Pengaruh Dekok Biji Daun Sendok (Plantaginis Semen) Terhadap Aktivitas Seksual Mencit Jantan Galur Swiss-Webster.
iv ABSTRAK
PENGARUH DEKOK BIJI DAUN SENDOK (Plantaginis semen) TERHADAP AKTIVITAS SEKSUAL MENCIT JANTAN
GALUR Swiss-Webster
Merry Christine S., 2008, Pembimbing I : Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Pembimbing II : July Ivone, dr., M.S
Masalah seksual merupakan masalah penting. Masalah ini mendorong individu mencari pengobatan modern. Obat modern banyak menimbulkan efek samping sehingga diupayakan obat alternatif. Salah satu tanaman obat yaitu biji daun sendok.
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh dekok biji daun sendok (Palantaginis semen) dalam meningkatkan aktivitas seksual.
Penelitian ini merupakan penelitian prospektif eksperimental sungguhan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif.
Hewan coba 25 mencit jantan, berat badan 20-25 gram. Mencit dibagi secara acak dalam 5 kekompok (n=5), masing-masing diberi dekok biji daun sendok dosis 1 (260 mg/kgBB), dosis 2 (520 mg/kgBB), dosis 3 (1040 mg/kgBB), kontrol (Na-CMC 1%) dan pembanding (Sildenafil sitrat 5 mg/kgBB) selama 7 hari. Data yang diukur adalah jumlah introducing dan mounting pada 15 menit pertama dan kedua, dilakukan pada hari ketiga, kelima dan ketujuh.
Analisis statistik berdasarkan metode ANOVA Repeated Measurement, dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey LSD dengan = 0,05.
Hasil penelitian adalah mounting dosis 1 dan dosis 2 tidak berbeda bermakna dibanding kontrol (p=0,632 dan p=0,154). Introducing dosis 1 berbeda signifikan (p=0,028), introducing dosis 2 dan dosis 3 berbeda sangat signifikan (p=0,006 dan
p=0,003), dan mounting dosis 3 berbeda sangat signifikan (p=0,006) dibanding kontrol.
Kesimpulan dekok biji daun sendok dosis 1, 2, 3 berpengaruh meningkatkan
introducing, dan dosis 3 meningkatkan mounting.
(2)
v ABSTRACT
THE EFFECT OF PLANTAIN SEED (Plantaginis semen) DECOCTION ON SEXUAL ACTIVITY
IN Swiss-Webster STRAIN MALE MICE
Merry Christine S., 2008, 1st Tutor : Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes
2nd Tutor :July Ivone, dr., M.S
Sexual problem is important thing. Because of this problem someone should try to get modern treatment. Modern treatment many cause side effect One of the plantations that can increase libido is Plantain seed (Plantaginis semen).
The purpose of this research is to know the effect of decoction plantain seed (Plantaginis semen) on increase sexual activity.
This research used real experimental-perspective method, using complete random design, characteristic of comparative.
The animals using 25 male mice that weight 25-30 grams. The mice are divided random into 5 groups (n=5) that during 7 days were given decoction Plantain seed dose 1 (260 mg/kgBW), dose 2 (520 mg/kgBW), dose 3 (1040 mg/kgBW), control (Na-CMC 1%) and comparison (cildenafil citrate 5mg/kgBW). Data observed were introducing and mounting in first and second 15 minutes period which were observed on the 3th, 5th and 7th day.
Data analysis with ANOVA Repeated Measurement, continued by Tukey LSD test with α = 0.05.
The result of research is mounting dose I and dose 2 not different significant to control (p=0.632 dan p=0.154). Introducing dose 1 significantly (p=0.028), introducing dose 2 and dose 3 very significantly (p=0.006 dan p=0.003), and mounting dose 3 very significantly (p=0.006) to control.
The conclusion decoction Plantain seed dose 1, 2, 3 increase introducing and dose 3 increase mounting.
(3)
(4)
(5)
viii DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR GRAFIK ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 2
1.3. Maksud dan Tujuan ... 3
1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3
1.4.1 Manfaat Akademis ... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ... 3
1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 3
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3
1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 4
1.6. Metodologi Penelitian ... 4
1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Libido ... 5
(6)
ix
2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Libido ... 5
2.1.3 Tingkat Penurunan Libido ... 7
2.2 Feromon ... 8
2.3 Sistem Limbik ... 9
2.3.1 Amigdala ... 10
2.3.2 Hipokampus ... 11
2.3.3 Cingulate gyrus ... 11
2.3.4 Hipotalamus ... 11
2.4 Anatomi Genital Laki-laki ... 13
2.5 Aksi Seksual ... 15
2.5.1 Sistem Persarafan Ereksi ... 15
2.5.2 Sistem Pembuluh Darah Penis ... 17
2.5.3 Mekanisme Terjadinya Ereksi ... 18
2.5.4 Siklus Respon Seksual ... 20
2.5.4.1 Fase Perangsangan (Excitement phase) ... 20
2.5.4.2 Fase Plateau ... 22
2.5.4.3 Fase Orgasme (Orgasmic Phase) ... 23
2.5.4.4 Fase Resolusi (Resolution Phase) ... 24
2.6 Impotensi atau Disfungi Ereksi ... 25
2.6.1 Definisi Impoten atau Disfungsi Ereksi ... 25
