Golkar dan Oposisi.
Pikiran Rakyat
o Sefasa
1
17
234
18
19
"'OJan
OPeb
5
20
0
6
Rabu
7
22
21
. Kamis0
8
23
9
o Mar OApr~------_.__.OMei OJun
10
24
o Sabtu o Minggu
Jumat
12
11
26
27
Ags
o Sep
25
8Jul
0
14
13
28
0
Okt
15
29
ONov
30
'-'
ODes
Golkar dan Oposisi
JusufKalla (JK) sebagai Ketum
Partai GOlkar, tidak mendapatkan dukungan utuh dari para
kader Golkar-ketika mencalonkan diri menjadi presiden sebagai pesaing SBY. Ini berbeda
dengan Megawati Soekarnoputri yang memperoleh dukungan
utuh dari para kader militan
dan simpatisan fanatik PDlP sehingga perolehan suaranya jauh
mengungguli JK. Padahal, kalau dilihat dari segi kemampuan
dan kelayakan untuk menjadi
Presiden RI orang akan menilai
bahwa JKjauh di atas Mega.
Ketiga, pemitosan terhadap
oposisi bahwa oposisi merupakan sesuatu yang bertentangan
dengan tradisi dan budaya politik Indonesia. Mitos yang sesungguhnya ditanamkan secara indoktrinatif oleh rezim Orde Baru ini tampaknya masih
cukup kuat melekat di benak
orang Indonesia. Dalam konteks ini, Golkar seolah khawatir
kalau mengambil peran sebagai
partai oposisi akan mendapat~
kan stempel buruk dari masyarakat Indonesia.
Oleh IDING R. HASAN
ASCAKEKALAHAN
dalam pemilihan legis.
latif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) yang baru
saja usai, Partai. Golkar (PG)
tak pernah sepi dari pembicaraan. Turbulensi politik di internal tubuh partai beringin ini
terus menggelinding. Sebagian
elite partai ada yang menghendaki agar musyawarah'nasional
(munas) dipercepat darijadwal
semula, yakni targetnya adalah
menunmkan Jusuf Kalla (JK)
dari kursi ketua umum. Sebagian lebih suka berbicara tentang
reposisi partai ini paling tidak
untuk masa lima tahun ke depan seperti kembali merapat ke
kubu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atau tetap berseberangan dengan mengambil peran sebagai partai oposisi.
Wacana tentang kemungkinan Golkar menjadi partai oposisi menyusul Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDlP),
Partai Gerakan Indonesia Raya
(Gerindra), dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) terus mengemuka akhir-akhir ini. Di kalangan elite Golkar memang
ada yang memperlihatkan kesetujuannya dengan wacana tersebut. Namun, tidak sedikit
yangjustru menolaknya dengan
berbagai alasan. Pertanyaan
yang menarik tentang persoalan
ini adalah mungkinkah Golkar
berani mengambil peran sebagai partai oposisi setidaknya untuk masa lima tahun ke depan?
P
Faktor penghambat
Banyak pihak yang menyiratkan kepesimistisan ketika melihat peluang kemungkinan GoIkar menjadi partai oposisi. Kepesimistisan tersebut agaknya
dapat dipahami merigingat be-
_
,_'__'_r.
berapa haloPertama, Golkar selama ini identik dengan partai
pemerintah. Dalam kurun waktu kurang lebih 32 tahun pada
masa Orde Barn, partai ini selalu menjadi partai penguasa (the
ruling party) yang otomatis
memegaqg kendali pemerintahan. Oleh karena itu, aliran darah yang mengalir di tubuh partai ini adalah darah penguasa
atau pemerintah. Dari perspektif ini, sangatlah sulit bagi partai
yang telah terbiasa hidup dalam
"kenyamanan" sebagai partai
penguasa untuk melepaskan diri dari kebiasaan tersebut.
