PENGELOLAAN KKG PROGRAM BERMUTU GUGUS PATI UNUS KECAMATAN KARANGRAYUNG Pengelolaan KKG Program Bermutu Gugus Pati Unus Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan.
PENGELOLAAN KKG PROGRAM BERMUTU
GUGUS PATI UNUS KECAMATAN KARANGRAYUNG
KABUPATEN GROBOGAN
PUBLIKASI ILMIAH
Diajukan Kepada
Program Studi Magister Manajemen Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen Pendidikan
Disusun Oleh :
NUR AGUNG WIBOWO
NIM : Q 100 100 108
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2012
Naskah Publikasi Berjudul
PENGELOLAAN KKG PROGRAM BERMUTU GUGUS PATI UNUS
KECAMATAN KARANGRAYUNG KABUPATEN GROBOGAN
Telah disetujui oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Markhamah, M.Hum.
Drs. Sigit Haryanto, M.Hum.
PENGELOLAAN KKG PROGRAM BERMUTU GUGUS PATI UNUS KECAMATAN
KARANGRAYUNG KABUPATEN GROBOGAN
Oleh
Nur Agung Wibowo 1, Markhamah 2, dan Sigit Haryanto 3
1
Guru SDN 1 Cekel, 2 Staf Pengajar UMS, 3 Staf Pengajar UMS
abstract
The purposes of this study were (1) to describe the process of programming at
KKG Program Bermutu Grade Pati Unus Cluster, (2) to describe the process of
implementation in KKG Program Bermutu Cluster Grade Pati Unus. (3) To describe
the level of discipline participants KKG Program Bernutu cluster grade Pati Unus, and
(4) to describe the interactions that occur in KKG Program Bermutu Cluster Grade
Pati Unus. The type of this research is a qualitative research in ethnographic research
design. The research location is KKG Force Pati Unus District Karangrayung
Grobogan, which is located in the village of SD Negeri 2 Telawah Telawah, District
Karangrayung, Grobogan district. The informant is a caretaker KKG, teacher guides
and members of KKG. Data collection techniques use observation, interview and
documentation. Model analysis of the data in this study uses a descriptive method of
Miles, data reduction, data presentation, and conclusion. The results of this study are
(1) program KKG in the phase II in 2011 systematically guidelines implementation KKG
Quality Program. KKG programming mechanism by cluster administrators and teacher
guides, the analysis of needs without the direct involvement of teachers as participants and
users of the KKG, (2) carried out in accordance with the provisions of KKG. Special interests
that coincide with the official schedule of activities do not result in the implementation of
activities in accordance with the action plan that had been developed, (3) the level of
discipline in following the teacher's KKG is low, most of the teachers come to school core
slower than scheduled commencement of the implementation of KKG, and (4) Interaction is
dominant in both directions, in which the teacher guides and resource materials to deliver a
lecture and question and answer. The intensity in group work is small. Participants tend to
be passive in the implementation of activities.
Keywords: Work Programme, implementation of. activities, discipline members,
and interaction
1
Pendahuluan
Kualitas pendidikan di Indonesia terutama di tingkat sekolah dasar menjadi
perhatian serius pemerintah. Seiring dengan upaya peningkatan kesejahteraan
guru melalui sertifikasi diharapkan kinerja guru semakin baik. Berbagai upaya
peningkatan kualitas guru telah dilakukan, antara lain melalui pelatihan, seminar,
dan loka karya, bahkan melalui pendidikan formal, dengan menyekolahkan guru
pada tingkat yang lebih tinggi. Tetapi dalam kegiatan pembelajaran masih banyak
guru yang melakukan kesalahan‐kesalahan dalam menunaikan tugas dan
fungsinya. Oleh karena itu dibutuhkan media yang dapat membantu para guru
untuk mengidentifikasi permasalahan dan berupaya menemukan pemecahan
sendiri melalui kegiatan diskusi dalam kelompok kerja, sekaligus merupakan
media pembinaan oleh pemerintah.
Berdasarkan Surat Keputusaan Dirjen Dikdasmen Nomor: 079/C/Kep. I / 93,
tanggal 7 April 1993 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Pembinaan
Profesional Guru melalui Pembentukan Gugus Sekolah di Sekolah Dasar,
pemerintah berusaha menyediakan media pembinaan profesional guru sampai
pada tingkat paling bawah. Sebagai wujud nyata upaya meningkatkan
profesionalisme guru pada setiap gugus sekolah dibentuk Kelompok Kerja Guru
(KKG).
Keberadaan KKG sebagai wadah atau forum profesional guru di gugus
sekolah, kecamatan maupun di tingkat kabupaten/kota memegang peranan
penting dan strategis untuk meningkatkan kompetensi guru sehingga guru lebih
2
profesional. Namun berbagai permasalahan masih menjadi kendala dalam
pelaksanaan kegiatan KKG, sehingga tidak semua KKG dapat berkembang sesuai
harapan.
Permasalahan utama yang sering menjadi kendala, antara lain adalah: (1)
Manajemen KKG, kurang berfungsi secara optimal, (2) Program‐program KKG,
kurang menyentuh dan kurang signifikan, (3) Dana pendukung operasional KKG,
kurang proporsional, (4) Rendahnya perhatian dan kontribusi pemerintah
kabupaten/kota melalui dinas pendidikan terkait dengan KKG, (5) Rendahnya
dukungan asosiasi profesi terhadap KKG, dan (6) Kurang diberdayakan eksistensi
dan signifikansi KKG dalam peningkatan mutu pembelajaran yang berdampak
positif terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional
Menyikapi hal tersebut di atas pemerintah dalam hal ini bidang PMPTK Dinas
Pendidikan dan LPMP bekerja sama dengan pemerintah kerajaan Inggris
berusaha merevitalisasi keberadaan KKG melalui program BERMUTU (Better
Education Through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading ).
Menurut Baedhowi dalam Indrawati (2009), Program Bermutu merupakan upaya
sistematis dalam meningkatkan mutu pendidikan secara menyeluruh dengan melibatkan
berbagai institusi, baik di tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten. Upaya
peningkatan mutu ini tidak terhenti sampai dengan kabupaten, tetapi memberdayakan
forum Asosiasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada unit terkecil, yaitu KKG (Kelompok
Kerja Guru).
3
Melalui program KKG Bermutu diharapkan berbagai permasalahan yang
menjadi kendala sebagaimana disebutkan di atas dapat diminimalkan. KKG
Program Bermutu dipandang sangat strategis untuk meningkatkan mutu guru.
Pengelolaan KKG Program Bermutu Gugus Pati Unus Kecamatan
Karangrayung Kabupaten Grobogan menarik untuk diteliti karena : (1)
Merupakan pemberdayaan yang hasilnya dianggap mampu menutup berbagai
permasalahan KKG yang tidak memanfaatkan Program Bermutu, (2) Program
Bermutu baru dikembangkan di 16 Provinsi termasuk Jawa Tengah, 75
Kabupaten di seluruh Indonesia. Dan di Jawa Tengah hanya 10 Kabupaten,
termasuk Kabupaten Grobogan (Kabid PMPTK Kabupaten Grobogan), dan (3)
Hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan tahap pertama yang dilaksanakan
pada tahun 2010 pengelolaan KKG Program Bermutu di Kabupaten Grobogan
dinyatakan sangat memuaskan ( Kabid PMPTK Kabupaten Grobogan).
