Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Pesan Berita Televisi Metro Tv dalam Pemberitaan Kasus Pengeboman Gereja di Solo T1 362008019 BAB I

(1)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Media merupakan lokasi atau forum yang semakin berperan, untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Media juga seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma (McQuail, 1987:3).

Dengan pemberitaan media tentang terorisme, banyak masyarakat yang berpandangan bahwa “muslim=terorisme”. Salah satunya adalah Raditya Ghani saat diwawancara oleh penulis mengatakan bahwa terorisme dilakukan oleh oknum-oknum yang memang mengatasnamankan Islam.

“yo menurutku, terorisme memang mesti berkaitan karo Islam. Nonton wae ning tv, mesti pelaku-pelakune kan agamane Islam ra ono sing Kristen.”1

Menurut pandangan dia (Raditya Ghani) muslim=terorisme. Dia menggambarkan banyak contoh kasus yang ditayangkan media selalu terorisme berkaitan dengan Islam yang fanatik akan ajarannya. Selain itu, beberapa pemuda Gereja Kristen Jawa WKM, Semarang, ketika melihat fisik orang dengan ciri-ciri baju koko dan celana diatas mata kaki, mereka langsung beranggapan bahwa orang tersebut bisa saja teroris. Dari beberapa keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa media bisa merubah persepsi seseorang akan suatu hal.

Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan sebagai institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media

1


(2)

2 edukasi, kemudian media massa juga menjadi media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan informasi, terakhir media massa sebagai media hiburan. (Bungin, 2008: 85)

Dari penjelasan di atas, media mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Televisi merupakan salah satu media yang banyak berperan dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat lebih mudah mendapatkan informasi dari televisi daripada media lain, karena hampir sebagian masyarakat mempunyai televisi.

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa jelas menghadirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian masih menunjukkan bahwa media tersebut adalah media yang menguasai jarak secara geografis dan sosiologis.

Dunia pertelevisian Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat beberapa tahun belakangan ini. Awalnya, Indonesia hanya punya satu stasiun televisi milik pemerintah yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI). Pada tahun 1989, lahirnya stasiun televisi swasta Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Hingga saat ini, ada 11 stasiun televisi nasional dan 10 diantaranya adalah stasiun televisi swasta.

Dari berbagai macam stasiun televisi tersebut, mereka mempunyai ciri masing-masing dalam menayangkan acaranya, termasuk acara berita. Freda Morris (1996) dalam buku “Broadcast Journalism Techniques of Radio and TV News” mengemukakan, “News is immediate, the important, the things that have impact on our lives”. Artinya, berita adalah sesuatu yang baru, penting yang dapat memberikan dampak dalam kehidupan manusia. Dari definisi ini, ada tiga unsur pada sebuah berita yakni baru penting dan berguna bagi manusia. (Harahap, 2007: 3)

Berita TV bukan hanya sekedar melaporkan fakta tulisan/ narasi, tetapi juga gambar (visual), baik gambar diam, seperti foto, gambar peta, grafis, maupun film berita yakni rekaman peristiwa yang menjadi topik


(3)

3 berita dan mampu memikat pemirsa. Bagi berita TV, gambar adalah primadona atau paling utama daripada narasi. Kalau gambar berita yang disiarkan mampu bercerita banyak, maka narasi hanya sebagai penunjang saja. Berita TV tanpa gambar tidak ubahnya dengan berita radio. (Harahap, 2007: 4)

Berita TV menayangkan berbagai macam informasi penting di seluruh Indonesia. Salah satu yang menjadi tayangan berita adalah kasus terorisme. Kasus terorisme di Indonesia dari tahun 2000 hingga 2011 semakin banyak terjadi. Bahkan pelakunya atau yang sering disebut teroris semakin berani dengan menggunakan media tubuh atau yang sering disebut bom bunuh diri. Dari data yang penulis dapatkan dari tahun 2000 sampai 2009 setidaknya ada kejadian terorisme sebanyak 21 pengeboman di seluruh Indonesia 2.

