Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan E-Learning dengan Lms Moodle dan Tatap Muka Via Video Streaming Menggunakan Google Hangouts T1 622009601 BAB IV

(1)

17

BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISIS

4.1.Implementasi Sistem

Implementasi sistem e-learning yang terintegrasi dengan HOA merupakan sistem yang berbasis client-server, meliputi perangkat keras dan perangkat lunak yang nantinya akan mendukung kinerja sistem.

4.1.1. Perangkat Keras

Topologi jaringan pada sistem pembelajaran e-learning yang terintegrasi dengan HOA terdiri dari sebuah komputer server dan lima buah komputer client.

Gambar 4.1. Topologi Jaringan Sistem.

Jaringan yang dilihat pada gambar 4.1 bersifat lokal. Adapun spesifikasi jaringan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Spesifikasi Jaringan Sistem.

(bersambung)

No. Nama Piranti Alamat IP/Netmask Sistem Operasi

1. Router 192.168.1.1/24 -

2. Server 192.168.1.2/24 Windows Server 2008

3. Client1 DHCP Windows 7


(2)

18

Tabel 4.1. Spesifikasi Jaringan Sistem. (lanjutan).

5. Client3 DHCP Windows 7

6. Client4 DHCP Windows 7

7. Client5 DHCP Windows 7

Sedangkan spesifikasi piranti kerasnya adalah sebagai berikut:  Router TPLINK

 Server

Harddisk: Seagate Barracuda 500 GB

Prosesor: Intel® Pentium® CPU G2010 @ 2.80GHz Memori: 2.00 GB

 Client1

Harddisk: WDC WD5000AAKX-221 CA1 ATA Device 500 GB Prosesor: Intel ® Pentium ® CPU G630 @ 2.70GHz 2.70 GHz Memori: 2.00 GB

 Client2

Harddisk: WDC WD5000AAKX-221 CA1 ATA Device 500 GB Prosesor: Intel ® Pentium ® CPU G630 @ 2.70GHz 2.70 GHz Memori: 2.00 GB

 Client3

Harddisk: ST9500325AS ATA Device 500 GB

Prosesor: Intel ® Core™ i3 CPU M 350 @ 2.27GHz 2.27 GHz Memori: 2.00 GB

 Client4

Harddisk: WDC WD5000AAKX-221 CA1 ATA Device 500 GB Prosesor: Intel ® Core ™ i3 CPU 540 @ 3.07GHz 3.06 GHz Memori: 4.00 GB

 Client5

Harddisk: WDC WD5000AAKX-221 CA1 ATA Device 500 GB Prosesor: Intel ® Pentium ® CPU G2010 @ 2.80 GHz 2.80 GHz Memori: 2.00 GB


(3)

19

4.1.2. Perangkat Lunak

Implementasi perangkat lunak meliputi instalasi sistem client-server dan integrasi HOA.

4.2.Prosedur Pengujian

Prosedur pengujian meliputi pengujian kompatibilitas, pengujian dengan skenario, dan langkah-langkah pengujian sistem. Pengujian kinerja jaringan dilakukan terhadap dua metrik jaringan, yaitu latency/delay dan throughput yang dihasilkan dari paket-paket yang ditangkap oleh Wireshark.

4.2.1. Pengujian Kompatibilitas

Pengujian kompatibilitas dilakukan terhadap web browser yang digunakan untuk mengakses halaman web e-learning.

4.2.2. Pengujian dengan Skenario

Pengujian dengan skenario akan dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan mengakses streaming dengan local IP melalui client tunggal dan jamak.

4.2.3. Langkah-langkah Pengujian

Pengujian dilakukan setelah server telah dijalankan pada skema jaringan yang ditunjukkan pada Gambar 4.1. Pengujian kompatibilitas dilakukan dengan langkah-langkah berikut.

1. Jalankan piranti Wireshark.

2. Buka web browser yang akan diuji.

3. Akses alamat web http://192.168.1.2/moodle. 4. Lakukan analisis yang ditangkap oleh Wireshark.

Pengujian dengan skenario yang pertama, yaitu mengakses streaming video dari dalam jaringan intranet, dilakukan dengan langkah-langkah berikut.