Pokok permasalahannya adalah Bagaimana Pengelolaaan KKG Program
Bermutu Gugus Pati Unus Kecamatan Karangrayung sehingga dapat menjadi
media bagi pengembangan professional guru ?
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian, tujuan penelitian ini
adalah : (1) Untuk mendeskripsikan proses penyusunan program di KKG Program
Bermutu Gugus Pati Unus, (2) Untuk mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan di
KKG Program Bermutu Gugus Pati Unus, (3) Untuk mendeskripsikan tingkat
kedisiplinan peserta KKG Program Bermutu Gugus Pati Unus, dan (4) Untuk
4
mendeskripsikan interaksi yang terjadi dalam KKG Program Bermutu Gugus Pati
Unus.
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai bahan
masukan bagi pengelola KKG, kepala sekolah, dan pengawas di lingkungan Dinas
Pendidikan Kabupaten Grobogan dalam upaya peningkatan pengelolaan
pengelolaan KKG yang efektif.
Penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian ini adalah : (1) Aileen
Kennedy (2007), pembangunan profesi berkelanjutan didomonasi gagasan yang
profesional dengan melaksanakan pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP), konsep profesionalisme yang demokratis mengutamakan hubungan
antar individu dalam suatu kerjasama yang harmonis. (2) Djoko Andrijono (2008)
menyampaikan bahwa mekanisme pelaksanaan kegiatan KKG untuk
meningkatkan profesionalisme guru SD, sesuai dengan pola yang diterapkan oleh
ketua KKG dengan cara menyampaikan surat undangan yang ditandatangani
ketua KKG dan Ketua Gugus. Penyusunan surat undangan disesuaikan dengan
jadwal kegiatan KKG yang tercantum dalam program kerja KKG. Surat undangan
yang dibuat oleh ketua KKG bersifat mengingatkan bagi para guru. Sedangkan
strategi kegiatan KKG untuk pemberian tugas kepada guru menggunakan metode
diskusi kelompok, strategi kegiatan KKG yang lain yaitu pemberian pengarahan
menggunakan metode ceramah, apabila ada guru‐guru yang belum mengerti
menggunakan metode tanya jawab. (3) Dowson Sinclair (2006:421), untuk
mengembangkan profesionalisme guru dilakukan melalui kerja sama antar guru
5
atau melalui organisasi Kelompok Kerja Guru (KKG). KKG dijadikan wahana
merencanakan pengembangan professional guru. Hasil survey guru yang
mengikuti KKG memiliki dedikasi yang lebih tinggi terhadap tugasnya dibanding
guru yang tidak mengikuti KKG. (4) Erwin Rosilawati (2009), Hasil penelitian
menunjukkan para guru berpendapat bahwa KKG berperan pada peningkatan
kompetensi matematika guru sekolah dasar, terutama penggunaan materi ajar,
pengelolaan belajar mengajar, pemanfaatan alat peraga/media, lembar kerja dan
lembar tugas. KKG juga dapat mengubah sikap dan meningkatkan hasil belajar
siswa. (5) I Wayan Adnyana (2010) menyimpulkan, dari fenomena yang ditemui
di lapangan , mayoritas Peserta Kelompok Kerja Guru (KKG) hadir dalam setiap
pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG), meski begitu ada beberapa peserta
yang hadir setelah jam pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG) dimulai, peserta
Kelompok Kerja Guru (KKG) terlihat tidak aktif dalam pelaksanaan Kelompok
Kerja Guru (KKG), narasumber dalam pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG)
berasal dari perangkat gugus, dan narasumber menyajikan materi dengan
metode ceramah dan diskusi. (6) Silverman Shurman, Regis (2007), menyatakan
bahwa pengembangan professional guru sekarang ini dapat melalui berbagai
wadah. Wadah tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam
pengembangan professional guru dengan tujuan untuk membangun hubungan
yang baik antara guru dan siswa dalam jaring komunitas guru dengan guru. (7)
Settiyo Budi Rahayu (2010) menyimpulkan bahwa dari data penelitian
menunjukkan kegiatan kelompok kerja guru matematika dalam pelaksanaan
6
kurikulum tingkat satuan pendidikan pada sekolah dasar di Kecamatan Jembrana
adalah kategori negative, ditinjau dari proses. (8) Urip (2006) menyampaikan
bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh KKG Gugus Kresna adalah penyampaian
hasil pelatihan/ penataran oleh pemandu yang sudah ditatar/ dilatih di tingkat
kabupaten maupun propinsi. Kegiatan tersebut belum dapat meningkatkan
kinerja guru. Untuk meningkatkan kinerja guru KKG Gugus Kresna mengadakan
penyampaian hasil penataran/ pelatihan oleh pemandu yang sudah ditatar di
tingkat kabupaten maupun propinsi dan pembinaan oleh pengawas yang
disampaikan pada waktu kegiatan KKG. Kegiatan ini kurang efektif karena waktu
yang tersedia hanya sedikit sedangkan materi yang harus disampaikan sangat
banyak. (9) Vico Benzito (2008), mengungkapkan bahwa Kegiatan KKG sebagai
salah satu wadah dalam pembinaan profesional guru dilaksanakan dua kali dalam
sebulan yang mayoritas peserta hadir sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah
ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaan KKG terlihat peserta kurang
berpartisipasi aktif padahal narasumber yang memberikan materi berasal dari
perangkat gugus itu sendiri yang harusnya labih mengenal karakteristik dari
peserta itu sendiri.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
etnografi. Penelitian dipusatkan pada deskripsi data yang berupa kalimat‐kalimat
yang memiliki arti mendalam yang berasal dari informan dan perilaku yang
7
diamati. Penelitian dilakukan di KKG Gugus Pati Unus UPTD Pendidikan
Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan dengan pusat kegiatannya di
SDN 2 Telawah yang merupakan SD Inti.
Data utama berupa kata‐kata hasil wawancara mendalam atau ucapan dan
perilaku orang yang diamati dan diwawancarai. Data pendukung berwujud
dokumen atau bukti fisik (non manusia). Data pendukung bersumber dari
dokumen‐dokumen resmi yang ada di Pusat Kegiatan Guru Gugus Pati Unus yang
bertempat di SDN 2 Telawah Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan
selaku SD Inti. Dalam penelitian ini sumber data berupa informasi dari pengurus
dan anggota KKG Gugus Pati Unus, peristiwa/aktifitas, arsip, dan dokumen
berupa catatan rekaman, Laporan Kegiatan, gambar foto, lembar observasi,
serta bahan lain yang dapat mendukung penelitian ini. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah gabungan atau triangulasi, Penelitian ini menggunakan
teknik triangulasi untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang
utama menggunakan wawancara mendalam terhadap pengurus KKG, guru
pemandu, peserta KKG, dan pihak terkait. Didukung observasi partisipasi aktif
terhadap kegiatan KKG, dalam penelitian ini peneliti ikut melakukan kegiatan
nara sumber tetapi tidak secara lengkap. Dokumentasi yang dipakai dalam
penelitian ini adalah AD/ART KKG, Daftar anggota, catatan kehadiran, Proposal
KKG, Laporan kegiatan KKG, porto folio hasil kegiatan, dan foto kegiatan.