Selain lewat pemberitaan, masyarakat juga selalu disuguhkan oleh banyaknya film di Indonesia yang menggambarkan tentang Islam. Seperti contohnya Perempuan Berkalung Sorban, Tanda Tanya, Alangkah Lucunya Negeri ini, dan masih banyak lagi. Masyarakat seolah-olah digiring untuk mengerti bagaimana kehidupan orang Islam. Dari berbagai film itu, masyarakat juga tahu tentang ciri-ciri penggambaran tentang orang Islam, sebagai contoh cara berpakaian dalam penggambaran film. Di dalam film, orang Islam yang sangat fanatik selalu digambarkan dengan ciri-ciri yang hampir sama. Dalam penggambaran tersebut, masyarakat secara tidak langsung terpengaruh oleh tayangan yang mencirikan orang Islam. Kejadian Bom Bali 1, juga membuat masyarakat semakin dikuatkan akan cirri-ciri orang Islam dengan ajaran yang fanatik, sebagai contoh ciri-ciri tersangka teroris Bom Bali 1. Mereka selalu berpakaian dengan model yang sama yaitu mengenakan baju koko, celana di atas mata kaki, dan selalu menggunakan penutup kepala atau peci. Seperti halnya pemuda Gereja Kristen Jawa WKM, yang beranggapan jika ada orang yang berpakain dengan baju koko dan celana di atas mata kaki, merupakan contoh orang Islam yang fanatik dengan ajarannya, salah satunya yaitu Windy Setyoko.

2

http://indocashregister.com/2009/07/18/rentetan-serangan-bom-teroris-di-indonesia-2000-2009/


(4)

4 “wong Islam sing ajarane fanatik ki mesti nggo klambi kombor karo katok 3/4, wes kui mesti. Teroris kae yo nggo klambi ngono”3

Menurut pandangan pemuda Gereja Kristen Jawa WKM, orang bercirikan seperti di atas merupakan orang Islam dengan ajaran yang sangat fanatik, termasuk teroris.

Selain banyaknya film dan media tentang penggambaran Islam, ada juga film yang menggambarkan tentang kasus bom Bali 1. Film tersebut berjudul Long Road. Film ini bercerita tentang indahnya Bali yang kemudian dirusak dengan orang-orang yang mengaku sedang melakukan jihad dengan cara mengebom sebuah cafe di Legian, Kuta, Bali. Di dalam film tersebut juga diceritakan bagaimana para teroris merencanakan pengeboman tersebut. Dalam film digambarkan jelas bahwa teroris-teroris tersebut selalu berpakaian seperti yang digambarkan oleh media lain, yaitu berbaju koko, memakai peci, kemudian celana di atas mata kaki. Hal ini membuat sebagian masyarakat beranggapan bahwa orang yang berpakaian seperti itu, bisa jadi teroris. Seperti halnya pemuda Gereja Kristen Jawa WKM, Semarang.

Istilah teroris oleh para ahli kontraterorisme dikatakan merujuk kepada para pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang dikenal atau tidak menuruti peraturan angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa serang-serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi, dan oleh karena itu para pelakunya "teroris" layak mendapatkan pembalasan yang kejam.

Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh perkataan "teroris" dan "terorisme", para teroris umumnya menyebut diri mereka sebagai separatis4, pejuang pembebasan, pasukan perang salib, militan, mujahidin, dan lain-lain. Adapun makna sebenarnya

3

Wawancara Windy Setyoko tanggal 18 November 2012 pukul 21.30 wib

4

Separatis: orang (golongan) yg menghendaki pemisahan diri dr suatu persatuan; golongan (bangsa) untuk mendapat dukungan (http://www.artikata.com/arti-350381-separatis.html diunduh tanggal 16 Desember 2012 jam 15.20 WIB)


(5)

5 dari jihad, mujahidin adalah jauh dari tindakan terorisme yang menyerang penduduk sipil padahal tidak terlibat dalam perang. Terorisme sendiri sering tampak dengan mengatasnamakan agama.

