Pengaruh Ekstrak Etanol Biji Pala (Myristicae Semen) Pada Variasi Dosis Hipnotik Terhadap Penurunan Aktivitas Lokomotor Mencit Betina Galur Swiss Webster.

(1)

ABSTRAK

PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI PALA (Myristicae semen) PADA VARIASI DOSIS HIPNOTIK TERHADAP PENURUNAN AKTIVITAS

LOKOMOTOR MENCIT BETINA GALUR Swiss Webster

Stefanie, 2007. Pembimbing utama : Sugiarto Puradisastra, dr, MKes Pembimbing kedua : Ellya Rosa Delima, dr

Gangguan pergerakan yang terjadi akibat kehilangan kontrol motorik dapat disebabkan oleh karena kurang tidur, efek samping dari penggunaan obat-obatan yang menekan susunan saraf pusat seperti obat tidur dan obat anti cemas. Pala adalah tanaman obat tradisional Indonesia, biji pala dipercaya dapat mengurangi gangguan tidur.

Tujuan dari penelitian ini adalah menilai pengaruh efek samping ekstrak etanol biji pala (Myristicae semen) pada variasi dosis hipnotik terhadap penurunan aktivitas lokomotor

Penelitian ini menggunakan metode prospektif eksperimental laboratorium sungguhan yang bersifat komparatif dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hewan coba yang digunakan adalah 25 ekor mencit betina dibagi dalam lima kelompok perlakuan (n=5), masing-masing diberi perlakuan Ekstrak Etanol Biji Pala (EEBP) 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB, kontrol, dan pembanding. Mencit ditempatkan pada salah satu sudut kotak lapangan terbuka yang mendapat pencahayaan dari lampu 40 watt yang digantungkan satu meter di pusat kotak. Data yang diukur adalah garis lintasan pada menit ke 45 selama 5 menit. Analisis data memakai statistik parametrik dengan uji Anava satu arah, dilanjutkan uji beda rerata Tukey HSDa dengan α = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan, jumlah garis lintasan yang dilewati mencit dalam 5 menit pada dosis 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB berbeda secara siignifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,05), tetapi tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok pembanding (p>0,05).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan biji pala pada variasi dosis hipnotik menimbulkan penurunan aktivitas lokomotor pada dosis 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB.


(2)

DECREASE OF LOCOMOTOR ACTIVITIES IN FEMALE MICE STRAIN Swiss Webster

Stefanie, 2007. 1st Tutor : Sugiarto Puradisastra, dr, MKes.

2nd Tutor : Ellya Rosa Delima, dr.

Movement disorder as the result from the loss of motor control is possibly caused by insufficient of sleeping time, adverse effects of using drugs which can depress the central nervous system such as hypnotic or anti anxiety drugs. Nutmeg is one of Indonesian traditional herb, nutmeg’s seed is believed to have the ability in reducing sleep disorder.

The purpose of this experiment is to evaluate the side effect of ethanol extract from nutmeg seed (Myristicae semen) in various dosage of hypnotic to decrease locomotor activities.

This experiment based on the real experimental perspective method using Random Complete Design and have comparative characteristic. In this experiment 25 female mice, which were divided into five groups (n=5), each were given ethanol extract from nutmeg seed 50 mg/kgBW, 100 mg/kgBW, 200 mg/kgBW, control, and equivalent. Mice were put in one of the open field box’s edge, which gaining light from 40 watt lamp hung one meter above the centre of the box. Measured data were the crossed lines at 45 minute in 5 minutes. Data was analyzed using one way Anova continued with Tukey test HSDα with α = 0,05. The result of this experiment shows that the amount of lines crossed by mice in five minutes at 100 mg/kgBW and 200 mg/kgBW of ethanol extract from nutmeg seed is significantly different with control group (p<0,05), but not significantly different with the equivalent group (p>0,05).

The conclusion from this experiment is ethanol extract from nutmeg seed in various dosage of hypnotic (100 mg/kgBW and 200 mg/kgBW) can decrease locomotor activities.


(3)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul Pengaruh Ekstrak Biji Pala (Myristiceae semen) pada Variasi Dosis Hipnotik terhadap Penurunan Aktivitas Lokomotor Mencit Betina galur Swiss Webster dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran.

Karya Tulis Ilmiah ini terwujud berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Sugiarto Puradisastra, dr, MKes. Selaku dosen pembimbing utama, yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, kesabaran, bimbingan, dan dorongan semangat selama pembuatan karya tulis ini.

2. Ellya Rosa Delima, dr. Selaku dosen pembimbing kedua, yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, kesabaran, bimbingan, dan dorongan semangat selama pembuatan karya tulis ini.

3. Jo Suherman, dr, MS, AIF. Selaku penguji yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam menguji karya tulis ilmiah ini.

4. Rosnaeni, dra, Apt. Selaku penguji yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam menguji karya tulis ilmiah ini.

