BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009.

(1)

SKRIPSI

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO

KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah SI Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

WIDIA EKA WATI J 410 050 022

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN


(2)

ABSTRAK WIDIA EKA WATI. J 410 050 022

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009

xvii+65+20

Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kejadian DBD di Kelurahan Ploso tahun 2008 sebanyak 37 kasus. Dari 15 desa, Kelurahan Ploso termasuk daerah dengan kasus paling tinggi di wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan tahun 2009. Jenis penelitian ini adalah observasi dengan menggunakan metode survei dan wawancara dengan pendekatan cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 75 ibu rumah tangga. Teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengamatan secara langsung pada kontainer. Hasil penelitian di uji secara statistik dengan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% menggunakan program SPSS versi 14.0. Hasil penelitian menunjukkan Ada hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer (p=0,001), kebiasaan menggantung pakaian (p=0,001), ketersediaan tutup pada kontainer (p=0,001), frekuensi pengurasan kontainer (p=0,027), pengetahuan responden tentang DBD (p=0,030) dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009. Saran kepada masyarakat bahwa aktif dalam kegiatan 3M plus harus lebih diintensifkan secara mandiri agar dapat mengurangi keberadaan jentik, masyarakat juga harus merubah kebiasaan menggantung pakaian dengan maksud untuk menekan penularan penyakit DBD. Kata kunci : Kejadian DBD, Faktor lingkungan, Pengetahuan, Ibu rumah tangga.

Surakarta, 1 November 2009

Pembimbing I Pembimbing II

Dwi Astuti, S. Pd, M. Kes Sri Darnoto, SKM NIK. 756 NIK. 100.1015

Mengetahui,

Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

Yuli Kusumawati, SKM, M. Kes (Epid) NIK. 863


(3)

ABSTRACT

WIDIA EKA WATI. J 410 050 022

FACTORS RELATED TO THE OCCURRENCE OF DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF) IN PLOSO VILLAGE OF PACITAN SUBDISTRCT IN 2009

At the present, the Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of health problem In Indonesia.In 2008, The Incident of DHF in Ploso village have 37 cases. From 15 villages, Ploso village is including area with highest DHF case in Puskesmas Tanjungsari area. This research purpose is to know some factors related to with incident DHF in Ploso village, Pacitan subdistric in 2009. Type of research is observational research with using survey and interview method which the approach research is a cross sectional study. Amount of Samples are 75 housewives. The Sampling technique uses a Simple Random Sampling. The data is Collected with interview and live monitoring at container. The data is analyzed with Chi Square test at level confident 95% which SPSS program version 14.0 analyzes the data. The conclusion represents that existence of mosquito Aedes aegypti larva at container (p= 0,001), hanging clothes (p= 0,001), container cover availability (p= 0,001), frequency of cleaning the container (p= 0,027), knowledge of respondent about DHF (p= 0,030) have connected to incident of DHF in Ploso village, Pacitan subdistric in 2009. The suggestion to the people that the 3 M plus activity more intensively to decrease the number of DHF spreading. Thus, the community must reduce of clothes hanging habit.


(4)

SKRIPSI

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO

KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah SI Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

WIDIA EKA WATI J 410 050 022

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009


(5)

@ 2009


(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009

Disusun Oleh : Widia Eka Wati NIM : J 410 050 022

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Surakarta, 1 November 2009

Pembimbing I Pembimbing II

Dwi Astuti, S. Pd, M. Kes Sri Darnoto, SKM


(7)

PERNYATAAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO KABUPATEN PACITAN TAHUN 2009

Disusun Oleh : Widia Eka Wati NIM : J 410 050 022

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 1 November 2009 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji.

Surakarta, 1 November 2009

Ketua Penguji : Dwi Astuti, S.Pd, M. Kes ( )

Anggota Penguji I : Sri Darnoto, SKM ( )

Anggota Penguji II : Noor Alis S. SKM ( )

Mengesahkan

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta


(8)

PERSEMBAHAN

1. Setiap lembaran dan goresan tinta ini merupakan wujud dari keagungan dan kasih sayang yang diberikan Allah SWT kepada umat-Nya.

2. Setiap detik waktu penyelesaian karya ini merupakan hasil doa kedua orang tua dan adik-adikku yang selalu memberikan kasih sayang, semangat dan dorongan yang tiada henti kepadaku.

3. Rasa terima kasih juga ku persembahkan pada suamiku yang sudah memberikan doa, dukungan dan selalu setia memberikan semangat padaku untuk bisa menyelesaikan karya ini.

4. Teman-teman Kesehatan Masyarakat angkatan 2005 UMS, hari-hari bersama kalian membuatku bahagia, dan selalu bersemangat aku takkan pernah melupakan kalian.


(9)

MOTTO

Janganlah bersikap lemah, janganlah pula bersedih hati, pada hal kamu orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang-orang-orang yang beriman.

(QS. Al – Imron : 139)

Janganlah pernah merasakan masa depan kita, karena ia pasti datang. Namun risaukanlah sudah seberapa jauh kita mempersiapkan diri sehingga masa depan akan datang dengan kualitas yang baik.

(Mario Teguh)

Kemarin adalah masa lalu dan masa lalu adalah sejarah yang dapat dijadikan contoh bagi kita. Hari ini adalah perjuangan untuk masa depan dan masa depan adalah cita-citaku.

(Kahlil Gibran)

Kebahagiaan yang paling sempurna adalah melihat orang tuaku dan orang yang kusayangi bisa tersenyum akan keberhasilanku.


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Widia Eka Wati

Tempat/Tanggal Lahir : Malang, 04 September 1986 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. A. Yani No. 06 Pacitan Jawa Timur Riwayat Pendidikan : 1. Lulusan MIN Jombang I tahun 1998

2. Lulusan SMPN 2 Pacitan tahun 2001 3. Lulus SMAN 1 Punung Pacitan tahun 2004 4. Menempuh pendidikan di Program Studi

Kesehatan Masyarakt FIK UMS sejak tahun 2005.


(11)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil’alamin yang selalu penulis panjatkan atas nikmat yang senantiasa Allah limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan

Tahun 2009”.

Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam menempuh derajat Sarjana S-1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dalam pembuatan skipsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bpk. Arif Widodo, A.Kep, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Ibu Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid) selaku Ketua Program Studi Kesehatan Mayarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. Ibu Dwi Astuti, S.Pd., M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Sri Darnoto, SKM selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan ibu dosen Kesehatan Masyarakat (Bu Ambar, Bu Azizah, Bu Dwi, Bu Lina, Pak Dar, Pak Alis, Pak Joko) terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan.

6. Dr. M. Mansyur selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian.


(12)

8. Dr. Kusnadi S selaku Kepala Puskesmas Tanjungsari yang telah memberikan ijin penulis dalam melakukan penelitian.

9. Bapak Suryono, AMK bagian P2P Puskesmas Tanjungsari yang telah membantu penulis dalam mencari data.

10.Bapak Priyo Agus Triwibowo, S.Sos selaku Kepala Desa Ploso yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian.

11.Ayahanda dan Ibundaku tercinta, terima kasih atas dukungan dan semangatnya yang tak pernah henti berdoa dan mencurahkan perhatian, cinta dan kasih sayangnya tanpa batas dengan Ridho-Nya.

12.Suamiku tercinta yang terus memberiku semangat terima kasih untuk semuanya.

13.Adikku Anita dan Nugroho, terus semangat demi tercapainya cita dan cintamu, serta keluarga besarku terima kasih dukungan semangatnya.

14.Teman-teman Kesehatan Masyarakat angkatan 2005 (Anjar, Aput, Irfan, Farid, Pambudi) dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya dan tetap semangat.

15.Semua pihak yang telah memberikan semangat dan memberi bantuan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas jasa serta budi baik yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Amin.

Harapan penulis, semoga karya sederhana ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat khususnya bagi pengembangan dunia Kesehatan Masyarakat.