Kedua, sekalipun mesin politik dan infrastruktur Partai GoIkar terbilang paling modem dibandingkan dengan partai-partai politik lainnya, partai ini tidak memiliki kader-kader militan seperti halnya PDlP dan
Partai Kea9ilan Sejahtera (PKS)
yang siap sedia berjuang sampai meneteskan titik darah
penghabisan demi menyokong
kehendak partainya. Sehingga,
ketika elite politik Golkar mengeluarkan kebijakan belum
tentu akan didukung sepenuhnya oleh kader.'-181>~
Itulah kenapa
Berani mendobrak
Apa yang dipaparkan tadi tidak berarti bahwa peluang GoIkar untuk beralih menjadi partai oposisi tertutup sarna sekali. Ada b~berapa hal yang menurut hemat penulis justru
menjadikan oposisi sebagai pilihan elegan bagi Golkar jika
para elite partai ini menyadari
urgensi beroposisi dalam negara demokrasi di sam ping keinginan dan keberanian untuk
mendobrak mitos yang telah
disinggung di muka.
pertaina, jika Golkar berani
menempatkan dirinya sebagai
partai oposisi setidaknya untuk
lima tahun ke depan, hal itu
justru akan menguntungkan
bagi institusi Golkar itu sendiri
maupun bagi segenap bangs a
._.' __._.
'
Kliping
Humos
Unpod
2009
---
------
31
Indonesia. Pilihan beroposisi,
Padahal, oposisi sesungguhakan menjadi semaeam inves- nya berorientasi pada pemberitai5ipolitik di masa mendatang,
an solusi terhadap berbagai
sebab Golkar akan dinilai seba- masalah. Bahwa dalam pembegai partai yang mampu survival rian solusi tersebut ada perbedalam kondisi apapun, tidak
daan antara versi pemerintah
selamanya "menyusu" kepada
dan oposisi hal itu tidak bisa dipemerintah. Bagi bangsa Indo- hindarkan. Tetapi, yang paling
nesia, hal ini menjadi pelajaran
penting adalah oposisi berkeberdemokrasi yang sangat ber- hendak untuk selalu mengedeharga bahwa semua peran me- pankan pilihan-pilihan alternarupakan hal yang biasa dalam . tif sehingga rakyat bisa menilai
kehidupan politik, adakalanya
mana kebijakan yang .tepat bamemerintah dan di saat lain gi mereka. Jika Golkar mampu
beroposisi. Di AS sekarang Par- memerankan peran oposisi detai Demokrat memerintah dan ngan benar, bukan tidak mungPartai Republik beroposisi, te- kin hal itu akan menjadi investapi-- sebelumnya terjadi hal tasi politik yang besar di masa
yang sebaliknya. pemikianlah
mendatang. ***
silih berganti.
Kedua, dengan berada di luPenulis, mahasiswa Progar pemerintahan justru Golkar ram Doktor Ilmu Komunikasi
akan lebih leluasa melakukan
Unpad Bandung dan Deputi
distingsi dengan partai pemeDirektur Bidang Politik The
rintah dalam berbagai kebijakPolitical ~!!.~ra5YIn~titut=-an publik yang dikeluarkannya.
Dalam konteks ini, Golkar bisa
mengedepankan kebijakan-kebijakan alternatif manakala kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dinilai tidak sejalan
dengan kehendak rakyat. Pengalaman dan sumber daya manusia di tubuh partai ini eukup
melimpah untuk melakukan
hal tersebut. Sebaliknya, kalau
Golkar ikut bergabung ke dalam pemerintahan,
ia akan
"terlebur~ ke dalam jaring yang
dikuasai Partai Demokrat (PD)
sebagai paitai penguasa.
Yang perlu menjadi eatatan
di sini adalah Golkar harns bisa
menempatkan dirinya dalam
oposisi yang sebenarnya sekaligus memperbaiki kesan selama
ini bahwa oposisi identik dengan berlawanan sebagaimana
arti harfiahnya. Oleh karena
itu, oposisi dalam hal ini mesti
berlawanan atau berseberangan, bahkan yang lebih eel aka
lagi, asal beda dengan pemerintah.