5. Untuk para karyawan di laboratorium Farmakologi, Pak Nana Tjahyana dan Pak Kristyono atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan selama percobaan.

6. Kepada teman-teman, Anastasia, Vivi, Amalia, Siska, Elizabeth, Maya, Wulan untuk nasihat, bantuan, saran, dan dukungannya.


(4)

9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, ucapan terimakasih sebesar-besarnya atas bantuan dan dukungannya.

Akhir kata, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi lebih baik dan dapat berguna bagi kita semua. Tuhan memberkati.

Bandung, Januari 2007


(5)

DAFTAR ISI

JUDUL ... ..i

LEMBAR PERSETUJUAN ... .ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... .v

PRAKATA... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan... 3

1.3.1 Maksud penelitian ... 3

1.3.2 Tujuan penelitian... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.4.1 Manfaat akademis ... 3

1.4.2 Manfaat praktis ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran... 3

1.6 Hipotesis... 4

1.7 Metode penelitian... 5


(6)

2.2 Sistem motorik ... 9

2.2.1 Sistem Piramidal ... 9

2.2.1.1 Daerah Motorik Suplementer ... 12

2.2.1.2 Korteks Pramotorik ... 13

2.2.1.3 Korteks Parietalis Posterior... 13

2.2.2 Sistem Ekstrapiramidal ... 13

2.2.2.1 Ganglia Basal ... 14

2.2.3 Serebelum... 15

2.3 Insomnia ... 15

2.4 Hipnotik sedatif... 16

2.4.1 Benzodiazepin ... 16

2.4.1.1 Farmakokinetik ... 17

2.4.1.2 Farmakodinamik ... 17

2.4.1.3 Efek samping... 18

2.4.2 Alprazolam... 18

2.4.2.1 Farmakokinetik ... 19

2.4.2.2 Farmakodinamik ... 19

2.4.2.3 Efek samping... 20

2.5 Pala... 20

2.5.1 Taksonomi... 21

2.5.2 Morfologi ... 21

2.5.3 Kandungan kimia ... 22

2.5.4 Mekanisme Kerja ... 23

BABIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan ... 25

3.2 Hewan Coba ... 25

3.3 Metode Penelitian ... 26

3.3.1 Desain Penelitian... 26

3.3.2 Variabel Penelitian ... 27


(7)

x

3.3.4 Prosedur Kerja... 28

3.3.5 Metode Analisis ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan ... 30

4.2 Uji Hipotesis ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

5.1 Kesimpulan ... 35

5.2 Saran... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

LAMPIRAN... 39


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Garis Lintasan yang Dilewati Mencit Sewaktu Bergerak dalam

Waktu 5 menit ... 30 Tabel 4.2 Statistik ANAVA Jumlah Garis Lintasan yang Dilewati Mencit

Sewaktu Bergerak dalam waktu 5 menit... 31 Tabel 4.3 Uji Beda Rerata Tukey HSDα Jumlah Garis Lintasan yang Dilewati

Mencit Sewaktu Bergerak dalam waktu 5 menit ... 32


(9)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengendalian gerakan volunter ... 8

Gambar 2.2 Anatomi otak ... 10

Gambar 2.3 Histologi serebri ... 11

Gambar 2.4 Traktus kortikobulbaris dan kortikospinalis ... 12

Gambar 2.5 Ganglia basal... 14

Gambar 2.6 Alprazolam ... 19

Gambar 2.7 Pohon pala dan buah pala... 22

Gambar 2.8 Pengaruh Terpenoid pada Pala terhadap reseptor GABA ... 23

Gambar 2.9 Pengaruh Pala terhadap Traktus Kortikospinal... 24

Gambar 3.1 Kotak Lapangan Terbuka ... 26

Gambar 3.2 Bagan prosedur kerja... 29

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Jumlah Garis Lintasan yang Dilewati Mencit pada Berbagai Kelompok Perlakuan... 33


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Pengamatan ... 39

Lampiran 2 Pembuatan Ekstrak Etanol Biji Pala... 40

Lampiran 3 Konversi Dosis Pala ... 41

Lampiran 4 Konversi Dosis Alprazolam... 42

Lampiran 5 Uji Oneway Anava ... 43

Lampiran 6 Uji Beda Rerata Tukey HSDα...44


(11)

LAMPIRAN 1

Data pengamatan jumlah garis yang dilewati mencit berbagai perlakuan dalam lima menit.

