ANALISIS PRODUKTIVITAS RATA – RATA LAHAN PADI SAWAH TAHUN 2015 Analisis Produktivitas Rata - Rata Lahan Padi Sawah Tahun 2015 Di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.

ANALISIS PRODUKTIVITAS RATA – RATA LAHAN PADI SAWAH
TAHUN 2015
DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Strata I
Di Program Studi Geografi
Fakultas Geografi

Oleh :
RENDRA SURAKO

E100140085

PROGRAM STUDI GEOGRAFI
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

Selasa
13 Desember 2016


i

ii

iii

ANALISIS PRODUKTIVITAS RATA – RATA LAHAN PADI
SAWAH TAHUN 2015
DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

Abstrak
Kecamatan Gatak merupakan salah satu kecamatan di kabupaten
Sukoharjo yang sebagian besar wilayahnya merupakan daerah pertanian yaitu
lahan sawah yang ditanami padi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui besarnya produktivitas rata-rata lahan padi sawah pada tahun 2015 di
daerah penelitian serta menganalisis sebaranya guna mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi keadaan tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey lapangan dan
interview kepada petani padi untuk mendapatkan data primer kondisi lahan padi

sawah seperti produktivitasnya, irigasi, kesuburan tanah, hama, pola tanam serta
peran petani dalam menanam padi. Selanjutnya data primer tersebut digabungkan
dengan data skunder berupa data spasial yaitu peta lahan sawah di kecamatan
Gatak dengan menggunakan software Sistem Informasi Geografi (SIG).
Hasil penelitian ini adalah perhitungan produktivitas rata-rata lahan padi
sawah tahun 2015 di kecamatan Gatak yaitu sebesar 6,98 ton/ha dengan sebaran
produktivitas rata-rata lahan padi sawah di setiap desanya adalah 7,54 ton/ha
untuk desa Jati, desa Geneng 7,46 ton/ha, Mayang 7,36 ton/ha, Krajan 7,30
ton/ha, Trosemi 7,02 ton/ha, Sraten 7,29 ton/ha, Blimbing 6,88 ton/ha,
Wironanggan 6,82 ton/ha, Trangsan 6,81 ton/ha, Tempel 6,8 ton/ha, Klaseman
6,79 ton/ha, Luwang 6,66 ton/ha, Kagokan 6,56 ton/ha dan desa Sanggung dengan
produktivitas rata – rata 6,52 ton/ha. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
produktivitas rata-rata lahan padi sawah di kecamatan Gatak tahun 2015 adalah
irigasi, kesuburan tanah, pola musim tanam dalam setahun, pola waktu tanam
yang dilakukan petani, hama dan penyakit tanaman, serta bencana alam. Namun
faktor utama yang berpengaruh adalah irigasi, kesuburan tanah, pola tanam padi
dalam setahun dan pola waktu tanam padi yang dilakukan oleh petani.
Kata kunci : Produktivitas, Lahan Padi Pawah, Kecamatan Gatak
Abstract
Gatak sub-district is one of the sub-districts in Sukoharjo district which is

mostly covered in the agricultural area is rice fields. The purpose of the research is
to know the size of the average productivity of rice field in the area of research
and analyze spatial distributions to know the factors that influence the situation.
The method used in this research is the field surveys and interviews to rice
farmers to obtain primary data rice field conditions such as productivity,
irrigation, soil fertility, pests, paddy plant patterns and the role of farmers in
planting rice. And primary data were combined with secondary data in the form of

