bahan tempe Detam I yang dipotong-potong kecil
(15)
46
LAMPIRAN 4
TABEL DESKRIPTIF PENURUNAN TRIGLISERIDA
Descriptives
Results
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval
for Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
Kontrol (+) 5 24.38110 14.006771 6.264019 6.98939 41.77280 5.172 37.195
Kontrol (-) 5 -18.30958 28.443331 12.720244 -53.62664 17.00748 -61.062 10.646
Etanol 5 54.15096 17.287902 7.731385 32.68520 75.61673 31.606 73.427
Etil Asetat 5 66.54859 5.926859 2.650572 59.18943 73.90776 58.108 73.193
Protein 5 57.60374 10.638550 4.757704 44.39423 70.81324 39.216 66.792
(16)
47
LAMPIRAN 5
TABEL HASIL PERHITUNGAN ANAVA
ANOVA
Results
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 24050.486 4 6012.622 20.699 .000
Within Groups 5809.563 20 290.478
Total 29860.049 24
Tabel Harga Distribusi F Untuk α = 0,05
(http://www.tutorvista.com/math/f-distribution-tables)
Df = 4 20 Fhitung > Ftabel ∴ H0 ditolak
(17)
48
LAMPIRAN 6
TABEL HASIL PERHITUNGAN TUKEY HSD
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Results (I)
Perlakuan (J) Perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
Tukey HSD Kontrol (+) Kontrol (-) 42.690677* 10.779205 .006 10.43526 74.94610
Etanol -29.769869 10.779205 .079 -62.02529 2.48555
Etil Asetat -42.167499* 10.779205 .007 -74.42292 -9.91208
Protein -33.222640* 10.779205 .042 -65.47806 -.96722
Kontrol (-) Kontrol (+) -42.690677* 10.779205 .006 -74.94610 -10.43526
Etanol -72.460546* 10.779205 .000 -104.71596 -40.20513
Etil Asetat -84.858176* 10.779205 .000 -117.11359 -52.60276
Protein -75.913317* 10.779205 .000 -108.16874 -43.65790
Etanol Kontrol (+) 29.769869 10.779205 .079 -2.48555 62.02529
Kontrol (-) 72.460546* 10.779205 .000 40.20513 104.71596
Etil Asetat -12.397630 10.779205 .778 -44.65305 19.85779
Protein -3.452771 10.779205 .998 -35.70819 28.80265
Etil Asetat Kontrol (+) 42.167499* 10.779205 .007 9.91208 74.42292
Kontrol (-) 84.858176* 10.779205 .000 52.60276 117.11359
Etanol 12.397630 10.779205 .778 -19.85779 44.65305
Protein 8.944859 10.779205 .918 -23.31056 41.20028
Protein Kontrol (+) 33.222640* 10.779205 .042 .96722 65.47806
Kontrol (-) 75.913317* 10.779205 .000 43.65790 108.16874
Etanol 3.452771 10.779205 .998 -28.80265 35.70819
Etil Asetat -8.944859 10.779205 .918 -41.20028 23.31056
(18)
49
LAMPIRAN 7
(19)
50
LAMPIRAN 8 FOTO PENELITIAN
Induksi akuades menggunakan sonde lambung
(20)
51
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Data Pribadi
Nama : Ivanna Susanty
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Bandung, 23 Mei 1990 Kewarganegaraan : Indonesia
Status perkawinan : Belum menikah Tinggi, berat badan : 157cm, 45kg
Agama : Kristen
Alamat : Jalan Melong Asih No. 11D, Bandung 40213 Email : ivanna.susanty@yahoo.com
Pendidikan
Formal
1993 – 1996 : TKK 638 BPK Penabur, Bandung 1996 – 2002 : SDK 6 BPK Penabur, Bandung 2002 – 2005 : SMPK 1 BPK Penabur, Bandung 2005 – 2008 : SMAK 1 BPK Penabur, Bandung
2008 –… : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung Nonformal
2010 – 2012 : Kursus Traditional Chinese Medicine di Yayasan Sinshe dan Akupunturis, Bandung
Kegiatan Kemahasiswaan
Agustus 2010 : Rapat Koordinasi Nasional 2010 Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, sebagai Liaison Officer
2010 – 2012 : Asian Medical Student Association (AMSA), Universitas Kristen Maranatha, sebagai anggota
Januari 2011 : 24th East Asian Medical Student Conference, Bangkok, sebagai delegasi AMSA Universitas Kristen Maranatha
Juni 2011 : National Meeting AMSA Indonesia 2011, Bandung, sebagai panitia penyelenggara
Oktober 2011 : Welcome to Maranatha (W2M) 2011, Universitas Kristen Maranatha, sebagai mentor mahasiswa kedokteran
2011 : Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, sebagai sekretaris
2011-2012 : Perpustakaan Universitas Kristen Maranatha, sebagai mahasiswa magang
(21)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penduduk dengan taraf ekonomi rendah masih menempati angka yang cukup tinggi di negara ini. Jumlah keluarga miskin pada tahun 2003 pada Pendataan Keluarga BKKBN mencapai 15,8 juta keluarga. Keluarga miskin relatif tidak memiliki akses dan pasif dalam berpartisipasi untuk meningkatkan kualitas dirinya, termasuk dalam bidang kesehatan (Bappenas, 2004). Hal ini berdampak pada kecenderungan keluarga miskin untuk tidak peduli dalam pemilihan makanan yang sehat. Di sisi lain, makin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, makin tinggi konsumsi makanan tinggi lemak, protein, dan gula. Pada masyarakat golongan menengah ke atas terjadi pergeseran pola makan yaitu dari tinggi karbohidrat dan serat, serta rendah lemak ke konsumsi rendah karbohidrat, tinggi lemak dan protein, serta miskin serat. Hal ini yang menyebabkan pergeseran pola penyakit dari pola infeksi ke penyakit-penyakit degeneratif (Olwin Nainggolan & Cornelis Adimunca, 2005).
