PEMODELAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN LAHAN UNTUK EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING Pemodelan Arahan Fungsi Kawasan Lahan Untuk Evaluasi Penggunaan Lahan Eksisting Menggunakan Data Penginderaan Jauh Di Sub Daerah Aliran Sungai Opak Hulu.

PEMODELAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN LAHAN
UNTUK EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING
MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DI
SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI OPAK HULU

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat S-1 Program Studi Geografi
Dan Memperoleh Gelar Sarjana

Diajukan Oleh :
MOUSAFI JUNIASANDI RUKMANA
NIM : E100110023

FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
1

PEMODELAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN LAHAN
UNTUK EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING

MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DI
SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI OPAK HULU
The Modelling Of Referrals Function Of Land Areas For Existing Landuse Evaluation
Using Remote Sensing Data In Opak Hulu Sub-Watershed
Mousafi Juniasandi Rukmana1, Kuswaji Dwi Priyono2, Jumadi2
1

2

Mahasiswa Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Staf Pengajar Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK

Penelitan ini bertujuan untuk membuat peta penggunaan lahan sub DAS Opak Hulu
dengan menggunakan citra penginderaan jauh ALOS AVNIR-2 dan WorldView-2, membuat
peta arahan fungsi kawasan di sub DAS Opak Hulu untuk mengetahui dan mengevaluasi
kesesuaian penggunaan lahan eksisting di sub DAS Opak Hulu terhadap arahan fungsi
pemanfaatan lahan yang telah dibuat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif berjenjang
dengan mengoverlaykan parameter kemiringan lereng, jenis tanah, intensitas curah hujan,

sempadan sungai dan mata air serta kawasan rawan bencana lahar dingin. Survey lapangan
untuk uji sampel sebanyak 28 titik dan uji ketelitian terhadap hasil interpretasi. Arahan
Fungsi Kawasan dihasilkan dari overlay parameter dengan penggunaan lahan eksisting di sub
DAS Opak Hulu,, untuk mengetahui kesesuaian dan arahan fungsi kawasannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sub DAS Opak Hulu, fungsi kawasan
budidaya tanaman semusim dan permukiman memiliki luas wilayah terbesar yaitu 69,62 km2
atau 49% dari luas total sub DAS Opak Hulu. Fungsi kawasan budidaya tanaman tahunan
memiliki luasan terendah, yaitu 0,38 km2 atau 0,27% dari luas total. Sebanyak 97,58 km2 atau
69% dari luas total sub DAS, penggunaan lahan di sub DAS Opak Hulu telah sesuai dengan
arahan fungsi kawasan lahannya. Penggunaan lahan di sub DAS Opak Hulu yang tidak sesuai
dengan Arahan Fungsi Kawasan Lahan mencapai 31% atau seluas 44,83 km2.
Kata kunci: Arahan Fungsi Kawasan Lahan, Penggunaan Lahan, Daerah Aliran Sungai
(DAS)
ABSTRACT
This research aims are to make a landuse map of Opak Hulu sub-watershed using
ALOS AVNIR-2 and WorldView-2 image satellite and to make the map of referrals function
of land areas in Opak Hulu Sub Watershed. It can be used to know and to evaluate the
suitability of existing landuse in research area.
The method that used in this research area is quantitative with overlay technique
several parameters of referrals function land areas map such as slope, soil type, rainfall

intensity, the border river and spring, and vulnerability area of lahar flood from Merapi
Volcano. As much as 28 points were checked to prove the accuracy of image interpretation.
The suitability evaluation map is produced by overlaying the existing land use map in Opak
Hulu sub-watershed with its referral function area.
3

This research show the cultivation of crops and settlements are the largest area. It has
69,62 Km2 (49%) of total research area. While the smallest area is annual crops in the amount of
0,38 Km2 (0,27%) of total research area. For the suitability landuse, the research show that as
big as 97,58 km2 (69%) landuse in Opak Hulu Subwatershed was appropriate with referrals
function land areas. Meanwhile, the landuse that was not appropriate with referrals function
land areas as amount as 44,83 Km2 (31%) of research area.

Keywords: Referrals Function Land Areas, Landuse, Watershed
PENDAHULUAN
Lahan merupakan sumber daya yang sangat penting, di mana makhluk hidup
menggunakan lahan untuk tinggal dan bertahan hidup di atasnya. Lahan merupakan
komponen fisik, yang terdiri dari iklim, topografi, tanah, hidrologi, dan vegetasi di atasnya di
mana komponen tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya (FAO, 1976). Penggunaan
lahan adalah segala macam campur tangan manusia, baik secara permanen ataupun secara