Surakarta, Oktober 2009


(13)

DAFTARI ISI

Halaman ABSTRAK

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN HAK CIPTA ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

PERNYATAAN PENGESAHAN ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 8

B. Etiologi DBD ... 8

C. Vektor Penular Penyakit DBD ... 9

D. Ciri-Ciri Nyamuk Aedes aegypti ... 9

E. Tanda dan Gejala Penyakit DBD ... 10

F. Penularan Penyakit DBD ... 11

G. Bionomik Vektor ... 13

H. Epidemiologi Penyakit DBD ... 14

I. Cara-cara Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD ... 18

J. Faktor Penulran Penyakit DBD ... 21

K. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian DBD ... 24

L. Kerangka Teori ... 28

M. Kerangka Konsep ... 29


(14)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 30

B. Subjek Penelitian ... 30

C. Lokasi dan Waktu Penelitian... 30

D. Populasi dan Sampel ... 31

E. Variabel Penelitian ... 33

F. Definisi Operasional Variabel ... 33

G. Pengumpulan Data ... 35

H. Jalannya Penelitian ... 39

I. Pengolahan Data ... 39

J. Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

B. Hasil Analisis Univariat ... 43

C. Hasil Analisis Bivariat ... 48

D. Ringkasan Hasil Uji Bivariat Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian DBD Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009 ... 53

BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... 54

B. Hubungan Antara Keberadaan Jentik Aedes aegypti pada Kontainer dengan Kejadian DBD ... 54

C. Hubungan Antara Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan Kejadian DBD ... 56

D. Hubungan Antara Ketersediaan Tutup pada Kontainer dengan Kejadian DBD ... 58

E. Hubungan Antara Frekuensi Pengurasan Kontainer dengan Kejadian DBD ... 59

F. Hubungan Antara Pengetahuan Responden tentang DBD Dengan Kejadian DBD ... 60

G. Keterbatasan Penelitian ... 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y ... 37

2. Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Ploso Tahun 2008 ... 42

3. Mata Pencaharian Penduduk Desa Ploso Tahun 2008 ... 43

4. Karakteristik Responden Menurut Umur dan Tingkat Pendidikan ... 44

5. Distribusi Hasil Perhitungan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian DBD Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009 ... 47

6. Hubungan Antara Keberadaan Jentik Aedes aegypti pada Kontainer dengan Kejadian DBD ... 48

7. Hubungan Antara Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan Kejadian DBD ... 49

8. Hubungan Antara Ketersediaan Tutup pada Kontainer dengan Kejadian DBD ... 50

9. Hubungan Antara Frekuensi Pengurasan Kontainer dengan Kejadian DBD ... 51

10.Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Responden Tentang DBD Dengan Kejadian DBD ... 52

11.Ringkasan Hasil Uji Bivariat Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian DBD Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009 ... 53


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Kerangka Teori ... 28 2. Kerangka Konsep ... 29


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden 2. Kuesioner Pengumpulan Data

3. Lembar Pemeriksaan Jentik

4. Surat Ijin Mencari Data di Puskesmas Tanjungsari Pacitan 5. Surat Ijin Peminjaman Profil Kelurahan Ploso

6. Surat Ijin Penelitian 7. Analisis Data


(18)

DAFTAR SINGKATAN

Bti : Bacillus thuringiensis var israeliensis

CFR : Case Fatality Rate

DBD : Demam Berdarah Dengue

DD : Demam Dengue

DHF : Dengue Hemorrhagic Fever

IR : Incidence Rate

JUMANTIK : Juru Pemantau Jentik

KK : Kepala Keluarga

KLB : Kejadian Luar Biasa

PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk P2M : Pemberantasan Penyakit Menular

P2PL : Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan TPA : Tempat Penampungan Air


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah pasien serta semakin luas penyebarannya. Penyakit DBD ini ditemukan hampir di seluruh belahan dunia terutama di negara–negara tropik dan subtropik, baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Hasil studi epidemiologik menunjukkan bahwa DBD menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur sekitar 15 tahun. Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan dengan datangnya musim hujan, sehingga terjadi peningkatan aktifitas vektor dengue pada musim hujan yang dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit DBD pada manusia melalui vektor Aedes. Sehubungan dengan morbiditas dan mortalitasnya, DBD disebut the most mosquito transmitted disease (Djunaedi, 2006).

Penyakit DBD di Indonesia pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun 1968, dan di Jakarta dilaporkan pada tahun 1969. Pada tahun 1994 kasus DBD menyebar ke 27 provinsi di Indonesia. Sejak tahun 1968 angka kesakitan kasus DBD di Indonesia terus meningkat, tahun 1968 jumlah kasus DBD sebanyak 53 orang (Incidence Rate (IR) 0.05/100.000 penduduk) meninggal


(20)

orang (IR 27,09/100.000 penduduk) dengan kematian 1.527 orang (3,2%) (Hadinegoro dan Satari, 2002). Jumlah kasus DBD cenderung menunjukkan peningkatan baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit, dan secara sporadis selalu terjadi KLB. KLB terbesar terjadi pada tahun 1988 dengan IR 27,09/100.000 penduduk, tahun 1998 dengan IR 35,19/100.000 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) 2 %, pada tahun 1999 IR menurun sebesar 10,17/100.000 penduduk (tahun 2002), 23,87/100.000 penduduk (tahun 2003) (Kusriastusi, 2005).

Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, seperti DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Provinsi Jawa Timur baik di perkotaan maupun di pedesaan. Pada beberapa tahun terakhir, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk cenderung mengalami peningkatan jumlah kasus maupun kematiannya. Seperti KLB, DBD secara nasional juga menyebar di beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur. Penyebaran kasus DBD di Jawa Timur terdapat di 38 kabupaten/kota (semua kabupaten/kota) dan juga di beberapa kecamatan atau desa yang ada di wilayah perkotaan maupun di pedesaan. Jumlah kasus dan kematian akibat penyakit DBD di Jawa Timur selama 5 tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 dan 2004 terjadi lonjakan kasus yang cukup drastis, yaitu tahun 2001 sebanyak 8246 kasus (IR 23,50/100.000 penduduk), dan tahun 2004 (sampai dengan Mei) sebanyak 7180 kasus (IR 20,34/100.000 penduduk). Berdasarkan penyebaran kasus DBD di Jawa Timur, Kabupaten Pacitan termasuk salah satu daerah penyebaran kasus DBD dengan IR <10/100.000 penduduk (Huda, 2004).


(21)

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan tahun 2007 kasus DBD di daerah tersebut dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 KLB DBD terjadi di semua Kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Pacitan, dan kasus terbanyak terjadi di Kecamatan Pacitan pada wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari. Dalam profil dinas kesehatan disebutkan jumlah kasus DBD dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 ditemukan 82 kasus, tahun 2006 ditemukan 156 kasus, pada tahun 2007 ditemukan 362 kasus dan pada tahun 2008 ditemukan 449 kasus. Pada tahun 2007 jumlah kematian akibat penyakit DBD ditemukan sebanyak 2 orang, attack rate 0,07%, CFR 0,55% dan pada tahun 2008 jumlah kematian ditemukan sebanyak 4 orang, attack rate 0,083% dan CFR 0,75%. Dari standar WHO, sebuah daerah dapat dikatakan baik penanganan kasus DBD bila nilai CFR-nya di bawah 1%. Jadi penanganan kasus DBD di Kabupaten Pacitan dapat dikatakan baik. Sesuai dengan indikator keberhasilan propinsi Jawa Timur untuk angka kesakitan DBD per-100.000 penduduk adalah 5 (Dinkes Jatim, 2006).

Berdasarkan data penyebaran kasus DBD per desa dari Dinas Kesehatan Pacitan selama 3 tahun terakhir jumlah kasus DBD di Puskesmas Tanjungsari terus mengalami peningkatan, mulai dari tahun 2006 ditemukan sebanyak 72 kasus, tahun 2007 sebanyak 132 kasus dan tahun 2008 ditemukan kasus DBD sebanyak 218 kasus. Wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari yang melayani 15 desa/kelurahan merupakan daerah dengan jumlah kasus DBD


(22)

3 tahun terakhir mengalami peningkatan jumlah kasus DBD nya yaitu Kelurahan Tanjungsari pada tahun 2005 ditemukan 1 kasus, tahun 2006 ditemukan 25 kasus, tahun 2007 ditemukan 22 kasus dan tahun 2008 ditemukan 14 kasus; Kelurahan Pacitan pada tahun 2005 ditemukan 1 kasus, tahun 2006 ditemukan 5 kasus, tahun 2007 ditemukan 19 kasus dan tahun 2008 ditemukan 45 kasus; dan Kelurahan Ploso tahun 2005 tidak ada kasus, tahun 2006 ditemukan 10 kasus, tahun 2007 ditemukan 32 kasus dan tahun 2008 ditemukan 37 kasus.