1. Jalankan piranti lunak Wireshark.

2. Akses alamat web http://192.168.1.2/moodle dari web browser. 3. Lakukan login.

4. Pilih kursus dan materi kursus, di mana terdapat berkas video. 5. Wireshark akan merekam data yang berjalan.


(4)

20

4.3.Hasil Pengujian

Hasil pengujian meliputi pengujian kompatibilitas dan kedua pengujian dengan skenario.

4.3.1. Pengujian Kompatibilitas

Gambar 4.2, 4.3, dan 4.4 merupakan tampilan situs web dari sistem.

Gambar 4.2. Halaman Awal Situs.


(5)

21

Gambar 4.4. Halaman Awal Setelah Login.

Gambar 4.5. Tampilan Video.

Tabel 4.2 merupakan ringkasan informasi tentang pengaksesan halaman situs web dari data yang ditangkap oleh Wireshark.

Tabel 4.2. Ringkasan Informasi Pengujian Kompatibilitas Web Browser dengan Wireshark.

Data

Web Browser Chrome Internet Explorer

Mozilla Firefox

Packets 2686,400 369,400 3024,600

Between first and last packet (sec) 87,553 70,858 129,507

Avg. packets/sec 31,275 4,831 22,989

Bytes 2332015,400 298212,600 2862651,000

Avg. bytes/sec 27183,229 3676,523 21628,856

Avg. Mbit/sec 0,217 0,029 0,173

4.3.2. Pengujian dengan Skenario


(6)

22

4.4.Analisis

Tabel 4.2 yang menampilkan hasil pengujian kompatibilitas ketiga web browser menunjukkan bahwa Internet Explorer (IE) merupakan yang terbaik dalam mengakses situs ‘FTEK E-learning’, yaitu dengan jumlah paket dan waktu paling kecil di antara dua browser lainnya. Akan tetapi, pada saat mengakses berkas video dalam jaringan lokal, IE hanya menampilkan tautan berkas yang kemudian menampilkan jendela permintaan memutar atau menyimpan berkas video. Jadi, video tidak diputar dengan media player default yang terdapat pada web browser, tetapi diputar pada media player default yang terdapat pada komputer client. Hal ini dapat disebabkan oleh add-on IE yang belum terinstal atau versi IE yang belum diperbarui. Hal ini juga terjadi pada Chrome pada sebagian besar client. Berkas video tidak dapat diputar dikarenakan plugin belum diperbarui. Oleh karena itu, Mozilla Firefox dipilih menjadi web browser yang digunakan untuk melakukan pengujian dalam jaringan lokal karena memiliki media player default yang dapat memainkan berkas video.

Dalam pengujian dengan skenario ditemukan bahwa Wireshark mengalami ketimpangan (crippled) dalam menangkap paket pada jaringan nirkabel, di mana sistem operasi yang digunakan adalah Sistem Operasi Windows. Berdasarkan standarisasi latency versi Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Network (TIPHON), latency yang dihasilkan oleh client nirkabel pada Lampiran D termasuk dalam kategori poor dan unacceptable. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi pada saat pengaksesan video, di mana tidak ditemukan adanya penundaan pemutaran video ketika tombol play ditekan.

Tabel 4.3. Standarisasi Latency Versi TIPHON. Kategori Delay Besar Delay

Excellent < 150 ms Good 150 – 300 ms Poor 300 – 450 ms Unacceptable > 450 ms

Oleh karena itu, analisis hanya dilakukan terhadap jaringan kabel yang akan diuraikan sebagai berikut:


(7)

23  Latency/Delay

Waktu latency berdasarkan hasil pengujian dengan Wireshark didapatkan dengan perhitungan sebagai berikut:

� = � � � /� ...(4.1)

Nilai-nilai latency tersebut dirangkum ke dalam Lampiran C dan Lampiran D dan digambarkan pada Grafik 4.1 dalam skala logaritmik di bawah ini.

Grafik 4.1. Latency pada Jaringan Kabel.

Jika dibandingkan dengan Standarisasi TIPHON mengenai latency, yang dapat dilihat pada Tabel 4.3, client pada jaringan LAN memiliki kualitas jaringan yang excellent, yaitu client 1, client 4, dan client 5.