Selain oleh pelaku individual, terorisme bisa dilakukan oleh negara atau dikenal dengan terorisme negara (state terorism). Misalnya seperti dikemukakan oleh Noam Chomsky yang menyebut Amerika Serikat ke dalam kategori itu. Persoalan standar ganda selalu mewarnai berbagai penyebutan yang awalnya bermula dari Barat. Seperti ketika Amerika Serikat banyak menyebut teroris terhadap berbagai kelompok di dunia, di sisi lain liputan media menunjukkan fakta bahwa Amerika Serikat melakukan tindakan terorisme yang mengerikan hingga melanggar konvensi yang telah disepakati.5

Menurut ensiklopedia Indonesia tahun 2000, terorisme adalah kekerasan atau ancaman kekerasan yang diperhitungkan sedemikian rupa untuk menciptakan suasana ketakutan dan bahaya dengan maksud menarik perhatian nasional atau internasional terhadap suatu aksi maupun tuntutan. RAND Corporation, sebuah lembaga penelitian dan pengembangan swasta terkemuka di AS, melalui sejumlah penelitian dan pengkajian menyimpulkan bahwa setiap tindakan kaum terorris adalah tindakan kriminal. Definisi konsepsi pemahaman lainnya menyatakan bahwa : (1) terorisme bukan bagian dari tindakan perang, sehingga seyogyanya tetap dianggap sebagai tindakan kriminal, juga situasi diberlakukannya hukum perang; (2) sasaran sipil merupakan sasaran utama terorisme, dan dengan demikian penyerangan terhadap sasaran militer tidak dapat dikategorikan sebagai tindakan terorisme; (3) meskipun dimensi politik aksi teroris tidak boleh dinilai, aksi terorisme itu dapat saja mengklaim tuntutanan bersifat politis.6

Berbagai pendapat pakar dana badan pelaksana yang menangani masalah terorisme, mengemukakan tentang perngertian terorisme secara

5

http://jhonfreedom.blogspot.com/2009/03/pengertian-terorisme.html

6

http://www.dephan.go.id/modules.php?name=Sections&op=viewarticle&artid=56 diunduh tanggal 9 Desember 2011 pukul 22.21 WIB


(6)

6 beragam. Terror mengandung arti penggunaan kekerasan, untuk menciptakan atau mengkondisikan sebuah iklim ketakutan di dalam kelompok masyarakat yang lebih luas, daripada hanya pada jatuhnya korban kekerasan. Publikasi media massa adalah salah satu tujuan dari aksi kekerasan dari suatu terror, sehingga pelaku merasa sukses jika kekerasan dalam terorisme serta akibatnya dipublikasikan secara luas di mass media. Dalam perkembangannya lalu muncul suatu konsep yang memberi pengertian, bahwa terorisme adalah cara atau teknik intimidasi dengan sasaran sistematik, demi suatu kepentingan politik tertentu. (Hendropriyono, 2009: 25)

Indonesia merupakan negara ketujuh yang paling berisiko dilanda serangan teroris, setelah Kolombia, Israel, Pakistan, AS, Filipina dan Afghanistan, menurut satu penelitian yang dipublikasikan oleh sebuah lembaga penaksiran risiko yang terkenal. Kolombia (urutan 1) dan Israel (urutan 2) merupakan dua negara dalam daftar 186 negara yang dianggap "sangat berisiko" terkena serangan "teroris", menurut Indeks Terorisme Global Pusat Riset Perdagangan Dunia (WMRC) pada 2003-2004. Di belakang Indonesia adalah Irak dan India yang masing-masing berada di urutan kedelapan dan kesembilan.Sri Lanka dan Inggris berbagi tempat di urutan ke-10. Penelitian itu "dirancang untuk menaksir risiko terorisme di masing-masing dari 186 negara dan, yang paling penting, terhadap kepentingan negara-negara itu di luar negeri selama 12 bulan mendatang", kata direktur riset WMRC, Guy Dunn. "Kepentingan negara-negara itu di luar negeri merupakan satu bagian yang sangat penting dari penelitian tersebut," katanya.7

Yang paling menghebohkan dunia adalah bom Bali yang pertama di tanggal 12 Oktober 2002, tiga ledakan mengguncang Bali. Ledakan bom tersebut menewaskan 202 orang, melukai sekitar 300 orang,

7

http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/1/484/Warta/Indonesia_Sasaran_ketujuh_Tujua n_Teroris.html diunduh tanggal 9 Desember 2011 pukul 22.45 WIB


(7)

7 menghancurkan 47 bangunan8. Di bulan September 2011, tepatnya tanggal 25, terjadi kasus pengeboman di sebuah Gereja Bethel Injil Sepuluh (GBIS), Kepunton, Solo, Jawa Tengah. Bom ini diledakkan dengan cara menaruh bom di dalam pakaian pelakunya. Dari data yang didapatkan, bahwa isi bom yang dipakai pelaku adalah paku, baut, dan gotri. Namun dalam kasus ini tidak mengakibatkan korban tewas, hanya pelaku saja yang tewas saat kejadian itu.