2.6.2 Penyebab Disfungsi Ereksi ... 25
2.6.3 Diagnosis Disfungsi Ereksi ... 26
2.6.4 Pengobatan Disfungi Ereksi ... 26
2.7 Sildenafil Sitrat ... 27
2.7.1 Mekanisme Sildenafil Sitrat ... 27
2.7.2 Efek Samping Sildenafil Sitrat ... 28
2.8 Daun Sendok ... 29
2.8.1 Taksonomi ... 29
2.8.2 Deskripsi Tanaman ... 29
(7)
x
2.8.4 Kandungan Kimia ... 30
2.8.4.1 Kolin ... 31
2.8.4.2 Asetilkolin ... 31
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat ... 33
3.1.1 Bahan Penelitian ... 33
3.1.2 Alat-alat Yang Digunakan ... 33
3.1.3 Hewan Coba ... 34
3.2 Metode Penelitian ... 34
3.2.1 Desain Penelitian ... 34
3.2.2 Metode Penarikan Sampel ... 34
3.2.3 Variabel Penelitian ... 35
3.2.4 Prosedur Penelitian ... 36
3.2.4.1 Persiapan Hewan Coba ... 36
3.2.4.2 Prosedur Kerja ... 37
3.2.5 Metode Analisis ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 40
4.2 Hasil Pengamatan dan Pembahasan Introduksi (Introducing) ... 40
4.3 Hasil Pengamatan dan Pembahasan Mounting ... 42
4.4. Uji Hipotesis ... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 47
5.2 Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 48
LAMPIRAN ... 53
(8)
xi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1 Rerata introducing kelima kelompok perlakuan ... 40 Tabel 4.2 Uji ANOVA Repeated Measurement
terhadap frekuensi rerata introducing ... 41 Tabel 4.3 Uji Tukey LSD terhadap frekuensi rerata introducing ... 42 Tabel 4.4 Rerata mounting kelima kelompok perlakuan ... 42 Tabel 4.5 Uji ANOVA Repeated Measurement
terhadap frekuensi rerata mounting ... 43 Tabel 4.6 Uji Tukey LSD terhadap frekuensi rerata mounting ... 44
(9)
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Organ Vomeronasal / VNO ... 9
Gambar 2.2 VNO rodent ... 9
Gambar 2.3 Sistem limbik ... 10
Gambar 2.4 Hipotalamus ... 12
Gambar 2.5 Mekanisme kerja hipotalamus... 12
Gambar 2.6 Anatomi genital laki-laki ... 13
Gambar 2.7 Potongan melintang penis ... 14
Gambar 2.8 Reseptor aktivitas seksual ... 15
Gambar 2.9 Arteri dan vena ... 17
Gambar 2.10 Reproduksi laki-laki keadaan rileks dan ereksi ... 18
Gambar 2.11 Mekanisme ereksi ... 19
Gambar 2.12 Fase normal ... 20
Gambar 2.13 Fase perangsangan ... 21
Gambar 2.14 Fase plateau ... 22
Gambar 2.15 Fase orgasme ... 24
Gambar 2.16 Fase resolusi ... 24
Gambar 2.17 Siklus nitrit oksida ... 28
Gambar 2.18 Tanaman daun sendok ... 29
Gambar 2.19 Struktur kolin ... 31
Gambar 3.1 Introducing ... 36
Gambar 3.2 Mounting ... 36
(10)
xiii
DAFTAR GRAFIK
Halaman Grafik 4.1 Rerata frekuensi Introducing dan mounting ... 45
(11)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Perhitungan dosis ... 53
Lampiran 2 Data Kasar Penelitian ... 55
Lampiran 3 Hasil Uji Satatistik Rerata Introducing ... 57
Lampiran 4 Hasil Uji Satatistik Rerata Mounting ... 62
(12)
53
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Perhitungan dosis
I. Perhitungan dosis biji daun sendok biji daun sendok (Plantaginis semen)
Dosis efektif pada manusia = 3 sendok teh (8 gram) (CBN, 2002). Mencit yang digunakan dalam percobaan adalah 20 gram.
Volume lambung mencit ± 0,5 ml Perhitungan Dosis :
Dosis 3 :
Manusia70 = 8 gram mencit20 = 0,0026
= 8000 x 0,0026 = 20,8 mg / ½ cc 1 cc = 41,6 mg 100 cc = 4,16 gram
Dosis dekok biji daun sendok untuk mencit per kgBB yaitu 20,8 mg/ 20 gram = 1040 mg/kgBB
Pertama membuat dosis 3 terlebih dahulu, untuk mendapatkan dosis 1 dan 2 menggunakan prinsip pengenceran
Dosis 2 (1/2 dosis 3) = 10,4 mg/20 gram = 520 mg/kgBB
Dari dosis 3, diambil 10 ml dekok biji daun sendok dan dicampur dengan 10 ml akuades
Dosis 1 (1/4 dosis 3) = 5,2 mg/20 gram = 260 mg/kgBB
Dari dosis 3, diambil 10 ml dekok biji daun sendok dan dicampur dengan 30 ml akuades
(13)
54
Cara kerja :
Timbang 4,16 gram biji daun sendok, masukkan dalam panci infus dicampur dengan 100 ml akades, lihat sampai masak dan tunggu sampai setengah jam. Saring dekok dengan menggunakan kain flanel sampai diperoleh sebanyak 100 ml.
1% Na-CMC = 1 gram Na-CMC/100 ml aquadest = 0,1 gram/10 ml
= 100 mg/10 ml
II. Perhitungan dosis Sildenafil Sitrat
Kandungan sildenafil sitrat (1 tablet) = 50 mg
Dosis sildenafil sitrat efektif untuk mencit = 5 mg/kgBB mencit (Tajuddin, 2003) Berat badan mencit rata-rata yang digunakan = ± 20 gram
Volume lambung mencit = ± 0,5 ml Perhitungan dosis :
5 mg/kgBB mencit x 0,02 kg = 0,1 mg/mencit 20 gram
Cara pengenceran = 0,1 mg / 0,5 ml (jumlah dosis yang dibutuhkan) 2 mg / 10 ml
0,2 mg / ml 50 mg / tablet → 50 mg / 10 ml
= 2/50 x 10 ml = 0,4 ml
1 tablet disuspensikan dalam 10 ml larutan Na-CMC 1% → 50 mg / 10 ml→
ambil 0,4 ml sildenafil sitrat dalam larutan Na-CMC 1% tambahkan 9,6 ml larutan Na-CMC 1%.
Cara kerja :
1 tablet sildenafil sitrat digerus dan ditambah 100 mg serbuk Na-CMC kemudian ditambahkan akuades hingga 10 ml lalu homogenkan, kemudian disondekan ke mencit jantan sebannyak 0,5 ml untuk setiap penyondean.