0.001 0.01 0.1 1

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

W

a

k

tu

(

se

c)

Data


(8)

24

Grafik 4.2. Perbandingan Latency antara Client Jamak dan Client Tunggal.

Grafik 4.2 menampilkan perbandingan latency antara jaringan dengan client jamak dan jaringan dengan client tunggal pada spesifikasi client yang sama, yaitu client 5 yang menggunakan kabel UTP kategori cat5e, yang memiliki kecepatan transmisi maksimum 1000Mbps dan kecepatan propagasi sebesar 0,64c, di mana c adalah kecepatan cahaya. Dapat dilihat bahwa jaringan dengan client jamak cenderung memiliki nilai latency yang lebih besar dibandingkan dengan jaringan dengan client tunggal. Waktu yang digunakan client pada jaringan dengan client jamak untuk mentransmisikan paket pertama hingga paket terakhir lebih besar dibandingkan dengan jaringan dengan client tunggal. Salah satu alasan mengapa waktu yang digunakan lebih besar karena pada jaringan yang memiliki jumlah client yang banyak, terjadi pembagian sumber daya, yaitu bandwidth.

Hasil pengukuran latency pada jaringan dengan client jamak menurut standarisasi TIPHON bila dinyatakan dalam persentase dinyatakan pada tabel 4.4 sebagai berikut.

Tabel 4.4. Persentase Latency pada Jaringan dengan Client Jamak. Kategori Delay Besar Delay Persentase

Excellent < 150 ms 99%

Good 150 – 300 ms 1%

Poor 300 – 450 ms 0%

Unacceptable > 450 ms 0%

0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930

W

a

k

tu

(

se

c)

Data


(9)

25

Berdasarkan teori, latency dirumuskan sebagai berikut:

� = � � + � � � +

� � + � �………...………….(4.2)

Di mana queuing time dan processing delay tergantung pada trafik jaringan. Jika beban ditambahkan, maka queuing time-nya juga meningkat.

Pada perhitungan latency berdasarkan teori, diambil sampel data dari salah satu data yang didapatkan. Komponen pertama latency, propagation time, dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

� � � = ��� � ��� � ………..(4.3)

 Jaringan dengan client tunggal:

� � � = ,,9

= , 9 × −8

Jaringan dengan client jamak:

� � � = ,,9

= , 9 × −8

Sedangkan, transmission time dihitung dengan menggunakan rumus:

� � � � = ��� �� ℎ�� ��� ………(4.4)

 Jaringan dengan client tunggal:

� � � � = �


(10)

26 Jaringan dengan client jamak:

� � � = �

= ,

Sehingga latency untuk kedua jenis jaringan adalah:

� = , 9 × −8 + ,

= ,

Terdapat perbedaaan antara perhitungan dan pengukuran dengan piranti lunak Wireshark, walaupun nilai latency pada kedua jaringan termasuk dalam kategori excellent. Perbedaan dapat dikarenakan oleh kondisi jaringan pada saat pengujian dan reliabilitas piranti lunak maupun piranti keras yang digunakan.

 Throughput

Throughput merupakan bandwidth dalam kondisi yang sebenarnya karena bersifat dinamis dan bergantung pada kondisi trafik. Berdasarkan hasil pengujian, maka didapatkan nilai throughput yang tertera pada Lampiran F.

Grafik 4.3. Throughput pada Jaringan Kabel.

Untuk menghitung throughput, jumlah frame yang dapat dilewatkan dikalikan dengan jumlah bit yang dibawa per frame. Karena jumlah frame

0.000 500000.000 1000000.000 1500000.000 2000000.000 2500000.000

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

T

h

ro

u

g

h

p

u

t

(b

p

s)

Data


(11)

27

tidak dapat diketahui, maka akan digunakan frame rate dari berkas video, yaitu 25fps. Sehingga, akan didapatkan throughput sebesar

�ℎ ℎ = × �

= ,

Hal ini berarti bahwa throughput pada jaringan ketika menjalankan streaming video adalah 0,26% dari bandwidth yang tersedia.