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan sejak awal dan sepanjang
proses penelitian berlangsung. Analisis penelitian ini diawali dengan melakukan
8
kajian terhadap penelitian terdahulu tentang KKG. Teknik analisis data dalam
penelitian ini menggunakan teknik deskriptif dari Miles dan Huberman (2005:16)
dengan tiga prosedur yaitu: 1) reduksi data, 2) penyajian data, 3) penarikan
kesimpulan/verifikasi. Selanjutnya untuk menentukan validitas internal, validitas
eksternal, reliabilitas, dan obyektifitas. digunakan teknik triangulasi. Triangulasi
yang digunakan adalah triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi
peneliti. Di samping itu didukung dengan review informan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi menunjukkan bahwa
Dengan adanya bantuan dana dari lewat Program Bermutu, konsekuensinya
penyusunan program harus mengikuti pedoman yang telah ditetapkan.
Berdasarkan Pendoman Pengelolaan KKG Program BERMUTU , penyusunan
program kegiatan dilakukan oleh pengurus KKG bersama guru pemandu dan
anggota.
Berdasarkan proposal dan laporan, kegiatan KKG Gugus Pati Unus pada
tahun pelajaran 2011/2012 melaksanakan KKG Program Bermutu tahap kedua.
Sesuai Pedoman maka kegiatan dimulai dengan pelaksanaan kegiatan Inservice
selama satu hari. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan onservice selama 16 kali
pertemuan. Kegiatan onservice dilaksanakan setiap hari sabtu, mulai tanggal 15
Oktober 2011 sampai dengan 24 Maret 2012.
9
Materi kegiatan inservice meliputi: Kebijakan Pemerintah, Penilaian Kinerja
Guru (PKG), Penilaian Kinerja Berkelanjutan (PKB), dan Program Induksi Guru
Pemula (PIGP). Sedangkan materi kegiatan onservice melanjutkan materi
inservice yang belum selesai (PKG,PKB, PIGP), KTSP berkarakter bandsa, PTK, TIK,
pembelajaran tematik, dan studi visit.
Program kegiatan memiliki peran yang sangat penting dalam upaya sebuah
organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ketepatan program kegiatan
sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu dalam
proses penyusunan program keterlibatan anggota menjadi unsur yang perlu
diperhatikan agar semua unsur yang terlibat dalam kegiatan merasa memiliki
kepentingan terhadap tercapainya tujuan organisasi.
Proses penyusunan program KKG Gugus Pati Unus Kecamatan
Karangrayung Kabupaten Grobogan dilakukan berdasarkan Pedoman KKG
Bermutu. Dalam proses penyusunannya dilakukan oleh pengurus KKG bersama
dengan guru pemandu. Program kegiatan KKG tersebut memuat materi yang
dibutuhkan dalam pengembangan professional guru. Dengan demikian KKG
dapat dijadikan wahana pengembangan profesi bagi guru. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang disampaikan Dawson Sinclair (2006:421) bahwa untuk
mengembangkan profesionalisme guru dilakukan melalui Kelompok Kerja Guru
(KKG). KKG dijadikan wahana merencanakan pengembangan professional guru.
10
Demikian juga hasil penelitian Shurman, Silverman, Regis (2007) bahwa
pengembangan professional guru sekarang ini dapat melalui berbagai wadah.
Wadah tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam pengembangan
professional guru.
Program KKG yang disusun sudah memenuhi kebutuhan professional guru
meskipun masih ada kekurangan. Kondisi ini sesuai dengan tulisan Nana
Rukmana (2010) tentang Peran Kelompok Kerja Guru sebagai Sarana Belajar Para
Pendidik Profesional, bahwa Program KKG Bermutu merupakan ramuan program
yang mampu memenuhi kebutuhan professional para guru.
Pelaksanaan program KKG Gugus Pati Unus Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan yang mengikuti program bermutu, sudah dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan. Kondisi jalan dan pengaturan jadwal kegiatan yang
tidak sinkron dengan jadwal pelajaran di sekolah mengakibatkan pelaksanaan
kegiatan tidak sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun.
Kegiatan KKG dilaksanakan sesuai dengan pedoman KKG Bermutu, yaitu
sebanyak 1 kali inservis selama 10 jam dan 16 kali on servis. Kegiatan
dilaksanakan pada hari Sabtu. Pelaksanaan kegiatan KKG Program Bermutu
Gugus Pati Unus Kabupaten Grobogan sesuai dengan pedoman Ditjen Pendidikan
yaitu KKG dilaksanakan satu minggu satu kali.. Temuan ini berbeda dengan hasil
penelitian Vico Benzito (2008) di Gugus III SD No 14 Gurun Lawas yang
menyatakan bahwa pelaksanaan KKG diadakan dua kali dalam satu bulan.
11
Mekanisme kegiatan KKG Gugus Pati Unus Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan dilaksanakan dengan menyampaikan undangan yang
ditandatangani oleh ketua KKG. Surat undangan hanya bersifat mengingatkan
tentang pelaksanaan KKG kepada anggota. Mekanisme ini sesuai dengan hasil
penelitian Djoko Andrijono (2008), bahwa mekanisme pelaksanaan kegiatan KKG
untuk meningkatkan profesionalisme guru SD, sesuai dengan pola yang
diterapkan oleh ketua KKG dengan cara menyampaikan surat undangan yang
ditandatangani ketua KKG dan Ketua Gugus. Penyusunan surat undangan
disesuaikan dengan jadwal kegiatan KKG yang tercantum dalam program kerja
KKG. Surat undangan yang dibuat oleh ketua KKG bersifat mengingatkan bagi
para guru.
Pelaksanaan kegiatan KKG dirasakan kurang efektif, karena kegiatan sering
dilaksanakan tidak tepat waktu. Temuan di lapangan hampir setiap awal kegiatan
selalu mundur dari waktu yang ditentukan, rata‐rata lebih 30 menit lebih lambat
disbanding jadwal kegiatan. Kenyataan ini selaras dengan hasil penelitian Urip
(2006), bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh KKG Gugus Kresna adalah
penyampaian hasil pelatihan/penataran oleh pemandu yang sudah ditatar/dilatih
di tingkat kabupaten maupun provinsi dan pembinaan oleh pengawas. Kegiatan
tersebut belum dapat meningkatkan kinerja guru. Kegiatan ini kurang efektif,
karena waktu yang tersedia hanya sedikit sedangkan materi yang harus
disampaikan sangat banyak.
12
Peserta KKG Gugus Pati Unus Kecamatan Karangrayung Kabupaten
Grobogan belum menunjukkan tingkat kedisiplinan yang tinggi. Indikasi dari
rendahnya tingkat kedisiplinan anggota dapat dilihat dari tingkat ketidakhadiran,
ketepatan waktu kedatangan, maupun jumlah ijin pada saat kegiatan. Rata‐rata
tingkat absensi mencapai 26,53 %.
Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan I Wayan Adnyana (2010) bahwa
Dari fenomena yang ditemui di lapangan , mayoritas Peserta Kelompok Kerja
Guru (KKG) hadir dalam setiap pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG).
Meskipun begitu ada beberapa peserta Kelompok Kerja Guru (KKG) yang hadir
setelah jam pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG) dimulai.
Kondisi seperti ini sangat berpengaruh dalam proses kegiatan KKG, karena
keterlambatan memulai kegiatan secara otomatis akan mengurangi alokasi
waktu yang telah ditentukan. Hal ini juga disampaikan Vico Benzito (2008),
bahwa Dalam pelaksanaan KKG terlihat peserta kurang berpartisipasi aktif
padahal narasumber yang memberikan materi berasal dari perangkat gugus itu
sendiri yang harusnya lebih mengenal karakteristik dari peserta itu sendiri. selain
itu aspek pembinaan profesional yang menjadi fokus utama dalam kegiatan KKG
ini adalah aspek aspek yang bekaitan langsung dengan peningkatan mutu
pembelajaran seperti, aspek penguasaan kurikulum, penguasaan materi,
penggunaan metoda dan teknik evaluasi. Sedangkan aspek yang menyangkut
13
pembinaan kepribadian guru seperti disiplin dalam arti luas dan komitmen
terhadap tugas tidak terlalu menjadi fokus utama dalam kegiatan KKG.
Proses interaksi dalam KKG seharusnya terjalin multi arah, baik antar
anggota, anggota dengan guru pemandu/nara sumber, maupun antara anggota
dengan pengurus, sehingga tercipta suasana kerja kelompok dalam rangka saling
membantu dan bertukar pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan untuk
mengembangkan kemampuan professional sebagai guru.
Hasil temuan pada kegiatan KKG Gugus Pati Unus Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan pada tahap kedua, interaksi cenderung terjalin satu arah,
karena lebih sering menggunakan metode ceramah diselingi dengan tanya
jawab. Dalam 16 kali pertemuan pertanyaan yang muncul sebanyak 40
pertanyaan, atau rata‐rata pertanyaan yang muncul dalam setiap pertemuan 2,5.
Peran guru pemandu dan nara sumber cenderung dominan. Kemampuan
guru pemandu untuk menciptakan suasana kerja kelompok belum nampak jelas.
Hasil temuan ini sesuai dengan hasil penelitian I Wayan Adnyana(2010)
menyampaikan, bahwa peserta Kelompok Kerja Guru (KKG) terlihat tidak aktif
dalam pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG), narasumber dalam pelaksanaan
Kelompok Kerja Guru (KKG) berasal dari perangkat gugus, dan narasumber
menyajikan materi dengan metode ceramah dan diskusi.
14
Simpulan
Berdasarkan temuan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa Program
KKG di Gugus Pati Unus UPTD Pendidikan Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan pada tahap II tahun 2011 disusun secara sistematis
sesuai pedoman penyelenggaraan KKG Program Bermutu. Mekanisme
penyusunan program KKG dilakukan oleh pengurus gugus dan Guru
Pemandu. Proses analisisa kebutuhan dalam penyusunan program kegiatan
tanpa keterlibatan langsung guru sebagai peserta dan pengguna hasil KKG.
Tingkat kedisiplinan guru dalam mengikuti KKG termasuk rendah.
Sebagian besar guru datang ke SD Inti lebih lambat dari jadwal dimulainya
pelaksanaan KKG. Di samping itu angka ketidakhadiran peserta dalam
pelaksanaan KKG temasuk tinggi.
Interaksi yang terjadi cenderung satu arah dua arah, di mana guru
pemandu dan nara sumber menyampaikan materi dengan metode ceramah
dan Tanya jawab. Intensitas kerja kelompok termasuk kecil. Guru sebagai
peserta KKG cenderung pasif dalam pelaksanaan kegiatan, karena materi
KKG Bermutu yang pada tahap kedua lebih ditekankan Penilaian Kinerja
Guru dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan merupakan materi baru
yang cukup sulit untuk dipahami peserta KKG. Disamping itu Guru Pemandu
kurang mampu mengemas dengan metode yang bervariasi, sehingga
suasana KKG seperti kegiatan penataran dan bukan kelompok kerja.
15
Daftar Pustaka
Depdikbud. 1995/1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdikbud.
1994/1995. Peran dan Fungsi Pusat Kegiatan Guru (PKG) dalam Sistem
Pembinaan Profesional Guru. Jakarta: Depdikbud.
1995/1996. Pedoman Pengelolaan Gugus Sekolah. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. 2008. Pedoman Operasional KKG dan MGMP. Jakarta: Depdiknas.
2008. Standar Pengembangan KKG dan MGMP. Jakarta: Depdiknas.
2009. Pedoman Dana Bantuan Langsung KKG dan Forum KKG. Jakarta: Dirjen
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.Depdiknas.
Djoko Andrijono,2011. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar melalui
Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Studi Situs pada Tiga Gugus Sekolah
Dasar di Kota Malang).
http://karya Ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/14993.
Dwiningsih,N, 2001. Strategi Operasi dalam Lingkungan Global,STEKPI,Jakarta.
Ishak, 2007. Pengantar Manajemen Operasi (E‐Learning), Perpustakaan Universitas
Sumatera Utara Medan (http: Libraryusu.ac.id)
Fattah, Nanang. 2000. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Andira.
Hasibuan Botung, 2008.Pengertian dan Sejarah Berdirinya KKG ( Kelompok Kerja
Guru ).Menbangun Dunia Pendidikan 23:49.April 2008
Harsono dan Joko Susilo,M. 2010. Pemberontakan Guru Menuju Peningkatan
Kualitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kennedy, Aileen. 2007. Research Papers In Education, Volume: 22. No. March.
2007.pp.55‐111
16
Miles, Matthes B dan Huberman, Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif (Terjemahan
Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI‐Press.
Moleong, J.Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhammad Ibnu Sholeh, 2012. Pengertian, Fungsi Ilmu Manajemen, Perkembangan
Manajemen Pendidikan, Perkembangan Manajemen dan Aplikasinya di
Dunia Pendidikan Indonesia, 17 Juli 2012 Blog UIN Malang.
Mulyasa, E. 2011. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Nana Rukmana. 2012. Peran Kelompok Kerja Guru sebagai Sarana Belajar Peara
Pendidik Profesional. Mebermut.org/media.php? modul… id=49.
Roosilawati, Erwin, 2009. Peranan Kelompok Kerja Guru dalam Peningkatan
Kompetensi Matematika Guru Sekolah Dasar. Widyatama. Vol 6: No 1
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar‐Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Shuman, Silverman, & Regis (2007) Promoting Engogement and Supporting
Leadership Development On Line Teacher Profesional Development at
the Match Forum
Sinclair, Cathrim & Dowson, Martin. 2006. Teaching and Teacher Education, Vol:
22. 263‐279
Sugiyono 2010.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Urip. 2006. Peran KKG dalam meningkatkan Kinerja Guru Sekolah Dasar di
Gugus Kresna Kecamatan Loano Purworejo,etd.eprits.ums.ac.id
Vico Benzito.2008, Pembinaan Profesional Guru Melalui Kelompok Kerja Guru
(KKG). KKG Gugus 04 blogspot.com
GUGUS PATI UNUS KECAMATAN KARANGRAYUNG
KABUPATEN GROBOGAN
PUBLIKASI ILMIAH
Diajukan Kepada
Program Studi Magister Manajemen Pendidikan
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen Pendidikan
Disusun Oleh :
NUR AGUNG WIBOWO
NIM : Q 100 100 108
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2012
Naskah Publikasi Berjudul
PENGELOLAAN KKG PROGRAM BERMUTU GUGUS PATI UNUS
KECAMATAN KARANGRAYUNG KABUPATEN GROBOGAN
Telah disetujui oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Markhamah, M.Hum.