Peningkatan kadar trigliserida, kolesterol total, LDL, serta penurunan kadar HDL dalam serum (dislipidemia) merupakan penyebab atherosklerosis yang merupakan faktor risiko terpenting penyakit jantung koroner dan stroke iskemik, dua penyakit degeneratif yang terkenal sebagai top five killers di Indonesia (Cipla, 2007). Pada 35.869 pasien yang datang ke dokter umum di Amerika Serikat, didapatkan 48,6% pria dan 39,9% wanita yang didiagnosis dislipidemia (Thiessen et al., 2008). Di Jakarta, 54,3% dari 1591 subjek penelitian didapatkan hipertrigliseridemia (Soebardi et al., 2006).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan produk kedelai mempunyai efek yang bermakna terhadap penurunan profil lipid dalam darah (Hermansen et al., 2005). Penelitian sebelumnya menunjukkan pemberian kedelai
(22)
2
utuh pada pasien dislipidemia di Italia menurunkan 8-14% kadar trigliserida serum (Merritt, 2004). Masyarakat Indonesia yang secara tradisi telah lama mengonsumsi kedelai dalam bentuk produk-produk olahan seperti tempe, tahu, tauco, dan kecap, banyak diuntungkan dalam berbagai faktor karena produk-produk tersebut mengandung nilai gizi tinggi dengan harga relatif terjangkau (Suyanto Prawiroharsono, 1997).
Kedelai varietas Detam I yang ditanam di Perkebunan Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang adalah kedelai unggulan berkualitas tinggi yang sudah diakui Badan Benih Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 240/Kpts/SR 120/3/2008 (Tempo, 2008). Lokasi penanaman suatu tanaman obat ternyata berpengaruh terhadap kandungan zat aktif di dalamnya. Studi pada produk kedelai varietas lain di Brazil tidak memberikan perubahan profil lipid yang bermakna, terutama pada kadar trigliserida (Manzoni, 2005).
Kedelai Detam I mempunyai kadar protein yang tinggi yaitu sebesar 45,36% (Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, 2008). Ekstrak protein kedelai mengandung 23% β-conglycinin yang terbukti menurunkan kadar trigliserida serum pada tikus secara bermakna (Tachibana et al., 2010).
Salah satu fraksi lemak hasil ekstraksi minyak kedelai dengan etanol dan fraksinasi n-heksana adalah lesitin. Lesitin diyakini efektif menurunkan kadar kolesterol darah melalui proses emulsi lemak (United Soybean Board, 2011). Sumber lesitin alami tanpa refinasi dengan konsentrasi paling tinggi adalah biji kedelai (1,48-3,08%) (Shurtleff & Aoyagi, 2007).
Penelitian sebelumnya menunjukkan kandungan isoflavon secara umum paling banyak terkandung dalam fraksi etil asetat kedelai Detam I (daidzein 0,669%) (Meilinah Hidayat, dkk, 2010). Isoflavon kedelai menurunkan sekitar 5% kadar trigliserida serum (Roy & Lundy, 2005). Aktivitas isoflavon meningkat pada proses fermentasi, misalnya dalam bentuk tempe (Suyanto Prawiroharsono, 1997).
Berbagai data mengenai efek menurunkan trigliserida dengan pemberian ekstrak etanol kedelai, ekstrak protein kedelai, dan fraksi etil asetat kedelai sudah ada,
(23)
3
namun belum pernah dibandingkan ketiganya dalam satu penelitian. Di samping itu, penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan kedelai varietas lain, yang kebanyakan bukan tumbuh di Indonesia. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membandingkan efek ekstrak etanol dan ekstrak protein biji kedelai varietas Detam I serta fraksi etil asetat dari tempe kedelai Detam I terhadap penurunan kadar trigliserida serum.