(14)
55
LAMPIRAN 2
Data Kasar Penelitian Pengaruh Dekok Biji Daun Sendok Terhadap Aktivitas Seksual 3.1 Hasil Introducing
Introducing 15 menit pertama
Kelompok perlakuan (n=5) Dosis I Hari ke-3 Dosis I Hari ke-5 Dosis I Hari ke-7 Dosis II Hari ke-3 Dosis II Hari ke-5 Dosis II Hari ke-7 Dosis III Hari ke-3 Dosis III Hari ke-5 Dosis III Hari ke-7 Kontrol Hari ke-3 Kontrol Hari ke-5 Kontrol Hari ke-7 Pembandi ng Hari ke-3 Pembandi ng Hari ke-5 Pembandi ng Hari ke-7
1 16 8 10 20 21 24 14 17 24 3 3 4 41 27 25
2 30 42 26 20 27 13 12 16 8 6 3 3 34 46 40
3 14 18 9 13 11 17 17 9 24 14 11 8 24 27 33
4 14 16 7 23 17 19 10 13 18 4 19 12 45 20 34
5 6 14 10 16 16 12 21 26 24 12 5 2 65 36 25
Introducing 15 menit kedua
Kelompok perlakuan (n=5) Dosis I Hari ke-3 Dosis I Hari ke-5 Dosis I Hari ke-7 Dosis II Hari ke-3 Dosis II Hari ke-5 Dosis II Hari ke-7 Dosis III Hari ke-3 Dosis III Hari ke-5 Dosis III Hari ke-7 Kontrol Hari ke-3 Kontrol Hari ke-5 Kontrol Hari ke-7 Pembandi ng Hari ke-3 Pembandi ng Hari ke-5 Pembandi ng Hari ke-7
1 17 7 4 17 12 14 15 8 10 5 2 3 19 12 20
2 13 14 11 13 7 10 7 12 11 3 3 5 35 40 20
3 12 11 5 9 15 5 12 11 7 7 1 9 26 29 24
4 3 7 4 16 7 13 22 5 9 4 3 8 19 23 14
5 4 16 5 14 10 3 45 11 14 8 2 4 32 25 15
Rerata Introducing Kelompok perlakuan (n=5) Dosis I Hari ke-3 Dosis I Hari ke-5 Dosis I Hari ke-7 Dosis II Hari ke-3 Dosis II Hari ke-5 Dosis II Hari ke-7 Dosis III Hari ke-3 Dosis III Hari ke-5 Dosis III Hari ke-7 Kontrol Hari ke-3 Kontrol Hari ke-5 Kontrol Hari ke-7 Pembandi ng Hari ke-3 Pembandi ng Hari ke-5 Pembandi ng Hari ke-7
1 16,5 7,5 7 18,5 16,5 19 14,5 12,5 17 4 2,5 3,5 30 19,5 22,5
2 21,5 28 18,5 16,5 17 11,5 9,5 14 9,5 4,5 3 4 34,5 43 30
3 13 14,5 7 11 13 11 14,5 10 15,5 10,5 6 8,5 25 28 28,5
4 8,5 11,5 5,5 19,5 12 16 16 9 13,5 4 11 10 32 21,5 24
(15)
56
3.2 Hasil Mounting
Mounting 15 menit pertama Kelompok perlakuan (n=5) Dosis I Hari ke-3 Dosis I Hari ke-5 Dosis I Hari ke-7 Dosis II Hari ke-3 Dosis II Hari ke-5 Dosis II Hari ke-7 Dosis III Hari ke-3 Dosis III Hari ke-5 Dosis III Hari ke-7 Kontrol Hari ke-3 Kontrol Hari ke-5 Kontrol Hari ke-7 Pembandi ng Hari ke-3 Pembandi ng Hari ke-5 Pembandi ng Hari ke-7
1 0 0 0 13 7 12 12 13 8 0 0 0 9 9 8
2 5 5 1 3 2 0 5 0 0 0 0 0 1 13 13
3 5 3 1 2 5 5 6 13 10 0 3 2 4 7 9
4 3 7 2 4 0 1 0 10 0 2 0 3 1 14 14
5 0 0 0 9 0 1 2 0 9 3 1 0 2 11 10
Mounting 15 menit kedua
Kelompok perlakuan (n=5) Dosis I Hari ke-3 Dosis I Hari ke-5 Dosis I Hari ke-7 Dosis II Hari ke-3 Dosis II Hari ke-5 Dosis II Hari ke-7 Dosis III Hari ke-3 Dosis III Hari ke-5 Dosis III Hari ke-7 Kontrol Hari ke-3 Kontrol Hari ke-5 Kontrol Hari ke-7 Pembandi ng Hari ke-3 Pembandi ng Hari ke-5 Pembandi ng Hari ke-7
1 0 0 0 15 4 5 9 7 12 0 1 1 6 6 12
2 4 1 1 1 1 0 6 1 0 0 0 2 1 17 10
3 5 2 0 3 0 3 4 20 11 1 3 2 0 7 7
4 2 6 0 0 1 1 0 6 0 0 1 0 6 10 9
5 1 0 0 4 0 1 6 0 10 2 0 3 7 8 5
Rerata Mounting Kelompok perlakuan (n=5) Dosis I Hari ke-3 Dosis I Hari ke-5 Dosis I Hari ke-7 Dosis II Hari ke-3 Dosis II Hari ke-5 Dosis II Hari ke-7 Dosis III Hari ke-3 Dosis III Hari ke-5 Dosis III Hari ke-7 Kontrol Hari ke-3 Kontrol Hari ke-5 Kontrol Hari ke-7 Pembandi ng Hari ke-3 Pembandi ng Hari ke-5 Pembandi ng Hari ke-7
1 0 0 0 14 5,5 8,5 10,5 10 10 0 0,5 0,5 7,5 7,5 10
2 4,5 3 1 2 1,5 0 5,5 0,5 0 0 0 1 1 15 11,5
3 5 2,5 0,5 2,5 2,5 4 5 16,5 10,5 0,5 3 2 2 7 8
4 2,5 6,5 1 2 0,5 1 0 8 0 1 0,5 1,5 3,5 12 11,5
5 0,5 0 0 6,5 0 1 4 0 9,5 2,5 0,5 1,5 4,5 9,5 7,5
Kelompok I : larutan dekok biji daun sendok dosis 1 (260 mg/kgBB) Kelompok II : larutan dekok biji daun sendok dosis 2 (520 mg/kgBB) Kelompok III : larutan dekok biji daun sendok dosis 3 (1040 mg/kgBB) Kelompok IV : larutan Na-CMC 1% (kontrol)
(16)
57
LAMPIRAN 3 Hasil Uji Statistik Rerata Introducing
General Linear Model Within-Subjects Factors
Measure: intro
Intro3 Intro5 Intro7 hari
1 2 3
Dependent Variable
Between-Subjects Factors
Daun Sendok dosis 1 5
Daun Sendok dosis-2 5
Daun sendok dosis-3 5
Kontrol 5
Pembanding 5
1 2 3 4 5 Perlakuan
(17)
58
Descriptive Statistics
12.9000 6.49423 5
16.1000 3.34290 5
17.5000 9.00694 5
6.6000 3.34290 5
34.0000 8.82468 5
17.4200 11.11463 25
15.3000 7.70227 5
14.3000 2.28035 5
12.8000 3.75167 5
5.2000 3.51070 5
28.5000 9.28036 5
15.2200 9.41085 25
9.1000 5.30801 5
13.0000 4.51387 5
14.9000 3.62974 5
5.8000 3.21325 5
25.0000 4.16833 5
13.5600 7.70054 25
Perlakuan
Daun Sendok dosis 1 Daun Sendok dosis-2 Daun sendok dosis-3 Kontrol
Pembanding Total
Daun Sendok dosis 1 Daun Sendok dosis-2 Daun sendok dosis-3 Kontrol
Pembanding Total
Daun Sendok dosis 1 Daun Sendok dosis-2 Daun sendok dosis-3 Kontrol Pembanding Total Intro hari3 Intro hari5 Intro hari7
Mean Std. Deviation N
Multivariate Testsd
.310 4.269b 2.000 19.000 .029 8.538 .673 .690 4.269b 2.000 19.000 .029 8.538 .673 .449 4.269b 2.000 19.000 .029 8.538 .673 .449 4.269b 2.000 19.000 .029 8.538 .673 .469 1.533 8.000 40.000 .177 12.267 .599 .576 1.509b 8.000 38.000 .187 12.074 .585 .658 1.480 8.000 36.000 .199 11.840 .570 .501 2.503c 4.000 20.000 .075 10.012 .601 Pillai's Trace
Wilks' Lambda Hotelling's Trac Roy's Largest R Pillai's Trace Wilks' Lambda Hotelling's Trac Roy's Largest R Effect
hari
hari * Perlaku
Value F Hypothesis df Error df Sig.
