Efek Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea Semen) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Betina Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Aloksan.
iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
EFEK EKSTRAK ETANOL BIJI ALPUKAT (Persea Semen) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH
MENCIT GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI ALOKSAN
Lucyawati, 2009; Pembimbing : Diana K. Jasaputra, dr., M.Kes.
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit degeneratif ditandai tingginya kadar glukosa darah (KGD). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek ekstrak etanol biji alpukat (EEBA) dalam menurunkan KGD mencit yang diinduksi aloksan. Desain penelitian bersifat eksperimental sungguhan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan bersifat komparatif. Penelitian menggunakan mencit betina galur Swiss Webster yang diinduksi aloksan. Mencit-mencit tersebut dibagi menjadi 5 kelompok secara acak, yaitu kelompok I, II, III, yang diberi EEBA dosis 60 mg/ dl, 120 mg/ dl, dan 240 mg/ dl, kelompok IV yang diberi gom arab 1% dan kelompok V yang diberi glibenklamid (1,3 mg/ kgBB). Data yang diukur adalah KGD puasa mencit baik sebelum dan sesudah diinduksi aloksan, maupun setelah diberi perlakuan tiap kelompok. Analisis persentase penurunan KGD menggunakan uji ANOVA dilanjutkan dengan Tukey HSD. Hasil menunjukkan bahwa EEBA dengan dosis I, II, III, gom arab 1%, dan glibenklamid persentase penurunan KGD secara berturut-turut adalah 27,48; 49,26; 38,47; 1,40; 50,48. Penelitian dengan EEBA dosis I, II, dan III bermakna secara statistik menurunkan KGD mencit dengan p < 0,05. Kesimpulan penelitian ini adalah EEBA berefek menurunkan KGD mencit.
(2)
v Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT
THE EFFECT OF AVOCADO SEED (Persea Semen) ETHANOL EXTRACT TO BLOOD GLUCOSE LEVEL ON
ALLOXAN INDUCED Swiss Webster MICE Lucyawati, 2009; Tutor : Diana K. Jasaputra, dr., M.Kes.
Diabetes Melitus (DM) is a degenerative disease signed by the high level of blood glucose. The objective of this study is to determine the effect of avocado seed ethanol extract (ASEE) to lowering blood glucose on alloxan induced mice. This experiment used a comparative, real experimantal method with a complete randomized design. This study used female Swiss Webster mice that already induced by alloxan. The mice were grouped into 5 groups randomly, which is group I, II, and III treated by 60 mg/ dl, 120 mg/ dl, 240 mg/ dl doses of ASEE, group IV treated by gom arab 1%, and group V treated by glibenclamide (1,3 mg/ kgBB). Data measured was before and after induced by alloxan blood glucose level of the mice and after each group was treated. The lowering blood glucose level percentage was analyzed by ANOVA method and continued by Tukey HSD method. The result shows that I, II, III dose ASEE, gom arab 1%, and glibenclamide, the order of lowering blood glucose percentage after the treatment are 27,48; 49,26; 38,47; 1,40; and 50,48. The statistical analysis on I, II, and III doses of ASEE, shows a significant effect of lowering the blood glucose level with p < 0,005. The conclusion of this study is ASEE has the effect for lowering blood glucose levels on mice.
(3)
viii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... LEMBAR PERSETUJUAN ... SURAT PERNYATAAN ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... PRAKATA ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR DIAGRAM ... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ... 1.2 Identifikasi Masalah ... 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 1.4 Manfaat Penelitian ... 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 1.6 Metodologi Penelitian ... 1.7 Lokasi dan Waktu ...
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pankreas
2.1.1 Anatomi Pankreas ... 2.1.2 Histologi Pankreas ... 2.2 Insulin
2.2.1 Pengaturan Sekresi Insulin ... i ii iii iv v vi viii xi xii xiii xiv 1 2 3 3 3 4 5 5 6 8 10
(4)
ix Universitas Kristen Maranatha 2.2.2 Efek Fisiologis Insulin ... 2.2.3 Reseptor Insulin ... 2.3 Aloksan ... 2.4 Peran Radikal Bebas Terhadap DM ... 2.5 Antioksidan ... 2.6 Diabetes Melitus
2.6.1 Definisi ... 2.6.2 Epidemiologi ... 2.6.3 Klasifikasi ... 2.6.4 Etiologi dan Patogenesis
2.6.4.1 DM Tipe I ... 2.6.4.2 DM Tipe II ... 2.6.4.3 DM Tipe Lain ... 2.6.4.4 DM Gestasional ... 2.6.5 Dasar Diagnosis
2.6.5.1 Pemeriksaan Penyaring ... 2.6.5.2 Menegakkan Diagnosis ... 2.6.6 Komplikasi
2.6.6.1 Komplikasi Akut ... 2.6.6.2 Komplikasi Kronis ... 2.6.7 Penatalaksanaan
2.6.7.1 Perencanaan Makanan ... 2.6.7.2 Latihan Jasmani ... 2.6.7.3 Intervensi Farmakologis ... 2.6.7.4 Penyuluhan ... 2.7 Tanaman Obat Untuk DM
2.7.1 Deskripsi Tanaman Alpukat ... 2.7.2 Klasifikasi ... 2.7.3 Kandungan Kimia ... 2.7.4 Peran Alpukat (Persea americana Mill.) terhadap
Diabetes Melitus ... 11 12 12 13 14 16 16 17 19 19 20 21 21 22 23 24 26 27 28 32 33 34 35 35
(5)
x Universitas Kristen Maranatha 2.7.5 Efek Farmakologis Lain ...
BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Bahan Penelitian ... 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Desain Penelitian ... 3.3.2 Variabel Penelitian
3.3.2.1Definisi Konsepsional Variabel ... 3.3.2.2Definisi Operasional Variabel ... 3.3.3 Besar Sampel Penelitian ... 3.3.4 Prosedur Kerja ... 3.3.5 Cara Pemeriksaan ... 3.3.6 Metode Analisis ... 3.3.7 Aspek Etik Penelitian ...
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ... 4.2 Pembahasan ... 4.3 Uji Hipotesis Penelitian ...
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 5.2 Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ... RIWAYAT HIDUP...
37 39 40 40 40 41 41 42 43 43 44 45 49 51 52 52 53 64
(6)
xi Universitas Kristen Maranatha
(7)
xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 2.1 Klasifikasi Diabetes Melitus Menurut American Diabetes Association tahun 2005... Tabel 2.2 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan
Penyaring dan Diagnosis Diabetes Melitus... Tabel 2.3 Kriteria Pengendalian Diabetes Melitus... Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Sesudah Induksi
Aloksan... Tabel 4.2 Hasil Pengukuran dan Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Sebelum dan Sesudah Perlakuan... Tabel 4.3 Hasil ANAVA Persentase Penurunan KGD Mencit Sesudah
Perlakuan... Tabel 4.4 Hasil Uji Tukey HSD Persentase Penurunan KGD Sesudah Perlakuan...
17
22 28
45
47
48
48
(8)
xii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 2.1 Anatomi Pankreas... Gambar 2.2 Anatomi Pankreas... Gambar 2.3 Histologi Pulau Langerhans Pankreas... Gambar 2.4 Struktur Kimia Insulin... Gambar 2.5 Struktur Kimia Aloksan... Gambar 2.6 Patogenesis Diabetes Melitus Secara Umum... Gambar 2.7 Patogenesis Diabetes Melitus Tipe II... Gambar 2.8 Pohon Alpukat... Gambar 2.9 Biji Alpukat...
6 7 9 10 13 18 20 33 35
(9)
xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN
Lampiran 1 Perhitungan Dosis... Lampiran 2 Uji ANOVA on ranks pada kadar glukosa darah mencit sesudah
diinduksi aloksan (sebelum perlakuan)... Lampiran 3 Uji ANOVA hasil penelitian persentase penurunan kadar
gluko-sa darah mencit pada tiap kelompok... Lampiran 4 Surat Keputusan Komisi Etik...
58
61
62 63
(10)
xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR DIAGRAM
HALAMAN
Diagram 4.1 Rata-Rata Persentase Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Setelah Perlakuan ...
49
(11)
58 Universitas Kristen Maranatha Lampiran 1
Perhitungan Dosis
1. Larutan Aloksan
• Dosis = 120 mg/ kgBB
• Volume penyuntikan intravena mencit = 0,2 ml
o Dosis untuk mencit 21,9 gram = 21,9 x 120 mg
1000 = 2,628 mg
o Dosis aloksan mencit intravena = 2,628 mg/ 0,2 ml
2. Glibenklamid
• Dosis glibenklamid manusia 70 kg = 10 mg (Sunthornsaj N,et al, 2006)
• Konversi dosis manusia 70 kg ke mencit 20 gram = 0,0026
• Volume lambung mencit = 0,5 ml
o Dosis mencit 20 gram = 10 mg x 0,0026
= 0,026 mg
o Dosis untuk mencit 1 kg = 50 x 0,026 mg
= 1,3 mg/ kgBB
o Dosis untuk mencit 21,9 gram = 21,9 x 1,3mg
1000
= 0,02847 mg
3. Ekstrak Etanol Biji Alpukat
• Dosis mencit per kgBB:
- Dosis I = 60 mg/ kgBB mencit (Farmasi ITB, 2003) Dosis mencit 21,9 gram = 21,9 x 60 mg
1000 = 1,314 mg
(12)
59
Universitas Kristen Maranatha - Dosis II = 120 mg/ kgBB mencit (Farmasi ITB, 2003)
Dosis mencit 21,9 gram = 21,9 x 120 mg 1000
= 2,628 mg
- Dosis III = 240 mg/ kgBB mencit (Farmasi ITB, 2003) Dosis mencit 21,9 gram = 21,9 x 240 mg
1000 = 5,256 mg
Untuk pembuatan larutan dalam 10 ml air suling = 10 x 5,256 mg 0,5
= 105,12 mg = 0,105 gram
4. Pembuatan ekstrak etanol biji alpukat
Masukkan simplisia (bahan baku) biji alpukat yang telah dihaluskan ke dalam maserator yang telah diberi kapas alasnya, diamkan selama 24 jam, kemudian keluarkan dari outlet di bawah maserator apabila masih ada serbuk yang terbawa saring memakai kertas saring, larutan ini disebut ekstrak encer. Tambahkan pelarut baru (Etanol 90%) ke dalam ampas yang ada di dalam maserator begitu seterusnya sampai pelarut yang keluar dari outlet maserator tidak berwarna lagi (biasanya 5-6 kali rendaman). Pekatkan ekstrak encer yang didapat dari maserator menggunakan alat Rotari Evaporator sampai pekat atau sampai tidak ada lagi pelarut yang menetes di kondensor Rotari Evaporator. Ekstrak etanol biji alpukat (EEBA) akan memiliki sifat yang pekat dan bentuknya pasta (Farmasi ITB, 2003).
