Memberikan Hak Penyandang Cacat.

.

Pikiran Rakyat
Sen;n

123
17
OJan

18

19
OPeb

o Setasa

0

456
20


21

o Mar

OApr

U

MUMNYA tata kepegawaian di Indonesia dipandang belum secara adil
mengakomodasi para penyandang
eaeat. Beberapa pemerintahan daerah memang telah membuat aturan
khusus mengenai itu, seperti Pemprov Jabar yang mengalokasikan
satu persen kursi pegawai barn bagi
kaum difabel. Narnun, di lapangan,
banyak persoalan masih menuntut
penyelesaian.
Syarnsul Masri, Ketua Persatuan
Penyandang Caeat Indonesia (PPCI)
Wilayah Jabar, menganalogikan
kepedulian pemerintah dengan

pembangunan jembatan penyeberangan di depan Wiyata Guna,
Jalan Pajajaran, Bandung. Jembatan tersebut dibuat atas perrnintaan
kaum difabel. Akan tetapi begitu selesai, rancang bangunnya ternyata
tidak tepat. Para penyandang eaeat
tak bisa mengakses fasilitas terse but.
Jembatan itu pun sepi pengguna
dan terasa sia-sia. "Belum ada kesungguhan pemerintah untuk
mendengarkan. Masih setengahsetengah, sarnbillalu," katanya.
Syarnsul mencontohkan berbagai
kasus yang pernah ia tangani, baik
di tingkat nasional maupun di
tingkat kabupatenjkota. Dia menyesalkan tidak adanya konsistensi dari
pernirnpin untuk mempeIjuangkan
keadilan bagi para penyandang eaeat. Setiap ganti pernirnpin, ganti
pula kebijakannya. Nasib penyandang eaeat berputar-putar saja,
membuat lelah.
Proses perekrutan pegawai negeri
barn juga masihjauh dari rasa keadilan. Kursi bagi kaum khusus ini

o


Rabu
8
23

22

o Me;

0

Kam;s 0 Jumat
9
10
11
24
25
26

Jun


0

Jut

0

- -

-

Humas
--

-

Un pad
-

Sabtu 0 Mlnggu

12
13
14
15
27
28
29
30

31

dan penyediaan wadah yang sesuai.
Penempatan keIja juga harus disiapkan matang. Misalnya, kaum tunarungu bergelar saIjana desain
gratis ditempatkan sesuai posnya.
Atau kaum eaeat kaki bisa dirnaksimalkan kemarnpuan komputernya.
"Ada banyak peluang, tinggal kemauan mengakomodasi," katanya.
Soal perlindungan kepada
penyandang eaeat, sebenarnya Jawa
Barat menjadi pelopor di antara
provinsi yang lain, Jawa Barat

adalah daerah pertama yang merniliki aturan soal hal itu dengan terbitnya Peraturan Daerah (Perda) Jawa
Barat Nomor 10 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Perlindungan
Penyandang Caeat. Di aturan tersebut disebutkan, satu persen dari
jurnlah pegawai diperuntukkan bagi
penyandang eaeat. Sayangnya, irnplementasinya belum secara utuh.
Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKP) Jawa Barat Achadiat
Supratman mengatakan, sebenarnya kesempatan untuk menjadi
pegawai negeri terbuka lebar bagi
penyandang eaeat. "Dalarn pengumuman juga disebutkan, tetapi sarnpai kemarin yang mendaftar sedikit," katanya.
Menurut eatatan dia, hanya ada
tiga penyandang eaeat yang mendaftarkan diri. Satu orang darijalur
umum, sementara dua lainnya dari
jalur atlet yang berasal dari Badan
Penyelenggara Olah Raga Penyandang Caeat (BPOC) Jabar.
Achadiat mengatakan, tidak ada
pembedaan perlakuan kepada mereka. Akan tetapi, pemerintah berusaha agar mereka tetap dapat

2009
-


16

0 SepOOIet0 Nav. Des

Ags'

terasa arnat sulit diperoleh. "Entah
mengapa sulit benar. Karni tidak
rninta perlakuan khusus, tetapi tolongjelaskan alasan penolakan. lni
yang selarna ini tidak transparan,"
katanya.
Syarnsul menengarai, perekrutan
PNS masih kental dengan nuansa
kolusi dan nepotisme. Kedekatan
calon pegawai dengan pejabat
setempat mutlak diperlukan untuk
jarninan diterirna. "Kalau tidak
dekat dengan pejabat, ya bisanya karni demonstrasi. Barn setelah
demonstrasi, biasanya suara karni
didengarkan," ujarnya.

Hal senada diungkapkan Ketua
Forum PeIjuangan Difabel (Forpadi) Djumono. Dia menyoroti masih
sedikitnya kesempatan bagi penyandang eaeat meski telah ada aturan
dan sanksi tegas yang mengikuti.
Pemerintah belum merniliki peta
penempatan keIja bagi para penyandang eaeat, sehingga membingungkan banyak pihak dalarn proses
perekrutan.
Selain itu, berbagai alasan dicari
untuk secara sengaja memperkecil
pintu masuk bagi para penyandang
eaeat. "Mereka selalu berkelit belum
bisa menerirna kaum difabel karena
sarana keIja belum mendukung aksesibilitas. Akan tetapi, ini kan
hanya alasan yang dicari-cari. Kalau
mau serius, ya tinggal buat saja
kan," ueap Djumono.
Penyandang eaeat tidak membutuhkan kebijakan belas kasihan.
Djumono yakin, kompetensi para
penyandang eaeat dapat diandalkan.
Yang dibutuhkan adalah kesempatan bersaing secara

- - proporsional
- -

Kllplng

0

---

UNDANG

SUDRAJAT

f"PR.

SEORANGpeserta seleksipenerimaan calonpegawai negerisipil (CPNS)yang sakit menjawab soal ujian.Jawa
Barat adalah daerah pertama yang memiliki aturan perlindungan penyandang cacat. Di qturan tersebut disebutkan, satu persen darijumlah pegawai diperuntukkan bagi penyandang cacat. *
mengikuti tes dengan, baik. "Misalnya ada petugas yang membantu sehingga bisa mengeIjakan tes dengan
baik," katanya.
Pakar hukum tata negara dari

Universitas Padjadjaran I Gede Pan1jaAstawa menilai ada persoalan di
publikasi. Dengan demikian, kuota
~g t:.rsedia tidak tennanfaatkan

dengan baik. Pemerintah seharusnya lebih berperan aktif untuk
memberikan infonnasi kepada
penyandang eaeat mengenai kesempatan mendaftarkan diri sebagai pegawai negen. "Pemerintah kan tabu
kantong-kantong penyandang eaeat
di mana saja, seharusnya di sana dilakukan sosialisasi," katanya.

Pan1ja menegaskan, hal ini berpulang pada komitmen pemerintah
daerahnya masing-masing, baik di
provinsi maupun kabupaten dan kota. Jika mereka berkomitmen maka
alokasi satu persen untuk penyandang eaeat diusahakan terisi penuh.
(Ag. Tri Joko Her Riadi/Catur

Katna WulandariI"PR")*-