Grafik 4.4. Latency pada Client Tunggal.

Grafik 4.5. Throughput pada Client Tunggal. 0.000 0.005 0.010 0.015 0.020 0.025

0 5 10 15 20 25 30 35

La te n cy ( se c) Data ke-0.000 200000.000 400000.000 600000.000 800000.000 1000000.000 1200000.000 1400000.000

0 5 10 15 20 25 30 35

T h ro u g h p u t (b p s) Data


(12)

ke-28

Grafik 4.6. Latency pada Client Jamak.

Grafik 4.7. Throughput pada Client Jamak.

Terlihat dari grafik, baik pada jaringan dengan client tunggal maupun jaringan dengan client jamak, cenderung simetris. Hal ini menunjukkan bahwa sifat antara latency dan throughput adalah kontradiktif. Ketika nilai latency besar, maka throughput bernilai kecil dan sebaliknya.

0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18

0 5 10 15 20 25 30 35

La te n cy ( se c) Data ke-0.000 500000.000 1000000.000 1500000.000 2000000.000 2500000.000

0 5 10 15 20 25 30 35

T h ro u g h p u t (b p s) Data


(1)

23  Latency/Delay

Waktu latency berdasarkan hasil pengujian dengan Wireshark didapatkan dengan perhitungan sebagai berikut:

� = � � � /� ...(4.1)

Nilai-nilai latency tersebut dirangkum ke dalam Lampiran C dan Lampiran D dan digambarkan pada Grafik 4.1 dalam skala logaritmik di bawah ini.

Grafik 4.1. Latency pada Jaringan Kabel.

Jika dibandingkan dengan Standarisasi TIPHON mengenai latency, yang dapat dilihat pada Tabel 4.3, client pada jaringan LAN memiliki kualitas jaringan yang excellent, yaitu client 1, client 4, dan client 5.

0.001 0.01 0.1 1

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

W

a

k

tu

(

se

c)

Data


(2)

24

Grafik 4.2. Perbandingan Latency antara Client Jamak dan Client Tunggal.

Grafik 4.2 menampilkan perbandingan latency antara jaringan dengan

client jamak dan jaringan dengan client tunggal pada spesifikasi client yang sama, yaitu client 5 yang menggunakan kabel UTP kategori cat5e, yang memiliki kecepatan transmisi maksimum 1000Mbps dan kecepatan propagasi sebesar 0,64c, di mana c adalah kecepatan cahaya. Dapat dilihat bahwa jaringan dengan client jamak cenderung memiliki nilai latency yang lebih besar dibandingkan dengan jaringan dengan client tunggal. Waktu yang digunakan client pada jaringan dengan client jamak untuk mentransmisikan paket pertama hingga paket terakhir lebih besar dibandingkan dengan jaringan dengan client tunggal. Salah satu alasan mengapa waktu yang digunakan lebih besar karena pada jaringan yang memiliki jumlah client yang banyak, terjadi pembagian sumber daya, yaitu bandwidth.

Hasil pengukuran latency pada jaringan dengan client jamak menurut standarisasi TIPHON bila dinyatakan dalam persentase dinyatakan pada tabel 4.4 sebagai berikut.

Tabel 4.4. Persentase Latency pada Jaringan dengan Client Jamak.

Kategori Delay Besar Delay Persentase

Excellent < 150 ms 99% Good 150 – 300 ms 1% Poor 300 – 450 ms 0% Unacceptable > 450 ms 0% 0

0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930

W

a

k

tu

(

se

c)

Data


(3)

25

Berdasarkan teori, latency dirumuskan sebagai berikut:

� = � � + � � � +

� � + � �………...………….(4.2)

Di mana queuing time dan processing delay tergantung pada trafik jaringan. Jika beban ditambahkan, maka queuing time-nya juga meningkat.