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa kelurahan dengan jumlah kasus DBD paling banyak tiap tahunnya adalah Kelurahan Ploso. Melihat jumlah kasus DBD 3 tahun terakhir di Kelurahan Ploso yang selalu meningkat, hal ini disebabkan karena lokasi rumah warga yang dekat pasar, lingkungan sekitar rumah yang dekat dengan kebun, masyarakat masih terlihat membuang sampah sembarangan, peran serta masyarakat dalam pelaksanaan PSN kurang (JUMANTIK tidak berjalan), kurangnya penyuluhan tentang DBD. Sehingga dapat digambarkan bahwa perilaku masyarakat Ploso khususnya kepala keluarga kurang memperhatikan kebersihan lingkungan dan belum melakukan pencegahan serta pemberantasan sarang nyamuk (PSN-DBD) dengan mengendalikan nyamuk vektor Aedes aegypti.

Dari beberapa faktor lingkungan yang ada di kelurahan Ploso peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai beberapa faktor lain yang berhubungan dengan kejadian DBD di kelurahan Ploso yang meliputi keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer, kebiasaan menggantung pakaian, ketersediaan


(23)

tutup pada kontainer, frekuensi pengurasan kontainer dan pengetahuan responden tentang DBD, sehingga dapat membantu dalam menurunkan jumlah kesakitan dan kematian akibat penyakit DBD serta membantu masyarakat untuk lebih memperhatikan faktor-faktor apa saja yang bisa menjadi penyebab penularan penyakit DBD.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan?

2. Adakah hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan?

3. Adakah hubungan antara ketersediaan tutup pada kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan?

4. Adakah hubungan antara frekuensi pengurasan kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan?

5. Adakah hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan?

C. Tujuan Penelitian


(24)

2. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

3. Untuk mengetahui hubungan antara ketersediaan tutup pada kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

4. Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi pengurasan kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

5. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan

Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah pada program kesehatan bidang penyakit menular, khususnya masalah pencegah penyakit DBD agar dapat dijadikan sebagai monitoring dan evaluasi program pemberantasan penyakit menular (P2M).

2. Bagi Masyarakat

Sebagai dasar pengetahuan dan pemikiran serta menjadi informasi dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD.

3. Bagi Peneliti lain

Menambah pengetahuan dan pengalaman khusus dalam melakukan penelitian ilmiah terhadap beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus DBD.


(25)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD yang meliputi keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer, kebiasaan menggantung pakaian, ketersediaan tutup pada kontainer, frekuensi pengurasan kontainer dan pengetahuan responden tentang DBD terhadap kejadian DBD.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit DBD atau DHF ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut (Kristina et al, 2004).

Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan dikulit berupa bintik perdarahan, lebam/ruam. Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau shock (Depkes RI, 1992).

B. Etiologi DBD

Penyakit Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthopod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviricae, dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap


(27)

serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Hadinegoro et al, 2001).

C. Vektor Penular Penyakit DBD

Vektor penyakit DBD adalah nyamuk jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus terutama bagi Negara Asia, Philippines dan Jepang, sedangkan nyamuk jenis Aedes polynesiensis, Aedes scutellaris dan Aedes pseudoscutellaris merupakan vektor di negara-negara kepulauan Pasifik dan New Guinea. Vektor DBD di Indonesia adalah nyamuk Aedes (Stegomya) aegypti dan albopictus (Djunaedi, 2006).

D. Ciri-ciri Nyamuk Aedes aegypti

Menurut Nadezul (2007), nyamuk Aedes aegypti telah lama diketahui sebagai vektor utama dalam penyebaran penyakit DBD, adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

1. Badan kecil berwarna hitam dengan bintik-bintik putih. 2. Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter.

3. Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan.

4. menghisap darah pada pagi hari sekitar pukul 09.00-10.00 dan sore hari pukul 16.00-17.00.


(28)

5. Nyamuk betina menghisap darah unuk pematangan sel telur, sedangkan nyamuk jantan memakan sari-sari tumbuhan.

6. Hidup di genangan air bersih bukan di got atau comberan.

7. Di dalam rumah dapat hidup di bak mandi, tempayan, vas bunga, dan tempat air minum burung.

8. Di luar rumah dapat hidup di tampungan air yang ada di dalam drum, dan ban bekas.

E. Tanda dan Gejala Penyakit DBD

Diagnosa penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnosa klinis dan laboratoris. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD yang dapat dilihat dari penderita kasus DBD dengan diagnosa klinis dan laboratoris : 1. Diagnosa Klinis

a. Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38 – 40 º C).

b. Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji Tourniquet positif , Petekie (bintik merah pada kulit), Purpura(pendarahan kecil di dalam kulit), Ekimosis, Perdarahan konjungtiva (pendarahan pada mata), Epistaksis (pendarahan hidung), Perdarahan gusi, Hematemesis (muntah darah), Melena (BAB darah) dan Hematuri (adanya darah dalam urin).

c. Perdarahan pada hidung dan jusi.

d. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.


(29)

f. Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.

g. Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya selera makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.

2. Diagnosa Laboratoris

a. Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan trombosit hingga 100.000 /mmHg.

b. Hemokonsentrasi, meningkatnya hematrokit sebanyak 20% atau lebih (Depkes RI, 2005).

F. Penularan Penyakit DBD

Penularan penyakit DBD memiliki tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus, yaitu manusia, virus dan vektor perantara (Hadinegoro et al, 2001). Lebih jelasnya Depkes RI, 2005 menjelaskan mekanisme penularan penyakit DBD dan tempat potensial penularannya. 1. Mekanisme Penularan DBD

Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri


(30)

kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah menghisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi penular sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelumnya menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersamaan air liur tersebut virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain

2. Tempat potensial bagi penularan DBD

Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Oleh karena itu tempat yang potensial untuk terjadi penularan DBD adalah:

a. Wilayah yang banyak kasus DBD (rawan/endemis).

b. Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue yang cukup besar seperti: sekolah, RS/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, tempat umum lainnya (hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat ibadah dan lain-lain).

c. Pemukiman baru di pinggir kota, penduduk pada lokasi ini umumnya barasal dari berbagai wilayah maka ada kemungkinan diantaranya


(31)

terdapat penderita yang membawa tipe virus dengue yang berbeda dari masing-masing lokasi.

G. Bionomik Vektor

Bionomik vektor meliputi kesenangan tempat perindukan nyamuk, kesenangan nyamuk menggigit dan kesenangan nyamuk istirahat.

1. Kesenangan tempat perindukan nyamuk

Tempat perindukan nyamuk biasanya berupa genangan air yang tertampung disuatu tempat atau bejana. Nyamuk Aedes tidak dapat berkembangbiak digenangan air yang langsung bersentuhan dengan tanah. Macam-macam tempat penampungan air:

a. Tempat penampungan air (TPA), untuk keperluan sehari-hari seperti: drum, bak mandi/WC, tempayan, ember dan lain-lain

b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat minuman burung, vas bunga, ban bekas, kaleng bekas, botol bekas dan lain-lain

c. Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu dan lain-lain (Depkes RI, 1992).

2. Kesenangan nyamuk menggigit

Nyamuk betina biasa mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan


(32)

dengan nyamuk yang lainnya, Aedes aegypti mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik untuk memenuhi lambungnya dengan darah.

3. Kesenangan nyamuk istirahat

Nyamuk Aedes hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya, biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Di tempat-tempat tersebut nyamuk menunggu proses pematangan telur. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur tersebut dapat bertahan sampai berbulan-bulan bila berada di tempat kering dengan suhu -2ºC sampai 42ºC, dan bila di tempat tersebut tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat (Depkes RI, 2005).

H. Epidemiologi Penyakit DBD

Timbulnya suatu penyakit dapat diterangkan melalui konsep segitiga epidemiologik, yaitu adanya agen (agent), host dan lingkungan (environment). 1. Agent (virus dengue)

Agen penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari Genus Flavivirus (Arbovirus Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae.


(33)

Dikenal ada empat serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4.

Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tersebut penderita merupakan sumber penular penyakit DBD.

2. Host

Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor yang mempengaruhi manusia adalah:

a. Umur

Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir. Saat pertama kali terjadi epdemi dengue di Gorontalo kebanyakan anak-anak berumur 1-5 tahun. Di Indonesia, Filipina dan Malaysia pada awal tahun terjadi epidemi DBD penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tersebut menyerang terutama pada anak-anak berumur antara 5-9 tahun, dan selama tahun 1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD menyerang anak-anak di bawah 15 tahun.

b. Jenis kelamin

Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philippines dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di


(34)

DBD antara laki-laki dan perempuan, meskipun ditemukan angka kematian yang lebih tinggi pada anak perempuan namun perbedaan angka tersebut tidak signifikan. Singapura menyatakan bahwa insiden DBD pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan.

c. Nutrisi

Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi dan karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi virus dengue yang berat.

d. Populasi

Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut.

e. Mobilitas penduduk

Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari Queensland ke New South Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer dan angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalul penyebaran virus dengue (Sutaryo, 2005).


