PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Karies Gigi Dan Asupan Lemak Dengan Kejadian Karies Gigi Anak Balita Di Desa Mranggen Sukoharjo.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang
ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti
dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai
dengan rasa nyeri (Moynihan, 2005). Penyakit karies bersifat progresif dan
kumulatif, dan kelainan ini bila dibiarkan tanpa disertai perawatan dalam kurun
waktu, dimungkinkan akan bertambah parah. Gigi yang sudah terkena
menjadi cacat tidak dapat kembali seperti sediakala (Kidd, 2002).
Karies gigi terbentuk karena ada sisa makanan yang dibiarkan
menempel di gigi, yang pada akhirnya menyebabkan pengapuran pada gigi.
Gigi menjadi keropos dan akhirnya berlubang atau patah. Anak-anak yang
giginya mengalami karies gigi akan kehilangan daya kunyah, sehingga
menyebabkan pencernaan anak tergangu (Machfoedz, 2005). Faktor risiko
karies adalah kemungkinan berkembangnya karies pada individu atau
terjadinya perubahan status kesehatan yang mendukung terjadinya karies gigi
pada periode tertentu. Risiko karies bervariasi pada setiap individu tergantung
pada keseimbangan faktor pencetus dan penghambat terjadinya karies gigi
(Machfoedz, 2005).
Karies gigi masih menjadi masalah kesehatan anak, anak merupakan
kelompok masyarakat yang jumlahnya cukup besar dan memiliki prevalensi
karies gigi yang cukup tinggi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003
menyatakan, angka kejadian karies gigi pada anak 60%-90% (Adiwiryono,
1
2011). Karies gigi menjadi salah satu bukti tidak terawatnya gigi dan mulut
masyarakat Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Depkes tahun
2013 menunjukkan 74.1% penduduk mengalami karies gigi dan 68.9% tidak
dirawat. Survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang dilakukan
pada Pelita III dan IV menunjukkan bahwa prevalensi penduduk Indonesia
yang menderita karies gigi sebesar 80%, dan 90% diantaranya adalah anakanak. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo yang
membawahi 12 puskesmas pada tahun 2013 angka prevalensi karies gigi
pada balita 1-4 tahun adalah sebanyak 306 kasus. Prevalensi kejadian karies
gigi terbesar berada di Puskesmas Polokarto yang mencapai 87 kasus yaitu
sebesar 28,4%. Jumlah ini tentunya akan terus meningkat seiring dengan
bertambahnya usia anak apabila petugas kesehatan jarang memberikan
penyuluhan kesehatan gigi khususnya tentang karies gigi (Dinkes Kabupaten
Sukoharjo, 2013).
Tingginya angka kejadian karies gigi pada balita dapat dipengaruhi
beberapa faktor, antara lain adalah faktor pengetahuan ibu tentang karies gigi
dan asupan lemak pada anak. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor
dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Seseorang dengan pengetahuan tentang kesehatan gigi maka pemeliharaan
kesehatan gigi dapat diharapkan lebih baik (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan mendukung terbentuknya perilaku orang tua yang akan
diberikan kepada anak, pengetahuan ibu tentang karies gigi yang baik
diharapkan dapat membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan
menyediakan fasilitas kepada anak agar dapat memelihara kebersihan gigi
dan mulutnya. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada balita perlu
2
mendapatkan
perhatian,
dikarenakan
hal
ini
berpengaruh
pada
perkembangan kesehatan gigi pada anak. Orang tua khususnya ibu yang
tingkat pengetahuannya rendah mengenai pola makanan anak, kebersihan
mulut anak dan pemeriksaan rutin kedokter gigi menyebabkan risiko anaknya
mempunyai karies gigi (Suresh,2010).
Hal ini didukung beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kawuryan (2004),
menjelaskan bahwa dengan adanya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan
mulut secara tidak langsung akan menjaga kesehatan gigi dan mulut, dan
pada akhirnya dapat mencegah terjadinya karies gigi. Penelitian lain dilakukan
oleh Candrawati (2009) menjelaskan bahwa upaya pencegahan terhadap
penyakit gigi anak, memerlukan peranan ibu yang cukup besar dalam
mendidik dan mengajarkan cara hidup sehat bagi anak-anaknya, sebab
seorang anak akan memperoleh pengetahuan dan pendidikan tentang segala
hal pertama kali dari ibunya.
Faktor
lain
yang
mempengaruhi kejadian karies gigi
selain
pengetahuan ibu adalah asupan lemak. Lemak penting untuk kesehatan
rongga mulut karena fosfolipid yang terdapat didalamnya, berfungsi untuk
pembentukan email gigi dan dentin. Jenis makanan yang dikonsumsi akan
berpengaruh terhadap pembentukan plak pada gigi. Kesehatan mulut dapat
diperoleh dengan menghilangkan plak secara teratur dan mencegah
pembentukan plak, yang dapat menyebabkan karies. Bahan makanan yang
tinggi lemak, cenderung menghambat terjadinya karies gigi. Makanan yang
mengandung lemak, sedikit mengandung substrat kariogenik. Lemak dapat
menurunkan aktifitas karies gigi dengan membentuk lapisan pada permukaan
3
email sehingga mencegah pelekatan mikroorganisme penyebab karies
(Heriandi, 2001).