Secara geografis Indonesia terletak diposisi silang dunia diantara dua benua dan dua lautan, hal tersebut menjadikan Indonesia pada posisi strategis, dan juga menjadikan Indonesia sebagai sarana pertarungan elit politik, baik dunia maupun elit pilitik lokal yang akhirnya memicu potensi permasalahan antara lain, masalah kerawanan suku, agama, ras dan etnis golongan serta tempat peredaran narkoba, peredaran senjata ilegal dan penyusupan teroris internasional. Hal ini jika tidak ditangani secara serius, akan dapat mempengaruhi dan berdampak pada tingkat ketahanan nasional. Di sisi lain, konfigurasi geografis dan posisi Indonesia yang strategis juga menyimpan kekayaan alam yang melimpah, dan merupakan aset bangsa dan negara yang sangat berharga, hal tersebut dapat memberikan prospek masa depan bagi kerjasama di bidang ekonomi antar bangsa. Kondisi tersebut menjadikan Indonesia sebagai fokus dalam berbagai hal termasuk terorisme.

9

Konflik Ambon yang meletus pada tahun 1999, seolah menjadi tanda jam berdentang bagi sekelompok orang yang telah menanti-nantikan datangnya hari ketika medan jihad terbuka di Indonesia. Mereka adalah sebagian kecil dari kelompok yang telah mempersiapkan diri untuk mencari syahid hingga ke Afghanistan, Moro, dan beberapa medan konflik lainnya. Ambon telah mengembalikan semangat jihad mereka, dan terjadilah

8

http://rohayadi.wordpress.com/2009/10/16/menguak-misteri-tragedi-bom-bali-1/ diunduh tanggal 25 Oktober 2011 pukul 21.46 WIB

9

http://www.balitbang.kemhan.go.id/?q=content/apa-target-terorisme-beraksi-di-indonesia diunduh tanggal 20 maret 2012 jam 21.23 wib


(8)

8 pengorganisasian secara alamiah dari berbagai kalangan individu dan kelompok dalam satu tujuan yang sama, membela umat Islam yang tengah diserang oleh kelompok yang disebut mereka sebagai koalisi Zionis-Salibis. (Noor, 2010: 2)

Amerika Serikat dan Barat mengklaim bahwa negara-negara Asia Tenggara adalah surga bagi sejumlah teroris dan mereka ini sudah disusupi dengan operasi Al Qaeda untuk tiga alasan utama: koneksi Afghan dengan ekstremis Timur Tengah, tumbuhnya kebencian Islam di negara-negara Asia Tenggara sejak 1970-an karena alasan-alasan politik dan sosial ekonomi, serta bahwa Asia Tenggara adalah negara-negara yang nyaman bagi teroris internasional. ( Permadi, 2003: 105-106 )

Klaim itu sebetulnya hanya merupakan kesimpulan sepihak atas partisipasi para relawan Mujahidin di Afghanistan. Sebab, tidak kurang dari seribu muslim Asia Tenggara bergabung dalam pertempuran bersama Mujahidin pada 1980-an dan ada koneksi Afghan ke hampir semua kelompok-kelompok Islam radikal. Afghanistan sendiri adalah pengalaman formatif dalam kehidupan jihad di Asia Tenggara. Di Indonesia, ada

“kelompok 272” beranggotakan veteran-veteran dan tokoh-tokoh kelompok

radikal di kawasan ini semuanya adalah veteran-veteran Mujahidin: Jaffar Umar, Jaffar Umar Thalib, Hambali, Mohammed Iqbal Rahman, Nik Aziz Nik Adli, Abdurajak Janjalani, dan lainnya. Tidak bisa diremehkan betapa pentingnya koneksi Afghan ini adalah basis bagi jaringan Al Qaeda di seluruh dunia. ( Permadi, 2003: 106 )