Noncent. Parameter
Observed Powera
Computed using alpha = .05 a.
Exact statistic b.
The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level. c.
Design: Intercept+Perlakuan Within Subjects Design: hari d.
(18)
59
Tests of Between-Subjects Effects
Measure: intro
Transformed Variable: Average
17787.000 1 17787.000 307.867 .000 307.867 1.000
4352.833 4 1088.208 18.835 .000 75.341 1.000
1155.500 20 57.775
Source Intercept Perlakuan Error
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Noncent. Parameter
Observed Powera
Computed using alpha = .05 a.
Perlakuan
Estimates
Measure: intro
12.433 1.963 8.339 16.527
14.467 1.963 10.373 18.561
15.067 1.963 10.973 19.161
5.867 1.963 1.773 9.961
29.167 1.963 25.073 33.261
Perlakuan
Daun Sendok dosis 1 Daun Sendok dosis-2 Daun sendok dosis-3 Kontrol
Pembanding
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
(19)
60
Pairwise Comparisons
Measure: intro
-2.033 2.775 .472 -7.823 3.756
-2.633 2.775 .354 -8.423 3.156
6.567* 2.775 .028 .777 12.356
-16.733* 2.775 .000 -22.523 -10.944
2.033 2.775 .472 -3.756 7.823
-.600 2.775 .831 -6.390 5.190
8.600* 2.775 .006 2.810 14.390
-14.700* 2.775 .000 -20.490 -8.910
2.633 2.775 .354 -3.156 8.423
.600 2.775 .831 -5.190 6.390
9.200* 2.775 .003 3.410 14.990
-14.100* 2.775 .000 -19.890 -8.310
-6.567* 2.775 .028 -12.356 -.777
-8.600* 2.775 .006 -14.390 -2.810
-9.200* 2.775 .003 -14.990 -3.410
-23.300* 2.775 .000 -29.090 -17.510
16.733* 2.775 .000 10.944 22.523
14.700* 2.775 .000 8.910 20.490
14.100* 2.775 .000 8.310 19.890
23.300* 2.775 .000 17.510 29.090
(J) Perlakuan Daun Sendok dosis-2 Daun sendok dosis-3 Kontrol
Pembanding Daun Sendok dosis 1 Daun sendok dosis-3 Kontrol
Pembanding Daun Sendok dosis 1 Daun Sendok dosis-2 Kontrol
Pembanding Daun Sendok dosis 1 Daun Sendok dosis-2 Daun sendok dosis-3 Pembanding Daun Sendok dosis 1 Daun Sendok dosis-2 Daun sendok dosis-3 Kontrol
(I) Perlakuan Daun Sendok dosis 1
Daun Sendok dosis-2
Daun sendok dosis-3
Kontrol
Pembanding
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.a Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval for Differencea
Based on estimated marginal means
The mean difference is significant at the .05 level. *.
Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments). a.
Univariate Tests
Measure: intro
1450.944 4 362.736 18.835 .000 75.341 1.000
385.167 20 19.258
Contrast Error
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Noncent. Parameter
Observed Powera
The F tests the effect of Perlakuan. This test is based on the linearly independent pairwise co among the estimated marginal means.
Computed using alpha = .05 a.
(20)
61
Profile Plots
3 2
1
hari
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
E
s
ti
m
a
te
d
M
a
rg
in
a
l
M
e
a
n
s
Pembanding Kontrol
Daun sendok dosis-3 Daun Sendok dosis-2 Daun Sendok dosis 1
Perlakuan
(21)
62
LAMPIRAN 4 Hasil Uji Statistik Rerata Mounting
General Linear Model Within-Subjects Factors
Measure: mount
Mount3 Mount5 Mount7 hari
1 2 3
Dependent Variable
Between-Subjects Factors
Daun Sendok dosis 1 5
Daun Sendok dosis-2 5
Daun sendok dosis-3 5
Kontrol 5
Pembanding 5
1 2 3 4 5 Perlakuan
(22)
63
Descriptive Statistics
2.5000 2.26385 5
5.4000 5.16478 5
5.0000 3.75832 5
.8000 1.03682 5
3.7000 2.51496 5
3.4800 3.44141 25
2.4000 2.67862 5
2.0000 2.17945 5
7.0000 6.91918 5
.9000 1.19373 5
10.2000 3.32791 5
4.5000 5.00416 25
.5000 .50000 5
2.9000 3.47131 5
6.0000 5.48862 5
1.3000 .57009 5
9.7000 1.89077 5
4.0800 4.43161 25
Perlakuan
Daun Sendok dosis 1 Daun Sendok dosis-2 Daun sendok dosis-3 Kontrol
Pembanding Total
Daun Sendok dosis 1 Daun Sendok dosis-2 Daun sendok dosis-3 Kontrol
Pembanding Total
Daun Sendok dosis 1 Daun Sendok dosis-2 Daun sendok dosis-3 Kontrol Pembanding Total Mounting hari3 Mounting hari5 Mounting hari7
Mean Std. Deviation N
Multivariate Testsd
.064 .644b 2.000 19.000 .536 1.289 .142 .936 .644b 2.000 19.000 .536 1.289 .142 .068 .644b 2.000 19.000 .536 1.289 .142 .068 .644b 2.000 19.000 .536 1.289 .142 .643 2.371 8.000 40.000 .034 18.967 .822 .408 2.691b 8.000 38.000 .019 21.526 .872 1.329 2.990 8.000 36.000 .011 23.924 .906 1.227 6.137c 4.000 20.000 .002 24.550 .958 Pillai's Trace
Wilks' Lambda Hotelling's Trac Roy's Largest R Pillai's Trace Wilks' Lambda Hotelling's Trac Roy's Largest R Effect
hari
hari * Perlaku
Value F Hypothesis df Error df Sig.
Noncent. Parameter
Observed Powera
Computed using alpha = .05 a.
Exact statistic b.
The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level. c.
Design: Intercept+Perlakuan Within Subjects Design: hari d.