Kelompok Perlakuan n=5

Variabel Respon EEBP 50 mg / kgBB

EEBP 100 mg / kgBB

EEBP 200 mg / kgBB

Kontrol Pembanding

120 77 95 118 62 91 93 83 84 69 88 93 94 133 81 111 98 80 110 62 Jumlah Garis

Lintasan

98 93 102 131 62


(12)

LAMPIRAN 2

Pembuatan ektrak etanol biji pala

Biji pala diperoleh dari Bogor karena dari penelitian oleh jurusan Farmasi FMIPA ITB dengan menggunakan destilasi uap diketahui bahwa biji pala yang berasal dari Bogor menghasilkan 0,43% minyak atsiri, 2,23% minyak lemak, sedangkan yang dari Bandung menghasilkan 0,45% minyak atsiri dan 2,72% minyak lemak (Depkes RI, 1989). Saat itu pohon pala di Bandung sedang tidak berbuah.

Biji-biji pala dipilih yang sudah tua dan kering dengan berat awal 1050 gram, kemudian dibuka cangkangnya dan diperoleh berat cangkang 423 gram dan biji 627 gram. Biji pala yang sudah digiling / diserbuk seberat 620 gram kemudian dimasukkan ke dalam wadah simplisia di mesin ekstraktor. Serbuk pala lalu direndam dengan etanol 95% dengan perbandingan 1 : 5 berat per volume pada suhu 500C. Proses dilakukan secara kontinu sehingga semua senyawa dalam simplisia telah terekstraksi sempurna selama 4 jam. Campuran kemudian diperas dan diperoleh ekstrak cair pala etanol sebanyak 3,5 liter.

Ekstrak cair tersebut diambil dan dimasukkan ke dalam lemari pengering selama 40 jam dengan suhu 400C hingga diperoleh ekstrak yang hampir kering, karena ekstrak pala tetap masih berminyak, tetapi sudah berbentuk padatan sebanyak 122 gram. Ekstrak lalu digiling sampai halus seperti granul.

Ekstrak biji pala dosis 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB dibuat dengan menambahkan pelarut yang mengandung NaCMC 1% (Na Carboxy Methyl Cellullose) dalam akuades. Seluruh proses pembuatan ekstrak etanol biji pala dilakukan di departemen Farmasi ITB.


(13)

LAMPIRAN 3

Perhitungan dosis ekstrak etanol biji pala

Dari 620 gr biji pala diperoleh 122 gr ekstrak etanol biji pala

Dosis hipnotik biji pala pada manusia (70kg) : 1gr (0,1-1gr) (British Herbal Pharmacopoiea, 1983).

Dosis mencit 20 gr = 0,0026 x 1000 mg = 2,6 mg biji pala Dosis mencit 25 gr = 25/20 x 2,6 mg

= 3,25 mg

Dosis ekstrak etanol biji pala untuk mencit 25 gr = 122/620 x 3,25 mg

= 0,6395 mg

Dosis untuk 1kg BB = 1000/25 x 0,6395

= 25,58 mg/kgBB

Dosis ekstrak etanol biji pala yang digunakan:

Ekstrak etanol biji pala I = EEBP I = 50 mg/kgBB Ekstrak etanol biji pala II = EEBP II = 100 mg/kgBB Ekstrak etanol biji pala III = EEBP III = 200 mg/kgBB


(14)

LAMPIRAN 4

Perhitungan dosis Alprazolam

Dosis Alprazolam 0,25 mg / manusia (70kg) Konversi untuk mencit 20 gr = 0,0026 x 0,25 mg

= 0,00065 mg

Konversi untuk mencit 25 gr = 25/20 x 0,00065

= 0,0008125 mg

Konversi untuk 1 kgBB = 1000/25 x 0,0008125 = 0,0325 mg / kgBB / oral


(15)

LAMPIRAN 5 UJI ANAVA SATU ARAH

PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI PALA (Myristicae semen) PADA DOSIS HIPNOTIK TERHADAP PENURUNAN AKTIVITAS

LOKOMOTOR MENCIT BETINA GALUR Swiss Webster

Oneway

Descriptives

Lokomotor

95% Confidence Interval for Mean N Mean Std.

Deviation Std. Error Lower Bound Upper

Bound Min Max EEBP 50

mg/kgBB 5 101.60 13.576 6.071 84.74 118.46 88 120 EEBP 100

mg/kgBB 5 90.80 8.012 3.583 80.85 100.75 77 98 EEBP 200

mg/kgBB 5 90.80 9.094 4.067 79.51 102.09 80 102 Kontrol 5 115.20 19.842 8.874 90.56 139.84 84 133 Pembanding 5 67.20 8.289 3.707 56.91 77.49 62 81

Total 24 93.12

Test of Homogeneity of Variances

Lokomotor

Levene Statistik df1 df2 Sig.

1.650 4 20 .201


(16)

LAMPIRAN 6

UJI BEDA RERATA TUKEY

Post Hoc Test

Multiple Comparison

Dependent variable: Lokomotor Tukey HSD

95% Confidence Interval (I) Kelompok Perlakuan

(J) Kelompok Perlakuan Mean Difference (I-J) Std.