1

spatial data that maps of rice field in Gatak sub-district using Geographic
Information System (GIS).
The result of this research is the average productivity of rice field in Gatak
sub-district in 2015 is 6.98 tonnes/hectare with the distribution of the average
productivity of rice field in each village was 7.54 tonnes/hectare for Jati village,
the village Geneng 7.46 tonnes/hectare, Mayang 7.36 tonnes/hectare, Krajan 7.30
tonnes/hectare, Trosemi 7.02 tonnes/hectare, Sraten 7.29 tonnes/hectare, Blimbing
6.88 tonnes/hectare, Wironanggan 6.82 tonnes/hectare, Trangsan 6.81
tonnes/hectare, Tempel 6.8 tonnes/hectare, Klaseman 6.79 tonnes/hectare,
Luwang 6.66 tonnes/hectare, Kagokan 6.56 tonnes/hectare and 6.52

tonnes/hectare for Sanggung village. Factors that affect the size of the average
productivity of rice field in the Gatak sub-district in 2015 is irrigation, soil
fertility, pattern planting season of the year, the time pattern of planting by
farmers, pests and plant diseases, and natural disasters. But the main factors that
influence is irrigation, soil fertility, cropping pattern of rice in a year and a pattern
of planting rice by farmers.
Keywords : Produktivity, Rice Field, Gatak Sub-District

1.PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil penelitian Food Agriculture Organization (FAO),
jumlah penduduk dunia yang menderita kelaparan pada tahun 2010 mencapai 925
juta orang. Situasi ini diperparah dengan semakin berkurangnya investasi di sektor
pertanian yang sudah berlangsung selama 20 tahun terakhir. Sementara sektor
pertanian menyumbang 70% dari lapangan kerja baik secara langsung maupun
tidak langsung (Bustanul Arifin, 7 Juni 2011). Dengan demikian sektor pertanian
merupakan sektor yang sangat penting baik secara ekonomi yaitu untuk
menciptakan dan menggerakkan roda perekonomian serta untuk kepentingan
manusia itu sendiri dalam memenuhi kebutuhan bahan pangan.
Dewasa ini isu ketahanan pangan menjadi topik yang sangat menarik dan
mendapat perhatian yang serius dari dunia internasional. Bahkan FAO dalam

laporanya pada tanggal 13 Mei 2013 menyebutkan “Salah satu cara untuk
mengatasi kelangkaan bahan makanan adalah melalui peternakan serangga,”
Alasannya, FAO menyebutkan, serangga merupakan sumber makanan yang kaya
nutrisi dengan tingkat protein tinggi, mengandung lemak, dan mineral lainnya.
Pernyataan FAO tersebut mengindikasikan bahwa ketahanan pangan merupakan

2

masalah serius yang harus diperhatikan agar dikemudian hari dimasa mendatang
tidak menjadi masalah bagi manusia.
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya
bekerja di sektor pertanian. Salah satu budidaya tanaman di sektor pertanian yang
harus diperhatikan oleh pemerintah adalah tanaman padi, karena padi merupakan
sumber makanan pokok bangsa Indonesia. Meskipun di indonesia makanan pokok
dapat diperoleh dari ubi-ubian, kedelai, jagung, cantel dan sebagainya namun padi
merupakan bahan makanan pokok utama di indonesia, bahkan jika di suatu daerah
itu masyarakatnya tidak mengkonsumsi padi sebagai makanan pokok dan
menggantinya dengan jagung, ubi-ubian, cantel dan lainya maka daerah tersebut
dapat dikatakan sebagai daerah miskin karena masyarakatnya tidak mampu
membeli beras hasil olahan padi sebagai makanan pokok. Oleh karena pentingnya

tanaman padi yang merupakan sumber makanan pokok utama di Indonesia, maka
budidaya tanaman padi menjadi sangat penting dan harus mendapat perhatian
yang serius dari pemerintah.
Tabel 1.1 Produktivitas Padi Sawah di Kabupaten Sukoharjo berdasarkan
data BPS tahun 2014 dalam bentuk Gabah Kering Giling (GKG)
No

Kecamatan

Luas
Panen (ha)

1
2
3
4
5
6
7
8

9
10
11
12

Produktivitas
(kw/ha)

010. W e r u
4 722
63
020. B u l u
2 240
65
030. Tawangsari
4 112
64
040. Sukoharjo
5 952
64

050. Nguter
5 515
63
060. Bendosari
5 193
63
070. Polokarto
6 401
63
080. Mojolaban
6 056
65
090. Grogol
2 197
62
100. B a k i
2 667
62
110. G a t a k
2 806