(35)

3. Lingkungan (environment)

Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah:

a. Letak geografis

Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30º Lintang Utara dan 40º Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya (Djunaedi, 2006).

Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain (Hadinegoro dan Satari, 2002).

b. Musim


(36)

dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan.

Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi.

I. Cara-cara Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD

Strategi pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu:

1. Cara pemutusan rantai penularan

Ada lima kemungkinan cara memutuskan rantai penularan DBD:

a. Melenyapkan virus dengue dengan cara mengobati penderita. Tetapi sampai saat ini belum ditemukan obat anti virus tersebut

b. Isolasi penderita agar tidak digigit vektor sehingga tidak menularkan kepada orang lain

c. Mencagah gigitan nyamuk sehingga orang sehat tidak ditulari d. Memberikan imunisasi dengan vaksinasi


(37)

2. Cara pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti

Pemberantasan terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dilakukan dengan cara (Depkes RI, 2005).

a. Fisik

Cara ini dikenal dengan kegiatan ”3M”, yaitu: Menguras (dan menyikat) bak mandi, bak WC, dan lain-lain; Menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, dan lain-lain); dan Mengubur barang-barang bekas (seperti kaleng, ban, dan lain-lain). Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembangbiak di tempat itu. Pada saat ini telah dikenal pula istilah

”3M” plus, yaitu kegiatan 3M yang diperluas. Bila PSN DBD

dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi. Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan, karena keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat. b. Kimia

Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida) ini antara lain dikenal dengan istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan antara lain adalah


(38)

granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (±1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan.

c. Biologi

Pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti secara biologi dapat dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang atau tempalo, dan lain-lain). Dapat juga digunakan Bacillus thuringiensis var israeliensis (Bti).

3. Cara pencegahan

a. Memberikan penyuluhan serta informasi kepada masyarakat untuk membersihkan tempat perindukan nyamuk dan melindungi diri dari gigitan nyamuk dengan memasang kawat kasa, perlindungan diri dengan pakaian dan menggunakan obat gosok anti nyamuk.

b. Melakukan survei untuk mengetahui tingkat kepadatan vektor nyamuk, mengetahui tempat perindukan dan habitat larva dan membuat rencana pemberantasan sarang nyamuk serta pelaksanaannya.

4. Penanggulangan wabah

a. Menemukan dan memusnahkan spesies Aedes aegypti di lingkungan pemukiman, membersihkan tempat perindukan nyamuk atau taburkan larvasida di semua tempat yang potensial sebagai tempat perindukan larva Aedes Aegypti.

b. Gunakan obat gosok anti nyamuk bagi orang-orang yang terpajan dengan nyamuk (Kandun, 2000).


(39)

J. Faktor Penularan Penyakit DBD

Ada dua faktor yang menyebabkan penyebaran penularan penyakit DBD adalah :

1. Faktor Internal

Faktor internal meliputi ketahanan tubuh atau stamina seseorang. Jika kondisi badan tetap bugar kemungkinannya kecil untuk terkena penyakit DBD. Hal tersebut dikarenakan tubuh memiliki daya tahan cukup kuat dari infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, parasit, atau virus seperti penyakit DBD. Oleh karena itu sangat penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada musim hujan dan pancaroba. Pada musim itu terjadi perubahan cuaca yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan virus dengue penyebab DBD. Hal ini menjadi kesempatan jentik nyamuk berkembangbiak menjadi lebih banyak.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar tubuh manusia. Faktor ini tidak mudah dikontrol karena berhubungan dengan pengetahuan, lingkungan dan perilaku manusia baik di tempat tinggal, lingkungan sekolah, atau tempat bekerja.

Faktor yang memudahkan seseorang menderita DBD dapat dilihat dari kondisi berbagai tempat berkembangbiaknya nyamuk seperti di tempat penampungan air, karena kondisi ini memberikan kesempatan pada


(40)

penampungan air masyarakat indonesia umumnya lembab, kurang sinar matahai dan sanitasi atau kebersihannya (Satari dan Meiliasari, 2004).

Menurut Suroso dan Umar (Tanpa tahun), nyamuk lebih menyukai benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti gorden, kelambu dan baju/pakaian. Maka dari itu pakaian yang tergantung di balik pintu sebaiknya dilipat dan disimpan dalam almari, karena nyamuk Aedes aegypti senang hinggap dan beristirahat di tempat-tempat gelap dan kain yang tergantung untuk berkembangbiak, sehingga nyamuk berpotensi untuk bisa mengigit manusia (Yatim 2007).

Menurut Hadinegoro et al (2001), semakin mudah nyamuk Aedes menularkan virusnya dari satu orang ke orang lainnya karena pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat meningkatkan kesempatan penyakit DBD menyebar, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis, peningkatan sarana transportasi.

Menurut penelitian Fathi, et al (2005) ada peranan faktor lingkungan dan perilaku terhadap penularan DBD, antara lain:

1. Keberadaan jentik pada kontainer

Keberadaan jentik pada container dapat dilihat dari letak, macam, bahan, warna, bentuk volume dan penutup kontainer serta asal air yang tersimpan dalam kontainer sangat mempengaruhi nyamuk Aedes betina untuk menentukan pilihan tempat bertelurnya. Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes, karena


(41)

semakin banyak kontainer akan semakin banyak tempat perindukan dan akan semakin padat populasi nyamuk Aedes. Semakin padat populasi nyamuk Aedes, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD dengan waktu penyebaran lebih cepat sehingga jumlah kasus penyakit DBD cepat meningkat yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya KLB. Dengan demikian program pemerintah berupa penyuluhan kesehatan masyarakat dalam penanggulangan penyakit DBD antara lain dengan cara menguras, menutup, dan mengubur (3M) sangat tepat dan perlu dukungan luas dari masyarakat dalam pelaksanaannya.

2. Kepadatan vektor

Kepadatan vektor nyamuk Aedes yang diukur dengan menggunakan parameter ABJ yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kota. Hal ini nampak peran kepadatan vektor nyamuk Aedes terhadap daerah yang terjadi kasus KLB. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya yang menyatakan bahwa semakin tinggi angka kepadatan vektor akan meningkatkan risiko penularan.

3. Tingkat pengetahuan DBD

Pengetahuan merupakan hasil proses keinginan untuk mengerti, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terutama indera pendengaran dan pengelihatan terhadap obyek tertentu yang menarik perhatian terhadap suatu objek.


(42)

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung, sedangkan tindakan nyata seseorang yang belum terwujud (overt behavior). Pengetahuan itu sendiri di pengaruhi oleh tingkat pendidikan, dimana pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran dari pendidikan.

K. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian DBD

Hasil penelitian Duma et al (2007) tentang analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD di Kecamatan Baruga Kota Kendari menyatakan bahwa faktor pengetahuan, kebiasaan menggantung pakaian, kondisi TPA, kebersihan lingkungan berhubungan dengan kejadian DBD. Faktor TPA yang merupakan faktor paling berpengaruh dengan kejadian DBD.

Menurut hasil penelitian Sumekar (2007) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Studi Kelurahan RajaBasa menyatakan bahwa Jentik nyamuk Aedes di kelurahan Rajabasa ada hubungannya dengan kejadian DBD, dan terdapat hubungan antara pelaksanaan PSN dan keberadaan jentik di TPA.


(43)

Menurut hasil penelitian Widyana (1998), faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian DBD adalah:

1. Kebiasaan menggantung pakaian

Kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah merupakan indikasi menjadi kesenangan beristirahat nyamuk Aedes aegypti. Kegiatan PSN dan 3M ditambahkan dengan cara menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar merupakan kegiatan yang mesti dilakukan untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan penyakit DBD dapat dicegah dan dikurangi.

2. Siklus pengurasan TPA > 1 minggu sekali.

Salah satu kegiatan yang dianjurkan daelam pelaksanaan PSN adalah pengurasan TPA sekurang-kurangnya dalam frekuensi 1 minggu sekali 3. TPA yang berjentik, halaman yang tidak bersih dan anak dengan golongan

umur 5-9 tahun.