(13)
60
Universitas Kristen Maranatha
• EEBA dosis III dibuat dengan mencampurkan 0,105 g EEBA dengan 10 ml Gom Arab 1%.
• EEBA dosis II dibuat dengan mencampurkan 3 ml EEBA dosis III dengan 3 ml Gom Arab 1%.
• EEBA dosis I dibuat dengan mencampurkan 1,5 ml EEBA dosis III dengan 4,5 ml Gom Arab 1%.
(14)
61
Universitas Kristen Maranatha Lampiran 2
Uji ANOVA on ranks pada kadar glukosa darah mencit sesudah diinduksi
aloksan (sebelum perlakuan)
One Way Analysis of Variance Data source: Data 1 in Notebook Normality Test: Failed (P = 0.050)
Test execution ended by user request, ANOVA on ranks begun Kruskal-Wallis One Way Analysis of Variance on Ranks Data source: Data 1 in Notebook
Group N Missing
Col 1 6 0
Col 2 6 0
Col 3 6 0
Col 4 6 0
Col 5 6 0
Group Median 25% 75%
Col 1 298.500 252.000 347.000
Col 2 295.000 236.000 379.000
Col 3 302.500 258.000 356.000
Col 4 272.500 198.000 342.000
Col 5 273.500 221.000 297.000
H = 1.815 with 4 degrees of freedom. (P = 0.770)
The differences in the median values among the treatment groups are not great enough to exclude the possibility that the difference is due to random sampling variability; there is not a statistically significant difference (p = 0.770).
(15)
62
Universitas Kristen Maranatha Lampiran 3
Uji ANOVA hasil penelitian persentase penurunan kadar glukosa darah
mencit pada tiap kelompok
One Analysis of Variance Data sorce: Data 1 in Notebook Normality Test: Passed (P = 0.269) Equal Variance Test: Passed (P = 0.565) Group N Missing
Col 1 6 0 Col 2 6 0 Col 3 6 0 Col 4 6 0 Col 5 6 0
Group Mean Std Dev SEM Col 1 27.475 6.322 2.581 Col 2 49.265 5.468 2.232 Col 3 38.467 11.813 4.823 Col 4 1.357 4.718 1.926 Col 5 50.477 8.542 3.487 Power of performed test with alpha = 0.050: 1.000
Source of Variation DF SS MS F P Between Treatments 4 9785.174 2446.294 40.151 <0.001 Residual 25 1523.199 60.928
Total 29 11308.373
The differences in the mean values among the treatment groups are greater than would be expected by chance; there is a statistically significant difference (P = < 0.001).
All Pairwise Multiple Comparison Procedures (Tukey Test): Comparison for factor:
Comparison Diff of Means p q P<0.05 Col 5 vs. Col 4 49.120 5 15.414 Yes Col 5 vs. Col 1 23.002 5 7.218 Yes Col 5 vs. Col 3 12.010 5 3.769 No Col 5 vs. Col 2 1.212 5 0.380 No Col 2 vs. Col 4 47.908 5 15.034 Yes Col 2 vs. Col 1 21.790 5 6.838 Yes Col 2 vs. Col 3 10.798 5 3.389 No Col 3 vs. Col 4 37.110 5 11.646 Yes Col 3 vs. Col 1 10.992 5 3.449 No Col 1 vs. Col 4 26.118 5 8.196 Yes
(16)
63
Universitas Kristen Maranatha Lampiran 4
(17)
64 Universitas Kristen Maranatha RIWAYAT HIDUP
Nama : Lucyawati
NRP : 0610154
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 27 April 1988 Alamat : Jl. Dr. Curie no.15, Bandung Riwayat Pendidikan :
TK Maria Bintang Laut, Bandung, 1994 SD Maria Bintang Laut, Bandung, 2000 SMP Waringin, Bandung, 2003
SMA Trinitas, Bandung, 2006
(18)
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) bukan merupakan penyakit yang baru - baru ini timbul, karena menurut sejarah penyakit ini sudah dikenal sejak tahun 1552 SM di kawasan Mesir (Unus Suriawiria, 2002). Penyakit ini bersifat progresif dan timbul akibat hilangnya homeostasis dari glukosa dalam tubuh akibatnya mudah timbul komplikasi yang sering menyertai, seperti atherosclerosis, penyakit ginjal, dan kebutaan (Oberley, 2008).
Prevalensi DM di Indonesia terus meningkat. Hal ini disebabkan antara lain karena banyak masyarakat Indonesia yang mulai mengubah kebiasaan dan pola hidupnya menyerupai “orang barat” (Eropa atau Amerika) khususnya dalam bidang makanan. Makanan cepat saji mulai menjadi kebiasaan baru. Jenis makanan ini banyak mengandung karbohidrat, dan lemak, yang secara langsung ataupun tidak langsung akan menjadi pemicu terjadinya DM (Unus Suriawiria, 2002).