62
120. Kartasura
1 167
59
Jumlah
49 028
63
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2015

Produksi
GKG
(ton)
29 867
14 507
26 342
38 127
34 954
32 735
40 157
39 427

13 667
16 616
17 421
6 933
310 753

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa produktivitas padi di kecamatan
Gatak, Baki, Grogol, dan Kartasura lebih rendah dari produktivitas rata-rata

3

kabupaten Sukoharjo. Jika dilihat dari perkembangan wilayah di 4 kecamatan
tersebut, kecamatan Gatak seharusnya produktivitas padi sawahnya lebih tinggi
karena kecamatan grogol dan kartasura merupakan kecamatan yang diarahkan
menjadi kota satelit di kabupaten sukoharjo. Sedangkan kecamatan Baki juga
perkembangan daerahnya lebih kekotaan dibanding dengan kecamatan Gatak.
Meskipun demikian Kecamatan Gatak khususnya dan Kabupaten Sukoharjo pada
umumnya merupakan daerah lumbung pangan dan mempunyai stok beras untuk
jangka panjang, sehingga tidak perlu impor beras, ujar Pj Kabupaten Sukoharjo
Bp. Agus Santosa kepada koran sindo pada tanggal 19 November 2015 ..


Atas dasar-dasar data tabel diatas penelitian ini mengambil daerah
penelitian di kecamatan gatak, berikut deskripsi singkat kecamatan gatak yaitu
kecamatan gatak terletak antara 110°42’06.79’’ hingga 110°46’2.43’’ Bujur
Timur dan 7°34’2.43’’hingga 7°37’ 7.29’’ Lintang Selatan. Kecamatan Gatak
terdiri dari 14 Desa dengan jumlah penduduk 50899 jiwa. Luas wilayah
Kecamatan Gatak 1.947 hektar yang terdiri dari lahan sawah 1251 hektar dan 696
hektar lahan digunakan untuk penggunaan lahan lainya seperti permukiman,
kantor pemerintahan, ruang terbuka hijau (RTH), fasilitas pelayanan, sungai,
daerah komersial, daerah wisata, kawasan lindung dan daerah industri.
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini mengambil tema “Analisis
Produktivitas Rata-Rata Lahan Padi Sawah Di Kecamatan Gatak Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2015”. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi
produktivitas rata-rata lahan padi sawah dan menganalisis sebaranya di
Kecamatan Gatak melalui wawancara langsung kepada petani di daerah observasi.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1.

Berapa besarnya produktivitas rata-rata lahan padi sawah tahun 2015 di
Kecamatan Gatak.

2.

Bagaimana sebaran produktivitas lahan padi sawah tahun 2015 di
kecamatan Gatak

4

2.METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey lapangan dan
interview kepada responden yaitu petani padi pada seluruh titik sampel untuk
mendapatkan data produktivitas lahan padi sawah kemudian ditumpang susunkan
dengan data skunder berupa data spasial pertanian lahan sawah dan bukan sawah
untuk mendapatkan hasil penelitian berupa peta sebaran produktivitas lahan padi
sawah.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara dan
memberikan kuisioner kepada responden yaitu petani padi yang disebar ke seluruh
titik sampel dengan metode purposive sampling. Variabel yang dijadikan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Variabel Terpengaruh
Yaitu variabel yang nilainya ditentukan atau dipengaruhi oleh variabel yang lain
atu variabel pengaruh. Dan dalam penelitian ini variabel terpengaruhnya adalah
besarnya produktivitas rata-rata lahan padi sawah.
Variabel Pengaruh
Yaitu variabel yang nilainya mempengaruhi variabel yang lain. Dan dalam
penelitian ini variabel pengaruhnya adalah jumlah produksi padi dan luas panen.
Hubungan variabel pengaruh dan terpengaruh dalam penelitian ini dapat
dijelaskan dengan rumus sebagai berikut.
Produktivitas Lahan Padi Sawah =
Keterangan :
Variabel terpengaruh
-