Drs. Sigit Haryanto, M.Hum.
PENGELOLAAN KKG PROGRAM BERMUTU GUGUS PATI UNUS KECAMATAN
KARANGRAYUNG KABUPATEN GROBOGAN
Oleh
Nur Agung Wibowo 1, Markhamah 2, dan Sigit Haryanto 3
1
Guru SDN 1 Cekel, 2 Staf Pengajar UMS, 3 Staf Pengajar UMS
abstract
The purposes of this study were (1) to describe the process of programming at
KKG Program Bermutu Grade Pati Unus Cluster, (2) to describe the process of
implementation in KKG Program Bermutu Cluster Grade Pati Unus. (3) To describe
the level of discipline participants KKG Program Bernutu cluster grade Pati Unus, and
(4) to describe the interactions that occur in KKG Program Bermutu Cluster Grade
Pati Unus. The type of this research is a qualitative research in ethnographic research
design. The research location is KKG Force Pati Unus District Karangrayung
Grobogan, which is located in the village of SD Negeri 2 Telawah Telawah, District
Karangrayung, Grobogan district. The informant is a caretaker KKG, teacher guides
and members of KKG. Data collection techniques use observation, interview and
documentation. Model analysis of the data in this study uses a descriptive method of
Miles, data reduction, data presentation, and conclusion. The results of this study are
(1) program KKG in the phase II in 2011 systematically guidelines implementation KKG
Quality Program. KKG programming mechanism by cluster administrators and teacher
guides, the analysis of needs without the direct involvement of teachers as participants and
users of the KKG, (2) carried out in accordance with the provisions of KKG. Special interests
that coincide with the official schedule of activities do not result in the implementation of
activities in accordance with the action plan that had been developed, (3) the level of
discipline in following the teacher's KKG is low, most of the teachers come to school core
slower than scheduled commencement of the implementation of KKG, and (4) Interaction is
dominant in both directions, in which the teacher guides and resource materials to deliver a
lecture and question and answer. The intensity in group work is small. Participants tend to
be passive in the implementation of activities.
Keywords: Work Programme, implementation of. activities, discipline members,
and interaction
1
Pendahuluan
Kualitas pendidikan di Indonesia terutama di tingkat sekolah dasar menjadi
perhatian serius pemerintah. Seiring dengan upaya peningkatan kesejahteraan
guru melalui sertifikasi diharapkan kinerja guru semakin baik. Berbagai upaya
peningkatan kualitas guru telah dilakukan, antara lain melalui pelatihan, seminar,
dan loka karya, bahkan melalui pendidikan formal, dengan menyekolahkan guru
pada tingkat yang lebih tinggi. Tetapi dalam kegiatan pembelajaran masih banyak
guru yang melakukan kesalahan‐kesalahan dalam menunaikan tugas dan
fungsinya. Oleh karena itu dibutuhkan media yang dapat membantu para guru
untuk mengidentifikasi permasalahan dan berupaya menemukan pemecahan
sendiri melalui kegiatan diskusi dalam kelompok kerja, sekaligus merupakan
media pembinaan oleh pemerintah.
Berdasarkan Surat Keputusaan Dirjen Dikdasmen Nomor: 079/C/Kep. I / 93,
tanggal 7 April 1993 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Pembinaan
Profesional Guru melalui Pembentukan Gugus Sekolah di Sekolah Dasar,
pemerintah berusaha menyediakan media pembinaan profesional guru sampai
pada tingkat paling bawah. Sebagai wujud nyata upaya meningkatkan
profesionalisme guru pada setiap gugus sekolah dibentuk Kelompok Kerja Guru
(KKG).
Keberadaan KKG sebagai wadah atau forum profesional guru di gugus
sekolah, kecamatan maupun di tingkat kabupaten/kota memegang peranan
penting dan strategis untuk meningkatkan kompetensi guru sehingga guru lebih
2
profesional. Namun berbagai permasalahan masih menjadi kendala dalam
pelaksanaan kegiatan KKG, sehingga tidak semua KKG dapat berkembang sesuai
harapan.
Permasalahan utama yang sering menjadi kendala, antara lain adalah: (1)
Manajemen KKG, kurang berfungsi secara optimal, (2) Program‐program KKG,
kurang menyentuh dan kurang signifikan, (3) Dana pendukung operasional KKG,
kurang proporsional, (4) Rendahnya perhatian dan kontribusi pemerintah
kabupaten/kota melalui dinas pendidikan terkait dengan KKG, (5) Rendahnya
dukungan asosiasi profesi terhadap KKG, dan (6) Kurang diberdayakan eksistensi
dan signifikansi KKG dalam peningkatan mutu pembelajaran yang berdampak
positif terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional
Menyikapi hal tersebut di atas pemerintah dalam hal ini bidang PMPTK Dinas
Pendidikan dan LPMP bekerja sama dengan pemerintah kerajaan Inggris
berusaha merevitalisasi keberadaan KKG melalui program BERMUTU (Better
Education Through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading ).
Menurut Baedhowi dalam Indrawati (2009), Program Bermutu merupakan upaya
sistematis dalam meningkatkan mutu pendidikan secara menyeluruh dengan melibatkan
berbagai institusi, baik di tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten. Upaya
peningkatan mutu ini tidak terhenti sampai dengan kabupaten, tetapi memberdayakan
forum Asosiasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada unit terkecil, yaitu KKG (Kelompok
Kerja Guru).
3
Melalui program KKG Bermutu diharapkan berbagai permasalahan yang
menjadi kendala sebagaimana disebutkan di atas dapat diminimalkan. KKG
Program Bermutu dipandang sangat strategis untuk meningkatkan mutu guru.
Pengelolaan KKG Program Bermutu Gugus Pati Unus Kecamatan
Karangrayung Kabupaten Grobogan menarik untuk diteliti karena : (1)
Merupakan pemberdayaan yang hasilnya dianggap mampu menutup berbagai
permasalahan KKG yang tidak memanfaatkan Program Bermutu, (2) Program
Bermutu baru dikembangkan di 16 Provinsi termasuk Jawa Tengah, 75
Kabupaten di seluruh Indonesia. Dan di Jawa Tengah hanya 10 Kabupaten,
termasuk Kabupaten Grobogan (Kabid PMPTK Kabupaten Grobogan), dan (3)
Hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan tahap pertama yang dilaksanakan
pada tahun 2010 pengelolaan KKG Program Bermutu di Kabupaten Grobogan
dinyatakan sangat memuaskan ( Kabid PMPTK Kabupaten Grobogan).