1.2. Identifikasi Masalah
Apakah efek fraksi etil asetat tempe Detam I paling baik dalam menurunkan kadar trigliserida serum mencit Balb/C jantan.
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian adalah untuk mengetahui komponen terbaik dari produk kedelai varietas Detam I sebagai bahan makanan yang dapat menurunkan kadar trigliserida serum.
Tujuan penelitian adalah untuk membandingkan mana yang lebih baik antara ekstrak etanol biji kedelai, ektrak protein biji kedelai, dan fraksi tempe kedelai Detam I dalam menurunkan kadar trigliserida serum pada mencit Balb/C jantan.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat akademis adalah memberi informasi kepada pembaca mengenai ekstrak atau fraksi kedelai varietas Detam I mana yang paling baik dalam menurunkan kadar trigliserida serum.
Manfaat praktis adalah memberi motivasi kepada pembaca untuk mengeksplorasi potensi kedelai Detam I dan memperluas penggunaannya sebagai
(24)
4
bahan makanan yang baik untuk kesehatan dengan harga relatif terjangkau bagi berbagai golongan masyarakat Indonesia.
1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
1.5.1. Kerangka Pemikiran
Kedelai varietas Detam I yang ditanam di Malang adalah kedelai unggulan berkualitas tinggi yang sudah diakui Badan Benih Nasional. Keunggulan kedelai ini adalah mengandung kadar protein lebih tinggi tapi kadar lemak lebih rendah dibandingkan dengan varietas lainnya (Tempo, 2008).
Biji kedelai secara umum mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan serat (Reinagel, 2009). Dalam kandungan-kandungan tersebut terdapat komponen-komponen spesifik yang dalam pengolahannya baik melalui proses fermentasi maupun nonfermentasi mempunyai keuntungannya masing-masing dalam menurunkan kadar kolesterol-trigliserida.
Lesitin merupakan hasil ekstraksi minyak kedelai menggunakan etanol dan fraksinasi n-heksana. Sumber lesitin alami tanpa refinasi dengan konsentrasi paling tinggi adalah biji kedelai (Shurtleff & Aoyagi, 2007). Lesitin biji kedelai Detam I menurunkan trigliserida serum melalui jalur Peroxisome Proliferator-Activated Receptor Alpha (PPAR-α), jalur yang sama dengan mekanisme kerja obat golongan fibrat. Lesitin berikatan dengan PPAR-α, suatu protein yang mengatur metabolisme lemak. Phosphatidylcoline dalam lesitin mengaktivasi PPAR-α di dalam hepar
sehingga memberikan efek penurunan trigliserida dan peningkatan HDL (Smětalová,
2009). Di samping itu, PPAR-α berperan dalam regulasi ekspresi gen-gen yang
terlibat dalam jalur β-oksidasi sehingga terjadi pemecahan trigliserida menjadi asam lemak yang akan dioksidasi di jaringan, misalnya jaringan otot (Croston, 2001).
(25)
5
Salah satu komponen penting dalam ekstrak protein kedelai adalah β -conglycinin yang terbukti mengaktifkan berbagai enzim yang berperan dalam metabolisme asam lemak, merangsang pengeluaran hormon kolesistokinin. Kolesistokinin merangsang sekresi enzim kolesterolesterase oleh pankreas. kolesterol, esterkolesterol, dan trigliserida sehingga kadar lipid dalam darah menurun (Paillasse et al., 2009; Huang & Hui, 1994). Pada penelitian lain disebutkan bahwa β -conglycinin menurunkan Sterol Regulatory Element-Binding Protein 1 (SREBP1)
mRNA yang berfungsi sebagai master regulator metabolisme asam lemak secara bermakna. β-conglycinin juga menurunkan kadar VLDL-trigliserida dengan cara meningkatkan adiponektin dan sensitivitas insulin (Tachibana et al., 2010).
Senyawa isoflavon merupakan salah satu komponen kedelai, kandungannya rata-rata berkisar 2-4mg/g kedelai. Selama proses fermentasi, senyawa isoflavon mengalami transformasi terutama melalui proses hidrolisis sehingga diperoleh senyawa isoflavon bebas aglikon yang lebih tinggi aktivitasnya. Senyawa aglikon tersebut adalah genistein, glisitein, dan daidzein (Suyanto Prawiroharsono, 1997). Pada penelitian sebelumnya didapatkan bahwa kandungan isoflavon secara umum paling banyak terkandung dalam fraksi etil asetat (Meilinah Hidayat, dkk, 2010). Isoflavon dalam fraksi etil asetat mengaktivasi PPAR-α yang menurunkan sintesis dan sekresi VLDL sehingga kadar trigliserida serum turun (Martin et al., 2001).