(23)
64
Tests of Between-Subjects Effects Measure: mount
Transformed Variable: Average
Source
Type III Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
Noncent. Parameter
Observed Power(a) Intercept 1212.030 1 1212.030 59.819 .000 59.819 1.000
Perlakuan 496.653 4 124.163 6.128 .002 24.512 .958
Error 405.233 20 20.262
a Computed using alpha = .05
Perlakuan
Estimates
Measure: mount
1.800 1.162 -.624 4.224
3.433 1.162 1.009 5.858
6.000 1.162 3.576 8.424
1.000 1.162 -1.424 3.424
7.867 1.162 5.442 10.291
Perlakuan
Daun Sendok dosis 1 Daun Sendok dosis-2 Daun sendok dosis-3 Kontrol
Pembanding
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
(24)
65
Pairwise Comparisons
Measure: mount
-1.633 1.644 .332 -5.062 1.795
-4.200* 1.644 .019 -7.629 -.771
.800 1.644 .632 -2.629 4.229
-6.067* 1.644 .001 -9.495 -2.638
1.633 1.644 .332 -1.795 5.062
-2.567 1.644 .134 -5.995 .862
2.433 1.644 .154 -.995 5.862
-4.433* 1.644 .014 -7.862 -1.005
4.200* 1.644 .019 .771 7.629
2.567 1.644 .134 -.862 5.995
5.000* 1.644 .006 1.571 8.429
-1.867 1.644 .270 -5.295 1.562
-.800 1.644 .632 -4.229 2.629
-2.433 1.644 .154 -5.862 .995
-5.000* 1.644 .006 -8.429 -1.571
-6.867* 1.644 .000 -10.295 -3.438
6.067* 1.644 .001 2.638 9.495
4.433* 1.644 .014 1.005 7.862
1.867 1.644 .270 -1.562 5.295
6.867* 1.644 .000 3.438 10.295
(J) Perlakuan Daun Sendok dosis-2 Daun sendok dosis-3 Kontrol
Pembanding Daun Sendok dosis 1 Daun sendok dosis-3 Kontrol
Pembanding Daun Sendok dosis 1 Daun Sendok dosis-2 Kontrol
Pembanding Daun Sendok dosis 1 Daun Sendok dosis-2 Daun sendok dosis-3 Pembanding Daun Sendok dosis 1 Daun Sendok dosis-2 Daun sendok dosis-3 Kontrol
(I) Perlakuan Daun Sendok dosis 1
Daun Sendok dosis-2
Daun sendok dosis-3
Kontrol
Pembanding
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.a Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval for Differencea
Based on estimated marginal means
The mean difference is significant at the .05 level. *.
Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments). a.
Univariate Tests Measure: mount
165.551 4 41.388 6.128 .002 24.512 .958
135.078 20 6.754
Contras Error
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Noncent. Parameter
Observed
Powera
The F tests the effect of Perlakuan. This test is based on the linearly independen among the estimated marginal means.
Computed using alpha = .05 a.
(25)
66
Profile Plots
3 2
1
hari
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
E
s
ti
m
a
te
d
M
a
rg
in
a
l
M
e
a
n
s
Pembanding Kontrol
Daun sendok dosis-3 Daun Sendok dosis-2 Daun Sendok dosis 1
Perlakuan Estimated Marginal Means of mount
(26)
67
RIWAYAT HIDUP
− Nama : Merry Christine Setiawan
− Nomor Pokok Mahasiswa : 0410009
− Tempat dan tanggal lahir : Bandung, 18 Desember 1984
− Alamat : Jl. Kesatriaan 31 Bandung
− Riwayat Pendidikan :
SDK Bina Bakti I, Bandung, 1997 SMPK Bina Bakti II, Bandung, 2000 SMUK Bina Bakti II, Bandung, 2003
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung, 2004
(27)
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Masalah seksual merupakan masalah yang penting bagi kebanyakan orang. Menurunnya gairah seksual dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan rumah tangga. Peran libido dalam aktivitas seksual adalah sangat vital karena tanpa libido atau gairah seks, tidak akan ada hubungan seksual (Infosehat, 2007).
Penelitian dalam Journal of the American Health Association menyatakan 3 dari 10 laki-laki mengalami masalah seksual. Keluhan umumnya antara lain berupa ejakulasi dini (21%), disfungsi ereksi (5%), dan hasrat seksual yang rendah (5%) (Dian N. Sulaeman, 2002).
Tahun 1995 lebih dari 170 juta laki-laki dunia mengalami disfungsi seksual. Tahun 2025 diramalkan jumlah ini akan meningkat menjadi 332 juta jiwa, sedangkan disfungsi seksual pada perempuan dapat mencapai 20-50 % dari populasi (PNS, 2005).
Penurunan gairah seksual dapat dipicu oleh beberapa faktor, antara lain faktor fisik dan psikis. Faktor fisik (termasuk di dalamnya penyakit) berhubungan dengan hukum alam, bahwa menginjak usia 40 tahun, kaum lelaki akan mengalami penurunan gairah dan kinerja seksual. Faktor psikis disebabkan adanya stres akibat pekerjaan, hubungan kurang harmonis dengan pasangan, kemacetan lalu lintas, dan lain-lain (Kompas Cyber Media, 2007).
Ahli endokrin dari Amsterdam, Belanda mengatakan bila hasrat seksual hilang, terjadi disfungsi ereksi, otot-otot mengecil, lemak tubuh meningkat, mudah marah, depresi, anemia, osteoporosis, dan produksi sperma terganggu, artinya terjadi proses hipogonadisme. Keadaan tersebut bervariasi pada setiap orang (Kapanlagi.com, 2007).
Gairah seksual ditentukan oleh hormon testosteron (Dipiro et al., 2005). Masyarakat sering menggunakan sediaan testosteron atau sildenafil sitrat untuk mengatasi penurunan gairah. (Dipiro et al., 2005).
(28)
2
Universitas Kristen Maranatha Masyarakat lebih memilih tanaman obat mengingat banyaknya efek samping obat konvensional. Daya tarik abadi dari herbal karena herbal berasal dari sumber natural, sehingga dianggap lebih aman dari obat konvensional. Tanaman obat juga dapat diperoleh tanpa resep dokter, serta harga yang lebih murah. Pengobatan herbal menjadi yang pertama dan kadang-kadang menjadi satu-satunya cara pengobatan pada sebagian besar populasi dunia (Juckett, 2004).
Tanaman obat di Indonesia sangat beraneka ragam dan banyak manfaatnya dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Salah satunya untuk mengatasi masalah seksual, misalnya daun sendok (Plantago mayor), jahe merah (Zingiber officinale Linn. var. rubrum) dan lengkuas merah (Alpinia purpurata K. Schum), tapak liman (Elephantophus scaber L.), adas (Foeniculum vulgare Mill) (Kompas Cyber Media, 2007). Tanaman obat lain misalnya ginseng juga dapat digunakan namun harganya lebih sulit terjangkau bagi masyarakat, sehingga banyak dipakai tanaman obat lain yang lebih terjangkau untuk meningkatkan aktivitas seksual.
Biji daun sendok (che qian zi) bersifat berkhasiat sebagai afrodisiak, diuretik, menyehatkan paru, ekspektoran, pencahar (laksans), meredakan panas hati dan menerangkan penglihatan. Rebusan biji meningkatkan pengeluaran urea, asam urat, dan sodium chloride (CBN, 2002).
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah biji daun sendok berperan dalam meningkatkan aktivitas seksual pada mencit.
1.2Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, identifikasi masalah penelitian ini adalah 1. Apakah dekok biji daun sendok (Plantaginis semen) berpengaruh meningkatkan introducing.
2. Apakah dekok biji daun sendok (Plantaginis semen) berpengaruh meningkatkan mounting.
(29)
3
Universitas Kristen Maranatha Maksud dari penelitian ini adalah untuk menjadikan biji daun sendok sebagai obat tradisional yang mampu meningkatkan aktivitas seksual.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dekok biji daun sendok (Plantaginis semen) dalam meningkatkan aktivitas seksual.