Pokok permasalahannya adalah Bagaimana Pengelolaaan KKG Program
Bermutu Gugus Pati Unus Kecamatan Karangrayung sehingga dapat menjadi
media bagi pengembangan professional guru ?
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian, tujuan penelitian ini
adalah : (1) Untuk mendeskripsikan proses penyusunan program di KKG Program
Bermutu Gugus Pati Unus, (2) Untuk mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan di
KKG Program Bermutu Gugus Pati Unus, (3) Untuk mendeskripsikan tingkat
kedisiplinan peserta KKG Program Bermutu Gugus Pati Unus, dan (4) Untuk
4
mendeskripsikan interaksi yang terjadi dalam KKG Program Bermutu Gugus Pati
Unus.
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai bahan
masukan bagi pengelola KKG, kepala sekolah, dan pengawas di lingkungan Dinas
Pendidikan Kabupaten Grobogan dalam upaya peningkatan pengelolaan
pengelolaan KKG yang efektif.
Penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian ini adalah : (1) Aileen
Kennedy (2007), pembangunan profesi berkelanjutan didomonasi gagasan yang
profesional dengan melaksanakan pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP), konsep profesionalisme yang demokratis mengutamakan hubungan
antar individu dalam suatu kerjasama yang harmonis. (2) Djoko Andrijono (2008)
menyampaikan bahwa mekanisme pelaksanaan kegiatan KKG untuk
meningkatkan profesionalisme guru SD, sesuai dengan pola yang diterapkan oleh
ketua KKG dengan cara menyampaikan surat undangan yang ditandatangani
ketua KKG dan Ketua Gugus. Penyusunan surat undangan disesuaikan dengan
jadwal kegiatan KKG yang tercantum dalam program kerja KKG. Surat undangan
yang dibuat oleh ketua KKG bersifat mengingatkan bagi para guru. Sedangkan
strategi kegiatan KKG untuk pemberian tugas kepada guru menggunakan metode
diskusi kelompok, strategi kegiatan KKG yang lain yaitu pemberian pengarahan
menggunakan metode ceramah, apabila ada guru‐guru yang belum mengerti
menggunakan metode tanya jawab. (3) Dowson Sinclair (2006:421), untuk
mengembangkan profesionalisme guru dilakukan melalui kerja sama antar guru
5
atau melalui organisasi Kelompok Kerja Guru (KKG). KKG dijadikan wahana
merencanakan pengembangan professional guru. Hasil survey guru yang
mengikuti KKG memiliki dedikasi yang lebih tinggi terhadap tugasnya dibanding
guru yang tidak mengikuti KKG. (4) Erwin Rosilawati (2009), Hasil penelitian
menunjukkan para guru berpendapat bahwa KKG berperan pada peningkatan
kompetensi matematika guru sekolah dasar, terutama penggunaan materi ajar,
pengelolaan belajar mengajar, pemanfaatan alat peraga/media, lembar kerja dan
lembar tugas. KKG juga dapat mengubah sikap dan meningkatkan hasil belajar
siswa. (5) I Wayan Adnyana (2010) menyimpulkan, dari fenomena yang ditemui
di lapangan , mayoritas Peserta Kelompok Kerja Guru (KKG) hadir dalam setiap
pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG), meski begitu ada beberapa peserta
yang hadir setelah jam pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG) dimulai, peserta
Kelompok Kerja Guru (KKG) terlihat tidak aktif dalam pelaksanaan Kelompok
Kerja Guru (KKG), narasumber dalam pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG)
berasal dari perangkat gugus, dan narasumber menyajikan materi dengan
metode ceramah dan diskusi. (6) Silverman Shurman, Regis (2007), menyatakan
bahwa pengembangan professional guru sekarang ini dapat melalui berbagai
wadah. Wadah tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam
pengembangan professional guru dengan tujuan untuk membangun hubungan
yang baik antara guru dan siswa dalam jaring komunitas guru dengan guru. (7)
Settiyo Budi Rahayu (2010) menyimpulkan bahwa dari data penelitian
menunjukkan kegiatan kelompok kerja guru matematika dalam pelaksanaan
6
kurikulum tingkat satuan pendidikan pada sekolah dasar di Kecamatan Jembrana
adalah kategori negative, ditinjau dari proses. (8) Urip (2006) menyampaikan
bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh KKG Gugus Kresna adalah penyampaian
hasil pelatihan/ penataran oleh pemandu yang sudah ditatar/ dilatih di tingkat
kabupaten maupun propinsi. Kegiatan tersebut belum dapat meningkatkan
kinerja guru. Untuk meningkatkan kinerja guru KKG Gugus Kresna mengadakan
penyampaian hasil penataran/ pelatihan oleh pemandu yang sudah ditatar di
tingkat kabupaten maupun propinsi dan pembinaan oleh pengawas yang
disampaikan pada waktu kegiatan KKG. Kegiatan ini kurang efektif karena waktu
yang tersedia hanya sedikit sedangkan materi yang harus disampaikan sangat
banyak. (9) Vico Benzito (2008), mengungkapkan bahwa Kegiatan KKG sebagai
salah satu wadah dalam pembinaan profesional guru dilaksanakan dua kali dalam
sebulan yang mayoritas peserta hadir sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah
ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaan KKG terlihat peserta kurang
berpartisipasi aktif padahal narasumber yang memberikan materi berasal dari
perangkat gugus itu sendiri yang harusnya labih mengenal karakteristik dari
peserta itu sendiri.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
etnografi. Penelitian dipusatkan pada deskripsi data yang berupa kalimat‐kalimat
yang memiliki arti mendalam yang berasal dari informan dan perilaku yang
7
diamati. Penelitian dilakukan di KKG Gugus Pati Unus UPTD Pendidikan
Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan dengan pusat kegiatannya di
SDN 2 Telawah yang merupakan SD Inti.
Data utama berupa kata‐kata hasil wawancara mendalam atau ucapan dan
perilaku orang yang diamati dan diwawancarai. Data pendukung berwujud
dokumen atau bukti fisik (non manusia). Data pendukung bersumber dari
dokumen‐dokumen resmi yang ada di Pusat Kegiatan Guru Gugus Pati Unus yang
bertempat di SDN 2 Telawah Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan
selaku SD Inti. Dalam penelitian ini sumber data berupa informasi dari pengurus
dan anggota KKG Gugus Pati Unus, peristiwa/aktifitas, arsip, dan dokumen
berupa catatan rekaman, Laporan Kegiatan, gambar foto, lembar observasi,
serta bahan lain yang dapat mendukung penelitian ini. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah gabungan atau triangulasi, Penelitian ini menggunakan
teknik triangulasi untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang
utama menggunakan wawancara mendalam terhadap pengurus KKG, guru
pemandu, peserta KKG, dan pihak terkait. Didukung observasi partisipasi aktif
terhadap kegiatan KKG, dalam penelitian ini peneliti ikut melakukan kegiatan
nara sumber tetapi tidak secara lengkap. Dokumentasi yang dipakai dalam
penelitian ini adalah AD/ART KKG, Daftar anggota, catatan kehadiran, Proposal
KKG, Laporan kegiatan KKG, porto folio hasil kegiatan, dan foto kegiatan.