Dari asumsi penulis, isoflavon dalam fraksi etil asetat kedelai diperkirakan memiliki potensi yang paling baik dibandingkan lesitin dari ekstrak protein dan β -conglycinin dari ekstrak etanol biji kedelai dalam menurunkan trigliserida serum karena peningkatan aktivitas yang dialaminya melalui proses fermentasi dalam pembuatan tempe Detam I.
(26)
6
1.5.2. Hipotesis Penelitian
Fraksi etil asetat tempe kedelai varietas Detam I paling baik dalam menurunkan kadar trigliserida serum pada mencit Balb/C jantan dibandingkan ekstrak protein dan ekstrak etanol biji kedelai Detam I.
1.6. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah prospektif eksperimental laboratorium sungguhan bersifat komparatif dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pemeriksaan kadar trigliserida serum dilakukan dalam tiga tahap, yaitu sebelum induksi makanan tinggi kolesterol sebagai data awal, pada awal induksi ekstrak, dan pada akhir percobaan, masing-masing satu kali, dengan menggunakan metode GPO-PAP. Analisis statistik menggunakan uji Analisis Varian (ANAVA)
satu arah dengan α = 0,05 dan dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD dengan tingkat kepercayaan 95%, tingkat kemaknaan berdasarkan nilai p ≤ 0,05.
(27)
34
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Fraksi etil asetat tempe Detam I sama baik dalam menurunkan kadar trigliserida serum mencit Balb/C jantan dari antara bahan uji lainnya.
5.2. Saran
1. Kontrol positif sebaiknya menggunakan fibrat yang mana lebih spesifik untuk menurunkan trigliserida.
2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai efek fraksi etil asetat tempe Detam I dalam menurunkan kadar trigliserida manusia.
3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai bentuk sediaan yang terbaik fraksi etil asetat tempe Detam I untuk menurunkan kadar trigliserida manusia.
(28)
35
DAFTAR PUSTAKA
Alrasyid H. 2007. Peranan isoflavon tempe kedelai, fokus pada obesitas dan komorbid. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40. Nomor 3. Medan: Universitas Sumatera Utara. p. 205
American Heart Association. 2010. Triglycerides. Tersedia dari http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=4778. Diunduh pada 2 Maret 2010
Anderson J.W., Johnstone B.M., Cook-Newell M.E. 1995. Meta-analysis of the effects of soy protein intake on serum lipids. N. Engl. J. Med. 333: 276−282. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 2008. Varietas
unggul kedelai Detam I. Tersedia dari http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/index.php/Kedelai/Varietas-unggul-Kedelai-Detam-1.html. Diunduh pada 22 Agustus 2010
Bappenas. 2004. Pengendalian pertumbuhan penduduk, pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas, Bab 30. Tersedia dari Bappenas: www.bappenas.go.id/get-file-server/node/838. Diunduh pada 22 Agustus 2010 Champe P.C., Harvey R.A, Ferrier D.R. 2010. Metabolisme lipid. Biokimia ulasan
bergambar. Jakarta: EGC. p. 211
Cipla. 2007. Essence series: Dyslipidemia. Tersedia dari A Cipla Initiative: www.cipladoc.com/publications/essence_ser/dyslipidemia.pdf. Diunduh pada 22 Agustus 2010
Cronquist A. 1988. The Evolution and Classification of Flowering Plant. 2nd Ed. New York: Botanical Garden Press.
Croston G. 2001. Beta-Oxidation of Fatty Acids. Tersedia dari http://www.biocarta.com/pathfiles/betaoxidationpathway.asp. Diunduh pada 29 November 2011
(29)
36
Deak N.A., Murphy P.A., Johnson L.A. 2007. Characterization of fractionated soy proteins produced by a new simplified procedure. J. Amer. Chem Soc. 84:137-149
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1981. Daftar komposisi bahan makanan. Jakarta: Penerbit Bhratara Karya Aksara.
Florensia Indan Stepani, Nurhafizah Putri, Pauline Leon Artha, Prima Anggraini.
2010. Analisis Lipid. Tersedia dari
staff.ui.ac.id/internal/131668156/material/Kel-01-ANALISISLIPID.ppt. Diunduh pada 22 Februari 2011
Ginsberg H. 2007. The pathophysiology of hipertriglyceridemia. Tersedia dari http://img.medscape.com/slide/migrated/editorial/cmecircle/2007/6419/images/gi nsberg/2.jpg. Diunduh pada 29 Oktober 2011
Guyton A.C, Hall J.E. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC. p. 852-58
Harborne J.B. 1987. Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan. Metode fitokimia. Edisi 2. Bandung: Penerbit ITB.