Pada perhitungan latency berdasarkan teori, diambil sampel data dari salah satu data yang didapatkan. Komponen pertama latency, propagation time, dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

� � � = ��� � ��� � ………..(4.3)

 Jaringan dengan client tunggal:

� � � = ,,9

= , 9 × −8

Jaringan dengan client jamak:

� � � = ,,9

= , 9 × −8

Sedangkan, transmission time dihitung dengan menggunakan rumus:

� � � � = ��� �� ℎ�� ��� ………(4.4)

 Jaringan dengan client tunggal:

� � � � = �


(4)

26 Jaringan dengan client jamak:

� � � = �

= ,

Sehingga latency untuk kedua jenis jaringan adalah:

� = , 9 × −8 + ,

= ,

Terdapat perbedaaan antara perhitungan dan pengukuran dengan piranti lunak Wireshark, walaupun nilai latency pada kedua jaringan termasuk dalam kategori excellent. Perbedaan dapat dikarenakan oleh kondisi jaringan pada saat pengujian dan reliabilitas piranti lunak maupun piranti keras yang digunakan.

 Throughput

Throughput merupakan bandwidth dalam kondisi yang sebenarnya karena bersifat dinamis dan bergantung pada kondisi trafik. Berdasarkan hasil pengujian, maka didapatkan nilai throughput yang tertera pada Lampiran F.

Grafik 4.3. Throughput pada Jaringan Kabel.

Untuk menghitung throughput, jumlah frame yang dapat dilewatkan dikalikan dengan jumlah bit yang dibawa per frame. Karena jumlah frame

0.000 500000.000 1000000.000 1500000.000 2000000.000 2500000.000

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

T

h

ro

u

g

h

p

u

t

(b

p

s)

Data


(5)

27

tidak dapat diketahui, maka akan digunakan frame rate dari berkas video, yaitu 25fps. Sehingga, akan didapatkan throughput sebesar

�ℎ ℎ = × �

= ,

Hal ini berarti bahwa throughput pada jaringan ketika menjalankan

streaming video adalah 0,26% dari bandwidth yang tersedia.

Grafik 4.4. Latency pada Client Tunggal.

Grafik 4.5. Throughput pada Client Tunggal.

0.000 0.005 0.010 0.015 0.020 0.025

0 5 10 15 20 25 30 35

La

te

n

cy

(

se

c)

Data

ke-0.000 200000.000 400000.000 600000.000 800000.000 1000000.000 1200000.000 1400000.000

0 5 10 15 20 25 30 35

T

h

ro

u

g

h

p

u

t

(b

p

s)


(6)

ke-28

Grafik 4.6. Latency pada Client Jamak.

Grafik 4.7. Throughput pada Client Jamak.

Terlihat dari grafik, baik pada jaringan dengan client tunggal maupun jaringan dengan client jamak, cenderung simetris. Hal ini menunjukkan bahwa sifat antara latency dan throughput adalah kontradiktif. Ketika nilai latency

besar, maka throughput bernilai kecil dan sebaliknya. 0

0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18

0 5 10 15 20 25 30 35

La

te

n

cy

(

se

c)

Data

ke-0.000 500000.000 1000000.000 1500000.000 2000000.000 2500000.000

0 5 10 15 20 25 30 35

T

h

ro

u

g

h

p

u

t

(b

p

s)


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Online on Demand dan Live Streaming Radio dengan Real Time Streaming Protocol T1 612007005 BAB IV

0 1 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Streaming Video Berdasarkan Kecepatan Bandwidth User T1 612007013 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Streaming Video Berdasarkan Kecepatan Bandwidth User T1 612007013 BAB II

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Streaming Video Berdasarkan Kecepatan Bandwidth User T1 612007013 BAB IV

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Streaming Video Berdasarkan Kecepatan Bandwidth User T1 612007013 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan E-Learning dengan Lms Moodle dan Tatap Muka Via Video Streaming Menggunakan Google Hangouts T1 622009601 BAB I

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan E-Learning dengan Lms Moodle dan Tatap Muka Via Video Streaming Menggunakan Google Hangouts T1 622009601 BAB II

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan E-Learning dengan Lms Moodle dan Tatap Muka Via Video Streaming Menggunakan Google Hangouts T1 622009601 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan E-Learning dengan Lms Moodle dan Tatap Muka Via Video Streaming Menggunakan Google Hangouts

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan E-Learning dengan Lms Moodle dan Tatap Muka Via Video Streaming Menggunakan Google Hangouts

0 1 13