Hasil penelitian Nugroho (1999) faktor–faktor yang mempengaruhi penyebaran virus dengue antara lain:

1. Kepadatan nyamuk

Kepadatan nyamuk merupakan faktor risiko terjadinya penularan DBD. Semakin tinggi kepadatan nyamuk Aedes aegypti, semakin tinggi pula risiko masyarakat untuk tertular penyakit DBD. Hal ini berarti apabila di suatu daerah yang kepadatan Aedes aegypti tinggi terdapat seorang penderita DBD, maka masyarakat sekitar penderita tersebut berisiko untuk


(44)

berupa bak mandi, tempayan, vas bunga, kaleng bekas yang digunakan sebagai tempat perindukan nyamuk. Agar kontainer tidak menjadi tempat perindukan nyamuk maka harus di kuras satu minggu satu kali secara teratur dan mengubur barang bekas.

2. Kepadatan rumah

Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang jarak terbangnya pendek (100 meter). Oleh karena itu nyamuk tersebut bersifat domestik. Apabila rumah penduduk saling berdekatan maka nyamuk dapat dengan mudah berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya. Apabila penghuni salah satu rumah ada yang terkena DBD, maka virus tersebut dapat ditularkan kepada tetangganya.

3. Kepadatan hunian rumah

Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang sangat aktif mencari makan, nyamuk tersebut dapat menggigit banyak orang dalam waktu yang pendek. Oleh karena itu bila dalam satu rumah ada penghuni yang menderita DBD maka penghuni lain mempunyai risiko untuk tertular penyakit DBD.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan di Makasar tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian DBD, peneliti menyimpulkan bahwa kejadian DBD dipengaruhi oleh (1) Faktor keadaan lingkungan yang meliputi kondisi fasilitas TPA, kemudahan memperoleh air bersih, pengetahuan masyarakat, kualitas pemukiman dan pendapat keluarga. (2) Faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian DBD adalah adanya


(45)

kondisi fasilitas TPA yang baik yang disebabkan karena pengurasannya yang lebih dari satu minggu sekali, tidak ditutup rapat dan terdapatnya jentik pada fasilitas TPA (Arsin dan Wahiduddin, 2004).


(46)

L. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori Faktor internal :

1. Ketahanan tubuh 2. Stamina

Manusia terinfeksi Penyakit DBD

Virus

Dengue

Nyamuk Aedes aegypti

Lingkungan Sumber

penular DBD

Faktor eksternal :

1. Kondisi tempat penampungan air

2. Kebiasaan menggantung pakaian 3. Frekuensi pengurasan kontainer 4. Keberadaan jentik pada

kontainer

5. Ketersediaan tutup kontainer

6. Kemudahan memperoleh air bersih

7. Pengetahuan DBD masyarakat

8. Kualitas pemukiman 9. Pendapatan keluarga 10. Pertumbuhan penduduk 11. Urbanisasi

12. Transportasi 13. Kepadatan vektor


(47)

M. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2. Kerangka Konsep N. Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

2. Ada hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

3. Ada hubungan antara ketersediaan tutup pada kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

4. Ada hubungan antara frekuensi pengurasan kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.

5. Ada hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengan Pengetahuan responden tentang DBD

Frekuensi pengurasan kontainer Ketersediaan tutup pada kontainer Kebiasaan menggantung pakaian

Kejadian DBD Keberadaan jentik Aedes aegypti pada


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional dengan menggunakan metode survei dan wawancara dengan pendekatan cross sectional study, yaitu rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit pada individu-individu dari populasi tunggal pada satu saat atau periode (Murti, 1997).

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Ibu rumah tangga yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Ibu rumah tangga yang bertempat tinggal dan tercatat sebagai penduduk di wilayah Kelurahan Ploso.

2. Dapat berkomunikasi dengan baik. 3. Bersedia menjadi responden.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian di wilayah Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan. 2. Waktu penelitian pada bulan Agustus 2009.


(49)

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang sesuai dengan kriteria inklusi dengan jumlah sebanyak 441 orang.

2. Sampel

Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi (Santoso, 2005). Menurut Kothari dalam Murti (2006), rumus ukuran sampel untuk menaksir proporsi sebuah populasi sebagai berikut:

n = q p Z N d q p Z N . . ) 1 ( . . . 2 2 / 1 2 2 2 / 1       Dimana:

n = Ukuran sampel

N = Besar sampel populasi sasaran

p = Perkiraan proporsi (prevalensi) variabel dependen pada populasi q = 1- p

Z1a = Statistik Z (misalnya Z = 1,96 untuk α = 0,05)

d = Delta, presisi absolut atau margin of error yang diinginkan di kedua sisi proporsi (misalnya 10%)

Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel pada penelitian ini adalah :


(50)

n = 33 , 0 . 67 , 0 . ) 96 , 1 ( ) 1 441 .( ) 1 , 0 ( 33 . 0 . 67 , 0 . ) 96 , 1 .( 441 2 2 2   = 24937776 , 5 575592 , 374

= 71,3561891

Jadi sampel yang diambil adalah sebanyak 75 ibu rumah tangga di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan. Kelurahan Ploso terdiri dari 3 RW dan 13 RT dan setiap RT jumlah kepala keluarganya berbeda-beda.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Simple Random Sampling, yaitu metode pengambilan sampel secara acak sederhana dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama besar untuk terpilih sebagai sampel (Sugiarto, et al. 2001).

Langkah-langkah pengambilan sampel yaitu dengan membuat undian sejumlah ibu rumah tangga yang ada di Kelurahan Ploso sebanyak 441, kemudian dari jumlah tersebut di kocok dan diambil 75 ibu rumah tangga yang kemudian dijadikan sampel pada saat penelitian.


(51)

E. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

1. Variabel bebas: keberadaan jentik pada kontainer, kebiasaan menggantung pakaian, ketersediaan tutup pada kontainer, frekuensi pengurasan kontainer dan pengetahuan responden tentang DBD.

2. Variabel terikat: kejadian DBD.

F. Definisi Operasional Variabel 1. Keberadaan jentik pada kontainer

Deskripsi: Ada atau tidaknya jentik dalam tempat penampungan air di setiap rumah yang diperiksa.

Cara pengukuran: Lembar observasi berdasarkan keberadaan jentik pada kontainer.

Skala: Nominal

Kategori: 1. Tidak ada jentik 2. Ada jentik

2. Kebiasaan menggantung pakaian

Deskripsi: Praktek sehari-hari responden dalam menggantung pakaian di dalam rumah (bukan di dalam almari).

Cara pengukuran: Pemeriksaan tempat responden menggantung pakaian di dalam rumah (bukan di almari).


(52)

Kategori: 1. Tidak biasa menggantung 2. Biasa menggantung

3. Ketersediaan tutup pada kontainer

Deskripsi: terdapat tutup atau tidaknya tutup pada kontainer. Cara pengukuran: Pemeriksaan ada atau tidak tutup kontainer. Skala: Nominal

Kategori: 1. Tidak ada tutup 2. Ada tutup

4. Frekuensi pengurasan kontainer

Deskripsi: Angka yang menunjukkan berapa kali responden membersihkan /menguras kontainer dalam ukuran waktu 1 minggu.

Cara pengukuran:Wawancara Skala: Nominal

Kategori: 1. < 1 kali dalam 1 minggu 2. > 1kali dalam 1 minggu

5. Pengetahun responden tentang DBD

Deskripsi: Pemahaman responden tentang demam berdarah yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, cara penularan, pemberantasan, vektor penular dan kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).

Cara pengukuran: Wawancara Skala: Nominal


(53)

Kategori: 1. Kurang (jika nilai rata-rata < 50%) 2. Baik (jika nilai rata-rata > 50%)

6. Kejadian DBD

Deskripsi: Keadaan dimana responden pernah terkena penyakit DBD yang ada di Kelurahan Ploso.

Cara pengukuran: Wawancara Skala: Nominal

Kategori: 1. Tidak pernah sakit 2. Pernah sakit

G. Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Jenis data yang akan dikumpulkan dan dianalisis berupa data kualitatif yaitu skor dari variabel yang diteliti, meliputi keberadaan jentik pada kontainer, kebiasaan menggantung pakaian, ketersediaan tutup pada kontainer, frekuensi pengurasan kontainer dan tingkat pengetahuan responden tentang DBD terhadap kejadian DBD.