Harrison K. 2007. What is triacylglycerol? About its science, chemistry and structure. Molecules of The Month. Tersedia dari http://www.3dchem.com/moremolecules.asp?ID=320&othername=triacylglycer ol. Diunduh pada 23 Desember 2010
Hermana, Karmini M. 1999. The development of tempe technology. In J. Agranoff: The complete handbook of tempe: The unique fermented siyfood of Indonesia. Singapura: American Soybean Association. p. 80-92
Hermansen K., Hansen B., Jacobsen R., Clausen P., Dalgaard M., Dinesen B, et al. 2005. Effects of soy supplementation on blood lipids and arterial functions in hypercholesterolaemic subjects. European Journal of Clinical Nutrition. 59: 843-850
Horton R., Moran L.A., Ochs R.S., Rawn D.J., Scrimgeour K.G. 2002. Principles of biochemistry. 3th ed. USA: Prentice-Hall. p. 491
(30)
37
Huang Y., Hui D.Y. 1994. Synergistic effects of bombesin and cholecystokinin on cholesterol esterase biosynthesis and secretion. Arch Biochem Biophys. 310(1):54-59
Hummel K.P., Richardson F.L., Fekete E. 1968. Anatomy. In: Fahey E.U. (ed). Biology of the laboratory mouse. 2nd Ed. New York: Dover Publication.
Jassi H.K., Jain A., Arora A., Chitra R. 2010. Effect of soy proteins vs soy isoflavones on lipid profile in postmenopausal women. Indian Clinical Journal of Clinical Biochemistry. 25(2): 201-207
Kemas Ali Hanafiah. 2000. Prinsip percobaan dan perancangannya. Rancangan percobaan aplikatif. Edisi 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. p. 13-17
Linder M.C. 1992. Biokimia nutrisi dan metabolisme dengan pemakaian secara klinis. Jakarta: UI Press. p. 64-5
Manzoni M.S., Rossi E.A, Carlos I.Z., Vendramini R.C., Duarte A.C., Damaso A.R. 2005. Fermented soy products supplemented with isoflavones affected fat depots in juvenile rats. National Center of Biotechnology Information. 21(10):1018-1024
Martin G., Duez H., Blanquart C., Berezowski V., Poulain P., Fruchart JC, et al. 2001. Statin-induced inhibition of the Rho-signaling pathway activates PPARα and induces HDL apoA-I. The Journal of Clinical Investigation. 107(11):1423-1432
Mayes P.A. 2003a. Metabolism of acylglycerols and sphingolipids. In: Murray R.K., Granner D.K., Mayes P.A., Rodwell V.W. (eds). Harper’s Illustrated Biochemistry. 26th Ed. McGraw-Hill. p. 197
_____. 2003b. Lipid yang memiliki makna fisiologis. In: Murray R.K., Granner D.K., Mayes P.A., Rodwell V.W. (eds). Biokima harper. Edisi 25. Jakarta: EGC. p. 151-152
_____. 2003c. Pencernaan dan absorpsi. In: Murray R.K., Granner D.K., Mayes P.A., Rodwell V.W. (eds). Biokima harper. Edisi 25. Jakarta: EGC. p. 633
(31)
38
Mayo Clinic. 2008. Triglycerides: why do they matter. Tersedia dari http://www.mayoclinic.com/print/triglycerides/CL00015/METHOD=print. Diunduh pada 7 Maret 2010
Meilinah Hidayat, Dikdik Kurnia, Muchtan Sujatno, Nugraha Sutadipura, Setiawan. 2010. Perbandingan kandungan makronutrisi dan isoflavon dari kedelai Detam I dan Wilis serta potensinya dalam menurunkan berat badan. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik. 1(12): 5-13.