- ~-
o Sefasa
1
17
234
18
19
"'OJan
OPeb
5
20
0
6
Rabu
7
22
21
. Kamis0
8
23
9
o Mar OApr~------_.__.OMei OJun
10
24
o Sabtu o Minggu
Jumat
12
11
26
27
Ags
o Sep
25
8Jul
0
14
13
28
0
Okt
15
29
ONov
30
'-'
ODes
Golkar dan Oposisi
JusufKalla (JK) sebagai Ketum
Partai GOlkar, tidak mendapatkan dukungan utuh dari para
kader Golkar-ketika mencalonkan diri menjadi presiden sebagai pesaing SBY. Ini berbeda
dengan Megawati Soekarnoputri yang memperoleh dukungan
utuh dari para kader militan
dan simpatisan fanatik PDlP sehingga perolehan suaranya jauh
mengungguli JK. Padahal, kalau dilihat dari segi kemampuan
dan kelayakan untuk menjadi
Presiden RI orang akan menilai
bahwa JKjauh di atas Mega.
Ketiga, pemitosan terhadap
oposisi bahwa oposisi merupakan sesuatu yang bertentangan
dengan tradisi dan budaya politik Indonesia. Mitos yang sesungguhnya ditanamkan secara indoktrinatif oleh rezim Orde Baru ini tampaknya masih
cukup kuat melekat di benak
orang Indonesia. Dalam konteks ini, Golkar seolah khawatir
kalau mengambil peran sebagai
partai oposisi akan mendapat~
kan stempel buruk dari masyarakat Indonesia.
Oleh IDING R. HASAN
ASCAKEKALAHAN
dalam pemilihan legis.
latif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) yang baru
saja usai, Partai. Golkar (PG)
tak pernah sepi dari pembicaraan. Turbulensi politik di internal tubuh partai beringin ini
terus menggelinding. Sebagian
elite partai ada yang menghendaki agar musyawarah'nasional
(munas) dipercepat darijadwal
semula, yakni targetnya adalah
menunmkan Jusuf Kalla (JK)
dari kursi ketua umum. Sebagian lebih suka berbicara tentang
reposisi partai ini paling tidak
untuk masa lima tahun ke depan seperti kembali merapat ke
kubu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atau tetap berseberangan dengan mengambil peran sebagai partai oposisi.
Wacana tentang kemungkinan Golkar menjadi partai oposisi menyusul Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDlP),
Partai Gerakan Indonesia Raya
(Gerindra), dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) terus mengemuka akhir-akhir ini. Di kalangan elite Golkar memang
ada yang memperlihatkan kesetujuannya dengan wacana tersebut. Namun, tidak sedikit
yangjustru menolaknya dengan
berbagai alasan. Pertanyaan
yang menarik tentang persoalan
ini adalah mungkinkah Golkar
berani mengambil peran sebagai partai oposisi setidaknya untuk masa lima tahun ke depan?
P
Faktor penghambat
Banyak pihak yang menyiratkan kepesimistisan ketika melihat peluang kemungkinan GoIkar menjadi partai oposisi. Kepesimistisan tersebut agaknya
dapat dipahami merigingat be-
_
,_'__'_r.
berapa haloPertama, Golkar selama ini identik dengan partai
pemerintah. Dalam kurun waktu kurang lebih 32 tahun pada
masa Orde Barn, partai ini selalu menjadi partai penguasa (the
ruling party) yang otomatis
memegaqg kendali pemerintahan. Oleh karena itu, aliran darah yang mengalir di tubuh partai ini adalah darah penguasa
atau pemerintah. Dari perspektif ini, sangatlah sulit bagi partai
yang telah terbiasa hidup dalam
"kenyamanan" sebagai partai
penguasa untuk melepaskan diri dari kebiasaan tersebut.