Faktor risiko diikuti dengan pola hidup yang tidak sehat membuat prevalensi penyakit ini terus meningkat. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 171 juta penduduk dunia menderita penyakit DM, dan jumlahnya akan terus meningkat, sehingga diperkirakan pada tahun 2030 mencapai 366 juta jiwa. Prevalensi penyakit ini di Benua Asia meningkat dengan cepat dibandingkan prevalensi di benua lain. Penderita DM di Asia Tenggara diperkirakan mencapai 119,6 juta jiwa pada tahun 2030. Prevalensi DM di Asia Tenggara, khususnya Indonesia pada tahun 2030 diperkirakan akan menduduki peringkat ke-2 (21,3 juta) setelah India (79,4 juta) dan di dunia menduduki peringkat ke-4 setelah India, Cina (42,3 juta), dan Amerika Serikat (30,3 juta) (Wild, Roglic, Green. et al, 2008).
(19)
2
Universitas Kristen Maranatha DM merupakan penyakit yang sangat serius dan berbahaya tetapi kurang mendapat perhatian dari penderitanya. DM memiliki tiga tanda klasik sebagai gejala klinik, yakni poliuria, polidipsi, poliphagi (Unus Suriawiria, 2002). Penderita DM banyak yang mengabaikan gejala ini dan akibatnya banyak komplikasi yang timbul (Setiawan Dalimartha, 2004). Terapi yang tepat dengan pengkontrolan ketat sangat diperlukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya mendorong perkembangan ilmu pengetahuan di berbagai bidang terutama di bidang farmakologi guna mengatasi DM. Cara pengobatan alternatif seperti mengkonsumsi tanaman obat juga terus diminati oleh masyarakat. Biji alpukat (Persea Semen) merupakan salah satu tanaman yang terus dikembangkan untuk menjadi salah satu tanaman obat untuk penyakit DM. Biji alpukat (Persea Semen) selain mudah didapat, juga memiliki senyawa fitosterol dan β-sitosterol untuk menurunkan kadar kolesterol dan glukosa darah (Hernani dan Mono Rahardjo, 2005). Tokoferol dan flavonoid quersetin yang merupakan kandungan biji alpukat (Persea Semen) diketahui berefek menangkal radikal bebas yang ditimbulkan dari kadar glukosa darah yang tinggi. Biji alpukat (Persea Semen) melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu obat alternatif untuk penyakit DM.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian tersebut di atas, maka dapat dirumuskan identifikasi masalah penelitian sebagai berikut:
Apakah ekstrak etanol biji alpukat (Persea Semen) menurunkan kadar glukosa darah pada mencit betina galur Swiss Webster yang diinduksi aloksan.
(20)
3
Universitas Kristen Maranatha 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi biji alpukat (Persea
Semen) sebagai terapi alternatif dan terapi komplementer untuk mengobati
penyakit DM.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan adanya efek penurunan kadar glukosa darah yang terjadi dengan pemberian ekstrak etanol biji alpukat (Persea Semen) terhadap mencit betina galur Swiss Webster yang diinduksi aloksan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat akademis penelitian ini adalah menambah wawasan dan informasi di dunia kesehatan khususnya pada bidang ilmu farmakologi, tentang biji alpukat
(Persea Semen) sebagai obat antidiabetik.
Manfaat praktis penelitian ini adalah biji alpukat (Persea Semen) diharapkan selanjutnya dapat digunakan sebagai salah satu pilihan terapi alternatif dan terapi komplementer bagi penderita DM.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Diabetes melitus (DM) adalah sindroma metabolik menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) karena gangguan produksi, sekresi insulin atau retensi insulin (Wahyu Widowati, 2008). Penyakit ini bersifat progresif dan berhubungan dengan risiko tinggi dari atherosclerosis, penyakit ginjal, dan kerusakan saraf seperti kebutaan (Oberley, 2008). Glukosa berlebih yang terakumulasi di darah (hiperglikemia) pada pasien DM mudah teroksidasi dan dapat menyebabkan stres oksidatif (Tiwari, 2002). Stres oksidatif pada DM ditandai dengan peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS) yang akan
(21)
4
Universitas Kristen Maranatha mengakibatkan berbagai kerusakan oksidatif berupa komplikasi dan akan memperparah kondisi pasien DM tersebut (Halliwell, 1999).
Aloksan adalah bahan diabetogenik yang dapat mengakibatkan stres oksidatif berat pada sel β pankreas. Rusaknya sel β akan memicu sel inflamasi yang secara tidak langsung menghasilkan radikal oksigen yang akan memperburuk kondisi sel β dan akhirnya mengakibatkan kematian sel β (Halliwell, 1999). Reduksi aloksan di dalam sel β pankreas melibatkan protein thioredoxin yang biasanya terlibat dalam pembentukkan insulin dalam keadaan normal. Protein tersebut dirubah menjadi hasil reduksinya (dithiol) yang dibentuk oleh NADH atau NADPH. Pada percobaan, penghambatan kerja aloksan oleh antioksidan quersetin juga menghambat reaksi reduksi aloksan yang melibatkan protein thioredoxin tersebut sehingga insulin dapat terbentuk kembali.