2. Sumber Data a. Data Primer

Data primer diperoleh dari survei ke lokasi di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan dan wawancara langsung kepada responden dengan


(54)

menggunakan pedoman wawancara semi terstruktur dan disesuaikan dengan tujuan penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Tanjungsari maupun data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, serta data penduduk atau monografi yang diperoleh dari Kelurahan Ploso.

3. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengamatan secara langsung pada kontainer serta observasi untuk mengetahui faktor lingkungan di rumah responden.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Kuesioner berupa sejumlah pertanyaan yang telah disediakan oleh peneliti, melalui wawancara langsung dan pengisian kuesioner pengamatan langsung terhadap faktor lingkungan. Kuesioner diuji dengan uji validitas dan reliabilitas.

1) Uji validitas

Sifat valid memberikan pengertian bahwa alat ukur yang digunakan mampu memberikan nilai yang sesungguhnya dari nilai yang diinginkan. Instrumen uji validitas menggunakan uji korelasi product moment person (Muhidin dan Abdurahman, 2007).


(55)

Rumus korelasiproduct moment person

rxy =

2 2



2 2

) ( ) ( ) ( ) ( Y Y N X X N Y X XY N            Dimana :

rxy : korelasi antara variabel x dan y

X dan Y : Skor masing-masing skala N : Banyaknya subjek

Tabel 1. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y

Besar rxy Keterangan

0,00 - < 0,20 Hubungan sangat lemah (diabaikan, dianggap tidak ada)

> 0,20 - < 0,40 Hubungan rendah > 0,40 - < 0,70 Hubungan sedang > 0,70 - < 0,90 Hubungan kuat > 0,90 - < 1,00 Hubungan sangat kuat

Hasil uji kuesioner dilaksanakan di luar sampel penelitian, selanjutnya uji validitasnya menggunakan uji korelasi product moment. Suatu item dinyatakan valid jika nilai korelasi product moment yang dihasilkan lebih besar dari nilai r tabel 0.444 dengan jumlah sampel N=25 dan signifikasinya 5%. Hasil uji validitas


(56)

2) Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya dengan menunjukkan hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alfa Cronbach.

Rumus Alfa Cronbach :

r11 = 

            2 2 1 1 t i k k  Keterangan :

r11 : reliabilitas instrumen

k : banyaknya bulir soal

2 i

 : jumlah varians bulir

2 t

 : Varians total

Standar reliabilitas adalah jika nilai hitung r lebih besar (>) dari nilai tabel r (0,444), maka instrumen dinyatakan reliabel (Muhidin dan Abdurahman, 2007).

Hasil uji reliabilitas kuesioner menunjukkan r11= 0.484

sehingga di nyatakan reliabel dan memiliki hubungan yang sangat kuat.

b. Senter untuk memeriksa jentik pada kontainer dan formulir pemerikasaan jentik.


(57)

H. Jalannya Penelitian

1. Peneliti melakukan studi pendahuluan ke Puskesmas Tanjungsari Pacitan dan DKK Kabupaten Pacitan mencari tahu desa dengan jumlah kasus DBD tertinggi selama 3 tahun terakhir dari data kasus DBD.

2. Peneliti datang ke desa dengan jumlah kasus DBD-nya tinggi yaitu Desa Ploso, lalu mencari data monografi dan data jumlah Ibu rumah tangga dan KK masing-masing RT di Desa Ploso. Peneliti meminta ijin ke kelurahan untuk melakukan penelitian kepada ibu rumah tangga yang ada di kelurahan ploso dengan jumlah sampel 75 responden.

3. Penelitian dilakukan dengan wawancara kepada responden dan observasi. Setelah selesai dilakukan penelitian, peneliti merekap hasil kuesioner dan observasi untuk dilakukan analisis data.

I. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan kemudian diolah menggunakan program SPSS versi 14.0. Tahap-tahap pengelolahan data adalah sebagai berikut:

a. Editing, yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk diteliti kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner.

b. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan data.


(58)

d. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti agar mudah dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisis (Budiarto, 2001).

J. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing variabel, baik variabel bebas, variabel terikat dan karakteristik responden.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada tingkat signifikan (nilai p), yaitu:

1) Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak. 2) Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan geografi

Desa Ploso terletak di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Batas Desa Ploso adalah sebelah utara berbatasan dengan Desa Baleharjo, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, sebelah timur berbatasan dengan Desa Sirnoboyo, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Sidoharjo. Desa Ploso memiliki 8 dusun yaitu Dusun Blumbang, Dusun Temon, Dusun Kebon, Dusun Krajan lor, Dusun Krajan Kidul, Dusun Peden, Dusun Ngampel, dan Dusun Barean.

Desa Ploso memiliki luas wilayah penggunaan yaitu pemukiman 79,75ha/m2, luas persawahan 103,02 ha/m2, luas perkebunan 81 ha/m2,

luas kuburan 0,5 ha/m2, luas pekarangan, 60,100 ha/m2 , luas perkantoran 0,5 ha/m2 , dan luas prasarana umum 0,13 ha/m2.

2. Keadaan demografi

a. Jumlah penduduk

Desa Ploso terdiri dari 1.758 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 6.415 jiwa, dengan perincian jumlah penduduk laki-laki


(60)

sebanyak 3.128 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 3287 jiwa.

b. Tingkat pendidikan

Distribusi tingkat pendidikan penduduk Desa Ploso sebagian besar telah mengenyam pendidikan dasar 9 tahun, yaitu pada pendidikan SLTA sebanyak 2866 orang (51%) dan SLTP sebanyak 740 orang (13%). Data mengenai tingkat pendidikan penduduk Desa Ploso selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Ploso Tahun 2008

No. Pendidikan Jumlah

(orang) %

1. Tamat SD/Sederajat 562 10

2. Tamat SLTP/Sederajat 740 13

3. Tamat SLTA/Sederajat 2866 51

4. Tamat Perguruan Tinggi/Akademi 1505 27

Jumlah 5673 100

Sumber : data demografi Kelurahan Ploso (2008)

c. Mata pencaharian

Distribusi penduduk Desa Ploso menurut pekerjaan nampak bahwa sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 3475 orang (69,61%). Data mengenai mata pencaharian penduduk di Desa Ploso selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.


(61)

Tabel 3. Mata Pencaharian Penduduk Desa Ploso Tahun 2008

No. Mata Pencaharian Jumlah

(orang) %

1. Petani 3475 69,61

2. Buruh tani 200 4,01

3. Pegawai Negeri 573 11,48

4. TNI/ Polri 22 1,10

5. Pensiunan 120 2,40

6. Pedagang 136 2,72

7. Pengusaha / Industri 24 1,60

8. Buruh Industri 135 2,70

9. Pengangkutan / Transportasi 62 123,00

10 Lain-lain 156 3,13

Jumlah 4903 100

Sumber : data demografi Kelurahan Ploso (2008)

B. Hasil Analisis Univariat

Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD di Desa Ploso Kecamatan Pacitan tahun 2009. Data tentang variabel yang diteliti diambil dengan melakukan wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner dan melakukan observasi disetiap tempat penampungan air yang ada di setiap rumah responden. Sampel sebanyak 75 ibu rumah tangga di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan. Kelurahan Ploso terdiri dari 3 RW dan 13 RT dan setiap RT jumlah kepala keluarganya berbeda-beda.

Sebelum dilakukan pembahasan pada setiap variabel penelitian, terlebih dahulu didiskripsikan karakteristik personal responden yang meliputi umur dan tingkat pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data


(62)

1. Karakteristik Responden

a. Umur responden

Responden rata-rata berumur 36 tahun dengan usia termuda adalah 22 tahun dan usia tertua umur 62 tahun.

b. Tingkat pendidikan responden

Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SLTA sebanyak 30 orang (40%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik Responden Menurut Umur dan Tingkat Pendidikan

Karakteristik Frekuensi Persen (%)

a. Umur 20-30 tahun 31-40 tahun >40 tahun Jumlah 18 29 28 75 24.00 38.67 37.33 100 b. Tingkat Pendidikan

SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi Jumlah 9 26 30 10 75 12.00 34.67 40.00 13.33 100

2. Keberadaan Jentik Aedes aegypti Pada Kontainer

Hasil penelitian mengenai pemeriksaan jentik Aedes aegypti pada kontainer diperoleh dari penghitungan jumlah kontainer seperti di bak


(63)

dengan kontainer indek diperoleh hasil bahwa rumah responden yang terdapat jentik sebesar 48 responden (64%), sementara yang tidak ada jentik sebanyak 27 responden (36%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada Tabel 5.