skill terhadap suatu sekumpulan sumber daya alam dan sumber daya buatan, yang secara
keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan manusia
baik secara spirituil ataupun secara kebendaan ataupun keduanya (Malingreau, 1982).
Seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan masyarakat akan lahan semakin besar.
Jumlah penduduk yang semakin meningkat secara signifikan, mengakibatkan berkembangnya
kegiatan pembangunan yang dilakukan semakin pesat. Masalah yang sering terjadi saat ini
adalah terbatasnya lahan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan lahan. Hal
ini mengakibatkan banyak masyarakat membuka lahan baru atau disebut dengan alih fungsi
lahan yang tidak sesuai dengan fungsi lahannya. Terbatasnya lahan yang baik membuat
petani-petani terpaksa harus membuka lahan pertanian di lahan marjinal.
Alih fungsi lahan ini dapat memicu proses geomorfik yang mengakibatkan degradasi
atau kerusakan lahan (Sutikno, 1993). Permasalahan tersebut muncul ketika alih fungsi lahan
terus menerus terjadi. Lahan hutan yang terus dirubah menjadi lahan permukiman maka
kandungan hara di lapisan tanah atas (top soil) akan hilang, akibatnya keadaan kimia, fisik
dan juga semakin berkurang. Adanya fungsi dan degradasi lahan ini disebabkan oleh
lemahnya manajemen lahan (FAO, 2008), sehingga diperlukan adanya arahan fungsi kawasan
lahan.
Arahan fungsi kawasan lahan di Indonesia telah diatur dalam UU Nomor 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang, Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990, dan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No.41/PRT/M/2007. Peraturan-peraturan tersebut mengatur sedemikian

rupa tentang pemanfaatan ruang dan lahan. UU Penataan Ruang khusus mengatur
penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dari skala nasional hingga detil
perkotaan. Salah satu acuan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang adalah arahan fungsi
kawasan dan pemanfaatan lahan wilayahnya. Setiap pemerintah daerah perlu memperhatikan
karakteristik daerahnya dalam pembuatan arahan fungsi kawasan lahan untuk penyusunan
RTRW.
Salah satu daerah yang perlu diawasi dengan ketat pemanfaatan lahannya adalah di
daerah aliran sungai atau yang biasa disingkat menjadi DAS. DAS merupakan ekosistem
yang mencakup komponen lingkungan secara menyeluruh, di dalam DAS terdapat keempat
4

fungsi kawasan, yaitu kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan budidaya tanaman
tahunan, kawasan budidaya tanaman semusim dan permukiman. DAS terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu hulu, tengah dan hilir. Setiap bagian-bagiannya mempunyai fungsi penting dan
saling berkaitan satu sama lain. Daerah hulu berfungsi sebagai daerah tangkapan hujan dan
mempunyai fungsi perlindungan dari keseluruhan DAS. Daerah tengah merupakan daerah
peralihan dari hulu ke hilir dan biasanya mempunyai fungsi kawasan budidaya. Daerah hilir
merupakan output dari sistem DAS, menjadi cerminan dari proses atau fenomena yang terjadi
di hulu dan di tengah DAS. Membuat arahan fungsi kawasan saat ini memanfaatkan
teknologi sistem informasi geografis dan penginderaan jauh, agar lebih tepat dan efisien

dalam menata arahan fungsi kawasan lahan.
Sistem Informasi Geografis dibutuhkan dalam pemodelan arahan fungsi kawasan lahan,
dengan menggunakan metode pengharkatan dan teknik overlay beberapa parameter arahan
fungsi kawasan lahan, maka arahan fungsi kawasan yang akan dibuat lebih tepat dan cepat.
Teknologi penginderaan jauh digunakan untuk membuat peta penggunaan lahan saat ini
(eksisting) yang akan disesuaikan dengan pemodelan arahan fungsi kawasan yang dibuat
untuk menganalisis apakah penggunaan lahan yang ada saat ini telah sesuai dengan arahan
fungsi kawasan yang dibuat.
Penelitian ini terletak di sub DAS Opak Hulu yang mengalir membujur dari lereng
selatan Gunungapi Merapi hingga selatan Bantul, Yogyakarta. Bagian hulu dari DAS tersebut
merupakan daerah tangkapan hujan yang berfungsi sebagai kawasan lindung (konservasi) dan
resapan air. Perkembangan kota Yogyakarta yang cenderung mengarah ke utara kota
(Sleman) membutuhkan perhatian khusus. Terutama untuk daerah aliran sungai Opak Hulu
yang menjadi kawasan lindung bagi daerah lain di sekitarnya.
Berdasarkan dari latar belakang permasalahan penelitian yang telah dirumuskan maka
penelitian ini diharapkan mampu menjawab pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengolahan pemodelan arahan fungsi kawasan lahan menggunakan sistem
informasi geografis dan data penginderaan jauh?
2. Bagaimana data penginderaan jauh dapat membantu menyadap informasi penggunaan
lahan eksisting di sub DAS Opak Hulu?