Biji alpukat (Persea Semen) mengandung senyawa fitosterol dan β-sitosterol yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dan kolesterol (Hernani dan Mono Rahardjo, 2005). Biji alpukat (Persea Semen) juga mengandung flavonoid quersetin yang diketahui khasiatnya sebagai antioksidan yang potensial (Triana Hertiani, dkk., 2001). Quersetin meningkatkan sekresi insulin dengan melindungi sel β pankreas dari kerusakan karena radikal bebas (www.unitedmedicalnetwork.com, 2005). Dengan demikian, pemberian ekstrak etanol biji alpukat diharapkan menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan.
1.5.2 Hipotesis Penelitian
Ekstrak etanol biji alpukat (Persea Semen) menurunkan kadar glukosa darah pada mencit betina galur Swiss Webster yang diinduksi aloksan.
(22)
5
Universitas Kristen Maranatha 1.6 Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif. Data yang diukur adalah kadar glukosa darah puasa mencit dalam mg/ dl, baik sebelum perlakuan atau sesudah diinduksi aloksan, maupun setelah diberi perlakuan tiap kelompok. Uji analisis statistik dengan menggunakan metode one way analysis of
variance (ANOVA) melalui bantuan perangkat lunak komputer, yang dilanjutkan
dengan uji yang sesuai dengan α = 0,05.
Percobaan menggunakan mencit galur Swiss Webster yang telah diinduksi Aloksan untuk merusak sel β pankreas mencit tersebut. Kemudian diberikan ekstrak etanol biji alpukat (Persea Semen) pada mencit dengan 3 dosis berbeda untuk mengetahui efek penurunan persentase kadar glukosa darah mencit tersebut.
Mencit yang digunakan berjumlah 30 ekor, dan dibagi dalam 5 kelompok percobaan masing-masing terdiri dari 6 ekor mencit. Alat yang digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah pada mencit adalah Glukometer Nesco.
1.7 Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung. Berlangsung dari bulan Desember 2008 sampai dengan bulan November 2009.
(23)
52 Universitas Kristen Maranatha BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan umum
Ekstrak etanol biji alpukat (Persea Semen) menurunkan kadar glukosa darah mencit betina galur Swiss Webster yang diinduksi aloksan.
Kesimpulan tambahan
Ekstrak etanol biji alpukat (Persea Semen) berefek antidiabetik pada dosis II, III setara glibenklamid.
5.2 Saran
Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan dan masih dapat dilakukan penelitian lanjutan seperti:
1. Penelitian dilakukan dengan variasi dosis yang lebih banyak sehingga diperoleh dosis yang paling baik untuk menurunkan kadar glukosa darah. 2. Penelitian dengan menggunakan alat tes glukosa yang lebih akurat seperti
spektrofotometri
3. Penelitian tentang uji toksisitas dari biji alpukat
4. Penelitian tentang efek samping yang mungkin dapat terjadi pada penggunaan biji alpukat
5. Penelitian efek biji alpukat disertai dengan penentuan kadar asam urat 6. Penelitian mengenai standardisasi biji alpukat
(24)
53 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
A. Boedisantoso, R., Imam Subekti. 2005. Komplikasi akut diabetes melitus.
Dalam: Sidartawan Soegondo, dkk., editor: Penatalaksanaan diabetes
melitus terpadu . Jakarta: Balai Penerbit FK-UI. hal. 161-4.
Ade Zuhrotun. 2007. Aktivitas antidiabetes etanol biji buah alpukat (Persea
Americana Mill.) bentuk bulat (skripsi). Jurusan Farmasi FMIPA Unpad.
Bandung.
Ahmad Fajar Sidiq. 2009. Manfaat buah alpukat.
http://fajj27blog.files.wordpress.com/2009/01/avocado. 4 Agustus 2009.
Anik Widijanti dan Bernard Theodore Ratulangi. 2003. Pemeriksaan
Laboratorium PenderitaDiabetesMellitus. http:// digilib. brawijaya. id
/virtual library. 17 Juni 2009.
Anjang Yudistri dan Tanto Budi Susilo. 2004. Antioksidan Dalam Buah.
http://www.radarbanjar.com/berita/index.asp?Berita=Kesehatan&id. 4
Agustus 2009.
Anonim. 2005. Quercetin. http://www.unitedmedicalnetwork.com/unmrationale_
liver.asp. 24 April 2009.
Anonim. 2002. Buah alpukat mengatasi darah tinggi. http://
www.litbang.deptan.go.id/tahukah-anda/?p=6. 4 Agustus 2009.
Anonim. 2007. Polifenol dalam produk konsumsi. http://www. kalbe.co.id/
index.php?mn=news&tipe=detail&detail=18925. 8 Agustus 2009.
Arnelia. 2009. Fito-kimia Komponen Ajaib Cegah PJK, DM dan Kanker.
http://www.kimianet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1100397943&2. 8
Agustus 2009.
Asman Manaf. 2006. Insulin: Mekanisme sekresi dan aspek metabolisme. Dalam:
Aru W. Sudoyo, dkk., editor: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 4 jilid
3. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-UI. hal. 1890.
(25)
54
Universitas Kristen Maranatha
Azran Jaffar. 2004. Serangan Radikal Bebas. Available at: http://www.bharian.
com.my/BHarian/Sunday/Kesihatan/20060513121902/Article. 4 Agustus 2009.
Buhler, D.R., Miranda, C. 2005. Antioxidant activity of flavonoid. http://Ipi.
oregonstate.edu/f-w00/flavonoid.html. 7 Juli 2009.