Merritt J.C. 2004. Metabolic syndrome: Soybean foods and serum lipids. Journal of the National Medical Association. 8(96):1032-1041
Nedvidkova J., Smitka K., Kopsky V., Hainer V. 2005. Adiponectin, an adipocyte-derived protein. Physiol Res. 54:133-140
Olwin Nainggolan, Cornelis Adimunca. 2005. Diet sehat dengan serat. Cermin Dunia Kedokteran. Nomor 147. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. p. 43-46
Paget G.E., Barnes J.M. 1964. Toxicity test. Evaluation of drug activities pharmacometrics. Volume 1. London and NewYork: Academic Press. p. 161-162
Paillasse M.R., de Medina P., Amouroux G., Mhamdi L., Poirot M., Silvente P.S. 2009. Signaling through cholesterol esterification: A new pathway for the cholecystokinin 2 receptor involved in cell growth and invasion. Journal of Lipid Research. (50):2203-2211
Reinagel M. 2009. Nutrition facts: Soybeans, mature seeds, dry roasted [Soy nuts]. Tersedia dari
http://nutritiondata.self.com/facts/legumes-and-legume-products/4378/2. Diunduh pada 16 Januari 2011
(32)
39
Roy H., Lundy S. 2005. Soy isoflavones. Pennington nutrition series. No. 9. Tersedia
dari Pennington Biomedical Research Center:
http://www.louisiana2step.com/media/pdf/pennington_series/PNS_soy_isoflavo nes.pdf. Diunduh pada 16 Januari 2011
Shurtleff W., Aoyagi A. 2007. History of Soy Lecithin. Tersedia dari California: Soyinfo Center http://www.soyinfocenter.com/HSS/lecithin1.php. Diunduh pada 8 Januari 2011
Smětalová D. 2009. Lecithin found to have beneficial effects on fat metabolism. Tersedia dari Gate2Biotech: http://www.gate2biotech.com/lecithin-found-to-have-beneficial-effects-on-fat-metabolism/. Diunduh pada 24 Januari 2011 Smith J.B., Soesanto Mangkoewidjojo. 1988. Mencit laboratorium. Pemeliharaan
dan penggunaan hewan percobaan di daerah tropis. Jakarta: UI Press. p. 10-36
Soebardi S., Purnamasari D., Oemardi M., Soewondo P., Waspadji S., Soegondo S. 2006. Dyslipidemia in newly diagnosed diabetes mellitus: the Jakarta primary non-communicable disease risk factors surveillance 2006. Acta Med Indones. 41(4): 186-190
Stancu C., Sima A. 2011. Statins: mechanism of action and effects. J Cell Mol Med. 5(4): 378-387
Suyanto Prawiroharsono. 1997. Prospek dan Manfaat Isoflavon untuk Kesehatan. Direktorat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Suyatna F.D. 2008. Hipolipidemik. Farmakologi dan Terapi ed.5. Jakarta
Tachibana N., Iwaoka Y., Hirotsuka M., Horio F., Kohno M. 2010. β-conglycinin lowers very-low-density lipoprotein-triglyceride levels by increasing adiponectin and insulin sensitivity in rats. Biosci Biotech Biomol. 74(6): 1250-1255
Tempo Surat Kabar Harian. 9 Desember 2008. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Kedelai Ponorogo Naik Pangkat.
(33)
40
The Medical News. 2011. Trigliserida – apakah trigliserida?. Tersedia dari http://www.news-medical.net/health/Triglycerides-What-are-Triglycerides-%28Indonesian%29.aspx. Diunduh pada 10 Februari 2011
Thiessen E.S., Bramlage P., Lösch C., Hauner H., Schunkert H., Vogt A., et al. 2008. Dyslipidemia in primary care – prevalence, recognition, treatment and control: data from the German Metabolic and Cardiovascular Risk Project (GEMCAS).
Tersedia dari Cardiovascular Diabetology
http://www.cardiab.com/content/7/1/31. Diunduh pada 16 Januari 2011
Torres N., Torre-Villalvazo I., Tovar A.R. 2005. Regulation of lipid metabolism by soy protein and its implication in diseases mediated by lipid disorders. Zalvador Subirans. Tersedia dari http://www.aseanfood.info/Articles/11003353.pdf. Diunduh pada 16 Januari 2011
United Soy Board. Soy lecithin facts. Tersedia dari http://www.soyconnection.com/soyfoods/soy_lecithin_facts.php. Diunduh pada 8 Januari 2011
Wojcicki J., et al. 1995. Clinical evaluation of lecithin as a lipid-lowering agent. Phytotherapy Research. 9:579-597
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Alrasyid H. 2007. Peranan isoflavon tempe kedelai, fokus pada obesitas dan komorbid. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40. Nomor 3. Medan: Universitas Sumatera Utara. p. 205
American Heart Association. 2010. Triglycerides. Tersedia dari http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=4778. Diunduh pada 2 Maret 2010
Anderson J.W., Johnstone B.M., Cook-Newell M.E. 1995. Meta-analysis of the effects of soy protein intake on serum lipids. N. Engl. J. Med. 333: 276−282. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 2008. Varietas
unggul kedelai Detam I. Tersedia dari
http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/index.php/Kedelai/Varietas-unggul-Kedelai-Detam-1.html. Diunduh pada 22 Agustus 2010
Bappenas. 2004. Pengendalian pertumbuhan penduduk, pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas, Bab 30. Tersedia dari Bappenas: www.bappenas.go.id/get-file-server/node/838. Diunduh pada 22 Agustus 2010
Champe P.C., Harvey R.A, Ferrier D.R. 2010. Metabolisme lipid. Biokimia ulasan bergambar. Jakarta: EGC. p. 211
Cipla. 2007. Essence series: Dyslipidemia. Tersedia dari A Cipla Initiative: www.cipladoc.com/publications/essence_ser/dyslipidemia.pdf. Diunduh pada 22 Agustus 2010
Cronquist A. 1988. The Evolution and Classification of Flowering Plant. 2nd Ed. New York: Botanical Garden Press.