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah
1.4.1Manfaat Akademis
Membantu memperluas pengetahuan farmakologi tanaman obat khususnya mengenai dekok biji daun sendok dalam meningkatkan aktivitas seksual.
1.4.2 Manfaat Praktis
Biji daun sendok diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah penurunan gairah seksual pada laki-laki.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Perilaku seksual ditentukan oleh fungsi hormon dan saraf. Komponen perilaku yang menyertai kopulasi, serta kejadian terkoordinasi yang akhirnya menghasilkan kehamilan, sebagian besar dikendalikan oleh sistem limbik (Ganong, 1999). Sistem limbik berperan dalam pusat emosi, motivasi, dan memori. Sistem limbik antara lain terdiri dari amigdala, hipokampus, girus singulata, hipotalamus, talamus. Hipotalamus menghasilkan pelepasan GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) yang berperan dalam mengontrol pusat emosi dan aktivitas seksual (Wikipedia, 2007).
Biji daun sendok (che qian zi) antara lain mengandung kolin yang dapat meningkatkan gairah seksual (CBN, 2002). Kolin merupakan prazat asetilkolin
(30)
4
Universitas Kristen Maranatha (ACh) yang merupakan neurotransmiter eksitasi atau fasilitasi dalam otak (Guyton & Hall, 1997), pembawa pesan seksual dalam transmisi saraf kolinergik dari respon seksual (Dixon, 2006) serta mengontrol perilaku seksual melalui aktifitas di dalam otak. Perangsangan pada pusat-pusat seksual ini akan meningkatkan aktivitas seksual.
1.5.2 Hipotesis Penelitian
1. Dekok biji daun sendok (Plantaginis semen) berpengaruh meningkatkan introducing.
2. Dekok biji daun sendok (Plantaginis semen) berpengaruh meningkatkan mounting.
1.6Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian prospektif eksperimental sungguhan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif Data yang diukur : 1. Pengenalan (Introducing); 2. Penunggangan (Mounting).
Analisis statistik berdasarkan metode ANOVA Repeated Measurement dan jika bermakna dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey LSD dengan = 0,05. Kemaknaan ditentukan dengan berdasarkan nilai p<0,05.
1.7Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha pada bulan Juli 2007 – Januari 2008.
(31)
47 Universitas Kristen Maranatha BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dekok biji daun sendok (Plantaginis semen) dosis 1, dosis 2 dan dosis 3 berpengaruh meningkatkan introducing.
2. Dekok biji daun sendok (Plantaginis semen) dosis 3 berpengaruh meningkatkan
mounting.
5.2 Saran
Penelitian lebih lanjut yang dilakukan dengan dosis yang lebih bervariasi dan sampel lebih banyak.
Penelitian lebih lanjut dengan menggunakan hewan coba lain dan pelarut lain. Penelitian lebih lanjut mengenai uji klinis pada manusia setelah sebelumnya dilakukan uji toksisitas.
(32)
48 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Agus Priyadi. Naek motor bikin impoten?
http://www.mafia.or.id/comunity/thunder/2006/08/15/thunder-125-oot-naek-motor-bikin-impoten.html. 29 Oktober 2007.
Akmal Taher. 2007. Disfungsi ereksi.
http://ggpriapunyaselera.com/scnb/howto/index.php?act=detail&p_id=27., 27 Oktober 2007.
B. Purnomo. 2005. Disfungsi seksual (impotensi).
http://www.medikaholistik.com/2033/2004/11/28/medika.html?xmodule=doc ument_detail&xid=122&xcat=berita. 25 Oktober 2007.
Burnett A.L. 2004. Novel nitric oxide signaling mechanisms regulate the erectile response.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?Db=pubmed&Cmd=ShowDetailVie w&TermToSearch=15224130&ordinalpos=1&itool=EntrezSystem2.PEntrez.
Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_RVDocSum. November 27th, 2007.
Cakmoki. 2007. Disfungsi ereksi.
http://writer.zoho.com/public/cakmoki/disfungsi2. 25 Oktober 2007.
Cardoso S.H. 2007. Human sexual respone cycle.
http://www.cerebromente.org.br/n03/mente/excit_i.htm, October 28th , 2007. CBN. 2002. Daun sendok.
http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Natural+Healing&y =cybermed%7C4%7C0%7C3%7C12., 13 Maret 2007
Crooks and Baur. 2002. The sexual response cycle.
http://www.soc.ucsb.edu/sexinfo/?article=hKjl., October 28th , 2007.
Deherba. 2007. Tongkat ali meningkatkan stamina seksual.
http://www.deherba.com/tongkat-ali-tertosteron.html., 7 Mei 2007.
Dian N. Sulaeman. 2002. Seimbang lahir-batin dulu, baru merengkuh dewi aphrodite. http://www.pdat.co.id/info/suplemen/index-isi.asp?file=20072002-1., 9 Mei 2007.
(33)
49
Universitas Kristen Maranatha
Dipiro J.T., Talbert R.L., Gary C. Yee, Gary R. Matzke, Barbara G. Wells, L. Michael Pasey. 2005. Erectile dysfunction. Pharmacotherapy : A
pathophysiologic approach. New York : McGraw Hill Companies. p. 1518, 1526.
Dixon J. 2006. Healthy hormonal foundation.
http://biologyofkundalini.com/article.php?story=HealthyHormonalFoundation ., May 5th, 2007.
English J. 2007. Arginine and select phytonutrients enchance libido.
http://intelegen.com/nutrients/enhancing_sexual_libido_performance.htm., May 4th, 2007.
Ganong, W.F. 1999. Dasar-dasar neurofisiologik perilaku instingtif & emosi.
Dalam: M. Djauhari Widjajakusumah,ed. Buku ajar fisiologi kedokteran.
Edisi 17, Jakarta : EGC. Hal 252-54.
. 1999. Pembentukan & fungsi sistem reproduksi. Dalam: M. Djauhari Widjajakusumah,ed. Buku ajar fisiologi kedokteran, Edisi 17, Jakarta : EGC. Hal 421-24.
Guyton & Hall. 1997. Mekanisme perilaku dan motivasi pada otak-sistem limbik dan hipotalamus.. Dalam: Irawati Setiawan,ed. Buku ajar fisiologi
kedokteran. Edisi 9, Jakarta : EGC. Hal 940-941.
. 1997. Fungsi reproduksi dan hormonal pria (dan kelenjar pineal). Dalam: Irawati Setiawan,ed. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9, Jakarta : EGC. Hal 1272.
Infosehat. 2007. Libido : penting untuk aktivitas seksual.
http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=909, 7 Mei 2007.
IPTEKnet. 2007. Tanaman Obat Indonesia (Daun Sendok).
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=113. March 13th, 2007.