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada 4
posyandu di Kelurahan Mranggen Kecamatan Polokato Sukoharjo didapatkan
hasil dari 133 balita yang mengalami karies gigi sebesar 102 balita. Sehingga
didapatkan prevalensi angka kejadian karies gigi di Kelurahan Mranggen
sebesar 76,69%.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
tentang hubungan antara pengetahuan ibu tentang karies gigi dan asupan
lemak terhadap kejadian karies gigi anak balita di Desa Mranggen Sukoharjo.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan antara
pengetahuan ibu tentang karies gigi dan asupan lemak terhadap kejadian
karies gigi anak balita di Desa Mranggen Sukoharjo.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu
tentang karies gigi dan asupan lemak dengan kejadian karies gigi anak balita
di Desa Mranggen Sukoharjo?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi
dan asupan lemak dengan kejadian karies gigi anak balita di Desa
Mranggen Sukoharjo.
4
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi yang
memiliki anak balita di Desa Mranggen Sukoharjo.
b. Mendeskripsikan asupan lemak pada anak balita di Desa Mranggen
Sukoharjo.
c. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan
kejadian karies gigi di Desa Mranggen Sukoharjo
d. Menganalisis hubungan antara asupan lemak dengan kejadian karies
gigi di Desa Mranggen Sukoharjo.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Sukoharjo
Memberikan gambaran secara umum tentang hubungan antara
tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi dan asupan lemak dengan
kejadian karies gigi anak balita, sehingga Dinas Kesehatan khususnya
pada daerah yang memiliki prevalensi kejadian karies gigi yang tinggi
dapat memberikan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan melalui
penyuluhan kesehatan, pencegahan, penanganan dan perawatan
kejadian karies gigi di daerahnya.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang hubungan
antara tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi dan asupan lemak
dengan kejadian karies gigi pada anak balita, sehingga masyarakat dapat
meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan maupun penanganan
karies gigi.
5
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk acuan
peneliti selanjutnya untuk lebih memperdalam kembali masalah karies gigi
dan faktor penghambat terjadinya karies gigi, dalam penelitian ini faktor
penghambatnya adalah tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi dan
asupan lemak. serta manjadi bahan koreksi dalam penyusunan karya
ilmiah yang lebih lengkap dan lebih baik.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang
Lingkup
materi
pada
penelitian
ini
dibatasi
pada
pembahasan mengenai hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang karies
gigi dan asupan lemak dengan kejadian karies gigi anak balita di Desa
Mranggen Sukoharjo.
6
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang
ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti
dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai
dengan rasa nyeri (Moynihan, 2005). Penyakit karies bersifat progresif dan
kumulatif, dan kelainan ini bila dibiarkan tanpa disertai perawatan dalam kurun
waktu, dimungkinkan akan bertambah parah. Gigi yang sudah terkena
menjadi cacat tidak dapat kembali seperti sediakala (Kidd, 2002).
Karies gigi terbentuk karena ada sisa makanan yang dibiarkan
menempel di gigi, yang pada akhirnya menyebabkan pengapuran pada gigi.
Gigi menjadi keropos dan akhirnya berlubang atau patah. Anak-anak yang
giginya mengalami karies gigi akan kehilangan daya kunyah, sehingga
menyebabkan pencernaan anak tergangu (Machfoedz, 2005). Faktor risiko
karies adalah kemungkinan berkembangnya karies pada individu atau
terjadinya perubahan status kesehatan yang mendukung terjadinya karies gigi
pada periode tertentu. Risiko karies bervariasi pada setiap individu tergantung
pada keseimbangan faktor pencetus dan penghambat terjadinya karies gigi
(Machfoedz, 2005).
Karies gigi masih menjadi masalah kesehatan anak, anak merupakan
kelompok masyarakat yang jumlahnya cukup besar dan memiliki prevalensi
karies gigi yang cukup tinggi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003
menyatakan, angka kejadian karies gigi pada anak 60%-90% (Adiwiryono,
1
2011). Karies gigi menjadi salah satu bukti tidak terawatnya gigi dan mulut
masyarakat Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Depkes tahun
2013 menunjukkan 74.1% penduduk mengalami karies gigi dan 68.9% tidak
dirawat. Survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang dilakukan
pada Pelita III dan IV menunjukkan bahwa prevalensi penduduk Indonesia
yang menderita karies gigi sebesar 80%, dan 90% diantaranya adalah anakanak. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo yang
membawahi 12 puskesmas pada tahun 2013 angka prevalensi karies gigi
pada balita 1-4 tahun adalah sebanyak 306 kasus. Prevalensi kejadian karies
gigi terbesar berada di Puskesmas Polokarto yang mencapai 87 kasus yaitu
sebesar 28,4%. Jumlah ini tentunya akan terus meningkat seiring dengan
bertambahnya usia anak apabila petugas kesehatan jarang memberikan
penyuluhan kesehatan gigi khususnya tentang karies gigi (Dinkes Kabupaten
Sukoharjo, 2013).