3. Kebiasaan Menggantung Pakaian

Hasil penelitian mengenai kebiasaan menggantung pakaian diperoleh dari Pemeriksaan tempat responden menggantung pakaian di dalam rumah (bukan di almari), kemudian diperoleh hasil bahwa responden melakukan kebiasaan menggantung pakaian sebanyak 52 responden (69,3%) dan yang tidak biasa sebanyak 23 responden (30,7%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada Tabel 5.

4. Ketersediaan Tutup Pada Kontainer

Hasil penelitian mengenai ketersediaan tutup pada kontainer diperoleh dari pemeriksaan ada atau tidak tutup kontainer, kemudian diperoleh hasil bahwa rumah responden yang tidak ada tutup pada kontainer sebanyak 41 responden (54,7%) dan yang ada tutup kontainer sebanyak 34 responden (45,3%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada Tabel 5.

5. Frekuensi Pengurasan Kontainer

Hasil penelitian mengenai frekuensi pengurasan kontainer diperoleh dari hasil wawancara kepada responden, kemudian diperoleh


(64)

dalam waktu lebih dari 1 minggu hanya 1 kali menguras sebanyak 47 responden (62,7%), sementara responden yang melakukan pengurasan 1-2 kali seminggu sebanyak 28 responden (37,3%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada Tabel 5.

6. Pengetahuan Responden Tentang DBD

Hasil penelitian mengenai pengetahuan responden tentang DBD diperoleh dari hasil wawancara kepada responden, kemudian diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan responden dalam kategori baik sebanyak 35 responden (46,7%) sedangkan tingkat pengetahuan responden kategori kurang sebanyak 40 responden (53,3%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada Tabel 5.

7. Kejadian DBD

Hasil penelitian mengenai kejadian DBD diperoleh dari hasil wawancara kepada responden, kemudian dari hasil wawancara diketahui bahwa kejadian DBD yang menyerang masyarakat Desa Ploso dimana yang tidak pernah sakit DBD sebanyak 21 responden (28%) dan yang pernah sakit 54 responden (72%). Hasil selengkapnya ditampilkan pada Tabel 5.


(65)

Tabel 5. Distribusi Hasil Perhitungan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan tahun 2009

No Faktor-faktor Frekuensi Persen (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer

a. Tidak ada jentik b. Ada jentik

Jumlah

Kebiasaan menggantung pakaian a. Tidak biasa menggantung b. Biasa menggantung

Jumlah

Ketersediaan tutup pada kontainer

a. Tidak ada tutup b. Ada tutup

Jumlah

Frekuensi pengurasan kontainer a. < 1 kali dalam 1 minggu b. > 1kali dalam 1 minggu

Jumlah

Pengetahuan responden tentang DBD

a. Kurang (< 50%) b. Baik (> 50%)

Jumlah

Kejadian DBD

a. Tidak pernah sakit DBD b. Pernah sakit DBD

Jumlah 27 48 75 23 52 75 41 34 75 47 28 75 40 35 75 21 54 75 36 64 100 30,7 69,3 100 54,7 45,3 100 62,7 37,3 100 53,3 46,7 100 28 72 100


(66)

C. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji Chi Square. Pengujian data penelitian menggunakan bantuan program SPSS versi 14.00 for Windows diperoleh hasil analisis sebagai berikut:

1. Hubungan Antara Keberadaan Jentik Aedes aegypti Pada Kontainer dengan Kejadian DBD

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso disajikan pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Hubungan Antara Keberadaan Jentik Aedes aegypti Pada Kontainer Dengan Kejadian DBD

Keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer

Total Tidak ada

jentik

Ada jentik

Frek % Frek % Frek %

Kejadian DBD

Tidak pernah

sakit

19 25,3 2 2,7 21 28

Pernah sakit

8 10,7 46 61,3 54 72

Jumlah 27 36 48 64 75 100


(67)

Berdasarkan Tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa kejadian DBD pada responden yang pernah sakit DBD ada 54 responden, dimana 46 responden (61,3%) dengan rumah ada jentik dan 8 responden (10,7%) dengan rumah tidak ada jentik. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa p = 0,001 (p <0,05) Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara keberdaan jentik Aedes aegypti pada kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.

2. Hubungan Antara Kebiasaan Menggatung Pakaian dengan Kejadian DBD

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara kebiasaan menggatung pakaian dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso disajikan pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Hubungan Antara Kebiasaan Menggantung Pakaian Dengan Kejadian DBD

kebiasaan menggantung pakaian

Total Tidak biasa

Menggantung

Biasa menggantung

Frek % Frek % Frek %

Kejadian DBD

Tidak pernah

sakit

13 17,3 8 10,7 21 28

Pernah sakit

10 13,3 44 58,7 54 72 Jumlah 23 30,7 52 69,3 75 100


(68)

responden (13,3%) tidak biasa menggatung pakaian. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa p = 0,001 (p <0,05) Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara kebiasaan menggatung pakaian dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.

3. Hubungan Antara Ketersediaan Tutup Pada Kontainer dengan Kejadian DBD

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara ketersediaan tutup pada kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso disajikan pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Hubungan Antara Ketersediaan Tutup Pada Kontainer Dengan Kejadian DBD

Ketersediaan tutup pada kontainer

Total Tidak ada

tutup

Ada tutup

Frek % Frek % Frek %

Kejadian DBD

Tidak pernah sakit

5 6,7 16 21,3 21 28

Pernah sakit

36 48,0 18 24,0 54 72 Jumlah 41 54,7 34 45,3 75 100

Berdasarkan Tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa kejadian DBD pada responden yang pernah sakit DBD ada 54 responden, dimana 36 responden (48,0%) tidak terdapat tutup pada kontainernya dan 18 responden (24,0%) terdapat tutup pada kontainernya. Hasil uji statistik Chi


(69)

Square menunjukkan bahwa p = 0,001 (p <0,05) Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara ketersediaan tutup pada kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.

4. Hubungan Antara Frekuensi Pengurasan Kontainer dengan Kejadian DBD

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara frekuensi pengurasan kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso disajikan pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Hubungan Antara Frekuensi Pengurasan Kontainer Dengan Kejadian DBD

Frekuensi pengurasan kontainer

Total < 1 kali dalam

1 minggu

> 1kali dalam 1 minggu

Frek % Frek % Frek %

Kejadian DBD

Tidak pernah

sakit

9 12,0 12 16,0 21 28

Pernah sakit

38 50,7 16 21,3 54 72 Jumlah 47 62,7 28 37,3 75 100

Berdasarkan Tabel 9 diatas dapat diketahui bahwa kejadian DBD pada responden yang pernah sakit DBD ada 54 responden, dimana 38 responden (50,7%) menguras kontainer < 1 kali dalam 1 minggu dan 16 responden (21,3%) menguras kontainer > 1kali dalam 1 minggu. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa p = 0,027 (p <0,05) Ho ditolak,


(70)

artinya terdapat hubungan antara frekuensi pengurasan kontainer dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.

5. Hubungan Antara Pengetahuan Responden tentang DBD dengan Kejadian DBD

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso disajikan pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Hubungan Antara Pengetahuan Responden tentang DBD Dengan Kejadian DBD

Pengetahuan responden tentang

DBD Total

Kurang Baik

Frek % Frek % Frek %

Kejadian DBD

Tidak pernah

sakit

7 9,3 14 18,7 21 28

Pernah sakit

33 44,0 21 28,0 54 72 Jumlah 40 53,3 35 46,7 75 100

Berdasarkan Tabel 10 diatas dapat diketahui bahwa kejadian DBD pada responden yang pernah sakit DBD ada 54 responden, dimana 33 responden (44,0%) pengetahuannya tentang DBD kurang dan 21 responden (21,8%) pengetahuannya tentang DBD baik. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa p = 0,030 (p <0,05) Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengan


(71)

D. Ringkasan hasil uji bivariat faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009

Hasil uji bivariat menggunakan chi square pada masing–masing variabel yaitu variabel keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer, kebiasaan menggantung pakaian, ketersediaan tutup pada kontainer, frekuensi pengurasan kontainer, pengetahuan responden tentang DBD ditampilkan pada Tabel 11.