Melihat dari berbagai media yang memberikan informasi tentang kasus terorisme, sebagian masyarakat beranggapan bahwa terorisme merupakan ulah orang Islam. Berangkat dari persepsi sebagian pemuda gereja terhadap kasus terorisme yang mengganggap bahwa muslim identik dengan terorisme, penulis ingin melihat bagaimana media terutama TV dalam memberikan informasi berita. Media mempunyai fungsi salah satunya untuk menginformasikan dan mempengaruhi, dari data atau hasil wawancara terhadap pemuda Gereja Kristen Jawa WKM, persepsi mereka


(9)

9 semakin buruk ketika melihat berita TV tentang kasus pengeboman gereja di Solo. Dari kasus tersebut, penulis ingin meneliti bagaimana isi pesan berita TV terutama berita Metro TV tentang kasus pengeboman Gereja GBIS di Solo dengan menggunakan metodologi penelitian analisis wacana kritis model van Dijk. Penulis menggunakan Metro TV karena dari awal berdirinya stasiun televisi ini sebagian besar program acaranya merupakan berita. Kemudian Metro TV juga lebih up to date dalam pemberitaannya. Program berita yang dipilih oleh penulis yaitu program berita Metro Siang tentang kasus pengeboman gereja di Solo pada tanggal 25 September 2011, program Breaking News pada tanggal 25 Sepetember 2011, dan Metro Hari ini pada tanggal 25 September 2011.


(10)

10 1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

Bagaimana wacana terorisme kasus pengeboman gereja di Solo diberitakan Metro TV?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

Mendeskripsikan wacana terorisme kasus pengeboman gereja di Solo diberitakan Metro TV.

1.4.Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat mengetahui bagaimana wacana media dalam memberitakan kasus terorisme.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dari pentingnya pengetahuan dari berita TV, serta media lainnya yang dapat mempengaruhi kehidupan kita.

1.5.Batasan Masalah

Penelitian ini difokuskan untuk melihat isi pesan berita TV tentang ”pengeboman Gereja GBIS di Solo” terutama berita di Metro TV. Sejak awal berdirinya Metro TV merupakan stasiun TV di Indonesia yang sebagian besar program acaranya berita. Dengan demikian penulis mengambil berita Metro TV sebagai bahan penelitian. Berita tersebut yaitu program berita Metro Siang tentang kasus pengeboman Gereja di Solo pada tanggal 25 September 2011, program berita Breaking News tanggal 25 September 2011, dan program acara Metro Hari Ini pada tanggal 25 September 2011. Penulis mengambil bahan penelitian hanya pada saat pemberitaan kejadian bom tersebut, yaitu pada tanggal 25 September 2011.


(11)

11 1.6.1. Media massa

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Media digolongkan atas empat macam, yakni media antarpribadi, media kelompok, media publik, dan media massa (Cangara, 2007:123). Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat mekanis, seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Cangara, 2007:127).

Menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita (sense extention theory; teori perpanjangan alat indera). Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang sudah diseleksi. Kita cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa.

1.6.2. Berita Televisi

Menurut Dean M. Lyle Spencer dalam bukunya yang berjudul News Writing yang kemudian dikutip oleh George Fox Mott (New Survey Journalism) mengatakan bahwa : “Berita dapat didefinisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca”. Sedangkan menurut Mitchel V. Charnley dalam bukunya reporting edisi III (Holt-Reinhart & Winston, New York, 1975 : 44) menyebutkan “Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas”. (Muda, 2003 :21-22)

1.6.3. Terorisme

Berbagai pendapat pakar dana badan pelaksana yang menangani masalah terorisme, mengemukakan tentang perngertian terorisme secara beragam. Terror mengandung arti penggunaan kekerasan, untuk menciptakan atau mengkondisikan sebuah iklim ketakutan di dalam kelompok masyarakat


(12)