Jacob T. 2005. Human pheromones.
http://feathers.cf.ac.uk/cs.html?charset=iso-8859-1&url=http://www.cf.ac.uk/biosi/staff/jacob/teaching/sensory/pherom.html&q t=human%20pheromones&col=cardiff&n=1&la=en., 9 Mei 2007.
(34)
50
Universitas Kristen Maranatha
Jucket G. 2004. Herbal medicine. In : C.R. Craig, R.E. Stitzel: Modern
pharmacology with clinical applications. New York: Lippincott Williams & Wilkins. p. 785.
Kapanlagi.com. 2007. Kenali defisiansi testosterone sejak dini. http://www.kapanlagi.com/a/0000003796.html., 7 Mei 2007.
Kemas Ali Hanafiah. 2006. Dasar-dasar statistik. Jakarta: PT Raya Grafindo Persada. Hal 257-262
Kenyon C.A.P. 2006. Hormones & sexual behaviour.
http://www.flyfishingdevon.co.uk/salmon/year1/psy128sexual_behaviour/sex behav.htm., March 20th, 2007.
Kidney. 2007. Erectile dysfunction.
http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/impotence/index.htm., May 5th, 2007.
Kohl, J.V. 1998. Human pheromones and the neuroendocrinology of behavior.
http://cas.bellarmine.edu/tietjen/Human%20Nature%20S%201999/presentatio n_text.htm., May 9th, 2007.
Kompas Cyber Media. 2007. Herbal untuk gairah & potensi seksual.
http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid= 300&Itemid=3. 14 Maret 2007
K.M. Arsyad. 1999. Permasalahan disfungsi seksual pada pria.
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/022001/kor-1.htm., 25 Oktober 2007. Marks, L.S., 2003. Viagra vs the new PDE-5 inhibitors: Levitra and Cialis.
ttp://www.usrf.org/news/030303_PDE5_inhibitors/030303_PDE5_inhibitors.h tml., November29th, 2007.
Medikaholistik. 2007. Daun sendok.
http://www.medikaholistik.com/2033/2004/11/28/medika.html?xmodule=tana man_detail&xid=41&PHPSESSID=a3e4c53ec04778ea6365bef41426606c. 14 Maret 2007.
Meredith M. 2007. The vomeronasal organ.
(35)
51
Universitas Kristen Maranatha
Nadelhaft, et al 1987; Taher, 1993; Lue, 2000; Allard & Giuliano, 2004; Carbone
et al, 2004. Dalam: Nur Rasyid,ed. Proses terjadinya ereksi. http://pkmi-online.com/articel2.html., 25 Oktober 2007.
Nur Rasyid. 2007. Proses terjadinya ereksi.
http://www.geocities.com/klinikfamilia/ereksi1.html. 25 Oktober 2007.
PNS. 2005. Lelaki usia 80 tahun cenderung alami disfungsi seksual. http://www.jatim.go.id/news.php?id=4668, 7 Mei 2007.
Sahelian R. 2007. Libido enhancement information for men and women.
http://www.raysahelian.com/libido.html., May 4th, 2007.
. 2007. Natural sex boosters book and passion Rx - sexual enhancement pills
.
http://www.raysahelian.com/natural_sex_boosters.html., May 4th, 2007.
. 2007. Choline. http://www.raysahelian.com/choline.html., May 8th, 2007. Sheilla V. 2006. Impotensi, bagaimana bisa terjadi.
http://pikas.bkkbn.go.id/gemapria/article-detail.php?artid=28, 25 Oktober 2007.
Silverberg C. 2007. Male genitalia 101.
http://sexuality.about.com/od/anatomyresponse/a/malegenitalia.htm., October 25th 2007.
.2007. Masters and johnson's description of male sexual response.
http://sexuality.about.com/od/anatomyresponse/a/malesexualrespo.htm., 24 Oktober 2007.
Tajuddin, Ahmad S., Latif A., Qasmi I.A.. 2003. Aphrodisiac Activity of 50% Ethanolic Extract of Myristica fragnans Houtt. (nutmeg) and Syzygium aromaticum (L)Merr.&Perry.(clove) in Male Mice.
http://www.biomedcentral.com/1472-6882/3/6., July 6th, 2007.
Wikibooks. 2007. Human physiology/the male reproductive system.
http://en.wikibooks.org/wiki/Human_Physiology/The_male_reproductive_syst em., October 25th, 2007.
(36)
52
Universitas Kristen Maranatha
http://en.wikipedia.org/wiki/Endothelium-derived_relaxing_factor., November 29th, 2007.
. 2007. Hypothalamus. http://en.wikipedia.org/wiki/Hypothalamus, May 9th, 2007.
. 2007. Libido. http://en.wikipedia.org/wiki/Sexual_desire., May 5th, 2007. . 2007. Limbic system. http://en.wikipedia.org/wiki/Limbic_system, May 9th,
2007
(1)
47 Universitas Kristen Maranatha BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dekok biji daun sendok (Plantaginis semen) dosis 1, dosis 2 dan dosis 3 berpengaruh meningkatkan introducing.
2. Dekok biji daun sendok (Plantaginis semen) dosis 3 berpengaruh meningkatkan mounting.
5.2 Saran
Penelitian lebih lanjut yang dilakukan dengan dosis yang lebih bervariasi dan sampel lebih banyak.
Penelitian lebih lanjut dengan menggunakan hewan coba lain dan pelarut lain. Penelitian lebih lanjut mengenai uji klinis pada manusia setelah sebelumnya dilakukan uji toksisitas.
(2)
Agus Priyadi. Naek motor bikin impoten?
http://www.mafia.or.id/comunity/thunder/2006/08/15/thunder-125-oot-naek-motor-bikin-impoten.html. 29 Oktober 2007.
Akmal Taher. 2007. Disfungsi ereksi.
http://ggpriapunyaselera.com/scnb/howto/index.php?act=detail&p_id=27., 27 Oktober 2007.
B. Purnomo. 2005. Disfungsi seksual (impotensi).
http://www.medikaholistik.com/2033/2004/11/28/medika.html?xmodule=doc ument_detail&xid=122&xcat=berita. 25 Oktober 2007.
Burnett A.L. 2004. Novel nitric oxide signaling mechanisms regulate the erectile response.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?Db=pubmed&Cmd=ShowDetailVie w&TermToSearch=15224130&ordinalpos=1&itool=EntrezSystem2.PEntrez. Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_RVDocSum. November 27th, 2007.
Cakmoki. 2007. Disfungsi ereksi.
http://writer.zoho.com/public/cakmoki/disfungsi2. 25 Oktober 2007.
Cardoso S.H. 2007. Human sexual respone cycle.
http://www.cerebromente.org.br/n03/mente/excit_i.htm, October 28th , 2007. CBN. 2002. Daun sendok.
http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Natural+Healing&y =cybermed%7C4%7C0%7C3%7C12., 13 Maret 2007
Crooks and Baur. 2002. The sexual response cycle.
http://www.soc.ucsb.edu/sexinfo/?article=hKjl., October 28th , 2007.