Produktivitas Lahan Padi Sawah (ton/ha)

Variabel pengaruh
-

Jumlah Produksi Padi (ton)

-

Luas Panen (ha)

Dan bentuk sederhana quisioner kepada petani adalah sebagai berikut




Luas panen (ha)
Koordinat/ lokasi

5





Jumlah produksi padi (Gabah kering giling/GKG) tahun 2015 (ton)



Sumber pengairan : sungai, air tanah,



Musim tanam dan panen (tahun 2015)

hama

Diagram Alir Penelitian

Gambar 1.2 Diagram Alir Penelitian





Peta Penggunaan Lahan
Tahun 2013
Peta Jaringan Jalan tahun
2013
Peta Administrasi tahun
2013
Peta Jaringan sungai
tahun 2013

Digitasi Menggunakan
Software GIS

Tumpang Susun

Generalisasi

Data Kuisioner dan survey lapangan
Produktivitas Lahan padi Sawah
Kecamatan Gatak Tahun 2015
(keterangan di lampiran)

Peta Lahan Sawah
dan Bukan Sawah
Kecamatan Gatak
tahun 2013

Tumpang susun

Peta sebaran
spasial
produktivitas
lahan padi sawah
tahun 2015 Kec.
Gatak

Produktivitas
rata – rata
lahan padi
sawah tahun
2015 Kec.
Gatak

Keterangan :
Input
Proses
Outpu

Analisis

( Peneliti, 2016 )

6

3.HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian yang telah dilakukan mendapatkan hasil bahwa
produktivitas rata – rata lahan padi sawah di kecamatan Gatak tahun 2015 sebesar
6,98 ton/ hektar. Produktivitas pada tahun tersebut(2015) mengalami kenaikan
sebesar 0,78 ton/hektar atau 7,8 kwintal/hektar dari tahun sebelumnya (2014)
yang mempunyai produktivitas rata – rata 6,2 ton/hektar. Kenaikan produktivitas
lahan padi sawah pada tahun 2015 dari tahun sebelumnya tersebut berdasarkan
interview kepada petani padi dan hasil analisis penulis, disebabkan oleh berbagai
faktor diantaranya hama tanaman, kekeringan, bencana dan sebagainya. Dari
ketiga faktor tersebut yang berpengaruh besar pada kenaikan produktivitas lahan
padi sawah tahun 2015 adalah adanya bencana alam. Sebagaimana yang telah kita
ketahui dan kita saksikan bersama bahwa pada tahun 2014, tepatnya pada bulan
februari tanggal 13 telah terjadi bencana alam yaitu meletusnya gunung Kelud di
kabupaten Kediri, jawa timur. Kejadian letusan gunung kelud tersebut merupakan
letusan terbesar dalam sejarah gunung ini (Tempo, rabu 26 februari 2014 :
Letusan 2014 Paling Besar dalam Sejarah Kelud). Letusan gunung kelud tersebut
mengeluarkan abu vulkanik yang meluas sampai daerah lain diantaranya sebagian
daerah jateng, yogyakarta dan jawa timur seperti yang telah disampaikan oleh
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berikut ini. Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, BNPB, menyebutkan hujan abu menyebar di beberapa
wilayah, seperti Kediri, Malang, Blitar, Surabaya, Ponorogo, hingga Pacitan, Solo,
Yogya, Boyolali, Magelang, Purworejo, serta Temanggung (BBC Indonesia, 14
februari 2014 : Gunung Kelud meletus, hujan abu hingga wilayah Jateng ). Hujan
abu vulkanik yang berasal dari letusan tersebut bisa menyebabkan gagal panen
apabila terkena tanaman, seperti halnya tanaman padi sawah. Karena abu vulkanik
yang baru tersebut bersifat panas dan mempunyai massa yang berat karena bersal
dari bebatuan sehingga bisa merobohkan tanaman dan dapat menghambat proses
fotosintesis.