12 yang lebih luas, daripada hanya pada jatuhnya korban kekerasan. Publikasi media massa adalah salah satu tujuan dari aksi kekerasan dari suatu terror, sehingga pelaku merasa sukses jika kekerasan dalam terorisme serta akibatnya dipublikasikan secara luas di mass media. Dalam perkembangannya lalu muncul suatu konsep yang memberi pengertian, bahwa terorisme adalah cara atau teknik intimidasi dengan sasaran sistematik, demi suatu kepentingan politik tertentu. (Hendropriyono, 2009: 25)

1.6.4. Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk

Model yang dipakai oleh Van Dijk ini sering disebut sebagai “kognisi sosial”. Nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik pendekatan yang diperkenalkan oleh van Dijk. Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Di sini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu. ( Eriyanto, 2001: 221)

1.6.5. Hegemoni

Teori hegemoni merupakan sebuah teori politik paling penting abad XX. Teori ini dikemukakan oleh Antonio Gramci (1891-1937). Antonio Gramci dapat dipandang sebagai pemikir politik terpenting setelah Marx. Gagasannya yang cemerlang tentang hegemoni, yang banyak dipengaruhi oleh filsafat hukum Hegel, dianggap merupakan landasan paradigma alternatif terhadap teori Marxis tradisional mengenai paradigma base-superstructure (basis-suprastruktur).


(1)

7 menghancurkan 47 bangunan8. Di bulan September 2011, tepatnya tanggal 25, terjadi kasus pengeboman di sebuah Gereja Bethel Injil Sepuluh (GBIS), Kepunton, Solo, Jawa Tengah. Bom ini diledakkan dengan cara menaruh bom di dalam pakaian pelakunya. Dari data yang didapatkan, bahwa isi bom yang dipakai pelaku adalah paku, baut, dan gotri. Namun dalam kasus ini tidak mengakibatkan korban tewas, hanya pelaku saja yang tewas saat kejadian itu.

Secara geografis Indonesia terletak diposisi silang dunia diantara dua benua dan dua lautan, hal tersebut menjadikan Indonesia pada posisi strategis, dan juga menjadikan Indonesia sebagai sarana pertarungan elit politik, baik dunia maupun elit pilitik lokal yang akhirnya memicu potensi permasalahan antara lain, masalah kerawanan suku, agama, ras dan etnis golongan serta tempat peredaran narkoba, peredaran senjata ilegal dan penyusupan teroris internasional. Hal ini jika tidak ditangani secara serius, akan dapat mempengaruhi dan berdampak pada tingkat ketahanan nasional. Di sisi lain, konfigurasi geografis dan posisi Indonesia yang strategis juga menyimpan kekayaan alam yang melimpah, dan merupakan aset bangsa dan negara yang sangat berharga, hal tersebut dapat memberikan prospek masa depan bagi kerjasama di bidang ekonomi antar bangsa. Kondisi tersebut menjadikan Indonesia sebagai fokus dalam berbagai hal termasuk terorisme.

9

Konflik Ambon yang meletus pada tahun 1999, seolah menjadi tanda jam berdentang bagi sekelompok orang yang telah menanti-nantikan datangnya hari ketika medan jihad terbuka di Indonesia. Mereka adalah sebagian kecil dari kelompok yang telah mempersiapkan diri untuk mencari syahid hingga ke Afghanistan, Moro, dan beberapa medan konflik lainnya. Ambon telah mengembalikan semangat jihad mereka, dan terjadilah

8

http://rohayadi.wordpress.com/2009/10/16/menguak-misteri-tragedi-bom-bali-1/ diunduh tanggal 25 Oktober 2011 pukul 21.46 WIB

9

http://www.balitbang.kemhan.go.id/?q=content/apa-target-terorisme-beraksi-di-indonesia diunduh tanggal 20 maret 2012 jam 21.23 wib


(2)

8 pengorganisasian secara alamiah dari berbagai kalangan individu dan kelompok dalam satu tujuan yang sama, membela umat Islam yang tengah diserang oleh kelompok yang disebut mereka sebagai koalisi Zionis-Salibis. (Noor, 2010: 2)