Croston G. 2001. Beta-Oxidation of Fatty Acids. Tersedia dari http://www.biocarta.com/pathfiles/betaoxidationpathway.asp. Diunduh pada 29 November 2011
(2)
Deak N.A., Murphy P.A., Johnson L.A. 2007. Characterization of fractionated soy proteins produced by a new simplified procedure. J. Amer. Chem Soc. 84:137-149
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1981. Daftar komposisi bahan makanan. Jakarta: Penerbit Bhratara Karya Aksara.
Florensia Indan Stepani, Nurhafizah Putri, Pauline Leon Artha, Prima Anggraini.
2010. Analisis Lipid. Tersedia dari
staff.ui.ac.id/internal/131668156/material/Kel-01-ANALISISLIPID.ppt. Diunduh pada 22 Februari 2011
Ginsberg H. 2007. The pathophysiology of hipertriglyceridemia. Tersedia dari http://img.medscape.com/slide/migrated/editorial/cmecircle/2007/6419/images/gi nsberg/2.jpg. Diunduh pada 29 Oktober 2011
Guyton A.C, Hall J.E. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC. p. 852-58
Harborne J.B. 1987. Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan. Metode fitokimia. Edisi 2. Bandung: Penerbit ITB.
Harrison K. 2007. What is triacylglycerol? About its science, chemistry and structure.
Molecules of The Month. Tersedia dari
http://www.3dchem.com/moremolecules.asp?ID=320&othername=triacylglycer ol. Diunduh pada 23 Desember 2010
Hermana, Karmini M. 1999. The development of tempe technology. In J. Agranoff: The complete handbook of tempe: The unique fermented siyfood of Indonesia. Singapura: American Soybean Association. p. 80-92
Hermansen K., Hansen B., Jacobsen R., Clausen P., Dalgaard M., Dinesen B, et al. 2005. Effects of soy supplementation on blood lipids and arterial functions in hypercholesterolaemic subjects. European Journal of Clinical Nutrition. 59: 843-850
Horton R., Moran L.A., Ochs R.S., Rawn D.J., Scrimgeour K.G. 2002. Principles of biochemistry. 3th ed. USA: Prentice-Hall. p. 491
(3)
Huang Y., Hui D.Y. 1994. Synergistic effects of bombesin and cholecystokinin on cholesterol esterase biosynthesis and secretion. Arch Biochem Biophys. 310(1):54-59
Hummel K.P., Richardson F.L., Fekete E. 1968. Anatomy. In: Fahey E.U. (ed). Biology of the laboratory mouse. 2nd Ed. New York: Dover Publication.
Jassi H.K., Jain A., Arora A., Chitra R. 2010. Effect of soy proteins vs soy isoflavones on lipid profile in postmenopausal women. Indian Clinical Journal of Clinical Biochemistry. 25(2): 201-207
Kemas Ali Hanafiah. 2000. Prinsip percobaan dan perancangannya. Rancangan percobaan aplikatif. Edisi 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. p. 13-17
Linder M.C. 1992. Biokimia nutrisi dan metabolisme dengan pemakaian secara klinis. Jakarta: UI Press. p. 64-5
Manzoni M.S., Rossi E.A, Carlos I.Z., Vendramini R.C., Duarte A.C., Damaso A.R. 2005. Fermented soy products supplemented with isoflavones affected fat depots in juvenile rats. National Center of Biotechnology Information. 21(10):1018-1024
Martin G., Duez H., Blanquart C., Berezowski V., Poulain P., Fruchart JC, et al. 2001. Statin-induced inhibition of the Rho-signaling pathway activates PPARα and induces HDL apoA-I. The Journal of Clinical Investigation. 107(11):1423-1432
Mayes P.A. 2003a. Metabolism of acylglycerols and sphingolipids. In: Murray R.K., Granner D.K., Mayes P.A., Rodwell V.W. (eds). Harper’s Illustrated Biochemistry. 26th Ed. McGraw-Hill. p. 197
_____. 2003b. Lipid yang memiliki makna fisiologis. In: Murray R.K., Granner D.K., Mayes P.A., Rodwell V.W. (eds). Biokima harper. Edisi 25. Jakarta: EGC. p. 151-152
_____. 2003c. Pencernaan dan absorpsi. In: Murray R.K., Granner D.K., Mayes P.A., Rodwell V.W. (eds). Biokima harper. Edisi 25. Jakarta: EGC. p. 633
(4)
Mayo Clinic. 2008. Triglycerides: why do they matter. Tersedia dari http://www.mayoclinic.com/print/triglycerides/CL00015/METHOD=print. Diunduh pada 7 Maret 2010
Meilinah Hidayat, Dikdik Kurnia, Muchtan Sujatno, Nugraha Sutadipura, Setiawan. 2010. Perbandingan kandungan makronutrisi dan isoflavon dari kedelai Detam I dan Wilis serta potensinya dalam menurunkan berat badan. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik. 1(12): 5-13.