Tabel 11. Ringkasan Hasil Uji Chi Square antara faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009

Hubungan 2 p-value Keputusan

Kejadian DBD dan Keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer

37,568 0,001 Ho ditolak

Kejadian DBD dan kebiasaan menggantung pakaian

13,386 0,001 Ho ditolak

Kejadian DBD dan ketersediaan tutup pada kontainer

11,206 0,001 Ho ditolak

Kejadian DBD frekuensi pengurasan kontainer

4,892 0,027 Ho ditolak

Kejadian DBD pengetahuan responden tentang DBD


(72)

BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa 75 responden penelitian diketahui umur responden terbanyak antara 31-40 tahun sebanyak 29 responden (38.67%).

Hasil wawancara dari 75 responden di 13 RT Desa Ploso diketahui bahwa tingkat pendidikan responden terbanyak adalah SLTA yaitu sebesar 30 responden (40%). Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan responden di Desa Ploso tergolong tinggi. Seorang yang berpendidikan ketika menemui suatu masalah akan berusaha dipikirkan sebaik mungkin dalam menyelesaikan masalah tersebut. Orang yang berpendidikan cenderung akan mampu berpikir tenang terhadap suatu masalah. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik (Widyastuti, 2005).

B. Hubungan Antara Keberadaan Jentik Aedes aegypti Pada Kontainer dengan Kejadian DBD

Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer menunjukkan bahwa nilai p = 0,001. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga


(73)

faktor keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer mempunyai hubungan terhadap kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009. Dari hasil tersebut dimungkinkan bahwa responden belum secara maksimal memutus rantai perkembangbiakan nyamuk dengan cara membasmi jentik-jentik nyamuk dengan melakukan 3 M plus sehingga tidak sampai menjadi nyamuk dewasa. Kegiatan 3 M plus harus sering dilakukan oleh masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing.

Keberadaan jentik nyamuk yang hidup sangat memungkinkan terjadinya demam berdarah dengue. Jentik nyamuk yang hidup di berbagai tempat seperti bak air, atau hinggap di lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu (Depkes RI, 1992). Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia (Sutaryo, 2005). Oleh kerena itu apabila keberadaan jentik nyamuk dibiarkan maka yang terjadi adalah kejadian demam berdarah dengue yang akan terus meningkat. Hasil pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa dari 75 rumah responden yang diperiksa ada jentik dengan responden pernah sakit DBD sebanyak 46 rumah responden 61.3%. Hal ini dikarenakan masih banyak ditemukan jentik Aedes setiap kontainer yang diperiksa di rumah responden saat dilakukan observasi. Sehingga hal tersebut dapat menggambarkan bahwa kejadian demam berdarah dengue di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009 disebabkan oleh keberadaan jentik Aedes aegypti yang ada pada kontainer.


(74)

Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian Sumekar (2007). Dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes di Kelurahan Raja Basa. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa jentik Aedes di Kelurahan Raja Basa ada hubungan dengan kejadian DBD.

C. Hubungan Antara Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan Kejadian DBD

Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan kebiasaan menggantung pakaian di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009 menunjukkan dimana nilai p = 0,001. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga faktor kebiasaan menggantung pakaian mempunyai hubungan terhadap kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009. Dari hasil tersebut berarti bahwa responden yang masih memiliki kebiasaan menggantung pakaian memiliki peluang untuk bisa terkena penyakit DBD dari pada responden yang tidak memiliki kebiasaan menggantung pakaian. Seharusnya pakaian-pakaian yang tergantung di balik lemari atau di balik pintu sebaiknya dilipat dan disimpan dalam almari, karena nyamuk Aedes aegypti senang hinggap dan beristirahat di tempat-tempat gelap dan kain yang tergantung (Yatim, 2007). Tempat istirahat yang disukai nyamuk adalah benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti gorden, kelambu dan pakaian (Suroso dan Umar, Tanpa tahun).


(75)

Kebiasaan masyarakat menggantung pakaian sudah lama terjadi baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan. Kebisaaan yang tidak baik ini sudah berlangsung cukup lama. Pengamatan responden selama penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di Kelurahan Ploso masih banyak yang menggantung pakaiannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 75 responden penelitian yang biasa menggantung pakaian dan pernah sakit DBD sebanyak 44 responden (58.7%). Kondisi ini yang menyebabkan keberadaan nyamuk untuk dapat hidup dengan menempel di pakaian responden yang selanjutnya dari media ini responden menjadi sakit akibat kebiasaan menggantung pakaian. Oleh karena itu dengan responden yang masih memiliki kebiasaan menggantung pakaian tersebut maka dapat menggambarkan bahwa kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009 disebabkan kebiasaan menggantung pakaian yang masih dilakukan masyarakat.

Nyamuk dalam hidupnya seringkali hinggap pada pakaian. Nyamuk lebih tertarik pada cahaya terang, pakaian, dan suhu badan manusia. Perangsang jarak jauh karena adanya zat amino, suhu yang hangat serta keadaan yang lembab (Sutaryo, 2005). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyana (1998), tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian DBD di Kabupaten Bantul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan menggantung pakaian berpengaruh terhadap kejadian DBD di Kabupaten Bantul.


(1)

C. Kebiasaan Menggantung Pakaian

1. Apakah anggota keluarga Anda setiap habis memakai pakaian langsung dicuci?

a. Iya b. Tidak

2. Apabila tidak, apakah anggota keluarga Anda biasa menggantung pakaian di rumah?

a. Iya b. Tidak

3. Menurut Anda apakah pakaian yang menggantung bisa menjadi tempat beristirahatnya nyamuk Aedes aegypti?

a. Iya b. Tidak

4. Menurut Anda apakah pakaian yang menggantung bisa menjadi tempat bertelurnya nyamuk Aedes aegypti?

a. Tidak b. Iya

5. Menurut Anda apakah pakaian yang menggantung di dalam almari bisa menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti?

a. Tidak b. Iya

D. Frekuensi Pengurasan Tempat Penampungan Air (TPA) 1. Apakah di rumah Anda biasa menguras bak mandi/WC?

a. Iya b. Tidak

2. Bila iya, berapa kali Anda menguras bak mandi dalam satu minggu? a. > 1 minggu 1 kali

b. 1-2 kali dalam 1 minggu

3. Menurut Anda apakah bak mandi/WC tidak perlu dikuras tetapi hanya diganti airnya tiap satu minggu sekali?


(2)

a. Iya b. Tidak

4. Menurut Anda apakah bak mandi/WC yang tidak dikuras bisa menjadi tempat bertelurnya nyamuk Aedes aegypti?

a. Iya b. Tidak

5. Menurut Anda apakah tempat penampungan air perlu diberi abate setelah dikuras?

a. Iya b. Tidak

E. Ketersediaan Tutup Tempat Penampungan Air (TPA) 1. Apakah terdapat tutup pada tempat penampungan air Anda?

a. Iya b. Tidak

2. Apakah setelah selesai menggunakan tempat penampungan air biasanya ditutup kembali secara benar (tertutup rapat)?

a. Iya b. Tidak

3. Terbuat dari bahan apakah tutup tempat penampungan air Anda? a. Bambu

b. Plastik

4. Menurut Anda apakah tempat penampungan air yang tidak tertutup rapat rentan terdapat jentik nyamuk Aedes aegypti?

a. Iya b. Tidak

5. Menurut Anda apakah tempat penampungan air yang tidak tertutup bisa menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti?

a. Iya b. Tidak


(3)

Lampiran 1

PENELITIAN

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO

KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

PENELITIAN TENTANG : Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

Umur : Alamat :

Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Widia Eka Wati, NIM : J 410 050 022 mahasiswa SI Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pacitan, Agustus 2009

Responden


(4)

Lampiran 8

Dokumentasi Penelitian

Gambar peneliti melakukan wawancara dengan responden


(5)

Gambar peneliti melakukan pemerikasaan jentik pada drum


(6)

Gambar peneliti melakukan pemeriksaan jentik pada ember


Dokumen yang terkait

Hubungan Kondisi Perumahan dengan Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang Kabupaten Inderagiri Hilir Riau Tahun 2012

1 59 132

Kepadatan Jentik Penular Demam Berdarah Dengue (DBD) Antara Desa Endemis Dan Non Endemis Serta Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Tahun 2000

0 32 97

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Tembelahan Kota Kecamatan Tembelahan Kabupaten Endragem Heler Propinsi Riau Tahun 2003

1 64 85

Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Medan Johor Kota Medan Tahun 2009

0 28 88

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

0 2 16

PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

0 2 5

HASIL PENELITIAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

0 0 7

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN GROGOL Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

1 1 13

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KAB. JENEPONTO ipi165800

0 0 6

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009

0 1 12