Amerika Serikat dan Barat mengklaim bahwa negara-negara Asia Tenggara adalah surga bagi sejumlah teroris dan mereka ini sudah disusupi dengan operasi Al Qaeda untuk tiga alasan utama: koneksi Afghan dengan ekstremis Timur Tengah, tumbuhnya kebencian Islam di negara-negara Asia Tenggara sejak 1970-an karena alasan-alasan politik dan sosial ekonomi, serta bahwa Asia Tenggara adalah negara-negara yang nyaman bagi teroris internasional. ( Permadi, 2003: 105-106 )

Klaim itu sebetulnya hanya merupakan kesimpulan sepihak atas partisipasi para relawan Mujahidin di Afghanistan. Sebab, tidak kurang dari seribu muslim Asia Tenggara bergabung dalam pertempuran bersama Mujahidin pada 1980-an dan ada koneksi Afghan ke hampir semua kelompok-kelompok Islam radikal. Afghanistan sendiri adalah pengalaman formatif dalam kehidupan jihad di Asia Tenggara. Di Indonesia, ada “kelompok 272” beranggotakan veteran-veteran dan tokoh-tokoh kelompok radikal di kawasan ini semuanya adalah veteran-veteran Mujahidin: Jaffar Umar, Jaffar Umar Thalib, Hambali, Mohammed Iqbal Rahman, Nik Aziz Nik Adli, Abdurajak Janjalani, dan lainnya. Tidak bisa diremehkan betapa pentingnya koneksi Afghan ini adalah basis bagi jaringan Al Qaeda di seluruh dunia. ( Permadi, 2003: 106 )

Melihat dari berbagai media yang memberikan informasi tentang kasus terorisme, sebagian masyarakat beranggapan bahwa terorisme merupakan ulah orang Islam. Berangkat dari persepsi sebagian pemuda gereja terhadap kasus terorisme yang mengganggap bahwa muslim identik dengan terorisme, penulis ingin melihat bagaimana media terutama TV dalam memberikan informasi berita. Media mempunyai fungsi salah satunya untuk menginformasikan dan mempengaruhi, dari data atau hasil wawancara terhadap pemuda Gereja Kristen Jawa WKM, persepsi mereka


(3)

9 semakin buruk ketika melihat berita TV tentang kasus pengeboman gereja di Solo. Dari kasus tersebut, penulis ingin meneliti bagaimana isi pesan berita TV terutama berita Metro TV tentang kasus pengeboman Gereja GBIS di Solo dengan menggunakan metodologi penelitian analisis wacana kritis model van Dijk. Penulis menggunakan Metro TV karena dari awal berdirinya stasiun televisi ini sebagian besar program acaranya merupakan berita. Kemudian Metro TV juga lebih up to date dalam pemberitaannya. Program berita yang dipilih oleh penulis yaitu program berita Metro Siang tentang kasus pengeboman gereja di Solo pada tanggal 25 September 2011, program Breaking News pada tanggal 25 Sepetember 2011, dan Metro Hari ini pada tanggal 25 September 2011.


(4)

10

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

Bagaimana wacana terorisme kasus pengeboman gereja di Solo diberitakan Metro TV?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

Mendeskripsikan wacana terorisme kasus pengeboman gereja di Solo diberitakan Metro TV.

1.4.Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat mengetahui bagaimana wacana media dalam memberitakan kasus terorisme.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dari pentingnya pengetahuan dari berita TV, serta media lainnya yang dapat mempengaruhi kehidupan kita.

1.5.Batasan Masalah

Penelitian ini difokuskan untuk melihat isi pesan berita TV tentang

”pengeboman Gereja GBIS di Solo” terutama berita di Metro TV. Sejak awal berdirinya Metro TV merupakan stasiun TV di Indonesia yang sebagian besar program acaranya berita. Dengan demikian penulis mengambil berita Metro TV sebagai bahan penelitian. Berita tersebut yaitu program berita Metro Siang tentang kasus pengeboman Gereja di Solo pada tanggal 25 September 2011, program berita Breaking News tanggal 25 September 2011, dan program acara Metro Hari Ini pada tanggal 25 September 2011. Penulis mengambil bahan penelitian hanya pada saat pemberitaan kejadian bom tersebut, yaitu pada tanggal 25 September 2011.