3. Bagaimana kesesuaian penggunaan lahan eksisting terhadap arahan fungsi kawasan
lahan di sub DAS Opak Hulu?
Penelitian tentang evaluasi penggunaan lahan eksisting terhadap arahan fungsi kawasan
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. memberikan masukan berupa informasi spasial bagi para stakeholder atau pemerintah
setempat dalam mengelola dan memantau rencana tata ruang wilayah yang telah
ditetapkan; dan
2. memberi gambaran tentang bagaimana data penginderaan jauh dan analisa spasial
sistem informasi geografis dapat membantu membuat arahan fungsi kawasan lahan.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kuantitatif
berjenjang, yaitu menggunakan harkat yang sudah ditetapkan. Pengharkatan berjenjang ini,
tiap unsur pada tiap parameter diberi harkat (skor) yang berjenjang, sesuai dengan besarnya
kontribusi tiap unsur terhadap model yang dikembangkan.
5

Parameter fisik yang dibutuhkan dalam penyusunan arahan fungsi kawasan adalah
beberapa parameter yaitu intensitas curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, sempadan
sungai dan kawasan rawan bencana.
a. Faktor Kemiringan Lereng

Tabel 1. Harkat Kemiringan Lereng
Kemiringan Lereng
Kelas
Keterangan
Skor
(%)
1
2
3
4
5

0-8
8-15
15-25
25-45
>45

Datar
Landai

Agak Curam
Curam
Sangat Curam

20
40
60
80
100

Sumber: Departemen Kimpraswil (2007)

b. Faktor Jenis Tanah
Tabel 2. Harkat Jenis Tanah
Kelas
Jenis Tanah
1
2
3
4

5

Keterangan

Bobot

Tidak peka

15

Agak peka
Peka
Kurang peka
Sangat peka

30
45
60
75


Aluvial, tanah glei, planosol, hidromorf kelabu,
laterik tanah
Latosol
Brown forest soil, non-calcic brown, mediteran
Andosol, laterit, grumusol podsol, podsolic
Regosol, litosol, organosol, renzina

Sumber: Departemen Kimpraswil (2007)

c. Faktor Intensitas Curah Hujan
Tabel 3. Harkat Intensitas Curah Hujan
Kelas
Curah Hujan (mm/hari)
1
2
3
4
5

34,80

Keterangan

Bobot

Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi

10
20
30
40
50

Keterangan

Bobot

Pemukiman
Sungai Kecil
Sungai Besar

175
175
175

Keterangan

Bobot

Pemukiman
Non Pemukiman

175
175

Sumber: Departemen Kimpraswil (2007)

d. Faktor Sempadan Sungai dan Mata Air
Tabel 4. Harkat Sempadan Sungai
Kelas
Sempadan Sungai (m)
1
2
3

15
50
100

Sumber: Keputusan Presiden nomor 32 (1990)

Tabel 5. Harkat Sempadan Mata Air
Kelas
Sempadan Mata Air (m)
1
2

15
200

Sumber: Keputusan Presiden nomor 32 (1990)

6

e. Faktor Rawan Bencana Lahar Dingin
Tabel 6. Harkat Kawasan Rawan Bencana
Kelas
Kawasan Rawan Bencana (m)
Keterangan
1

KRB I

f. Kelas Fungsi Kawasan Lahan
Tabel 7. Kelas Fungsi Kawasan Lahan
Kelas
Fungsi Kawasan

Rawan Bencana
Lahar Dingin

Bobot
175

Skor Total

Lereng

≥175

-

≥125 -

Dokumen yang terkait

Evaluasi penggunaan Lahan Eksisting dan Arahan Penyusunan Rencana Tata Ruang Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

11 44 246

Evaluasi penggunaan Lahan Eksisting dan Arahan Penyusunan Rencana Tata Ruang Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

2 23 118

Aplikasi Data Penginderaan Jauh Untuk Evaluasi Penggunaan Lahan (Studi Kasus: Kawasan Pesisir Kabupaten Sidoarjo)

0 3 6

ANALISIS KESESUAIAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN TERHADAP PENGGUNAAN LAHAN DENGAN PEMANFAATAN SIG DI Analisis Kesesuaian Arahan Fungsi Kawasan Terhadap Penggunaan Lahan Dengan Pemanfaatan SIG di Kabupaten Pati Tahun 2015.

0 7 15

ANALISIS KESESUAIAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN TERHADAP PENGGUNAAN LAHAN DENGAN PEMANFAATAN SIG DI Analisis Kesesuaian Arahan Fungsi Kawasan Terhadap Penggunaan Lahan Dengan Pemanfaatan SIG di Kabupaten Pati Tahun 2015.

0 5 15

PEMODELAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN LAHAN UNTUK EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING Pemodelan Arahan Fungsi Kawasan Lahan Untuk Evaluasi Penggunaan Lahan Eksisting Menggunakan Data Penginderaan Jauh Di Sub Daerah Aliran Sungai Opak Hulu.

0 2 12

PENDAHULUAN Pemodelan Arahan Fungsi Kawasan Lahan Untuk Evaluasi Penggunaan Lahan Eksisting Menggunakan Data Penginderaan Jauh Di Sub Daerah Aliran Sungai Opak Hulu.

1 2 31

ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN OPTIMAL DI DAERAH ALIRAN SUNGAI JLANTAH HULU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013.

0 0 20

KEMAMPUAN LAHAN UNTUK ARAHAN KAWASAN BUD

0 0 10

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS dan ARAHAN FUNGSI LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI SAMPEAN

0 0 22