Diana Sofia. 2005. Antioksidan dan radikal bebas.
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/berita/antioksidan_dan_radikal_bebas/. 4 Agustus 2009.
Drake R.L., Vogl W., Mitchell A.W.M. 2005. Abdomen. In: Anthony M. Adinolfi, Kurt H. Albertine, Gail Amort-Larson, Judith E. Anderson, S. P .
Banumathy, David H. Bechhofer, et al, editors: Gray’s anatomy for
students. Chruchill Livingstone: Elsevier. p. 288, 297-8, 303-11.
Farmasi ITB. 2003. http://bahan-alam.fa.itb.ac.id. 11 November 2008.
Granner, D.K. 2003. Hormon pankreas dan traktus gastrointestinal. Dalam: Andry
Hartono, editor: Biokimia harper. Edisi 25. Jakarta: EGC. hal. 581.
Guyton A.C., Hall J.E. 1997. Insulin, glukagon, dan diabetes melitus. Dalam:
Irawati Setiawan, editor: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta:
EGC. hal. 1221-37.
Halliwell, B., Gutteridge, J. M.C. 1999. Free radicals, other reactive species and
disease. In: Free Radical in Biology and Medicine. 3th ed. New York:
Oxford. p. 639.
Hernani, Mono Rahardjo. 2005. Tanaman berkhasiat antioksidan. Jakarta:
Penebar Swadaya. hal. 8-9, 17-8, 41-2.
Irna Safira Inayah. 2006. Antioksidan, Revolusi dan Terobosan Dalam Ilmu
Kedokteran Preventif. http://www.pikiran-rakyat.com/ cakrawala/ lainnya
01.htm. 14 Juli 2009.
Junquiera, L.C., Carneiro .J. 2003. Basic histology. 10th ed. LANGE. New York.
(26)
55
Universitas Kristen Maranatha Karam, J.H., Nolte, M.S. 2002. Pankreas dan obat anti diabetes. Dalam: B.G.
Katzung., editor: Farmakologi dasar dan klinik. Edisi 8. Jakarta: Salemba
Medika. hal. 671-90.
Kelompok Kerja Ilmiah Phyto Medica.1993. Penapisan Farmakologi, Pengujian
Fitokimia, dan Pengujian Klinik. Jakarta: Yayasan Pengembangan Obat
Bahan Alam Phyto Medica.
Kemas Ali Hanafiah. 2005. Prinsip percobaan dan perancangannya. rancangan
percobaan aplikatif: aplikasi kondisional bidang pertanaman, peternakan,
perikanan, industri dan hayati. Edisi 1. Jakarta: PT. Raya Grafindo
Persada. hal. 10-12.
Knekt, P. et al. 2002. Flavonoid intake and risk of chronic disease.
http://www.applepolyphenols.com/ studies/diabetes.htm. 14 Juli 2009. Kochar, S.P. dan B. Rossell. 1990. Detection estimation and evaluation of
antioxidants in food system. Di dalam : B.J.F. Hudson, editor. Food
Antioxidants. Elvisier Applied Science. London.
Maritim A.C., Sanders R.A., Watkins J.B. 3rd. Diabetes, oxidative stress, and
antioxidants. Journal Biochemical Molecular Toxicology. 2003; 17(1): 24.
Molina, P.E. 2004. Endocrine Pancreas. In: LANGE Endocrine physiology. New
York: Mc Graw Hill. p. 157-79.
Niwa, Y. 1997. Radikal bebas mengundang maut. Tokyo: NTU. hal. 30-40, 76-7.
Oberley L.W. Free radicals and diabetes. Free Radicals Biology Medical. 1988;
5(2): 113-24.
PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia 2006. Jakarta: PB PERKENI. hal 4, 9-19.
Powers, C.A. 2005. Diabetes mellitus. In: E. Braunwald, A.s. Fauci, D.L. Kasper,
S.L. Hauser, D.L. Longo, J.L. Jameson, editors: Harrison’s principles of
internal medicine. International edition 16thedition vol.2. New York: Mc
Graw Hill. p. 2152-80.
Sarwono Waspadji. 2005. Diabetes melitus: mekanisme dasar dan pengelolaannya
(27)
56
Universitas Kristen Maranatha
Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu . Jakarta: Balai Penerbit FK-UI.
hal. 34-42.
Setiawan Dalimartha. 2004. Ramuan tradisional untuk pengobatan diabetes
mellitus. Jakarta: Penebar Swadaya. hal. 59.
Sidartawan Soegondo. 2005. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus terkini.
Dalam: Sidartawan Soegondo, dkk., editor: Penatalaksanaan diabetes
melitus terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI. hal. 17-22.
Sidartawan Soegondo. 2005. Prinsip pengobatan diabetes, insulin, dan obat hipoglikemik oral. Dalam: Sidartawan Soegondo, dkk., editor:
Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI.
hal. 114-25.
Slamet Suyono. 2005. Patofisiologi diabetes melitus. Dalam: Sidartawan
Soegondo, dkk., editor: Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu.
Jakarta: Balai Penerbit FK-UI. hal. 7-10.
Slamet Suyono. 2006. Diabetes melitus di Indonesia. Dalam: Aru W. Sudoyo,
dkk., editor: Buku ajar ilmu penyakit dalam. edisi 4 jilid 3. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-UI. hal. 1874-5.