(5)

11 1.6.1. Media massa

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Media digolongkan atas empat macam, yakni media antarpribadi, media kelompok, media publik, dan media massa (Cangara, 2007:123). Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat mekanis, seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Cangara, 2007:127).

Menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita (sense extention theory; teori perpanjangan alat indera). Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang sudah diseleksi. Kita cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa.

1.6.2. Berita Televisi

Menurut Dean M. Lyle Spencer dalam bukunya yang berjudul News

Writing yang kemudian dikutip oleh George Fox Mott (New Survey

Journalism) mengatakan bahwa : “Berita dapat didefinisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah

besar pembaca”. Sedangkan menurut Mitchel V. Charnley dalam bukunya

reporting edisi III (Holt-Reinhart & Winston, New York, 1975 : 44)

menyebutkan “Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi

masyarakat luas”. (Muda, 2003 :21-22) 1.6.3. Terorisme

Berbagai pendapat pakar dana badan pelaksana yang menangani masalah terorisme, mengemukakan tentang perngertian terorisme secara beragam. Terror mengandung arti penggunaan kekerasan, untuk menciptakan atau mengkondisikan sebuah iklim ketakutan di dalam kelompok masyarakat


(6)

12 yang lebih luas, daripada hanya pada jatuhnya korban kekerasan. Publikasi media massa adalah salah satu tujuan dari aksi kekerasan dari suatu terror, sehingga pelaku merasa sukses jika kekerasan dalam terorisme serta akibatnya dipublikasikan secara luas di mass media. Dalam perkembangannya lalu muncul suatu konsep yang memberi pengertian, bahwa terorisme adalah cara atau teknik intimidasi dengan sasaran sistematik, demi suatu kepentingan politik tertentu. (Hendropriyono, 2009: 25)

1.6.4. Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk

Model yang dipakai oleh Van Dijk ini sering disebut sebagai “kognisi

sosial”. Nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik pendekatan yang diperkenalkan oleh van Dijk. Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Di sini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu. ( Eriyanto, 2001: 221)

1.6.5. Hegemoni

Teori hegemoni merupakan sebuah teori politik paling penting abad XX. Teori ini dikemukakan oleh Antonio Gramci (1891-1937). Antonio Gramci dapat dipandang sebagai pemikir politik terpenting setelah Marx. Gagasannya yang cemerlang tentang hegemoni, yang banyak dipengaruhi oleh filsafat hukum Hegel, dianggap merupakan landasan paradigma alternatif terhadap teori Marxis tradisional mengenai paradigma base-superstructure (basis-suprastruktur).


Dokumen yang terkait

Pelanggaran Etika Jurnalisme Televisi (Analisa Wacana Kritis Pemberitaan Ledakan Sarinah Jakarta di Metro Tv)

0 25 123

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Framing Ideologi Politik Jokowi di Media Massa (Studi Kasus Pemberitaan di Metro TV, TV One, dan Kompas TV) T1 362010009 BAB I

0 1 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Framing Ideologi Politik Jokowi di Media Massa (Studi Kasus Pemberitaan di Metro TV, TV One, dan Kompas TV) T1 362010009 BAB II

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Framing Ideologi Politik Jokowi di Media Massa (Studi Kasus Pemberitaan di Metro TV, TV One, dan Kompas TV) T1 362010009 BAB IV

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Pesan Berita Televisi Metro Tv dalam Pemberitaan Kasus Pengeboman Gereja di Solo T1 362008019 BAB II

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Pesan Berita Televisi Metro Tv dalam Pemberitaan Kasus Pengeboman Gereja di Solo T1 362008019 BAB IV

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Pesan Berita Televisi Metro Tv dalam Pemberitaan Kasus Pengeboman Gereja di Solo T1 362008019 BAB V

0 0 77

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Pesan Berita Televisi Metro Tv dalam Pemberitaan Kasus Pengeboman Gereja di Solo T1 362008019 BAB VI

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Pesan Berita Televisi Metro Tv dalam Pemberitaan Kasus Pengeboman Gereja di Solo

0 0 16

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis Video Dokumenter Kompas TV “Sianida di Kopi Mirna” T1 BAB I

0 0 7