7

8

Jika dilihat di peta sebaran spasial produktivitas lahan padi sawah di
kecamatan ini (gambar 3.1) diatas, sebaran produktivitas yang di atas rata – rata
kecamatan Gatak adalah daerah jati, geneng, krajan, trosemi, sraten dan desa
mayang. Kecuali desa sraten, ke-enam desa yang disebutkan diatas berada di
sebelah timur atau berdekatan dengan kecamatan Baki, atau dengan kata lain
produktivitas lahan padi sawah di wilayah sebelah timur berbatasan dengan
kacamatan Baki lebih baik dari wilayah sebelah barat yang berbatasan dengan
kecamatan Sawit, kabupaten boyolali. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?, banyak
faktor yang mempengaruhi produktivitas lahan padi sawah, tetapi marilah kita
analisis dari salah satu faktornya yaitu kesuburan tanah. Berdasarkan survey
lapangan dan interview kepada petani padi bahwa tanah-tanah di wilayah belahan
barat kecamatan gatak seperti di desa sanggung, kagokan, sebagian blimbing,
tempel, klaseman, wironanggan, trangsan, dan sraten mempunyai tanah yang
masir atau banyak mengandung pasir sehingga apabila musim kemarau sulit untuk
ditanami padi karena tanah di daerah tersebut tidak mampu menahan air seperi
tanah – tanah di desa-desa di wilayah timur yang produktivitasnya lebih baik.
Namun meskipun begitu daerah sebelah barat yang produktivitasnya baik
juga ada yaitu daerah sraten yang produktivitasnya di atas rata-rata yang mana hal
tersebut tentunya tidak terlepas dari faktor-faktor yang tidak dimiliki oleh daerah
lain, yaitu daerah sraten mempunyai sistem irigasi yang baik jika dibandingkan
dengan derah lain yang berbatasan dengan desa ini dan daerah ini meskipun lahan
pertanianya terdesak oleh pembangunan rumah, ruko dan lainya, namun petani
disini kompak dalam waktu penanaman padi yaitu dengan menanam padi secara
serentak
Besarnya produktivitas lahan padi sawah di kecamatan gatak juga
dipengaruhi oleh pola tanam di setiap lahan sawah di masing-masing desa. Lahan
sawah di desa – desa yang produktivitasnya di atas rata-rata mempunyai lahan
sawah yang mampu ditanami padi setahun sebanyak 3 kali. Sedangkan desa-desa
yang produktivitasnya dibawah rata-rata (6,98 ton/hektar), lahan sawahnya
kebanyakan hanya mampu ditanami padi sebanyak 2-3 kali dalam setahun yaitu
sebanyak 0 % - 50 % luas lahan sawah yang mampu ditanami padi hingga 3 kali