Snell, R.S. 1997. Rongga abdomen. Dalam: Anatomi klinik. Edisi 3 Bagian 1.
Jakarta: EGC. hal. 266-8.
Sunthornsaj N, Fun L.W, Evangelista L.F, et al. 2006. MIMS 104th edition.
Singapore: CMP Medica Asia Pte Ltd. p.325.
Tiwari, A.K., Rao, J.M. Diabetes mellitus and multiple therapeutic approaches of
phytochemicals: Present status and future prospect. Current Science. 2002.
83 (1): 30.
Triana Hertiani, Suwijoyo Pramono, Supardjan A.M. 2001. Uji daya antioksidan
senyawa flavonoid daun Plantago major L. Dalam: Majalah Farmasi
Indonesia. Edisi 12. Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM. hal. 32-37.
Unus Suriawiria. 2002. Ikan dan kedele sebagai obat jantung dan diabetes.
(28)
57
Universitas Kristen Maranatha
Wahyu Widowati. Potensi antioksidan sebagai antidiabetes. Jurnal Kristen
Marantha, 2008; 7 (2): 193-201.
Wild, S., Roglic, G., Green, A., et al. Global prevalence of diabetes. Diabetes
Care, 2004; 27 (5): 1047-53.
Young, B., Health, J.W. 2002. Wheather’s functional histology. 4th edition.
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan umum
Ekstrak etanol biji alpukat (Persea Semen) menurunkan kadar glukosa darah
mencit betina galur Swiss Webster yang diinduksi aloksan.
Kesimpulan tambahan
Ekstrak etanol biji alpukat (Persea Semen) berefek antidiabetik pada dosis II,
III setara glibenklamid.
5.2 Saran
Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan dan masih dapat dilakukan penelitian lanjutan seperti:
1. Penelitian dilakukan dengan variasi dosis yang lebih banyak sehingga diperoleh dosis yang paling baik untuk menurunkan kadar glukosa darah. 2. Penelitian dengan menggunakan alat tes glukosa yang lebih akurat seperti
spektrofotometri
3. Penelitian tentang uji toksisitas dari biji alpukat
4. Penelitian tentang efek samping yang mungkin dapat terjadi pada penggunaan biji alpukat
5. Penelitian efek biji alpukat disertai dengan penentuan kadar asam urat 6. Penelitian mengenai standardisasi biji alpukat
(2)
melitus terpadu . Jakarta: Balai Penerbit FK-UI. hal. 161-4.
Ade Zuhrotun. 2007. Aktivitas antidiabetes etanol biji buah alpukat (Persea Americana Mill.) bentuk bulat (skripsi). Jurusan Farmasi FMIPA Unpad. Bandung.
Ahmad Fajar Sidiq. 2009. Manfaat buah alpukat. http://fajj27blog.files.wordpress.com/2009/01/avocado. 4 Agustus 2009. Anik Widijanti dan Bernard Theodore Ratulangi. 2003. Pemeriksaan
Laboratorium PenderitaDiabetesMellitus. http:// digilib. brawijaya. id /virtual library. 17 Juni 2009.
Anjang Yudistri dan Tanto Budi Susilo. 2004. Antioksidan Dalam Buah. http://www.radarbanjar.com/berita/index.asp?Berita=Kesehatan&id. 4 Agustus 2009.
Anonim. 2005. Quercetin. http://www.unitedmedicalnetwork.com/unmrationale_ liver.asp. 24 April 2009.
Anonim. 2002. Buah alpukat mengatasi darah tinggi. http:// www.litbang.deptan.go.id/tahukah-anda/?p=6. 4 Agustus 2009.
Anonim. 2007. Polifenol dalam produk konsumsi. http://www. kalbe.co.id/ index.php?mn=news&tipe=detail&detail=18925. 8 Agustus 2009.
Arnelia. 2009. Fito-kimia Komponen Ajaib Cegah PJK, DM dan Kanker. http://www.kimianet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1100397943&2. 8 Agustus 2009.
Asman Manaf. 2006. Insulin: Mekanisme sekresi dan aspek metabolisme. Dalam: Aru W. Sudoyo, dkk., editor: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 4 jilid 3. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-UI. hal. 1890.
(3)
54
Azran Jaffar. 2004. Serangan Radikal Bebas. Available at: http://www.bharian. com.my/BHarian/Sunday/Kesihatan/20060513121902/Article. 4 Agustus 2009.
Buhler, D.R., Miranda, C. 2005. Antioxidant activity of flavonoid. http://Ipi. oregonstate.edu/f-w00/flavonoid.html. 7 Juli 2009.
Diana Sofia. 2005. Antioksidan dan radikal bebas. http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/berita/antioksidan_dan_radikal_bebas/. 4 Agustus 2009.
Drake R.L., Vogl W., Mitchell A.W.M. 2005. Abdomen. In: Anthony M. Adinolfi, Kurt H. Albertine, Gail Amort-Larson, Judith E. Anderson, S. P . Banumathy, David H. Bechhofer, et al, editors: Gray’s anatomy for students. Chruchill Livingstone: Elsevier. p. 288, 297-8, 303-11.
Farmasi ITB. 2003. http://bahan-alam.fa.itb.ac.id. 11 November 2008.
Granner, D.K. 2003. Hormon pankreas dan traktus gastrointestinal. Dalam: Andry Hartono, editor: Biokimia harper. Edisi 25. Jakarta: EGC. hal. 581.