Deherba. 2007. Tongkat ali meningkatkan stamina seksual.
http://www.deherba.com/tongkat-ali-tertosteron.html., 7 Mei 2007.
Dian N. Sulaeman. 2002. Seimbang lahir-batin dulu, baru merengkuh dewi aphrodite. http://www.pdat.co.id/info/suplemen/index-isi.asp?file=20072002-1., 9 Mei 2007.
(3)
49
Universitas Kristen Maranatha Dipiro J.T., Talbert R.L., Gary C. Yee, Gary R. Matzke, Barbara G. Wells, L.
Michael Pasey. 2005. Erectile dysfunction. Pharmacotherapy : A
pathophysiologic approach. New York : McGraw Hill Companies. p. 1518, 1526.
Dixon J. 2006. Healthy hormonal foundation.
http://biologyofkundalini.com/article.php?story=HealthyHormonalFoundation ., May 5th, 2007.
English J. 2007. Arginine and select phytonutrients enchance libido.
http://intelegen.com/nutrients/enhancing_sexual_libido_performance.htm., May 4th, 2007.
Ganong, W.F. 1999. Dasar-dasar neurofisiologik perilaku instingtif & emosi. Dalam: M. Djauhari Widjajakusumah,ed. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 17, Jakarta : EGC. Hal 252-54.
. 1999. Pembentukan & fungsi sistem reproduksi. Dalam: M. Djauhari Widjajakusumah,ed. Buku ajar fisiologi kedokteran, Edisi 17, Jakarta : EGC. Hal 421-24.
Guyton & Hall. 1997. Mekanisme perilaku dan motivasi pada otak-sistem limbik dan hipotalamus.. Dalam: Irawati Setiawan,ed. Buku ajar fisiologi
kedokteran. Edisi 9, Jakarta : EGC. Hal 940-941.
. 1997. Fungsi reproduksi dan hormonal pria (dan kelenjar pineal). Dalam: Irawati Setiawan,ed. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9, Jakarta : EGC. Hal 1272.
Infosehat. 2007. Libido : penting untuk aktivitas seksual.
http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=909, 7 Mei 2007.
IPTEKnet. 2007. Tanaman Obat Indonesia (Daun Sendok).
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=113. March 13th, 2007.
Jacob T. 2005. Human pheromones.
http://feathers.cf.ac.uk/cs.html?charset=iso-8859-1&url=http://www.cf.ac.uk/biosi/staff/jacob/teaching/sensory/pherom.html&q t=human%20pheromones&col=cardiff&n=1&la=en., 9 Mei 2007.
(4)
Jucket G. 2004. Herbal medicine. In : C.R. Craig, R.E. Stitzel: Modern
pharmacology with clinical applications. New York: Lippincott Williams & Wilkins. p. 785.
Kapanlagi.com. 2007. Kenali defisiansi testosterone sejak dini. http://www.kapanlagi.com/a/0000003796.html., 7 Mei 2007.
Kemas Ali Hanafiah. 2006. Dasar-dasar statistik. Jakarta: PT Raya Grafindo Persada. Hal 257-262
Kenyon C.A.P. 2006. Hormones & sexual behaviour.
http://www.flyfishingdevon.co.uk/salmon/year1/psy128sexual_behaviour/sex behav.htm., March 20th, 2007.
Kidney. 2007. Erectile dysfunction.
http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/impotence/index.htm., May 5th, 2007.
Kohl, J.V. 1998. Human pheromones and the neuroendocrinology of behavior. http://cas.bellarmine.edu/tietjen/Human%20Nature%20S%201999/presentatio n_text.htm., May 9th, 2007.
Kompas Cyber Media. 2007. Herbal untuk gairah & potensi seksual.
http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid= 300&Itemid=3. 14 Maret 2007
K.M. Arsyad. 1999. Permasalahan disfungsi seksual pada pria.
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/022001/kor-1.htm., 25 Oktober 2007. Marks, L.S., 2003. Viagra vs the new PDE-5 inhibitors: Levitra and Cialis.
ttp://www.usrf.org/news/030303_PDE5_inhibitors/030303_PDE5_inhibitors.h tml., November29th, 2007.
Medikaholistik. 2007. Daun sendok.
http://www.medikaholistik.com/2033/2004/11/28/medika.html?xmodule=tana man_detail&xid=41&PHPSESSID=a3e4c53ec04778ea6365bef41426606c. 14 Maret 2007.
Meredith M. 2007. The vomeronasal organ.
(5)
51
Universitas Kristen Maranatha Nadelhaft, et al 1987; Taher, 1993; Lue, 2000; Allard & Giuliano, 2004; Carbone
et al, 2004. Dalam: Nur Rasyid,ed. Proses terjadinya ereksi. http://pkmi-online.com/articel2.html., 25 Oktober 2007.
Nur Rasyid. 2007. Proses terjadinya ereksi.
http://www.geocities.com/klinikfamilia/ereksi1.html. 25 Oktober 2007.
PNS. 2005. Lelaki usia 80 tahun cenderung alami disfungsi seksual. http://www.jatim.go.id/news.php?id=4668, 7 Mei 2007.
Sahelian R. 2007. Libido enhancement information for men and women. http://www.raysahelian.com/libido.html., May 4th, 2007.
. 2007. Natural sex boosters book and passion Rx - sexual enhancement pills
.
http://www.raysahelian.com/natural_sex_boosters.html., May 4th, 2007.. 2007. Choline. http://www.raysahelian.com/choline.html., May 8th, 2007. Sheilla V. 2006. Impotensi, bagaimana bisa terjadi.
http://pikas.bkkbn.go.id/gemapria/article-detail.php?artid=28, 25 Oktober 2007.
Silverberg C. 2007. Male genitalia 101.
http://sexuality.about.com/od/anatomyresponse/a/malegenitalia.htm., October 25th 2007.
.2007. Masters and johnson's description of male sexual response.
http://sexuality.about.com/od/anatomyresponse/a/malesexualrespo.htm., 24 Oktober 2007.
Tajuddin, Ahmad S., Latif A., Qasmi I.A.. 2003. Aphrodisiac Activity of 50% Ethanolic Extract of Myristica fragnans Houtt. (nutmeg) and Syzygium aromaticum (L)Merr.&Perry.(clove) in Male Mice.
http://www.biomedcentral.com/1472-6882/3/6., July 6th, 2007.
Wikibooks. 2007. Human physiology/the male reproductive system.
http://en.wikibooks.org/wiki/Human_Physiology/The_male_reproductive_syst em., October 25th, 2007.
(6)
http://en.wikipedia.org/wiki/Endothelium-derived_relaxing_factor., November 29th, 2007.
. 2007. Hypothalamus. http://en.wikipedia.org/wiki/Hypothalamus, May 9th, 2007.
. 2007. Libido. http://en.wikipedia.org/wiki/Sexual_desire., May 5th, 2007. . 2007. Limbic system. http://en.wikipedia.org/wiki/Limbic_system, May 9th,
2007