9

dalam setahun. Terkecuali daerah luwang yang lahan sawahnya mampu ditanami
padi setahun 3 kali, namun produktivitasnya rendah. Hal tersbut dikarenakan
daerah luwang mempunyai sistem irigasi yang buruk akibat terdesak oleh
pembangunan pabrik-pabrik di daerah tersebut. Lahan sawah di desa luwang ini
airnya tidak bisa tuntas atau ngembung sepanjang tahun sehingga tidak bisa
ditanami palawija seperti daerah lain seperti blimbing, kagokan, sanggung dan
lainya.
Desa-desa yang mempunyai produktivitas diatas rata-rata kecamatan
Gatak, yaitu desa –desa yang berada di wilayah timur. Dari enam desa yang
mempunyai produktivitas di atas rara-rata, desa Jati merupakan daerah dengan
produktivitas lahan padi sawah tertinggi, mengapa hal tersebut bisa terjadi. Yang
pertama adalah desa jati tanahnya subur karena berdekatan dengan daerah
kecamatan baki yang berjenis tanah alluvial, yang kedua petani disini juga
kompak yaitu menanam padi dengan serentak dan yang ketiga adalah lahan sawah
di desa jati 100 % mampu ditanami padi dalam setahun sebanyak 3 kali. Dan
tentunya sistim irigasi yang baik di desa ini. Kombinasi empat poin tersebut tidak
dimiliki oleh daerah lain. Hal menarik lainya juga terdapat di desa mayang yang
lahan padi sawahnya terdesak oleh pembangunan perumahan, ruko dan lainya
tetapi mampu menghasilkan produktivitas lahan padi sawah yang baik. Hal itu
dikarenakan karena lahan sawah di desa mayang mempunyai sistem irigasi yang
baik dan tanah yang subur mirip seperti daerah sraten yang lahan sawahnya
terdesak oleh pembangunan namun mempunyai produktivitas yang baik.
Dari semua uraian diatas dapat diambil garis besarnya yaitu bahwa
produktivitas lahan padi sawah di kecamatan Gatak dipengaruhi oleh banyak
faktor diantaranya irigasi, kesuburan tanah, bencana alam, pola musim tanam,
waktu tanam, hama dan petani padi itu sendiri. Lahan sawah di desa-desa di
wilayah timur mempunyai produktivitas padi yang lebih baik jika dibandingkan
dengan lahan sawah yang ada di sebelah barat, kecuali daerah sraten.

10

4.KESIMPULAN DAN SARAN
1. Produktivitas rata-rata lahan padi sawah tahun 2015 di kecamatan Gatak
sebesar 6,98 ton/hektar, mengalami kenaikan sebesar 0,78 ton/hektar dari
tahun sebelumnya(2014) sebesar 6,2 ton/hektar. Kenaikan itu banyak
disebabkan oleh faktor bencana alam yaitu meletusnya gunung Kelud bulan
februari 2014, sehingga banyak tanaman padi di kecamatan Gatak rusak
akibat terkena abu vulkanik.
2. Daerah yang mempunyai produktivitas lahan padi sawah diatas rata-rata
(lebih besar dari 6,98 ton/hektar) adalah desa Jati, Geneng, Mayang, Krajan,
Sraten, dan Trosemi. Hal itu disebabkan oleh 4 faktor yang lebih baik
dibandingkan dengan desa yang lain yaitu sistem irigasi yang baik, tanah
yang subur, banyaknya musim tanam padi dalam setahun dan peran petani
dalam melakukan waktu tanam yang serentak. Begitu juga sebaliknya daerah
yang 4 faktor diatas tidaklah baik, maka derah tersebut mempunyai
produktivitas dibawah rata-rata produktivitas kecamatan Gatak yaitu desa
Sanggung, Kagokan, Luwang, Tempel, Klaseman, Blimbing, Wironanggan
dan Trangsan.
3. Faktor – faktor yang berpengaruh banyak terhadap besarnya produktivitas
lahan padi sawah di setiap desa di wilayah administrasi kecamatan Gatak
tahun 2015 adalah kesuburan tanah, pola tanam, irigasi dan peran petani padi
sawah.
Adapun saran dari penelitian ini adalah.
1. Perlu adanya upaya perhatian dari pemerintah terkait yaitu dengan melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap alih fungsi lahan dari lahan sawah menjadi
daerah terbangun seperti perumahan, ruko dan lainya yang tidak sesuai
dengan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) khususnya desa Mayang dan
Sraten yang mempunyai produktivitas lahan padi sawah yang baik.
2. Desa yang mempunyai produktivitas diatas rata-rata produktivitas lahan padi
sawah kecamatan Gatak (6,98 ton/hektar) sebaiknya dipertahankan dan desa
yang

produktivitasnya

lebih

rendah

sebaiknya

ditingkatkan

guna

menghasilkan produktivitas yang lebih baik lagi yaitu dengan memperbaiki

11

sistem irigasi, menyuburkan tanah, memperbanyak musim tanam padi
menjadi 3 kali dalam setahun dan mengatur waktu musim tanam padi agar
dilakukan secara serentak oleh petani.