Error Sig. Lower Bound

Upper Bound EEBP I 100mg/kgBB 10800 7.968 .661 -13.04 34.64 50 mg/kgBB 200mg/kgBB 10800 7.968 .661 -13.04 34.64

Kontrol -13600 7.968 .452 -37.44 10.24 Pembanding 34400* 7.968 .003 10.56 58.24 EEBP II 50mg/kgBB -10800 7.968 .661 -34.64 13.04 100 mg/kgBB 200mg/kgBB .000 7.968 1.00 -23.84 23.84

Kontrol -24.400* 7.968 .043 -48.24 -.56 Pembanding 23.600 7.968 .053 -.24 47.44 EEBP III 50mg/kgBB -10.800 7.968 .661 -34.64 13.04 200 mg/kgBB 100mg/kgBB .000 7.968 1.00 -23.84 23.84

Kontrol -24.400* 7.968 .043 -48.24 -.56

Pembanding 23.600 7.968 .053 -.24 47.44 Kontrol 50mg/kgBB 13.600 7.968 .452 -10.24 37.44

100mg/kgBB 24.400* 7.968 .043 .56 48.24

200mg/kgBB 24.400* 7.968 .043 .56 48.24 Pembanding 48.000* 7.968 .000 24.16 71.84

Pembanding 50mg/kgBB -34.400* 7.968 .003 -58.24 -10.56

100mg/kgBB -23.600 7.968 .053 -47.44 .24 200mg/kgBB -23.600 7.968 .053 -47.44 .24

Kontrol -48.000* 7.968 .000 -71.84 -24.16 *. the mean level difference is significant at the .05 level.


(17)

LAMPIRAN 7 TES HOMOGEN

Homogeneous Subsets

Lokomotor (Jumlah Garis Lintasan)

Tukey HSDα

Subset for alpha= .05 Kelompok Perlakuan n

1 2 3

Pembanding 5 67.20

100 mg/kgBB 5 90.80 90.80 200 mg/kgBB 5 90.80 90.80

50 mg/kgBB 5 101.60 101.60

Kontrol 5 115.20


(18)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Stefanie

Nomor Pokok Mahasiswa : 0310080

Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 21 September 1985

Alamat : Jln. Atlas 27

Riwayat Pendidikan : SDK Yahya, Bandung, 1997.

SLTP St. Aloysius, Bandung, 2000. SMU St. Aloysius, Bandung, 2003.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Rasa nyeri, paralisis atau kerusakan jaringan dan kehilangan kontrol motorik dapat menyebabkan gangguan pergerakan, sedangkan aktivitas pergerakan yang normal sangat diperlukan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kemampuan memulai pergerakan dan mempertahankan keseimbangan posisi tubuh dengan baik dan benar diperlukan untuk dapat bergerak dengan baik (Molson Medical Informatics Project, 1998).

Penurunan aktivitas pergerakan menyebabkan aktivitas menurun, kurang bergairah dalam bekerja, yang paling berat dapat menyebabkan kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas, yang dapat berakibat fatal (Charney, et al, 2001). Kecelakaan waktu bekerja dapat terjadi pada kegiatan yang memerlukan konsentrasi penuh dan kelincahan dalam bekerja. Data yang diperoleh dari Jamsostek, selama periode Januari 2004 sampai dengan Januari 2005 di Indonesia terdapat 95.448 kasus kecelakaan kerja (Kulonprogo Binangun, 2006).

Gangguan pergerakan dapat juga disebabkan oleh karena kurang tidur, penggunaan obat-obatan yang menekan susunan saraf pusat seperti obat tidur dan obat anti cemas (Molson Medical Informatics Project, 1998). Insomnia atau gangguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling umum didapat pada praktek kedokteran saat ini dan sekitar sepertiga dari penduduk Amerika menderita insomnia (Charney, et al, 2001; US Census Bureau, 2004). Diagnosis yang tepat sangat membantu dalam memberikan pengobatan yang tepat. Penanganan insomnia banyak menimbulkan kontroversi, yaitu antara terapi secara


(20)

kabur, mual, muntah, diare, nyeri sendi, nyeri epigastrium, nyeri dada dan kadang inkontinensia. Pada konsentrasi puncak dalam plasma, Benzodiazepin dalam dosis hipnotik dapat menyebabkan pusing, inkoordinasi motorik, gangguan fungsi motorik, kebingungan dan amnesia anterograd (Charney, et al, 2001).

