PEMINDAHAN PENCARI SUAKA (TRANSFER OF ASYLUM SEEKERS) DALAM PENGATURAN PENCARI SUAKA REGIONAL DI UNI EROPA DIKAITKAN DENGAN PRINSIP NON-REFOULEMENT MENURUT HUKUM INTERNASIONAL DAN STANDAR HAK ASASI M.

PEMINDAHAN PENCARI SUAKA (TRANSFER OF ASYLUM SEEKERS)
DALAM PENGATURAN PENCARI SUAKA REGIONAL DI UNI EROPA
DIKAITKAN DENGAN PRINSIP NON-REFOULEMENT MENURUT
HUKUM INTERNASIONAL DAN STANDAR HAK ASASI MANUSIA
INTERNASIONAL
Riski Arista S
110110070508
ABSTRAK
Peraturan mengenai pemindahan pencari suaka dalam peraturan
regional Uni Eropa menyebabkan kekuasaan suatu Negara untuk
memindahkan orang asing secara paksa dari wilayahnya sebagai akibat
dari pelaksanaan terkait pencari suaka bernama Dublin II Regulation.
Terdapat ketidaksetaraan tentang perlindungan pencari suaka di Negara
anggota Uni Eropa dan kurangnya perlindungan terhadap hak-hak pencari
suaka. Dalam praktik terhadap pemindahan pencari suaka
memperlihatkan adanya perbenturan yang terjadi antara hukum
internasional yang mewajibkan Negara menghormati prinsip nonrefoulement dan hukum regional yang mewajibkan melaksanakan
pemindahan pencari suaka, bahkan terjadi inkonsistensi antar peraturan
regional yang mewajibkan Negara untuk menghormati hak-hak pencari
suaka.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

yuridis normatif yang menitikberatkan penelitian pada ketentuan hukum
yang berlaku yaitu pada implementasi pengaturan hukum internasional
dan hukum Uni Eropa terkait dengan perlindungan pencari suaka.
Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis dengan menunjukkan
kurangnya perlindungan hukum di bidang terhadap pencari suaka
kemudian melakukan analisis dengan berbagai sumber hukum terkait.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dari peneliti maka
disimpulkan bahwa, tindakan pemindahan pencari suaka (transfer of
asylum seekers) dalam hukum suaka Uni Eropa tidak dibenarkan menurut
hukum internasional dan hukum ham internasional dan sama dengan
tindakan refoulement karena Negara-negara anggota Uni Eropa
melakukan pelanggaran kewajiban-kewajiban mereka terkait dengan
pemindahan pencari suaka ke Negara yang tidak dapat melindungi atau
memiliki kekurangan dalam perlindungan dan pemenuhan hak-hak para
pencari suaka. Implikasi hukum Uni Eropa terhadap kewajiban Negara
anggota Uni Eropa dalam melaksanakan Transfer of Asylum seekers
merujuk pada perihal Negara anggota berada pada kewajiban untuk
melaksanakan sovereignty clause menurut Pasal 3(2) Regulation untuk
mengatasi pelanggaran hak-hak fundamental pencari suaka.


iii

TRANSFER OF ASYLUM SEEKERS UNDER REGIONAL
ARRANGEMENT OF THE EUROPEAN UNION ASSOCIATED WITH
THE NON REFOULEMENT PRINCIPLE BASED ON INTERNATIONAL
LAW AND INTERNATIONAL HUMAN RIGHTS STANDARDS
Riski Arista S
110110070508
ABSTRACT
The central topic in this undergraduate thesis concerned the
transfer of asylum seekers, which led to the a state’s power to remove or
transfer non-nationals coercively from its territory as a result of the
implementation of EU legislation so-called Dublin II Regulation. The
analysis starts not only with the non-equivalent protection of asylum
seekers in EU Member state as well as the lack of protection related to the
rights of asylum seekers and finishes with the case law relevant to the
principle of non-refoulement, but also analyses the protection of rights of
asylum seekers under the 1951 convention relating to the status of
refugees and international human rights law instruments.
This research was conducted by applying a normative juridical

method. This method emphasized several international instruments on the
protection of Asylum Seekers and several documents of EU legislations
relating to the Asylum Seekers. This research specification is an analytical
descriptive method which describes the lack of protection on Asylum
Seekers then analize it with the related sources of law.
According to analysis and research done by the researcher on the
asylum legislation, It is concluded that the transfer of asylum seekers
within the Dublin II Regulation under the European Asylum Legislation
violates International law and International human rights law and it is
similar to Refoulement. Asylum seekers are entitled to benefit from the
protection afforded by various universal and regional human rights
instruments, as well as applicable refugee law standards, all of which
provide the basic framework for standards and norms of treatment in the
area of reception. It is essential that states ensure that the fundamental
rights and basic needs of asylum seekers are met during the asylum
procedure the length of the procedures so that the article 3(2) Dublin
Regulation on Sovereignty Clause must become an obligatory nature. It is
hoped that this research will assist states in adopting reception standards
and practices that are fully consistent with international law and standards.


iv