Guyton A.C., Hall J.E. 1997. Insulin, glukagon, dan diabetes melitus. Dalam: Irawati Setiawan, editor: Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. hal. 1221-37.
Halliwell, B., Gutteridge, J. M.C. 1999. Free radicals, other reactive species and disease. In: Free Radical in Biology and Medicine. 3th ed. New York: Oxford. p. 639.
Hernani, Mono Rahardjo. 2005. Tanaman berkhasiat antioksidan. Jakarta: Penebar Swadaya. hal. 8-9, 17-8, 41-2.
Irna Safira Inayah. 2006. Antioksidan, Revolusi dan Terobosan Dalam Ilmu Kedokteran Preventif. http://www.pikiran-rakyat.com/ cakrawala/ lainnya 01.htm. 14 Juli 2009.
Junquiera, L.C., Carneiro .J. 2003. Basic histology. 10th ed. LANGE. New York. p. 426-9.
(4)
Karam, J.H., Nolte, M.S. 2002. Pankreas dan obat anti diabetes. Dalam: B.G. Katzung., editor: Farmakologi dasar dan klinik. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika. hal. 671-90.
Kelompok Kerja Ilmiah Phyto Medica.1993. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia, dan Pengujian Klinik. Jakarta: Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica.
Kemas Ali Hanafiah. 2005. Prinsip percobaan dan perancangannya. rancangan percobaan aplikatif: aplikasi kondisional bidang pertanaman, peternakan, perikanan, industri dan hayati. Edisi 1. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada. hal. 10-12.
Knekt, P. et al. 2002. Flavonoid intake and risk of chronic disease. http://www.applepolyphenols.com/ studies/diabetes.htm. 14 Juli 2009. Kochar, S.P. dan B. Rossell. 1990. Detection estimation and evaluation of
antioxidants in food system. Di dalam : B.J.F. Hudson, editor. Food Antioxidants. Elvisier Applied Science. London.
Maritim A.C., Sanders R.A., Watkins J.B. 3rd. Diabetes, oxidative stress, and antioxidants. Journal Biochemical Molecular Toxicology. 2003; 17(1): 24. Molina, P.E. 2004. Endocrine Pancreas. In: LANGE Endocrine physiology. New
York: Mc Graw Hill. p. 157-79.
Niwa, Y. 1997. Radikal bebas mengundang maut. Tokyo: NTU. hal. 30-40, 76-7. Oberley L.W. Free radicals and diabetes. Free Radicals Biology Medical. 1988;
5(2): 113-24.
PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia 2006. Jakarta: PB PERKENI. hal 4, 9-19.
Powers, C.A. 2005. Diabetes mellitus. In: E. Braunwald, A.s. Fauci, D.L. Kasper, S.L. Hauser, D.L. Longo, J.L. Jameson, editors: Harrison’s principles of internal medicine. International edition 16thedition vol.2. New York: Mc Graw Hill. p. 2152-80.
(5)
56
Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu . Jakarta: Balai Penerbit FK-UI. hal. 34-42.
Setiawan Dalimartha. 2004. Ramuan tradisional untuk pengobatan diabetes mellitus. Jakarta: Penebar Swadaya. hal. 59.
Sidartawan Soegondo. 2005. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus terkini. Dalam: Sidartawan Soegondo, dkk., editor: Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI. hal. 17-22.
Sidartawan Soegondo. 2005. Prinsip pengobatan diabetes, insulin, dan obat hipoglikemik oral. Dalam: Sidartawan Soegondo, dkk., editor: Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI. hal. 114-25.
Slamet Suyono. 2005. Patofisiologi diabetes melitus. Dalam: Sidartawan Soegondo, dkk., editor: Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI. hal. 7-10.
Slamet Suyono. 2006. Diabetes melitus di Indonesia. Dalam: Aru W. Sudoyo, dkk., editor: Buku ajar ilmu penyakit dalam. edisi 4 jilid 3. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-UI. hal. 1874-5.
Snell, R.S. 1997. Rongga abdomen. Dalam: Anatomi klinik. Edisi 3 Bagian 1. Jakarta: EGC. hal. 266-8.
Sunthornsaj N, Fun L.W, Evangelista L.F, et al. 2006. MIMS 104th edition. Singapore: CMP Medica Asia Pte Ltd. p.325.
Tiwari, A.K., Rao, J.M. Diabetes mellitus and multiple therapeutic approaches of phytochemicals: Present status and future prospect. Current Science. 2002. 83 (1): 30.
Triana Hertiani, Suwijoyo Pramono, Supardjan A.M. 2001. Uji daya antioksidan senyawa flavonoid daun Plantago major L. Dalam: Majalah Farmasi Indonesia. Edisi 12. Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM. hal. 32-37. Unus Suriawiria. 2002. Ikan dan kedele sebagai obat jantung dan diabetes.
(6)
Wahyu Widowati. Potensi antioksidan sebagai antidiabetes. Jurnal Kristen Marantha, 2008; 7 (2): 193-201.
Wild, S., Roglic, G., Green, A., et al. Global prevalence of diabetes. Diabetes Care, 2004; 27 (5): 1047-53.
Young, B., Health, J.W. 2002. Wheather’s functional histology. 4th edition. Churchill Livingstone. Edinburgh. p. 324-6.