Efek samping yang beragam, akan mempengaruhi fungsi lokomotor, karena fungsi lokomotor berhubungan dengan mata, telinga dan otot yang memberi informasi ke otak, dan selanjutnya akan mengatur pergerakan tulang dan otot (Better Health, 2005). Gangguan lokomotor dapat menyebabkan parese tungkai bawah sedang sampai berat, tremor, gaya berjalan yang tidak terkoordinasi, asinergi otot dan kecenderungan untuk jatuh (Bourke, 1993). Keadaan ini menyebabkan masyarakat berupaya mencari obat-obat alternatif untuk mengatasi insomnia yang diharapkan tidak terlalu mengganggu aktivitas lokomotor. Salah satu obat alternatif yang dapat digunakan adalah biji buah pala (Myristicae semen). Pala adalah obat tradisional Indonesia, bagian tanaman yang dimanfaatkan pada penelitian ini adalah bijinya. Kandungan biji buah pala dipercaya dapat mengatasi gangguan tidur (Heti Maryati & Lusi Kristiana, 2004). Penelitian terdahulu terhadap efek hipnotik ekstrak biji pala telah dilakukan tahun 2000 oleh Suderawati dan disimpulkan bahwa ekstrak biji pala berefek hipnotika.

Berdasarkan hal itu, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh biji buah pala terhadap aktivitas lokomotor bila digunakan untuk mengatasi insomnia.

1.2Identifikasi Masalah

Apakah ekstrak etanol biji pala (Myristicae semen) pada variasi dosis hipnotik menyebabkan penurunan aktivitas lokomotor.


(21)

3

1.3Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud penelitian

Diharapkan biji pala (Myristicae semen) dapat dijadikan sebagai obat tidur alternatif dengan informasi penurunan aktivitas lokomotor yang telah diketahui.

1.3.2 Tujuan penelitian

Menilai pengaruh efek samping ekstrak etanol biji pala (Myristicae semen) pada variasi dosis hipnotik terhadap penurunan aktivitas lokomotor.

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat akademis

Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan pengetahuan dalam bidang farmakologi khususnya tanaman obat asli Indonesia mengenai pengaruh ekstrak etanol biji pala (Myristicae semen) pada variasi dosis hipnotik terhadap penurunan aktivitas lokomotor.

1.4.2 Manfaat praktis

Masyarakat dapat menggunakan biji pala (Myristicae semen) sebagai obat hipnotik alternatif dengan informasi penurunan aktivitas lokomotor yang telah diketahui.


(22)

spinalis. Serat-serat ini membentuk traktus kortikospinalis atau piramidalis. serat ini adalah akson dari neuron yang terletak dalam regio motorik. Serat-serat traktus kortikospinalis kemudian meninggalkan korteks motorik, Serat-serat ini akan melewati korona radiata substansia alba serebrum ke arah ekstremitas posterior kapsula interna (Duus, 1996).

Gamma aminobutyric acid (GABA) adalah neurotransmiter bersifat inhibitorik utama di dalam sistem saraf pusat. Studi-studi elektrofisiologis telah memperlihatkan bahwa Benzodiazepin memperkuat inhibisi GABA-ergik pada seluruh tingkat neuraksis. Benzodiazepin bekerja menghambat sistem saraf pusat dengan cara berikatan pada sisi-sisi alosterik reseptor GABA sehingga meningkatkan afinitas GABA terhadap reseptornya. Keadaan ini akan meningkatkan frekuensi kejadian pembukaan kanal ion klorida (Jacob,1999; Trevor & Way, 2002).

Minyak atsiri berefek sedatif karena dapat memodulasi transmisi saraf di otak dengan berikatan pada sisi potensial reseptor GABA dan meningkatkan afinitas GABA terhadap reseptornya (Aoshima & Hamamoto, 1999).

Biji pala mengandung minyak atsiri yang terdiri dari terpenoid alkohol (Bruneton, 1999). Kandungan utama biji pala adalah terpenoid alkohol (α-pinene, camphene, β-pinene, sabinene, myrcene, α-phellandrene, α-terpinene, limonene, 1,8-cineole, y-terpinene, linalool, terpinen-4-ol) dan fenolik eter (safrole, methyl eugenol dan myristicin) (Leon, 1997). Pengikatan triterpenoid pada reseptor GABA menyebabkan saluran klorida lebih terbuka, Cl masuk ke dalam sel sehingga sel menjadi sulit tereksitasi, impuls melalui kortikospinal menurun sehingga aktivitas lokomotor menurun.

1.6 Hipotesis

Ekstrak etanol biji pala (Myristicae semen) pada variasi dosis hipnotik menyebabkan penurunan aktivitas lokomotor.


(23)

5

1.7 Metode Penelitian

Desain penelitian adalah prospektif eksperimental laboratorium sungguhan yang bersifat komparatif dengan menggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL). Data yang diukur adalah garis lintasan pada menit ke 45. Analisis data menggunakan uji Anava satu arah, dilanjutkan uji beda rata-rata Tukey HSDa

dengan α = 0,05.

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha bulan Maret 2006 sampai Januari 2007.


(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Ekstrak etanol biji pala (Myristicae semen) pada variasi dosis hipnotik menimbulkan penurunan aktivitas lokomotor pada dosis 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB.

5.2 Saran

Saran: - Sebaiknya ekstrak etanol biji pala (Myristicae semen) digunakan pada dosis 50 mg/kgBB atau lebih kecil untuk menghindarkan penurunan aktivitas lokomotor.