Merritt J.C. 2004. Metabolic syndrome: Soybean foods and serum lipids. Journal of the National Medical Association. 8(96):1032-1041
Nedvidkova J., Smitka K., Kopsky V., Hainer V. 2005. Adiponectin, an adipocyte-derived protein. Physiol Res. 54:133-140
Olwin Nainggolan, Cornelis Adimunca. 2005. Diet sehat dengan serat. Cermin Dunia Kedokteran. Nomor 147. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. p. 43-46
Paget G.E., Barnes J.M. 1964. Toxicity test. Evaluation of drug activities pharmacometrics. Volume 1. London and NewYork: Academic Press. p. 161-162
Paillasse M.R., de Medina P., Amouroux G., Mhamdi L., Poirot M., Silvente P.S. 2009. Signaling through cholesterol esterification: A new pathway for the cholecystokinin 2 receptor involved in cell growth and invasion. Journal of Lipid Research. (50):2203-2211
Reinagel M. 2009. Nutrition facts: Soybeans, mature seeds, dry roasted [Soy nuts]. Tersedia dari
http://nutritiondata.self.com/facts/legumes-and-legume-products/4378/2. Diunduh pada 16 Januari 2011
(5)
Roy H., Lundy S. 2005. Soy isoflavones. Pennington nutrition series. No. 9. Tersedia
dari Pennington Biomedical Research Center:
http://www.louisiana2step.com/media/pdf/pennington_series/PNS_soy_isoflavo nes.pdf. Diunduh pada 16 Januari 2011
Shurtleff W., Aoyagi A. 2007. History of Soy Lecithin. Tersedia dari California: Soyinfo Center http://www.soyinfocenter.com/HSS/lecithin1.php. Diunduh pada 8 Januari 2011
Smětalová D. 2009. Lecithin found to have beneficial effects on fat metabolism. Tersedia dari Gate2Biotech: http://www.gate2biotech.com/lecithin-found-to-have-beneficial-effects-on-fat-metabolism/. Diunduh pada 24 Januari 2011
Smith J.B., Soesanto Mangkoewidjojo. 1988. Mencit laboratorium. Pemeliharaan dan penggunaan hewan percobaan di daerah tropis. Jakarta: UI Press. p. 10-36 Soebardi S., Purnamasari D., Oemardi M., Soewondo P., Waspadji S., Soegondo S.
2006. Dyslipidemia in newly diagnosed diabetes mellitus: the Jakarta primary non-communicable disease risk factors surveillance 2006. Acta Med Indones. 41(4): 186-190
Stancu C., Sima A. 2011. Statins: mechanism of action and effects. J Cell Mol Med. 5(4): 378-387
Suyanto Prawiroharsono. 1997. Prospek dan Manfaat Isoflavon untuk Kesehatan. Direktorat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Suyatna F.D. 2008. Hipolipidemik. Farmakologi dan Terapi ed.5. Jakarta
Tachibana N., Iwaoka Y., Hirotsuka M., Horio F., Kohno M. 2010. β-conglycinin lowers very-low-density lipoprotein-triglyceride levels by increasing adiponectin and insulin sensitivity in rats. Biosci Biotech Biomol. 74(6): 1250-1255
Tempo Surat Kabar Harian. 9 Desember 2008. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Kedelai Ponorogo Naik Pangkat.
(6)
The Medical News. 2011. Trigliserida – apakah trigliserida?. Tersedia dari http://www.news-medical.net/health/Triglycerides-What-are-Triglycerides-%28Indonesian%29.aspx. Diunduh pada 10 Februari 2011
Thiessen E.S., Bramlage P., Lösch C., Hauner H., Schunkert H., Vogt A., et al. 2008. Dyslipidemia in primary care – prevalence, recognition, treatment and control: data from the German Metabolic and Cardiovascular Risk Project (GEMCAS).
Tersedia dari Cardiovascular Diabetology
http://www.cardiab.com/content/7/1/31. Diunduh pada 16 Januari 2011
Torres N., Torre-Villalvazo I., Tovar A.R. 2005. Regulation of lipid metabolism by soy protein and its implication in diseases mediated by lipid disorders. Zalvador Subirans. Tersedia dari http://www.aseanfood.info/Articles/11003353.pdf. Diunduh pada 16 Januari 2011
United Soy Board. Soy lecithin facts. Tersedia dari http://www.soyconnection.com/soyfoods/soy_lecithin_facts.php. Diunduh pada 8 Januari 2011
Wojcicki J., et al. 1995. Clinical evaluation of lecithin as a lipid-lowering agent. Phytotherapy Research. 9:579-597