Tingginya angka kejadian karies gigi pada balita dapat dipengaruhi
beberapa faktor, antara lain adalah faktor pengetahuan ibu tentang karies gigi
dan asupan lemak pada anak. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor
dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Seseorang dengan pengetahuan tentang kesehatan gigi maka pemeliharaan
kesehatan gigi dapat diharapkan lebih baik (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan mendukung terbentuknya perilaku orang tua yang akan
diberikan kepada anak, pengetahuan ibu tentang karies gigi yang baik
diharapkan dapat membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan
menyediakan fasilitas kepada anak agar dapat memelihara kebersihan gigi
dan mulutnya. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada balita perlu
2
mendapatkan
perhatian,
dikarenakan
hal
ini
berpengaruh
pada
perkembangan kesehatan gigi pada anak. Orang tua khususnya ibu yang
tingkat pengetahuannya rendah mengenai pola makanan anak, kebersihan
mulut anak dan pemeriksaan rutin kedokter gigi menyebabkan risiko anaknya
mempunyai karies gigi (Suresh,2010).
Hal ini didukung beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kawuryan (2004),
menjelaskan bahwa dengan adanya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan
mulut secara tidak langsung akan menjaga kesehatan gigi dan mulut, dan
pada akhirnya dapat mencegah terjadinya karies gigi. Penelitian lain dilakukan
oleh Candrawati (2009) menjelaskan bahwa upaya pencegahan terhadap
penyakit gigi anak, memerlukan peranan ibu yang cukup besar dalam
mendidik dan mengajarkan cara hidup sehat bagi anak-anaknya, sebab
seorang anak akan memperoleh pengetahuan dan pendidikan tentang segala
hal pertama kali dari ibunya.
Faktor
lain
yang
mempengaruhi kejadian karies gigi
selain
pengetahuan ibu adalah asupan lemak. Lemak penting untuk kesehatan
rongga mulut karena fosfolipid yang terdapat didalamnya, berfungsi untuk
pembentukan email gigi dan dentin. Jenis makanan yang dikonsumsi akan
berpengaruh terhadap pembentukan plak pada gigi. Kesehatan mulut dapat
diperoleh dengan menghilangkan plak secara teratur dan mencegah
pembentukan plak, yang dapat menyebabkan karies. Bahan makanan yang
tinggi lemak, cenderung menghambat terjadinya karies gigi. Makanan yang
mengandung lemak, sedikit mengandung substrat kariogenik. Lemak dapat
menurunkan aktifitas karies gigi dengan membentuk lapisan pada permukaan
3
email sehingga mencegah pelekatan mikroorganisme penyebab karies
(Heriandi, 2001).
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada 4
posyandu di Kelurahan Mranggen Kecamatan Polokato Sukoharjo didapatkan
hasil dari 133 balita yang mengalami karies gigi sebesar 102 balita. Sehingga
didapatkan prevalensi angka kejadian karies gigi di Kelurahan Mranggen
sebesar 76,69%.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
tentang hubungan antara pengetahuan ibu tentang karies gigi dan asupan
lemak terhadap kejadian karies gigi anak balita di Desa Mranggen Sukoharjo.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan antara
pengetahuan ibu tentang karies gigi dan asupan lemak terhadap kejadian
karies gigi anak balita di Desa Mranggen Sukoharjo.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu
tentang karies gigi dan asupan lemak dengan kejadian karies gigi anak balita
di Desa Mranggen Sukoharjo?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi
dan asupan lemak dengan kejadian karies gigi anak balita di Desa
Mranggen Sukoharjo.
4
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi yang
memiliki anak balita di Desa Mranggen Sukoharjo.
b. Mendeskripsikan asupan lemak pada anak balita di Desa Mranggen
Sukoharjo.
c. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan
kejadian karies gigi di Desa Mranggen Sukoharjo
d. Menganalisis hubungan antara asupan lemak dengan kejadian karies
gigi di Desa Mranggen Sukoharjo.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Sukoharjo
Memberikan gambaran secara umum tentang hubungan antara
tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi dan asupan lemak dengan
kejadian karies gigi anak balita, sehingga Dinas Kesehatan khususnya
pada daerah yang memiliki prevalensi kejadian karies gigi yang tinggi
dapat memberikan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan melalui
penyuluhan kesehatan, pencegahan, penanganan dan perawatan
kejadian karies gigi di daerahnya.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang hubungan
antara tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi dan asupan lemak
dengan kejadian karies gigi pada anak balita, sehingga masyarakat dapat
meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan maupun penanganan
karies gigi.
5
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk acuan
peneliti selanjutnya untuk lebih memperdalam kembali masalah karies gigi
dan faktor penghambat terjadinya karies gigi, dalam penelitian ini faktor
penghambatnya adalah tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi dan
asupan lemak. serta manjadi bahan koreksi dalam penyusunan karya
ilmiah yang lebih lengkap dan lebih baik.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang
Lingkup
materi
pada
penelitian
ini
dibatasi
pada
pembahasan mengenai hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang karies
gigi dan asupan lemak dengan kejadian karies gigi anak balita di Desa
Mranggen Sukoharjo.
6