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan sejak awal dan sepanjang
proses penelitian berlangsung. Analisis penelitian ini diawali dengan melakukan
8
kajian terhadap penelitian terdahulu tentang KKG. Teknik analisis data dalam
penelitian ini menggunakan teknik deskriptif dari Miles dan Huberman (2005:16)
dengan tiga prosedur yaitu: 1) reduksi data, 2) penyajian data, 3) penarikan
kesimpulan/verifikasi. Selanjutnya untuk menentukan validitas internal, validitas
eksternal, reliabilitas, dan obyektifitas. digunakan teknik triangulasi. Triangulasi
yang digunakan adalah triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi
peneliti. Di samping itu didukung dengan review informan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi menunjukkan bahwa
Dengan adanya bantuan dana dari lewat Program Bermutu, konsekuensinya
penyusunan program harus mengikuti pedoman yang telah ditetapkan.
Berdasarkan Pendoman Pengelolaan KKG Program BERMUTU , penyusunan
program kegiatan dilakukan oleh pengurus KKG bersama guru pemandu dan
anggota.
Berdasarkan proposal dan laporan, kegiatan KKG Gugus Pati Unus pada
tahun pelajaran 2011/2012 melaksanakan KKG Program Bermutu tahap kedua.
Sesuai Pedoman maka kegiatan dimulai dengan pelaksanaan kegiatan Inservice
selama satu hari. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan onservice selama 16 kali
pertemuan. Kegiatan onservice dilaksanakan setiap hari sabtu, mulai tanggal 15
Oktober 2011 sampai dengan 24 Maret 2012.
9
Materi kegiatan inservice meliputi: Kebijakan Pemerintah, Penilaian Kinerja
Guru (PKG), Penilaian Kinerja Berkelanjutan (PKB), dan Program Induksi Guru
Pemula (PIGP). Sedangkan materi kegiatan onservice melanjutkan materi
inservice yang belum selesai (PKG,PKB, PIGP), KTSP berkarakter bandsa, PTK, TIK,
pembelajaran tematik, dan studi visit.
Program kegiatan memiliki peran yang sangat penting dalam upaya sebuah
organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ketepatan program kegiatan
sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu dalam
proses penyusunan program keterlibatan anggota menjadi unsur yang perlu
diperhatikan agar semua unsur yang terlibat dalam kegiatan merasa memiliki
kepentingan terhadap tercapainya tujuan organisasi.
Proses penyusunan program KKG Gugus Pati Unus Kecamatan
Karangrayung Kabupaten Grobogan dilakukan berdasarkan Pedoman KKG
Bermutu. Dalam proses penyusunannya dilakukan oleh pengurus KKG bersama
dengan guru pemandu. Program kegiatan KKG tersebut memuat materi yang
dibutuhkan dalam pengembangan professional guru. Dengan demikian KKG
dapat dijadikan wahana pengembangan profesi bagi guru. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang disampaikan Dawson Sinclair (2006:421) bahwa untuk
mengembangkan profesionalisme guru dilakukan melalui Kelompok Kerja Guru
(KKG). KKG dijadikan wahana merencanakan pengembangan professional guru.
10
Demikian juga hasil penelitian Shurman, Silverman, Regis (2007) bahwa
pengembangan professional guru sekarang ini dapat melalui berbagai wadah.
Wadah tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam pengembangan
professional guru.
Program KKG yang disusun sudah memenuhi kebutuhan professional guru
meskipun masih ada kekurangan. Kondisi ini sesuai dengan tulisan Nana
Rukmana (2010) tentang Peran Kelompok Kerja Guru sebagai Sarana Belajar Para
Pendidik Profesional, bahwa Program KKG Bermutu merupakan ramuan program
yang mampu memenuhi kebutuhan professional para guru.
Pelaksanaan program KKG Gugus Pati Unus Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan yang mengikuti program bermutu, sudah dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan. Kondisi jalan dan pengaturan jadwal kegiatan yang
tidak sinkron dengan jadwal pelajaran di sekolah mengakibatkan pelaksanaan
kegiatan tidak sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun.
Kegiatan KKG dilaksanakan sesuai dengan pedoman KKG Bermutu, yaitu
sebanyak 1 kali inservis selama 10 jam dan 16 kali on servis. Kegiatan
dilaksanakan pada hari Sabtu. Pelaksanaan kegiatan KKG Program Bermutu
Gugus Pati Unus Kabupaten Grobogan sesuai dengan pedoman Ditjen Pendidikan
yaitu KKG dilaksanakan satu minggu satu kali.. Temuan ini berbeda dengan hasil
penelitian Vico Benzito (2008) di Gugus III SD No 14 Gurun Lawas yang
menyatakan bahwa pelaksanaan KKG diadakan dua kali dalam satu bulan.
11
Mekanisme kegiatan KKG Gugus Pati Unus Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan dilaksanakan dengan menyampaikan undangan yang
ditandatangani oleh ketua KKG. Surat undangan hanya bersifat mengingatkan
tentang pelaksanaan KKG kepada anggota. Mekanisme ini sesuai dengan hasil
penelitian Djoko Andrijono (2008), bahwa mekanisme pelaksanaan kegiatan KKG
untuk meningkatkan profesionalisme guru SD, sesuai dengan pola yang
diterapkan oleh ketua KKG dengan cara menyampaikan surat undangan yang
ditandatangani ketua KKG dan Ketua Gugus. Penyusunan surat undangan
disesuaikan dengan jadwal kegiatan KKG yang tercantum dalam program kerja
KKG. Surat undangan yang dibuat oleh ketua KKG bersifat mengingatkan bagi
para guru.
Pelaksanaan kegiatan KKG dirasakan kurang efektif, karena kegiatan sering
dilaksanakan tidak tepat waktu. Temuan di lapangan hampir setiap awal kegiatan
selalu mundur dari waktu yang ditentukan, rata‐rata lebih 30 menit lebih lambat
disbanding jadwal kegiatan. Kenyataan ini selaras dengan hasil penelitian Urip
(2006), bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh KKG Gugus Kresna adalah
penyampaian hasil pelatihan/penataran oleh pemandu yang sudah ditatar/dilatih
di tingkat kabupaten maupun provinsi dan pembinaan oleh pengawas. Kegiatan
tersebut belum dapat meningkatkan kinerja guru. Kegiatan ini kurang efektif,
karena waktu yang tersedia hanya sedikit sedangkan materi yang harus
disampaikan sangat banyak.
12
Peserta KKG Gugus Pati Unus Kecamatan Karangrayung Kabupaten
Grobogan belum menunjukkan tingkat kedisiplinan yang tinggi. Indikasi dari
rendahnya tingkat kedisiplinan anggota dapat dilihat dari tingkat ketidakhadiran,
ketepatan waktu kedatangan, maupun jumlah ijin pada saat kegiatan. Rata‐rata
tingkat absensi mencapai 26,53 %.
Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan I Wayan Adnyana (2010) bahwa
Dari fenomena yang ditemui di lapangan , mayoritas Peserta Kelompok Kerja
Guru (KKG) hadir dalam setiap pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG).