- Disarankan dilakukan penelitian dengan pelarut lain dan hewan percobaan lain.

- Perlu dilakukan uji toksisitas dari ekstrak etanol biji pala (Myristicae semen).

- Perlu dilakukan penelitian terhadap dosis 50 mg/kgBB sebagai dosis


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Alprazolam.cc. 2004. Alprazolam Chemistry and Pharmacology.

http://www.alprazolam.cc/alprazolam-chemistry-pharmacology.htm, 1 November 2006

Aoshima. H., Hamamoto. K. 1999. Potentiation of GABAA Receptor Expressed in Xenopus Oocytes by Perfume and Phytoncid.

http://www.soc.nii.ac.jp/jsbba/e/el_05/bbindex_e.httml, 17 Oktober 2006 Bourke, C. A. 1993. Neuropathy and Thalamic Cerebellar.

http://www.angis.org.au/bin/Databases/BIRX/birx_doc?omia+1623, 11 Juli 2006

British Herbal Medicine Association. 1983. British Herbal Pharmacopoiea. London: Association Scientific Comitee. p. 147-148

Bruneton, J. 1999. Pharmacognosy, Phytochemistri Medicinal Plants. 2nd ed. New York: Lavoiser Publishing. p. 334-337

Charney, D., Mihic S. J., Harris R. A. 2001. Hypnotics and Sedatives. In: Hardman J. G., Limbird L. H. eds. Goodman and Gilman The

Pharmacological Basis Of The Therapeutic. 10th ed. McGraw Hill Companies. p. 400-408, 422

Chusid J. G. 1982. Correlative Neuroanatomy & Functional Neurology. 18th ed. Singapore: Lange. p. 16

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Vademikum Obat Alam. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. hal. 224 Duus, P. 1996. Sistem Motorik. Dalam: Wita J Suwono. ed. Diagnosis Topik Neurologi. Jakarta: EGC. hal. 31

Esoteric oils. 2006. Nutmeg Essential Oil Information.


(26)

Guyton C. A., Hall J. E. 1997. Pengaturan Fungsi Motorik Oleh Korteks dan Batang Otak. Dalam: Irawati Setiawan. Edisi 9. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. hal. 869-874

Heti Maryati dan Lusi Kristiana. 2004. Tanaman Obat Untuk Influenza. Depok: Agromedia Pustaka. hal. 28

Jacob L. S. 1996. Pharmacology. 4th edition. USA: William & Wilkins. p. 53 Kemas Ali Hanafiah. 2006. Dasar-dasar Statistika. Jakarta: PT Raya Grafindo

Persada. hal. 257-262

Kulonprogo Binangun. 2006. Pengangguran dan Kualitas SDM Jadi Faktor Utama Pelaksanaan K3.

http://www.kulonprogo.go.id/berita/bacaberita.php?no=600, 4 September 2006

Leon, C. 1997. Myristica fragrans Houtt.

http://www.inchem.org/documents/pims/plant/pim355.htm, 22 Agustus 2006 Long C. J. 2006. Physiological Physiology.

http://neuro.psyc.memphis.edu/ugp/css015.html, 17 Oktober 2002

Mahar Mardjono., Priguna Sidharta. 1978. Neurologis Klinis Dasar. Jakarta: PT Dian Rakyat. hal.3

Med Science. 2004. Basal Ganglia. http://www.sci.uidaho.edu/med532/basal.htm, 1 November 2007

Metta Sinta Sari Wiria dan Tony Handoko. 2003. Hipnotik Sedatif dan Alkohol. Dalam: Sulistia G Ganiswara. ed. Farmakologi dan Terapi, Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru. hal. 126

Molson Medical Informatics Project. 1998. Normal Gait.

http://sprojects.mmi.mcgill.ca/gait/normal/bad.htm, 22 Agustus 2006 National Plant Data Centre. 2000. Myristica fragrans Houtt.

http://www.itis.usda.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=Scientific Name&search_value=Myristica+fragrans&search_kingdom=every&search_sp an=containing&categories=All&source=html&search_credRating=All, 1 November 2006

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 1999. Gangguan Gerak dan Penyakit Degeneratif. Dalam: Harsono. ed. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. hal. 219


(27)

38

Rusmidlernes biologi. 2000. Benzodiazepiner.

http://www.sst.dk/publ/publ2000/rus_bio/Rusmidlernes_biologi-5.htm, 9 Januari 2007

RxList. 2004. Alprazolam Clinical Pharmacology.

http://www.rxlist.com/cgi/generic/alpraz_cp.htm, 1 November 2006

The Washington University School of Medicine. 2002. Basic Motor Pathway. http://hhp.uh.edu/~clayne/6397/Unit5_files/motorpathways5.htm, 17 Oktober 2006