DAFTAR PUSTAKA
Dahroni. 2010. Geografi Pedesaan. Surakarta : Muhammadiyah University Press
Dulbahri. 1993. Sistem Informasi Geografi. PUSPIC. Yogyakarta : UGM
M. Yacob Surung dan Dahlan. 2012. Petani Padi Sawah Dan Kemiskinan . Jurnal
Gowa : Sekolah Tinggi Pertanian Gowa
Made Supartama, Made Antara, Rustam Abd Rauf. 2013. Analisis Pendapatan
Dan kelayakan Usaha Tani Padi Sawah Di Subak Baturiti Desa Balinggi
Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal Palu : Fakultas
Pertanian. Universitas Tadulako.
Fatmawati M Lumintang. 2013. Analisis Pendapatan Petani Padi Di Desa Teep
Kecamatan Langowan Timur . Jurnal Manado : Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Sam Ratulangi.
Wulandari. 2013. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Di Kelurahan
Mangalli Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa . Skripsi Makassar :
Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Hasanuddin.
Jurnal Kajian Lemhannas RI Edisi 15. 2013. Meningkatkan Produktivitas
Pertanian Guna Mewujudkan Ketahanan Pangan Dalam Rangka
Ketahanan Nasional. Jakarta : Direktorat Pengkajian Bidang Ekonomi
Isti Mandira. 2014. Usaha Industri Slondok Di Desa Banjarharjo Kecamatan
Kalibawang. Kabupaten Kulon Progo. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial. Prodi
Pendidikan Geografi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Larostina Saputri. 2014. Tingkat Erodibilitas Tanah Di Sub Daerah Aliran Sungai
(DAS) Pentung Kecamatan Patuk Kabupaten Gunung Kidul. Skripsi.
Fakultas Ilmu Sosial. Prodi Pendidikan Geografi. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Portal Ekonomi.
http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angkaekonomi-makro/produk-domestik-bruto-indonesia/item253, diakses pada
tanggal 2 Mei 2015.
Portal Ekonomi.
http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angkaekonomi-makro/pengangguran/item255, diakses pada tanggal 2 Mei 2015.
http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/05/serangga-bahan-makanan-masadepan-manusia , diakses pada tanggal 8 Juni 2015.
http://nasional.tempo.co/read/news/2014/04/22/173572411/sby-dinilai-gagalmenambah-lahan-sawah, diakses pada tanggal 8 Juni 2015.
Kemal Prihatman. 2000. Padi (Oryza Sativa). Jakarta : Kantor Deputi
Menegristek Bidang Pendayagunaan Dan Pemasyarakatan Ilmu
pengetahuan Dan Teknologi.
Sri Wahyuni. 2015. Statistik Daerah Kecamatan Gatak Tahun 2015. Sukoharjo :
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo.

12

http://tanipermainews.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-pertanian-dalam-artisempit.html, diakses pada tanggal 11 Juni 2016
https://sirusa.bps.go.id/index.php?r=sd/view&kd=2274&th=2012, diakses pada
tanggal 11 Juni 2016
http://pangan.litbang.pertanian.go.id/berita-163-konversi-gkp-ke-gkg-tahun2012.html, diakses pada tanggal 11 Juni 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Gabah, diakses pada tanggal 11 Juni 2016
http://konsepblackbook.blogspot.co.id/2012/03/geografi-lingkungan-dalam-ruanglingkup.html, diakses pada tanggal 15 Juni 2016
https://djunijanto.wordpress.com/materi/pendekatan-geografi/,
diakses
pada
tanggal 15 Juni 2016
https://arisudev.wordpress.com/2011/07/13/berbagai-jenis-tanah-di-indonesia/
tanggal, 13 november 2016
https://meyovy.wordpress.com/2013/02/12/jenis-jenis-tanah/,
diakses
pada
tanggal, 13 november 2016

13