Meskipun begitu ada beberapa peserta Kelompok Kerja Guru (KKG) yang hadir
setelah jam pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG) dimulai.
Kondisi seperti ini sangat berpengaruh dalam proses kegiatan KKG, karena
keterlambatan memulai kegiatan secara otomatis akan mengurangi alokasi
waktu yang telah ditentukan. Hal ini juga disampaikan Vico Benzito (2008),
bahwa Dalam pelaksanaan KKG terlihat peserta kurang berpartisipasi aktif
padahal narasumber yang memberikan materi berasal dari perangkat gugus itu
sendiri yang harusnya lebih mengenal karakteristik dari peserta itu sendiri. selain
itu aspek pembinaan profesional yang menjadi fokus utama dalam kegiatan KKG
ini adalah aspek aspek yang bekaitan langsung dengan peningkatan mutu
pembelajaran seperti, aspek penguasaan kurikulum, penguasaan materi,
penggunaan metoda dan teknik evaluasi. Sedangkan aspek yang menyangkut
13
pembinaan kepribadian guru seperti disiplin dalam arti luas dan komitmen
terhadap tugas tidak terlalu menjadi fokus utama dalam kegiatan KKG.
Proses interaksi dalam KKG seharusnya terjalin multi arah, baik antar
anggota, anggota dengan guru pemandu/nara sumber, maupun antara anggota
dengan pengurus, sehingga tercipta suasana kerja kelompok dalam rangka saling
membantu dan bertukar pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan untuk
mengembangkan kemampuan professional sebagai guru.
Hasil temuan pada kegiatan KKG Gugus Pati Unus Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan pada tahap kedua, interaksi cenderung terjalin satu arah,
karena lebih sering menggunakan metode ceramah diselingi dengan tanya
jawab. Dalam 16 kali pertemuan pertanyaan yang muncul sebanyak 40
pertanyaan, atau rata‐rata pertanyaan yang muncul dalam setiap pertemuan 2,5.
Peran guru pemandu dan nara sumber cenderung dominan. Kemampuan
guru pemandu untuk menciptakan suasana kerja kelompok belum nampak jelas.
Hasil temuan ini sesuai dengan hasil penelitian I Wayan Adnyana(2010)
menyampaikan, bahwa peserta Kelompok Kerja Guru (KKG) terlihat tidak aktif
dalam pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG), narasumber dalam pelaksanaan
Kelompok Kerja Guru (KKG) berasal dari perangkat gugus, dan narasumber
menyajikan materi dengan metode ceramah dan diskusi.
14
Simpulan
Berdasarkan temuan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa Program
KKG di Gugus Pati Unus UPTD Pendidikan Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan pada tahap II tahun 2011 disusun secara sistematis
sesuai pedoman penyelenggaraan KKG Program Bermutu. Mekanisme
penyusunan program KKG dilakukan oleh pengurus gugus dan Guru
Pemandu. Proses analisisa kebutuhan dalam penyusunan program kegiatan
tanpa keterlibatan langsung guru sebagai peserta dan pengguna hasil KKG.
Tingkat kedisiplinan guru dalam mengikuti KKG termasuk rendah.
Sebagian besar guru datang ke SD Inti lebih lambat dari jadwal dimulainya
pelaksanaan KKG. Di samping itu angka ketidakhadiran peserta dalam
pelaksanaan KKG temasuk tinggi.
Interaksi yang terjadi cenderung satu arah dua arah, di mana guru
pemandu dan nara sumber menyampaikan materi dengan metode ceramah
dan Tanya jawab. Intensitas kerja kelompok termasuk kecil. Guru sebagai
peserta KKG cenderung pasif dalam pelaksanaan kegiatan, karena materi
KKG Bermutu yang pada tahap kedua lebih ditekankan Penilaian Kinerja
Guru dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan merupakan materi baru
yang cukup sulit untuk dipahami peserta KKG. Disamping itu Guru Pemandu
kurang mampu mengemas dengan metode yang bervariasi, sehingga
suasana KKG seperti kegiatan penataran dan bukan kelompok kerja.
15
Daftar Pustaka
Depdikbud. 1995/1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdikbud.
1994/1995. Peran dan Fungsi Pusat Kegiatan Guru (PKG) dalam Sistem
Pembinaan Profesional Guru. Jakarta: Depdikbud.
1995/1996. Pedoman Pengelolaan Gugus Sekolah. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. 2008. Pedoman Operasional KKG dan MGMP. Jakarta: Depdiknas.
2008. Standar Pengembangan KKG dan MGMP. Jakarta: Depdiknas.
2009. Pedoman Dana Bantuan Langsung KKG dan Forum KKG. Jakarta: Dirjen
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.Depdiknas.
Djoko Andrijono,2011. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar melalui
Kegiatan Kelompok Kerja Guru (Studi Situs pada Tiga Gugus Sekolah
Dasar di Kota Malang).
http://karya Ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/14993.
Dwiningsih,N, 2001. Strategi Operasi dalam Lingkungan Global,STEKPI,Jakarta.
Ishak, 2007. Pengantar Manajemen Operasi (E‐Learning), Perpustakaan Universitas
Sumatera Utara Medan (http: Libraryusu.ac.id)
Fattah, Nanang. 2000. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Andira.
Hasibuan Botung, 2008.Pengertian dan Sejarah Berdirinya KKG ( Kelompok Kerja
Guru ).Menbangun Dunia Pendidikan 23:49.April 2008
Harsono dan Joko Susilo,M. 2010. Pemberontakan Guru Menuju Peningkatan
Kualitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kennedy, Aileen. 2007. Research Papers In Education, Volume: 22. No. March.
2007.pp.55‐111
16
Miles, Matthes B dan Huberman, Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif (Terjemahan
Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI‐Press.
Moleong, J.Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhammad Ibnu Sholeh, 2012. Pengertian, Fungsi Ilmu Manajemen, Perkembangan
Manajemen Pendidikan, Perkembangan Manajemen dan Aplikasinya di
Dunia Pendidikan Indonesia, 17 Juli 2012 Blog UIN Malang.
Mulyasa, E. 2011. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Nana Rukmana. 2012. Peran Kelompok Kerja Guru sebagai Sarana Belajar Peara
Pendidik Profesional. Mebermut.org/media.php? modul… id=49.
Roosilawati, Erwin, 2009. Peranan Kelompok Kerja Guru dalam Peningkatan
Kompetensi Matematika Guru Sekolah Dasar. Widyatama. Vol 6: No 1
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar‐Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Shuman, Silverman, & Regis (2007) Promoting Engogement and Supporting
Leadership Development On Line Teacher Profesional Development at
the Match Forum
Sinclair, Cathrim & Dowson, Martin. 2006. Teaching and Teacher Education, Vol:
22. 263‐279
Sugiyono 2010.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Urip. 2006. Peran KKG dalam meningkatkan Kinerja Guru Sekolah Dasar di
Gugus Kresna Kecamatan Loano Purworejo,etd.eprits.ums.ac.id
Vico Benzito.2008, Pembinaan Profesional Guru Melalui Kelompok Kerja Guru
(KKG). KKG Gugus 04 blogspot.com