Trevor A. J., Way W. L. 2002. Obat Sedatif Hipnotik. In: Bertram G Katzung. ed. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika. hal. 34,35

University of Dallas. 2001. Motor System II: Descending (cortical) system. http://www.utdallas.edu/~tres/integ/mot2/display2_11.html, 23 Desember 2006

US Census Bureau. 2004. Statistic by Country For Insomnia.

http://wrongdiagnosis.com/i/insomnia/stats-country.htm, 4 September 2006 Weil A. T. 2006. The Use of Nutmeg as A Psycotropic Agent.

http://www.unodc.org/unodc/bulletin/bulletin_1966-01-01_4_page003.html, 22 Agustus 2006

Wikipedia. 2006. Alprazolam. http://en.wikipedia.org/wiki/Alprazolam, 1 November 2006


(1)

4

spinalis. Serat-serat ini membentuk traktus kortikospinalis atau piramidalis. serat ini adalah akson dari neuron yang terletak dalam regio motorik. Serat-serat traktus kortikospinalis kemudian meninggalkan korteks motorik, Serat-serat ini akan melewati korona radiata substansia alba serebrum ke arah ekstremitas posterior kapsula interna (Duus, 1996).

Gamma aminobutyric acid (GABA) adalah neurotransmiter bersifat inhibitorik utama di dalam sistem saraf pusat. Studi-studi elektrofisiologis telah memperlihatkan bahwa Benzodiazepin memperkuat inhibisi GABA-ergik pada seluruh tingkat neuraksis. Benzodiazepin bekerja menghambat sistem saraf pusat dengan cara berikatan pada sisi-sisi alosterik reseptor GABA sehingga meningkatkan afinitas GABA terhadap reseptornya. Keadaan ini akan meningkatkan frekuensi kejadian pembukaan kanal ion klorida (Jacob,1999; Trevor & Way, 2002).

Minyak atsiri berefek sedatif karena dapat memodulasi transmisi saraf di otak dengan berikatan pada sisi potensial reseptor GABA dan meningkatkan afinitas GABA terhadap reseptornya (Aoshima & Hamamoto, 1999).

Biji pala mengandung minyak atsiri yang terdiri dari terpenoid alkohol (Bruneton, 1999). Kandungan utama biji pala adalah terpenoid alkohol (α-pinene, camphene, β-pinene, sabinene, myrcene, α-phellandrene, α-terpinene, limonene, 1,8-cineole, y-terpinene, linalool, terpinen-4-ol) dan fenolik eter (safrole, methyl eugenol dan myristicin) (Leon, 1997). Pengikatan triterpenoid pada reseptor GABA menyebabkan saluran klorida lebih terbuka, Cl masuk ke dalam sel sehingga sel menjadi sulit tereksitasi, impuls melalui kortikospinal menurun sehingga aktivitas lokomotor menurun.

1.6 Hipotesis

Ekstrak etanol biji pala (Myristicae semen) pada variasi dosis hipnotik menyebabkan penurunan aktivitas lokomotor.


(2)

5

1.7 Metode Penelitian

Desain penelitian adalah prospektif eksperimental laboratorium sungguhan yang bersifat komparatif dengan menggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL). Data yang diukur adalah garis lintasan pada menit ke 45. Analisis data menggunakan uji Anava satu arah, dilanjutkan uji beda rata-rata Tukey HSDa dengan α = 0,05.

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha bulan Maret 2006 sampai Januari 2007.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Ekstrak etanol biji pala (Myristicae semen) pada variasi dosis hipnotik menimbulkan penurunan aktivitas lokomotor pada dosis 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB.

5.2 Saran

Saran: - Sebaiknya ekstrak etanol biji pala (Myristicae semen) digunakan pada dosis 50 mg/kgBB atau lebih kecil untuk menghindarkan penurunan aktivitas lokomotor.

- Disarankan dilakukan penelitian dengan pelarut lain dan hewan percobaan lain.

- Perlu dilakukan uji toksisitas dari ekstrak etanol biji pala (Myristicae semen).

- Perlu dilakukan penelitian terhadap dosis 50 mg/kgBB sebagai dosis


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alprazolam.cc. 2004. Alprazolam Chemistry and Pharmacology.

http://www.alprazolam.cc/alprazolam-chemistry-pharmacology.htm, 1 November 2006

Aoshima. H., Hamamoto. K. 1999. Potentiation of GABAA Receptor Expressed in Xenopus Oocytes by Perfume and Phytoncid.

http://www.soc.nii.ac.jp/jsbba/e/el_05/bbindex_e.httml, 17 Oktober 2006 Bourke, C. A. 1993. Neuropathy and Thalamic Cerebellar.

http://www.angis.org.au/bin/Databases/BIRX/birx_doc?omia+1623, 11 Juli 2006

British Herbal Medicine Association. 1983. British Herbal Pharmacopoiea. London: Association Scientific Comitee. p. 147-148