Kedua, sekalipun mesin politik dan infrastruktur Partai GoIkar terbilang paling modem dibandingkan dengan partai-partai politik lainnya, partai ini tidak memiliki kader-kader militan seperti halnya PDlP dan
Partai Kea9ilan Sejahtera (PKS)
yang siap sedia berjuang sampai meneteskan titik darah
penghabisan demi menyokong
kehendak partainya. Sehingga,
ketika elite politik Golkar mengeluarkan kebijakan belum
tentu akan didukung sepenuhnya oleh kader.'-181>~
Itulah kenapa
Berani mendobrak
Apa yang dipaparkan tadi tidak berarti bahwa peluang GoIkar untuk beralih menjadi partai oposisi tertutup sarna sekali. Ada b~berapa hal yang menurut hemat penulis justru
menjadikan oposisi sebagai pilihan elegan bagi Golkar jika
para elite partai ini menyadari
urgensi beroposisi dalam negara demokrasi di sam ping keinginan dan keberanian untuk
mendobrak mitos yang telah
disinggung di muka.
pertaina, jika Golkar berani
menempatkan dirinya sebagai
partai oposisi setidaknya untuk
lima tahun ke depan, hal itu
justru akan menguntungkan
bagi institusi Golkar itu sendiri
maupun bagi segenap bangs a
._.' __._.
'
Kliping
Humos
Unpod
2009
---
------
31
Indonesia. Pilihan beroposisi,
Padahal, oposisi sesungguhakan menjadi semaeam inves- nya berorientasi pada pemberitai5ipolitik di masa mendatang,
an solusi terhadap berbagai
sebab Golkar akan dinilai seba- masalah. Bahwa dalam pembegai partai yang mampu survival rian solusi tersebut ada perbedalam kondisi apapun, tidak
daan antara versi pemerintah
selamanya "menyusu" kepada
dan oposisi hal itu tidak bisa dipemerintah. Bagi bangsa Indo- hindarkan. Tetapi, yang paling
nesia, hal ini menjadi pelajaran
penting adalah oposisi berkeberdemokrasi yang sangat ber- hendak untuk selalu mengedeharga bahwa semua peran me- pankan pilihan-pilihan alternarupakan hal yang biasa dalam . tif sehingga rakyat bisa menilai
kehidupan politik, adakalanya
mana kebijakan yang .tepat bamemerintah dan di saat lain gi mereka. Jika Golkar mampu
beroposisi. Di AS sekarang Par- memerankan peran oposisi detai Demokrat memerintah dan ngan benar, bukan tidak mungPartai Republik beroposisi, te- kin hal itu akan menjadi investapi-- sebelumnya terjadi hal tasi politik yang besar di masa
yang sebaliknya. pemikianlah
mendatang. ***
silih berganti.
Kedua, dengan berada di luPenulis, mahasiswa Progar pemerintahan justru Golkar ram Doktor Ilmu Komunikasi
akan lebih leluasa melakukan
Unpad Bandung dan Deputi
distingsi dengan partai pemeDirektur Bidang Politik The
rintah dalam berbagai kebijakPolitical ~!!.~ra5YIn~titut=-an publik yang dikeluarkannya.
Dalam konteks ini, Golkar bisa
mengedepankan kebijakan-kebijakan alternatif manakala kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dinilai tidak sejalan
dengan kehendak rakyat. Pengalaman dan sumber daya manusia di tubuh partai ini eukup
melimpah untuk melakukan
hal tersebut. Sebaliknya, kalau
Golkar ikut bergabung ke dalam pemerintahan,
ia akan
"terlebur~ ke dalam jaring yang
dikuasai Partai Demokrat (PD)
sebagai paitai penguasa.
Yang perlu menjadi eatatan
di sini adalah Golkar harns bisa
menempatkan dirinya dalam
oposisi yang sebenarnya sekaligus memperbaiki kesan selama
ini bahwa oposisi identik dengan berlawanan sebagaimana
arti harfiahnya. Oleh karena
itu, oposisi dalam hal ini mesti
berlawanan atau berseberangan, bahkan yang lebih eel aka
lagi, asal beda dengan pemerintah.
- ~-