Bruneton, J. 1999. Pharmacognosy, Phytochemistri Medicinal Plants. 2nd ed. New York: Lavoiser Publishing. p. 334-337

Charney, D., Mihic S. J., Harris R. A. 2001. Hypnotics and Sedatives. In: Hardman J. G., Limbird L. H. eds. Goodman and Gilman The

Pharmacological Basis Of The Therapeutic. 10th ed. McGraw Hill Companies. p. 400-408, 422

Chusid J. G. 1982. Correlative Neuroanatomy & Functional Neurology. 18th ed. Singapore: Lange. p. 16

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Vademikum Obat Alam. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. hal. 224 Duus, P. 1996. Sistem Motorik. Dalam: Wita J Suwono. ed. Diagnosis Topik

Neurologi. Jakarta: EGC. hal. 31

Esoteric oils. 2006. Nutmeg Essential Oil Information.

http://www.essentialoils.co.za/essential-oils/nutmeg.htm, 22 Agustus 2006 Essential Blend. 2005. Nutmeg Pure Essential Oil.

http://www.essentialblend.com/nutmeg.htm, 17 Oktober 2006 Ganong W. F. 2003. Kontrol Postur dan Gerakan. Dalam: Djauhari

Widjajakusumah. ed. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC. hal. 196-200


(5)

37

Guyton C. A., Hall J. E. 1997. Pengaturan Fungsi Motorik Oleh Korteks dan Batang Otak. Dalam: Irawati Setiawan. Edisi 9. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. hal. 869-874

Heti Maryati dan Lusi Kristiana. 2004. Tanaman Obat Untuk Influenza. Depok: Agromedia Pustaka. hal. 28

Jacob L. S. 1996. Pharmacology. 4th edition. USA: William & Wilkins. p. 53 Kemas Ali Hanafiah. 2006. Dasar-dasar Statistika. Jakarta: PT Raya Grafindo

Persada. hal. 257-262

Kulonprogo Binangun. 2006. Pengangguran dan Kualitas SDM Jadi Faktor Utama Pelaksanaan K3.

http://www.kulonprogo.go.id/berita/bacaberita.php?no=600, 4 September 2006

Leon, C. 1997. Myristica fragrans Houtt.

http://www.inchem.org/documents/pims/plant/pim355.htm, 22 Agustus 2006 Long C. J. 2006. Physiological Physiology.

http://neuro.psyc.memphis.edu/ugp/css015.html, 17 Oktober 2002

Mahar Mardjono., Priguna Sidharta. 1978. Neurologis Klinis Dasar. Jakarta: PT Dian Rakyat. hal.3

Med Science. 2004. Basal Ganglia. http://www.sci.uidaho.edu/med532/basal.htm, 1 November 2007

Metta Sinta Sari Wiria dan Tony Handoko. 2003. Hipnotik Sedatif dan Alkohol. Dalam: Sulistia G Ganiswara. ed. Farmakologi dan Terapi, Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru. hal. 126

Molson Medical Informatics Project. 1998. Normal Gait.

http://sprojects.mmi.mcgill.ca/gait/normal/bad.htm, 22 Agustus 2006 National Plant Data Centre. 2000. Myristica fragrans Houtt.

http://www.itis.usda.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=Scientific Name&search_value=Myristica+fragrans&search_kingdom=every&search_sp an=containing&categories=All&source=html&search_credRating=All, 1 November 2006

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 1999. Gangguan Gerak dan Penyakit Degeneratif. Dalam: Harsono. ed. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. hal. 219


(6)

38

Rusmidlernes biologi. 2000. Benzodiazepiner.

http://www.sst.dk/publ/publ2000/rus_bio/Rusmidlernes_biologi-5.htm, 9 Januari 2007

RxList. 2004. Alprazolam Clinical Pharmacology.

http://www.rxlist.com/cgi/generic/alpraz_cp.htm, 1 November 2006

The Washington University School of Medicine. 2002. Basic Motor Pathway. http://hhp.uh.edu/~clayne/6397/Unit5_files/motorpathways5.htm, 17 Oktober 2006

Trevor A. J., Way W. L. 2002. Obat Sedatif Hipnotik. In: Bertram G Katzung. ed. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika. hal. 34,35

University of Dallas. 2001. Motor System II: Descending (cortical) system. http://www.utdallas.edu/~tres/integ/mot2/display2_11.html, 23 Desember 2006

US Census Bureau. 2004. Statistic by Country For Insomnia.

http://wrongdiagnosis.com/i/insomnia/stats-country.htm, 4 September 2006 Weil A. T. 2006. The Use of Nutmeg as A Psycotropic Agent.

http://www.unodc.org/unodc/bulletin/bulletin_1966-01-01_4_page003.html, 22 Agustus 2006

Wikipedia. 2006. Alprazolam. http://en.wikipedia.org/wiki/Alprazolam, 1 November 2006